77107343 Dislokasi Humerus

14
DISLOKASI HUMERUS 1. DEFINISI Dislokasi humerus merupakan pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior). Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan dan menimbulkan avulsi kapsul sendi dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian anterior. Sendi bahu memiliki ROM terbesar dari semua sendi dalam tubuh dan, dengan demikian beresiko tinggi untuk dislokasi. 2. ANATOMI Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya.

Transcript of 77107343 Dislokasi Humerus

Page 1: 77107343 Dislokasi Humerus

DISLOKASI HUMERUS

1. DEFINISI

Dislokasi humerus merupakan pergeseran kaput humerus dari sendi

glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di

posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).

Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna

dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan dan

menimbulkan avulsi kapsul sendi dan kartilago beserta periosteum labrum

glenoidalis bagian anterior.

Sendi bahu memiliki ROM terbesar dari semua sendi dalam tubuh dan,

dengan demikian beresiko tinggi untuk dislokasi.

2. ANATOMI

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi,

disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional

sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan

sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-

sendi lainnya.

Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat

melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang

pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang

sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut

tidak stabil namun paling luas gerakannya.

Page 2: 77107343 Dislokasi Humerus

3. EPIDEMIOLOGI

Bahu adalah bahagian yang paling sering dislokasi sendi dalam tubuh,

akuntansi hingga 45% dari semua dislokasi. Dislokasi anterior bahu terjadi

85% dari semua dislokasi bahu dan 8-9 kali lebih umum daripada dislokasi

posterior. Inferior dan superior dislokasi jarang terjadi, biasa terjadi kira-kira

5-10% dari semua dislokasi bahu.

4. ETIOLOGI

Trauma (langsung atau tidak langsung) adalah mekanisme yang paling

umum dari cedera untuk semua dislokasi bahu, dan arah dislokasi tergantung

pada arah gaya.

5. KLASIFIKASI

Dislokasi anterior

Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikuler. Paling sering

ditemukan, jatuh dalam keadaan out stretched, trauma pada scapula

gambaran klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu, kontur

sendi bahu jadi rata, kaput humerus bergeser ke depan pemeriksaan

radiologis.

Page 3: 77107343 Dislokasi Humerus

Dislokasi posterior

Jarang ditemukan, trauma langsung pada sendi bahu dalam

keadaan rotasi interna.

Dislokasi superior

Dislokasi bahu superior terjadi sebagai kekuatan anterior dan superior

ekstrim diterapkan pada lengan adduksi, seperti saat jatuh dari

ketinggian.

Dislokasi inferior atau luksasi erecta.

Page 4: 77107343 Dislokasi Humerus

Pada luxatio erecta posisi lengan atas dalam posisi abduksi, kepala

humerus terletak dibawah glenoid, terjepit pada kapsul yang robek .

Karena robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka

sangat susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek

lubang kancing ( Button hole effect ).

6. PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong

kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-

kadang bagian posterolateral kaput hancur.Meski jarang prosesus akromium

dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan

tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di

bawah karakoid).

Pada dislokasi berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkar

anterior glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul

serta ligamentum glenohumerus keduanya terlepas atau terentang kearah

anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada indentasi pada bagian

posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi

akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami

dislokasi.

Dislokasi Anterior Sering terjadi pada usia dewasa muda karena KLL atau

olahraga. Biasanya terjadi karena gerakan puntiran keluar ( ekternal rotasi )

tekanan kearah ekstensi dari sendi bahu. Posisi lengan atas dalam posisi

abduksi.Dalam posisi tersebut diatas akan terjadi regangan yang berat pada

kapsul yang melekat pada glenoid bagian depan bawah. Pertemuan kapsul

dengan glenoid berupa fibrocartilage. Kalau daya dorongnya terlalu kuat

terjadilah alfusi fibrocartilage dibagian bawah dan depan glenoid , lesi ini

disebut sebagai BANKART Laesi. Karena terjadi robekan kapsul, kepala

humerus akan keluar dari cekungan glenoid kearah depan dan medial,

kebanyakan tertahan dibawah coracoid .Mekanisme lain terjadinya dislokasi

adalah trauma langsung. Penderita jatuh pundak bagian belakang terbentur

lantai atau tanah gaya akan mendorong permukaan belakang humerus

bagian proksimal kedepan.

Pada luxatio erecta posisi lengan atas dalam posisi abduksi, kepala

humerus terletak dibawah glenoid, terjepit pada kapsul yang robek . Karena

robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka sangat

Page 5: 77107343 Dislokasi Humerus

susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek lubang

kancing ( Button hole effect )“

7. MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan

sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar

lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan

dapat diraba tepat di bawah klavikula.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian

anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara

kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan

medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

9. KOMPLIKASI

a. Dini

Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat

mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang

mati rasa pada otot tesebut

Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang

berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang

secara otomatis membatasi abduksi

Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau

kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

Kelemahan otot

10. PENATALAKSANAAN

a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan

menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

Page 6: 77107343 Dislokasi Humerus

b. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan

dikembalikan ke rongga sendi.

c. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi

dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

d. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi

halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

e. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan.

Page 7: 77107343 Dislokasi Humerus

LANDASAN TEORI ASKEP

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta

penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat

memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.

d. Pemeriksaan Fisik

Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri,

deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada

dislokasi anterior bahu.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas

jaringan.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat

mobilisasi.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk

mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient

yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit.

e. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan

bentuk tubuh.

Page 8: 77107343 Dislokasi Humerus

3. Intervensi Keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas

jaringan.

Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan

diharapkan rasa nyeri teratasi, dengan kriteria hasil :

o Klien tampak tidak meringis lagi.

o Klien tampak rileks.

Rencana Tindakan / Rasional:

Kaji skala nyeri

Rasional : Mengetahui intensitas nyeri.

Berikan posisi relaks pada pasien.

Rasional : Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran

pasien pada nyeri.

Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

Rasional : Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.

Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan.

Rasional : Meningkatkan relaksasi pasien.

Kolaborasi pemberian analgesik.

Rasional : Analgesik mengurangi nyeri

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat

mobilisasi.

Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan

diharapkan gangguan mobilitas fisik klien teratasi, dengan kriteria hasil :

o Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas

sehari-hari).

o Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya

nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

Rencana Tindakan / Rasional:·        

Kaji tingkat mobilisasi pasien.

Rasional : Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan

intervensi selanjutnya.

Berikan latihan ROM.

Rasional : Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi.

Page 9: 77107343 Dislokasi Humerus

Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.

Rasional : Alat bantu memperingan mobilisasi pasien.

Monitor tonus otot

Rasional : Agar mendapatkan data yang akurat.

Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun

keluarga.

Rasional : Dapat membantu pasien untuk imobilisasi.

3)   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna

makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah

merah.

Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan

diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil :

Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan

dengan nilai laboratorium normal

Tidak mengalami tanda mal nutrisi.

Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk

meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Rencana Tindakan / Rasional:

o Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi

o Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

Rasional : Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan

konsumsi makanan.

o Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas

intervensi nutrisi.

o Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan

diantara waktu makan.

Rasional : Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan

mencegah distensi gaster.

o Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain

yang berhubungan.

Page 10: 77107343 Dislokasi Humerus

Rasional : Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada

organ

o Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah

makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.

Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Teknik

perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan

rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

o Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.

Rasional : Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan

individual.

o Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.

Rasional : Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk

sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

o Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan

atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang

diidentifikasi.

3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit.

Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan

diharapkan kecemasan pasien teratasi, dengan kriteria hasil :

o Klien tampak rileks

o Klien tidak tampak bertanya-tanya.

Rencana Tindakan / Rasional:

Kaji tingakat ansietas klien.

Rasional : Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan

intervensi selanjutnya.

Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.

Rasional : Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi

kecemasan pasien.

Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.

Rasional : Agar perawat mengetahui seberapa tingkat pengetahuan

pasien dengan penyakitnya.

Page 11: 77107343 Dislokasi Humerus

Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani

pasien.

Rasional : Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas

lagi.

4) Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan

bentuk tubuh.

Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan

diharapkan gangguan body image teratasi.

Rencana Tindakan / Rasional:

Kaji konsep diri pasien

Rasional : Dapat mengetahui pasien.

Kembangkan BHSP dengan pasien.

Rasional : Menjalin saling percaya pada pasien.

Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

Rasional : Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan

masalahnya.

Bantu pasien mengatasi masalahnya.

Rasional : Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya.