Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

14
KASUS UJIAN HEMOROID Oleh: Astri Kurniati Martiana G0004059

description

kasus farmasi hemoroid

Transcript of Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

Page 1: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

KASUS UJIAN

HEMOROID

Oleh:Astri Kurniati Martiana

G0004059

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A2009

Page 2: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

STATUS PENDERITA

1. ANAMNESA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. BJ

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

B. Keluhan Utama : Saat BAB nyeri dan berdarah

C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien laki-laki datang ke RSDM. Sejak kurang lebih 1

bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri pada saat buang air besar. Selain

nyeri saat buang air besar juga disertai keluar darah berwarna merah segar.

Pasien BAB kira-kira dua hari sekali. Pasien tidak merasakan ada masa atau

daging yang keluar dari duburnya. Nyeri pada daerah perut (-), mual (-), diare

(-), sulit BAB (-).

D. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat sakit jantung : disangkal

b. Riwayat Hipertensi : disangkal

c. Riwayat asma : disangkal

d. Riwayat alergi : disangkal

e. Riwayat mondok : disangkal

f. Riwayat diabetes melitus : disangkal

E. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat makan sayuran : jarang

b. Riwayat makan makanan pedas : sering

2

Page 3: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga

a. Riwayat penyakit serupa : disangkal

G. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani penggarap. Mempunyai satu

orang istri dan empat orang anak. Pasien makan tiga kali sehari, porsi sedang

dengan lauk pauk tempe, tahu, kadang-kadang telur, daging ayam atau ikan,

pasien tidak terlalu suka makan sayuran.

2. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda Vital Tensi : 130/90mmHg

Nadi : 90 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi Respirasi: 20 x/menit

Suhu : 36.8 0C

C. Kulit Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi

(-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),

ekimosis (-), pucat (-)

D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban

(+), mudah rontok (-), luka (-)

E. Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik

(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan

diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema

palpebra (-/-), strabismus (-/-)

F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)

G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

penghidu baik

H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir

kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),

stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)

I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,

pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi

3

Page 4: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)

J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =

kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan

torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB

axilla (-/-)

Jantung :

Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea

medioclavicularis

Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra

Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis

dekstra

Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea

medioklavicularis sinistra

Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra

→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar

Auskultasi HR : 100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,

intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi

jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea

medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal

sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea

parasternal dextra et sinistra.

Pulmo :

Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar

(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,

retraksi intercostal (-)

Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,

fremitus raba kanan = kiri

Perkusi Sonor / Sonor

Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan

wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus

4

Page 5: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

basal paru (-/-), krepitasi (-/-)

K. Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok

kostovertebra (-),

L. Abdomen :

Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),

venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)

Auscultasi Peristaltik (+) normal

Perkusi Timpani, pekak alih (-)

Palpasi Supel, nyeri tekan (+). Hepar tidak teraba. Lien tidak

teraba.

M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

N. Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)

Akral dingin Odem

_ _

_ _

_ _

_ _

Colok Dubur : Tonus muskular spincter ani dalam batas normal, mukosa licin,

ampula normal, masa (-), nyeri tekan (-), sarung tangan lendir darah (-), feses (+)

3. RESUME

Seorang laki-laki. Sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu sering mengeluh

nyeri pada saat buang air besar. Selain nyeri saat buang air besar juga disertai

keluar darah berwarna merah segar. Pasien BAB kira-kira dua hari sekali. Pasien

tidak merasakan ada masa atau daging yang keluar dari duburnya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, TD = 130/90, N = 90 x/menit

RrR=20x /menit, colok dubur dalam batas normal.

4. DIAGNOSIS

Hemoroid interna grade I

5. TUJUAN TERAPI

1 Memperkuat dinding vena-vena hemoroidales.

5

Page 6: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

2 Meningkatkan permeabilitas dinding kapiler darah.

3 Melunakan feses.

6. TERAPI

Medikamentosa

R/ Ardium tab No XXX

∫ 6 dd tab I

R/ Anusol supp No X

∫ prn supp I post defecatio

R/ Dulcolax tab No X

∫ 1 tab I a n

R/ Asam Mefenamat tab mg 500 No X

∫ 3 dd tab I a c

Pro : Tn I. (40 th)

Hemoroid

6

Page 7: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

1. Definisi

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena

hemoroidales. Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam, yaitu trombosis, ruptur,

radang, ulserasi, dan nekrosis.

Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidales superior

dan inferior. Vena hemoroidales superior mengembalikan darah ke V. Mesenterika

inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam

bagian yang disebut kolumna Morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil

mengadakan anastomosis. Bila ini menjadi varises disebut hemoroid interna.

2. Etiologi

Yang menjadi faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan,

pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor

mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal),

fisiologis dan radang.

3. Manifestasi Klinis

Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah

segar, tidak bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi. Bila hemoroid

bertambah besar maka dapat terjadi prolaps. Pada awalnya biasanya dapat tereduksi

spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukan sendiri setelah defekasi. Dan

akhirnya sampai pada suatu keadaaan dimana tidak dapat dimasukan. Kotoran di

pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanent. Kulit di

daerah perianal akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul trombosisluas

dengan edema dan peradangan.

7. Klasifikasi

Tingkat I : varises satu atau lebih v. hemoroidales interna dengan gejala

perdarahan berwarna merah segar pada saat buang air besar.

Tingkat II : varises dari satu atau lebih v. hemoroidales interna yang keluar

dari dubur pada saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali

dengan sendirinya.

Tingkat III : seperti tingkat II tetapi tidak dapat masuk spontan, harus didorong

kembali.

Tingkat IV : telah terjadi inkarserasi.

8. Pemeriksaan

7

Page 8: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, dan

dapat disertai nyeri yang merupakan tanda radang. Hemoroid eksterna dapat dilihat

dengan inspeksi, apalagi bila telah terjadi trombosis, bila hemoroid interna mengalami

prolaps maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat pada

satu atau beberapa kuadran.

Selanjutnya secara sistematik dilakukan pemeriksaaan dalam rectal secara digital

dan dengan anoskopi. Pada pemeriksaaan rektal sesecara digital mungkin tidak

ditemukan apa-apa bila masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan

untuk melihat hemoroid interna yang tidak mengalami penonjolan.

5. Penatalaksanaan

Kebanyakan pasien dengan hemoroid grade I dan II dapat diobati dengan

pengobatan per oral dengan obat untuk memperkuat dinding kapiler dan

meningkatkan permeabilitasnya dan anjuran diet. Hilangkan faktor penyebab,

misalnya obstipasi, dengan diet rendah sisa, banyak makan makanan berserat seperti

buah dan sayur, banyak minum dan mengurangi daging. Pasien dilarang makan

makanan yang merangsang.

Bila terdapat nyeri yang terus menerus dapat diberikan supositoria atau salep

rectal untuk anestesi dan pelembab kulit, untuk melancarkan defekasi dapat diberikan

laksan.

Bila dengan pengobatan diatas tidak ada perbaikan, diberikan terapi sklerosing

dengan menyuntikan zat sklerosing (fenol) satu hingga 2 cc kedalam jaringan ikat

longgar di atas hemoroid interna, dengan harapan timbul inflamasi, fibrosis dan terjadi

jaringan parut lalu hemoroid mengecil. Tindakan bedah diperlukan bagi pasien

dengan keluhan kronis dan hemoroid derajat tiga atau empat. Prinsip utama

hemoroidektomi adalah eksisi hanya pada jaringan yang menonjol dan eksisi

konservatif kulit serta anoderm normal.

6. Prognosis

Dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat

dihilangkan. Pendekatan konservatif harus dilakukan pada hamper setiap kasus. Hasil

dari hemoroidektomi cukup memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengedan harus

dikurangi untuk mencegah kekambuhan.

PEMBAHASAN OBAT

8

Page 9: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

Ardium

Ardium merupakan merek dagang dengan kandungan diosmisin 450 mg

dan hesperdin 50 mg, keduanya merupakan fraksi flavonoid. Zat ini berkhasiat

memperkuat dinding kapiler dan meningkatkan permeabilitasnya bagi

eritrosit.Berdasarkan sifatnya yang mengurangi fragilitas kapiler, zat ini

digunakan pada berbagai gangguan vena, seperti varises, hemoroid, ulkus kruris,

retinopati dan hematoma. Dosis pada serangan hemoroid akut 6 tab per hari pada

4 hari pertama, dilanjutkan 4 tab per hari selama 3 hari.

Anusol

Anusol adalah obat dengan bentuk sediaan supositoria yang berisi senyawa

bismut dan zinc. Senyawa bismut berkhasiat membentuk lapisan pelindung

mukosa pada daerah anorektal sedangkan senyawa zinc berkhasiat mempercepat

epitelisasi jaringan mukosa. Dosis 1 supp setiap kali sesudah buang air besar.

Asam Mefenamat

Disebut juga asam mefenaminat adalah derivat antranilat dengan khasiat

analgetis, antipiretis dan anti radang yang cukup baik. Efek samping yang umum

adalah gangguan lambung, kerusakan hati dan ginjal. Efek-efek samping ini

terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi, oleh karena itu

penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan. Dosis : 3 dd 500 mg.

Pada pasien ini terdapat keluhan nyeri pada telinga sehingga pemberian

asam mefenamat telah sesuai dengan khasiat asam mefenamat yang memiliki

khasiat analgetik.dan anti radang.

Dulcolax

Dulkolax merupakan merek dagang dari bisakodril. Derifat difenilmetan

ini adalah laksan kontak populer yang bekerja langsung terhadap dinding usus

besar dengan memperkuat peristaltiknya. Tinjapun menjadi lunak. Dosis sebelum

tidur 1-2 tablet, supositoria 10 mg pada pagi hari.

Daftar Pustaka

9

Page 10: Diskusi Kasus Farmasi-Hemorhoid

1. Tjay, Tan Hoan dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima. Jakarta

2. Sjamsuhidajat, R dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta

3. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi Ketiga.

Jakarta

4. Ganiswarna, S. G. Dkk. 2002. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta

10