Diskel Diare Cerna 2
-
Upload
ike-nurjanah -
Category
Documents
-
view
248 -
download
4
description
Transcript of Diskel Diare Cerna 2
GASTRO ENTERITIS
Makalah Diskel
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pencernaan II
Disusun oleh :
Kelompok G
Ketua : Cici Cahyani B (213113049)
Scriber 1 : Selvi Apriyani (213113025)
Scriber 2 : Siska Syadiatul Z (213113087)
Anggota:
Risha SenyaM (213113043)
Indri Noviani
(213113067)
Afni Noor F (213113011)
M.Abdunur S (213113073)
Arni Liestia (213113076)
Dicky Reza P (213113055)
Ike Nurjanah (213113051)
Moch Zenal A (213113042)
Yudi Gunawan (213113107)
Yayang Siti G (213113086)
Ghina F (213113027)
Affan Musthafa (213113109)
Vikria Nur (213113032)
Agus Rohman (213113077)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas petunjuk dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gastro
Enteritis” dengan baik dan lancar.
Makalah ini menampilkan rangkuman materi pokok dengan sajian
kompetensi yangbertujuanuntuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang
pokok-pokok materi yang telah dipelajari.Diharapkan makalah ini dapat
membantu mahasiswa dalam kegiatan belajar guna meraih prestasi belajar yang
maksimal.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Diskel yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah
ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari mahasiswa akan kami
terima dengan senang hati, guna penyempurnaan makalah ini berikutnya.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas
anak di dunia yang menyebakan 1,6 -2,5 juta kematian pada anak tiap tahunnya,
serta merupakan 1/5 dari seluruh penyebab kematian. Survei Kesehatan Rumah
Tangga di Indonesia menunjukkan penurunan angka kematian bayi akibat diare
dari 15,5% (1986) menjadi 13,95% (1995). Penurunan angka kematian akibat
diare juga didapatkan pada kelompok balita berdasarkan survey serupa, yaitu 40%
(1972), menjadi 16% (1986) dan 7,5% (2001). Tetapi, penurunan angka mortalitas
akibat diare tidak sebanding dengan penurunan angka morbiditasnya.
Penurunan mortalitas ini merupakan salah satu wujud keberhasilan ORS
(Oral Rehydration Solution) untuk manajemen diare. Diare terbagi menjadi diare
akut dan kronik. Diare akut berdurasi dua minggu atau kurang, sedangkan diare
kronis lamanya lebih dari 2 minggu.
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak.
Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain
juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare
menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa.
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode
diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan
berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya
berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami tentang diare.
2. Untuk mengetahui apa penyebab dari diare.
3. Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada
pasien diare.
C. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Apa penyebab dari diare?
3. Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada
penyakit diare?
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario Kasus
Bayi C, laki-laki, umur 10bulan masuk unit rawat inap RS dan dilakukan
pengkajian dengan keluhan BAB dengan konsistensi cair 4x/hari sejak 2hari
sebelum masuk rumah sakit, suhu tubuh saat dikaji 38,8°C, akral teraba panas dan
kulit berwarna kemerahan. Klien terlihat mual, muntah dan porsi makan yang
diberikan hanya dimakan ¼porsi, BB 8 Kg. klien tampak lemas dengan hasil
pemeriksaan : nadi cepat dan lemah (120x/mnt), dan Respirasi dalam dan cepat,
terdapat peningkatan peristaltic, distensi dan nyeri tekan pada abdomen, frontanel
anterior cekung, mukosa bibir kering, anak mendapatkan terapi Zinc dan probiotik
selama dirawat.
Pertanyaan :
1. Penyakit apa yang diderita by “C” ?
2. Jelaskan secara konsep penyakit yang dideritaoleh bayi C dan bagaimana
asuhan keperawatannya !
3. Diagnosa keperawatan apa yang terjadi pada bayi “C”?
4. Intervensi apa yang dapat diberikan pada by “C”?
Step 1 Klasifikasi Istilah
1. Terapi Zinc :
- pemberian mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.
- Terapi yang diberikan pada anak yang mengalami diare karena
didalam tubuhnya mengalami penurunan zinc.
2. Probiotik : kesediaan mikroorganisme nonpatogen yang dimasukan
ketubuh karena memberi efek yang menguntungkan, misalnya
Lactobacillus acidopilus untuk memodifikasi microflora usus.
3. Fontanel anterior cekung :
- Bagian lunak diantara plat tengkorak dikepala bayi atau ubun-ubun.
- Fontanel terdiri dari 2 bagian : bagian depan (anterior), bagian
belakang (posterior).
Step 2
1. Penyakit apa yang diderita bayi “C” ?
2. Jelaskan secara konsep penyakit yang dideritaoleh bayi C dan bagaimana
asuhan keperawatannya !
3. Diagnosa keperawatan apa yang terjadi pada bayi “C”?
4. Intervensi apa yang dapat diberikan pada by “C”?
Step 3
1. Penyakit Diare (Gastro Enteritis)
2. Konsep Diare
a. Pengertian
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu.
b. Etiologi
Dapat diidentifikasikan tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare oada anak dan bayi. Penyebab infeksi
utama timbulnya diare umumnya dalah golongan virus, bakteri, dan
parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah :
o non inflammatory : diare melalui produksi enterotoksin oleh
bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan
oleh parasit, perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri.
o inflammatory : diare biasanya disebabkan oleh bakteri
yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi
sitokin.
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah:
- Golongan bakteri
Aeromonas Bacillus cereus
Campylobacter jejuni
Clostridium perfringens
Clostridium defficile
Escherichia coli
Plesiomonas shigeloides
Salmonella
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
- Golongan Virus
Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Coronavirus
Rotavirus
Norwalk virus
Herpes simplex virus*
Cytomegalovirus
*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita
imunompromised
- Golongan parasit
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isopora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura
c. Manifestasi Klinis
- Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
- Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
- Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
- Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
- Dehidrasi
- Infeksi ekstra intestinal
- Mual & muntah
- Asidosis metabolic
- Hypokalemia
d. Klasifikasi
Terdapat beberapa 2 pembagian diare :
a) Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
Penyebab utamanya adalah bakteri, parasit maupun virus. Penyebab
lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung
lama, kemoterapi dan berbagai kondisi lainnya.
b) Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku
bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas
waktu dua minggu.
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi
feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya.
e. Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap
hari yang berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri
(sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar
jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml
memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar akan
diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut
membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat
hubungannya satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang
mengkat akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis
karena meningkatnya volume sehingga motilitas usus meningkat.
Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa
usus sehingga penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut
karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut yang terdiri
atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan intern traktus
intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga
mencakup flora normal usus.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti
dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan
menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi V.cholera.
Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan
gejala penyakit serta mengurangi kecepatan eliminasi agen sumber
penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan didapatkannya
frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan
Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang
suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan
pada binatang menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi
murium pada mikroflora usus yang normal.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi
toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat
kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang
dapat menginduksi diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Pathway
f. Mekanisme Diare
2 prinsip terjadinya mekanisme diare :
1) Diare sekretorit disebabkan oleh :
a) Infeksi virus, kuman pathogen & apatogen
b) Hyperperistaltik usus halus
c) Dipesiensi imun
2) Diare osmotic disebabkan oleh :
a) Malabsorsi makanan
b) Kekurangan kalori protein
c) BBLR & BBL
g. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1) Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan
secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare
perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan
diare yang terbukti efektif, meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
c. Penggunaan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sehabis buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh
anggota keluarga
2) Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare, antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak
c. Imunisasi campak
Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik,
dan seng dalam pencegahan diare.
h. Komplikasi
1) Gangguan elektrolit
2) Demam
3) Oedema/overhidrasi
4) Asidosis metabolic
5) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik).
6) Renjatan hipovolemik.
7) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
8) Hipoglikemia.
9) Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
10) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
11) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.
i. Penatalaksanaan
1) Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru dapat mengurangi mual dan
muntah.
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar
biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena
disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit
tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik
adalah disebakan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut
tidak menyebakan kekurangan elektrolit seberat pada disentri.
Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit
dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan
baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang
menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.
2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak.
Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir
karena memilik evidence based yang bagus. Beberapa penelitian
telah membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan di awal
masa diare selam 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa
pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat
menurunkan durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.
3) ASI dan makanan tetap diteruskan
Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisis yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan
berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan.
4) Antibiotik selektif
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional
justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan megganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan
tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,
pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mempercepat
resistensi kuman terhdao antibiotic, serta menambah biaya
pengobatan yang tidak perlu.
5) Nasihat kepada orang tua
Nasihat pada ibu atau pengasuh: kembali segera jika demam, tinja
berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat halus, diare
makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
j. Terapi
1) TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di
sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan
oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Bila
berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat,
perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan
umur penderita, yaitu untuk umur < 1 tahun adalah 300ml, 1-5 tahun
adalah 600ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400ml.
Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang
sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita
dan memantau tanda-tanda dehidrasi.
Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi
lagi. Sebaliknya bila dengan bolume di atas kelopak nata menjadi
bengkak, pemberian oralit harus dihentikan sementara dan diberikan
minum air putih atau air tawar. Bila oedem kelopak mata sudah hilang
dapat diberikan lagi.
2) TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di Puskesmas atau
Rumah Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi
rehidrasi parenteral.
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus
diberi oralit sampai cairan infuse terpasang. Di samping itu, semua
anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena (±
5ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-
4jam (untuk bayi) atau 1-2jam (untuk anak yang lebih besar).
Pemberian tersebut dilakukan untuk member tambahan basa dan
kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan
pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan
cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya
untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 5 jam berikutnya
70cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2½
jam berikutnya 70cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV
dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih
besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu
pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan
diare tanpa dehidrasi.
3) Cairan Rehidrasi Oral
Pada tahun 1975, WHO dan Unicef menyetujui untuk
mempromosikan CRO tunggal yang mengandung natrium 90 mmol/L,
kalium 20 mmol/L, chlorida 80 mmol/L, basa 30 mmol/L, dan glukosa
111 mmol/L (2%).
Komposisi ini dipilih untuk memingkinkan satu jenis larutan saja
untuk digunakan pada pengobatan diare yang disebabkan oleh
bermacam sebab bahan infeksius yang disertai dengan berbagai derajat
kehilangan elektrolit.
4) CRO baru
Resep untuk memperbaiki CRO antara lain menambahkan substrat
untuk kontransport natrium (contoh: asam amino glycine, alanine, dan
glutamine) atau substitusi glukosa dengan komplek karbohidrat (CRO
berbasis beras atau cereal). Asam amino tidak menunjukkan lebih
efektif daripada CRO tradisional dan lebih mahal. CRO berbasis beras
dapat direkomendasikan bila cukup latihan dan penyediaan di rumah
dapat dilakukan, dan mungkin sangat efektuf untuk mengobati
dehidrasi karena kolera.
Walaupun demikian, kemudahan dan keamanan CRO paket di
negara berkembang dan secara komersial tersedia CRO di negara
maju, maka CRO standard tetap merupakan pilihan utama dari
sebagian besar klinisi.
5) Seng (Zinc)
Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara
berkembang dan dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan
meningkatnya kejadian penyakit infeksi yang serius. Seng merupakan
mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh, yang penting
antara lain untuk sintesis DNA.
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
l. Asuhan Keperawatan
3. a). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare
b). Hipertermia b/d proses infeksi akibat diare
c). Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan dari diare
4. Intervensi
a) - Pemantauan Elektrolit
- Bantuan perawatan diri
- Bantuan menaikan berat badan
b) - Regulasi suhu
- Pantau TTV
c) - Manajemen Cairan
- Terapi IV
- Pemantauan Elektrolit
DAFTAR PUSTAKA
Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 87-120
Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK Gastroenterohepatologi IDAI 2011; 121-136
Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, Jenson eds. Nelson textbook of Pediatrics 17ed. Saunders. 2004 : 1272-6
WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS. Geneva. 2006
WHO. Persistent diarrhea in children in developing countries: memorandum from a WHO meeting. Bull World Health Organ. 1988; 66: 709-17
Bhutta ZA. Persistent diarrhea in developing countries. Ann Nestle. 2006; 64: 39-47
Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin Invest. 2003; 111(7): 931-943
Buku Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya – Rumah Sakit Mohammad Hoesin, 2010.