DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

149
DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KERUNTUHAN KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Sarjana Humaniora (S.Hum) Disusun Oleh: Trisna Ernawati NIM: 107022001292 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2011 M

Transcript of DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

Page 1: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG

KERUNTUHAN KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA

ABAD XI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Sarjana Humaniora

(S.Hum)

Disusun Oleh:

Trisna Ernawati

NIM: 107022001292

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2011 M

Page 2: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KBRUNTUHANKEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI

SkripsiDiajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Humaniora (S.Hum)

Oleh:Trisna Ernawati

NIM: 107022001292

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTAI43r Hl 2011

Pembimbing

Page 3: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul "Disintegrasi Umat Islam: Study Tentang Keruntuhan

Kekuusaan Islum di Andatusia Abad 77", telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

pada hari Jum'at tanggal 22 September 201 l. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah

Peradaban Islam.

Jakarta, 22 September 20 1 I

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma'ruf Mistrah

NIP. 19591222199103 1 003

Anggota

\lPenguji-'II

NrP. 195410i0 198803 I 001

Pembimbing

tus Sa'divah- M.Pd

NrP. 197s0417 2A0501 2 007

Pengufi I

NrP. 19611025 199403 1 001

Prof. Dr.LltiBudi Sulistiono. M. Hum

(un Derani. MA

27 199203 I 001

Page 4: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 15 Agustus 2011

Trisna Ernawati

Page 5: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

ii

ABSTRAK

TRISNA ERNAWATI

DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KERUNTUHAN

KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI

Penelitian ini menemukan bahwa kehancuran Islam di Andalusia

disebabkan oleh pertikaian sesama mereka, di mulai dari konflik perseteruan antar

suku yang dilakukan oleh kaum Berber dengan bangsa Arab, suku Mudar dengan

suku Yaman, perebutan kekuasaan oleh para elite penguasa, sampai pada

hubungan tidak harmonis antara Ulama dan pemerintah.

Akibat dari kondisi dan situasi terpecah inilah memberi kesempatan

kepada musuh untuk bangkit, menyusun kekuatan, untuk merebut kekuasaan

yang selama ini mereka pegang, yang pada akhirnya pada tahun 1492 Umat Islam

di Andalusia terusir.

Berdasarkan penemuan di atas saya menyimpulkan bahwa kehancuran

Umat Islam di Andalusia di sebabkan oleh Umat Islam sendiri (Al-Islam Mahjub

bil Muslim) yang menimbulkan benih-benih kehancuran dengan adanya

disintegrasi, dalam keadaan seperti itu memberikan peluang kepada Umat Nasrani

untuk bangkit, dan mendorong umat Islam kepada jurang kehancuran.

Page 6: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji serta syulur kehadirat Ilahi Rabbi,

Dzat yang maha pengatur dan Pemberi Kemudahan, Allah SWT. Akhirnya, jerih

payah dan kesabaran menanti kepastian yang telah digoreskan Sang Penguasa

kehidupan telah terjawabkan, tanpa keridhoan dari-Nya mimpi ini tidak akan

pernah jadi kenyataan. Hanya Dia yang setia menemani ketika jiwa ini dalam

kerapuhan, fikiran, hati yang tersesat, kelelahan yang tiada tara, waktu yang terus

merongrong. Demi Dzat yang maha sempurna, penu;is tidak akan bisa bertahan

tanpa inayah dan hidayah dari-Nya.

Untaian shalawat dipersembahkan untuk Khatam Al-Nabiyyin, pemimpin sejati,

pembawa pesan cahaya Ilahi, Muhammad saw.

Di pengantar Skripsi ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang Tua tercinta; Ayahanda Dedi .M. Iskandar dan Ibunda Teti Hartati.

Terima kasih yang tulus, rasa ta’dzim dan hormat penulis haturkan atas

kesabaran, nasihat dan kasih sayang yang tiada pernah berujung. Adik-adik ku

Azis M. Fauzi dan Akbar M. Irsyadillah. Ini wujud ‘bangga’ untuk keluarga

dari ananda, semoga Allah selalu memberi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Amin.

2. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora

3. Drs. H. Ma’ruf Misbah, M.A, selaku Ketuan Jurusan Sejarah dan Peradaban

Page 7: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

iv

Islam

4. Sholikatus Sa’diyah, M.pd. selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam

5. Drs. Saidun Derani, M.A, Selaku pembimbing dalam menyusun skripsi ini,

dan salah satu dosen yang memiliki komitmen dan loyalitas dalam mengajar

mahasiswa-mahasiswanya. Terimakasih atas bimbingan, masukan, saran dan

waktu luan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staff akademik Fakultas Adab dan Humaniora.

8. Kakak-kakak dan adik-adikku seperjuangan di SPI. Sahabat saya Mela, Ian,

Odading Club; Lara, Tatik, Riri , keluarga KKN Crew21, keluarga alumni Al-

Masthuriah 2007, serta teman-teman SPI 2007, semoga kita tetap menjaga

silaturahmi.

9. Seseorang yang selalu menikmati hangatnya secangkir teh mimpi, terimakasih

untuk support, perhatian, proses pendewasaan, kepekaan terhadap sekitar, dan

hal-hal yang belum pernah saya jamah. Semoga hidup jaya raya kita menjadi

bukti nyata.

10. Terimakasih kepada Organisasi HMI KOFAH, dan teman-teman LK1 2007.

Jakarta, 15 Agustus 2011

Penulis

Page 8: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Permasalahan penelitian ....................................................... 11

C. Tujuan ................................................................................... 12

D. Kontribusi ............................................................................. 12

E. Metodologi penelitian ........................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 14

BAB II MULUK AT-TAWAIF ................................................................ 16

A. Islam di Andalusia Dari Segi Historis ............................................. 16

B. Latar Belakang Terjadinya Disintegrasi ......................................... 22

C. Keadaan Sosial Umat Islam Dalam Masa Disintegrasi ................... 81

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DISINTEGRASI ............. 85

A. Kebangkitan Umat Nasrani ............................................................ 85

B. Dampak Social Setelah Munculnya Disintegrasi ........................... 93

C. Faktor-faktor Penyebab Disintegrasi Umat Islam ........................... 130

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keruntuhan Umat Islam di Andalusia adalah hukum alam yang

memang harus diakui, teori perkembangan yang tak dapat dielakan oleh

manusia bahwa suatu negara akan tumbuh, dan berkembang kemudian

mencapai puncak kejayaan. Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara

perlahan akan mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Begitupun yang

terjadi di Andalusia yang kali ini lebih akrab di sebut Spanyol. Nama

Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk kepada

bagian dari jazirah Iberia yang dahulu berada di bawah pemerintahan Muslim.

Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus. Tartessos,

ibu kota dari Peradaban Tartessos yang dahulu besar dan berkuasa, terletak di

Andalusia, dan dikenal di dalam Alkitab dengan nama Tarsus.

Andalusia merupakan salah satu tempat dimana Islam pernah berjaya,

pada abad ke 7 Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad disebut-sebut sebagai

tokoh pelaku yang membawa Islam masuk ke wilayah itu. Berawal dari

ekspansi pasukan muslim ke Semenanjung Iberia, gerbang barat daya Eropa,

merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer

penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab. Serangan itu menandai

puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan

Turkistan yang menandai titik terjauh ekspansi ke kawasan Mesir-Asia.

Page 10: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

2

Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspedisi ke

Spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer Abad

Pertengahan. Pengintaian pertama dilakukan pada bulan Juli 710 ketika Tharif,

orang kepercayaan Musa Ibn Nushair, gubernur terkemuka di Afrika Utara

pada Periode Umayah, mendarat di semenanjung kecil membawa bala tentara

berkekuatan seratus pasukan kavaleri dan empat ratus pasukan invanteri yang

terletak hampir diujung paling selatan benua Eropa. Semenanjung ini,

sekarang disebut Tarifa, sejak saat itu menyandang namanya, Jazurah

(kepulauan) Tharif. Musa, yang telah menguasai kegubernuran kira-kira sejak

700, berhasil memukul mundur pasukan Bizantium selamanya dari wilayah

barat Kartago dan perlahan-lahan meluaskan penaklukannya sampai ke

Atlantik, sehingga memberikan batu loncatan kepada Islam untuk menyerang

Eropa. Terdorong oleh keberhasilan Tharif dan melihat adanya konflik

penguasa di Kerajaan Spanyol Gothic Barat, juga didorong oleh hasrat untuk

memperoleh barang rampasan, bukan hasrat untuk melakukan, Musa

mengutus seorang budak Berber yang sudah dibebaskan, Thariq Ibn Ziyad,

pada tahun 711 ke Spanyol memimpin 7000 pasukan, yang sebagian besar

terdiri atas orang-orang Berber. Thariq mendarat dekat gunung batu besar

yang kelak mengabadikan namanya, Jabal (gunung) Thariq (Gibraltar). Kapal-

kapal mereka, menurut sejumlah riwayat, disediakan oleh Julian, pangeran

Ceuta, yang namanya cukup melegenda, meski lebar selat itu hanya sekitar

tiga belas mil.

Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan,

pada 19 Juli 711 berhadapan dengan pasukan Raja Roderick di mulut Sungai

Page 11: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

3

Barbate di pesisir laguna Janda. Roderick berhasil naik tahta setelah

menggulingkan pendahulunya, putera Witiza. Kendati berjumlah 25.000

orang, tentara Gothic barat bisa dikalahkan karena adanya pengkhianatan dari

musuh-musuh politik Roderick, yang dikepalai oleh Uskup Oppas, saudara

Witiza.1 Hadirnya Islam menjadi titik awal perubahan yang gemilang bagi

sejarah di negeri tersebut. Islam membuka suatu era baru dimana kebenaran

dan keadilan ditegakan, kebebasan beragama terjamin, bagi mereka beragama

Yahudi dan Kristen. Sendi-sendi dasar Islam ditegakkan demi membentuk

sebuah masyarakat yang soleh, pemerintahan yang adil dan mengayomi

masyarakatnya mewarnai masa kegemilangan ini. Kembali mengenang

kejayaannya di masa lampau, adalah Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abd ar-

Rahman I, seorang keturunan Bani Umayah yang kemudian meneruskan

pengibaran panji-panji Islam di Andalusia sebagai Emir of Andalus.2 Abd ar-

Rahman I melakukan restorasi politik dan kenegaraan bersamaan dengan

pembangunan infrastruktur kemasyarakatan. Salah satunya mengawali

pembangunan masjid Cordoba, taman-taman yang indah, jembatan-jembatan,

benteng-benteng. Andalusia adalah pusat peradaban dunia dalam kurun waktu

hampir 700 tahun lebih, kemakmuran dan kemegahannya diwarnai pula oleh

kemajuan pesat dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, teknologi, militer,

perekonomian, sehingga Spanyol yang kita kenal sekarang hanya pernah

benar-benar mencapai puncak kemajuannya selama masa pemerintahan Islam.

1 Philiph K Hitti, History of the Arab (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), hal

627-628 2Scalles. Peter C, The fall of the caliphate of Córdoba: Berbers and Andalusis in conflict

(New York: Koln Brill, 1994), hal 113

Page 12: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

4

Cordoba sebagai kota penting di Andalusia, merupakan kota termegah, terkaya

dan salah satu yang terbesar di dunia pada pertengahan.3 Hal ini sangat

berbeda dengan kota-kota Eropa lainnya, dimana bangsa Eropa pada saat itu

tengah dilanda kegelapan dan kebodohan.4 Apa yang menjadi kemajuan barat

pada saat ini adalah kontribusi besar kemajuan peradaban yang di tumbuhkan

masyarakat Islam di Eropa pada saat itu.5

Namun dibalik Kemakmurannya Islam disana bukan berarti tidak

mengalami hambatan dan masalah, banyak benih-benih kehancuran mulai

terlihat, diantaranya: Terjadinya pemberontakan-pemberontakan ditubuh

kerajaan itu sendiri, seperti pemberontakan yang dipimpin oleh sekelompok

orang yang pernah belajar dibawah bimbingan Imam Malik, yang juga

merupakan orang-orang yang menyebabkan al-Muwatha‟Imam Malik diterima

secara luas di Andalusia. Ditambah para pemimpin yang saling guling

mengulingkan untuk memperebutkan tahta kerajaan,6 perseteruan antara antar

suku dan para ulama dengan pemerintah menjadi faktor-faktor timbulnya

Disintegrasi umat islam. Didukung kaum Nasrani yang menyatukan kekuatan

untuk menghancurkan umat Isla m di Andalusia. Ini menjadi hal menarik

untuk dikaji bagaimana Islam menguasai Andalusia hingga 7 abad kemudian

menjadi hancur akibat benih-benih perpecahan di dalam tubuh penguasa Islam

sendiri didukung dengan perlawanan yang dilakukan oleh umat Nasrani.

3 Ahmad Thomson dan Muhammad ‟Ata‟ Ur Rahim, Islam Andalusia: sejarah

kebangkitan dan keruntuhan (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), hal 46-48. 4 Bernard Lewis, The Arabs In History. Penerjemah Drs. Said Jamhuri (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1994 ) hal 123 5 W. montgorry

6 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1993) hal.290

Page 13: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

5

Perpecahan yang terjadi timbul akibat konflik yang berkepanjangan,

diantara konflik itu adalah Perselisihan antar suku yang menjadikan rakyat

Andalusia tidak memiliki solidaritas social, kecuali dalam kalangan terbatas

sepersukuan, atau dalam batas etnis tertentu. Hal tersebut terlihat pada sifat

pemberontakan yang ditimbulkannya. Seperti pemberontakan suku-suku

Berber melawan suku-suku Arab, dan suku-suku Arab utara (Mudar) melawan

suku Arab Selatan (Yaman) yang timbul pada 740 M. Padahal mereka semua

seagama. Solidaritas keagamaan sama sekali. atau seakan-akan tidak dapat

menunjukkan keberadaannya. Atau jika solidaritas keagamaan itu menonjol di

kalangan mereka, maka hal tersebut terjadi pada waktu suasana damai antar

suku terjalin dengan baik. Dan jika suasana permusuhan antar suku mulai

menguasai keadaan, maka solidaritas keagamaan tidak mampu menahan

gejolak perasaan yang bersifat permusuhan itu lagi. Selain konflik perseteruan

antar suku, konflik di dalam tubuh kerajaan mewarnai hal-hal yang

mendukung hancurnya Islam ditanah Andalusia. diantaranya, Ketika

Andalusia dipimpin pada masa Hisyam II peran Khalifah sangat lemah,

kedudukan beliau tidak ubahnya seperti boneka, Hisyam yang pada saat itu

berumur 11 tahun, kekuasaan kerajaan di ambil alih oleh Ibunya yang

bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama muhammad

Ibnu Abi Amir.7 Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang

ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya

ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini

dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia

mengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan

7 Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hal. 308

Page 14: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

6

keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga

Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah.8

Hisyam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negara,

tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca

gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam

kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar

putra Al-Mansur Billah pada tahun 1009 yang pada saat itu sempat

menggantikan kedudukan ayahnya. Setelah wafat Al-Muzaffar, Ia di gantikan

oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu.9 Seiring

berjalannya waktu pergantian penguasa demi penguasa tidak membuahkan

hasil untuk menciptakan Andalusia yang damai, dari sinilah kerajaan muslim

di Andalusia mulai menunjukan tanda-tanda pembusukan yang kasat mata.

Badan politik kaum muslim terpecah dan terus terpecah belah dalam jangka

waktu lima belas tahun setelah kematian Al-Manshur, seluruh Andalusia telah

terbagi-bagi menjadi banyak sekali kerajaan kecil yang oleh orang Arab di

sebut Muluk Al-Thawaif,10

hal ini disebabkan partikularisme baik pribumi

atau ras menjadi salah satu pendorong terbentuknya kerjaan-kerajaan kecil

yang masing-masingnya mempunyai penguasa sendiri.11

Di Kordova keluarga Jahwariyah mengepalai sejenis Republik yang

pada tahun 1068 diambil alih oleh Bani Abbad di Seville, sejak saat itu

dominasi diantara Negara-negara muslim terletak di Seville, yang

8 Thomsond & Rahim, Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 81

9 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006, hal.

97 10

Lewis, The Arab in History, hal 129 11

W. Montgomery Watt & Pierre Chachia, A History of Islamic Spain (Edinburgh

University Press, 1992) Hal 91

Page 15: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

7

kedudukannya selalu dihubungkan dengan Kordova. Kemudian di Granada

terdapat pusat kekuasaan rezim Ziriyah, yang namanya diambil dari nama

pendirinya yang berkebangsaan Berber, Ibn Ziri. Rezim ini di hancurkan oleh

sekelompok Murabitun Maroko pada 1090. Inilah satu-satunya kota muslim

Spanyol yang di dalamnya seorang Yahudi, Wazir Isma‟il ibn Naghzalah,

pernah memegang kekuasaan yang benar-benar kuat. Di Malaga dan distrik-

distrik sekitarnya, kekuasaan distrik Hamudiyah, yang pendirinya dan dua

penerusnya menjadi Khalifah di Kordova, berakhir sampai 1057. Serta

kekuasaan Ziriyah berakhir, Malaga akhirnya berada dibawah cengkraman

Murabitun. Di Saragosa, banu Hud berkuasa dari 1039 sampai di kalahkan

orang Kristen pada 1141, diantara raja-raja kecil ini, pemerintahan terpelajar

Abbadiyah di Seville adalah paling kuat yang merupakan cikal-bakal

datangnya Murabitun ke Andalusia.12

Semua kerajaan ini di pimpin oleh penguasa-penguasa yang berasal

dari berbagai macam suku bangsa dan golongan. Di samping itu, hal ini juga

mencerminkan adanya ketidakharmonisan etnik dan persaingan antar

kelompok militer yang dapat menimbulkan peperangan satu sama lainnya,

seringkali para raja-raja itu meminta bantuan orang-orang Kristen Trinitarian

yang tentunya amat senang hati membantu. Pada ketika itu kaum muslim

terpecah belah dan mulai mengukur diri mereka sebagai anggota dari bangsa-

bangsa yang berbeda, sebab perpecahan dari kalangan mereka ini, diiringi

dengan kepentingan kotor dan ambisi berlebih-lebihan dari beberapa Raja dari

12

Philiph K Hitti, History of the Arab, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010, hal 683

Page 16: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

8

mereka, dalam keadaan seperti ini orang-orang Kristen mampu menyerang

kaum muslim secara tuntas dan menundukan mereka satu demi satu. 13

Kerajaan-kerajaan tersebut yang berbatasan langsung dengan teritorial

yang dikuasai orang-orang Kristen Trinitarian di bagian Utara semenanjung

Iberia, mereka diwajibkan untuk membayar upeti tahunan kepada orang-orang

Kristen supaya tetap memperoleh “kemerdekaan” nya. guna membayar upeti

ini serta mempertahankan kemewahan hidup di bawah kekuasaan mereka,

Para penguasa dari kerajaan-kerajaan kecil ini menarik pajak yang tinggi

kepada rakyat yang hidup dibawah kekuasaan mereka, Pajak ini jauh melebihi

batas penarikan pajak yang di bolehkan oleh hukum-hukum Islam. 14

Sebuah perjuangan sia-sia bagi mereka yang berjuang untuk

mempertahankan atau menerapkan kembali ajaran Islam dalam segala

aspeknya yang kemudian tidak hanya mendapatkan diri mereka berperang

melawan orang-orang Kristen Trinitian di Utara, tetapi juga melawan saudara-

saudara muslim mereka. mereka terjebak dalam posisi pecah dan pembusukan

yang tak dapat di putar mundur kembali.15

Selama kaum muslim Andalusia

tetap bersatu dalam ajaran Islam mereka, mereka terus berkembang dan

meluas. Begitu mereka mulai mengabaikan agama Islam dan menjadi terpecah

belah, jumlah mereka mulai berkurang, dan orang-orang Kristen mulai mampu

mengambil alih urusan yang ada di Andalusia. Perpecahan di dalam umat ini

merupakan satu dari faktor-faktor yang fundamental yang menjadi penyebab

13

Khilafah,” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam , jilid II (Ichtiar Baru Van Hoeve,

tanpa tahun) hal 201-202 14

Thomsond & Rahim , Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 81 15

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal 98

Page 17: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

9

pembasmian sepenuhnya Islam dari Andalusia, sebab hal ini merupakan

kelemahan yang sepenuhnya di manfaatkan oleh kaum Kristen Trinitarian di

Utara. Ketika kaum muslim di Andalusia terpecah, bala tentara Gereja

Trinitarian memperoleh tumpuan di Negeri itu dan dibantu oleh orang-orang

Kristen yang hidup di wilayah kekuasaan muslim, yang sebenarnya telah

bertambah jumlahnya dan maju kehidupannya akibat pemerintahan muslim

yang amat toleran, cengkraman mereka atas negri itu semakin kuat.

Dalam menuruti rencana-rencananya, raja Kristen tidak pernah

melewati momen-momen untuk melakukan serbuan ke negeri umat muslim,

yang umumnya didapati dalam keadaan penuh perselisihan dan pertikaian

internal, hal-hal yang mempercepat keruntuhan dan kehancuran mereka

sendiri.

Sesungguhnya, bukan hanya kepala-kepala suku independen pada

waktu itu terus menerus melancarkan perang satu sama lain, tetapi mereka

juga tidak jarang menarik keuntungan bagi diri mereka sendiri. Dengan

menggunakan bala tentara dan senjata dari orang-orang Kristen, mereka

menyerang dan menghancurkan saudara sebangsa serta seagama mereka

sendiri, memboroskan hadiah-hadiah mahal dari Alfonso (leluhur dari semua

raja Kristen yang dikenal dengan nama tersebut) dan memberikan kepadanya

harta karun sebanyak-banyaknya yang dia inginkan supaya bisa mendapat

uluran tangan darinya dan untuk menjamin keamanan bagi diri mereka sendiri,

serta bantuan untuk menghadapi musuh-musuh mereka.

Orang-orang Kristen, yang melihat kaum muslim telah jatuh ke dalam

Page 18: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

10

kondisi korup, menjadi luar biasa gembira; sebab, pada waktu itu, amat sedikit

orang yang memiliki ahlak mulia dan prinsip Islam yang kuat di tengah kaum

muslim, masyarakat umum mulai minum-minuman keras dan melakukan

segala hal yang berlebih-lebihan. Para pemimpin Andalusia hanya berfikir tak

lain soal membelanjakan uang untuk mengundang atau membeli penyanyi

perempuan, budak-budak untuk melayani mereka, berpesta pora

menghabiskan sampai bersih harta Negara yang telah terkumpul di masa lalu,

dan menindas rakyat mereka dengan segala bentuk pajak dan pungutan, dan

mereka mengirimkan hadiah-hadiah dan persembahan mahal kepada Alfonso,

serta memohon kepadanya untuk membantu mereka mencapai keinginan-

keinginan ambisius mereka.16

Segalanya berlangsung dalam cara ini di tengah

para kepala suku Andalusia yang saling bertentangan satu sama lain, hingga

kelemahan menguasai orang-orang yang menjadi penakluk diantara mereka,

juga orang-orang yang di taklukan; dan kehinaan memangsa menyerang,

sebagaimana hal itu melumat mereka yang di serang; para jenderal dan kapten

tak lagi menunjukan keberanian mereka; penduduk negeri terjerumus kedalam

penderitaan dan kemiskinan terparah. Islam, tak terpisahkan seperti tubuh di

tinggalkan jiwa, tak lebih hanya mayat semata.

Diantara para penguasa muslim, yang pada dasarnya tidak tunduk pada

Alfonso; setuju untuk membayar upeti tahunan kepadanya. Dan dengan

demikian menjadi pengumpul kekayaan bagi kerajaan Kristen di wilayah

kekuasaan mereka sendiri, ketika keadaan serupa ini terus berlangsung tak

seorang pun yang berani menentang kehendak ataupun melanggar perintah-

16

Hitty, History of the Arab, hal 686

Page 19: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

11

perintah Alfonso.

Dibawah kepemimpinan Alfonso tersebut, satu demi satu kota kaum

muslim jatuh ke tangan orang-orang Kristen Trinitarian dan pada 1072 ia telah

menjadi penguasa Leon, Castilia, dan portugis. Aktivitasnya berpuncak pada

perebutan Toledo, setelah pengepungan yang di lancarkannya selama tujuh

taun.17

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengambil judul

“DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG KERUNTUHAN

KEKUASAAN ISLAM DI ANDALUSIA ABAD XI”

B. Permasalahan penelitian

Pembahasan mengenai situasi budaya, agama dan politik umat Islam di

wilayah Andalusia diharapkan menjadi gambaran awal faktor terjadinya

disintegrasi tersebut. Adapun supaya pembahasan skripsi ini tidak mengalami

pelebaran, maka penulis memfokuskan pada permasalahan:

1. Yang dimaksud dengan disintegrasi disini adalah perpecahan yang terjadi

pada umat Islam di Andalusia.

2. Skripsi ini akan membahas faktor internal dan eksternal terjadinya proses

disintegrasi berdasarkan teori konflik Ralf Dahrendorf.

Dengan Perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan Umat Islam di Andalusia mengalami

Disintegrasi?

17

Thomsond & Rahim , Islam Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 91

Page 20: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

12

2. Bagaimana dampak dari disintegrasi umat Islam di Andalusia?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui sejarah awal mula keruntuhan Islam di Andalusia

2. Memahami secara baik keadaan dan dampak disintegrasi yang terjadi pada

umat Islam di Andalusia

3. Dalam skala yang lebih global, mengambil pelajaran untuk berbuat yang

lebih baik di masa yang akan datang bersandarkan pada peristiwa sejarah

tersebut.

D. Kontribusi

Secara teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi

pengembangan pengetahuan terkait dengan historisitas Kemunduran Islam di

Andalusia. Dan aplikasi terhadap penulis dapat menambah khazanah

kesejarahan dan pengetahuan tentang penyebab dari munculnya Disintegrasi

umat Islam di Andalusia pada abad 11.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial. Lebih tepatnya,

dalam membedah sejarah Islam di Andalusia ini, saya akan menggunakan

teori social yang membicarakan tentang konflik. Teori konflik ini saya

gunakan Ralf Dahrendorf untuk melihat pihak yang bertikai, yang

berakibat pada kemunduran Islam di Andalusia.

Page 21: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

13

2. Sumber data

Data ataupun sumber penelitian dapat dikategorikan menjadi dua;

data primer dan data sekunder. Data primer, adalah beberapa data yang

merupakan data rujukan utama yang menjadi rujukan keilmiahan.

Bentuknya, berupa dokumen-dokumen penting pada zaman itu.

Sedangkan data Sekunder bentuknya seperti buku-buku bacaan,

artikel-artikel, jurnal, dan hasil wawancara pada tokoh yang mempunyai

kapasitas yang mumpuni di bidang Islam di Andalusia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik library research (study

kepustakaan). Yaitu dengan menelaah buku-buku, majalah, artikel-artikel

yang memuat tentang Islam di Andalusia. Sedangkan untuk sumber

lainnya, terutama untu sumber sekunder, penulis mendapatkannya lewat

hasil penjelajahan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain

itu, penulis juga mendapatkannya di Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora. Beberapa sumber liannya yang didapat, juga berasal dari

pribadi, dan dari teman penulis.

4. Analisa Data

Data-data yang sudah terkumpul kemudian masuk pada tahap

analisa untuk mendapat sumber yang otentik dan otoritatif. Data tulisan

diklasifikasi untuk menentukan waktu penulisan dan isi dari dokumen

tersebut. Sedangkan, hasil wawancara akan ditranskrip dalam tulisan,

kemudian diintegrasikan, diolah, dengan data-data yang telah ada.

Selain proses analisis di atas, data-data tersebut akan masuk ke fase

Page 22: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

14

kritik sumber. Pada tahap inilah, sumber itu mulai terlihat layak atau tidaknya

data itu disebut otentik, sehingga karya sejarah ini dapat diuji secara ilmiah.

Kemudian fakta sejarah yang telah dianalisis dengan metode kritik sumber

akan diadakan interpretasi dengan menggunakan pendekatan multidesipliner

dalam ilmu-ilmu sosial.

F. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian skripsi ini disajikan kedalam empat bab:

Bab I menyajikan pokok mengenai latar belakang masalah,

permasalahan penelitian, tujuan, kontribusi, metodologi penelitian, serta

sistematika penulisan.

Bab II memuat pembahasan gambaran umum mengenai Islam di

Andalusia dari segi historis, latar belakang terjadinya disintegrasi, keadaan

sosial pada masa disintegrasi.

Bab III memuat tentang kebangkitan umat Nasrani, dampak dari

terjadinya disintegrasi sampai pada faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

disintegrasi.

Bab IV bab penutup, yang berisi mengenai kesimpulan dari seluruh isi

tulisan beserta saran.

Page 23: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

16

BAB II

MULUK AL-TAWAIF

A. Islam di Andalusia dari segi Historis

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah al-Walid (705-715

M), salah seorang Khalifah dari bani Umayah yang berpusat di Damaskus.

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara18

dan

menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah.

Penguasa sepenuhnya atas afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul

Malik mengangkat Hasan ibn Nu‟man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah

itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu‟man sudah digantikan oleh

Musa ibn Nushair. Dizaman al Walid itu, Musa ibn Nushair, memperluas

wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia

juga menyempurnakan penaklukan kedaerah-daerah bekas kekuasaan bangsa

Barbar di pegunungan-pegunungan sehingga mereka menyatakan setia dan

berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah

mereka lakukan sebelumnnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari

pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khalifah bani

Umayah memakan waktu selama 53tahun yaitu mulai tahun30 H (masa

pemerintahan Muawiyah Ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-

Walid)19

sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam dikawasan ini

18

Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Grafindo Persada, Cet ke II 2000.

Hal. 87 19

A. Syalabi, Sejarah dan kebudayaan Islam, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983,

cetakan pertama), hlm. 154

Page 24: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

17

sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang

kekusaan islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai umat islam

dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan

kerajaan romawi, yaitu kerajaan gothic. Kerajaan ini sering menghasut

penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah

kekuasaan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam. Setelah kawasan ini

betul-betul dapat dikuasai umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk

menaklukkan Spanyol, dengan demikian Afrika Utara menjadi batu loncatan

bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang

dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuannya pasukan ke sana. Mereka

adalah Tharif bin Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat

disebut-sebut perintis dan penyelidik, ia menyebragi selat yang berada diantra

Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang

diantaranya adalah tentara berkuda mereka menaiki empat buah kapal yang

disediakan oleh Julian.20

Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat

perlawanan yang berarti, Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa

harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan

Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighotic yang

memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M

mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq

20

Ibid., hlm. 158.

Page 25: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

18

bin ziyad.21

Thariq ibn ziyad lebih banyak dikenal sebagai panaklukan pasukannya

lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar

suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nusair dan sebagian lagi orang

Arab yang dikirim khalifah al-Walid pasukan itu kemudian menyebrangi selat

dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.22

sebuah gunung tempat pertama kali

Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya dikenal dengan

gibraltar. Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu secara luas

memasuki spanyol. Dalam pertempuran ini disuatu tempat yang bernama

bakkah, Raja Roderrck dapat dikalahkan, dari situlah Thariq dan pasukannya

terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo

(ibukota Goth pada jaman itu)23

sebelum Thariq menaklukan kota-kota Toledo

ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara,

Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel sehingga

jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang jumlah ini belum sebanding

dengan pasukan Gothic yang jauh lebih besar 100.000 orang

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq bin Ziyad, membuka

jalan untuk menaklukan wilayah yang lebih luas lagi, untuk itu Musa ibn

Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan

maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar ia

berangkat menyebrangi selat itu dan satu persatu kota dilewatinya dapat

21

Philip K. Hitty, History of the Arabs (London: Macmillan Press, 1970), hlm 493 22

Carl, Brockelmann, History of the Islamic Peoples, (London: Rotledge & Kegan Paul,

1980), hlm 83 23

A. Syalabi, op. cit., hlm 161

Page 26: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

19

ditaklukannya, setelah Musa ibn Nushair berhasil menaklukan Sidonia,

Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasaa Kerajaan Ghotic

theodomir di Oriheula, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya

keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk

bagian Utaranya mulai dari Sargosa sampai Navarre.24

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa

pemerinthan khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini

sasaran ditunjukan untuk menguasai daerah sekitar pergunungan Pyrenia dan

Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepadad al-Samah, tetapi

usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya

pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd al-Rahman ibn Abdullah al-

Ghafiqi. Dengan pasukkannya ia menyerang kota Tours, akan tetapi diantara

kota Poiter dan Tours itu ia ditahan olehh Charler martel, sehingga

penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali

ke Spanyol. Sesudah itu masih juga terdapat penyerangan-penyerangan seperti

ke Avirignon tahun 734 M ke Lyon 743 M dan pulau-pulau yang terdapat

dilaut tengah Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian

dari Sicilia juga jatuh ketangan Islam di zaman bani Umayah.25

Gelombang

kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada

permulaan abad ke 8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar

24

Brockelmann, History of the Islamic Peoples, Hal 14 25

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press,

1985, cetakan kelima), hal 62

Page 27: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

20

jauh menjangkau Perancis tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.26

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu

mudah hal itu dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang

menguntungkan, yang dimaksud faktor eksternal adalah suatu kondisi yang

terdapat didalam negeri Spanyol sendiri pada masa penaklukan Spanyol oleh

orang-orang Islam, kondisi sosial politik dan ekonomi negeri ini terkoyak dan

terbagi-bagi kedalam beberapa negeri kecil, bersamaan dengan itu penguasa

Ghotic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh

penguasa yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain

Yahudi. Penganut agama Yahudi, yang merupakan bagian terbesar dari

penduduk Spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen, yang tidak

bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.27

Rakyat dibagi-bagi kedalam

sistem kelas sehingga keaadaaannya meliputi oleh kemelaratan ketertindasan

dan ketiadaan persamaan hak. Didalam situasi seperti itu kaum tertindas

menanti kedatanagan juru bebas dan juru pembebasannya mereka temukan di

islam.28

Kerajaan berada dalam kemelut, membawa akibat perlakuan yang keji

koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan

pemberontakan perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu

keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan ini amat

banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat ketika

26

Bertold Spuler, The Muslim World: A Historical Survey, (Leiden: E.J. Brill, 1960) hal

100 27

Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983) jal 118 28

Syed Mahmuddunnasir, Islam Its Concept & History, (New Delhi: Kitab Bhavan,

1981), hal 214

Page 28: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

21

Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh padahal

sewaktu Spanyol berada dibawah pemerintahan Romawi berkat kesuburan

tanahnya pertanian maju pesat demikian juga pertambangan industri dan

perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi

setelah Spanyol berada dibawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian

lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun, hektaran tanah dibiarkan

terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup dan diantara satu darerah

dengan yang lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya sosial ekonomi dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh

keadaaan politik yang kacau, kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan

Raja Roderik, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran Raja Ghot adalah ketika Raja Roderick

memindahkan ibukota Seviile ke Toledo sementra Witiza yang saat itu

menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaaan

ini memancing amarah dari Oppas dan Achila kakak dan anak Witiza. Kedua

nya kaemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick.

Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum Muslim.

Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian,

mantan penguasa Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di

Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol.

Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai Tharif

dan Thariq dan Musa. Hal yang menguntungkan tentara Islam adalah bahwa

tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi

Page 29: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

22

mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini

tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi

perjuangan kaum Muslimin.

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi

yang terdapat dalam tubuh penguasa tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit

Islam yanng terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para

pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat tentaranya kompak bersatu dan

percaya diri. Merekapun cakap berani dan tabah dalam menghadapi setiap

persolalan, yang terpenting adalah ajaran Islam yang ditunjukan para tentara

Islam yaitu toleransi persaudaraan dan tolong menolong. Sikap toleransi

persaudaraan dan tolong menolong itu menyebabkan penduduk spanyol

menyambut kehadiran Islam.29

B. Latar Belakang Disintegrasi Umat Islam

M. Lombard,30

menyebutkan bahwa tujuhbelas ribu pasukan Tariq Ibn

Ziyad dan Musa Ibn Nusayr ke Spanyol yang terdiri dari orang-orang Berber

dan Arab adalah, mereka yang Berdarah militer alami. Tidak seorangpun dari

mereka kembali ke Afrika. Kemudian diikuti para imigran Berber maghribi,

yang tertarik kepada kesuburan tanah taklukan baru itu. Keadaan tersebut terus

berlangsung sampai abad pertengahan, yang memungkinkan Kerajaan

Granada dapat bertahan sampai abad kelimabelas. Dengan demikian di

samping penduduk Spanyol, terdapatlah orang-orang Berber Afrika Utara dan

29

Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Hal 93 30

Lihat M. Lombard, The Golden Age of Islam, (Amsterdam: North-Holland Publishing

Company, 1975), h. 78; selanjutnya disebutkan The Golden saja.

Page 30: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

23

Arab. Dan karena Afrika lebih dekat ke Spanyol dibanding Suria dan Arabia,

maka orang Berber lebih banyak dari orang Arab.

Hal yang kemudian menimbulkan permasalahan adalah, penempatan

bekas pejuang atau penakluk Andalusia yang berasal dari Afrika, dan Arab.

Kedua bangsa ini sama-sama berjasa dalam penaklukan Spanyol. Tetapi

orang-orang Arab yang menduduki kursi kepemimpinan kata al-'Ibadi31

,

mengambil wilayah sebelah timur dan selatan yang subur dan berudara baik

untuk kaum bangsanya sendiri, sementara itu untuk kaum Berber diberikan

atau mendapat bahagian di sebelah utara yang berudara dingin dan kering atau

tidak subur.

Al-'Abbadi mengecam sikap orang Arab fanatik yang. menempatkan

diri mereka lebih tinggi dari orang lain, sebagai halnya orang Yunani dan

Romawi, yang memandang pihak lain sebagai barbar dan tidak beradab. Bani

Umayyah, katanya lebih lanjut, telah membangkitkan rasa kesukuan, yang

merusak nama baik mereka dan bangsa Arab.32

Orang-orang Berber itu tidak

dapat menerima perlakuan yang demikian. mereka bangkit melawan, tidak

31

'Abd al-Hamid al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus (Kairo: Dar al-Qalam,

1964)h h. 50 32

Dalam kalangan Bani Umayyah, barangkali Khalifah Umar Ibn Abd al-Aziz sajalah

yang mampu mengembalikan nama baik Bani Umayyah, dengan sikap-sikapnya yang wara' dan

penuh pengertian. Kefanatikan orang-orang Arab terhadap kabilahnya, kadang-kadar)g

mengalahkan kecintaan mereka kepada Islam. salah seorang pengikut nabi palsu, Musaylamah

mengakui: "Aku tahu Musaylamah itu pendusta besar, tetapi pendusta suku Rabi'ah ini, lebih baik

bagiku daripada org. yang selalu berkata benar dari suku Mudar." Yaitu nabi kaum Muslimin

(Lihat al-Tabari, Jami' al-Bayan fi Tafsir al-qur'an (Kairo: al-Misriyyah, 1324 H.), j. ii, h. 508.

demikian pulalah halnya ketika Abu Bakar di bay'at, Sa'ad bin ubadah menolak membai'atnya,

karena cintanya kepada sukunya sendiri. Tidak jauh bedanya dengan Abu Sufyan yg juga tidak

rela Abu Bakar menjadi khalifah, juga berlatar belakang fanatisme sempitnya kepada keluarganya

sendiri. Lihat Ibid., h. 449; lihat juga Alau al-Din al-Hindi, Kanz al-Ummal, (Haidar Abad, Dairat

al-Maarif 1336) j. ii Kerajaan (Bandung: Mizan, 1984) h. 126-7) dalam contoh tersebut, yang

mempelopori kefanatikan dan kesombongan terhadap suku atau kabilah adalah, orang-orang

terkemuka dari kalangan mereka sendiri. Padahal mereka selalu menjadi panutan kaumnya.

Page 31: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

24

hanya karena harta yang berharga itu saja, tetapi juga karena perasaan mereka

telah tersinggung. Dan ini merupakan salah satu faktor timbulnya gerakan

Khawarij, dengan peperangan dahsyat di Afrika, yang mendapat dukungan

orang-orang Berber.33

Sementara itu, Musa Ibn Nusayr yang punya pengalaman banyak

dengan orang-orang Berber ketika menjawab pertanyaan Khalifah Sulayman

Ibn 'Abd al-Malik mengatakan: "Mereka wahai Amir al-Mu'minin, banyak

persamaannya dengan orang Arab dibanding dengan orang 'ajam lainnya;

terus terang dan pemberani (liqa' wa najdah), ulet dan lihai berkuda (sabran

wa Furusiya) lpang dada dan lugu (samahat wa badiyat), kecuali wahai Amir

al-mu'minin, mereka suka culas (ghudr)." Dan bahwa yang negatif dari

mereka adalah, ketidak jujuran. yang nampaknya bertentangan dengan sifat

mereka yang lain, yaitu badiyah atau dusun (murni) dan hertendensi baik. Tapi

mengapa dikatakannya tidak jujur? Barangkali karena Tariq yang diberi

wewenang untuk membatasi gerakan, justru melanggar perintah atasannya,

yaitu Musa sendiri.

Sungguhpun demikian, dapat dipahami juga mengapa pembagian

tempat domisili itu berbeda kondisinya. Pertama, karena mereka (Berber dan

Arab) bukan satu kesatuan bangsa yang berintegrasi secara total, atau

berasimilasi penuh. sehingga tidaklah mungkin satu tempat didiami oleh dua

suku secara bersamaan. Kedua, setiap pihak membawa adat kebiasaan yang

berlainan, sungguhpun banyak persamaannya (sebagai yang digambarkan

33

'Abd al-Hamid al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus , op.cit., hh 53-4

Page 32: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

25

Musa). Dan ini alamiyah sifatnya (sunnat Allah),34

sehingga pemisahan tempat

adalah alami juga.

Ketiga, orang-orang Arab menduduki posisi kepemimpinan, sedangkan

orang-orang Berber di bawah mereka. Kekuasaan di Semenanjung Iberia itu

diperoleh melalui gerakan militer, sehingga hirarki kemiliteran amat berperan

di dalam kepemimpinan mereka. Dalam kalangan militer penghormatan

terhadap komandan merupakan unsur kedisiplinan yang harus ditaati. dengan

demikian bila pihak Arab yang menduduki tempat teratas dalam hirarki

militer, mengambil tempat yang lebih subur untuk diri mereka terlebih dahulu

dan sisanya bagi orang Berber, dapat dipandang sebagai sesuatu hal yang

wajar saja, sungguhpun menimbulkan ketidak puasan pada pihak yang

"dirugikan", dalam hal ini Berber. Salah satu akibat dari kebijaksanaan

kepemimpinan Arab pada masa Imarah tersebut di atas ialah: timbulnya

pemberontakan orang-orang Berber pada tahun 740 M. kebangkitan mereka

menentang kepemimpinan Arab berlanjut sehingga dua abad kernudian.35

Pertentangan juga terjadi di antara sesame bangsa Arab; Qays dan Kalb.36

Dan

di antara Mudar dari utara dan orang Yaman dari selatan Arabia.Yang utara

dipengaruhi oleh Sunni, yang lain oleh Syi'ah.37

Sesudah itu timbul pula kelompok Islam lainnya yang terdiri dari orang-

orang Spanyol sendiri dan orang-orang Slavia. Masing-masing kelompok

34

Lihat al-Qur‟an, 49:13 35

Encyclopaedia Britannica. Chicago: William Benton; Publisher, tt. J. xx,, h. 1087,

orang Berber juga mernberontak di Afrika (Marokko) pada tahun 740 36

Ibid 37

Hitty, History, op, cit., h. 502. Kedua "partai" tersebut (Sunni dan Syi'ah), bertentangan

dalam hal berebut kepemimpinan kaum Muslimin (kekhalifahan Islam) dan bersifat politis. Di

antara keduanya juga terdapat perbedaan dalam hal menyangkut hukum dan ketentuan-ketentuan

syari'at, yang sering dikategorikan dalam bidang fiqih.

Page 33: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

26

tersebut memiliki pengikut dan tujuan sendiri. Pertentangan, perselisihan dan

peperangan yang timbul di antara mereka terus-menerus hingga terjadi

ketidakstabilan pemerintahan yang berkepanjangan. Tidak pernah ada

ketenangan politik di Iberia ini, kecuali bila yang menjadi pemimpinnya

adalah seorang yang benar-benar kuat dan mampu menundukkan rakyatnya.38

Gejala perpecahan ini sudah nampak di mata Karel Martel, yang pernah

menghadang Abdurrahman al-Ghafigi di Poitiers. Ia menasihati kaumnya

untuk tidak menghadang bangsa Arab, agar membiarkan mereka melakukan

apa saja yang mereka kehendaki. Karena orang-orang itu mempunyai

kemauan keras, dan niat yang suci dan benar. Dalam keadaan demikian orang

Arab tersebut, tidak dapat dihancurkan, "Tunggulah" katanya, "sampai mereka

menjadi tenang menyelesaikan segala persoalan, kemudian akan berlomba

lomba memperebutkan kursi kepemimpinan, kekayaan dan harta. Ketika itulah

mereka akan berselisih dan menjadi lemah, dan memberikan kesempatan

kepada kalian untuk melawannya dengan mudah".39

Dan ramalan tersebut

ternyata tidak meleset.

Dalam periode keamiran pertama, Spanyol dipimpin oleh kaum

militer,140

yang berasal dari para penakluk yang datang dari Afrika Utara, yang

kemudian menjadi penghuni tetap. Dalam periode ini terdapat dua puluh orang

amir, yang masing-masing memerintah dalam masa jabatan relatif singkat. Hal

tersebut karena mereka menganut sistem yang bebas dan terbuka dalam

38

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,( Kairo:

1969) v, h. 36. 39

'Abd al-Hamid al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus (Kairo: Dar al-Qalam,

1964)h. 53 40

Lombard, The Golden Age of Islam, h. 78.

Page 34: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

27

menentukan dan menilai kepemimpinan seorang amir. Dan sekaligus

menunjukkan adanya ketidak stabilan41

dan pergolakan dalam kepemimpinan

mereka.

Amir terakhir yang berkuasa, dan sekaligus merupakan penutup periode

keamiran pertama, yang demokratis itu adalah Yusuf b. Abd al-Rahman al-

Fihri. Ia digulingkan oleh pendatang baru dari Damaskus. Sejak itu periode

keamiran kedua dimulai, dan tidak ada lagi amir yang dipilih secara langsung

dan bebas oleh rakyatnya. Karena yang berkuasa adalah keluarga Raja. Tetapi

gelar amir tetap juga digunakan.42

„Abd al-Rahman B. Muawwiyah, pengganti Yusuf al-fihri merupakan

tokoh legendaris; yang berhasil melepaskan diri, ketika seluruh keluarganaya

keluarganya dibantai oleh lawan politik mereka di Damaskus. Ia adalah salah

seorang cucu Hisyam khalifah Islam yang kesepuluh Dinasti Bani Umayah.

Ketika pembunuhan massal berlangsung terhadap keluarganya, ia sempat

bersembunyi dalam sebuah kemah Badui di tepi sungai Effrat. Riwayat

hidupnya hampir saja berakhir, ketika bendera hitam lambang Abbasiyah

melintas di dekat tempat persembunyiannya. Menyadari ada bahaya yang akan

merenggut nyawanya, ia melompat ke dalam sungai bersama saudaranya yang

masih berusia tigabelasan tahun. Semangatnya untuk tetap hidup, mendorong

keberaniannya melawan arus berenang ke tepi seberang sungai. sementara

saudaranya berbalik ke belakang, mungkin karena takut terbawa hanyut

bersama arus sungai yang deras, atau mungkin juga karena terbujuk oleh janji

41

Abd al-Hamid al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus op.cit., h 49 42

Mungkin karena meyakini konsep bahwa di dunia Islam hanya ada seorang Khalifah,

yang waktu itu, b.Abbas.

Page 35: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

28

mereka yang memburunya, ia datang kepada mereka. Nasibnyapun ditetapkan

di ujung pedang pembunuhnya.43

Abd al-Rahman B. Mu'awiyah menempuh perjalanan panjang bersama

pembantunya yang setia, Badr. Pemuda yang serusia duapuluhan itu,

membungkus dirinya dalam penyamaran, untuk mengelabui mata-mata jeli

kaum Abbasiyah, yang pada setiap saat siap menyudahi riwayatnya. Selama

limatahun ia mengadu nasibnya ke Palestina, Mesir, dan akhirnya ia tiba di

Ceuta (755) di Afrika Utara. Dan keberuntungan masih tetap menyertainya,

ketika gubernur Afrika utara yang masih punya hubungan keluarga dengan Al-

Fihri, nyaris membunuhnya. Di sini ia mendapat bantuan salah seorang paman

dari pihak ibunya, seorang keturunan Berber. Disini juga segala rencana

diputuskan. Badr dikirim ke daratan Iberia untuk menghubungi simpatisan

keluarga Bani Umayyah. Nampaknya nama Umayyah masih mendapat cukup

banyak simpati. Dan barangkali ia sendiripun tidak menduga sebelumnya,

Sebuah kapal khusus dikirim untuk menjemput pemimpin mereka ke Ceuta.

orang-orang Yaman yang diKalahkan Yusuf al-Fihri dari suku Mudar,

mendukung kehadiran 'Abd al-Rahman b. Mu'awiyah, yang kemudian

mendapat gelar al-Dakhil, karena berhasil melepaskan diri dari pengejaran

Bani Abbas dan masuk ke Spanyol.44

Pengalamannya dalam pengembaraan selama lima tahun, dan

pendidikan yang diterimanya dalam keluarga kerajaan, menjadikannya

seorang yang matang dalam kepemimpinan dan politik kenegaraan. Tidak sulit

43

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh (Beirut: Dar Sadir, 1965) j. vi,., j. v, h. 377 44

Ibid

Page 36: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

29

baginya menghimpun para pendukung dalam suasana yang serba kacau, dan

lawan yang dihadapinya dapat ditundukkan, setelah beberapa wilayah di

selatan Spanyol menerima kehadirannya tanpa perlawanan; Archidona,

Sidona, dan Seville. Dari Seville ia menyerang kordoba. Dan pada 14 Mei 756

di tepi sungai Guadalquivir, kedua pasukan bertemu. Pertempuran tidak

berlansung lama, yusuf nampak melarikan diri dan kemudian Kordoba

dikuasai dalam kesempatan lain, Yusuf terbunuh di Toledo.45

Dengan naiknya 'Abd al-Rahman b. Mu'awiyah kepanggung politik di

Andalus, maka kekuasaan Bani Abbas mendapat tantangan dari Bani

Umayyah yang baru saja digulingkannya. Di Bagdad pada waktu itu sedang

berkuasa khalifah Abu Ja'far 'Abdullah Ibn Muhammad al-Mansur (136-

158/754-775), khalifah kedua yang menggantikan Abu al-'Abbas al-saffah

(132-136/750-754). 'Abd al-Rahman I (al-Dakhil) di Andalus itu, segera

memutuskan hubungannya dengan Bagdad, setahun setelah ia berkuasa, di

dalam khutbah-khutbah dihapuskan nama khalifah Abbasiyyah, tetapi ia

sendiri tidak menggunakan gelar khalifah untuk dirinya. Ia tetap memakai

gelar Amir sebagaimana yang berlaku ketika itu di Andalus.46

Sementara itu, Al-Mansur di Bagdad sedang menghadapi bahaya yang

datang dari Kerajaan Bizantium yang berada di bawah pimpinan Kaisar

Constantine V (740-775), di Asia Kecil,2 Dengan demikian Al-Mansur tidak

45

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh op.cit., h. 57 46

Hitty, History, op,cit., h. 508, Ketidak beranian „Abd al-Rahman menggunakan gelar

khalifah, erat kaitannya dengan keyakinan umum umat Islam pada waktu itu; yaitu di dunia Islam

hanya ada seorang khalifah saja. Keyakinan ini berubah di kemudian hari, ketika Kaum Syi'ah

menggunakan gelar khalifah bagi kepala negaranya di Mesir. Tindakan syi‟ah tersebut, mendorong

Abd al-Rahman III dari Andalus untuk berbuat serupa Dan ternyata kaum Muslimin menerimanya.

Page 37: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

30

dapat mengambil tindakan apapun untuk menghukum 'Abd al-Rahman yang

telah dengan gemilang memisahkan dirinya dari Bagdad.

Baru pada tahun 761 Khalifah Al-Mansur memberanikan diri mengirim

Al-A'la Ibn Mughit‟s ke Spanyol bersama tujuh ribu anggota pasukannya, dari

Afrika utara. Dalam sebuah pertempuran sengit di selatan, Al-A'la tewas ber-

sama sejumlah anggota pasukannya.47

'Abd al-Rahman mengirim kepala

mereka yang terbunuh ke Qairawan, dan kepala Al-A'la dikirim kepada Al-

mansur yang sedang menjalankan ibadah hajinya di Mekkah, bersama dengan

bendera hitam, lambang abbasiah.48

Ketika itulah Al-Mansur menyatakan rasa

syukurnya kepada Allah yang telah memisahkan dirinya dan musuhnya itu

dengan lautan.49

Iapun menjuluki 'Abd al-Rahman I sebagai seekor Rajawali

Quraisy (Saqr Quraisy).

Rajawali Quraisy kemudian berhadapan dengan para pemberontak yang

bersimpati, atau sisa-sisa pengikut Yusuf al-Fihri, seperti Sulaiman b. Yaqzan

al-A'rabi al-Kalbi seorang penguasa Barcelona, bersama 'Abd al-Rahman b.

Habib al-Fihri, Abu Sa'ud al-Fihri dan Abu al-Aswad b. Yusuf. mereka

meminta bantuan Al-Mansur melalui Afrika Utara, dan meminta infiltrasi

Charlamagne dari Perancis, agar memperluas wilayah kekuasaannya ke

Asbania. Diperoleh kesepakatan, bahwa Al-Fihri dan kawan-kawannya akan

menyerang dari selatan bersama pasukan dari Afrika Utara, sementara pihak

47

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh , op.cit., j. vi, hh. 7-8. 48

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, (Bulan: 1248), j. vii., j. iv, h. 122-4. Ibn „Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-

Maghrib, (Leyden, 1848)ed. Dozy, j. ii h. 671, h. 61 49

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy, (Leyden, 1855), j.i

h. 166;

Page 38: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

31

Charlemagne menyerang 'Abd al-Rahman dari sebelah utara.

Tetapi al-Fihri dan al-Kalbi tidak sabar menanti kedatangan sekutunya,

Charlamagne. Mereka menyerang lebih dulu dari selatan, dan 'Abd al-Rahman

mematahkannya dengan mudah. Dan ketika Charlamagne memulai

penyerangannya (778) dari arah timurlaut Spanyol menuju ke Saragossa, pintu

kota ditutup di depan mata mereka. Dan pada saat bersamaan dengan itu,

tersiar kabar tentang penyerangan orang-orang Saxon, dari utara terhadap

Charlamagne. Sehingga pasukan tersebut ditarik kembali, dan digiring pulang.

Dalam perjalanan yang “penuh dengan kekecewaan" itu, orang-oranq Franka

di pegunungan Pirennea menyerang mereka, dalam satu gerakan bersifat

kejutan, Sehingga banyak korban yang jatuh. Dan di antara korbannya adalah

pahlawan gagah berani, Roland. peristiwa tersebut mengilhami para penyair

menyusun epic, sejenis sastra yang bernada pemujaan terhadap sifat berani.

yang kemudian menjadi bibit dari syair "hamasah" dalam kesusasteraan

Perancis.50

Dengan demikian 'Abd al-Rahman menunjukkan keunggulannya,

terhadap lawan-lawannya, baik yang ada di Barat; atau pun yang ada di Timur.

Kekuatan Barat yang diwakili Perancis yang tentu saja amat khawatir terhadap

"bahaya Islam" itu, untuk sementara harus menerima keunggulan 'Abd al-

Rahman I. Sedangkan Daulat Abbasiyah dari timur, telah merasa cukup

mendapat pil pahit, sejak kegagalan Al-A'la b. Mughits di tahun 761/146, yang

kepalanya dikirimkan kepada Al-Mansur.

50

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal, j. vii, hh. 123-4; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, hal 80-3

Page 39: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

32

Untuk lebih memantapkan kekuasaannya, dalam menghadapi musuh-

musuhnya, 'Abd al-Rahman I membangun angkatan bersenjata dengan tentara

bayaran, yang terdiri dari suku bangsa Berber dari Afrika. Empatpuluh ribu

orang anggota vasukan elite yang berdisiplin keras itu, dapat dengan mudah

diperintahkannya untuk menundukkan lawan-lawannya diarena petempuran.

Dan dengan itu pula, ia dapat mendesak lawan-lawan politiknya untuk

berdamai, atau mengadu kekuatan. Dengan demikian ia selalu diperhitungkan

oleh musuh-musuhnya, yang ingin "mengusik-usik" wilayah kekuasaannya.

kemudian iapun menampakkan kemampuannya membangun negara, dan

membina kesejahteraan umatnya, serta membangun sarana-sarana penunjang

bagi pembangunan dimaksud.

'Abd al-Rahman memperindah ibu-kota keamirannya, Kordoba, dan

memagarinya dengan tembok yang kokoh, sebagaimana kebiasaan kota-kota

di dunia ketika itu. Kemudian ia menggali sebuah kanal air tawar, dan

dibangunnya jembatan indah di atasnya, dengan kamar-kamar mandi umum

serta hotel-hotel, tempat menginap para pelancong. Dan untuk lebih

memperindah ibu-kota ia membangun kebun-kebun hias, di tepi sungai Wadi

al-Kabit. Ia menambah kesemarakan kota dengan istana bergaya Timur,

sebagai yang dibangun kakeknya Hisyam di Damaskus. Ia juga memberi

perhatian terhadap perkembangan di bidang pertanian, dengan membangun

saluran air dan jalan-jalan. Disediakannya sekolah-sekolah, yang tersebar di

kota-kota di Andalusia. Para ulama dan murid-murid mereka, didorong untuk

maju dan menciptakan suasana yang menarik bagi negerinya, kemudian

Page 40: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

33

memberi kesempatan untuk menuntut ilmu bagi para pelajar yang datang dari

Eropa. Mesir, Syam dan Irak. Sehingga Kordoba menjadi pusat kegiatan ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan. Apalagi negeri ini dihuni oleh penduduk yang

multi rasial, yang terdiri dari bangsa-bangsa Arab, Berber, Numidia, Gothia,

Spanyol-Arab; menjadi tempat bertemunya segala bangsa. Asia, Afrika, dan

Eropa. Dua tahun menjelang wafatnya 'Abd al-Rahman membangun sebuah

mesjid agung yang monumental, di pusat ibu kotanya Kordoba, yang

kemudian diperindah dan diperluas oleh Para penggantinya. bentuknya yang

istimewa, dengan pilar-pilarnya yang megah dan agung, memberi kesan

menakjubkan sampai berabad-abad kemudian bahkan setelah dijadikan

katedral oleh Ferdinand III. Pada tahun 1236, mesjid itu tetap dikenal sampai

kini, dengan nama "La mezquita".51

Demikianlah 'Abd al-Rahman I, menguasai Spanyol dan menurunkan

warisan kekuasaan kepada keturunannya, sejak tahun 756 - 1031/ 138 - 422.

Setelah itu Spanyol dikuasai oleh Muluk al-Tawaif.

'Abd al-Rahman al-Dakhil menyadari bahwa Andalus dikuasainya itu,

berada pada suatu wilayah yang berbatasan langsung dengan musuh. Dan

sampai saat ia memerintah keadaan saling bermusuhan masih terus terjadi,

atau pengumuman perang di antara kedua belah pihak belum lagi cabut. Jika

terdapat suasana damai di antara kedua belah pihak, maka hal tersebut terjadi

karena pihak lawan belum mampu atau mampu menyerangnya, dan saling

mengintai serta mencari kesempatan. Atau kedua belah pihak terikat oleh

51

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh , op.cit., j. vi, h. 77

Page 41: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

34

suatu perjanjian tidak saling menyerang. Jika kedua kondisi tersebut sudah

tidak ada lagi, maka perang kembali menguasai keadaan. dengan demikian,

Andalusia selalu terancam perang, sungguhpun suasananya dalam keadaan

dama. Perang dan damai silih berganti dan dapat terjadi pada setiap waktu.

Maka untuk menjaga stabilitas negeri ini, diperlukan adanya persatuan dan

kedamaian di dalam negeri disamping adanya kekuatan angkatan bersenjata

yang kuat. Sehingga musuh negara harus berfikir beberapa kali untuk

menyerang pemerintah; baik yang datang dari luar, maupun yang muncul dari

dalam. Mungkin pertimbangan tersebutlah, yang mendorong Abd al-Rahman

I, mempersiapkan puteranya Hisyam menjadi penggantinya, di samping

pertimbangan dinasti Umayyah yang juga harus dipertahankan dan

dilestarikan. Sehingga perebutan kekuasaan di antara sesama saudara tidak

terjadi.

Sungguhpun demikian, pengangkatan Hisyam mendapat tantangan dari

dua orang puteranya yang lain, yaitu Sulaiman dan Abdullah. Hisyam

mendapat latihan khusus dari ayahnya dalam bidang politik dan peperangan.52

Ia diangkat menjadi penguasa di wilayah perbatasan, Merida, dengan tujuan

agar menguasai pola-pola dan teknik perang pihak lawan, dan terbiasa dalam

memimpin. Ketika Hisyam memangku jabatannya setelah ayahnya wafat, ia

mengangkat sulayman menjadi penguasa di Toledo, dan saudaranya 'Abdullah

menjadi penggantinya di Merida. Tetapi kedua-duanya bersatu memberontak

melawan Hisyam. Sehingga memaksa Hisyam menghadapi saudaranya

52

Kepala negara pada masa itu, tidak hanya menjadi panglima angkatan bersenjata karena

jabatan, tetapi memang harus mahir memainkan senjata dan memimpin perang.

Page 42: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

35

sendiri, yang memakan cukup banyak waktu untuk menundukkan kedua

mereka.53

Hisyam disebutkan meniru tingkah laku pemerintah Umar Ibn Abd al-

Aziz yang wara' dan saleh dan banyak melakukan kegiatan keagamaan.

Hisyam suka menolong orang susah, dan berjalan di malam hari mencari

orang-orang yang sakit yang memerlukan pertolongan. Ia juga mengharuskan

adanya kegiatan jaga malam, untuk mencegah terjadinya kemaksiatan,

pertengkaran dan tindakan-tindakan kriminal di dalam masyarakat. Ia juga

mengirimkan para da'i ke semua wilayah kekuasaannya untuk tugas-tugas

amar makruf nahi munkar, sehingga orang-orang lalim menjadi amat

berkurang, keamanan masyarakat menjadi lebih terjamin.54

la berjalan keliling

kota Kordoba dan bercampur aduk dengan rakyatnya. mungkin karena ia

sebagai pelindung terhadap rakyatnya yang tertindas.55

"Keberanian"

mengambil resiko semacam itu, memang bukan hanya milik Hisyam, tetapi

juga pernah dipraktekkan oleh kepala-kepala negara yang jujur dan ber-

tanggung jawab, sebagaimana halnya dengan Umar Ibn Khattab dan Umar Ibn

Abd al-Aziz pada masa yang lalu.

Dan barangkali karena keadaan di dalam negeri dipandang stabil, maka

Hisyam menghadapi musuhnya dari luar. kepemimpinannya yang religius itu,

memancing simpati kaum Muslimin untuk mengabulkan seruannya melakukan

perang suci ke utara. Beribu-ribu orang tua dan muda, didukung oleh orang-

53

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,j. v, h. 43 54

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 86-7; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-

Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiya., h. 44; Lane Poole, The Arabs in Spain, (New

York:1911) h. 61-2. 55

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah, ibid, Lihat

juga Dozy: History of Muslim In Spain, (London: Frank Cass, tt), h. 242

Page 43: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

36

orang kaya, yang memberi harta mereka untuk penyedia peralatan perang dan

menjadi perajurit di bawah kepemimpinan Hisyam ketika menyerang Galicia.

Kemudian ia menunjuk wazirnya Abd al-Malik bin mughis untuk menyerang

Perancis. Kedua peperangan itu, dimenangkan oleh kaum Muslimin dengan

harta rampasan perang yang melimpah.56

Pada masa Hisyam memerintah Andalusia, di Madinah al-Nunawwarah

berkembang mazhab Maliki. Imam Malik yang hidup sezaman dengannya,

menaruh simpati kepada Hisyam. Dan Hisyam sendiripun menerima mazhab

Maliki menjadi mazhab negara, yang dianut di seluruh Andalus. Dan menjadi

lebih berkembang, setelah Hisyam mengundang para murid Imam Malik

untuk bekerja di Andalus, seperti Ziyad ibn 'Abd al-Rahman dan Yahya bin

Yahya Al-Laitsi. Pengaruh para ahli fikih pada masa Hisyam cukup dominan,

baik dalam bidang hukum dan peradilan maupun dalam bidang politik. Hal

tersebut dimungkinkan mengingat Hisyam sendiri, adalah seorang yang taat

kepada agama, dan amat hormat pada para ulama. Ia diceritakan tidak begitu

terpengaruh dengan kemegahan dan kemewahan duniawi. Hal tersebut

dibuktikan ketika ia menyempurnakan pembangunan sebuah jembatan di atas

sungai Quadalquivir yang dimulai Al-Samh b, Malik al-Khawlami, sehingga

menjadi pembicaraan umum. Sementara itu, orang banyak mempergunjingkan

pembangunan jembatan yang indah itu, untuk memudahkan jalan baginya

untuk berburu. Mengetahui pergunjingan itu, lalu ia bersumpah untuk tidak

56

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh j. vi, h. 80; menyebutkan penyerangan ke Galicia

dipimpin juga oleh amirnya/ wazirnya abd-Malik b. Mughis. Berbeda dgn Mausu' ah dikutip di

atas.

Page 44: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

37

menggunakan jembatan tersebut, sebagai tempat ia berlalu,57

Di samping itu, Hisyam juga amat menaruh perhatian terhadap

perkembangan bahasa Arab, sebagaimana yang diberikan oleh Abd al-Malik

B. Marwan di Damaskus.58

yang menyempurnakan pengetahuan orang-orang bukan Arab yang

telah mulai pandai berbahasa Arab. Dan barangkali juga Hisyam menyadari

bahwa, bahasa merupakan faktor utama baqi komunikasi masyarakat,untuk

dapat memahami pikiran atau pendapat, antara satu dengan lainnya. Apalagi

bahasa Arab itu, tidak saja menjadi bahasa agama yang tercantum dalam kitab

suci al-Qur'an dan Hadis, tetapi juga menjadi bahasa wajib dalam ibadah kaum

Muslimin, sehingga bahasa Arab menjadi faktor utama bagi pembentukan

masyarakat Islam di Andalusia. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa

Arab dipakai oleh sekolah-sekolah yang didirikan kaum Yahudi. Dan

sungguhpun ia seorang yang fanatik terhadap agama, dan memimpin sendiri

pertempuran melawan orang-orang Kristen di utara seperti disebutkan di atas,

ia amat toleran terhadap kaum zimmi baik dari kalangan Kristen maupun

Yahudi di dalam wilayah kekuasaannya, mereka diizinkan membangun

sekolah dan rumah-rumah ibadah, dan mengangkat sejumlah besar dari

mereka menjadi pegawai dalam pemerintahannya.59

Setelah Hisyam wafat tampuk kepemimpinan di pegang oleh Puteranya

ialah Al-Hakam b. Hisyam, Ia gemar berolah raga dan berburu, senang pada

57

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j.i, h. 160 58

Lihat Islam dan Aspeknya, op.cit., j. I, h. 63 59

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah ,j. v, h. 44 ;

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 82-3.

Page 45: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

38

keindahan dan seni suara. Nampaknya ia lebih "duniawi" dibanding ayahnya

yang taat dan saleh, sehingga disebut lebih menyerupai Umar ibn 'Abd al-

'Aziz. Dan karena itu pula, ia beda dengan ayahnya dalam hal

kebijaksanaannya menghadapi ulama fikih. Sungguhpun ia masih tetap hormat

pada mereka, tetapi campur tangan ulama fikih dalam pemerintahan mulai

dibatasi.60

Dan sebagaimana diketahui, para ulama fikih yang berpengaruh

besar di Andalus pada masa ayahnya Hisyam I, adalah pengikut mazhab

Maliki. Menurut Al-Hakam, setiap Muslim mempunyai hak yang sama

dihadapan Allah, sehingga hasil pemikiran para ulama, tidak mutlak benar

dalam segala hal, sehingga mereka menjadi “perantara” dengan Allah dalam

pengambilan putusan politik, karena kemutlakannya itu. Atau mungkin juga,

karena al-hakam lebih dekat kepada kalangan bukan ulama, bahkan lebih

dekat pada kelompok yang suka pada kemewahan dan pesta pora, maka

kualitas keagamaannya lebih “longgar” dibanding ayahnya yang saleh,

sehingga kebijaksanaan politiknya berbeda jauh dengan para ulama fikih yang

berpola fikir “mazhabi”. Sementara itu dapat terjadi, pandangan ulama fikih

yang tidak jarang berbeda-beda dalam satu hal yang sama, membuat Al-

Hakam lebih condong pada mazhab lain, yang lebih sesuai dengan

pemikirannya, tetapi terhalang oleh Keterikatannya terhadap satu madzhab

saja, yaitu madzhab Maliki. Dalam hal inilah penilaian al-„Ibadi yang

menyatakan al-Hakam lebih cerdas dari ayahnya, dapat dipahami.61

Sementara

itu para ulama sendiri berpendapat, jika terjadi perbedaan pendapat dalam

60

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 79 61

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 79

Page 46: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

39

kalangan umat, maka Negara Islam dan imam kaum Muslimin berhak memilih

salah satu pendapat fikih dan mewajibkannya kepada umat.62

Kebijaksanaan al-Hakam I, terhadap ulama dan para pengikut mazhab

Maliki, menimbulkan kemarahan dan tantangan keras dari pihak mereka dan

orang-orang awam. Nampaknya kemarahan itu, tidak semata-mata karena

peranan para ahli fikih yang menjadi kecil, akan tetapi juga akibat ke-

bijaksanaan al-Hakam yang menggunakan tentara bayaran,untuk membangun

sistem pertahanannya. Bahkan dialah orang yang menggunakan cara ini di

Andalusia, sehingga banyak orang yang mengasingkan diri, dan menambatkan

kuda-kuda perang mereka dipintu rumahnya. Dan yang lebih menarik lagi,

adalah bahwa pasukan inti pertahanan Al-Hakam, terdiri dari orang-orang

Negro dan budak belian, yang sama sekali tidak mengerti bahasa Arab.

Mereka dinamakan sibisu atau al-khars, yang berjumlah sekitar 5.000 orang.63

Sehingga komunikasi mereka dengan rakyat yang berbahasa Arab putus.

Pengawal pribadinya juga tordiri dari bangsa Zanji, yang „bisu‟, serta dinilai

berhati keras, dan amat membenci orang-orang Arab.64

Hal tersebut amat tidak

menguntungkan bagi keamanan, dan stabilitas politik pemerintahan al-Hakam

di Andalusia. Kebencian penduduk kepada pengawal istana, dan sebaliknya

kebencian pengawal istana terhadap orang-orang Arab, yang menjadi rakyat

dari kepala negara yang dikawalnya itu, dapat merupakan dua kutub yang

saling berjauhan dan saling bertentangan. Kedua belah pihak saling

62

Sa' d Hawaa, Membina Angkatan Mujahid, (Jakarta: Islahy, 1408/1987), h. 36.

terjemahan AbuRidha. 63

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, j. iv, h. 122 64

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j. I h. 160

Page 47: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

40

menghimpun kebencian dan dendam kesumat, bagaikan mengumpulkan zat

kimia untuk bahan peledak. Dan untuk mumbuat sebuah letusan cukuplah bila

ada saja orang yang dapat menyulutnya. Dan memang demikianlah yang

terjadi.

Pada suatu ketika di tahun 202 H, salah seorang serdadu mendatangi

seorang budak di perkampungan Rabad, untuk memperbaiki pedangnya.

Kemudian di antara mereka berdua terjadi pertengkaran, yang berkesudahan

dengan terbunuhnya si budak, ahli pertukangan; pandai besi itu. Bara api di

perapian pandai besi itu, menimbulkan kebakaran, sehingga menarik

perhatian penduduk di sekitarnya, yang terdiri dari segala macam tukang

yang ahli dalam pekerjaan tangan, dan kaum terpelajar, murid-murid para ahli

fikih dan rakyat awam yang hidup bercampur aduk di perkampungan Rabd

tersebut. Dengan alasan ini, masa rakyat yang sudah lama memendam

kebencian kepada al-hakam, langsung membunuh perajurit tadi, dan

melanjutkan pelampiasan kemarahan mereka, dengan mengarahkan

"demonstrasi" mereka ke istana, yang letaknya tidak jauh dari tempat

tersebut. Rabd hanya dipisahkan oleh sebuah jembatan indah yang terkenal,

di atas Wadi al-Kabir, yang diperbaharui Hisyam I, sebelumnya. Para

demonstran yang bersenjata kapak, tongkat, pisau, dan apa saja yang terambil

ketika mulai bergerak itu, mengepung istana. Dan di antara para ahli fikih

yang ikut berdemonstrasi itu terdapat seorang tokoh terkemuka, Yahya bin

Al-Laytsi. Al-Hakam yang merasa dirinya telah dikepung massa rakyat,

memerintahkan sebahagian perajuritnya menyalakan api di perkampungan

Rabd, sehingga kaum demonstran yang melihatnya segera berlari-lari pulang

Page 48: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

41

untuk menyelamatkan keluarga mereka. Sedangkan sebahagian para

perajuritnya menghadapi kaum pemberontak ini, di depan istana. Dan ketika

yang belari pulang itu, tiba di dekat jembatan, mereka telah dihadang oleh

pasukan al-Hakam, dari depan dan diserang dari belakang, sehingga korban

jiwa tidak dapat dihindarkan lagi. Dan setelah pemberontakan dikenal dengan

"Tsawrah al-fuqaha "' ini dapat dipadamkan, Al-Hakam memerintahkan

pengosongan wilayah Rabd tersebut dari penghuninya, hanya dalam waktu

tiga hari.65

Dan betapapun keadaannya, dan apapun yang menjadi alasannya,

peristiwa tersebut telah menghancurkan kepercayaan rakyat kepada al-Hakam.

Pemerintahannya telah ternoda.

Mungkin saja Al-Hakam cukup puas, karena telah menumpas sebuah

pemberontakan yang digerakkan oleh para fukaha', yang tidak disukainya dan

dirasakan begitu banyak ikut campur dalam urusan pemerintahan yang bukan

urusan mereka. Akan tetapi ia telah melukai hati rakyatnya, dan merusak

hubungannya dengan mereka melalui pengusiran. Di antara mereka ada yang

menuju ke Afrika Utara, dan menetap di Fas, yang dibangun Idris I. Dan

kehadiran mereka disambut dengan baik. Bahkan diberikan sebuah

perkampungan, yang sampai sakarang tetap dikenal dengan nama

perkampungan orang-orang Andalusia. Di tempat mereka yang baru ini,

keahlian pertukangan menjadi lebih berkembang. Sebahagian lainnya

mengembara ke arah Timur, melalui laut dan darat, dan melakukan

65

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus; Dozy, Reinhart. Spanish Islam. (London:

Frank Cass, tt),h. 250

Page 49: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

42

penyerangan ke Iskandariah, lalu memerintah negeri itu Tetapi kemudian

dapat ditundukkan oleh seorang penguasa Mesir,'Abd Allah bin Tahir bin al-

Husayn. Mereka akhirnya menuju ke Crete yang dikuasai Bizantium, dengan

persetujuan dan bantuan Abdullah, Mereka dapat menguasai Crete ter sebut,

dan membangun sebuah pemerintahan, yang dikenal dengan nama Dinasti

Kalbi. Pendiri dinasti ini adalah Abu Hafs 'Umar al-Balluti.66

Pada tahun 961,

orang Yunani merebut kembali wilayah Crete dari tangan mereka.

Dari kenyataan ini dapat diduga bahwa, kaum pemberontak tersebut

terdiri dari kaum politisi, dan para pejuang yang frustrasi, yang memiliki

kemampuan tempur, dan keahlian mengurus negara. Hal tersebut

ditunjukkannya di wilayah pengasingan. Dengan demikian besar

kemungkinannya bahwa warga Andalusia yang terusir itu adalah mereka yang

memiliki idealisme dan iktikad baik untuk ikut berpartisipasi membangun

negara. mereka adalah kaum intelektual berjiwa keagamaan, yang dikenal

sebagai ahli Fikih. Ada kemungkinan, Al-Hakam menduga para ahli fikih itu

akan berusaha menguasai dirinya sebagai mana mereka telah menguasai

ayahnya. Karena mereka tidak mungkin akan menggulingkan seorang amir,

yang keberadaannya diakui sah oleh hukum fikih kalau terjadi perbedaan

antara al-Hakam dengan para fukaha ini, diperkirakan berkisar pada

kebijaksanaan politik yang sulit diterima oleh al-Hakam, yang agak "sekuler"

itu. Karena sebagai disebut di atas al-Hakam senang berolah raga berburu dan

66

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 79-82; Reinhart. Spanish Islam., hh. 253-

4. barangkali mereka yang terusir itu, berasal dari satu suku, atau satu keluarga besar yang

berpengikut banyak, sehingga dapat menyerang sesuatu daerah dan membangun pemerintahan

yang berdaulat, seperti kabilah Kilab ini.

Page 50: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

43

mencintai kemewahan serta seni suara. Dalam kaitan ini, kemewahan

merupakan suatu kecondongan, yang mungkin akan mendapatkan banyak

tantangan dari fukaha'. Karena pada dasarnya kemewahan itu lebih dekat

kepada hal-hal yang dibenci oleh agama. Kemungkinan lain dapat juga terjadi

sebagaimana yang biasanya terjadi pada setiap orang yang memegang tampuk

kekuasaan tertinggi yaitu, bahwa mereka lebih condong hatinya kepada orang-

orang yang dapat dikuasai atau yang dapat diperintah sesuai dengan keingin-

anya. Dan amat tidak senang kepada orang-orang yang berfikir kritis dan yang

berusaha meluruskan suatu kondisi atau perilaku yang nenyimpang.

Pengusiran kaum intelektual dari tanah air mereka ke Negeri lain oleh

penguasa, atau penindasan terhadap kebebasan mereka, serta intimidasi dan

pemenjaraan tanpa melalui proses hukum, atau melalui proses hukum yang

penuh misteri, bukanlah kejadian aneh dalam sejarah semenjak dahulu hingga

kini dan mungkin untuk masa yang akan datang karena tampaknya pemilikan

kekuasaan itu, membuat manusia terdorong untuk tetap mempertahankannya.

Salah satu “bahaya" yang dapat mengancam kelanggengan sebuah kekuasaan

adalah, kata-kata, benar atau salah, diucapkan secara jujur atau dalam bentuk

fitnah, akan mempunyai dampak yang “menggoyahkan" kursi kekuasaan. Dan

cara yang paling aman adalah membasmi setiap "suara sumbang" yaitu suara

yang bertentangan dengan suara penguasa. Selama penguasa itu mampu

menggunakan "alat peredam suara" itu dengan baik, selama itu pula yang

bersangkutan berada di puncak kekuasaan.

Bagaimanapun haInya kemampuan manusia adalah terbatas, terlepas

Page 51: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

44

dari baik dan buruknya tujuan sebuah kekuasaan. Sementara itu para ahli

fikih yang ikut memberontak, banyak pula yang bersembunyi di dalam kota,

termasuk di antaranya adalah Yahya al-Laytsi yang mendapat perlindungan

dari orang-orang Berber. Tokoh lainnya adalah Kadi, yang setelah

bersembunyi selama setahun, menemui Al-Hakam dan meminta maaf atas

kesalahannya yang telah ikut Memberontak, Untuk maksud tersebut ia

mengharap Al-Hakam mencontoh Nabi Muhammad yang memaafkan kaum

Quraisy yang juga telah memusuhinya. Dan al-Hakam memberi maaf kepada

Kadi dan juga kepada Al-Laysi, serta lainnya. Kecuali kepada seorang yang

bernama Talhut, yang menampakkan sikap sombong di hadapan al-Hakam,

padahal ia datang untuk mengharapkan sebuah pengampunan darinya. yang

ditempuhnya melalui salah seorang muridnya, Abu Bassam yang menjadi

wazir al-Hakam. Sehingga al-Hakam terpaksa mengusirnya dan tak ingin

melihatnya lagi. Tetapi ketika Talhut meninggal dunia, al-Hakam tetap ikut

hadir pada saat Talhut dikubur. Bahkan al-Hakam masih memberikan hadiah-

hadiah berharga kepada ahli fikih yang keras hati ini, sebelum ia meninggal.67

Pada masa pemerintahan 'Abd al-Rahman II bin al-Hakam I, Andalus

menjadi lebih cemerlang dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Para pemikir Timur banyak yang berdatangan ke Andalusia, untuk

mengembangkan kemampuan mereka masing-masing, dalam berbagai cabang

ilmu pengetahuan yang berkembang pada waktu itu. Hal tersebut didukung

oleh sifat 'Abd al-Rahman sendiri yang mencintai ilmu, sehingga iapun

67

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus.

Page 52: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

45

terkenal sebagai ilmuan dan budayawan ternama. Dan pada masa yang

hampir bersamaan di Timur, muncul al-ma‟mun, Khalifah khalifah Abbasiah

yang terkenal dan pencinta ilmu. Kedua kota Islam pada masa itu, Kordoba

dan Bagdad berlomba-lomba menerangi dunia dengan sinar ilmu

pengetahuan, hasil karya dan kesungguhan putera-puteta zamannya.

Di antara yang dikembangkan adalah bahasa Arab, dan melalui bahasa

Inilah ilmu pengetahuan diajarkan kepada manusia. Dan melalui bahasa Arab,

seni sastra Arab Islam mencapai puncak kejayaannya. Terpengaruh dengan

pesona sastra Arab, sebahagian umat Nasrani memandang rendah mutu dan

kemampuan bahasa Latin. Alvaro seorang penulis yang mempertahankan

tradisi bahasa Latin, menyesali kaumnya dan Mengatakan: "Orang-orang

Kristen pengikut saya, amat senang dengan syair dan roman Arab, mereka

mempelajari teologi Islam dan falsafat, bukan untuk membantah dan

membuktikan ketidak benarannya, tetapi untuk mendapatkan suatu gaya

bahasa yang indah dan benar dalam bahasa Arab". Dia mengeluh tentang

sulitnya mendapatkan orang yang mampu membaca komentar Injil dalam

bahasa Latin, di kalangan awam. Orang-orang muda tidak memahami bahasa

latin, sebaik pemahaman mereka tentang bahasa Arab. Bahkan mereka amat

menyenangi cerita puji-pujian, yang dibacakan dengan berlagu di dalam

Bahasa Arab. Kemudian mereka amat merendahkan kitab-kitab keagamaan

Kristen, bahkan dipandangnya tidak layak untuk diperhatikan.68

68

Dozy, Reinhart. Spanish Islam, h. 268. Dikatakan juga Kardinal Ximenes, telah

membalas sakit hatinya dengan membakar 80.000 kitab bahasa Arab di Granada, ketika kota

tesebut ditaklukkan. la menilai bahasa Arab sebagai bahasa yang kasar, dan hanya digunakan oleh

orang yang hina saja. karena itu ia melarang umat Nasrani mempelajarinya. Begitulah caranya

Ximenes melumpuhkan kemampuan bahasa Arab, dan dengan demikian, nampaklah betapa

seorang pendeta menilai sesuatu.

Page 53: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

46

Dalam gambaran Dozy tersebut di atas, yang tidak seluruhnya dikutip-,

terdapat kesan bahwa pengaruh bahasa Arab sudah amat merata, dan tidak

sekadar dipahami untuk keinginan komunikasi, tetapi telah dipelajari secara

mendalam sehingga mereka menghayati,al-zuq al-'arabiyyah-nya secara

prima. Sementara itu, perhatian mereka terhadap bahasa Latin, yang menjadi

bahasa keagamaan dalam dunia Kristen, telah dibaikan. Alvaro merasa sulit

menemukan orang yang sanggup membalas sepucuk surat sekalipun, yang

ditulis dalam bahasa Latin. Penghargaan orang muda Kristen terhadap

kemampuan bahasa Arab, sebagai alat untuk mengekspressikan perasaan dan

fikiran, secara lebih sempurna, tentu saja sulit untuk disebut sebagai hasil

sebuah pemaksaan. Mereka mencintai karya bahasa Arab dan merendahkan

karya bahasa Latin.

Sebab lain yang membuat bahasa Arab menjadi bahasa yang

"merakyat" mungkin karena digunakan oleh para Penguasa dan orang-orang

terpelajar, dan ditemukan dimana saja, pada setiap kali orang berkomunikasi.

Di samping itu pemerintah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa

administrasi, dan bahasa resmi pada setiap kali pemerintah berhubungan

dengan pihak lain, termasuk dengan rakyat. Untuk tingkat pertama, rakyat

bukan Arab mungkin merasa sulit menggunakan bahasa asing itu, akan tetapi

setelah membiasakannya, tumbuhlah rasa cinta dan menyukainya. Tetapi

mengapa sebahagian anak muda membenci bahasa Latin? Dozy tidak

menjelaskannya, demikian juga Alvaro tidak menyebutkan mengapa

pengikutnya senang pada syair dan roman berbahasa Arab.

Page 54: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

47

Keistimewaan bahasa Arab dibanding bahasa-bahasa lainnya, termasuk

bahasa Latin adalah, karena bahasa Arab nampaknya sudah “sempurna” sejak

dahulu, sehingga tetap mampu melayani konsep-konsep pemikiran manusia

sepanjang masa. Untuk mengujinya dapat dibandingkan dengan bahasa inggris

dewasa ini, dengan bahasa Inggris pada sepuluh abad yang lalu. Pada kedua

ujung dari panjangnya waktu tersebut, terlihat perbedaan yang amat jauh,

dalam segi kebahasaannya. Sebaliknya bahasa Arab pada masa Nabi

Muhammad masih "tetap" sama dengan bahasa Arab sekarang. Demikian

pula dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang manapun, terdapat

perbedaan yang menyolok setelah berlalu beberapa abad, dalam hal

perkembangannya, penggunaan kata-katanya, atau pramasastranya. Banyak

bahasa agama seperti Bahasa Latin dan Sangsekerta, begitu juga Ibrani, tidak

dipakai lagi pada masa sekarang, sehingga menjadi bahasa mati.

Dalam hal menyangkut urusan keagamaan, nampaknya „Abd al-

Rahman lebih condong memilih sikap kakeknya Hisyam, daripada sikap

ayahnya Al-Hakam. Dan sebagaimana halnya Hisyam I, 'Abd al-Rahman

menaruh hormat pada para ulama fiqih, ia memilih Yahya bin Yahya al-Laysi

menjadi penasihatnya. Yahya adalah salah seorang murid Imam Malik dari

Madinah, dan merupakan ulama cukup terkemuka di Andalusia69

. Apalagi

yahya telah berada di Andalus, sejak ia mendampingi Hisyam, lalu berontak

terhadap al-Hakam, dan kemudian dimaafkan bersama dengan sejumlah ulama

fiqih lainnya, lalu bersama 'Abd Al-Rahman. Dengan demikian ulama ini

69

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh 85-6

Page 55: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

48

semakin dihormati, baik karena ketuaannya atau umurnya, maupun

pengalamannya. Tentu saja ilmunyapun bertambah, untuk mendampingi

wibawa seorang ulama. Sementara itu Dozy,70

menggambarkan yahya sebagai

seorang bekas pemberontak, yang melakukan kesalahan, dan merasa perlu

menjadi penjilat untuk mendapatkan kedudukan dan merebut pengaruh dalam

istana raja. Dan Abd al-Rahman sendiri membiarkan ulama yang sombong dan

kasar serta amat ditakuti itu, karena ia telah bersedia tunduk kepada semacam

penebusan dosa yang tidak disenanginya, dihadapan beberapa orang petugas

penerima pengakuan dosa di istana.71

Keterangan Dozy tersebut di atas amat aneh. Kelihatannya Dozy telah

melihat Yahya, seorang ulama yang di segani pada masa Abd al-Rahman,

sebagai seorang pendeta di kalangan umat Nasrani. mungkin Dozy tidak

menyadari bahwa seorang ulama di dalam Islam, tidaklah sama dengan

seorang pendeta dalam agama Nasrani. Terutama dilihat dari sudut wewenang

mereka terhadap agama. Seorang ulama dikalangan kaum muslimin,

betapapun dalam ilmunya, dan besarnya wibawa dan pengaruhnya, serta

bagaimanapun bebasnya ia berfikir, tidaklah mungkin ia menerima pengakuan

dosa manusia, konon pula mengampuninya. Ulama Islam tidak mendapat

mandat menebus dosa-dosa manusia. Karena ulama islam itu bukanlah

“orang-orang suci” yang tanpa dosa. Dalam pandangan Islam jangankan

ulama yang sering disebut “pewaris para Nabi”, biarkan Nabi itu sendiri, tidak

70

Dozy, Reinhart. Spanish Islam,h 260-1 71

Dozy, Reinhart. Spanish Islam, hh. 260-1: 1"Abd

Al-Rahman indeed tolerated Yahya's

hectoring speeches and even his fits of ill-humour, submitted with docility to the disagreeable

penances laid upon him by his severe confessor, bowed his head before the power of this religious

tribune.."

Page 56: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

49

dapat mengampuni dosa orang lain. Karena pahala dan dosa itu, sepenuhnya

berada dalam wewenang dan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa.

Berbeda halnya dengan kaum pendeta dalam kalangan umat Nasrani.

Mereka dipandang sebagai "orang-orang suci", yang mempunyai wewenang

menerima pengakuan dosa umatnya lalu memberikan pengampunan dosa, atas

nama Tuhan! Bahkan di Abad Pertengahan, kaum pendeta dapat menjual surat

pengampunan dosa kepada siapa saja yang mampu menebusnya dengan uang

atau materi. Sehingga nilai-nilai ruhani yang luhur, dapat diganti dengan

materi yang nilainya berbeda. Dengan wewenang yang demikian besarnya,

para pendeta dapat memberi “nasihat" kepada seorang raja Recarred dari

Dinasti Gothia Atau Visigoth di Spanyol, sebelum Islam, dengan "fatwa"

mematikan bagi umat Yahudi. Dan raja tidak boleh bertanya mangapa orang-

orang Yahudi itu harus dibunuh. Seandainya, Raja Recarred tidak memeluk

Katolik, atau tidak bersedia menerima fatwa pendeta semacam itu, tentulah

toleransi beragama tetap terjamin di negeri Spanyol, sebelum Islam. Hal

tersebut dapat dilihat pada masa Kerajaan Romawi masih berkuasa, ketika itu,

para penguasa Kerajaan Romawi tidak “akrab” dengan kaum pendeta, bahkan

kaum pendeta menuduh para penguasa sebagai orang-orang yang tidak

memperdulikan agama. Dan justru karena itu, umat Yahudi yang berbeda

kepercayaannya dengan umat Katolik dapat hidup berdampingan. Wewenang

pendeta yang demikian besarnya tidak terdapat di dalam keyakinan kaum

Muslimin. Sikap Dozy mempersamakan seorang ulama Islam seperti yang di

atas, yang telah membuat Abd al-Rahman tunduk kepada semacam penebusan

dosa, sulit dipahami.

Page 57: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

50

Orang penting lainnya yang turut mewarnai suasana pemerintahan 'Abd

al-Rahman al-Awsat adalah, Hasan Ibn 'Ali Ibn Nafi‟. Ia seorang ahli musik

terkemuka dan murid Ishaq al-Mawsili; seorang musisi kenamaan dari

Bagdad. Di luar pengetahuan gurunya, ia menyusun sejenis seni-suara, yang

ketika diperdengarkannya di hadapan gurunya dan khalifah Harun al-Rasyid,

mereka dan segenap hadirin menjadi amat terpesona. Dan setelah itu Hasan

diberi peringatan oleh gurunya yang dengan kecerdasannya ia langsung

menyadari, bahwa "kelancangan" nya itu, dapat mengancam hari depan

gurunya sendiri. Iapun menyurati al-Hakam untuk mencari peruntungan di

Barat. Al-Hakam menyambut permohonannya dengan tangan terbuka dan

menjanjikan tempat yang layak di istana. Tetapi ia tiba di Kordoba, ia

mendengar berita wafatnya amir yang baik hati itu. Hampir saja ia pulang

kembali ke tanah airnya jika tidak bertemu dengan utusan khusus al-Hakam

sendiri, seorang musisi berkebangsaan Yahudi bernama Mansur. Mansur

meyakinkan dia bahwa 'Abd al-Rahman putera al-Hakam mempunyai hobbi

yang sama dengan ayahnya. Demikianlah ia kemudian menjadi amat dekat

dengan Istana.72

"Ziryab" adalah nama julukan al-Hasan yang dikenal namanya melebihi

namanya sendiri. Ziryab sebenarnya adalah nama seekor burung berwarna

hitam di Arabia, dan nama ini dipakai kepadanya karena ia juga berkulit hitam

seperti Ziryab. keistimewaan Ziryab terletak pada alat musiknya yang benama

al-'Ud. Alat musik tersebut mempunyai empat utas tali (awtar) yang masing-

72

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h 87

Page 58: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

51

masingnya melambangkan karakter jiwa manusia, (taba’I al-nafs al-

basyariyyat) dan sekaligus menggambarkan karakter dari unsur pokok

penciptaan manusia. (tabai'al-mawwadal-Ula) Yang pertama, al-hadi'

(ketenangan), al-‘asabiy (fanatisme), al-safrawi (netral/kosong), al-barid

(dingin, beku). Sedangkan sifat dari karakter kedua adalah, al-ma' (air), al-

hawa' (udara), al-turab (tanah) dan al-Nar (api). Kemudian Ziryab

menambahkan yang kelima dan kemudian diberinya nama soul, soul yang

menjadi lambing dari "ruh", yang diletakkannya di antara al-hadi' dan alasabi.

Diceritakan bahwa dialah orang pertama yang memperkenalkan nyanyian

koors, sehingga murid yang baru itu tidak langsung secara sendiri menghadapi

public. Dan ia juga mempunyai cara yang baik untuk melatih sura yang bersih

tetapi kuat, dan membuat dasar-dasar bagi music Spanyol, yang kemudian

berkembang melalui tangan-tangan dan terampil dari murid-muridnya,

sehingga musik ini memiliki keistimewaan yang melebihi musik Arab lainnya,

baik yang muncul di Barat, maupun yang tumbuh di Timur.1

Dan hal penting lain yang tumbuh dari adanya musik kegiatan kesenian

kelompok Ziryab adalah, timbulnya pakaian sesuai dengan musim, yang

sebelumnya tidak di kenal, karena musim boleh berganti, tanpa merubah

pakaian.

Sedangkan Ziryab memakai pakaian yang terbuat dari katun pada

musim panas (saif) dan pakaian dari sauf:, (wol) pada musim dingin (syita').

Sementara itu ia juga amat mahir dalam menata perabot rumah tangga dan

pesta-pesta, serta menciptakan berbagai ragam masakan dan makanan dan cara

Page 59: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

52

menghidangkannya. Dengan demikian ia memperkenalkan sejenis kehidupan

yang bersifat glamor dan mewah, kepada rakyat Andalus.73

'Abd al-Rahman juga didampingi oleh seorang yang punya hobbi aneh

(pada waktu itu), yaitu 'Abbas ibn Farnas, seorang ahli ilmu pengetahuan alam

dan kimia. Keahlian ini di Eropa pada waktu itu, kata „Abadi, dapat

mengundang kebencian dan dipandang sama dengan ahli sihir yang jahat, se-

hingga dapat dihukum bunuh dan dibakar. Di samping itu ia memperkenalkan

kepada masyarakat barat ilmu falak, yang dibuat secara visual di rumahnya. Ia

membuat gambar langit dalam bentuk kubah dan dibagi-bagikannya ke dalam

sejumlah buruj (gugusan-gugusan bintang) dan tempat bagi turunnya sinar

matahari menerangi seluruh angkasa dalam jangka waktu selama peredaran

setahun. Dan berusaha menjelaskan perbedaan posisi bulan dengan

menggunakan semacam peralatan yang dapat distel. Akan tetapi orang yang

diundangnya untuk menyaksikan, tidak semua memahaminya, sehingga ada

yang menuduhnya sebagai tukang sihir atau orang gila. menurut keterangan

'Abbadi, 'Abbas bin Farnas juga pernah berusaha membuat pesawat terbang,

yang jika benar, berarti usaha untuk itu sudah dimulai sejak lama.74

Orang-orang lain yang ikut mempengaruhi pemikiran emir Andalus ini

adalah seorang eunuch atau al-khassi yang mungkin dapat diartikan seorang

pengawal keluarga raja, atau harem. Tetapi lebih banyak bersifat kehidupan

pribadi dan tidak menyangkut urusan kenegaraan. Demikian pula dengan

seorang wanita yang bernama Tarub, yang cukup terkenal karena

73

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., hh 86-9; Dozy, Reinhart. Spanish Islam,h

261-4 74

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., hh 89-90;

Page 60: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

53

kecantikannya, sehingga amat berpengaruh kepada sang amir 'Abd al-

Rahman. Demikian juga dengan Yahya bin Hakam al-Bakri, seorang yang

lancar dalam menggubah syair dan mudah menyusun kata-kata sastra yang

memikat.75

Demikianlah 'Abd al-Rahman dikelilingi oleh para Ulama, ilmuan,

budayawan, seniman dan penyair. Sehingga terasa bahwa kehidupan di

Spanyol pada masa pemerintahannya bukan saja penuh dengan kemewahan,

tetapi juga ditandai oleh kegiatan ilmiah putera zamannya. Dan tidak dijumpai

sesuatu informasi, yang menyebutkan bahwa kaum Muslimin di Spanyol,

berusaha mengumpulkan kekayaan negeri tersebut, lalu mengirimkan ke

negeri asalnya di Timur. Yang ditemui adalah bahwa mereka berkarya untuk

kepentingan tanah air, dan tempat tinggalnya, serta masa depan bersama

mereka di Spanyol.

Kecemerlangan 'Abd al-Rahman II tidak dapat di wariskan kepada

kedua anaknya, Abdullah dan Muhammad. Tetapi tahta kekuasaan telah

beralih ke tangan Muhammad I yang memerintah pada (236-273/852-886) .Ia

tidak dapat mempertahankan kebesaran orang tuanya, apa lagi melebihinya.

Bahkan ia digambarkan sebagai seorang yang senang dengan kemewahan

dan pesta-pora. Sehingga perimbangan pembagian dan alokasi keuangan

negara menjadi timpang dan berat sebelah. Karena pengeluaran untuk mem-

biayai kesenangan amir ini semakin membengkak, mengakibatkan biaya

pembangunan dan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat menjadi semakin

mengecil dan menciut.

75

Ibid

Page 61: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

54

Keadaan yang bertolak belakang antara masa-masa pemerintahan Abd

al-Rahman dan puteranya Muhammad, tidak saja menimbulkan ketimpangan

dalam hal keuangan dan perbelanjaan Negara, akan tetapi juga dalam hal

perimbangan kekuatan sosial dan politik. Apalagi masyarakat Andalusia yang

sejak semula memang sudah amat heterogen, baik karena adanya perbedaan

suku bangsa, maupun karena perbedaan perilaku, watak dan agama serta

keyakinan. Jika perbedaan tersebut dapat dikendalikan dan mendapatkan

penyaluran, serta setiap pihak memperoleh haknya masing-masing, maka pada

masa Muhammad ini, tidak akan terdapat ketimpangan semacam itu lagi.

Negara menjadi lemah, wibawa pemerintah menjadi luntur, pertentangan

menjadi semakin meluas, dan musuh Muslimin pun menjadi semakin berani.

Orang-orang Nasrani mengulangi tindakan mereka, untuk mendapatkan

kematian terhormat, dengan jalan menghina nabi kaum Muslimin dan

umatnya. Kota Toledo yang dihuni oleh kebanyakan kaum bangsawan

Visigoth dan pendeta-pendeta Katolik yang pernah berkuasa, menjadikan kota

ini sebagai pusat kegiatan untuk melancarkan gerakan tersebut, yang keudian

berkembang dan meluas ke seluruh Andalusia. Islamo phobia yang semula

terbatas dalam kalangan pendeta-pendeta yang menderita sejenis maniac, dan

mendapat kecaman dari saudaranya sendiri orang-orang Nasrani, kini menjadi

paham yang dipandang saleh menurut agama Nasrani. Kemudian Banu Hajjaj

di Seville, memisahkan dirinya dari pemerintahan pusat di Kordoba. Lalu

disusul oleh kaum Barbari terutama Banu Zu al-Nun di sebelah barat, dan Ibn

Takit di Merida. Selanjutnya Ibn Hafsun menguasai wilayah selatan dan barat;

Page 62: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

55

malaka dan Runda. Dan „Abd al-Rahman ibn Marwan diMerida dan Asybuna

(Lisbon, Lissabon) serta musuh utama di sebelah utara.76

Timbulnya perlawanan terhadap pemerintah amir yang baru,

nenimbulkan kesan, bahwa Andalusia benar-benar penuh tantangan.

Rakyatnya benar-benar memiliki sifat. Spontanitas yang tinggi, dan tidak ada

solidaritas sosial yang melebihi kesukuan dan kebangsaan. Disebut memiliki

spontanitas yang tinggi, karena sifat perlawanan yang spontan itu dan

kelihatannya dalam setiap pergantian pemimpin negara, kekacauan mesti

timbul. Tidak ada seorang penguasa yang naik tahta, tanpa harus menumpas

sesuatu pemberontakan terlebih dulu. Atau dengan perkataan lain, setiap

penguasa baru dipandang, lemah kecuali ia mampu membuktikan sebaliknya.

Dan pembuktian itu adalah dengan menumpas pemberontakan. Dengan

demikian, rakyat Andalusia hanya tunduk kepada penguasa yang benar-benar

kuat dan berwibawa. Tidak perduli apakah pemimpin itu adil atau lalim. Dan

sebaliknya jika ternyata bahwa pemimpin mereka itu seorang yang lemah, dan

jelas kelemahannya, maka segera saja akan timbul kekacauan. seolah-olah

setiap orang mampu menjadi kepala negara, sebagai yang terjadi dengan

pemerintahan Muhammad I ini.

Kemudian disebutkan bahwa rakyat Andalusia tidak memiliki

solidaritas sosial, kecuali dalam kalangan terbatas sepersukuan, atau dalam

batas etnis tertentu. Hal tersebut kelihatan pada sifat pemberontakan yang

76

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar,, j. iv, h. 135-6; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, h. 103-8, . Syalabi,

Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,( Kairo: 1969, h 52; Dozy,

Reinhart. Spanish Islam,, h. 294-300

Page 63: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

56

ditimbulkannya. Misalnya pemberontakan suku-suku Berber melawan suku-

suku Arab, dan suku-suku Arab utara (Mudar) melawan suku Arab Selatan

(Yaman). Padahal mereka semua seagama. Solidaritas keagamaan sama sekali.

atau seakan-akan tidak dapat menunjukkan keberadaannya. Atau jika

solidaritas keagamaan itu menonjol di kalangan mereka, maka hal tersebut

terjadi pada waktu suasana damai antar suku terjalin dengan baik. Dan jika

suasana permusuhan antar suku mulai menguasai keadaan, maka solidaritas

keagamaan tidak mampu menahan gejolak perasaan yang bersifat permusuhan

itu lagi.

Jika gerakan kaum muslimin ke Spanyol dikaitkan dengan prinsip-

prinsip dasar ajaran Islam, maka tujuannya adalah untuk melindungi agama

dari serangan musuh, dan berusaha mengembangkan ajaran Islam yang suci

kepada umat manusia. Kemudian menunjukkan contoh ajaran Islam ke dalam

praktek hidup sehari-hari, sebagai mana yang dicontohkan oleh pembawa

Risalah Islam itu sendiri dan para sahabatnya. di antara ajarannya adalah

bahwa seorang Muslim harus mendahulukan kepentingan agama di atas

kepentingan lainnya.77

ternyata kecintaan mereka kepada suku, atau etnis dan

kelompok tertentu dengan kepentingan tertentu lebih di utamakan dibanding

kecintaan mereka kepada Islam. Masing-masing kelompok yang berbeda itu

melakukan tindakan sendiri-sendiri, bahkan saling bertentangan satu dengan

77

Al-Qur'an, al-Taubah (9):24. "Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,

isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu

khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu

cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai

Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang

fasik.

Page 64: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

57

lainnya. inilah yang disebutkan bahwa mereka memang kurang memiliki

solidaritas sosial, kecuali terbatas dalam persukuan saja. sementara itu,

kecintaan seseorang terhadap sukunya, jika mencapai tingkat "fanatik"

mendapat kecaman dari Nabi.78

Tampuk kepemimpinan dilanjut oleh Al-Munzir b. Muhammad I (273-

275/886-888) Al-Munzir lahir tahun 229/844, dan menggantikan ayahnya

pada tahun 273/886 dalam usia empatpuluh empat tahun hingga ia wafat pada

15 Safar 275/ 29 Juni 888.79

nampaknya ia belum sempat berbuat banyak, atau

apa yang ia lakukan tidak banyak membawa pengaruh, bagi kestabilan dan

kemajuan keamirannya. Setelah Al-Munzir di lanjut oleh „Abd b. Muhammad

I,(275-300/888-912) Ia adalah saudara kandung dari Al-Munzir, yang di

lahirkan pada 229/844 sama seperti tahun kelahiran almunzir tersebut di atas,

tetapi tidak ada keterengan apakah mereka berdua bersaudara kembar atau lain

ibu. Ia menjadi Amir Andalus sampai wafatnya pada 1 Rabi' 1-awwal 300/ 16

oktober 912.80

Pada dasarnya keadaan politik pada masa tiga orang amir setelah 'Abd

al-Rahman al-Awsat, berada dalam kekacauan penuh pertentangan. Ketiga

orang tersebut adalah, puteranya sendiri, Muhammad dan dua orang cucunya,

al-Munzir dan'Abdullah. Atau sejak 238-300/852-912, lebih kurang 60 sampai

62 tahun. Paling tidak dapat dikatakan bahwa, penguasaan Andalus tidak

hanya berada dalam tangan amir dari Bani Umayyah, tetapi juga berada dalam

tangan Hajjaj orang Yaman. Dan ditangan Musa beserta tiga puteranya dari

78

Hadis. Orang yang meninggal karena mempertahankan kesukuannya, dipandang kufur. 79

Encyclopaedia. The Encyclopaedia of Islam. (Leiden: E. J. Brill, 1960. H.A.R. Gibb et.

Al)., j. I, hal 493 80

Ibid

Page 65: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

58

kelompok berber, yang bermarkas di wilayah barat Estremadura, yang lebih

dikenal sebagai keluarga Zu al-Nun. Lalu orang Spanyol sendiri yang diwakili

Ibn Hafsun. Sebagaimana disebutkan di belakang.

Tetapi di balik kenyataan politik yang tidak menguntungkan itu,

tersembunyi suatu kemajuan dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Misalnya ketika Ibrahim b. al-Hajaj yang memisahkan diri dari amir

Umayyah-- yang membangun sebuah kerajaan kecil di Seville, is dikelilingi

oleh para sastrawan, sejarawan, budayawan dan para ahli di bidang lainnya. Di

antara mereka yang terkemuka disebutlah nama Ibn „Abd Rabbih, penulis

kitab 'al-'Iqd al-Farid. Seolah-olah Isybilia atau Seville pada masa itu, sebagai

sebuah kota satelit dari Bagdad yang ada di Timur. Di masa Amir Muhammad

ibn „Abd al-Rahman al-awsat, filsafat berkembang untuk pertama kalinya di

Spanyol. Pada masa inilah Ibn Sa‟id al-Andalusi menyusun sebuah kitab yang

amat berharga Tabaqat al-Umam yang membicarakan tantang berbagai bangsa

dengan berbagai kebudayaan, ilmu, seni dan sastra mereka masing-masing.

Dan khusus tentang Spanyol disebutkannya bahwa Amir Muhammad seorang

yang mencintai ilmu dan kesusasteraan dan seni, Dalam buku inilah

disebutkan ilmu filsafat muncul pertama kali pada zaman Muhammad I bin

'Abd al-Rahman al-awsat.81

Setelah itu tampuk kepemimpinan di lanjut oleh Abd al-Rahman al-

Nasir, yang biasa disebut Abdrahman III, Ketika 'Abdullah b. Muhammad

menjadi amir, ia berada dalam usia tua, yang dihadapinya tidak saja kemelut

politik yang diwariskan pendahulunya, akan tetapi anaknya sendiripun ikut

81

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., hal 105-108

Page 66: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

59

memusingkan kepalanya; Muhammad berontak dan bahkan kemudian

bergabung dengan Ibn Hafsun. Sungguhpun pemberontakan Ibn Hafsun tidak

dapat dipadamkannya, tetapi anaknya Muhammad dapat ditangkap dan

dikurung dalam sebuah kamar di istananya. Sementara itu ia harus memimpin

pertempuran di luar kota. Maka puteranya yang lain yaitu matraf, diangkat

menjadi wakilnya di istana. Dalam kesempatan inilah Matraf,yang tidak setuju

terhadap sikap ragu-ragu 'Abdullah kepada anaknya yang berontak itu, mem-

bunuh Muhammad yang sudah tidak berdaya lagi. Mengetahui tindakan

matraf yang kejam terhadap saudaranya sendiri, Abdulah menjadi salah

tingkah. Tetapi ia tidak menambah jumlah korban berikutnya, dengan

membunuh Matraf misalnya.

'Abd al-Rahman putera dari Muhammad yang terbunuh oleh matraf

tersebut di atas, yang masih menyusu pada ibunya menjadi tumpuan perhatian

dan kasih sayang sang kakek Abdullah, Dialah yang kemudian diangkat

sebagai putera mahkota dan bukan anaknya. Dan tidak ada seorangpun yang

Berusaha membatalkannya. Dan barangkali air mata penyesalan kakeknya itu

telah jatuh ke dalam.

Tetapi kemudian ia mekar menjadi suatu kekuatan raksasa yang dapat

"menyelamat" kan Andalusia dari kehancuran, dan menimbulkan cahaya

terang benderang, menyinari daratan Eropa dengan berkembangnya ilmu

petahuan dan kebudayaan Islam, pada saat ia menduduki tampuk kekuasaan,

sementara kakeknya tersenyum puas di dalam pusaranya. Abd al-Rahman III b

Muhammad ternyata menjadi bintang pada masanya. Ia memadamkan semua

Page 67: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

60

pemberontakan, dan mengembalikan keadaan yang kacau kepada ketenangan

dan kemajuan, yang belum pernah dicapai oleh generasi sebelumnya. Orang-

orang yang murtad disadarkan, sementara orang Nasrani yang ekstrem dibujuk

untuk menjadi orang yang sehat kembali, dan menggunakan akalnya.82

Pada awal pemerintahan 'Abd al-Rahman, orang-orang Nasrani di utara

menyerang orang-orang Berber yang bertetangga dengan mereka. Dan

sebagaimana biasanya mereka membunuh para tawanan perang, dan berlaku

kejam terhadap kaum Muslimin, serta menghancurkan mesjid-mesjid dan

membakar kitab-kitab. Maka untuk memadamkan pemberontakan umat

Nasrani tersebut, Abd al-Rahman mengirim Abu Ubaidah ke kerajaan Leon.

Abu Ubaidah gugur kena panah, setelah ia memperoleh beberapa kali

kemenangan. Kemudian Hajib Badr menggantikan kedudukan Abu Ubaidah

untuk menuntut balas. Selanjutnya 'Abd al-Rahman sendiri memimpin per-

tempuran dan meruntuhkan pertahanan kerajaan tersebut. kerajaan Aragon,

sebuah kerajaan Kristen lainnya di utara, juga melancarkan pemberontakan

mereka terhadap 'Abd al-Rahman. Di antara pendukungnya terdapat

Muhammad ibn Hasyim, seorang penguasa Muslim yang diberi wewenang

mengurus wilayah perbatasan di utara. Pemberontakan inipun di

padamkannya, dan ia menerima permintaan maaf dari petugasnya yang

memberontak dan bekerja-sama dengan musuhnya itu.83

82

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j.i h. 166; Ency. Of

Islam, op.cit., j.i. h. 494; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus. 110 83

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, j. iv., hh. 141-2

Page 68: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

61

Pemberontakan lainnya yang agak unik dilakukan oleh Umar ibn

Hafsun, seorang keturunan bangsawan Gothia yang semula mengakui

memeluk Islam. Ia telah memulai pemberontakannya sejak 'Abd al-Rahman

al-Awsat berkuasa. keunikannya justru karena ia dapat menarik dukungan dari

sebahagian kaum Muslimin dan Nasrani asal Andalusia, dan memisahkan

dirinya dari Kordoba. Lalu membangun benteng di Bubastro di selatan

Spanyol. Nampaknya keinginannya membangun suatu kekuatan politik bagi

dirinya cukup besar. Ia pernah meminta perhatian Bani Abbasiyah dan Bani

Aghlab di Afrika Utara untuk mendukung gerakannya. Tetapi harapannya

tidak terpenuhi. Mungkin karena itu ia kecewa, dan iapun segera membuka

dirinya dengan mengumumkan kenasraniannya, dan membuang kedok Islam

yang selama ini dipakai untuk mencari pengaruh, pada tahun 299. Dan 'Abd

al-Rahman menekan kekuatan Ibn Hafsun sampai ke titik terendah, akhirnya

menjadi lemah, dan hancur ketika Ibn Hafsun meninggal 305 H.84

Abd al-Rahman memadamkan semua pemberontakan. la merukunkan

orang-orang Arab dengan orang-orang Berber, dan menghadapi orang-orang

Nasrani ektrem dengan penuh kebijaksanaan. Setelah itu barulah ia

mempersiapkan rakyatnya menghadapi masa depan yang cemerlang yang

belum pernah dicapai oleh seorang penguasa Andalusia seblumnya dan juga

sesudahnya. Ia mendapat gelar al-Nasir karena ia selalu keluar sebagai

pemenang dalam setiap pertempuran, atau ia adalah seorang penyelamat dan

penolong keamiran yang terancam kehancuran, akibat pemberontakan yang

84

Ibn „Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib, j. iii., h. 671; Syalabi, Ahmad.

Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah hh. 58-9; Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar

wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam wal – Barbar j. iv., h. 135.

Page 69: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

62

merajalela di seluruh wilayah Andalusia. Karenanya ia sering digambarkan

muncul dari kegelapan dan membawa sinar kecemerlangan. Ia seorang yang

berpikiran cemerlang, cerdas dan penuh energi. Kemudian ia juga seorang

yang tulus dan dapat dipercaya.dalam menghadapi kemelut negerinya, ia

membuat garis kebijaksanaan yang jelas, terang dan tidak berbelit-belit,

bahkan amat sederhana. Ia menyatakan akan membinasakan setiap musuh

dimanapun, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyerah dan

mendapatkan pengampunan. maka setiap pembakang yang datang kembali ke

tengah masyarakat, diberi maaf dan dihormatinya serta mendapatkan

penghargaan.85

Sikap politik 'Abd al-Rahman yang cukup jelas itu, melambangkan

sikap mentalnya dalam mengendalikan negara, dan menggunakan kekuasaan

yang ada di tangannya yang sering digambarkan sebagai "amanah" rakyst,

atau amanah Tuhan; bagi seorang demokrat tentu amanah rakyat, dan bagi se-

orang Muslim tentu amanah Allah.86

Ia membangun Andalus untuk putera

Andalus sendiri, tanpa membeda-bedakan agama, etnis dan warna kulit.

Barangkali dengan motivasi semacam inilah orang-orang Arab, membangun

Suria, Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara, India, Transxonia dan lain-lain, sejak

awal kehadiran mereka diwilayah-wilayah baru yang mereka kuasai.

85

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j,i., h. 126-7 86

Demokrasi membutuhkan konsensus antara penguasa dan rakyat, maka jika rakyat

hilang kepercayaan para penguasa merasakan berkurangnya kepercayaan itu. (lihat David E.

Apter, Pengantar Analisa Politik, (Jakarta: LP3ES, 1985) h. 170, yang mengutip Harold J.Laski, A

Grammar of Politics (London: George Allen and Unwin, 1938). Selanjutnya disebut analisa

Politik saja. Kepercayaan itu disebut amanah dalam Qur‟an, 33:72. Dengan demikian,

pertanggungan-jawabannya tidak hanya kepada rakyat, tetapi juga kepada Tuhan; Sang Pemilik

Alam Semesta, yang menjadi pemilik amanah.

Page 70: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

63

Kemudian pola pikir ini menjadi semacam model, bagi agama,87

kemanusiaan

dan sebagainya. Karena bagi agama, kemanusiaan dan sebagainya. Karena

bagi seorang Muslim bumi yang diinjaknya itulah tanah airnya, dan memang

diciptakan untuk mereka,88

sehingga tidak ada bedanya bagi mereka, apakah

tinggal di Andalusia atau di wilayah lain di mana saja di muka bumi. Seolah-

olah mereka warga negara internasional; karena negara mana saja yang di-

datanginya, dipandangnya sebagai tanah atau bumi Allah yang diperuntukkan

bagi setiap cucu Adam.

Dalam kaitan ini, barangkali cukup menarik untuk diperhatikan yaitu,

kelihatannya semua penguasa Islam yang memerintah Andalusia, tidak bekerja

untuk kepentingan negeri asal mereka di Timur misalnya, baik Bagdad,

Damaskus, atau Afrika Utara dan lain-lainnya.89

Mungkin sesuai dengan

konsep di atas, dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak, dimana orang

mencari nafkah di situ pula mereka mengabdi. Ini menjadi menarik karena,

pertama karya mereka dalam bidang apa saja, dilakukan dan dikembangkan

sampai ke batas kemampuan penguasa dan rakyat di mana mereka mengabdi.

Hal ini berbeda dengan imperialisme Barat di kemudian hari, yang men-

87

dalam konsepsi Islam, seorang manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Tuhan.

Artinya menjalankan apa saja yang diperintahkan, dan menjauhi apa saja yang dilarangNya(lihat

Q.S. 51:56). motivasi mengabdi kepada Allah sering digambarkan sebagai sikap jujur dan ikhlas,

yang tanpa terkait sedikitpun kepada penilaian manusia (lihat Ihya'' ulum al-din op.cit., j. viii.,

hh.54-60). Tentu saja sebuah Konsepsi tidak selalu dapat dilihat ujudnya dalam kenyataan.

Demikian juga dengan kejujuran seorang penguasa, apa lagi penguasa yang mempunyai hak

mutlak seperti raja-raja. 88

Lihat Q.S. 2:29. Mungkin karena itulah mereka tidak mengenal "nasionalisme". Di

mana mereka tinggal disitulah tanah air mereka. 89

Ada ketentuan, jika suatu negara yang diperangi itu dapat dikuasai kaum Muslimin,

seperti Andalusia, maka hasil pendapatan negaranya diperuntukkan bagi negara yang bersangkutan

sekiranya dikirim ke pusat pemerintahan, hanya jika ada kelebihan saja. Sebaliknya jika ada

wilayah tertentu dalam wilayah kekuasaan Islam, dalam keadaan kekurangan, maka pusat

berkewajiban menanggulangi kekurangan tersebut. (Lihat Salah Paham, op .cit., h 265-277)

Page 71: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

64

jalankan kebijaksanaan negeri asal mereka di Eropa, dan terbatas pada hal-hal

yang diperkirakan tidak membahayakan negri induknya di Barat. Kedua,

negeri asal mereka, atau pusat pemerintahan Islam, tidak menetapkan pajak

dari Andalusia. karena Andalus sendiri, negri yang bebas dan berdiri sendiri.

Keistimewaan 'Abd al-Rahman yang amat menonjol di antara lain

adalah, keberaniannya menyandang gelar khalifah yang selama dua abad tetap

bertahan dalam satu tangan saja dan diakui oleh seluruh dunia Islam. Tetapi

"pelanggaran ini tidak dilakukan oleh Abd al-Rahman saja, bahkan Bani

Fatimiyah adalah pihak pertama, yang menggunakan gelar Khalifah bagi

kepala negaranya, ketika mereka menguasai Qairawan tahun 297/909.90

Pada mulanya Abd al-Rahman tetap menggunakan nama gelar amir,

sebagaimana halnya dengan para pendahulunya. Dan diwaktu itu dunia Islam

hanya mengakui seorang khalifah saja. Yang berhak memberi putusan dan

menerima pengakuan dari seluruh wilayah taklukan Islam sebagai suatu

pangkat atau kedudukan yang dipandang suci dan luhur. Tetapi pada waktu

Fatimiyah berkuasa di Afrika Utara tahun 296-7/909, dan mereka

menggunakan gelar "khalifah", maka atribut yang demikian sucinya berubah

dari hanya satu menjadi dua. Nampaknya bagi kaum Syi'ah, gelar khalifah

hanya berhak disandang oleh keturunan Ali dan Fatimah. Penerimaan mereka

terhadap kekhalifahan yang tidak dari turunan Ali sebelumnya, adalah karena

terpaksa saja (taqiyyah). sementara itu, Daulat 'Abbasiyah di Bagdad tidak lagi

mempunyai seorang khalifah yang benar-benar berkuasa sebagaimana halnya

90

Khuda Bakhsh, DS. Margolioth, The Renaissance of Islam, (Delhi: Idarah Adabiyah-i),

h. 2.

Page 72: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

65

seorang khalifah, di masa-masa sebelumnya. Kekuasaan yang sesungguhnya

berada di tangan para sultan. $ehingga banyak wilayah kekuasaannya

melepaskan diri dari Pusat pemerintahan, dan mendirikan kerajaan-kerajaan

yang berdiri sendiri.91

Dengan demikian fungsi khalifah sebagai seorang

imam, di tengah-tengah kaum muslimin tidak berlaku sebagaimana mestinya.

Dan jika kaum Sunni tidak mampu lagi mempertahankan seorang khalifah

sebagai imam, maka barangkali kaum Syi'ah merasa telah saatnya untuk

tampil kedepan, menggantikan imam Sunni yang telah "lumpuh" itu. dan

ternyata bahwa pihak 'Abbasiyah, yang dalam hal ini mewakili kaum Sunni,

tidak berbuat banyak, atau tidak dapat berbuat apa-apa, selain membiarkan

khalifah umat Islam menjadi dua di Dunia Islam. Selanjutnya bagi 'Abd al-

Rahman III al-Nasir, memakai gelar khalifah, dapat berarti memakai kembali

gelar yang pernah disandang nenek moyangnya, sebelum kekuasaan mereka

ditumbangkan oleh Dinasti Abbasiyah.92

Barangkali gelar khalifah yang

disandangnya itu, tidaklah sekedar mengambil kembali apa yang pernah

menjadi miliknya, akan tetapi juga sebagai salah satu usaha untuk

mengembalikan. kewibawaan khalifah sunni yang menjadi pudar di tangan

Bani Abbasiyah di Bagdad. Orang-orang Syi'ah yang mengalami terlalu

banyak tekanan dan penderitaan pada masa Umayyah di Damaskus, tidak

mendapatkan tempat yang selayaknya pada masa Abbasiyah, apalagi diikut

91

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy, j. i, h. 166;

Kelemahan itu mulai oleh prakarsa al-mu'tasim, yang memberi kepercayaan lebih besar kepada

bangsa Turki daripada kepada bangsa Arab. (lihat H.Z.A.Ahmad, Ilmu Politik Islam (Jakarta:

Bulan Bintang,1977)j. iii, h. 257. 92

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, iv, h. 122; Ibn „Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib, j. ii, hh. 162,212.

Page 73: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

66

sertakan di dalam kepemerintahan, sungguhpun mereka telah memberikan

sumbangan yang cukup berarti bagi tegaknya Bani Abbas.93

Dan melemahnya

wibawa khalifah Abbasiyah, memberikan kesempatan bagi mereka untuk

muncul ke permukaan. Hal tersebut bukan saja telah menampar muka khalifah

Abbasiyah, akan tetapi juga berarti telah mencoreng arang di kening 'Abd al-

'Rahman; salah seorang turunan Bani Umayyah. Ia ingin menyatakan bahwa

khalifah Sunni itu tidaklah lemah. Dan ia sendiripun telah menunjukkan hal

tersebut, dalam usahanya mengembalikan stabilitas dan keamanan di dalam

negerinya. Dengan munculnya 'Abd al-Rahman III menjadi kepala Negara

dengan gelar khalifah, maka Dunia Islam memiliki tiga orang khalifah dalam

satu masa; yang belum pernah terjadi sebelumnya.

'Abd al-Rahman al-Nasir nampaknya memang seorang yang cukup

matang dalam dunia politik. Ia tidak ingin menggantinya merusak tatanan

politik yang sudah dibinanya dengan susah payah. Untuk itu ia memilih

puteranya Al - Hakam menjadi putera mahkota. Dan menyerahkan anaknya itu

kepada seorang tokoh terkemuka Abu 'Ali al-Qali, untuk membimbingnya

dalam kepemerintahan dan taktik perang. Ternyata anaknya yang lain

Abdullah, tidak menerima kebijaksanaan orang tuanya, dan bersama rekan-

rekannya ia berkomplot menentangnya. 'Abd al-Rahman membunuh dan

menghancurkan mereka tanpa ragu-ragu.94

Ketika Al-Hakam II naik tahta, ia

93

H.Z.A.Ahmad, Ilmu Politik Islam j.iii, h. 212; lihat juga Yoesoef Sou'yb, Sejarah

Daulat Abbasiyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), j. i, h. 12. Pada mulanya turunan Abbas

mendukung ide pengembalian jabatan khalifah kepada turunan Ali, tetapi belakangan membentuk

gerakan sendiri secara diam-diam. Dan merebut jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah. 94

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar j. iv, h. 143;kelihatannya di dalam dunia politik, seorang ayah bisa membunuh

anaknya demikian juga sebaliknya.

Page 74: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

67

sudah berusia empatpuluh tahun. Ia dikenal sebagai pencinta buku dan

menjadi pelindung bagi ilmuan. Sehingga ada dugaan masa ini lebih menonjol

dalam bidang ilmu pengetahuan dibanding politik. Al-Hakam banyak

memberi hadiah kepada para ilmuan dan membangun sekolah-sekolah umum

di ibukota.95

Selama pemerintahannya, Universitas Kordoba yang dibangun

oleh 'Abd al-Rahman III berkembang menjadi sebuah lembaga terunggul di

dunia dalam bidang pendidikan, sungguhpun Al-Azhar dan al-Nizamiyah

lebih dahulu deripadanya. Lembaga pendidikan Tinggi Universitas Kordoba

itu, telah menarik perhatian para pelajar Kristen dan Islam, baik dari Asia

Afrika maupun Eropa. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi

sivitas akademika, al-Hakam menyalurkan air melalui pipa-pipa besar ke

lokasi tersebut, dan memperluas mesjid yang ditempati universitas, dan

menghiasinya dengan mozaik hasil karya para seniman Bizantium. Proyek

luar biasa ini memakan biaya ratusan ribu dinar. kemudian untuk tenaga

pengajarnya, al-Hakam mengundang para ahli dari Timur. Antara lain

misalnya Abu Qutiyyah, sejarawan terkemuka, yang juga mengajarkan ilmu

tatabahasa dan memperbaharui ilmu filologi, yang didatangkan dari Bagdad.

Kemudian Abu 'Ali al-Qali, pengarang kitab Amali yang sampai sekarang

kedua kitab mereka masih dipelajari.96

Di atas disebutkan al-Hakam adalah seorang ilmuan dan tentu saja

pecinta buku. Untuk mendapatkan buku-buku bagi kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan di Andalus, utusan-utusan al-Hakam tidak

segan-segan memaksa pemilik buku-buku untuk menjual kepada mereka

95

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh j. viii, h. 498; Ibn „Izari, Al-bayan al-Maghrib fi

Akhbar al-Maghrib,, j. ii, h. 256; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-, h. 125 96

Ibn „Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib,, j. ii, h.253-7

Page 75: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

68

buku-buku yang di inginkannya, dalam jumlah besar, atau menkopinya dari

manuskrip asli, untuk dibawa pulang ke Andalusia. Dikatakan orang, ada

sekitar 400.000 judul buku, yang dicatat balam catalog yang terdiri dari 44

jilid, setiap jilid berisi 20 lembar yang memerlukan keahlian tersendiri pula.97

Ibn Khaldun menggambarkan al-Hakam sebagai seorang yang

mencintai ilmu. "Ia mencintai ilmu dan memuliakan orangnya, mengumpulkan

kitab dalam berbagai bidang,yang belum pernah dilakukan oleh pendahulunya,

dari para raja.”98

Barangkali Al-Hakam adalah yang terpelajar diantara para

khalifah Islam. Ia membuktikan keunggulannya melalui catatan pinggir pada

buku-buku tertentu yang dibacanya. Ini memberi sumbangan cukup berharga

bagi mereka yang bergelut dalam bidang ilmu pengetahuan, yang datang

kemudian. Ia juga begitu bernafsu untuk mendapatkan buku yang bermutu,

dan untuk itu ia bersedia membayar mahal. Misalnya untuk mendapatkan

kepastian diperolehnya buku al-ghani karangan al-Asfahani, al-Hakam

mengirimkan seribu dinar (uang emas) kepada si pengarangnya.99

Barangkali memang benar juga pepatah Arab yang menyatakan bahwa

rakyat itu, mengikuti agama rajanya. Maka jika al-Hakam, atau al-Nasir

mencintai ilmu, rakyat merekapun mencintai ilmu. Dan sebagai yang

dikemukakan oleh pengamat Barat, hampir setiap orang pada masa itu mampu

menulis dan membaca. Sementara di Eropa pada waktu itu orang baru

97

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar,, j. iv, h. 146; Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j.i,

h. 249 98

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, op.cit., j. iv, h. 146 99

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy., j. i, h. 250

Page 76: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

69

mengenal huruf. Itupun hanya dikenal oleh sebahagian kecil orang saja,

terutama para pendeta.100

Sementara itu Kordoba, mempunyai tujuhribu buah perpustakaan dan

sejumlah besar toko-toko buku.101

Ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan

atau intelektualitas masyarakat Islam atau non Muslim di bawah khalifah

Islam cukup tinggi. Atau sekurang-kurangnya perhatian rakyat, dikota

metropolitan Kordoba, terhadap buku sebagai sarana ilmu pengetahuan cukup

besar.Dalam bidang militer, al-Hakam tidak begitu menonjol. Sungguhpun

demikian, ia pernah juga mengirimkan pasukannya ke utara, untuk meluruskan

pandangan umat Nasrani, yang memandangnya lemah, sehingga perjanjian

yang pernah mereka ikrarkan kepada Abd al-Rahman III pada 348/959, untuk

menyerahkan sejumlah benteng kepada kaum Muslimin tidak jadi mereka

lakukan. Tentu saja al-Hakam menjadi murka. Dan pasukannya mampu

meluruskan kekeliruan umat Nasrani diwilayah perbatasan bahagian utara

itu.102

Berikutnya al-Hakam juga menghadapi Bani Idris selatan negerinya,

yang berusaha merebut Andalusia settolah Daulat Fatimiyyah pindah ke

Mesir. Usaha mereka dapat digagalkan oleh pasukan al-Hakam, bahkan sisa

keluarga Idris dapat ditawan dan dibawa ke Kordoba.103

Dari kenyataan yang ada, al-Hakam merupakan pewaris kekhalifahan

yang tepat, dari 'Abd al-Rahman III. Ia juga pelanjut kebijaksanaan yang

100

The Cambridge medieval history, (New York: 1922)j. iii, h 434 101

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j.i, h. 298 102

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h 126 103

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 126

Page 77: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

70

bijaksana dari pendahulunya, dan seorang pemimpin yang berkualitas. Akan

tetapi kemampuannya mempertahankan stabilitas politik, dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, tidaklah berarti dapat di-

terima secara baik oleh semua pihak dari kalangan rakyatnya.

Di satu pihak, umat Nasrani lebih senang "menguji" dulu Kemampuan

tempur al-Hakam, barulah kemudian mereka bersedia memenuhi janji mereka,

menyerahkan beberapa benteng kepada kaum Muslimin, sebagaimana janji

mereka dengan 'Abd Al-Rahman sebelumnya. Selanjutnya dari pihak kaum

Muslimin sendiri, rongrongan datang dari Afrika, keluarga Idrisiyah seperti iri

hati melihat keberhasilan saudaranya di Spanyol, lalu mencoba

menyerangnya, kalau bisa menaklukkannya. Kedua golongan tersebut harus

dihadapi, karena siapapun mereka, membahayakan negara dan pemerintahan

Islam di Andalus kemudian tantangan juga datang dari pihak tertentu, yan

mungkin lebih tepat disebut kaum munafik. Misalnya Muhammad bin

Hasyim, seorang Muslim yang diberi kekuasaan memerintah wilayah

perbatasan dengan umat Masehi di utara Spanyol. Ibn Hasyim ternyata lebih

senang bergabung dengan musuh negaranya untuk melawan pemerintahnya

yang sah, ketimbang ikut menghancurkan musuh-musuh negara.

Dengan demikian seorang kepala negara, menghadapi tiga musuh, yang

siap menghancurkan seluruh karirnya dan melenyapkan pemerintahan dan

kepemimpinannya. Dan ketiga-tiganya adalah musuh dari luar dirinya, yang

jelas wujudnya, jelas tujuan dan motivasinya. Pertama, pihak Kristen ingin

menghancurkan dan mengusir serta melenyapkan Islam dari Semenanjung

Page 78: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

71

Iberia itu. Kedua orang Muslim yang merasa tidak senang melihat nikmat

Allah, berada pada tangan saudaranya. Sifat dengki dan iri hati di kalangan

sesama saudara seagama, sekeluarga, senegara dan sebagainya, sudah

merupakan tanda-tanda zaman di sepanjang masa, pada kelompok yang mana

saja. Kepentingan kelompok ini sesuai dengan konsep teori konflik yang

digadangkan oleh Ralph Dahrehdrof yang mana kelompok yang mempunyai

struktur, organisasi, tujuan program, serta anggota yang jelas. Kelompok

kepentingan inilah yang jelas-jelas menjadi sumber nyata bagi timbulnya

konflik di dalam masyarakat.104

Dan ketiga orang munafik, yang mempunyai

sifat ingin mendapatkan keuntungan, yang lebih banyak dari yang ada

ditangannya, dan yang menjadi haknya, sesuai dengan peraturan yang berlaku,

dan yang dijanjikan negara kepadanya. Orang munafik ini, tidak pernah

senang pada pemimpin yang jujur, apalagi jika membatasi keinginannya. Ibn

Hasyim tersebut di atas, cukup mengerti bahwa, negaranya selalu diserang

umat Kristen, dan secara logika sehat, ia tidak akan mungkin bekerjasama

dengan musuh. Akan tetapi ia memang tidak menyukai kewajaran, kejujuran

dan kesetiaan kepada kebenaran, kecuali jika hal tersebut menguntungkan

dirinya.105

104

Ed. Yusron Rozak, Sosilogi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Persepektif Islam, (Jakarta:LSA) 2008, Hal 42 105

Pada zaman ini kepemimpinan seorang kepala negara, atau kebijaksanaan suatu

pemerintahan, misalnya kapitalis,dll. dalam percaturan politik internasional juga menghadapi hal

serupa. Pertama, pihak musuh (katakanlah komunisme) ingin menghancurkan sistem dan

eksistensi Kapitalisme. Kedua iri hati diantara (dirumuskan sebagai persaingan) sesama negara

Kapitalis. ketiga, pengkhianatan para pejabat negara itu sendiri, dalam bentuk ingin mengeruk

keuntungan bagi dirinya sendiri, dan amat marah kepada orang yang jujur dan setia kepada

kebenaran.

Page 79: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

72

Ketika 'Abd al-Rahman III wafat, ia telah mempersiapkan seorang

pewaris tahtanya. Ia memilih al-Hakam dan bahkan membunuh anaknya yang

lain, yang berusaha menentang kebijaksanaan khalifah, yang adalah juga

orang tuanya. Ketegasan Abd al-Rahman dan putusannya membunuh anaknya

itu, membuat suksesi kepemimpinannya, menjadi aman dan damai. Abd al-

Rahman III rupanya, tidak hanya seorang ilmuwan dan pecinta kemajuan,

tetapi ia adalah juga seorang negarawan, yang sadar benar peda watak dan

karakter umat dan bangsa, yang dipimpin dan dibimbingnya. Spanyol

memerlukan seorang laki-laki perkasa, yang tegas dan bijaksana. Hal tersebut

terbukti setelah kepergiannya. Di antaranya al-Hakam naik tahta tanpa

tantangan dan keributan, adalah karena ketegasan dan kebijaksanaannya.

Tetapi tidak demikian halnya dengan al-hakam sendiri, setelah ia wafat dan

meninggalkan tahta kekhalifahan kepada pewarisnya.

Ketika Al-Hakam meninggal, ia hanya mempunyai seorang putera yang

berusia antara sepuluh dan duabelas tahun yang bernama Hisyam II b. Al-

Hakam II (366-399/976-1009).

Para pemimpin pemerintahan terpecah dua. Pertama, pihak militer yang

terdiri dari bangsa Slav dan sejumlah orang-orang istana. Kedua kaum elite di

bawah al-Hajib Ja'far al-Mushafi. Pihak pertama, merasa bahwa tanggung-

jawab kenegaraan yang demikian besar, dan yang penuh tantangan, terutama

yang datang dari pihak Kristen, dan pemberontakan-pemberontakan yang

timbul dari dalam, tidaklah pantas dipikulkan kepada seorang anak yang

belum baligh, seperti halnya Hisyam. Karena itu mereka berusaha mengangkat

dan membai'at al-Mughirah b. 'Abd al-Rahman al-Nasir, paman dari Hisyam

Page 80: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

73

itu sendiri. 106

Kedengaranya pendapat tersebut objektif dan jujur serta punya

iktikad baik. Akan tetapi hal semacam itu tidaklah selalu dapat diterima oleh

semua pihak, yang berkepentingan. Karena sungguhpun rambut sama-sama

hitam, pikiran lain-lain. Ibu suri Subh bersama Ibn Amir107

, bekerjasama

dengan al-hajib Ja'far al-Mushafi, dapat menyingkirkan al-Mughirah sebelum

dibai'at, oleh pihak pertama tersebut di atas, dan mengumumkan pembai‟atan

mereka terhadap Hisyam, sebagai khalifah pengganti al-Hakam, dan karena

masih di bawah umur, segala urusan ditangani oleh ibu suri "Al-Subh" 108

Kelompok elite di bawah pimpinan al-hajib Ja'far al-mushafi, dapat

menundukkan pihak militer dan sejumlah orang-orang istana, yang bersimpati

kepada al-mughirah. Sehingga istana menjadi bersih dari kaum opposisi.

Sementara itu, Ibn Abi Amir mendapat kepercayaan menghadapi umat

beragama Nasrani di belahan utara. Dalam tugas ini, ia memperlihatkan

kemampuannya yang luar biasa di medan laga, sehingga ia tidak terkalahkan.

Untuk itu ia diberi gelar kehormatan "Al-Mansur", sebagai tanda simpati dan

hormat kepadanya. Kedudukannya di mata pihak militer menjadi semakin

106

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h 147-8 107

Sementara al-Hakam menjalankan pemerintahannya, dalam keadaan yang relatif aman

dan penuh kedamaian, isterinya "al-Subh" tertarik kepada seorang anak muda terpelajar, yang

nampak cerdas dan dapat dipercaya. Sehingga Subh memandangnya pantas untuk mendapatkan

kepercayaan dari istana, mengurus persoalan berhubungan dengan rakyat dan keluhan-keluhan

mereka. Pemuda tersebut bernama Muhammad b. 'Abd Allah b‟ Abi „ Amir al-Ma‟azi al-Qahtani,

sering disebut Ibn Abi Amir. ia adalah seorang keturunan salah seorang pendatang pertama di

zaman penaklukan Spanyol, ketika Tariq bin ZIyad dan Musa Ibn Nusayr, menjejakan kakinya ke

tanah Semenanjung Iberia ratusan tahun sebelumnya. (Lihat al-„ajab fi talkhis, akhbar al-Maghrib,

op.cit. h. 17-18), lihat juga al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus; al-Mausu‟ah j.v, op.cit., h.

61 108

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus. barangkali, jika mereka ikut membai‟at al-

Mughirah, yang lebih tua dan lebih pantas menjadi pengganti al-hakam, disbanding Hisyam, maka

pihak elite istana, tidak akan mendapatkan kekuasaan atau wewenang, sebagai yang diperolehnya

dari Hisyam. Jadi, motivasi kekuasaanlah yang bukan pengabdian untuk agama dan Negara yang

menjadi dasar.

Page 81: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

74

kuat. apalagi setelah itu ia mempersunting puteri Ghalib ibn Abd al-Rahman,

seorang panglima angkatan bersenjata. Posisi yang demikian nampaknya

memang direncanakan: Ibn Abi Amir, secara matang. Dengan posisi yang kuat

ituIah, ia menuduh al-hajib Ja'far al-Mushafi melakukan tindak pidana

korupsi, dan menyeretnya ke pengadilan. Ia mendapat ganjaran hukuman

penjara, dan akhirnya meninggal didalam sel tahanannya. "Al-Mansur" Ibn

Abi Amir, meraih kemenangan dalam dunia politik, setelah ia berhasil men-

duduki tempat terhormat dalam bidang militer. karena yang menggantikan al-

Mushafi, adalah Ibn Abi Amir sendiri.109

Ibn Abi Amir yang menduduki tempat tertinggi dalam pemerintahan

Hisyam, nampaknya belum merasa aman jika sang panglima yang adalah juga

mertuanya- Ghalib bin Abd al-Rahman, tetap menjabat panglima angkatan

bersenjata. Bisa jadi, pada masa itu, istilah "mutasi" belum melembaga,

sehingga "Al-Mansur" menggunakan jalan pintas,yaitu membunuhnya atau

mungkin juga sudah melembaga, akan tetapi tidak terdapat alasan yang kuat

untuk memutasikan Ghalib ke tempat lain yang sesuai dengan professinya,

misalnya. Padahal ia cukup berjasa untuk menyeret al-Mushafi ke meja hijau,

dan kemudian melempangkan jalan bagi naiknya Ibn Abi Amir ke puncak

kekuasaan, sebagai seorang al-hajib, atau tangan kanan Khalifah, yang masih

belum baligh itu. Dan mungkin juga Ghalib bersedia memenjarakan al-hajib

al-Mushafi, mengingat Ibn Abi Amir adalah menantunya sendiri, yang akan

109

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar,, h. 147-9; al-Marrakusyi, „Abd-al-Wahid. al-Mu’jib fi Talkhis Akhbar al-Maghrib,

ed. Dozy. Leyden,1881 h. 17. Keinginan Ibn Amir untuk menjadi “orang besar” sudah ada

semenjak ia dibangku sekolah, dan telah didiskusikannya dengan rekan-rekannya.

Page 82: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

75

menggantikan al-Mushafi, yang dituduh korupsi itu. Sedangkan dilain pihak,

Ibn Abi Amir nampaknya tidak memandang Ghalib sebagai mertuanya, akan

tetapi Ghalib sebagai sebagai seorang panglima angkatan bersenjata, yang

mempunyai kedudukan dan wewenang yang cukup menentukan dalam

pemerintahan. Sekiranya pada suatu ketika, Ghalib mempunyai gagasan atau

hal-hal lain yang bersifat menentukan, bagi kelancaran atau kelangsungan

kekuasaan, yang bertentangan dengan Ibn Abi Amir maka Ghalib merupakan

batu penarung yang cukup berat untuk dapat disingkirkan begitu saja. Oleh

karena itu, ia memilih jalan pintas, dengan. membunuhnya. Sungguhpun yang

dibunuh itu adalah mertuanya sendiri.

Jika apa yang tersebut di atas dapat dipandang benar, atau mendekati

kebenaran, maka Ibn Abi Amir memang seorang "al-mansur" yang tak

terkalahkan. Kadangkala ia dijuluki "The Bismarck of the tenth century"

110,

atau ia disebut dictator militer111

, yang telah menggunakan asas al-ghayah

tubarrir al-wasilat, tujuan menghalalkan cara.112

Ibn Abi Amir tampil dalam sejarah Islam di Spanyol sebagai seorang

yang berkemauan keras, yang tidak mengenal lelah, dan tidak hanya menanti

kesempatan, tetapi berusaha merebutnya atau menciptakannya. Ia menguasai

seluruh ke-bijaksanaan khalifah Hisyam, sehingga dialah penguasa yang

sebenarnya. Hisyam tidak lebih dari sebuah "boneka" atau barangkali "robot"

yang berbicara dan bertindak, sesuai dengan program yang disusun oleh Ibn

110

Hitty, History, h. 509 111

Encyclopaedia. Encyclopaedia Britannica. Chicago: William Benton; Publisher, tt. j.

xx, h. 1087 112

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus ,h. 131

Page 83: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

76

Abi Amir. Dan dialah yang menentukan siapa yang "berhak" untuk berada di

puncak kekuasaan, dan siapa yang harus disingkirkan. Dan untuk itu ia

mendapat dukungan dan persetujuan Hisyam, sang raja yang bergelar khalifah,

yang tetap saja berada di dalam genggaman Ibn Abi Amir.113

Dalam menghadapi kerajaan-kerajaan Nasrani, Ibn Abi Amir

membangun angkatan bersenjatanya, dengan jalan membaharui pasukannya.

Pada mulanya tentara Umayyah itu, terdiri dari bangsa Arab, Barbar dan

Slavia. Ibn Abi Amir melihat orang-orang Arab sudah tidak cocok Lagi

menjadi perajurit, karena mereka sudah berjiwa sebagai aristokrat, sehingga

semangat tempurnya, bukan saja menurun bahkan mereka cenderung menjadi

penakut. Sementara orang_orang Slavia, kurang tepat untuk membela sebuah

kekuasaan, yang sejak terjadinya pembunuhan terhadap al-mughirah, berpihak

kepada lawan Ibn Abi Amir. Dengan demikian tinggal hanya satu unsur saja

yang cocok untuk menjadi prajuritnya,yaitu bangsa Barbar. Untuk itu semua

suku Barbar yang beraneka macam, dicampur menjadi satu, agar tidak tumbuh

benih kekuasaan kesukuan yang sempit di kalangan mereka. Dengan demikian

Ibn Abi Amir mendapatkan sejumlah orang yang dapat dididiknya menjadi

prajurit yang berdisiplin baja. Dan dikuasainya secara penuh. Ia melakukan

gerakan militer ke utara, dua kali dalam setahun, yaitu pada musim bunga

(rabi‟) dan musim (kharif) (di antara musim panas dan musim dingin). Dan

tidak kurang dari limapuluh kali ia terjun ke medan laga bersama prajuritnya,

selama duapuluh lima tahun ia berkuasa. Lalu ia sendiripun menghembuskan

113

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, j. iv, hh. 147-9;. la membunuh Ghalib melalui tangan ja‟far b. Ahmad b. Hamdun,

dan Ja'far dibunuh lagi melalui tangan Ibn Jahur don Ibn zi al-Nun

Page 84: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

77

nafasnya yang terakhir di medan pertempuran, di Medinacelli.114

Setelah wafat al-Mansur (1002/392) anaknya 'Abd al-Malik

menggantikannya. Anaknya ini sama cerdas dan kemahirannya dalam

memerintah dengan ayahnya Ibn Abi Amir. Dan setelah tujuh tahun berkuasa,

ia digantikan pula oleh saudaranya Abd al-Rahman. Akan tetapi ia tidak

secerdas ayah dan saudaranya yang mendahuluinya. Bahkan 'Abd al-Rahman

inilah yang menutup periode Ibn Abi Amir, dalam sejarah Islam di Spanyol.

Kehebatan orang tua dan saudaranya sedikitpun tidak diwarisinya, bahkan ia

amat menyukai kemewahan dan bersenang-senang. Sehingga ia lebih dekat

kepada seorang raja yang suka berbuat zalim. Akhirnya, ia melakukan suatu

kesalahan yang amat fatal, yaitu meminta kepada Hisyam untuk mengangkat

dia sebagai putera mahkota.

Hisyam yang terbiasa dengan keluarga Ibn Abi Amir, yang begitu

dipercayainya, meluluskan permintaan Abd al-Rahman. akan tetapi reaksi

yang tumbuh dalam masyarakat, di luar perhitungan mereka yang sedang

mabuk dalam kekuasaan itu. Kaum Mudar mengkhawatirkan kursi kekuasaan

akan berpindah ke tangan orang Yaman, dan turunan Quraisy akan kehilangan

hak sebagai pewaris pemangku khalifah. Tetapi kedua pihak yang bersengketa

sejak dulu itu (Mudar dan Yaman) bersatu, menghadapi Hisyam, lalu

memecatnya, dan mengangkat khalifah baru turunan al-Nasir, Muhammad ibn

Hisyam ibn Abd al-Jabbar ibn Amir al-Mukminin al-Nasir, dengan gelar "al-

Mahdi billah" sementara itu, Abd al-Rahman yang sudah resmi menerima

jabatan "Putera mahkota" sedang berada di daerah perbatasan di sebelah utara.

114

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus hh. 137-8, diceritakan bahwa seorang

pendeta, karena bencinya menulis: "Pada tahun 1002 M. al-mansur mati, dan dikuburkan dalam

neraka jahim."

Page 85: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

78

Mendengar kabar tersebut di atas, iapun segera pulang ke ibu kota, dan tentu

saja ia dihadang kaum pemberontak, dan sekaligus menamatkan riwayatnya.

Itu terjadi pada tahun 399 H.115

Dengan demikian berakhirlah dinasti Ibn Abi Amir sampai di sini.

Suatu hal yang menarik adalah, ketika al-hajib ibn Abi Amir dan puteranya

'Abd al-Malik menguasai Hisyam, orang-orang Arab tidak memperlihatkan

perlawanan yang serius, kecuali pada awal pembaiatan terhadap al-mughirah.

Dalam hal ini, sebahagian mereka mendukung al-Mughirah bersama orang

Slavia, dan sebahagian lagi mendukung Ibn Abi Amir, yang berpihak kepada

pendukung Hisyam. Dan ketika Hisyam telah menjadi "boneka" tidak terdapat

keterangan dalam buku sejarah adanya perlawanan dari pihak Arab, yang

menentang perlakuan Ibn Amir terhadap Hisyam itu, Ibn Khaldun me-

nyebutkan sebab dari penguasaan Ibn Abi Amir terhadap khalifah Umayyah

Andalusia, adalah karena ketika itu fanatisme atau 'asabiyah kearaban sudah

luntur, demikian juga yang terjadi ketika Kerajaan-kerajaan kecil berkuasa di

Spanyol.116

Keterangan Ibn Khaldun tersebut menunjukkan adanya

kemunduran dari kalangan orang Arab. Dan kemunduran yang

dimaksudkannya adalah berkurangnya rasa'asabiyah.

Setelah Hisyam dimakzulkan dari tahata kekhalifahannya, dan

digantikan oleh Muhammad II (399-400), Maka sejak masa itu dan seterusnya,

dynasty Umayyah berada dalam suatu periode yang teramat kacau, yang

115

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah j/ iv, h. 6;

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, hal 139 116

Lihat Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, (Jakarta: Pustaka Firdaus 1986), h.

189. terjemahan Ahmadie Thoha, dan selanjutnya disebut Muqaddimah saja

Page 86: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

79

menggoncangkan sendi-sendi kekhalifahannya, terutama dilihat dari segi

tegaknya kewibawaan seorang Khalifah dimata umatnya. Dalam periode ini,

para Khalifah tidak memerintah Andalusia sampai meninggal, sebagaimana

yang lazim berlaku pada periode-periode yang lalu. Hal tersebut menunjukkan

bahwa, ada kekuatan lain yang menentukan atau menilai dan menetapkan

apakah seorang Khalifah, diberi kesempatan untuk meneruskan

kepemimpinannya ataukah sudah cukup syaratnya untuk digantikan oleh

orang lain. Pada masa sebelumnya kekuatan semacam itu tidak kelihatan, atau

barangkali tidak ada, karena seorang khalifah biasanya tetap memerintah umat

sampai akhir hayatnya. Dengan demikian apa yang terjadi di Andalusia pada

masa itu, merupakan perkembangan baru dari sebuah sistem yang sudah

berjalan berabad-abad. Dan perkembangan dimaksud, nampaknya berbentuk

penilaian kebijaksanasaan seorang khalifah, oleh "kekuatan" tertentu yang

tidak meIembaga. Dalam kasus pemakzulan khalifah Hisyam, dilakukan oleh

dua “kekuatan” yang selama ini sering bertentangan, yaitu suku Yaman dan

suku Mudar. Mereka tidak membentuk sesuatu lembaga resmi untuk memberi

penilaian terhadap kebijaksanaan seorang khalifah, tidak jelas bagaimana

caranya mereka bergabung, tetapi dapat diduga mereka mengikuti cara-cara

masa lampau, yang sering disebut dengan wa amruhum Syura baynahum. Dan

system ini mendorong mereka mengirim wakil masing-masing untuk

berembuk dan membicarakan permasalahan yang diinginkan.

Hal yang baru di sini bukanlah musyawarahnya, akan tetapi isi

musyawarahnya. Isi musyawarah mereka nampaknya berbentuk penilaian

Page 87: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

80

terhadap kebijaksanaan seorang khalifah, yang belum pernah dilakukan oleh

generasi sebelumnya. mungkin karena khalifah itu merupakan pucuk pimpinan

yang paling tinggi, dan tidak ada seorang pun yang lebih tinggi dari seorang

khalifah kecuali Allah. Dan khalifah tidak memberi pertanggungan

jawabannya kepada sesuatu lembaga, sebagaimana seorang Perdana menteri

memberi pertanggungan jawabannya kepada Parlemen dalam sebuah negara

demokrasi. Seorang Perdana Menteri dapat dijatuhkan oleh Parlemen jika

kebijaksanaannya dinilai buruk, dan dapat meneruskan kekuasaannya jika

parlemen menilai baik kebijaksanaannya. Tidak demikian halnya dengan

seorang khalifah. Seorang Khalifah mempertanggung-jawabkan

kebijaksanaannya di hadapan Allah, bukan di hadapan sebuah lembaga

tertentu, sehingga seorang khalifah harus berbuat sesuai dengan perintah

Allah, walaupun manusia barangkali menentangnya. Dan untuk kasus-kasus

tertentu yang tidak ada pedoman yang jelas dari Allah dan Rasulnya, maka

seorang khalifah biasanya mengajak kaumnya untuk berembuk, dan mencari

jalan keluar dari kesulitannya. Konsep tersebut di atas, memerlukan tokoh

"ideal" untuk duduk di singgasana kekhalifahan Islam. Dan ketika tokoh

dimaksud sudah tidak mampu menunjukan keteladanan maka hilanglah rasa

hormat umat kepada Khalifah. Ketika seorang Khalifah sudah tidak

berwibawa lagi, maka timbulah “keberanian” umat melanggar ketentuan yang

sudah mapan selama berabad-abad.

Pemecatan Hisyam oleh kedua kelompok masyarakat Arab yang amat

berpengaruh itu, menunjukkan adanya kelemahan ketidak-percayaan umat

Page 88: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

81

kepada khalifah. Pengangkatan Muhammad II (399-400) menjadi khalifah,

dan bukan salah seorang dari kalangan suku Mudar atau suku Yaman,

menunjukannya rasa hormat umat Islam kepada suku Quraisy yang

nampaknya mempunyai “hak istimewa” sebagai pemangku jabatan khalifah.

Dalam pengangkatan khalifah pada periode ini terdapat perbedaan dengan

periode sebelumnya. Semula keluarga khalifah yang paling menentukan siapa

yang berhak menjadi khalifah. Sekarang orang-orang Mudar dan Yaman

mengaturnya.117

Setelah pemecatan Hisyam ada enam orang khalifah yang

mendapat kepercayaan menduduki kursi kekhalifahan. Mereka adalah

Muhammad II Ibn Hisyam b. „Abd al-Jabbar b. al-Nasir (399-400), kemudian

disusul oleh Sulayman bin al-Hakam b. Sulayman b. 'Abd al-Rahman III (399-

403/1009-13) 'Abd al-Rahman IV (403-406/1013-18), 'Abd al-Rahman V

(408-414/1018-23), Muhammad III (414-16/1024-25) dan terakhir Hisyam III

B. Muhammad (420-22/1029-31). Masa pemerintahan mereka relatif

singkat.118

C. Keadaan Sosial Umat Islam pada masa Disintegrasi

Dalam keadaan seperti itu badan kaum muslimin terpecah dan terus

terpecah belah. Seluruh Andalusia terbagi-bagi menjadi banyak sekali

kerajaan kecil, yang masing-masing mempunyai penguasa sendiri. Di

Kordoba, keluarga Jahwariyah mengepalai sejenis republic yang pada tahun

1068 diambil alih oleh Bannu „Abbad di Seville. Sejak saat itu, dominasi di

117

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah j. iv. H 66 118

Lihat daftar nama mereka pada Ency of Islam, op.cit., j,I, h 494

Page 89: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

82

antara Negara-negara Muslim terletak di Seville, yang kedudukannya selalu

dihubungkan dengan Kordoba. Granada adalah pusat kekuasaan Rezim

Ziriyyah, yang namanya diambil dari nama pendirinya dari kebangsaan

Berber, Ibn Ziri (1012-1019). Dan Rezim ini dihancurkan oleh kelompok

Murabitun Maroko pada 1090. Di Malaga, dan distrik-distrik sekitarnya,

kekuasaan dinasti Hamudiyah, yang pendirinya dan dua penerusnya menjadi

Khalifah di Kordoba, berakhir 1057. Setelah kekuasaan Ziriyah berakhir,

Malaga akhirnya berada didalam cengkraman Murabbitun. Tahta Toledo

diduduki oleh Banu dzu al-Nun (1032-1085), sebuah keluarga Berber juno

yang sering memberontak hingga dihancurkan oleh Alfonso VI dari Leon dan

Castille, di Saragossa Banu Hud berkuasa dari 1039 sampai dikalahkan oleh

orang Kristen pada 1141. Di antara raja-raja kecil ini, pemerintahan terpelajar

Abbadiyah di Seville adalah yang paling kuat.119

Kerajaan-kerajaan ini terus-

menerus berperang satu sama lainnya. Dan yang lebih merusak dari itu semua

adalah, setiap pihak yang bersengketa mencari dukungan orang Nasrani, untuk

melawan musuhnya.

Sementara bagi pihak Kristen, hal tersebut merupakan kesempatan

emas yang tidak dilewatkan begitu saja. Apalagi mereka masih memendam

kepada Ibn Abi Amir, yang telah berkali-kali memporak-porandakan benteng

dan pertahanan mereka. Khalifah Umayah terakhir adalah al-Muktamid billah,

setelah itu tidak ada lagi yang berhak menjabat jabatan khalifah. Dan dengan

meninggalnya al-mu'tamid billah, maka mungkin dengan pertimbangan

119

Hitty, History, hal 683-684

Page 90: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

83

bahwa, sungguhpun yang berhak menjadi khalifah tidak ada, akan tetapi umat

Islam tidak boleh dibiarkan tanpa pemimpin, maka bekas perdana menteri atau

wazir Abu muhammad'ibn Jahur, mengumumkan bahwa dia dan para menteri

tetap memimpin sebuah pemerintahan, yang diatur orang banyak (jumhur).120

Kerajaan-kerajaan tersebut, atau di sebut Taifa, yang berbatasan langsung

dengan territorial yang dikuasai orang-orang Kristen Trinitarian di bagian

Utara Semenanjung Iberia, yang telah lenyap persatuannya, diwajibkan untuk

membayar upeti tahunan kepada orang-orang Kristen supaya tetap

memperoleh “kemerdekaan” mereka. Guna membayar upeti ini serta

mempertahankan kemewahan hidup di istana-istana mereka, para penguasa

dari kerajaan-kerajaan kecil ini menarik pajak yang tinggi kepada rakyat yang

hidup dibawah kekuasaan mereka. Pajak ini jauh melebihi batas penarikan

pajak yang dibolehkan oleh hukum-hukum Islam.

Mereka yang berjuang untuk mempertahankan atau menerapkan

kembali ajaran Islam dalam segala aspeknya kemudian tidak hanya mendapati

diri mereka berperang melawan orang-orang Kristen Trinitarian, tetapi juga

melawan saudara-saudara Muslim mereka. Sebuah perjuangan sia-sia. Mereka

mendapatkan diri mereka terjebak dalam proses pecah dan pembusukan yan

tak dapat diputar mundur kembali. Selama kaum Muslim Andalusia tetap

bersatu dalam ajaran mereka, mereka terus berkembang da meluas. Begitu

mereka mulai mengabaikan di Islam dan menjadi terpecah belah, jumlah

mereka mulai berkurang, dan orang-orang Kristen mampu memulai urusan

pengambilalihan Andalusia.

120

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 140

Page 91: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

84

Selanjutnya, karena perpecahan yang disayangkan yang telah terjadi

antara Barat dan Timur di dalam umat Islam sendiri, tidak ada bantuan dari

kaum Muslim di Timur pada masa selanjutnya. Perpecahan di dalam umat ini

merupakan satu dari faktor-faktor fundamental yang menjadi penyebab

pembasmian sepenuhnya Islam dari Andalusia, sebab hal ini merupakan

kelemahan yang sepenuhnya dimanfaatkan oleh kaum Kristen Trinitarian

memperoleh tumpuan di negeri itu dan, dibantu oleh orang-orang Kristen yang

hidup di wilayah kekuasaan Muslim, yang sebenarnya telah bertambah

jumlahnya dan maju kehidupannya akibat pemerintahan Muslim yang amat

Toleran, cengkraman mereka atas negeri itu tumbuh semakin kuat.121

121

Andalusia: sejarah kebangkitan dan keruntuhan, hal 91-92

Page 92: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

85

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DISINTEGRASI

A. Kebangkitan Umat Nasrani

Sikap menentang pemerintah dan menolak kepemimpinan kaum

Muslimin oleh umat Nasrani Andalusia yang nampak tidak pernah mengendor

merupakan faktor penting dari penyebab terusirnya kaum Muslimin dari

Semenanjung Iberia. Kaum bangsawan Visigoth yang berdomisili di Toledo;

bekas ibukota kerajaan mereka yang telah hilang, selalu saja menimbulkan

pertentanngan dengan setiap gubernur yang berasal Arab. kota ini merupakan

sebuah wilayah yang penuh dengan pertentangan dan pergolakan. Pola berfikir

lama, yang di pengaruhi para pendeta, dan kenangan indah kepada kerajaan

yang telah hilang cukup besar, dan amat mempengaruhi jiwa mereka, sehingga

mereka menunjukan sikap tidak mau diperintah dan suka menghasut.122

Bagaimanapun, kehancuran kekuasaan Visigoth amat menyakitkan dan

menusuk harga diri mereka. Apalagi kekalahan itu datang dengan cara yang

tidak diduga-duga. Bukankah dan umatnya itu adalah, orang-orang yang anti

Kristus? Bagaimana mungkin orang "penyembah berhala" itu mengalahkan

umat Nasrani yang beriman? Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah, jumlah

orang-orang Islam sedikit, dibanding dengan umat Nasrani di Spanyol, tetapi

dengan mudah saja menghancurkan pasukan yang terlatih, dart sebuah

122

Dozy, Reinhart. Spanish Islam. h. 246,suasana semcam ini terjadi pada orang-orang,

yang tertekan perasaannya. dan orang-orang Nasrani di Toledo, yang kebanyakannya kaum awam,

mungkin turunan para penguasa zaman Visigoth,yang menginginkan kejayaan masa

lampau,terulang kembali pada masa mereka. Hal tersebut tidak mungkin lagi, lalu merekapun

jengkel.

Page 93: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

86

kerajaan yang berusia ratusan tahun. Mungkin pada mulanya mereka

terpengaruh, bingung dan terpesona, pada kehebatan dan keluar-biasaan

pendatang, yang telah memukau dan nembuat mereka menjadi bingung dan

keheranan atas kekalahan yang mereka derita. Akan tetapi setelah “kesadaran”

mereka kembali, maka mereka mencoba menangkap makna peristiwa yang

telah dialaminya. Ternyata orang-orang yang telah mengalahkan mereka

adalah, manusia biasa seperti mereka juga.

Dalam teorinya Ibn Khaldun123

mengatakan bahwa golongan yang kalah

selalu berusaha meniru golongan yang menang dalam pakaian, tanda-tanda

kebesaran, akidah kepercayaan dan lain-lain adat kebiasaan. Karena mereka

beranggapan bahwa pihak yang menang itu lebih unggul dan lebih sempurna.

Dan hal tersebut memang dapat dilacak dalam data sejarah Spanyol Islam,

sebagai halnya di negara negara sedang berkembang, pada abad keduapuluh,

yang berusaha untuk menjadi "Barat",sungguhpun mereka tetap tidak pernah

menjadi “Barat”, kecuali secara lahiriah saja. Berbeda halnya dengan teori Ibn

Khaldun tersebut, di Toledo umat Nasrani bukan saja tidak meniru umat

Islam, yang telah mengalahkan mereka, bahkan sebaliknya berusaha

merendahkan dan memfitnah dan melawan musuh mereka itu, penulis

menduga, bahwa setelah umat Nasrani "sadar" terhadap apa yang dialaminya,

merekapun berontak terhadap kenyataan yang ada. Karena sebagai tersebut di

atas, setelah mereka menyadari diri, barulah nampak bahwa umat Islam yang

telah mengalahkan mereka tidak lebih dari manusia biasa juga. Oleh karena itu

123

Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah. Terjemahan H.A Mukti Ali (Jakarta:

Tintamas), 1962 hal 71

Page 94: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

87

bangkitlah rasa harga diri mereka, yang dimanifestasikan dalam bentuk

kemarahan. Tentu saja, mereka memandang orang Islam yang menguasai

Negri Andalusia itu, telah merendahkan martabat mereka, yaitu martabat

orang-orang bangsawan Visigoth. Mungkin itulah sebabnya mengapa kaum

bangsawan Visigoth selalu menunjukkan sikap tidak mau diperintah dan suka

menghasut.

Keadaan semacam itu mendorong Al-Hakam (350-366/ 861-976)

mengangkat gubernur baru non Arab asal Spanyol, yang Muslim. Pilihan itu

jatuh pada Amrus Ibn Yusuf. Ia memulai debutnya sebagai seorang pemain

yang berbakat pada 807. Dan berusaha membujuk kaum bangsawan Visigoth

untuk menerima dirinya, yang pada dasarnya adalah sama dengan mereka,

yaitu sama-sama membenci orang Arab dan khalifah Bani Umayyah.

Percaya kepada buah percakapan Amrus Ibn yusuf kaum bangsawan

Visigoth menerima baik kehadirannya. Di Toledo. Dan Amruspun

merencanakan sebuah jebakan maut, untuk menghentikan perlawanan dan

pemberontakan yang tidak pernah kunjung selesai dari mereka. Amrus

mengirimkan undangan kepada semua kaum bangsawan Visigoth untuk meng-

hadiri jamuan makan, menghormat kehadiran putera mahkota „Abd al-

Rahman, yang pada waktu itu baru berusia empat belas tahun. Penerimaan

tamu diatur sedemikian rupa sehingga setiap orang masuk satu demi satu.

Pasukan pengawal yang dipersiapkan sebelumnya, telah menanti para tamu

dengan pedang terhunus. Maka satu demi satu di antara tamu itu, dipenggal

lehernya. Dan dilemparkan ke dalam lobang yang telah dipersiapkan

Page 95: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

88

sebelumnya. Maka setelah peristiwa tersebut Toledo menjadi aman.124

Berapa

jumlah korbannya sulit diperhitungkan, tetapi ada sumber yang menyebutkan

tujuhratus orang. Dan ada sumber lain menyebutkan jumlah limaribu orang.125

Rasanya jumlah tujuhratus Lebih realistis karena pembantaian itu terjadi

dalam beberapa jam saja. Apalagi yang diundang itu terbatas pada orang-

orang tertentu yang diyakini menjadi biang keladi setiap kerusuhan. Bahkan

rencana pembantaian ini direncanakan, justru setelah tercium adanya usaha

untuk memberontak terhadap al-Hakam. Dan sungguhpun cara ini

menghendaki pembantaian yang bertaraf wajar, dan kelihatan amat licik, serta

tidak sportif, nampaknya pengikut mereka, rakyat kecil tidak menjadi korban.

Sumber yang adapun tidak menyebutkan tentang ada atau tidak adanya para

isteri atau anak mereka yang ikut dalam pesta tersebut. Demikianlah setiap

pembantaian terjadi sepanjang sejarah, dan dilakukan oleh mereka yang

melakukannya atas nama politik, seperti tersebut di atas, atau nama rasialisme

seperti Hitler membantai umat Yahudi pada abad keduapuluh. Atau atas nama

apa saja sebagai yang terjadi terhadap umat Palestina di Syatila Libanon oleh

orang-orang Israel. Atau manusia itu bersepakat untuk membunuh diri secara

bersama-sama, sebagai yang terjadi di Amerika dan Korea, pada abad

duapuluh ini. Dan bahwa manusia suka menumpahkan darah, tidak hanya

tersebut dalam al-Qur'an,126

tetapi juga dalam kenyataan.

124

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar,., j. iv, h. 126; 125

Dozy, Reinhart. Spanish Islam. 126

Lihat al-Qur‟an, 2:30

Page 96: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

89

Pemberontakan umat Katolik tersebut di atas, mempunyai latar

belakang keagamaan, sebagai yang dilakukan oleh mereka yang mencari

syahid, ada pula yang berlatarbelakang politik, sebagai yang dilakukan kaum

bangsauan Visigoth di kota Toledo. Ada lagi motif rasialisme, sebagai yang

ditunjukkan oleh Ibn Hafsun. Ia memeluk Islam dan mendapat kepercayaan

dari bahagian ketenteraan Bani Umayyah di Kordoba. Dan ketika keadaan

umat Islam kacau balau, pada masa antara pemerintahan 'Abd al-Rahman al-

Awsat dan al-Nasir Ibn Hafsun memimpin pemberontakan melawan

pemerintah, dan sempat menjadi pemimpin yang berpengaruh di wilayah

selatan Spanyol, serta membangun sebuah benteng di Basytar atau Bobastro.

Dalam pertempuran yang berlangsung di antara pasukan Ibn Hafsun dengan

pihak pemerintahan di kedua belah pihak banyak berjatuhan korban.127

Umar Ibn Hafsun dapat memikat hati orang-orang asli Spanyol, baik

yang beragama Islam maupun Katolik, dan pernah ia mencoba menarik

perhatian Bani Abbas yang berkuasa di Afrika, yang pada waktu itu di bawah

Bani Aghlab, meminta bantuan untuk menguasai Spanyol.128

Usaha tersebut

tidak mendapat tanggapan baik. Barangkali karena Bani Aghlab

memperhitungkan tidak akan mempu menghadapi kekuatan Bani Umayyah di

daratan Andalusia. Mungkin juga karena mempertimbangkan kredibilitas

Umar Ibn Hafsun, sebagai Muslim yang diragukan kejujurannya. Kemudian

pada tahun 299 H. ia mengumumkan kenasraniannya kembali, dengan nama

127

Al-Khatib, Akhbar Majmu’ah Fi Fath al-Andalus, Lafuente Alcantara. (Madrid:

1867) j. h 150 sebagai dikutip Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-

Islamiyah., j. v. h. 58 128

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar., ia mengharapkan Bani Abbas mengakui kedudukannya sebagai seorang Amir, di

Adalus

Page 97: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

90

baptis Samuel, yang selama ini disembunyikannya.129

Kasus Ibn Hafsun yang tersebut di atas, bersifat rasial dan bukan

semata-mata agama. Karena yang ikut berjuang di pihak Ibn Hafsun itu,

termasuk sebahagian dari umat Islam juga, tetapi berasal Iberia. Dan dengan

sikap memurtadkan dirinya dari Islam, nampak bahwa keislamannya itu

mempunyai motifasi untuk menarik saudaranya sebangsa, agar memberontak

kepada pemerintah Islam. Dan setelah ia melihat kegagalan, ia kembali ke

agama asalnya. Bagaimanapun juga, pemberontakan tersebut, melambangkan

ketidak puasan dan protes keras dari kalangan umat penguasa. Dan

ketidakpuaan masyarakat, dalam sebuah Negara, adalah milik segala zaman

pada semua bangsa di dunia. Dan bahwa sebuah pemberontakan yang timbul

akibat sentimen keagamaan, bukan sesuatu yang luar biasa. Hal itu dapat

terjadi setiap saat, terutama jika penguasa mengambil jalan yang menyinggung

perasaan keagamaan rakyatnya. Ini Barangkali bisa dijadikan dasar, mengapa

umat Katolik merasa tidak puas terhadap penguasa Islam Andalusia; kurang-

kurangnya dapat diduga sebagai penyebabnya.

Konsili keduabelas Toledo, kaum gerejawan merasa dipermalukan dan

merasa amat sedih, atas pembatasan-pembatasan yang ditetapkan pemerintah

terhadap hak untuk memanggil (summoning councils), dan terhadap lembaga

pengangkatan dan pemberhentian Bishop, tidak diizinkan ditangani oleh raja-

raja Visigoth, tetapi diserahkan kepada sultan-sultan Arab. Demikian juga ada

kantor-kantor Bishop yang tidak dipakai lagi, dijual kepada pihak lain yang

129

Ibn „Izari, Al-bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Maghrib j.ii, h. 143

Page 98: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

91

tinggi penawarannya.130

Selanjutnya semua gereja di ibu-kota Islam Andalus

dimusnahkan kecuali sebuah Katedral S. Vincent, yang pada tahun 747

diserahkan kepada umat Katolik melalui sebuah perjanjian. Tetapi setelah

Kordoba menjadi padat oleh pendatang dari Syria, dan mesjid yang ada tidak

mampu menampung jamaah lagi, maka setengah dari gereja dipakai menjadi

mesjid. Beberapa tahun berselang 'Abd al-Rahman I membeli yang separo lagi

dengan harga 400.000 dinar, dan mengizinkan umat Kristen Katolik

membangun gereja baru untuk mereka di tempat lain.131

Peristiwa penghancuran gereja dan pengambilalihan katedral menjadi

mesjid, sebagai tersebut di atas, nampaknya memang sulit diterima.

Sungguhpun barangkali kordoba yang telah menjadi ibu-kota keamiran,

dipenuhi kaum Muslimin, baik pendatang maupun penduduk aslinya. Dengan

demikian umat Katolik relatif menjadi ciut jumlahnya, sehingga banyak nya

gereja tidak bermanfaat lagi.132

Banyak pula kantor-kantor Bishop yang tidak

dipakai lagi oleh pemiliknya, dan kemudian dilelang oleh pemerintah. Ini

menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan, dalam hal ini agama Katolik, tidak

berjalan sebagaimana sebelumnya. Disebut sulit diterima karena katedral yang

dibeli 'Abd al-Rahman al-Dakhil, secara hukum masih terikat dengan

perjanjian yang dibuat peda tahun 747, saat Yusuf b. 'Abd al-Rahman al-Fihri

(746-56) memegang kendali pemerintahan. Boleh jadi perjanjian tersebut

130

Dozy, Reinhart. Spanish Islam h. 238-9 131

Ibid. Barangkali karena mesjid bagi umat Islam adalah pusat kegiatan kemasyarakatan,

dan lambang supremasi pemerintahannya, maka dipandang tidak layak ada lambang agama lain

yang menyainginya. Sebagaimana mesjid Kordoba menjadi gereja setelah Islam terusir dari sini. 132

Sebagai halnya di Eropa dewasa ini, banyak gereja yang tidak lagi berfungsi sebagai

rumah ibadah, sehingga dijual untuk dimanfaatkan bagi kepentingan lain. Ada yang di jadikan

gudang, tempat hiburan, dan juga mesjid.

Page 99: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

92

dibuat untuk menarik dukungan umat Katolik bagi kekuasaannya. dan apapun

yang menjadi latar belakangnya, sebuah perjanjian tetap harus dihormati,

sungguhpun ditandatangani oleh saudaranya yang lain.133

Kebijaksanaan politik Abd al-Rahman menyangkut gereja Katolik, di

ibu-kota Kordoba sungguhpun dapat dipahami, tetapi memang untuk umat

Katolik cukup menyakitkan. Dan sentimen keagamaan berkembang menjadi

semacam dendam kesumat yang sulit dihilangkan, dan kadang-kadang

menimbulkan sikap yang aneh-aneh, sebagai halnya sikap mencari mati syahid

dengan menghina kaum Muslimin. Rasa tertekan dan ingin melawan, tetapi

kekuatan amat terbatas, berbaur menjadi satu. Hal ini dapat menimbulkan

trauma dalam jiwa mereka, terutama yang fanatik terhadap agama. Di samping

itu timbul pula sikap nekad dan tidak lagi memikirkan akibat dari

kenekatannya. Dan itulah yang diterima oleh kaum Muslimin pada masa itu.

Kebijaksanaan politik dari sebuah pemerintahan yang dimotori oleh

agama, menghasilkan sikap yang bernafas keagamaan. Kebijaksanaan politik

sekuler yang non agamis, menghasilkan sikap yang sesuai dengan itu pula.

Maka jika Abd al-Rahman I menghancurkan gereja-gereja Katolik di ibu kota

keamirannya, tentu saja karena ia seorang amir dari sebuah negara yang

berdasarkan Islam, sebagai yang dipahaminya. Dan tidak mustahil ada orang

lain pada masa itu yang tidak menyetujui kebijaksanaan tersebut, tetapi juga

133

Hal ini dipandang dari sudut agama,misalnya: Al-Qur'an, 2:177; 17: 34; 3:76; dll. Juga

Huzaifah b. Yaman berjanji dengan orang Quraisy, tidak akan memerangi mereka, artinya tidak

bergabung dgn nabi untuk melawan Quraisy, sehingga ia dan anaknya diizinkan hijrah ke

Madinah. Ketika keduanya mendaftarkan diri untuk ikut Perang Badar, nabi melarang mereka

berdua untuk ikut memerangi orang Quraisy dgn alasan terikat janji. (Al-Hufi Min Akhlaq al-Nabi,

(Kairo: Al-Syu'un al-Islamiyyah, 1968 , h. 297.

Page 100: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

93

mendasarkan pemikirannya kepada Islam sebagai agama. Bagi umat Katolik

di Spanyol pada waktu itu, menerima atau memolak mengandung resiko dan

berdampak negatif. Menerima berarti melepaskan sebahagian dari sarana

keagamaan, dan menolak berarti menentang keputusan penguasa; serba salah.

B. Dampak social setelah munculnya disintegrasi

Secara lahiriah, tidak sulit mencari Bagaimana dampak social setelah

munculnya disintegrasi? Dan mungkin yang sulit menjawabnya adalah,

mengapa sampai terjadi disintegrasi atau berpecah? Apapun yang menjadi

jawabannya, perpecahan itu sendiri berakibat fatal; menimbulkan keberanian

pihak lawan, melemahkan pertahanan, memudahkan timbulnya

pengkhianatan, dan sulit mempertahankan prinsip yang diyakini

kebenarannya, sehingga harga diripun melorot jatuh, bahkan tanpa harga. Dan

jika perpecahan itu timbul di kalangan para pemimpin, maka yang menjadi

korbannya adalah yang dipimpin, dengan segala akibatnya. Dan itulah yang

dialami para pemimpin dan rakyat di Kerajaan Kecil, Muluk al-Tawa'if. Dan

itulah pula yang dialami oleh Dinasti Nasir di Granada pada penutup sejarah

Islam di Spanyol, ketika merekapun berpecah dan bertengkar di antara sesama

kaum Muslimin.

Puncak kehancuran Muluk al-Tawa'if ditandai oleh jatuhnya Toledo ke

tangan Alfonso VI (1065-1109) pada tahun 1085, yang ketika itu berada di

bawah Banu Zi al-Nun (1032-1085). Alfonso memanfaatkan pertentangan

raja-raja kecil itu, dengan memberi bantuan kepada salah satu pihak yang

Page 101: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

94

bertikai, bahkan ia diminta untuk menjadi penengah,134

dalam pertikaian

tersebut. Serangan pihak Kristen semakin seru, bahkan pernah sudah mencapai

Cadiz di selatan. Dalam pada itu pula seorang yang bergelar Cid di Valensia

bekerjasama dengan orang-orang Castilia, mulai mengusik bani 'Abbad (1023-

91). Banu 'Abbad yang pada waktu itu di bawah al-Mu'tamid (1068-91) di

Seville, adalah seorang penyair terkemuka. la melihat bahaya besar

mengancam umat Dan dirinya, yang tidak mungkin dilawannya sendiri.

Mungkin karena ia melihat semua kekuatan Islam di Spanyol sudah

berantakan, maka ia memandang baik meminta bantuan ke Afrika Utara.

Ketika orang mengecamnya ia mengatakan bahwa, menjadi penggembala

seekor unta di Afrika labih baik daripada menjdi kawanan babi di Castilia135

,

Amir Sevilla Mu'tamid, menyebrangi Gibraltar meminta bantuan Yusuf Ibn

Tasyfin pada tahun 479. Yusuf meninggalkan Afrika bersama duapuluh ribu

anggota pasukannya, menuju daratan Eropa. Sementara itu Alfonso sedang

mengepung Saragossa. mengetahui bala bantuan kaum Muslimin telah tiba,

Alfonso mernpersiapkan limapuluh ribu tentara dan menyambutnya di

Zallaqa136

, Pertempuran sengit terjadi pada 23 Oktober 1086/479137

, Alfonso

terpaksa meninggalkan puluhan ribu mayat anggota pasukannya,

menyelamatkan diri dari serangan dahsyat putra Afrika yang berdarah Negro

itu. Dan Yusuf segera meninggalkan Spanyol begitu ia selesai menjalankan

134

Encyclopaedia of Islam, op.cit., j. I, h 495

penengah itu disebutnya arbiter, apa tidak

mungkin mereka yang meminta Alfonso VI menjadi "hakim" tsb. sebagai halnya ketika pelanduk

menjadi hakim terhadap dua ekor anjing yang memperebutkan sepotong daging? Setiap kelebihan

timbangan lalu dimakannya, sehingga kedua ekor anjing akhirnya tertipu?

135 Ency Britannica, op,cit., j. xx, h. 1088; Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus

al-Ratib, ed. Dozy j. i, h. 288; Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi

Ayyam Wal’Ajam wal – Barbar,, j. iv, h. 161; 136

juga disebut Sacralias, sekarang Sagrajas 137

Dalam Ency. of Islam, disebut tanggal 22 Rajab 479/2 Nopember 1086. op.cit., j. i, h.

495

Page 102: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

95

tugas sucinya.138

Kekalahan Alfonso di Zallaqa, menimbulkan kemarahan pihak Kristen,

yang berakibat diserangnya benteng al-Mu'tamid di Loyath, sehingga

mendorong raja Seville itu meminta kembali bantuan Yusuf dari al-Murabitun

di Afrika, (1090/483). Permohonan ini diterimanya lagi, akan tetapi ia melihat

ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di kalangan kaum Muslimin

Spanyol, yang memuakkannya. Yusuf akan datang dan tidak untuk menolong

mereka yang mabuk di dalam kemewahan, tetapi justru untuk menguasai

mereka. Yusuf melihat raja-raja kecil di Andalusia itu hidup dalam

kemewahan dan suka boros. la memperkirakan tentu mereka, telah memeras

pajak yang melebihi kewajiban umat. Untuk itu ia menganjurkan mengurangi

pajak, tetapi tidak ada yang mengacuhkan pikirannya, kecuali ibn 'Abbad.

Yusuf juga mengetahui keadaan mereka lebih banyak, melalui pengaduan-

pengaduan yang dibuat para raja-raja kecil itu, saling menyalahkan pihak lain,

dan membenarkan tindakannya sendiri. Dari informasi yang diterimanya, ia

tidak lagi percaya kepada mereka. Ia memutuskan menguasai raja-raja kecil

(Muluk al-Tawa'if) itu, dan menyerang mereka bersama dengan menyerang

pihak Kristen. Sikap Yusuf tersebut mendapat dukungan para fukaha' (ahli

hukum Islam) yang selama ini pendapat dan fatwa mereka selalu dijadikan

pedoman di dalam mengambil langkah-langkah politiknya. Hal itu menjadi

lebih meyakinkan dirinya lagi, setelah dua ulama terkemuka, Imam al-Ghazali

dan Imam al-Turtusyi, mendukung fatwa ulama Andalusia.139

138

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, j. vi, hh. 180-7; Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh j. x, hh. 101-3; W. Montgomery

Watt, The Mayesty That Was Islam, (London: William Clows & Sons Ltd.?) h. 245 139

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 162-3; E.o.I, op.cit., h. 495; Al-Tarikh

al-Islami, op.cit., j. iv, h. 124

Page 103: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

96

Pada bulan Nopember 1090/483, Yusuf memasuki kota Granada dan

menangkap Abdullah ibn Balkin sekutu Alfonso, kemudian ia melakukan

serangan-serangan ke wilayah lain, satu demi satu kota Muluk al-Tawa'if

dikuasainya, kecuali Toledo yang tetap berada dalam tangan kaum Kristen.140

Setelah kehancuran Muluk al-Tawa‟if muncul Al-Murabitun (448-541/1054-

1147), 0rganisasi pergerakan al-Murabitun, semula bergerak dalam bidang

kegiatan ibadah, kemudian menjadi meluas dan berkembang dalam bentuk

gerakan politik yang radikal. Dan karena Islam pada abad ke 11 telah menjadi

suatu agama yang berurat dan berakar di Afrika, maka ia berkembang menjadi

suatu kekuatan spiritual yang dahsyat. Kombinasi semangat keagamaan dan

potensi suku atau kabilah telah mampu membentuk sebuah dawlat, yang

bersifat politik yang sempat mewarnai Afrika Utara dan Spanyol.141

Semula,

mereka muncul di tengah-tengah kabilah Lamtunah, suku sanhajah. Menurut

riwayat mereka berasal dari kabilah Arab Himyari, yang mengembara dari

Yaman ke Syam, kemudian menuju ke Afrika dan bertempat tinggal di padang

pasir, sebagai nomaden.142

Tokoh utama mereka adalah, Yahya ibn Ibrahim,

pemimpin kabilah Lamtunah, Abu Imran al-Fasi, seorang ulama Maliki, dan

Abdullah ibn Yasin alJazuli yang juga seorang ulama. Mereka menarik

pengikut nya dari kabilah Lamtunah tersebut, dan membangun ribat.143

di

sebuah pulau di dekat Senegal, Semula jumlah mereka, berkisar seribu orang

“santri”, yang kemudian dapat menarik sejumlah orang Negro memeluk Islam.

140

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus Ibid 141

Marshal G.E. Hodgson, The Venture of Islam (University of Chicago Press, ?) h. 268 142

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh , j. ix, h. 232 143

Ribat biasanya merupakan pusat kegiatan para ahli tarikat, yang bersifat

mengintensifkan ibadah kepada Allah, yang dilakukan secara berkelompok, dipimpin seorang

tokoh yang dipandang lebih taqwa dari lain-lainnya, dengan disiplin keras, tetapi juga diimbangi

rasa kasih sayang yang mendalam. Ribat juga berarti pusat kekuatan militer (ingat: Ribat al-Khayl)

Page 104: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

97

Dan setelah berapa tahun membangun diri, mereka menjadi yang dipertuan

disepanjang utara dan barat Afrika dan akhirnya Spanyol.144

Di Senegal ribat tersebut menjadi pusat kegiatan peribadatan kaum

muslimin, dan menjadi sentral dari kekuatan bagi pertahanan diri terhadap

serangan aliran lain. Yahya ibn Ibrahim dan Abdullah ibn Yasin membina

aspek politik bagi kekuatan baru ini, dengan jalan mengumpulkan para fukaha'

di bawah Yahya ibn Amir. Mereka memberantas Bid'ah dan menegakkan

hukum Islam. Pengaruhnya meluas ke padang pasir Sudan, Dar' ah,

Sijilmasah. Di bawah pimpinan Abu Bakr Ibn Amir al-Lamtuni, mereka

menguasai Sus dan Masmudah. Ketika itu Yusuf ibn Tasyfin menjadi

komandan pasukan, yang setelah menyempurnakan penaklukan Sus,

membebaskan negeri itu dari pengaruh Syi'ah bajaliyyah. Lalu menguasai

Nafis, Aghmat dan Ghargawatha, dan membebaskan wilayah tersebut dari

pengaruh sesat dan pengikut Salih ibn Tarif, yang mengaku dirinya sebagai

nabi.145

Setelah Ibn Yasin gugur dalam pertempuran ini, ia digantikan oleh Abu

Dakar ibn Amir. Ia kemudian merasa bahwa Yusuf ibn Tasyfin lebih pantas

dari dirinya untuk menjadi pemimpin, maka Yusuf dibai'at sebagai gantinya,

Kemudian diikuti pihak lainnya. Pengangkatan ini diumumkan kepada rakyat

melalui mesjid-mesjid di Maghribi dan di Andalusia. Inilah untuk kali pertama

seorang Berber memegang peranan penting dalam percaturan politik di

kawasan Afrika Utara dan Semenanjung Iberia, dengan mengambil gelar

144

Ibn al-Asir, Al-Kamil Fi al-Tarikh., j. I, h 425-7 145

Ibrahim Hasan, al-Tarikh al-Islami (Kairo: al-Nahdah, ?), j. iv, h. 286-8

Page 105: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

98

"Amir al-Muslimin".146

Sementara itu orang-orang al-Murabitun mendapat sorotan dari umat

Islam di Andalusia. Sebahagian mereka memuji kesalehan dan ketaatan serta

kesederhanaan "santri" dari Afrika itu. Sebahagian yang lain, terutama para

penggemar sastra dan kebudayaan, para ahli seni dan penguasa,

mencemoohkan dan merendahkan mereka. Karena orang "dusun" itu terlalu

tolol dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai umat Islam

Andalusia. Mereka dipandang terlalu kasar dan kaku dalam beragarna serta

amat fanatik.147

Apapun pendapat orang terhadap al-Murabitun, yang jelas bahwa

mereka telah menyelamatkan umat Islam dari serangan Kristen, sekurang-

kurangnya menunda kehancuran mereka untuk sementara. Dan semangat

juang yang demikian tingginya, serta keberhasilan mereka mematahkan

perlawanan Alfonso VI, lebih banyak ditentukan oleh sifat-sifat mereka yang

masih lugu, "bodoh, kasar dan fanatik". Atau dengan perkataan lain, mereka

belum mengenal kehidupan sebagai yang dikenal umat Islam Andalusia.

Barangkali apa yang dihadapi mereka pada waktu itu, dihadapi juga oleh

generasi berikutnya sepanjang zaman. Pertanyaan yang menggoda adalah,

mengapa orang Al-Murabbitun yang katakanlah "bodoh dan kampungan” itu,

dapat mengalahkan pasukan Alfonso VI sebegitu meyakinkan? Bahkan

sumber Hitti menyebutkan umat Kristen mengalami kekalahan yang amat

146

LG.E von Grunebaum, Classical Islam, (London: Utwin Brother Ltd. ?) h. 180:

History, op.cit., h. 542 147

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, op.cit., h. 163; Hitti bahkan menyatakan

mengundang Murabbitun suatu kesalahan yang amat fatal, History, op.cit., h. 540

Page 106: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

99

memalukan, dan diperkirakan sekitar 300.000 umat Nasrani menjadi korban,

40.000 di antaranya dikirimkan ke,, Afrika oleh pemimpin al-Murabitun dalam

bentuk kepalanya saja, sebagai trophy.148

Terlepas dari apakah catatan sebut

benar ataukah dilebih-lebihkan, yang jelas umat Nasrani tidak akan

memandang enteng terhadap yang "bodoh dan kampungan" itu.

Sebaliknya, umat Islam Andalusia sudah maju dan modern, bahkan

mempunyai reputasi internasional. mereka berilmu pengetahuan luas,

memiliki para sarjana: yang handal dalam segala bidang, baik ketika

Andalusia dibawah pimpinan para khalifah umayyah, maupun pada saat

Muluk al-Tawaif yang berantakan itu. Tradisi ilmu sudah begitu

memasyarakat, sehingga sudah seharusnya mereka maju.

Dinasti al-Murabitun merebut kota-kota Andalusia satu demi satu. Dan

dalam bulan November 1090 mereka merebut Granada. Tahun berikutnya

Seville. Kota yang diperintah oleh Banu 'abbad, di tempat al-Mu'tamid

berkuasa. Dan yang telah "berjasa" mengundang al-Murabitun ke Iberia,

mendapat surat agar ia tunduk kepada Yusuf Ibn Tasyfin. Tidak jelas apa yang

dipertimbangkan al-Mu‟tamid; surat itu tidak dibalasnya. Iapun dikepung dan

akhirnya terpaksa menyerah. la dikapalkan bersama keluarganya ke Marokko,

dan meninggal di Aghmat tahun 487/1095. Kemudian pendudukan terhadap

Andalusia menjadi lebih sempurna, setelah jatuhnya Valencia (495/1102).

Kota ini telah dikuasai Cid Campedor Rodrigo Diaz tahun 478/1085.

Kemudian Saragossa menyerah setelah meninggalnya raja terakhir Banu Hud,

148

Ibn al-Khatib, al-Hulal al-Mawsyiyah Fi Zikr al-Akhbar al-Marakusyiyah, (Tunis,

1329) h. 43: History, op.cit., h. 540

Page 107: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

100

al-Musta'in (503/1110). Satu-satunya kota yang tetap berada dalam kekuasaan

Kristen dan tak mampu di rebutnya adalah kota toledo, sunguhpun mereka

dapat memenangkan pertempuran di Ucles th 512/1118).149

Pemerintahan al-Murabitun sudah mulai stabil pada tahun 495/1102.

Sejak itu mereka telah menjadi yang dipertuan di sepanjang utara Afrika, dan

Andalusia. Suasana di negara mereka digambarkan berada damai. Harta dan

jiwa manusia mendapat perlindungan secara hukum. Masyarakat nenjadi biasa

menghormati hukum. Karena kepastian benar-benar diwujudkan. orang-orang

Nasranipun mendapatkan hak mereka sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kemakmuran rakyat terasa meningkat dalam masa pemerintahan al-Murabitun

di Andalusia, untuk beberapa dasawarsa.150

Sementara itu para fukaha' amat

dominan dalam mengatur ketertiban hukum, dan mengatur kebijaksanaan

politik al-Murabitun. Sejumlah cendikiawan merasa tidak senang dengan para

fukaha' tersebut. Demikian pula dengan para negarawan Andalusia yang kini

tidak memiliki kekuasaan apapun lagi. Mereka memandang ulama Fikih itu

amat kaku dalam menghadapi persoalan yang tumbuh dalam masyarakat.

Terutama menyangkut bidang ilmu pengetahuan, filsafat, dan pemikiran. Pola

berfikir mereka amat terikat dengan ilmu fikih dan tafsir, dan bahkan

mengecam ilmu kalam. Kemudian memperdayakan orang-orang pemerintah

untuk membakar karya al-Ghazali, karena dipandang tidak sejalan dengan

mazhab Maliki yang menjadi mazhab resmi al-Murabitun. Sungguhpun al-

149

Lihat Encyclopaedia of Islam, op.cit., j.i. h 495; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-

Andalus h 163; History, op.cit.., h. 540; Ibn Khallikan, wafayat al-A‟yan (Kairo, 1299), j. ii, h.

419: Khaqan, Qala‟id al-„Iqyan (Bulaq, 1283), h. 25 150

Lihat Encyclopaedia of Islam, loc.cit.

Page 108: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

101

Ghazali termasuk ulama terkemuka yang mendukung tindakan al-Murabitun

menyerang Muluk al-tawa'if dan menguasainya. Dan karya al-Ghazali

dimasukkan ke dalam daftar hitam pada masa putera Yusuf naik tahta, Ali ibn

Yusuf (1106-43). 151

Di atas telah disebutkan bahwa, pemerintahan al-Murabitun dapat

menegakan hukum Islam dan memakmurkan rakyatnya, sungguhpun ada

sementara pihak yang tidak berkenan dengan cara-cara yang ditempuh fuqaha'

dan pola berfikir mereka, yang dinilai kaku dan statis.

Barangkali Andalusia akan tetap menjadi sebuah kerajaan yang kuat

dan megah, melalui pedang dan ketangguhan al-Murabitun, seandainya

mereka tetap memiliki sifat-sifat badui padanya pasir yang sederhana, dan

tetap mempertahankan tradisi dan keberanian milik mereka sendiri. Akan

tetapi ternyata setelah berlalu beberapa waktu, merek tidak kuat bertahan

dengan keketatan hukum dan kepastian pelaksanaannya. Mereka yang pada

mulanya datang ke Asbania dengan hati yang tegar dan tangguh, dan tidak

menaruh minat untuk mereguk kenikmatan, serta benci pada kelemah

lembutan. Mereka datang membanggakan keberanian dan kekuatan, dengan

hati yang sarat oleh fanatisme keagamaan, diiringi oleh darah panas dan

pemikiran yang sederhana. Mungkin mereka adalah manusia qana' ah; yang

merasa cukup dengan apa adanya, yang amat bersahaja. Apalagi, menilik pada

awal sejarah kebangkitan mereka, yang bermula dengan ribat; suatu cara

diantara sekian cara yang ditempuh oleh mereka yang sudah ingin menjauhi

151

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, h. 164

Page 109: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

102

"dunia". Kini Mereka terlempar di tengah-tengah hiruk pikuknya dunia.

Mereka harus “meluruskan” orang yang sudah “menyeleweng” yang selama

ini dibencinya, tetapi sama-sekali tidak pernah dikenalnya. Ternyata setelah

mereka sering melihat dan mengetahui, karena terlibat langsung dalam kancah

"pertarungan abadi" antara kebajikan dan keburukan, antara perintah dan

larangan, antara kepatuhan dan kelalaian, bahkan pertentangan, maka

merekapun tergoda. Mereka hanyut bersama kemewahan yang ditawarkan

Andalusia.

Dengan melihat jalan yang ditempuh al-Murabitun, mungkin dapat

ditemukan penyebab kejatuhannya. Ternyata mereka jatuh setelah menempuh

jalan, yang ditempuh oleh saudaranya umat Islam Andalusia. Barangkali

mereka bukan menempuh jalan yang pernah dilalui pendahulunya, melainkan

meniru apa yang pernah dilihat pada saudaranya di Andalusia. Dan karena

meniru, maka mereka tidak mengetahui lebih dari apa yang nampak secara

lahir saja. Dan karena itu pula, mungkin mereka menjadi heran, mengapa

mereka mendapat hasil yang berbeda, padahal sudah meniru apa yang orang

lain lakukan, "Qul hal yastawi allazina ya'lamuna wa allazina la ya'lamun ?"

152 dan apa yang selama ini dibenci mereka, kini menjadi disenangi, bahkan

menjadi kebutuhan. Mereka mereguk Kenikmatan sepuas-puasnya, mandi

dengan kemewahan, dan berenang bersama kemaksiatan. Sehingga mereka

goncang.

152

Lihat Al-Qur‟an. Al-Zumar, 39:9; Lihat juga 5:100; (al-Ma‟idah); al-An‟am, 6;50; al-

Ra‟d, 13:16; Fatir, 35:12

Page 110: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

103

Akhlak mereka menjadi rusak. Sifat berani dan terus-terang bertukar

menjadi penakut dan penuh kemunafikan. Kejantanan yang selama ini

dibanggakan, telah luntur bersama khamar dan kaum Hawa. lni tidak melebihi

jangka waktu duapuluh tahun. sehingga tidak ada lagi orang yang mampu

mempertahankan serangan pihak Kristen, yang semakin meningkat dan

semakin intensif, dari hari ke hari.153

Serangan pihak Kristen mendatangkan banyak kerugian, akan tetapi

tidak ada tindakan balasan yang mampu dilakukan pihak penguasa al-

Murabitun. Hal tersebut nimbulkan kegelisahan bagi kaum Muslimin di

Andalusia. Sementara itu di Afrika Utara, sedang muncul suatu kekuatan baru

yang mengancam keberadaan al-Murabitun, yaitu alMuwahhidun. Umat Islam

Andalusia memberontak dan berhasil mengusir al-Murabitun kembali ke

Afrika. Al-Murabitun yang memerintah sejak 1090 kini berakhir dengan su'ul

Khatimah (1147). sepeninggal al-Murabitun, Andalusia terpecah-pecah lagi,

"penyakit" Muluk al-Tawa'if kambuh kembali. Di Kordoba berkuasalah

Hamdin bin Muhammad (Bani Hud) (538-541). Banu Mardanisy menjadi

yang dipertuan di Valencia (439_555), di Qadis muncul Ibn el-Lumtani di

Granada.154

Begitulah Andalusia yang penuh dengan pergolakan, tidak akan

menjadi tenang tanpa sesuatu kekuatan yang benar-benar kokoh dan kuat.

Keadaan Umat Islam semacam itu, meninggalkan berbagai kesan

negatif, kepada generasi dibelakangnya. Bermacam dugaan dapat timbul,

dalam bentuk makian dan kutukan sejarah, yang ditujukan kepada mereka.

153

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 164; 154

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah,., h 74

Page 111: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

104

karena kekalahan kaum Muslimin terhadap umat Kristen pada masa al-

Murabitun misalnya, bukan karena kalah perang yang dihadapi dengan penuh

keimanan, akan tetapi rnereka telah tersungkur sebelum pedang musuh dapat

menyentuh kulit mereka. Oleh karena kemewahan telah menjerat semua,

langkah keperkasaan, yang selama ini dibanggakan mereka. Barangkali materi

tidak lagi sebagai alat untuk mengabdi kepada Allah, tetapi telah berubah

menjadi tujuan hidup mereka. Sehingga mereka takut kehilangan materi, lalu

dipertahankannya. Padahal materi itu diperoleh setelah mereka berada di

puncak kekuasaan. Dan kekuasaan itu didapatkan melalui kekompakan dan

kerjasama, dengan tekad dan keberanian sebagai pelengkapnya. Akan tetapi

setelah kemewahan mempengaruhi jalan pikiran mereka, lupalah kacang akan

kulitnya. Ibn Khaldun meriwayatakan bahwa kemewahan itu melenyapkan

Ketegaran hidup padang pasir, dan melemankan solidaritas sosial dan

keberanian. Keturunan merekapun tumbuh dan berkembang dalam gaya

demikian, yaitu hidup bersenang-senang. Akhirnya solidaritas sosial dan

keberanian terjadi lenyap, dan mereka sendiri menjadi binasa.155

Demikianlah

Al-Muwahidun datang menggantikan Al-Murabbitun.

Potensi Islam Afrika Utara cukup besar. mungkin karena sifat

keagamaan Islam yang memberi keleluasaan berfikir kepada umatnya, maka

perkembangan pemikiran keagamaan dalam Islam menjadi berkembang dan

terbuka. Hal serupa yang dialami dunia Islam wilayah lain, dialami juga oleh

Afrika. Di antara pengembangan pemikiran dalam Islam terdapat suatu aliran

155

Khaldun, Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldun, terjemahan Ahmadie Thoha (Jakarta:

Pustaka Firdaus) 1986

Page 112: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

105

yang sering dinamakan mujassimah atau antropomorphisme, yang memahami

ayat al-Qur'an secara tajsim.156

aliran ini mendapat tantangan dari sebahagian

umat Islam yang tidak sepaham dengan paham tersebut. Di antaranya di-

pelopori oleh Ibn Tumart dengan al-Muwahhidunnya.

Sesuai dengan namanya, aliran ini bertujuan hendak mengembalikan

penafsiran ayat al-Qur'an tentang Allah, sebagaimana yang ditafsirkan oleh

para sahabat pada masa awal Islam. Atau dengan perkataan lain, ingin

memurnikan Islam. Ibn Tumart misalnya berusaha meniru Nabi hampir dalam

segala hal. Ia menserupakan kepergiannya ke Tinamal dengan hijrah Nabi dari

Mekkah ke Madinah. Kemudian pernyataan setia para pengikutnya, sengaja

dilangsungkan di bawah sebuah pohon. Para pembantunya dinamakan Ansar.

Ia juga mempersaudarakan para pengikutnya dari berhagai suku, sebagaimana

nabi persaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah pada masa awal

Hijrah Nabi.157

Jika nabi punya sahabat sepuluh orang yang dijamin masuk

Surga, maka Ibn Tumart punya "ahl al'asyrah” atau kelompok sepuluh yang

dekat dengannya, yang akan menggantikan kedudukannya kemudian hari,dan

berfungsi sebagai majlis wuzara' (pleno menteri), yang menjadi inti daulat al-

Muwahidun,. Masih ada lagi kelompok lima, ahl khamsin dan ahl sab'in,

kelompok tujuh, dan lain-lain."158

Dari nama kelompok yang digunakan dan sikap meniru nabi yang

156

Paham ini sering juga disebut Musyabbihah, yang Menserupakan Allah dengan

manusia. misalnya Allah itu mempunyai tubuh yang terdiri dari darah dan daging, bemuka,

bermata, bertangan, berkaki, bahkan mereka menetapkan bahwa Tuhan itu berkelamin lelaki.

(Lihat KH. Siradjuddin Abbas, I‟tikad Ahlussunnah Wal-Jama'ah (Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 1987) h. 253 157

Grunebaum, Classical Islam., h. 187 158

Ibrahim Hasan, al-Tarikh al-Islami., j. iv, h. 301.

Page 113: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

106

ditunjukkannya, nampaknya Ibn Tumart berusaha membangun kembali citra

dunia Islam abad pertama. la ingin mengembalikan kenangan lama, dan

membangkitkan semangat orang orang beriman masa nabi, untuk kemudian

mengharapkan adanya semacam "kesadaran" dari kaum muslimin, untuk

kembali mengikuti teladan Rasul Allah dan sunnahnya.159

Ibn Tumart juga meniru Nabi dalam menyebar-luaskan ajarannya,

melalui surat ke berbagai kabilah,dan menyerukan agar tunduk kepada

ajarannya, memberi jaminan keamanan kepada mereka yang tunduk dan

memerangi mereka yang menolak. Ia segera memperoleh pengakuan dari

berbagai kabilah, Hantanah, Janfisah, Hargha, dipegunungan Atlas. Dalam

usahanya menebarkan ajaran al-Muwahhidun, Ibn Tumart tewas dalam

pertempuran Bahirah (524), dan pasukannya kalah. Kematiannya dirahasiakan

untuk menjaga pengaruh buruk pengikutnya. Murid dan pendampingnya yang

cerdas 'Abd al-Mu'min, menggantikan kedudukannya, dan ia dibai'at olef

ahl 'asyrah tahun 524. Dua tahun kemudian baru dilakukan pembai'atan secara

umum dan terbuka di mesjid Tinamal, 20 R. Awwal 526 H.160

'Abd al-Mu'min

memakai gelar Amir al-Muslimin dan memerintah selama 33 tahun. Dan pada

541/1146 -1147 'Abd al-Mu'min merebut kota Marokko ibu kota Daulat Al-

Murabitun, sekaligus menutup riwayatnya. Dua tahun sebelumnya ia

159

Apa yang dilakukan Ibn Tumart pada abad 6/12 itu, juga diusahakan orang pada abad

keduapuluh. Atau barangkali juga terjadi sepanjang zaman, setelah wafat Rasulullah, meniru

Rasulullah, secara tekstual teologis memang dianjurkan. Tetapi juga dipersoalkan yang manakah

yang diperintahkan untuk ditiru. terlepas dari hal mana yang ditiru, sikap meniru nabi dan

sahabat,bahkan usaha mengembalikan suasana masa rasul, telah banyak mempengaruhi sikap batin

umat ini. 160

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah., j. v, h.

186; Classical Islam, op.cit., h. 187

Page 114: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

107

menghancurkan pasukan al-Murabitun dekat kota Tilimsan, kemudian berikut

kota Fas, Ceuta, Tangir dan kota Aghmat.

Sementara itu umat Islam Spanyol mendapat serangan dari pihak

Kristen, apalagi mereka sudah kembali ke suasana untuk al-Tawaif yang

berpecah-belah, tentu dengan mudah menjadi bulan-bulanan. Sekali lagi

Afrika Utara menjadi tumpuan harapan bagi umat Islam Andalusia yang kini

terjepit. Abd al-Mu'min mengirim pasukannya ke Andalusia (539/1144) dan

dalam tempo yang relatif singkat, Andalusia seluruhnya berada di bawah

kekuasaannga, tidak sampai lima tahun. Dan ibu kota kerajaannya tetap di

Afrika, yaitu marokko. Untuk mengutus pemerintahan Andalusia

dipercayakan kepada perwakilannya saja. mungkin itu pula yang menjadi

sebab, Andalusia tidak dapat dikuasainya dengan baik, dan tidak menjadi lebih

kuat. Apalagi Andalusia itu sendiri, memang sejak awal,telah menjadi ajang

pertarungan, antar suku-suku bangsa dan amat heterogen, dengan berbagai

tujuan dan beraneka keinginan,161

Setelah 'Abd al-Mu'min meninggal (1163),

penguasa al-Muwahhidun yang terbesar lainnya adalah, cucunya Abu Yusuf

Ya'qub al-mansur (1184-99). Pada masa ia berkuasa, Seville dijadikan ibu

kota kerajaan untuk Andalusia (1170). Marokko di Afrika tetap sebagai pusat

Kerajaan al-muwahhidun. Ia juga melanjutkan pembangunan mesjid dengan

menara yang indah, yang sampai sekarang masih ada, dan telah dijadikan

Katedral. Di samping itu ia membantu kaum Muslimin mesir, melawan tentara

salib, dengan mengirim 180 kapal kepada Salahuddin al-Ayyubi. Masa al-

161

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 168

Page 115: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

108

Mansur dipandang sebagai masa keemasan bagi Muwahhidun,162

Pemberontakan umat Nasrani melawan kaum muslimin dan pemerintahan

mereka, semakin lama semakin meningkat. Kedudukan kaum muslimin

sebagai penguasa, dan bahkan keberadaan mereka sebagai pengikut Nabi

Muhammad, menjadi semakin goyah dan terancam punah. Sejumlah wilayah

yang dikuasai kaum muslimin telah jatuh ke tangan umat Nasrani. Tortossa

dan Lerida misalnya, yang berada di wilayah Catalonia, telah jatuh ke tangan

Ramon Berenguer IV. Sementara itu, tokoh terkemuka reconquista, Raja

Alfonso VIII dari Castille (1158-1214) memperoleh posisi penting di Silves,

Evora dan Cuenca. Dengan demikian dukungan terhadap gerakan reconquista

menjadi semakin meluas di kalangan umat Nasrani yang mungkin selama ini

terdapat keragu-raguan, karena sungguhpun umat Islam itu dalam keadaan

kacau balau, tidaklah mudah mematahkan mereka. Dengan semangat yang

menyala-nyala, umat Nasrani semakin gencar menyerang umat Islam. Seolah-

olah mereka sudah tidak sabar lagi menanti saat yang tepat, untuk mengusir

kaum Muslimin dari Andalusia. Dan arus balikpun terjadi. mereka kalah di

Alarces (al-Arak) pada 8 Sya'ban 591/18 Juli 1195. Kemenangan tersebut

tidak lebih kecil dari kemenangan al-Murabitun di Zallaqah.2 Ya'qub al-

Mansur membangun sebuah observatory sesudah perang di Alercos. Dan

membangun rumah-rumah sakit di hampir semua kota di wilayahnya, berikut

tempat menyantuni fakir miskin dan orang-orang jompo. Al-Mansur juga

seorang khalifah al-Muwahhidun yang mencintai ilmu sejak masa remajanya.

162

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy j. ii, h. 693

Page 116: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

109

Ia menekuni filsafat, ilmu falak dan ilmu kedokteran. Dan pada masanya

remaja, Marokko menjadi salah satu pusat kegiatan pengembangan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan Islam.163

Membaiknya keadaan ekonomi, dan adanya keamanan, menumbuhkan

minat manusia untuk berkarya, dan memperluas wawasan mereka dalam dunia

ilmu pengetahuan. Sementara itu, para ahli fikih mempunyai pengaruh yang

cukup besar di kalangan rakyat awam yang taat beragama. Dan biasanya,

setiap pengembangan pikiran yang dipandang bertentangan dengan agama

oleh para fukaha& tersebut, sering menimbulkan kerawanan. Dalam hal ini

para penguasa haruslah benar-benar bijaksana, terutama wilayah Andalusia

yang sering menghadapi serangan umat Nasrani. Karena jika fatwa ulama

telah dikeluarkan, maka pengaruhnya akan lebih besar daripada kekuasaan

pemerintah sendiri. Salah satu contoh terjadi pada karya Ibn Rusyd, dalam

bidang filsafat, yang terpaksa dibakar oleh Ya'qub, karena karya tersebut tidak

mendapat simpati para ulama fikih. Dan ibn Rusyd sendiri diusir ke Afrika,

setelah perang di Alarcos, dan diterima di istana Marokko.164

Padahal Ibn

Rusyd sendiri adalah seorang ahli fikih terkemuka, yang sampai hari ini kitab

Bidayahal-Mujtahidnya, tetap menjadi referensi ulama Islam.

Tidak sampai limabelas tahun setelah pertempuran Al-Arak (591/1195),

yang dimenangkan oleh kaum Muslimin, terjadilah sebuah pertempuran

dahsyat, yang memporak-porandakan pasukan kaum Muslimin di Al-'Iqab

(Las Navas de Tolosa) pada 15 Safar 609/ 17 Juli 1212. Pihak penguasa al-

muwahhidun dipimpin oleh Muhammad al-Nasir bin Mansur billah (1199-

163

Lihat Sarancens, op.cit., h. 538. 164

Grunebaum, Classical Islam., 188

Page 117: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

110

1214), membawahi sekitar lima atau enamratus ribu anggota pasukannya,

menghadapi sebuah koalisi Kristen di bawah pimpinan Alfonso VIII (1158-

1214) dari Castile, yang membawahi pasukan-pasukan yang dipimpin raja-raja

Kristen di dalam negeri Spanyol, seperti Navarre, Aragon, Portugal serta

Castilia dan Leon. Kemudian dibantu oleh pasukan Salib dari Perancis,

Jerman, Inggris dan Italia.165

Tidak jelas berapa besar kekuatan mereka

semuanya. Al-Nasir yang gagal memenangkan pertempuran tersebut,

melarikan diri ke ibu kota al-Muwahhidun, marokko, dan wafat di sana dua

tahun kemudian.166

Kemenangan yang gilang gemilang bagi umat Nasrani, dalam

pertempuran di al-'Iqab tersebut, merupakan pukulan telak yang hampir

menghancurkan seluruh kekuatan umat Islam di Andalusia. Dan berbeda

dengan pertempuran yang terjadi sebelumnya, yang nampaknya tidak ada

campur tangan asing, kali ini, di al-'Iqab hal tersebut telah berubah. Semangat

Salib yang semula, mungkin dimaksudkan untuk memudahkan umat Kristen

naik haji ke Betlehem, yang mendapat halangan dari Dinasti Saljuk, sehingga

Paus Urban II berseru kepada umat Kristen Eropa di tahun 1095 supaya

mengadakan perang suci terhadap Islam167

dan perang itu pecah di Timur168

,

kini bara api yang masih berasap ditangan mereka, telah menyulut peperangan

165

Ency. Britannica, j. xx, h. 1089; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus, h. 169 ;

Encyclopaedia of Islam (E.o.I), j.i, h. 495 166

Hitty, History, h. 549 167

Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press,

1979), j. I, h. 78 168

Perang Salib I :(1095-99) P.S. II, (1147-49 Di pimpin oleh Conrad III dari Jerman dan

Louis VII dari P'cis. PS III,(1187-93) dpp. Frederick Barbarossa, Richard I dari Inggris, dan Philip

II dari Perancis. PS IV, (1202-04) dpp Perancis. PS V, (1217-21) dpp Pelasius. PS VI (1228-29),

dpp. Frederick II. PS VII (1248-54) dpp. Raja Louis IX dari Perancis. PS VIII, (1270) menyerang

Tunis, matinya Louis IX (lihat Almanak Reader's Digest, 1967). Seluruhnya terjadi di Timur

Islam, atau Barat Kristen menyerang Timur Islam, sejak PS I, sampai sekarang (dalam bentuk

budaya).

Page 118: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

111

melawan Islam di al-'Iqab, di Barat. Barangkali juga karena al-Mansur, (1184-

99) salah seorang penguasa al-Muwahhidun, pernah mengirim 180 kapal

kepada Salahuddin al-Ayyubi, sebagai bantuan al-Muwahhidun untuk

menghadapi perang Salib.169

Sehingga Negara-negara Eropa mempunyai

cukup alasan membantu Spanyol, memukul habis umat Islam di al-'Iqab

tersebut. Atau mungkin juga tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan

perang di Timur, yang ada adalah Eropa Kristen membantu saudaranya

Spanyol Kristen menghadapi musuh bersama, Islam di mana saja. Selanjutnya

satu demi satu kota-kota di Andalus jatuh ke tangan Kristen. Jacques I dari

Aragon merebut kota Valencia (636/1238). Ferdinand III (1217-52) merebut

Kordoba (1236) dan Seville (646/1248). Dengan semangat dan jiwa Perang

Salib yang ditanamkan dalam gereja Spanyol oleh tatakerja Cluniac dan

Cistercian, Ferdinand pertama-tama mengusir penduduk moor di kota-kota

Andalusia secara massal, tetapi kemudian terpaksa merubah kebijaksanaannya

karena kehancuran perekonomian Andalusia yang tak terelakkan. Ia juga

menyetujui rencana pendirian kerajaan Granada, terutama karena alasan-

alasan keuangan, dibawah kedaulatan Castilia.170

Sementara itu penguasa al-

Muwahhidun di Andalusia diusir ke Afrika sejak 633/1235. Dan setelah al-

Nasir, masih ada sembilan orang lainnya memerintah di marokko, yang

kesemuanya masih keturunan Abd al-Mu'min. Pada 1269 Marokko jatuh ke

tangan Banu marin, suatu cabang dari kabilah Zanatah,171

Di Andalusia

sendiri, setelah al-Muwahhidun terusir, majulah Banu Hud mengambil alih

169

Ibn Khaldun, Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam Wal’Ajam

wal – Barbar, j. vi, h. 246 170

Britannica, op,cit., j. xx, h. 1089 171

Hitty, History, op.cit., h. 549

Page 119: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

112

pemerintahan dan menguasai wilayah selatan Spanyol, selama tiga tahun. Dan

akhirnya Bani Nasir menguasai keadaan dan berkuasa di Granada.

Kerajaan Granada adalah kerajaan terakhir orang Arab di Spanyol,

setelah kedaulatan mereka di negeri ini direbut kembali oleh pihak Kristen,

dan kota-kota Andalus, jatuh ketangan umat Nasrani. Granada sebuah wilayah

di Selatan Spanyol, yang dikelilingi oleh pegunungan Siera-Nevada, terus ke

Selat Gibraltar di selatan dan Laut Tengah di timur, tetap bertahan bagaikan

batu karang di tengah-tengah samudera, untuk selama dua setengah abad

menahan ombak dan gelombang massa. Pendiri kerajaan ini adalah seorang

pria Arab keturunan kabilah Khazraj dari Madinah yang terkenal, bernama

Muhammad Yusuf lbn Nasir (1232-73) dan dijuluki Ibn al-Ahmar, sesuai

dengan kulitnya yang kemerah-merahan. la seorang pria yang berbudi luhur

dan kuat (maras), dan berpengaruh, sehingga disebut juga al-syaikh.

Betapapun kelebihan yang dimilikinya, ia justru dipandang bijaksana karena

menyadari keterbatasan dirinya dan pengikutnya. la terkurung di tengah-

tengah umat Nasrani yang sedang terbakar oleh fanatisme keagamaan, yang

terpantul dari percikan api salib yang mara di timur. la tidak akan mempu

memperluas wilayahnya melebihi batas Granada yang masih mendapat

perlindungan dari pihak Kristen, karena mereka mengharapkan pembayaran

pajak yang tinggi , untuk menunjang ke kehidupan perekonomian mereka,

yang porak-poranda akibat di usirnya kaum Muslimin dikota-kota Islam yang

direbutnya.172

172

Lihat Britannica, op.cit., j. xx, h. 1089

Page 120: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

113

Tegaknya Granada di tengah-tengah kerajaan-kerajaan Kristen

berhaluan keras, sebagai halnya Spanyol, nampaknya sebagai suatu keajaiban,

apalagi Granada bertahan selama lebih kurang dua setengah abad lamanya.

Wilayahnyapun relative kecil dengan penduduk yang tentu saja, tidaklah

sebanding dengan umat Kristen tetangganya. Apalagi mengingat hampir

semua wilayah kekuasaan Islam, yang telah berkuasa berabad-abad yang lalu,

telah jatuh ke tangan Nasrani semuanya kecuali Granada. Dan saat al-

Muwahhidun terusir dari semenanjung ini, kaum Muslimin sebagaimana

biasanya, sejak Muluk al-Tawa'if saling bertikaian.

Dinasti Muhammad Yusuf Ibn Nasir, atau bani Nasir yang dijuluki Ibn

al-Ahmar atau Bani al-Ahmar, melakukan sesuatu hal yang mengejutkan. la

mengadakan aliansi dengan pihak Kristen. Tindakan tersebut memang tidak

baru, yang baru adalah tujuan aliansinya. Aliansi sebahagian kaum Muslimin

dengan pihak Nasrani pada masa Muluk al-Tawaif, yang bertujuan

melemahkan atau menghancurkan lawan politiknya sesama muslim. Dengan

perkataan lain, bertujuan demi kepentingan diri sendiri. Tetapi aliansi yang

dilakukan Ibn al-Ahmar, bertujuan untuk melestarikan keberlangsungan hidup

kaum Muslimin di Granada. Atau sekurang-kurangnya Bani ini tidak lagi

punya musuh atau lawan politik pihak Islam.

Mungkin timbul pertanyaan mengapa tokoh Bani Ahmar beraliansi

dengan pihak Kristen dan tidak menempuh jalan saudaranya yang lalu,

meminta bantuan kaum Muslimin di Afrika? Barangkali jawabannya karena,

di Afrika tidak ada kekuatan yang mampu menolong mereka. Sementara ke

Page 121: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

114

wilayah lain seperti Mesir, Turki dan lain-lain, bukan saja letaknya jauh,

bahkan belum pernah terjadi sebelumnya. Mungkin faktor jauhnya itulah yang

utama, bukan karena belum pernah terjadi.

Untuk menjawab apa yang mendorong Ibn al-Ahmar melakukan aliansi

dengan pihak Kristen, mungkin dapat di lacak dengan memperhatikan situasi

dan kondisi yang merajai Spanyol pada saat itu. Sementara itu motivasinya

dapat terungkap, dengan memperhatikan langkah-langkah politiknya dan

sikapnya terhadap rakyatnya.

Pertama, nampaknya Ibn Al-Ahmar telah menyadari kelemahan kaum

Muslimin Spanyol yang mabuk kemewahan dan lupa pada pesatuan dan

kesatuan umat Islam. Kemudian satu demi satu kota-kota Islam Andalusia

jatuh ke tangan musuh. Jika tidak ada satu tindakanpun yang diambil, maka

ketika itu juga kaum Muslimin sudah terusir dari Andalusia, bersama-sama

atau sedikit lebih terlambat dari masa terusirnya al-Muwahhidun, karena tidak

akan ada lagi kota yang dapat dipertahankan dari serangan pihak Kristen, yang

semakin mendapat banyak kemajuan. Inilah kondisi objektif yang tidak

terelakkan, yang dihadapi kaum Muslimin Asbania.

Kedua, umat Islam yang ada di kota-kota Andalusia yang telah jatuh ke

tangan umat Kristen, seperti Kordoba, dan Seville misalnya, diusir secara

massal oleh Ferdinand III (1217-52). Pengusiran tersebut didorong oleh

semangat Perang Salib yang sedang menyala, dan mendapat dukungan dari

Cluniac dan Cistercian dari gereja Spanyol.173

Keadaan ini tentu amat

mencemaskan kaum Muslimin. Tetapi tidak ada tindakan yang dapat mereka

173

Lihat Britannica, op. cit., j. xx, h. 1089; Kota Kordoba jatuh tahun 1236, Seville tahun

1248. Dua kota Islam Andalusia yang pernah dijadikan ibu kota negara.

Page 122: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

115

lakukan untuk mengimbangi kekuatan yang sedang dibangun umat Kristen

untuk mengusir kaum Muslimin tersebut. Satu-satunya yang dapat dilakukan

adalah menanti giliran atau meninggalkan negeri ini sebelum malapetaka itu

datang menimpa diri mereka.

Ketiga, pengusiran kaum muslimin dari kota-kota Andalusia tersebut,

telah berakibat tidak baik bagi Spanyol dalam bidang ekonomi. Hal tersebut

mudah dimengerti, jika diingat bahwa mereka lah yang menentukan warna

Spanyol selama ini. Orang Islam ahli dalam pertanian, perdagangan, dan

industri. Sedangkan umat Kristen pada masa itu masih terbelakang dan bahkan

terisolasi selama berabad-abad, semestinyalah mereka belajar pada kaum

muslimin dan bukan mengusir mereka, padahal mereka belum siap mengambil

alih kepemimpinan negara yang ditinggalkan kaum Muslimin.

Keempat, hancurnya perekonomian kota-kota Andalusia setelah

pengusiran kaum Muslimin, menyadarkan pihak Kristen akan kekeliruan

mereka. Kehancuran itu tidak akan terjadi, sekiranya umat Kristen, dalam hal

ini kaum pendeta, dapat memanfaatkan atau bersedia menerima kaum

muslimin hidup berdampingan bersama mereka. Tetapi nampaknya kaum

padri itu merasa lebih baik "bodoh" daripada harus menerima ilmu dan

bekerjasama dengan kaum Muslimin. Atau mereka memanfaatkan orang-

orang Kristen yang pernah hidup bersama dengan kaum Muslimin, yang

mereka sebut kaum "mozareb", dan umat Islam yang berasal Spanyol, yang

dinamakan "mudejar". Perbedaan pandangan di antara para penguasa

semacam Alfonso VI misalnya, yang toleran terhadap kaum Muslimin, dan

kaum pendeta yang bersikap sebaliknya, barangkali karena perbedaan pola

Page 123: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

116

berfikir. Alfonso VI mungkin cukup sadar pada keterbelakangan kaumnya,

yang terisolasi selama berabad-abad di pergunungan Asturia. Dia merasa lebih

menguntungkan kaumnya jika bersikap toleran dibanding dengan mengusir

kaum Muslimin. Pertarungan dua kutub pemikiran itu nampaknya cukup

tajam, dan sulit dipertemukan. Tetapi Ibn Ahmar dapat memanfaatkan

pertentangan tersebut, untuk kepentingan dirinya dan kaum Muslimin yang

mengikutinya. Nampaknya ia benar-benar melihat jauh ke depan, dan

memperhitungkan berbagai kemungkinan, yang pada prinsipnya: umat Islam

tidak mampu melawan umat Kristen yang demikian banyaknya dan yang

demikian besar kebenciannya sejak dulu, kecuali berkelit.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dapat dipahami sikap

yang diambil Ibn al-Ahmar. Ia bersedia membayar pajak yang tinggi, yang

ditetapkan pihak Kristen dalam hal ini Kerajaan Castile, dan dapat dipahami

pula bahwa, tindakan tersebut lebih banyak didorong oleh keinginan untuk

hidup, atau mempertahankan keberadaan kaum Muslimin di Asbania, dari

pada suatu gagasan untuk maju dan kemajuan bersama semata-mata. Kondisi

kaum muslimin Asbania, yang penuh percekcokan dan pertentangan, sejak

Muluk al-Tawa'if sampai akhir masa al-Muwahhidun terusir dari Spanyol,

tidak memungkinkan adanya kerjasama di antara sesama mereka.

Dalam uraian terdahulu, tergambar satu karakter umum kaum Muslimin

Andalusia sepanjang sejarah mereka, memberi kesan bahwa, suatu

pemerintahan yang lemah hampir dapat dipastikan, cenderung menimbulkan

pemberontakan. Dan barangkali begitulah caranya mereka menyampaikan ke-

tidakpuasan atau protes. Dan pemerintahan yang kuat dan bersih,

Page 124: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

117

menimbulkan wibawa dan menarik simpati serta menghimpun dukungan

banyak pihak, untuk membantu kelancaran pemerintahannya.

Ibn al-Ahmar digambarkan sebagai seorang yang memiliki pandangan

jauh ke depan. la merasa bahwa, untuk tetap bertahan di hadapan musuh-

musuhnya, ia memerlukan banyak orang (rijal ), dan untuk itu la memerlukan

harta atau dana (al-mal). Kemudian untuk membangkitkan semangat ke-

bersamaan, keadilan dan kepastian hukum harus ditegakkan, setelah itu

kebijaksanaan yang tepat harus menjadi tujuan pokok pada setiap tindakan

kepemerintahannya, (husn alsiyasah). Ibn al-Ahmar mempraktekkan sikap

adil di tengah-tengah rakyatnya, dan iapun menjalankan kebijaksanaan yang

tepat guna, sehingga masyarakatnya mencapai tingkat kehidupan yang relative

tinggi dan penuh ketenangan (al-Rakha ‘wa al-Istiqrar)174

. Keadilan dan

kebijaksanaan yang tepat, telah lama terkubur dan hilang dari kenyataan

kehidupan kaum Muslimin Asbania. Ketika keduanya dihidupkan kembali,

masyarakat Islam nampaknya amat gembira dan bersyukur, karena apa yang

seharusnya menjadi milik mereka telah dikembalikan ke asalnya atau ke

tempatnya. Gairah hidup dan semangat bekerja, telah mendorong mereka

mencapai titik tertinggi dalam keberhasilan membangun sebuah kota yang adil

dan makmur. Itulah barangkali faktor utama yang mendorong mereka menjadi

maju dan disegani, sehingga mampu bertahan selama lebih kurang dua

setengah abad lamanya. Dan janganlah dikira bahwa semua raja-raja yang

menggantikan Ibn Al-Ahmar itu, sama bijaksananya dan sama adilnya terhadp

174

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h 172. Dalam faktor rijal itu, dapat

dimasukan para Ksatria yang gagah berani, yang melarikan diri dari Granada, dari kota lain.

Page 125: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

118

rakyat. Kota Granada bukan saja sebuah kota perjuangan, tetapi adalah juga

kota yang penuh pesona, ia sering disejajarkan dengan Damaskus di timur.

Kemudian orang Islam yang pindah ke Granada adalah, orang-orang yang

memiliki keahlian dalam berbagai bidang keterampilan; petani, pedagang, dan

industriawan serta seniman dan budayawan. Dengan demikian masing-masing

mereka mempunyai andil untuk memakmurkan negeri kecil tersebut, sesuai

dengan keahlian mereka masing-masing. Petaninya memanfaatkan tanah

untuk pertanian, dan tidak ada sejengkal tanahpun yang dibiarken menganggur

tidak digarap. Dalam bidang perdagangan misalnya, terdapat kemajuan pesat

berkat majunya industri tekstil sutera, yang dieksport ke Italia. Begitu pula

dengan usaha komersial lainnya yang dapat mendatangkan keuntungan materi

bagi masyarakat.175

Disamping itu perlu dicatat bahwa, kaum muslimin yang

berdiam di kota-kota Andalusia lainnya, yang telah jatuh ke tangan umat

Nasrani, tidak mendapatkan perlakuan yang wajar dari saudara mereka umat

Kristen, terutama dalam hal keagamaan. Mungkin karena umat Nasrani pada

masa itu di tempat tersebut, tidak mengenal toleransi beragama, terutama

kaum pendeta mereka. Sesak dada mereka melihat ada manusia lain, yang

berlainan agama dengan mereka dan tidak ada jalan yang dapat ditempuh

untuk membangun saling pengertian, selain menerima Katolik menjadi agama,

atau meninggalkan kota-kota tersebut sebelum diusir atau dibunuh. Barangkali

sulit dapat digambarkan betapa keadaan kaum Muslimin yang menghadapi

persoalan semacam itu. Bagi sebahagian orang mungkin tidak begitu sulit

175

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, j. i, hh. 109,721, Al-Lamhah

al-Badriyah fi’ al-Dawlat al-Nasriyah (ed. alKhatib1(Cairo,1347) h. 13.

Page 126: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

119

meninggalkan akidah keyakinannya yang Islam, dan dengan mudah memeluk

agama Nasrani, sebagai mudahnya orang yang berganti pakaian. Tetapi bagi

sebahagian lainnya, lebih suka memilih lari, menyelamatkan agamanya,

daripada menempuh jalan murtad, dan dunia inipun memang tidaklah kecil,176

sehingga seorang Muslim lebih senang berhijrah, sungguhpun ketika hijrah

berlansung, hati mereka penuh dengan sejuta perasaan dalam bentuk ke-

kesalan, kedongkolan, kebencian, kemarahan atau dendam yang nenyala-

nyala. Sementara itu, mereka yang tidak ikut berhijrahpun merasakan hal yang

serupa, dan kondisi batin yang semacam ini, dapat merubah bentuk yang

negatif tersebut, menjadi sifat positif, dari marah menjadi berani, dan dari

kekesalan, kebencian dan lain-lain, menjadi nekad dan pasrah serta siap mati

untuk satu tujuan mulia. Mungkin inilah penyebabnya, mengapa Granada

dapat dipertahankan sekian lama. Keamanan dan kemakmuran serta keadilan

penguasa, mendorong tumbuhnya kemajuan dalam banyak bidang kehidupan.

Bidang pertambangan menambah kekayaan negara, sehingga dibangunkanlah

rumah-rumah sakit untuk memelihara kesehatan masyarakat, dan digalakkan

mendirikan sekolah-sekolah untuk tempat anak-anak mereka menuntut ilmu.

Dalam bidang budaya dan seni, Granada mempersembahkan sebuah karya

sejarah yang monumental, yaitu al-Hambra. Sebuah istana yang disulap dari

sebuah benteng lama Bani Umayyah masa lalu. Al-Hambra atau al-Hamra'

yang terbuat dari unsur-unsur semen merah dan marmer, berada di puncak

176

Lihat al-Qur'an, 4:97. "... Malaikat bertanya: dalam keadaan bagaimana kamu ini?"

mereka menjawab: "Adalah kami orang yang tertindas..." ... bukankah bumi Allah itu luas?...".

Ayat ini mengecam mereka yang menyerahkan “nasib" kepada orang lalim. mengapa kalian tdak

lari saja`?..

Page 127: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

120

sebuah bukit, kemudian dibuat sebuah pelataran seperti Acropolis di Athena,

dengan hiasan bergaya Arab klasik, dan diperindah lagi oleh penerus Ibn al-

Ahmar, sehingga menjadi salah satu karya yang mengagumkan dunia.

Granada yang unik ini menjadi sebagai besi bermagnit yang menarik kaum

ulama berdatangan kemari. Pada masa Muhammad al-Khamis (763/1362)

salah seorang penerus Ibn al-Ahmar yang cemerlang, dua ulama terkemuka

berdiam di Granada, Ibn Khaldun dan Lisan al-Din al-Khatib, kedua-duanya

ahli sejarah yang jarang tandingannya.177

Rupanya Granada yang berkesan itu,

setelah berada di puncak kejayaannya di masa Muhammad al-Khamis

tersebut, ia lalu menjadi layu, karena para penerusnya tidak ada lagi yang

mampu menegakkan kewibawaan pendahulu mereka. Faktor lain yang

menunjang tegaknya Bani al-Ahmar di Granada adalah, adanya kerjasama di

antara Granada dan Bani Marrin di Al-Maghribi. Bani marrin selalu mengirim

bantuan ke Granada, terutama jika terancam perang, bahkan ada sejumlah

perajurit yang diserahkan di bawah pimpinan penguasa Granada, untuk

digunakan sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak Kristen. Tetapi pada

abad kesembilan hijriyah, daulat lain menggantikan Bani marrin, sehingga

bantuan yang biasanya diperoleh dari al-Maghribi, tidak diperolehnya lagi.

Dan Granadapun berada pada kondisi yang lemah dan siap menjadi mangsa

pihak Kristen.178

Mungkin juga, Granada dibiarkan tetap hidup dan

berkembang oleh pihak Kristen, karena mereka sendiri terlibat dalam

pertikaian di antara sesama negara Kristen, dan juga sedang menyelesaikan

177

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus., h. 173-4 178

Ibid h. 172

Page 128: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

121

problem yang timbul dari wilayah yang sudah ditaklukkannya. Dan sedikit

saja terdapat kesempatan untuk menyerang, Granadapun segera menjadi

sasaran. Dan kedua belah pihak secara bergantian memperoleh

kemenangan dan kekalahan. Tetapi setiap kali terjadi kontak senjata, maka

kedua-duanya telah dikuasai oleh hawa-nafsu ingin membunuh dan membalas

dendam, serta saling menganiaya yang sudah berada di luar batas-batas

kewajaran,179

Gerakan merebut kembali Spanyol dari tangan kaum Muslimin, yang

sudah menjadi hangat sejak kaum Muslimin yang sudah menjadi hangat sejak

kaum Muslimin terpecah belah, menjadi semakin semarak di pengujung abad

ke 15. Terutama dengan bersatunya dua kerajaan yang biasanya tidak selalu

rukun, Aragon dan Castile. Dan penyebabnya adalah karena dua orang Raja

mereka, Ferdinan dari Kerjaan Aragon dan Isabella dari Castile

melangsungkan pernikahan (1479). Dengan demikian urusan penaklukan

kembali Spanyol atau Reconquista menjadi semakin mudah. Sejumlah kota-

kota Islam di Andalusia telah dikuasai sebelumnya, dan tanah terakhir yang

masih tersisa adalah Granada. Granada yang selama ini menjadi pembayar

pajak yang paling banyak dan paling setia, menjadi pembangkang pada masa

Ali Abu al-Hasan naik tahta (1461-82 dan 83-85). Apa yang mendorong Ali

Abu al-Hasan melakukan pembangkangan tidak begitu jelas, tetapi ia disebut

sebagai seorang pemberani, Cuma saja kurang perhitungan (da’if al-ra’y).

Mungkin ia merasa dihina atau direndahkan oleh utusan dari pihak Kristen

179

Hitty, History, op.cit., h. 551

Page 129: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

122

yang amat nyinyir (lahha) ia berkata: “katakana pada majikanmu, para raja

Granada yang anda musushi, dan membayar pajak telah mati. Granada yang

sekarang jangan anda harapkan lebih dari sekadar perang”.180

Untuk

mewujudkan kata-katanya, Abu al-Hasan menyerang Castile. Serangan itu

mengalami kegagalan, bahkan Ferdinan membalas menyerang dan merebut

Hammah di barat daya Granada. dalam keadaan gawat itu, puteranya

Muhammad Abu Abdullah merebut kekuasaan dengan menyerang al-Hamra',

dan menyatakan dirinya sebagai penguasa, (1482). Setahun kemudian, Abu

Abd Allah menyerang Lucena, tetapi gagal dan ia tertawan. Sementara itu Abu

al-Hasan kembali ke istana memegang kekuasaan kembali, tapi pada 1485 ia

menyerahkan estafet kepemimpinan umat kepada adiknya Muhammad XII

yang bergelar al-Zaghl. Al-Zaghal disebut sebagai seorang pemberani dan

taguh pendirian, dan raja terkuat terakhir di Granada.181

Barangkali Ferdinan

dan Isabella sudah melihat bahaya besar jika al-Zaghal dibiarkan meneruskan

kepemimpinannya di wilayah yang makrnur itu. Bersamaan dengan itu

nampak pula jalan keluar yang paling menggelitik, yang jika berhasil

merupakan pukulan yang paling menyakitkan bagi lawannya, dan jika tidak

berhasil tidak ada pula yang perlu disesali. Abu Abdullah dihasut agar

melawan pamannya. Dan tentu saja dengan segala macam janji-janji palsu,

dan hamburan pujian dalam ekspressi wajah yang meyakinkan, Rupanya Abu

Abdullah yang ketika menyerang al-Hamra' terpengaruh dengan hasutan

180

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 174. Tidak mustahil utusan pihak Kristen

itu, bertindak di luar kesopanan karena mereka berkuasa, lalu merendahkan Abu al-Hasan tersebut. 181

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus;; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-

Islami wal hadzarah Al-Islamiyah. j.iv, h 76

Page 130: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

123

ibunya, kini iapun terpengaruh dengan hasutan musuhnya. Akal sehatnya

sudah dikalahkan oleh keinginannya menjadi raja. Dua tokoh terkemuka

Kristen itu, menjanjikan kepadanya akan menyerahkan Granada, bila al-

Zaghal tersingkir. Percaya kepada janji orang yang telah diperanginya itu, Abu

Abdullah mengobarkan perang saudara. Untuk itu orang-orang Castile telah

diikut sertakan melawan pamannya, disamping itu ia juga di bantu dengan

dana secukupnya oleh Ferdinan dan Isabella. Abu Abdullah dapat merebut

sebahagian Granada, dan dengan demikian terdapat dua orang raja sekaligus.

Tentu saja, hal tersebut menjadi salah satu tanda dari kehancuran. Dan

bersamaan dengan itu pula pasukan Kristen menyerang wilayah Granada, dan

satu demi satu benteng Islam jatuh ke tangan umat Nasrani (1486). Setahun

setelah itu Malagapun jatuh pula, dan sebahagian besar penduduknya dijual

sebagai budak. Di sini, Abu Abdullah meluapkan kegembiraannya, dengan

mengirimkan ucapan selamat kepada Ferdinan.182

Sementara itu, al-Zaghal

selalu dihalang-halangi oleh Abdullah ini, sehingga ia sia-sia menumpahkan

seluruh kemampuannya untuk bertahan. Ia dikalahkan, dan menyerahkan kota

Almeria kepada Ferdinan. Kemudian iapun mengundurkan diri ke Afrika, di

Tilimsan, setelah ia mencoba menghimbau negara Afrika untuk

membantunya. Tidak ada negara Islam yang membantu, terutama Afrika yang

sedang dalam perang saudara pula.183

Ferdinan dan Isabella mengirim surat

kepada Abu Abdullah, agar menyerahkan Granada kepada mereka (1490). Hal

182

Sikap “aneh” itu mungkin sulit dipahami, tapi selalu ditemui dikalangan kaum

Muslimin setiap masa 183

Al-Maqarri, Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy, j.ii, h. 810

Page 131: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

124

tersebut bertentangan dengan janji mereka kepadanya, ketika menjadi

tawanan. Dan nampaknya Abdullah amat yakin pada kejujuran kedua tokoh

Kristen tersebut waktu itu, sehingga ia bersedia membantu keduannya

mengalahkan pasukan pamannya sendiri. Bahkan ia mengucapkan selamat

kepada mereka, ketika orang-orang Islam yang membangkang melawan

pasukan Kristen, kalah dan dijual sebagai budak. Mungkin bagi Abdullah apa

yang dialami oleh umat Islam waktu itu adalah kesalahan umat Islam sendiri,

karena kebodohan umat yang tidak tau memilih teman. Dan sebaliknya

Ahmad Syalabi, menyebut Abdullah orang tamak pada kekuasaan.184

Ketamakannyalah yang membuat ia menjadi bodoh, dan kebodohannya

itu, bukanlah karena ia tidak berilmu, tetapi karena akalnya telah dibimbing

oleh hawa nafsunya. Ketika hawa nafsu telah menguasai seseorang, maka apa

yang sebenarnya baik, dipandangnya tidak baik. Akalnya ditekan atau di-

arahkan agar mendukung keinginannya itu, sehingga ia yakin bahwa apa yang

ia percaya itu, adalah benar. Dalam hal ini, sungguhpun Abu Abdullah telah

menyerang Ferdinan dan Isabela, kedua orang tersebut tidaklah marah

kepadanya. Karena itu mungkin tidak sedikitpun ia merasa bahwa ia telah

mengkhianati Islam yang dipimpinnya. Bahkan jalan yang ditempuh. Itulah

jalan yang seharusnya ditempuh kaum Muslimin. Itulah jalan kebenaran.

Itulah jalan keselamatan.185

184

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah 185

Lihat al-Qur'an, 2:11, "Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi" mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan

perbaikan". Al-Kahf, 1L3:103,104, "... yaitu orangorang yang telah sia-sia perbuatannya dalam

kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya". Lihat

juga: surat 45:23

Page 132: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

125

Ternyata ia menempuh jalan yang keliru, itu bukan jalan kebenaran, dan

bukan pula jalan keselamatan. Boleh jadi Ia telah sadar, dan sungguhpun

terlambat, ia telah melakukan sesuatu yang positif di lihat dari segi umat

Islam. Ia menolak menyerahkan Granada kepada Ferdinan dan Isabella dan

bersama Musa ibn Abi al-Ghassan, keturunan Arab campuran Persia ia

menantang perang.

Pasukan Ferdinan melakukan Blokade untuk menghancurkan semua

hasil pertanian dan hasil panen tahun 1491. Hal tersebut mendatangkan hasil.

Umat Islam kelaparan, makanan habis, jalan lari tertutup. Ketika itulah

serangan yang mematikan itu dilancarkan. Abdullah -sebagai biasanya- me-

nempuh jalan damai, ia percaya Ferdinan dan Isabella itu seorang juru-selamat

untuk kaum Muslimin. Iapun menyerah dan menerima janji lagi. Janji seorang

"juru-selamat". Sedangkan Musa ibn Ghassan dan pengikutnya, memilih

syahid dan tidak bersedia menyerah. Mungkin ia tidak percaya bahwa kedua

tokoh Katolik itu adalah "juru selamatnya", mungkin ia dan rekan-rekannya

lebih yakin kepada janji Allah.

Janji yang diberikan oleh pihak Katolik yang memenangkan perang,

kepada kaum Muslimin yang kalah dalam perang, di dapati 67 buah syarat

bagi penyerahan tersebut. Di antara lain menjamin jiwa, harta dan keluarga,

membiarkan mereka di tempat tinggalnya masing-masing, dan menjalankan

keyakinan agamanya, dan tidak menghukum seseorang kecuali dengan hukum

syari'at yang diyakininya, membiarkan rumah ibadah, mesjid dan harta wakaf

sebagaimana adanya, tidak memaksa seseorang meninggalkan agamanya. Dan

Page 133: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

126

seorang Muslim dijamin keamanannya jika melakukan perjalanan di negeri

orang Nasrani baik jiwa maupun harta, dan agar tidak diberikan kepada

mereka tanda-tanda sebagai yang diberikan kepada orang Yahudi. Agar kaum

Muslimin dapat memimpin sekelompok jamaah dari kalangan mereka sendiri.

Dan orang Spanyol agar mengkhususkan tempat bagi para tawanan kaum

Muslimin. Dan agar diberi hak untuk meninggalkan Spanyol menuju ke

Afrika dengan harta dan anak-anak mereka, kapan saja mereka mau dan

seterusnya.186

Apa yang dijanjikan di atas adalah, apa yang sewajarnya diterima

sebagai hak-hak azasi manusia. Dan bagi kaum muslimin tidak ada yang

istimewa, tetapi apakah umat Katolik mengenal hak-hak manusia lain

semacam di atas? Kelihatannya sampai abad ketujuhbelas mereka belum

mengenal hak-hak asasi manusia. Dan tidak ada seorangpun yang berhak

merubah catatan sejarah yang sudah ada, menyangkut perlakuan umat Katolik

terhadap umat Islam pada masa itu.

Hal yang paling mengesankan adalah ketika Abu Abdillah

menyerahkan kunci kota Granada kepada kedua tokoh yang pernah

memberinya janji-janji palsu, Ferdinand dan Isabella . Ketika ia dipanggil

untuk menghadap, barulah terasa kehinaan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan

ketika tali kekang kudanya memutar ke belakang, untuk melihat kali terakhir

kota yang pernah didiaminya, nampak ia tidak mampu menahan cucuran air

matanya. Ibunya dengan tepat berkata: "Menangislah sebagai seorang wanita

186

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 180; Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-

Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah., j. v, h. h, 78; Akhbar al-'Asr fi ingida' Dawlat Bani

Nasr, ed. M.J.Muller (Munich,l836)'h.49

Page 134: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

127

terhadap sebuah kerajaan yang telah hilang. Yang tak 'kan mampu di-

pertahankan, sungguhpun oleh pria-pria perkasa". Tempatyang penuh

kenangan itu kini dikenal dengan nama El Ultimo Suspiro del Moro (The last

sight of the Moors). Abu Abd Allah Yang malang itu akhirnya pindah ke Fas

dan wafat di sana pula (1533-4).187

Begitulah setelah berlalu beberapa lama, perjanjian yang dibuat di

antara kaum Muslimin dan umat Katolik , dibatalkan sepenggal-demi

sepenggal. Cardinal Ximenez de Cisneros yang biasa menerima pengakuan

dosa Isabella,tidak dapat menerima kebijaksanaan Uskup Granada Hornando

Tala vera, yang bersikap toleran terhadap kaum Muslimin. Ximenez

mengatakan kepada raja bahwa, menjaga janji dengan kaum muslimin, sama

artinya dengan berkhianat kepada janji Allah. Dan realisasi dari nasihat

pendeta kepada raja, adalah penindasan terhadap semua kaum Muslimin, sama

artinya dengan berkhianat kepada janji Allah.188

Dan realisasi dari nasihat

pendeta kepada raja, adalah penindasan terhadap semua kaum Muslimin.

Tetapi Karena kaum Muslimin tidak dapat menrima begitu saja pemaksaan

agama Katolik kepada mereka, maka timbullah pemberontakan. Pemaksaan

agama Katolik kepada umat Islam di Spanyol dimulai pada 1499. Kardinal

187

History, op.cit., h. 555 188

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 180. Kalimat Kardinal tersebut,

menggambarkan keyakinan pihak Katolik, bahwa menghormati janji itu bukanlah sifat yang

terpuji. Atau dipandang terpuji juga, kecuali dengan umat Islam. Agama Katolik tidak sebagai

agama Islam, yang Nabinya Muhammad diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. (21:107)

sedangkan Katolik khusus untuk umat Katolik saja. Dengan demikian sikap mereka membenci

Islam adalah suatu keyakinan dan tanda-tanda keimanan. Sebaliknya Islam mengajarkan

menghormati janji dengan siapa saja tanpa membedakan agama dan etnis manusia. Umat Katolik

juga diajarkan membenci dan memusuhi umat Yahudi, karena mereka telah menyalib Tuhan Jesus.

"It is the wrath of God! It is due to the crime of the Jews!" (Lihat Spanish Islam, op. cit., h. 227).

Lihat juga al-Qur'an 2:120. "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu

hingga kamu mengikuti ajaran agama mereka..." mungkin, kamu dipaksa jadi Katolik!

Page 135: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

128

Ximenez menetapkan bahwa setiap Muslim harus meninggalkan agamanya,

atau meninggalkan Spanyol. Generasi berikutnya sejak dari anak-anak harus

dididik menjadi Katolik oleh pihak gereja, mesjid-mesjid ditutup, kitab-kitab

berbahasa Arab di bakar, dan kaum Muslimin mendapat siksaan keras sebagai

usaha pihak Katolik untuk membujuk mereka, memasuki agama yang

menganjurkan kelemah lembutan dan kasih sayang itu. Dan lembaga Inkuisisi

bekerja keras untuk melegalisasikan pelaksanaan melanggar hak-hak asasi

manusia.189

Mungkin pemberontakan di Spanyol merupakan ciri khas sepanjang

sejarahnya. Akan tetapi jika pemberontakan sebelum ini, lebih banyak bersifat

politis dan dalam kerangka kebebasan berfikir dan bertindak, maka kini pem-

berontakan timbul akibat hak-hak mereka sebagai manusia, telah dicabut dan

diperkosa oleh umat Nasrani. Nampaknya mengerikan, tetapi persoalannya

menjadi amat gamblang, dan amat mudah menentukan sikap. Karena dalam

menghadapi pemaksaan terhadap agama hanya ada dua pilihan, pertama,

dibunuh atau menang (Yuqtal aw yaghlib)190

, dan kedua, berpura-pura murtad.

Sikap pertama milik orang-orang yang gagah dan kuat imannya, dan kedua

milik orang-orang yang lemah atau mungkin saja orang-orang yang bijaksana.

Sementara ketika menentukan sikap terhadap sebuah perilaku politik, orang

masih memperdebatkan apakah "ijtihad"nya itu sungguh-sungguh karena iman

atau karena hawa nafsu. Tidak demikian halnya dalam hal membela keyakinan

atau mempertahankan akidah. Dan hanya orang yang beriman saja yang

189

Ibid 190

Lihat Al-Qur‟an 4:74

Page 136: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

129

merasa tersinggung, jika akidahnya dirusak. Dan Islam tidak pernah memaksa

manusia melebihi kemampuannya.

Lokasi pemberontak berada di pergunungan alBusyarrat atau Bubasytro

di antara Sierra Nevada dan laut yang panjangnya sekitar 19 mil dan lebarnya

11 mil, yang diselang-selingi tanah rendah yang datar dan keras serta lembah

yang dalam.191

Seolah-olah tempat tersebut merupakan sebuah arena yang

telah dipersiapkan,untuk mempertaruhkan nyawa, demi memperjuangkan hak

untuk hidup dan hak untuk meyakini sesuatu kebenaran keagamaan, atau

akidah. Dan barangkali tempat ini bukanlah satu-satunya tempat, atau arena

pertarungan, karena pertumpahan darah dan pertarungan maut juga terjadi di

gereja-gereja dan di rumah-rumah penduduk, di penjara-penjara dan di mana

saja. Pemberontakan yang timbul akibat dorongan yang bersifat sentimen

keagamaan, barangkali merupakan suatu hal atau tindakan yang amat sensitif.

Kedua belah pihak yakin pada kebenaran tindakan mereka. Yang satu

menindas dan yang lain tertindas. Umat Nasrani memperkosa hak-hak asasi

umat Islam mempertahankan kebenaran keyakinan mereka. Umat Nasrani

yakin bahwa, membunuh dan memperkosa hak orang lain yang di luar agama

Nasrani;192

baik Yahudi maupun Islam, dipandang sebagai menjalankan

perintah Tuhan mereka. Sementara umat Islam memandang mempertahankan

diri terhadap musuh yang ingin menghancurkan akidah mereka adalah ter-

masuk menjalankan salah satu perintah Allah. Dengan begitu kedua-dua belah

pihak meyakini kebenaran tindakan masing-masing, sungguhpun kedua-

duanya bertolak belakang.

191

al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus h. 183. 192

Keterangan Ximenes, memenuhi janji kepada umat Islam melanggar perintah Tuhan.

Sikap Nasrani kepada Yahudi pun cukup jelas.

Page 137: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

130

Umat Islam di Spanyol tidak hanya dipaksa menjadi Nasrani, dipaksa

murtad dari agama mereka, tetapi mereka juga dilarang mengikuti adat istiadat

yang diwariskan dari nenek moyang mereka, dan bahkan dilarang memakai

pakaian Arab, bahasa Arab dan nama-nama "Arab".1 Mungkin semua yang

berbau Arab. Ferdinan sendiri, salah seorang tokoh Nasrani yang ikut

membuat ikrar janji kepada umat Islam, ternyata aktif sekali membantai kaum

Muslimin termasuk membakar sebahagian dari kaum Muslimin, dan

merampas harta mereka serta menganiaya mereka dengan berbagai cara. Dan

puncak kebuasan dan kebiadaban dilakukan oleh Philip III (1609-1614). Dan

pada masanyalah semua orang Islam lenyap di Spanyol. Diperhitungkan sejak

jatuhnya Granada sampai awal abad ke tujuh belas, terdapat tiga juta kaum

Muslimin menjadi korban.193

Inilah pertarungan agama dalam bentuk

bentrokan fisik. Kedua belah pihak melakukan tindakan-tindakan yang sudah

di luar garis kemanusiaan. Tidak ada lagi peri kemanusiaan, tidak ada lagi

kasih sayang, tidak ada lagi kedamaian dan ketenangan. Dunia menjadi gelap,

hati penuh dengan dendam, persaudaraan menjadi sebuah Impian kosong, dan

agama menjadi alat untuk saling membunuh. Agama di tangan manusia yang

sempit dadanya, sama dengan senjata di tangan perampok dan pembunuh.

C. Faktor-faktor penyebab disintegrasi umat Islam

Perkembangan Islam di Andalusia, yang dimotori oleh orang-orang

Arab dan Afrika, sulit dipisahkan dari perwujudan watak mereka masing-

193

Lihat History, op.cit., h. 556; al-'Ibadi, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus . h. 183;

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah., j. v, h. 81.

Page 138: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

131

masing. Pergolakan pemikiran dan manifestasinya dalam tingkah laku

menghasilkan sikap-sikap positif dan negatif. Positifnya, mereka adalah

orang-orang yang bebas dalam berfikir dan bertindak. negatifnya, sulit

mendapatkan kesatuan langkah dan pandanggan, lalu menghasilkan

perpecahan. Perpecahan itu pada mulanya biasanya timbul akibat adanya

perbedaan pendapat, dan perbedaan tersebut muncul akibat manusia

menggunakan akalnya dan daya penalarannya. Islampun mendukung setiap

kegiatan yang bersifat penalaran dan usaha berfikir untuk memecahkan

sesuatu persoalan.194

Kemudian nabi Muhammad sendiri menyatakan bahwa

perbedaan pendapat di antara umatnya adalah rahmat.195

Tetapi Islam

bukanlah agama yang hanya mendorong akal untuk berfikir dan memecahkan

persoalan dan fikiran yang sehat, islam juga menuntut umatnya membangun

motivasi yang tujuannya, semata-mata mencari kerelaan Allah.196

Jika tujuan

luhur ini telah terlepas dari diri umat Islam, maka Islampun melepaskan diri

dari tanggung-jawab dan bimbingannya.

Besar kemungkinan perbedaan pendapat di antara umat Islam di

Semenanjung Iberia, tidak lagi dengan motif mencari kerelaan Allah, sebagai

yang tersebut dalam ajaran Islam, melainkan telah menyimpang ke arah lain.

194

Dalam Al-Qur'an terdapat 41 ayat yang menggunakan kata-kata kaifa , yang menuntut

setiap otang menggunakan daya pikirnya. (misalnya surat ke 25 : 9, 45. (27) :14 51, 69. (28): 40,

(30): 9, 42, 48, 50. dan seterusnya.

Lihat juga Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam, h.5-11 195

Hadis inipun tidak bertujuan menonjolkan perbedaan semata-mata. Yang menjadi

masalah pokoknya adalah, setiap orang dapat menggunakan daya pikirnya, sungguhpun berakibat

terjadi perbedaan-perbedaan, atau menimbulkan berbagai variasi di dalam memandang sesuatu

persoalan. 196

Hadis Nabi yang berbunyi: Innama al-a'mal bi alniyyat, dan seterusnya, cukup dikenal

dalam Islam, sehingga setiap Muslim dituntut untuk membersihkan dirinya dari tujuan yang

bersifat duniawi semata-mata. Atau hal lain yang bersifat mencari kerelaan selain Allah. Dalam

ajaran Islam Allah menjadi fokus bagi setiap gerak dan tindakan.

Page 139: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

132

Misalnya untuk mencari kekayaan bagi diri sendiri, lalu membonceng

kebebasan berpendapat. Dan meyakinkan orang lain bahwa, perbedaannya

dengan lawannya semata-mata karena mencari kerelaan Allah. Tidak

seorangpun berhak dan mampu mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi

dalam batinnya.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah, di antara umat Islam

dan umat Nasrani di Spanyol, terdapat perbedaan agama yang mendasar,

menyangkut soal keyakinan, atau keimanan dan akidah. Akidah ini bisa amat

berpengaruh dalam diri manusia. Terutama dalam komunikasinya dengan

sesama manusia dan dengan Tuhannya. Akidah ini pula yang mempengaruhi

pola berfikir manusia dalam menghadapi hidup dan tantangannya. Dengan

demikian jika terdapat perbedaan sikap di antara umat Islam dan umat

Nasrani, dalam menghadapi sesuatu persoalan, maka perbedaan itu berasal

dari perbedaan akidah kedua belah pihak. Adapun perbedaan yang terjadi di

antara sesame umat Islam, biasanya karena adanya perbedaan penafsiran

terhadap sesuatu kata atau sesuatu konsep yang "multi dimensional", sehingga

dari sudut manapun dipandang, masih dapat memantulkan satu segi dari multi

dimensional tersebut dan dapat dibuktikan kesahehannya. Sehingga perbedaan

itu lebih mengarah pertentangan. Sementara itu, perbedaan yang terjadi antara

umat Islam. dan umat Nasrani dalam hal sikap masing-masing pihak terhadap

adanya perbedaan agama, amatlah berbeda.

Toleransi atau kebebasan beragama dalam system Islam, bukanlah

semacam kebijaksanaan politik yang dibuat-buat (jika "agama dan negara"

dipisahkan) untuk menarik rasa simpati non Muslim terhadap Islam dan kaum

Page 140: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

133

Muslimin. Akan tetapi merupakan keyakinan yang berakar Dada kitab suci al-

Qur'an197

, yang juga telah diwujudkan dalam sejarah. Sekiranya sikap toleran

atau konsep tasamuh dalam Islam itu dipandang sebagai suatu kebijaksanaan

politik (karena kebijaksanaan tersebut berada di dalam tangan penguasa),maka

itulah kebijaksanaan, yang berdasarkan perpaduan diantara agama dan negara

dalam sistem pemerintahan Islam. dan jelas kebijaksanaan Islam itu amat

berbeda dengan kebijaksanaan yang dibuat penguasa Spanyol, ketika Recarred

mencoba menggabungkan agama Katolik dengan negara, dan di masa inkuisisi

mempertaruhkan nama agama di arena politik.198

Dan Gerakan Reconquista, ini adalah salah satu gerakan yang menjadi

faktor disintegrasi di tanah Andalusia, Gerakan ini mulai muncul secara lebih

terkoordinasi sejak jatuhnya Dinasti Umayyah Spanyol pada abad V/XI. Ke-

jatuhan dinasti ini mendorong umat Nasrani kepada keyakinan bahwa Spanyol

akan berhasil direbut kembali, setelah dikuasai kaum Muslimin selama

berabad-abad.

Sementara para sejarawan Spanyol berkeyakinan, bahwa gerakan

reconquista itu telah dimulai sejak Playo199

dari Asturia memimpin

197

Al-Qur'an, II:156. Ayat ini jelas menjadi dasar hukum bagi kaum muslimin dalam

tindakan hukumnya menghadapi non Muslim. Tetapi agak aneh juga jika Schacht mengingatkan

bahwa hukum Islam tidak mempunyai dasar ke-Islam-an (apalagi dasar Qur'an). Hukum Islam -

katanya- adalah hukum Romawi Barat, Bizantium, Persia den lain-lain yang dipadu --tetapi tidak

pernah secara sempurna-- dengan suatu sistem persyaratan-persyaratan moral yang di "wahyukan",

tetapi diakui sebagai wahyu oleh ulama Islam. dst. (Lihat Gustave E. von Grunebaum (ed.), Islam

Kesatuan Dalam Keragaman,(Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1975), h. 9, 79-102). nampaknya,

orientalisme memang punya gaya berfikir yang berdasarkan pada pembedaan ontologis dan

epistemologis yang dibuat antara”Timur" (the Orient) dan (hampir selalu) "Barat" (the

Occident)Lihat Edward W. Said, Orientalism (New York: Vintage Books,1978) h. 2. Bagi Al

qur'an, Islam diterima manusia melalui hidayah (7:178; 17:98; 18:17; 42:52). Oleh karena itu tidak

ada manfaatnya mengharap orang kafir mengakui Islam (43:40; 10:43; 2:6-7) apalagi mengakui

keunggulan Islam dan hati mereka dipandang mengidap semacam penyakit (2:10). 198

Dozy, Reinhart. Spanish Islam. h. 224; 199

Kaum bangsawan Visigoth mengangkat Playo menjadi pemimpin mereka di tempat

pelarian mereka di Asturia (Britannica, op. cit., j. xx, h. 1088)

Page 141: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

134

perlawanan terhadap kaum muslimin diCavadonga (718). Tetapi gerakan

tersebut mungkin lebih tepat dimasukkan ke dalam usaha mempertahankan

diri, dan bukan usaha untuk merebut kembali tanah yang sudah direbut umat

Islam. Berbeda halnya dengan gerakan yang dimulai pada hart-hari terakhir

Bani Umayyah di Spanyol. Ketika itu keadaan umat Islam sudah melemah,

stamina mereka telah menurun. Akhirnya satu demi satu kota-kota di Iberia

direbut kembali oleh umat Nasrani, kecuali Granada, yang direbut setelah

lebih kurang duaratus tahun kemudian.

Reconquista menampakkan dirinya sebagai sebuah gerakan yang

bertujuan membebaskan negeri Spanyol/Iberia dari pengaruh Islam dan segala

hal yang berkaitan dengannya. Gerakan ini sekaligus melambangkan

pemberontakan umat Nasrani terhadap pemerintahan Islam dan kaum

Muslimin, Dan pemberontakan tersebut telah berlangsung selama berabad-

abad Akan tetapi sifatnya tidak menyeluruh, dan tanpa koordinasi yang baik.

Hal itu dapat dipahami, mengingat kekuatan umat Islam masih berada pada

posisi yang sulit dipatahkan, walau pun kekuatan kaum Muslimin itu terpecah-

pecah, karena perpecahan dan pertikaian serta pergolakan-pergolakan yang

timbul dan tenggelam sepanjang masa. Barulah kemudian pada akhir masa

kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol, gerakan pemberontakan reconquista

meluas dan terkoordinasi, dari yang bersifat sporadis menjadi menyeluruh dari

gerakan-gerakan kecil menjadi gerakan besar.

Gerakan reconquista dapat muncul dan berkembang karena umat

Nasrani dapat membangun masyarakatnya sendiri di utara Spanyol. Dengan

demikian mereka dapat melestarikan adat istiadat dan tradisi serta agama di

wilayah perbatasan di sebelah utara tersebut. Hal ini dapat terjadi kerena

Page 142: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

135

ketika penaklukan Spanyol yang dilakukan oleh umat Islam pada masa awal

atau pada masa Musa dan Tariq, tidak tuntas. Padahal sepanjang yang dapat

kita baca dalam riwayat penaklukan mereka, tidaklah sulit bagi kedua tokoh

legendaris ini untuk menghancurkan seluruh kekuatan umat Nasrani yang ada.

Tetapi mengapa mereka tidak melakukannya atau mengapa mereka

membiarkan orang yang sudah tidak berdaya itu memperoleh hak hidup

mereka lagi? Mengapa mereka tidak bertindak sebagai mana tindakan orang-

orang Barat yang menaklukkan Amerika, beberapa abad sesudah itu, yaitu

menghancurkan seluruh kekuatan dan potensi bangsa Indian, atau

sebagaimana yang dilakukan orang-orang Inggris terhadap bangsa Aborigin di

Australia? Inilah soal akidah. soal pandangan hidup atau way of life yang

berlainan, cara menyelesaikan persoalan manusia yang berbeda. Mungkin jika

orang ingin memperturutkan perasaanya, memenuhi kepuasan hati yang

bersifat hawa nafsu, akar muncul rasa "penyesalan" dalam dirinya. Akan tetapi

di sinilah letaknya arti nilai-nilai moral dalam hidup umat manusia, nilai-nilai

kemanusiaan yang tidak sekedar berperang untuk membunuh saja, tetapi

berperang untuk mengancurkan kebatilan, dan menegakkan kebenaran serta

menganjurkan manusia berbuat kebajikan dan melarang mereka melakukan

kejahatan,200

200

Ketika Nabi Muhammad mengirim pasukan untuk menghadapi orang Badui beragama Kristen (Bani Kalb) yang berdiam di sekitar Daumat al-Jandal, yang melakukan perampokan hingga ke Madinah berkata: "Sekali-kali kamu tidak boleh menipu atau mengkhianat, dan tidak boleh membunuh anak-anak kecil." Pada setiap kali Nabi mengirim ekspedisinya mengingatkan pasukannya agar "Dalam menuntut balas terhadap penganiayaan yang dilakukan orang terhadap kita, janganlah ganggu penghuni rumah yang tidak bersalah, jangan usik perempuan yang lemah, jangan sakiti anak yang masih'menyusu atau orang yang tidak bisa bangun karena sakit. Janganlah hancurkan rumah-rumah penduduk yang tidak berdaya, janganlah memusnahkan mata pencahariannya dan pohon-pohonoebuahannya, dan janganlah singgung pohon kurma." Abu Bakr menambahkan lagi nasihatnya kepada pasukannya: antara lain "Hai Yazid! janganlah sekali-kali menindas kaummu sendiri, atau mengganggu ketenteramannya, tapi nasihatilah mereka, lakukanlah apa yang benar dan adil. Jika kamu melihat para pendeta mengasingkan diri mereka dalam biara-biara, mereka merasa dengan jalan demikian mengabdi kepada Tuhannya pula Biarkanlah mereka, jangan bunuh mereka dan jangan binasakan biaranya. (Lihat Ameer Ali, Api Islam, op. cit., j.i, hh. 146-7 dan seterusnya).

Page 143: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

136

Umat Nasrani dapat hidup dan berkembang serta memiliki potensi

untuk bangkit kembali melawan kaum Muslimin dari wilayah perbatasan

sebelah utara Spanyol, pada dasarnya bukanlah kesalahan sikap dari Musa dan

Tariq atau para pemimpin umat Islam generasi berikutnya, yang tidak mem-

binasakan mereka. Akan tetapi hidup dan berkembangnya umat Nasrani itu

adalah haknya mereka sepenuhnya dari Allah, yang dihormati oleh kaum

Muslimin, sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya kepada umat

Islam selama umat Islam masih mengakui Allah sebagai Tuhan dan

Muhammad sebagai nabi mereka. Artinya sikap membiarkan umat Nasrani

hidup dan berkembang di perbatasan Spanyol, adalah sikap yang berlandaskan

keyakinan dan akidah kaum Muslimin itu.

Ketika umat Nasrani bangkit dalam gerakan merebut kembali wilayah

Spanyol dari tangan kaum Muslimin, maka gerakan tersebut pada dasarnya

tidaklah aneh, dan bukan sesuatu yang tidak masuk akal. Tetapi sesuatu yang

wajar dan manusiawi, dan menjadi hak mereka yang sah. Sedangkan Yang

menjadi persoalan kita bukanlah reconquistanya itu. Yang menjadi masalah

adalah tindakan umat Nasrani terhadap umat Islam yang diawali oleh gerakan

ini, dengan jalan membunuh siapa saja yang mengaku beragama Islam.

Padahal sebelum pembantaian ini terjadi, pihak Isabella dan Ferdinan telah

menanda-tangani suatu perjanjian yang berisi, kesediaan mereka untuk

menghormati hak-hak sah yang asasi dari seorang manusia, yang kebetulan

beragama Islam.

Sekiranya perjanjian untuk menghormati dan memberikan hak kepada

kaum Muslimin untuk memeluk agama dan kepercayaannya, menghormati

rumah-rumah ibadah dan hak untuk berusaha dan mendapatkan nafkah hidup,

Page 144: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

137

dan lain-lain lagi tidak ada, umat Nasranipun tentu mengenal juga nilai-nilai

kemanusiaan semacam itu. Bukankah mereka memeluk suatu agama yang

mengajarkan manusia untuk saling mencintai, bahkan meminta agar mencintai

musuh-musuh mereka sekalipun? Inilah soalnya. Jadi, bukan soal reconquista,

bukan tentang hak umat Islam saja, tetapi tentang hak seorang manusia! yang

berjumlah sekitar tiga juta. Yang berlansung dari abad ke 15 hingga ke 17

Masehi, baik terbunuh maupun yang diusir.201

Seandainya pembunuhan tersebut terjadi ketika per tempuran sedang

berkecamuk, maka berapapun jumlah manusia, yang jatuh menjadi korbannya,

masih dapat dipahami, sungguhpun mungkin kita akan menyesalinya,

sebagaimana orang menyesali jatuhnya korban bom atom di Hirosyima dan

Nagasaki. Akan tetapi masih memiliki alasan untuk melakukannya. Dan apa

yang dijadikan alasan oleh umat Nasrani Spanyol untuk membenarkan

tindakan mereka, hanya merekalah yang tahu!

201

Lihat History op, cit, h. 556; Tidak jelas apakah sikap mereka ada hubungannya

dengan titah Nabi orng Israil di dalam I Sem. xv, 3; dan Jehezk. ix, 6: "Demikianlah firman Tuhan

seru sekalian alam. Pergilah sekarang & dan gempurlah Amalik, hancurkan samasekali seluruh

miliknya dan jangan beri mereka ampun; bunuhlah laki-laki maupun perempuan, anak tanggung

maupun bayi menyusu, sapi maupun domba, onta maupun keledai". Dan "bunuhlah sama sekali

org tua dan muda, anak dara, anak-anak perempuan".

Page 145: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

138

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Apa yang menyebabkan Umat Islam di Andalusia mengalami

Disintegrasi?

Disintegrasi Umat Islam di Andalusia di sebabkan oleh konflik yang

ditimbulkan oleh umat Islam itu sendiri, diantara konflik itu ialah, adanya

perselisihan antar sesama muslim, perselisihan yang lebih kepada solidaritas

terhadap sukunya sendiri daripada agama yang mereka anut, dan hal ini

terdapat dalam tubuh bangsa Arab dan kaum Berber Afrika Utara, suku Mudar

dengan suku Yaman, walaupun mereka satu agama nampaknya solidaritas

keagamaan sama sekali. atau seakan-akan tidak dapat menunjukkan

keberadaannya, konflik selajutnya yaitu pergolakan politik yang timbul di

dalam pemerintahan itu sendiri, perebutan kekuasaan, raja yang terlalu

bergelimangan dalam kemewahan menjadikan ia lupa diri hingga menuju titik

lemah dalam memimpin pemerintahan, didukung pula kebijaksanaan-

kebijaksanaan raja dalam menghadapi para ulama yang menimbulkan konflik

berkepanjangan.

2. Bagaimana dampak dari disintegrasi umat Islam di Andalusia?

Dampak dari disintegrasi ini cukup fatal, karena disintegrasi ini telah

melemahkan potensi umat, dan mendorong umat Nasrani untuk menyerang

lebih bersemangat. Sekiranya umat Nasrani punya keinginan untuk maju,

maka mereka akan berusaha memanfaatkan kaum Muslimin. Selain itu, dunia

Page 146: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

139

Islam pada saat itu sedang menurun, dan penuh dengan pergolakan, sehingga

tidak dapat memberikan perhatian yang sepantasnya untuk Spanyol. Baik

gerakan reconquista, maupun timbulnya peradilan inkuisisi, dan bahkan semua

gerakan pengusiran kaum Muslimin dari Iberia. kelihatannya sulit dipisahkan

dari pengaruh yang amat dominan dari kaum pendeta Katolik.

Ketika kaum muslimin berkuasa dan memerintah negeri ini di bahagian

selatan, umat Nasrani membangun masyarakatnya di perbatasan Spanyol di

belahan utara. Kedua belah pihak selalu dalam keadaan siap siaga terus-

menerus, tidak pernah lengah. Pemerintahan Islam mendapat tantangan se-

panjang sejarahnya di Spanyol. Baik tantangan itu datang dari pihak Nasrani

maupun datang dari pihak Islam sendiri. Disintegrasi menyebabkan fitalitas

Umat Islam menurun, hingga berujung pada pengusiran umat Islam di

Andalusia.

Page 147: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, KH. Siradjuddin, I’tikad Ahlussunnah Wal-Jama'ah. Jakarta: Pustaka

Tarbiyah, 1987

Al-’Ibadi, ‘Abd al-Hamid, Al-mujmal Fi Tarikh Al-Andalus. Kairo: Dar al-Qalam,

1964

Al-Asir, Ibn. Al-Kamil Fi al-Tarikh. Beirut: Dar Sadir, 1965

Ali, Ammer. Api Islam. Jakarta: PT pembangunan, 1967

Al-Khatib, Akhbar Majmu’ah Fi Fath al-Andalus, Lafuente Alcantara. Madrid:

1867

al-Khatib, Ibn , al-Hulal al-Mawsyiyah Fi Zikr al-Akhbar al-Marakusyiyah,

Tunis, 1329.

Al-Maqarri. Nafh al-Tib Min Ghusn al-Andalus al-Ratib, ed. Dozy. Leyden, 1855

Al-Marrakusyi, ‘Abd-al-Wahid. al-Mu’jib fi Talkhis Akhbar al-Maghrib, ed.

Dozy. Leyden,1881

Al-Tabari. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-qur’an. Kairo: al-Misriyyah, 1324 H

Arnold, Thomas W., Sejarah Da’wah Islam, Jakarta: Wijaya, 1983

Brockelmann, Carl, History of the Islamic Peoples, London: Rotledge & Kegan

Paul, 1980.

David E. Apter, Pengantar Analisa Politik, Jakarta: LP3ES, 1985. Khuda Bakhsh,

DS.

DS. Margolioth, Khuda Bakhsh, The Renaissance of Islam, Delhi: Idarah

Adabiyah-I, tt.

Ed. Yusron Rozak, Sosilogi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Persepektif Islam, (Jakarta:LSA) 2008

Encyclopaedia. Encyclopaedia Britannica. Chicago: William Benton; Publisher,

tt.

Encyclopaedia. The Encyclopaedia of Islam. Leiden: E. J. Brill, 1960. H.A.R.

Gibb et. Al

Page 148: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

Grunebaum, G.E von, Classical Islam, London: Utwin Brother Ltd.Al-Hufi, Min

Akhlaq al-Nabi, Kairo: Al-Syu'un al-Islamiyyah, 1968.

H.Z.A.Ahmad, Ilmu Politik Islam. Jakarta: Bulan Bintang,1977

Hasan, Ibrahim, al-Tarikh al-Islami. Kairo: al-Nahdah, tt.

Hawaa, Sa' d , terj AbuRidha, Membina Angkatan Mujahid. Jakarta: Islahy,

1408/1987

Hawaa, Sa’ d. Membina Angkatan Mujahid, terjemahan AbuRidha. Jakarta:

Islahy, 1408/1987

Hitti, Philiph K. History of the Arab. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010

Hodgson, Marshal G.E., The Venture of Islam. University of Chicago Press, tt

Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah. Terjemahan H.A Mukti Ali

Jakarta: Tintamas, 1962

Khaldun, Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldun, terjemahan Ahmadie Thoha Jakarta:

Pustaka Firdaus 1986,

Khaldun, Ibn. Kitab al-’Ibar wa Diwan al-mubtada’ wal-khabar Fi Ayyam

Wal’Ajam wal – Barbar. Bulan: 1248

Khallikan, Ibn, wafayat al-A’yan. Kairo, 1299.

Khilafah,” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, jilid II Ichtiar Baru Van

Hoeve, tanpa tahun

Lewis , Bernard, The Arabs In History. Penerjemah Drs. Said Jamhuri Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1994

M. Lombard, The Golden Age of Islam. Amsterdam: North-Holland Publishing

Company, 1975

Mahmudunnasir, Syed. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1993

Margolioth, The Renaissance of Islam. Delhi: Idarah Adabiyah-i

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbaqai Aspeknya. Jakarta:UI Press, 1979

Peter C, Scalles. The fall of the caliphate of Córdoba: Berbers and Andalusis in

conflict. New York: Koln Brill, 1994

Poole , Lane. The Arabs in Spain. New York:1911

Page 149: DISINTEGRASI UMAT ISLAM: STUDY TENTANG …

Reinhart, Dozy. History of Muslim In Spain, London: Frank Cass, tt

Reinhart, Dozy. Spanish Islam. London: Frank Cass, tt

Spuler, Bertold, The Muslim World: A Historical Survey, Leiden: E.J. Brill, 1960

Syalabi, Ahmad, Sejarah dan kebudayaan Islam, Jilid 2, cet I, Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1983.

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah At-Tarikh Al-Islami wal hadzarah Al-Islamiyah.

Kairo: 1969

Thomson, Ahmad dan Ur Rahim , Muhammad ‘Ata’, Islam Andalusia: sejarah

kebangkitan dan keruntuhan. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004

Watt , W. Montgomery & Chachia, Pierre, A History of Islamic Spain. Edinburgh

University Press, 1992

Watt, W. Montgomery, The Mayesty That Was Islam, London: William Clows &

Sons Ltd.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006