Disinfektan Alternatif dari Bahan Alamiblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/repository/Annytha IR...
Transcript of Disinfektan Alternatif dari Bahan Alamiblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/repository/Annytha IR...
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
i
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
ii
DISINFEKTAN ALTERNATIF DARI BAHAN ALAMI
ANNYTHA DETHA
FRANS UMBU DATTA
PENERBIT UNDANA PRESS
2016
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
iii
DISINFEKTAN ALTERNATIF DARI BAHAN ALAMI Annytha Detha Frans Umbu Datta Copyright © 2016 Annytha Detha, Frans Umbu Datta Editor : Nemay A Ndaong Desain Sampul : Berzellius Pati Kondanglimu PT Penertbit : Penerbit UNDANA PRESS Cetakan Pertama : November 2016 ISBN : 978-602-6906-19-9 Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku. buku “Disinfektan Alternatif
Dari Bahan Alami” ini mengkaji tentang kemampuan antimikroba
minuman alkohol terhadap bakteri. Buku ini bertujuan
memberikan pemahaman kepada pembaca tentang mekanisme
daya bunuh bakteri minuman tradisional beralkohol asal Nusa
Tenggara Timur sehingga dapat dijadikan sebagai desinfektan
alternative dari bahan alami. Buku ini ditujukan kepada siapa
saja yang ingin memahani bagaimana proses daya bunuh
minuman beralkohol terhadap bakteri termasuk bakteri
patogen. Buku ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka
penyempurnaan diharapkan penulis dan diucapkan terima kasih.
Kupang, November 2016
Penulis
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR Iii
DAFTAR ISI iv
BAB I Pendahuluan 1
BAB II A. Jenis Minuman Alkohol di Dunia 5
B. Mekanisme Daya Antimikroba Minuman
Beralkohol terhadap Berbagai Jenis Bakteri
11
BAB III Skrining Fitokimia Minuman Tradisional Moke
Dan Sopi Sebagai Kandidat Antimikroba
16
BAB IV A. Jenis Minuman Tradisional di NTT 23
B. Daya Antimikroba Minuman Tradisional
terhadap Berbagai Jenis Bakteri
24
C. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap Bakteri
Patogen Salmonella Typhimurium dan
Salmonella Enteritidis
25
D. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap
Bakteri Patogen Staphylococcus aureus
33
BAB V Potensi Pemanfaatan minuman tradisional
sebagai bahan desinfektan alami
35
BAB VI Jenis-Jenis Disinfektan dan Antiseptik 40
DAFTAR PUSTAKA 53
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
1
BAB I PENDAHULUAN
Minuman beralkohol yang dibuat dari hasil sadapan
berbagai jenis pohon jenis Palma seperti pohon lontar, pohon
kurma, dan pohon kelapa, telah dikenal di banyak negara.
Minuman alkohol yang diolah dari pohon Siwalan memiliki nama
yang berbeda-beda di berbagai negara di Asia (termasuk di
Indonesia) dan Afrika dan Amerika Selatan.
Di Wilayah Nusa Tenggara Timur, masyarakat sudah sejak
lama memanfaatkan nira atau sadapan bunga lontar (Borassus
flabellifer L.) sebagai bahan pembuatan gula cair, cuka dan
minuman fermentasi beralkohol untuk menghasilkan produk
yang bernilai ekonomis. Minuman beralkohol tradisional asal
NTT merupakan minuman hasil fermentasi dan destilasi nira
yang berasal dari bunga pohon lontar (Borassus flabellifer L.)
yang sudah lama dikenal dan dijadikan sebagai minuman
beralkohol khas untuk beberapa wilayah di NTT seperti
masyarakat pulau Rote, pulau Sabu dan pulau Timor
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
2
Minuman beralkohol sebagai hasil fermentasi secara
tradisional, hampir ditemui di setiap wilayah NTT. Keberadaan
minuman tradisional beralkohol di NTT antara lain Moke, dan
Sopi mampu menjadi aset potensial daerah yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan antimikroba.
Moke dan Sopi merupakan minuman tradisional yang
dibuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar
maupun enau dengan proses pembuatan yang masih tradisional
diwariskan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai
sekarang. Pembuatan menggunakan wadah-wadah tradisional
seperti periuk tanah untuk memasaknya. Ada berbagai macam
jenis moke, mulai dari moke putih, moke arak sampai moke
dengan kandungan alkohol tertinggi.
Minuman beralkohol seperti anggur merupakan hasil
fermentasi yang mengandung beberapa komponen dengan
beberapa sifat antimikroba. Minuman beralkohol dengan nilai
pH yang rendah yaitu berkisar 3.0 sampai 4.0, kandungan etanol
relatif tinggi berkisar 10% sampai 15%, serta total sulfur dioksida
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
3
yang tinggi yaitu berkisar 0 sampai 300 ppm. Kandungan
senyawa-senyawa inilah yang mampu menyebabkan inaktivasi
bakteri patogen. Menurut Vaz (2010), bakteri patogen penyebab
foodborne disease seperti Staphylococcus aureus (S. aureus) dan
Escherichia coli O157: H7 secara signifikan dapat terinaktivasi
oleh paparan anggur. Analisis regresi bertahap dari inaktivasi S.
aureus dipengaruhi oleh faktor pH, molekul sulfur dioksida,
titrasi keasaman, dan konsentrasi etanol sedangkan Escherichia
coli inaktivasi dominan akibat faktor pH dan etanol. Hal ini
memungkinkan anggur menjadi solusi untuk diaplikasi sebagai
bahan desinfektan pada permukaan peralatan alat yang
diperlukan dalam kondisi higenis (Vaz, 2010).
Weisse et al. (1995), melaporkan bahwa anggur mampu
mengurangi bakteri S. enteritidis, Shigella sonnei dan Escherichia
coli dari lima sampai log enam, setelah 20 menit paparan.
Penelitian lain menunjukkan bahwa adanya pengurangan lima
sampai log enam dalam jumlah yang banyak dari Salmonella sp.
dan Escherichia coli setelah terpapar anggur selama lima sampai
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
4
30 menit dan 20 sampai 60 menit (Harding dan Maidment,
1996). Carneiro et al. (2008) memfokuskan studi mereka pada
aktivitas anggur merah terhadap patogen penting yang berkaitan
dengan makanan seperti Campylobacter jejuni. Moretro dan
Daeschel (2004), ketika menguji kombinasi yang berbeda dari
etanol, asam organik dan keasaman, menemukan bahwa
campuran 0,15% dari asam malat, 0,6% asam tartarik, 15%
etanol dan pH 3,0 memiliki efek bakterisida yang kuat.
Just dan Daeschel (2003), mengevaluasi anggur memiliki
sedikit efek pada Escherichia coli O157: H7 untuk bertahan hidup
sedangkan Salmonella tidak terdeteksi setelah 120 menit. Fraksi
anggur nonvolatile yang mengandung asam lebih kuat dalam
membunuh Salmonella dibandingkan dengan anggur yang
mudah menguap dimana merupakan fraksi yang mengandung
alkohol. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa
aktivitas antibakteri tergantung keasaman anggur.
Dengan berbagi penelitian yang telah dilakukan tentang
daya antimikroba minuman beralkohol, maka minuman
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
5
beralkohol tradisonal asal NTT, Moke dan Sopi, sangat
berpotensi digunakan sebagai bahan antimikroba.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
6
BAB II JENIS MINUMAN TRADISIONAL DI NTT
A. Moke dan Proses Pengolahannya
Minuman fermentasi beralkohol banyak dikonsumsi oleh
masyarakat di seluruh wilayah NTT. Beberapa minuman
beralkohol yang dikenal yaitu Moke, Sopi dan Laru. Moke
merupakan minuman tradisional yang dibuat dari hasil
penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau dengan
proses pembuatan yang masih tradisional diwariskan secara
turun temurun dan masih dilakukan sampai sekarang.
Pembuatan menggunakan wadah-wadah tradisional seperti
periuk tanah untuk memasaknya. Ada berbagai macam jenis
moke, mulai dari moke biasa, moke merah sampai moke dengan
kandungan alkohol tertinggi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen) dan gula merupakan bahan
yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat dan hidrogen, akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
7
asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum
digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam
bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya (FAO, 2007).
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan
glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida.
Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi)
untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras. Reaksi dalam
fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa
(C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi
fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan. Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) menghasilkan
alkohol (etanol) dan karbon dioksida serta energi (ATP). Jalur
biokimia yang terjadi bervariasi tergantung jenis gula yang
terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang
merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
8
sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi
tergantung produk akhir yang dihasilkan (Klein et al,2006).
Minuman beralkohol seperti anggur merupakan hasil
fermentasi yang mengandung beberapa komponen dengan
beberapa sifat antimikroba. Minuman beralkohol dengan nilai
pH yang rendah yaitu berkisar 3.0 sampai 4.0, kandungan etanol
relatif tinggi berkisar 10 % sampai 15 %, sertatotal sulfur
dioksida yang tinggi yaitu berkisar 0 sampai 300 ppm.
Kandungan senyawa-senyawa inilah yang mampu menyebabkan
inaktivasi bakteri patogen. Menurut Vas (2010), bakteri patogen
penyebab foodborne disease seperti Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli O157: H7 secara signifikan dapat terinaktivasi oleh
paparan anggur. Analisis regresi bertahap dari inaktivasi S.
aureus dipengaruhi oleh faktor pH, molekul sulfur dioksida,
titrasi keasaman, dan konsentrasi etanol sedangkan E. coli
inaktivasi dominan akibat faktor pH dan etanol. Hal ini
memungkinkan anggur menjadi solusi untuk diaplikasi sebagai
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
9
bahan desinfektan pada permukaan peralatan alat yang
diperlukan dalam kondisi higenis (Vas, 2010).
Weisse et al. (1995), melaporkan bahwa anggur mampu
mengurangi bakteri S. enteritidis, Shigella sonnei, dan E.coli dari
lima sampai log enam. setelah 20 menit paparan. Penelitian lain,
menunjukkan bahwa adanya pengurangan lima sampai log enam
dalam jumlah yang banyak dari Salmonella sp. dan E. coli setelah
terpapar anggur selama lima sampai 30 menit dan 20 sampai 60
menit (Harding dan Maidment, 1996). Carneiro et al. (2008)
memfokuskan studi mereka pada aktivitas anggur merah
terhadap patogen penting yang berkaitan dengan makanan
seperti Campylobacter jejuni. Moretro dan Daeschel (2004),
ketika menguji kombinasi yang berbeda dari etanol, asam
organik dan keasaman, menemukan bahwa campuran 0,15%
dari asam malat, 0,6% asam tartarik, 15% etanol dan pH 3,0
memiliki efek bakterisida yang kuat.
Adil dan Daeschel (2003), mengevaluasi anggur memiliki
sedikit efek pada E. coli O157: H7 untuk bertahan hidup
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
10
sedangkan Salmonella tidak terdeteksi setelah 120 menit. Fraksi
anggur nonvolatile yang mengandung asam lebih kuat dalam
membunuh Salmonella dibandingkan dengan anggur yang
mudah menguap dimana merupakan fraksi yang mengandung
alkohol. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa
aktivitas antibakteri tergantung keasaman anggur (Adil dan
Daeschel, 2003).
Proses pembuatan moke putih, yaitu nira langsung
ditampung di atas pohon dengan menggunakan bambu yang
telah diisi dengan akar laru atau dengan penambahan kulit kayu
ular selama 1 hari sedangkan proses pembuatan moke arak,
yaitu nira dimasukkan ke dalam periuk tanah kemudian
dicampur dengan air (10 liter gula air : 50 liter air) bersama akar
laru (hingga 1/4 wadah periuk tanah). Ada juga yang
menambahkan kulit kayu ular sebagai penambah rasa pahit dari
moke arak. Kemudian dimasak dengan menggunakan kayu
kusambi. Pada penutup periuk tanah disambung dengan
menggunakan bambu, dimana bambu direkatkan pada tutup
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
11
periuk tanah dengan menggunakan getah buah lontar (saiboak).
Ukuran panjang bambu sekitar tujuh sampai delapan meter
untuk mengalirkan uap hasil proses pemasakan sampai ke
jerigen penampung. Ukuran bambu ini dibuat panjang karena
tidak menggunakan bak pendingin sehingga proses
pendinginannya langsung di dalam bambu.
Proses penyulingan nira hingga menjadi moke arak ini
dapat berlangsung hingga satu hari. Penggunaan nira secara
langsung (tanpa diubah menjadi gula air), periuk tanah, bambu
serta tidak adanya bak pendingin yang merupakan pembeda
antara moke arak dengan moke putih sedangkan dari cita rasa
antara moke arak dengan moke putih juga berbeda, dimana
moke arak memiliki rasa khas bambu yang diperoleh dari
penggunaan bambu untuk mengalirkan uap moke arak tersebut.
B. Sopi dan Proses Pengolahannya
Laru merah merupakan minuman tradisional yang
mengunakan hasil penyulingan bunga lontar (Borassus flabellifer
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
12
L.) atau bunga gawang (Corypha utan Lamk.) yang kemudian
dimasak dalam belanga-belanga besar selama beberapa waktu
hingga mengental dan berwarna coklat muda, disebut sebagai
gula air. Gula air inilah bahan baku pembuatan laru dengan
penambahan akar pohon laru (Alstonia acuminata Miq). Akar
pohon laru ini adalah agen pembawa mikroba yang nantinya
akan menguraikan kandungan gula (sakarosa, fruktosa dan
glukosa) dalam gula air menjadi ethanol, CO2 dan beberapa asam
organik (Sidiyasa, 1998). Salah satu jenis mikroba yang berhasil
diisolasi dari akar laru adalah Pichia anomala, sejenis yeast atau
ragi. Akar laru direndam dalam gula air, setelah beberapa lama
akan timbul gelembung-gelembung gas. Gelembung-gelembung
gas tersebut lama-kelamaan akan hilang, hal ini menandakan
bahwa proses fermentasi telah selesai, artinya hampir seluruh
kandungan gula telah dikonversi oleh yeast Pichia anomala
menjadi ethanol, gas CO2 dan asam-asam organik.
Menurut penuturan beberapa pembuat sopi yang
ditemui disekitaran kota Kupang, pembuatan minuman sopi
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
13
untuk keperluan konsumsi pada awalnya dilakukan oleh seorang
yang berasal dari pulau Rote yang bermarga Mandala.
Pengetahuan penyulingan sopi ini ia dapatkan ketika ia
merantau ke Batavia (saat ini Jakarta). Hingga saat ini sopi telah
menyebar dari pulau Rote hingga ke pulau Sabu dan pulau
Timor.
Proses pembuatan minuman beralkohol “sopi” dilakukan
dengan jalan fermentasi dan destilasi dari nira hasil sadapan
bunga lontar (Borassus flabellifer L.). Adapun prosesnya yakni
pertama-tama nira dimasak hingga menjadi gula air, kemudian
ditambahkan dengan air (10 liter gula air : 50 liter air), akar atau
kulit pohon laru (Alstonia acuminata Miq) hingga 1/4 drum dan
buah saiboak (buah pohon lontar) yang masih muda. Ada juga
yang menambahkan kulit kayu ular untuk membuat minuman
menjadi lebih terasa pahit. Kemudian direndam selama ±2 hari
untuk memperoleh sari (mur), hal ini menandakan bahwa laru
merah telah terbentuk. Laru merah yang telah terbentuk
didestilasi untuk memperoleh alkohol. Proses ini diawali dengan
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
14
pemasakan laru merah menggunakan kayu kusambi dalam drum
khusus yang ditutup dan disambung dengan pipa pada bagian
atas drum sepanjang 2,5-3 meter, dimana untuk mengalirkan
uap yang terbentuk ke dalam jerigen penampung melewati
sebuah bak penampung yang berfungsi sebagai pendingin.
Proses destilasi/penyulingan laru merah hingga menjadi
sopi dapat berlangsung hingga 8 jam (jika menggunakan 4 pipa)
bahkan lebih, bergantung dari nyala api dan banyaknya pipa
yang digunakan. Jumlah pipa yang digunakan biasanya beragam
dari 1 batang pipa hingga yang terbanyak 6 batang pipa. Sopi
yang telah terbentuk dimasukkan kedalam jerigen dan disimpan
diatas meja atau kursi (dapat bertahan ± selama 1 minggu).
Setiap 10 liter gula air yang digunakan akan menghasilkan 10
liter sopi.
Minuman ini merupakan minuman beralkohol hasil
fermentasi dan destilasi/penyulingan nira pohon lontar
(Borassus flabellifer L.). Pada awalnya nira akan diproses
menjadi gula air yang selanjutnya difermentasi menjadi
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
15
minuman laru atau lebih spesifiknya laru merah yang kemudian
didestilasi menjadi minuman beralkohol tradisional sopi. Lontar
((Borassus flabellifer L.) termasuk tumbuhan Gymnospermae,
berbiji tunggal (monocotiledoneae) dari ordo Arecales, famili
Palmae (Arecaceae) dan genus Borassus. Lontar (Borassus
flabellifer L.) adalah jenis palma serbaguna. Hampir semua
bagian tumbuhan ini bermanfaat, antara lain bagian akar,
batang, daun dan bunga yang menghasilkan nira. Produk utama
dari tanaman lontar adalah nira segar, gula cair, gula lempeng,
laru dan gula semut (Mahmud dan Amtizal, 1991).
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
16
BAB III
SKRINING FITOKIMIA MINUMAN TRADISIONAL MOKE DAN
SOPI SEBAGAI KANDIDAT ANTIMIKROBA
Kemampuan antimikrobial dari bahan alami yang berasal
dari tumbuhan, dapat dipengaruhi oleh kandungan senyawa
fitokimiawi yang terkandung di dalamnya (Gajlakshmi et al.
2012). Menurut Jones dan Kinghorn, (2006) senyawa fitokimia
adalah zat atau senyawa kimia bioaktif hasil metabolisme
sekunder dari tiap tanaman yang berfungsi sebagai sistem
pertahanan tanaman dari gangguan hama penyakit tanaman.
Pengujian fitokimia merupakan pengujian yang bertujuan
mengetahui keberadaan zat atau senyawa kimiawi dalam ekstrak
tanaman atau produknya secara kualitatif yang dapat berperan
sebagai senyawa antibakteri (Muchtadi 2012). Senyawa-senyawa
kimia dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa
bahan alam yaitu saponin, steroid, triterpenoid, alkaloid, fenolik
(tanin dan flavanoid) (Harborne 1996).
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
17
Saat ini terdapat banyak sekali metode pengujian
fitokimia dalam sebuah bahan alami. Salah satu pengujian
senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan melarutkan sebanyak
0,5 ml sampel ke dalam asam sulfat 2N kemudian diberi pereaksi
Meyer dan pereaksi Wagner; dan ada tidaknya endapan
berwarna diamati. Pengujian senyawa steroid atau triterpenoid
dilakukan dengan melarutkan sebanyak 0,5 ml sampel ke dalam
2 ml kloroform kemudian diberi 10 tetes anhidrida asetat dan 3
tetes asam sulfat pekat; dan perubahan warna diamati. Untuk
pengujian senyawa flavonoid, sebanyak 0,5 ml sampel diberi 0,1
mg serbuk magnesium; kemudian ditambahkan sebanyak 0,4 mL
amil alkohol dan 4 mL alkohol dan perubahan warna diamati.
Pengujian senyawa saponin dilakukan dengan
melarutkan sebanyak 0,5 g sampel dengan asam klorida 2N;
larutan sampel dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit;
dan diamati ada tidaknya busa. Pengujian senyawa phenol
hidrokuinon dilakukan dengan mengukur sampel sebanyak 0,5
ml diberi 2 tetes FeCl3 5% dan perubahan warna diamati.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
18
Pengujan senyawa tanin dilakukan dengan
menambahkan etanol ke dalam 2 ml sampel hingga sampel
terendam semuanya; kemudian sebanyak 1 ml larutan
dipindahkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes
larutan FeCl3 1%, dan hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau.
Berdasarkan hasil pengujian fitokimia terhadap sopi dan
moke, diketahui terdapat 3 senyawa penting yaitu alkaloid,
phenol hidrokuinon dan saponin. Skrining fitokimia dilakukan
untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam sopi dan moke. Senyawa alkaloid terdapat
pada kedua bahan yang diuji yaitu pada sopi memiliki kandungan
alkaloid positif dan moke terdeteksi memiliki kandungan alkaloid
positif lemah. Untuk senyawa phenol hidrokuinon, hanya
terdapat pada moke, sedangkan pada sopi tidak terdeteksi.
Demikian pula dengan senyawa saponin yang hanya terkandung
pada moke sedangkan sopi tidak ada. Secara lengkap hasil
penelitian fitokimia sopi dan moke dapat dilihat pada Tabel 1.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
19
Tabel 1. Hasil pengujian senyawa fitokimia pada Moke dan Sopi
No Jenis Pengujian Moke Sopi
1 Alkaloid + ++
2 Flavonoid - -
3 Phenol hidrokuinon ++ -
4 Steroid - -
5 Titerpenoid - -
6 Tanin - -
7 Saponin ++ -
Keterangan : (-) tidak terdeteksi, (+) positif lemah, (++) positif, (+++) positif kuat
(Sumber: Detha dan Datta, 2016).
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
20
Alkaloid
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Pada
tanaman, kandungan alkaloid berfungsi sebagai pertahanan diri
dan pencegahan infeksi. Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman
hasil metabolisme sekunder, yang terbentuk berdasarkan prinsip
pembentukan campuran (Jones dan Kinghorn 2006). Alkaloid
pada umumnya mempunyai keaktifan fisiologi yang menonjol,
sehingga oleh manusia alkaloid sering dimanfaatkan untuk
pengobatan. Kandungan alkaloid dalam sopi dan moke menjadi
salah satu sifat yang mendukung daya antimikrobial dari kedua
bahan.
Phenol Hidrokuinon
Keberadaan senyawa fenol hidrokuinon dapat menjadi
indikator adanya fungsi antimikroba dari moke karena fenol
hidrokuinon merupakan salah satu senyawa golongan fenol.
Fenol merupakan senyawa antimikroba dan banyak digunakan
dalam industri farmasi, seperti disinfektan, anestitika oral,
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
21
aspirin, dan pembasmi rumput liar. Bahkan fenol dijadikan
standar pembanding untuk menentukan aktivitas
sesuatu produk disinfektan.Menurut Pelczar et al. (1977),
mekanisme daya antimikrobial fenol yaitu dengan merusak
dinding sel sehingga mengakibatkan lisis atau menghambat
proses pembentukan dinding sel pada sel yang sedang tumbuh;
mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang
menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam sel; mendenaturasi
protein sel; dan merusak sistem metabolisme di dalam sel
dengan cara menghambat kerja enzim intraseluler. Selain itu,
menurut Leon et al. (2010), senyawa fenol dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma yang mengacu
pada sifat alamnya yang hidrofobik.
Saponin
Saponin telah diketahui sebagai antimikroba (Robinson,
1995). Senyawa saponin dapat bersifat antibakterial dengan
merusak membran sel. Mekanisme antimikrobial saponin terjadi
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
22
dengan cara menurunkan tegangan permukaan sehingga
mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar (Nuria et al.
2009). Menurut Cavalieri et al. (2005), saponin dapat berdifusi
melalui membran luar dan dinding sel dan mengganggu
kestabilan membran. Kondisi ini menyebabkan kerusakan
membran dan keluarnyaisi sel dan juga dapat mencegah
masuknya bahan-bahan penting ke dalam sel dan selanjutnya
dapat mengakibatkan kematian sel bakteri. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh kandungan saponin pada moke dapat
menjadi indikator penting terhadap daya antimikroba dari moke.
Jadi dapat disimpulkan bahwa senyawa fitokimia alkaloid yang
tekandung dalam sopi dan moke dan senyawa fenol hidrokuinon
dan saponin pada moke dapat menjadi indikator yang
mendukung adanya kemampuan antimikrobial dari kedua bahan
untuk dimanfaatkan sebagai desinfektan alternatif alami.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
23
BAB IV
PENELITIAN TERKAIT TELAH DILAKUKAN DALAM PENGUJIAN
DAYA ANTIMIKROBA DARI MINUMAN BERALKOHOL
A. Daya Hambat Antimikroba Moke
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Karel et al. (2015),
diketahui diameter daya hambat antimikroba yang paling baik
dari moke murni. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain; Kandungan alkohol
yang paling tinggi terdapat pada moke yang berasal dari
Maumere dengan skala sebesar 34% dengan nilai pH moke
adalah 4,13 yang bersifat asam; Efektivitas moke yang
ditambahkan dengan jeruk dan kapur yang lebih baik adalah
moke dengan jeruk yang bersifat asam dan sesuai dengan
karakteristik E.coli yang tidak tahan asam; Daya Hambat
antimikroba yang paling baik antara moke dengan penambahan
jeruk dan moke dengan kapur ialah moke dengan jeruk Hal ini
sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh E.coli yang bersifat
tidak tahan asam. Akan tetapi moke dengan penambahan jeruk
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
24
jika dibandingkan dengan antisep,maka daya hambat
antimikroba yang lebih baik adalah antisep.
B. Pengujian Daya Hambat Antimikroba Sopi Terhadap
Salmonella sp
Berdasarkan materi pengujian Winata et al. (2015),
diperoleh hasil penelitian yaitu sebagai berikut; Efektivitas daya
antimikroba yang ditunjukkan oleh minuman tradisitional
beralkohol sopi tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan
desinfektan komersial Formades. Namun efektivitas pada
perlakuan penambahan sopi dengan jeruk dan kapur lebih baik
jika dibandingkan dengan efektivitas daya antimikroba dari
Formades; Kandungan alkohol tertinggi minuman tradisional
beralkohol sopi yakni 46% yang berasal dari daerah Sikumana,
dengan nilai pH sopi murni sebesar 4,00. Sedangkan nilai pH
terendah dari sopi yang ditambahkan dengan jeruk sebesar 2,81
dan nilai pH tertinggi dari sopi yang ditambakan dengan kapur
sebesar 12,23 pada perbandingan yang sama (0,7 : 0,3); Bakteri
patogen yang terdapat pada kandang ayam broiler yakni bakteri
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
25
Salmonella sp; Daya antimikroba terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan penambahan sopi dengan jeruk dan kapur. Hal ini
disebabkan karena pH hidup dari bakteri patogen Salmonella sp
berkisar antara 4,4 sampai dengan 9,4. sedangkan pH terendah
penambahan jeruk pada sopi yakni 2,81 dan pH tertinggi
penambahan kapur pada sopi yakni 12,23. Maka semakin rendah
nilai pH, semakin efektif daya hambat terhadap bakteri patogen
Salmonella sp dan juga semakin tinggi nilai pH semakin efektif
juga daya hambat terhadap bakteri patogen Salmonella sp.
C. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap Bakteri Patogen
Salmonella Typhimurium dan Salmonella Enteritidis
Hasil pengukuran kadar alkohol sopi dengan alkohol
meter yang berasal dari Sikumana, adalah ±46%. Pengujian pH
sopi murni adalah 4,00. Menurut Myers et al. (2007) Alkohol
memiliki beragam fungsi, salah satunya bersifat sebagai
antibakteri. Bila jika kadar alkohol tinggi maka aktivitas
antibakteri juga tinggi. Hal ini disebabkan kemampuan alkohol
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
26
melisiskan fosfolipid pada membran bakteri sehingga dapat
membunuh bakteri.
Pengujian ini bertujuan untuk mengamati aktivitas
antimikroba Sopi terhadap bakteri Salmonella Typhimurium dan
Salmonella Enteritidis. Materi pengujian tahap ini terdiri atas
minuman beralkohol sopi, oksitetrasiklin, dan aquades.
Berdasarkan hasil aktivitas antimikroba Sopi terhadap bakteri
Salmonella Typhimurium dan Salmonella Enteritidis,
menunjukkan bahwa Sopi mampu menghambat pertumbuhan
mikroba uji tersebut. Hasil pengujian aktivitas antimikroba sopi
terhadap bakteri Salmonella Typhimurium dan Salmonella
Enteritidis
Terbentuknya diameter zona hambat hal ini
dikarenakan Sopi memiliki memiliki senyawa aktif yang bersifat
sebagai antimikroba. Sopi dikategorikan kuat dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella Typhimurium (11
mm) karena sesuai standar kategori daya hambat kuat yaitu >6
mm. Sopi juga dikategorikan kuat dalam menghambat
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
27
pertumbuhan bakteri Salmonella Enteriditis (6 mm) karena
sesuai standar kategori daya hambat kuat yaitu >6 mm. Respon
daya hambat pertumbuhan mikroba yang dihasilkan dipengaruhi
oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam Sopi (Tabel
2).
Penelitian yang dilakukan Vas et al. (2012) menemukan
bahwa minuman alkohol seperti anggur memiliki komponen
asam organik, etanol dan senyawa fenolik. Asam organik pada
minuman anggur menunjukkan efek inaktivasi kuat terhadap
bakteri Bacillus cereus. Apablia dikombinasikan dengan etanol,
terjadi efek sinergis diamati dalam membunuh bakteri.
Penelitian García-Ruiz et al. (2008) menyebutkan
bahwa kandungan fenolik memiliki kemampuan sebagai agen
antimikroba yang baru yang juga dapat diekstrak dari minuman
anggur. Penelitian yang juga dilakukan Carneiro et al. (2008)
yang menemukan bahwa anggur murni dapat secara cepat
menonaktifkan Campylobacter jejuni karena adanya fraksi
antimikroba yang diisolasi yaitu etanol dan asam organik
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
28
tertentu yang bekerja secara sinergi dalam mempengaruhi
kemampuan inaktivasi bakteri. Berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa Sopi dapat juga memiliki
kandungan antimikroba yang sama terdapat pada anggur
mengingat anggur dan Sopi memiliki kesamaan dalam proses
pembuatan yaitu melewati proses fermentasi.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
29
Tabel 2. Rata-rata zona hambat sopi terhadap bakteri uji dan kategori daya hambat
Bahan uji Diameter zona hambat (mm) Kategori daya hambat
S. Typhimurium S. Enteritidis S. Typhimurium S. Enteritidis
Sopi 11 6 Kuat Kuat
Oksitetrasiklin 11 10 Kuat Kuat
Aquades 0 0 - -
(Sumber: Detha dan Datta, 2015)
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
30
D. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap Bakteri Patogen
Staphylococcus aureus
Pengujian untuk mengamati daya hambat antimikroba
sopi terhadap bakteri yang telah diidentifikasi dan dibandingkan
dengan oksitetrasiklin. Materi pengujian tahap ini terdiri atas
minuman beralkohol sopi, oksitetrasiklin, dan aquades.
Berdasarkan hasil aktivitas antimikroba Sopi terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, menunjukkan bahwa Sopi mampu
menghambat pertumbuhan mikroba uji tersebut. Hasil pengujian
aktivitas antimikroba sopi terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
Terbentuknya diameter zona hambat hal ini dikarenakan
Sopi memiliki memiliki senyawa aktif yang bersifat sebagai
antimikroba. Sopi dikategorikan kuat dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (15,5 mm) karena
sesuai standar kategori daya hambat kuat yaitu >6 mm. Respon
daya hambat pertumbuhan mikroba yang dihasilkan dipengaruhi
oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam Sopi.
Penelitian yang dilakukan Vas et al. (2012) menemukan bahwa
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
31
minuman alkohol seperti anggur memiliki komponen asam
organik, etanol dan senyawa fenolik. Asam organik pada
minuman anggur menunjukkan efek inaktivasi kuat terhadap
bakteri Bacillus cereus. Apablia dikombinasikan dengan etanol,
terjadi efek sinergis diamati dalam membunuh bakteri.
Penelitian García-Ruiz et al. (2008) menyebutkan bahwa
kandungan fenolik memiliki kemampuan sebagai agen
antimikroba yang baru yang juga dapat diekstrak dari minuman
anggur. Penelitian yang juga dilakukan Carneiro et al. (2008)
yang menemukan bahwa anggur murni dapat secara cepat
menonaktifkan Campylobacter jejuni karena adanya fraksi
antimikroba yang diisolasi yaitu etanol dan asam organik
tertentu yang bekerja secara sinergi dalam mempengaruhi
kemampuan inaktivasi bakteri. Berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa Sopi dapat juga memiliki
kandungan antimikroba yang sama terdapat pada anggur
mengingat anggur dan Sopi memiliki kesamaan dalam proses
pembuatan yaitu melewati proses fermentasi.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
32
Tabel 3. Rata-rata diameter zona hambat sopi terhadap bakteri S. aureus dan kategori daya hambatntya
Bahan uji S. aureus
Diameter zona hambat (mm) Kategori daya hambat
Sopi 15.5 Kuat
Oksitetrasiklin 15 Kuat
Aquades 0 -
(Sumber: Datta dan Detha, 2015)
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
33
BAB V
POTENSI PEMANFAATAN SEBAGAI BAHAN DESINFEKTAN
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik
(bakterisid), terutama pada benda mati. Proses desinfeksi dapat
menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Desinfektan digunakan
secara luas untuk sanitasi baik di rumah tangga, laboratorium,
dan rumah sakit (Shaffer, 1965; Larson, 2013).
Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja
dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu
kamar, berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh
bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak toksik
pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat
biodegradable, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang
kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah
digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher and
Ulaeto, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
desinfektan yang digunakan untuk membunuh jasad renik
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
34
adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik, konsentrasi
zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan
sekitar (Pratiwi, 2008) sehingga merusak membran sel,
mendenaturasi protein, dan menghambat enzim. Pada kadar
optimal, senyawa ammonium kuartener menyebabkan sel
mengalami lisis sedangkan pada kadar yang lebih tinggi, terjadi
denaturasi protein enzim bakteri (Siswandono, 1995; Stevens,
2011).
Respon daya hambat pertumbuhan mikroba yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif yang
terdapat dalam Sopi. Penelitian yang dilakukan Vas et al. (2012)
menemukan bahwa minuman alkohol seperti anggur memiliki
komponen asam organik, etanol dan senyawa fenolik. Asam
organik pada minuman anggur menunjukkan efek inaktivasi kuat
terhadap bakteri Bacillus cereus. Apablia dikombinasikan dengan
etanol, terjadi efek sinergis diamati dalam membunuh bakteri.
Penelitian García-Ruiz et al. (2008) menyebutkan bahwa
kandungan fenolik memiliki kemampuan sebagai agen
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
35
antimikroba yang baru yang juga dapat diekstrak dari minuman
anggur. Penelitian yang juga dilakukan Carneiro et al. (2008)
yang menemukan bahwa anggur murni dapat secara cepat
menonaktifkan Campylobacter jejuni karena adanya fraksi
antimikroba yang diisolasi yaitu etanol dan asam organik
tertentu yang bekerja secara sinergi dalam mempengaruhi
kemampuan inaktivasi bakteri. Berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa Sopi dapat juga memiliki
kandungan antimikroba yang sama terdapat pada anggur
mengingat anggur dan Sopi memiliki kesamaan dalam proses
pembuatan yaitu melewati proses fermentasi.
Asam organik pada minuman anggur menunjukkan efek
inaktivasi kuat terhadap bakteri Bacillus cereus. Apablia
dikombinasikan dengan etanol, terjadi efek sinergis diamati
dalam membunuh bakteri. Kandungan fenolik memiliki
kemampuan sebagai agen antimikroba yang baru yang juga
dapat diekstrak dari minuman anggur. Penelitian yang juga
dilakukan Carneiro et al. (2008) yang menemukan bahwa anggur
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
36
murni dapat secara cepat menonaktifkan Campylobacter jejuni
karena adanya fraksi antimikroba yang diisolasi yaitu etanol dan
asam organik tertentu yang bekerja secara sinergi dalam
mempengaruhi kemampuan inaktivasi bakteri. Berdasarkan
hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Sopi
dapat juga memiliki kandungan antimikroba yang sama terdapat
pada anggur mengingat anggur dan Sopi memiliki kesamaan
dalam proses pembuatan yaitu melewati proses fermentasi.
Daya antimikroba Sopi terhadap E. coli, dapat dikaitkan
dengan aksi kandungan alkohol yaitu 39% yang mampu
mendenaturasi protein dan lisis sel membran bakteri. Demikian
pula dengan daya antimikroba Moke terhadap Salmonella sp
dapat dihubungkan dengan kadar alcohol yang dimiliki Moke
sebesar 33%. Senyawa alkohol memiliki efek bakterisida (Ali et
al. 2001) bukan bakteriostatik terhadap bakteri dalam bentuk
vegetatif sehingga Etil Alkohol juga sering digunakan dalam
penyusunan beberapa senyawa disinfektan. Efek bakterisida
alkohol akibat kemampuannya mendenaturasi protein sel
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
37
bakteri, alkohol merusak permiabilitas dinding sel bakteri,
bahkan alkohol 85% lebih mudah menembus ke dalam bakteri,
dan alkohol juga merusak sistem enzim mikroba terutama
dehidrogenase dan oksidase, menghambat metabolisme normal,
serta menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri (Rutala
et al. 2008).
Kemampuan antimikroba Sopi dan Moke juga erat
kaitannya dengan senyawa fenolik yang terkandung di dalamnya
yang seirama dengan penelitian Penelitian García-Ruiz et al.
(2008) yang menyebutkan bahwa kandungan fenolik memiliki
kemampuan sebagai agen antimikroba yang baru yang juga
dapat diekstrak dari minuman anggur. Senyawa fenolik,
merupakan senyawa yang memberikan peranan yang besar
dalam aktivitas antibakteri (Zuraida et al. 2011). Senyawa fenolik
yang salah satu kelompok yang paling beragam metabolit
sekunder yang ditemukan pada tanaman seperti buah-buahan,
sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, batang dan teh, anggur,
dan madu (Ross dan Kasum 2002). Senyawa fenolik mengandung
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
38
komponen antibakteri utama dan memiliki potensi besar untuk
digunakan sebagai alami antimikroba dan pengawet makanan
(Cetin-Karaca 2011).
Kemampuan antimikroba senyawa fenolik terkait dengan
kemampuan inaktivasi enzim seluler, yang menyebabkan
perubahan permeabilitas membran (Moreno et al. 2006).
Peningkatan permeabilitas membran menjadi factor utama
dalam mekanisme aksi antimikroba, dimana senyawa fenolik
dapat mengganggu membran dan menyebabkan hilangnya
integritas selular dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Blaut
dan Clavel 2007). Secara umum, aktivitas antimikroba fenolik
bervariasi terhadap setiap bakteri yang dihubungkan dengan
struktur permukaan sel Gram-negatif dan Gram-positif. Bakteri
Gram positif diketahui lebih rentan terhadap aksi asam fenolik
daripada bakteri Gram negatif (Cueva et al. 2010).
Sopi dan Moke memiliki nilai pH yang cenderung asam
yaitu berkisar 4.0 hingga 4.3. Nilai pH yang cenderung asam
menjadi media yang kurang baik untuk pertumbuhan bakteri
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
39
sehingga Sopi dan Moke mampu memberikan suasana asam
pada sebuah media sehingga makin meningkatkan aktivitas
antimikroba Sopi dan Moke (Klein et al. 2006). Kandungan
alcohol, senyawa fenolik dan nilai pH yang cenderung rendah
menimbulkan efek sinergis dalam aktivitas antimikroba Sopi dan
Moke.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
40
BAB VI JENIS-JENIS DISINFEKTAN DAN ANTISEPTIK
Tanpa disadari disinfektan dan antiseptik sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehara-hari. Hampir semua tempat
membutuhkan disinfektan sebagai bahan yang membantu
menciptakan keadaan aseptis. Disinfektan dan antiseptik banyak
digunakan di setiap tempat yang membutuhkan kondisi higienis
seperti rumah sakit, peternakan, laboratorium, rumah dan
tempat lainnya. Dengan kata lain, disinfektan merupakan bagian
penting dari praktik pengendalian infeksi dan bantuan dalam
pencegahan infeksi nosokomial. Kebutuhan terhadap disinfektan
juga muncul atas adanya bahaya potensi kontaminasi mikroba
dan risiko infeksi pada di semua tempat yang bersentuhan
dengan manusia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
penggunaan desinfektan oleh masyarakat umum.
Berbagai jenis bahan kimia aktif banyak yang telah
digunakan sebagai desinfeksi. Secara umum, semua bahan kimia
yang bersifat “biosidal” yang memiliki spektrum aktivitas yang
lebih luas daripada antibiotik, berpotensi digunakan sebagai
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
41
disinfectan. Penting untuk dicatat bahwa banyak biosidal ini
dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi. Oleh karena itu
banyak produk disinfektan yang dijual di pasaran dapat terdiri
dari satu jenis disinfektan ataupun gabungan dari dua aksi
disinfectan yang makin meningkatkan sifat biosidal dari satu
jenis disinfektan. Hal inilah yang menyebabkan setiap produk
disinfektan atau antiseptik memiliki dalam berbagai produk yang
sangat bervariasi dalam aktivitas melawan mikroorganisme.
Berdasarkan daya kerja, aktivitas antimikroba dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti efek formulasi disinfektan dan
antiseptik, sinergi kerja dengan bahan lainnya yang ada dalam
disinfektan, suhu, dan pengenceran.
Secara definisi, desinfektan dan antiseptik berupa bahan
kimia, biasanya spektrum luas, yang menginaktivasi
mikroorganisme, baik bersifat membunuh/menghancurkan
ataupun menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
benda mati atau permukaan. Namun secara khusus dalam
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
42
membunuh spora, ada beberapa jenis desinfektan dapat saja
bersifat sporostatik tapi belum tentu juga bersifat sporisidal.
Berdasarkan jenisnya, terdapat banyak jenis dari
disinfektan antara lain golongan Alkohol, Aldehid
(Glutaraldehyde, Formaldehide), Anilides (Biguanides
Chlorhexidine, Alexidine, Polymeric biguanides), Diamidines,
Halogen-Releasing Agents (Chlorine-releasing agents), Iodine
and iodophors, Silver Compounds ( Silver nitrate, Silver
sulfadiazine), Peroxygens (Hydrogen peroxide, Peracetic acid),
Phenols, Bis-Phenols (Triclosan, Hexachlorophene), Halophenols,
dan Quaternary Ammonium Compounds.
Alkohol
Beberapa alkohol terbukti efektif antimikroba seperti etil
alkohol (etanol, alkohol), isopropil alcohol (isopropanol, propan-
2-ol) dan n-propanol. Bahan antimikroba ini adalah yang paling
banyak digunakan. Alkohol secara cepat mampu menunjukkan
aktivitas antimikroba spektrum luas terhadap bakteri bakteria
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
43
(termasuk mycobacteria), virus, dan jamur tapi tidakbersifat
sporisidal. Alkohol telah diketahui menghambat sporulasi dan
perkecambahan spora namun efek ini bersifat reversibel. Karena
kurangnya aktivitas sporisida, alkohol tidak direkomendasikan
untuk sterilisasi namun banyak digunakan untuk desinfeksi
permukaan keras dan antisepsis pada permukaan kulit.
Alkohol dalam konsentrasi yang rendah dapat digunakan sebagai
pengawet. Banyak produk alkohol. Secara umum, alkohol jenis
isopropil dianggap sedikit lebih kuat dalam melawan bakteri,
sedangkan alcohol jenis etil alkohol lebih kuat melawan virus.
Namun tentu saja ini tergantung pada konsentrasi agen aktif dan
uji mikroorganisme. Alkohol jenis isopropil alkohol memiliki
kemampuan melisiskan lemak atau lipofilik lebih besar dari etil
alkohol.
Umumnya, aktivitas antimikroba dari alkohol secara
signifikan lebih rendah pada konsentrasi di bawah 50% dan
optimal di kisaran 60% sampai dengan konsentrasi 90%.
Mekanisme daya hambat antimikroba dari alkohol umumnya
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
44
diyakini menyebabkan kerusakan membran dan mempercepat
denaturasi protein, dan gangguan metabolisme dan melisiskan
sel.
Aldehide
Golongan Aldehide terbagi atas 2 bagia yaitu
Glutaradehide dan Formaldehide. Glutaraldehida adalah
dialdehida penting yang telah diketahui manfaatnya sebagai
desinfektan dan mampu mensterilkan peralatan bedah dan
sebagai bersifat sebagai fiksatif dalam elektroskopi.
Glutaraldehida memiliki spektrum aktivitas yang luas melawan
bakteri dan spora, jamur, dan virus. Formaldehida
(methanal,CH2O) adalah monoaldehida berupa gas yang mudah
larut dalam air. Penggunaan klinisnya umumnya sebagai
disinfektan dan mensterilisasi bahan dalam cairan atau dalam
kombinasi dengan uap pada suhu rendah.
Secara susunan kimian, formaldehyde memiliki sifat
sebagai bakterisida, sporicidal, dan virucidal, tapi berhasil lebih
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
45
lambat dari glutaraldehida. Formaldehida adalah bahan kimia
yang sangat reaktif ketika berinteraksi dengan protein, DNA, dan
RNA secara in vitro. Formaldehide juga telah lama dianggap
mampu membunuh spora atau sporisidal. Hal ini dimungkinkan
terutama karena kemampuannya untuk menembus ke dalam
spora bakteri spora. Interaksi dengan protein berasal dari
kombinasi dengan amida primer dan juga dengan amino
kelompok.
Informasi penting lainnya bahwa formaldehida bertindak
sebagai mutagenik agen bila bereaksi dengan sulfhidril, dan
gugus hidroksil. Formaldehida juga bereaksi secara ekstensif
dengan asam nukleat atau DNA dari bakteriofag. Konsentrasi
formaldehida rendah bersifat sporostatik dan menghambat
perkecambahan. O-Phthalaldehyde (OPA) adalah sejenis
desinfektan baru diklaim memiliki aktivitas bakterisida dan spora
yang potensial telah diusulkan sebagai pengganti glutaraldehida.
OPA adalah senyawa aromatik dengan dua kelompok aldehida.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
46
Sampai saat ini, mekanisme aktivitas antimikroba sedikit
dipelajari, serupa dengan glutaraldehide.
Anilides
Anilides secara umum memiliki sub golongan yaiti
Biguanides Chlorhexidine, Alexidine, Polymeric biguanides.
Anilida telah diteliti terutama untuk digunakan sebagai
antiseptik, tapi jarang digunakan di klinik. Triclocarban (TCC)
adalah yang paling luas dipelajari dan digunakan terutama pada
sabun konsumen dan deodoran. Perlu diketahui TCC sangat aktif
melawan bakteri gram positif tapi secara signifikan kurang aktif
melawan bakteri gram negatif dan jamur. Anilides dianggap
mampu menyerap dan menghancurkan karakter semipermeabel
membran sitoplasma, menyebabkan kematian pada sel.
Biguanides Chlorhexidine mungkin yang paling banyak
digunakan sebagai biosidal dalam produk-produk antiseptik,
khususnya pada produk cuci tangan tetapi juga sebagai
desinfektan dan bahan pengawetan pada pangan aatau
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
47
preservative. Hal ini terutama disebabkan oleh sifatnya yang
spektrum luas, substantif untuk kulit, dan iritasi rendah.
Biguanides Chlorhexidine sekalipun memiliki keunggulan
Chlorhexidine, namun aktivitasnya adalah tergantung pH.
Diamidines
Diamidines dicirikan secara kimia terdiri dari dua
senyawa, propamidin (4,4-diaminodiphenoksipropana) dan
dibromopropamidin yang telah digunakan sebagai agen
antibakteri. Karena siifat antibakterinya, diamidin digunakan
untuk pengobatan topikal luka. Mekanisme tindakan diamidin
yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi diamidin telah terbukti
menghambat penyerapan oksigen dan menginduksi kehilangan
asam amino, tentu hal ini seperti yang diharapkan untuk sebuah
biosidal. Kerusakan permukaan sel dari P. aeruginosa dan
Enterobacter cloacae telah telah dijelaskan dapat dilakukan oleh
diamidin.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
48
Halogen-Releasing Agents (Chlorine-releasing agents)
Senyawa berbasis klorin dan iodin adalah yang paling
signifikan digunakan di klinik dan telah digunakan secara
tradisional untuk tujuan antiseptik dan disinfektan. Jenis penting
Chlorine-releasing agents adalah sodium hipoklorit, klorin
dioksida, dan natrium dichloroisocyanurate (NaDCC), dengan
chloramine-T yang digunakan sampai batas tertentu. Solusi
natrium hipoklorit banyak digunakan untuk desinfeksi
permukaan keras (pemutih rumah tangga) dan bisa
digunakan untuk desinfektan tumpahan darah yang
mengandung HIV virus atau HBV. Iodium dan iodofen, kurang
reaktif dibanding klorin, namun iodium sangat cepat dalam
mekanisme bakterisida, fungisida, tuberkulosis, virusidal, dan
sporisidal.
Iodine and iodophors
Iodine dalam bentuk cair atau larutan yodium telah
digunakan selama 150 tahun sebagai antiseptik, dan
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
49
dihubungkan dengan iritasi. Selain itu, larutan iodine umumnya
tidak stabil, tapi sangat mampu dalam khasiatnya sebagai
antimikroba. Oleh karena itu, saat ini dikembangkanlah iodofor
yang paling banyak digunakan, seperti povidone-iodine dan
poloxamer-iodine.
Meski aktivitas kuman tetap terjaga, iodofor dianggap
kurang aktif terhadap jamur tertentu dan spora daripada iodium.
Mirip dengan klorin, tindakan antimikroba yodium adalah cepat,
bahkan pada konsentrasi rendah, tapi mode tindakan yang tepat
tidak diketahui. Iodium dengan cepat menembus ke dalam
mikroorganisme dan menyerang kelompok protein utama,
nukleotida dan asam lemak, dan tentu saja berujung pada
kematian sel. Sama halnya dengan bakteri, kemungkinan itu
yodium menyerang protein permukaan dari virus yang
terselubung.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
50
Silver Compounds (Silver nitrate, Silver sulfadiazine)
Dalam satu bentuk atau lainnya, Silver Compounds sudah
lama digunakan sebagai agen antimikroba. Silver Compounds
terpenting yang saat ini digunakan adalah Silver sulfadiazine
(AgSD), meskipun silver metal, silver acetate, silver nitrate, dan
silver protein, yang semuanya memiliki sifat antimikroba. Dalam
beberapa tahun terakhir, Silver Compounds telah digunakan
untuk mencegah infeksi luka bakar dan beberapa infeksi mata
dan untuk menghancurkan kutil.
Fenol
Agen antimikroba tipe fenolik sudah lama digunakan
sifat antiseptik dan disinfektan. Bahkan sudah diketahui selama
bertahun-tahun bahwa, walaupun fenol sering disebut sebagai
"racun protoplasma umum," namun fenol memiliki kandungan
yang juga berkontribusi terhadap keseluruhan aktivitasnya.
Fenol menginduksi kebocoran konstituen intraselular yang
bersifat progresif.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
51
Quaternary Ammonium Compounds.
Quaternary Ammonium Compounds memiliki dua
struktur molekul, satu hidrokarbon, pengikat air (hydrophobia)
dan yang lainnya bersifta menarik air (hidrofilik atau polar).
Quaternary Ammonium Compounds diklasifikasikan ke dalam
kationik, anionik, nonionik, dan ampholitik (amfotografer).
Secara umum Quaternary Ammonium Compounds adalah
antiseptik dan desinfektan yang paling berguna. Quaternary
Ammonium Compounds seringkali dikenal sebagai deterjen
kationik. Quaternary Ammonium Compounds juga telah
digunakan untuk berbagai tujuan klinis seperti desinfeksi pra
operasi, aplikasi pada selaput lendir, dan disinfeksi permukaan.
Selain memiliki antimikroba, Quaternary Ammonium
Compounds juga sangat baik untuk permukaan keras untuk
pembersihan dan deodorisasi.
Telah diketahui selama bertahun-tahun bahwa
Quaternary Ammonium Compounds aktif pada membran yaitu,
pada membran sitoplasma pada bakteri atau membran plasma
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
52
pada jamur. Beberapa mekanisme antimikroba dari Quaternary
Ammonium Compounds yaitu adsorpsi dan penetrasi agen ke
dinding sel, reaksi dengan membran sitoplasma (lipid atau
protein) diikuti oleh disorganisasi membrane, kebocoran
molekul intraselular, degradasi protein dan asam nukleat, dan
melisiskan dinding sel disebabkan oleh enzim autolitik.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
53
Daftar Pustaka
Adedayo Majekodunmi Rachael and Ajiboye Adeyinka Elizabeth.
2011. Antimicrobial property of palm wine. International
Research Journal of Microbiology Vol. 2(8): 265-269.
Adila R, Nurmiati, Agustien A. 2013. Uji Antimikroba Curcuma
spp. Terhadap Pertumbuhan Candida albicans,
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Biologi
Universitas Andalas 2(1) : 1-7.
Aibinu I, Adenipekun T, Adelowotan T, Ogunsanya T, Odugbemi
T. 2007. Evaluation of the antimicrobial property of
different parts of Citrus aurantifolia (Lime fruit) as used
locally. African Journal of Traditional Complementary and
Alternative Medicine. Afri. Ethno med. Network. 4 (2): 185-
190.
Ali Y, Dolan MJ, Fendler EJ, Larson EL. Alcohols. In: Block SS, ed.
Disinfection, sterilization, and preservation. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2001:229-54.
Aura, A.-M. 2008. Microbial metabolism of dietary phenolic
compounds. Phytochem. Rev. 7: 407-429.
Blaut, M., Clavel, T. 2007. Metabolic diversity of the intestinal
microbiota: implications for health and disease. J. Nutr.
137: 751-755.
Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2001. Medical Microbiology.
22nd ed. USA: Appleton & Lange. p. 219, 225 – 227.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
54
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2009. Pengujian Etanol. SNI
3565:2009
Carneiro, A. Couto, J.A., Mena, C.dan Queiroz, J. 2008, Activity of
wine against Campylobacter jejuni. Food Control :19: 800-
805.
Clifford, M.N. 2004. Diet-derived phenols in plasma and tissues
and their implication for health. Planta. Med. 70: 1103-
1114.
Cueva C., Victoria Moreno-Arribas M., Martin-Alvarez P., Bills G.,
Francisca Vicente M., Basilio A., Lopez Rivas C., Requena T.,
Rodriguez J., Bartolome B. 2010. Antimicrobial activity of
phenolic acids against commensal, probiotic and
pathogenic bacteria. Research in Microbiology 161(5):372-
382.
Datta FU, Detha A. 2016. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap
Bakteri Patogen Staphylococcus aureus. Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Kedokteran Hewan Ke-3, hal 68-72
Detha A, Datta FU. 2015. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap
Bakteri Patogen Salmonella typhimurium dan Salmonella
enteritidis. Jurnal Kajian Veteriner 3: 56-61Detha A, Datta
FU. 2016. Antimicrobial Activity of Traditional Wine (Sopi
and Moke) against Salmonella sp and E. coli. Journal of
Advanced Veterinary and Animal Research 3(3): 282-285.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
55
Detha A, Datta FU. 2016. Skrining Fitokimia Minuman Tradisional
Moke dan Sopi sebagai Kandidat Antimikroba. Jurnal Kajian
Veteriner 4(1): 12-1
Dominggus Elcid Li, Rudi Rohi, , Rm. Leo Mali, Ermi Ndoen,
Matheos Mesakh, John Petrus Talan. 2013. Industrialisasi
Sopi di NTT Yang Berkelanjutan (Towards the sustainability
of NTT Sopi. Research and analysis from the Institute of
Resource Governance and Social Change (IRGSC)
www.irgsc.org
Elijah AI, Ojimelukwe PC, Ekong US, Asamudo NU (2010). Effect
of Sacoglottis gabonensis and Alstonia boonei on the
kinetics Saccharomyces cerevisiae isolated from palmwine.
Afri. J. of Biotechnol. 9(35): 5730-5734.
Fox, James J., 1977, Harvest of The Palm: Ecological Change in
Eastern Indonesia, Harvard University Press,
Massachusetts
Gao, K., Xu, A., Krul, C., Venema, K., Liu, Y., Niu, Y.T., Lu, J.X.,
Bensoussan, L., Seeram, N.P., Heber, D., Henning, S.M.
2006. Of the major phenolic acids formed during human
microbial fermentation of tea, citrus, and soy flavonoid
supplements, only 3,4-dihydroxyphenylacetic acid has
antiproliferative activity. J. Nutr. 136: 52-57.
García-Ruiz A, Bartolome B, Martínez-Rodríguez AJ, Pueyo E,
Martín-Álvarez PJ, Moreno-Arribas MV. 2008. Review
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
56
Potential of phenolic compounds for controlling lactic acid
bacteria growth in wine. Food Control Volume 19(9): 835-
841
Gislene GF, Nascimento JL, Paulo CF, Giuliana LS (2000).
Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phyto-chemicals
on Antibiotic resistant Bacteria. Brazilian J. Microbiol.
(2000) 31: 247-256.
Harding C, Maidment C. 1996. An investigation into the anti-
bacterial effects of wine and other beverages. J Biol Educ
30:237-239.
Hayriye Cetin-Karaca. 2011. Evaluation Of Natural Antimicrobial
Phenolic Compounds Against Foodborne. Thesis University
of Kentucky. USA
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana
Wana Jaya, Jakarta. Hal. 373-376.
Jawetz, M. and Adelberg's. 2001,Medical Microbiology,
McGraw-Hill Companies Inc, Twenty Second Edition, pp.
235-237.
Jenner, A.M., Rafter, J., Halliwell, B. 2005. Human fecal water
content of phenolics: the extent of colonic exposure to
aromatic compounds more options. Free Radic. Biol. Med.
38: 763-772.
Klein, D.W., Lansing, M.and Harley, J. 2006, Microbiology (6th
ed.). New York: McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-255678-0.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
57
Moreno S., Scheyer T., Romano C., Vojnov A. 2006. Antioxidant
and antimicrobial activities of rosemary extracts linked to
their polyphenol composition. Free Radic. Res. 40(2):223-
231.
Moretro T, Daeschel MA. 2004. Wine is bactericidal to
foodborne pathogens. J Food Sci 69:251–257.
Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller MA (2009). Medical
Microbiology (6th ed.). Philadelphia, PA: Mosby Elsevier.
p. 307.
Myers, Richard L.; Myers, Rusty L. (2007). The 100 most
important chemical compounds: a reference guide.
Westport, Conn.: Greenwood Press. p. 122. ISBN
0313337586.
Naiola, E. 2008, Mikrobia Amilolitik pada Nira dan Laru dari
Pulau Timor, Nusa. Biodiversitas 9(3): 165-168.
National Committees for Clinical Laboratory Standard. 2002,
Performance Standardsfor Antimicrobial Disk Susceptibility
Tests. Pennsylvania (US): NCCLS.
Odunayo R Akinsulire, Ibukun E Aibinu, Tayo Adenipekun, Toyin
Adelowota, Tolu Odugbemi (2007). In vitro antimicrobial
activity of crude extract from plants Bryophyllum pinnatum
and Kalanchoe crenata. Afri. J. Trad. Complementary and
Alternative Medicine. African Ethno medicines Network. 4
(3): 338-344.
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
58
Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., and Zhao, Z. 2009. The acid,
Bile Tolerance and Antimicrobial property of Lactobacillus
acidophilus. J. Food Control 20: 598-602
Quinn, P.J., Markey, B.K., Carter, M.E., Donnelly, W.J. and
Leonard, F.C. 2002, Veterinary Microbiology and Microbial
Disease, Blackwell Science, USA.
Rachael, A.M. and Elizabeth, A.A. 2011, Antimicrobial property of
palm wine. International Research Jf Microb Vol. 2(8): 265-
269.
Rechner, A.R., Kroner, C. 2005. Anthocyanins and colonic
metabolites of dietary polyphenols inhibit platelet
function. Thromb. Res. 116: 327-334.
Ross J., Kasum C. 2002. Dietary Flavonoids: Bioavailability,
Metabolic Effects, and Safety. Annual Review of Nutrition
22(1):19-34.
Santos, Renato L.; Shuping Zhang; Renee M. Tsolis; Robert A.
Kingsley; L. Gary Adams; Adreas J. Baumler (2001). "Animal
models od Salmonella infections: enteritis versus typhoid
fever". Microbes and Infection 3: 1335–1344
Sidiyasa K. 1998,Taxonomy, Phylogeny, And Wood Anatomy Of
Alstonia (Apocynaceae). 230 pp. Blumea, Suppl. 11. ISBN
90-71236-35-8.
Sugita, Konishi Y,Hara-Kudo Y, Iwamoto T, Kondo K. 2001. Wine
has activity against enteropathogenic bacteria in vitro but
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
59
not in vivo. Bioscience Biotechnology and Biochemistry 65:
954-957.
Tzounis, X., Vulevic, J., Kuhnle, G.G.C., George, T., Leonczak, J.,
Gibson, G. R., Kwik- Uribe, C., Spencer, J.P.E. 2008.
Flavonol monomer-induced changes to the human fecal
microflora. Br. J. Nutr. 99: 782-792.
Vas M, Hogg T, Couto JA. 2012. The antimicrobial effect of wine
on Bacillus cereus in simulated gastro-intestinal conditions.
Food Control Volume 28(2): 230-236
Vaz MS. 2010. The antimicrobial effect of red wine on bacillus
cereus in simulated gastrointestinal conditions. Thesis
from Biotecnologia of the Universidade Católica
Portuguesa.
Waite, J.G. and Daeschel, M.A. 2007,Contribution of wine
components to inactivation of food-borne pathogens. J
Food Sci.72(7): 286-291.
Weisse, M.E., Eberly, B. and Person, D.A. 1995, Wine as a
digestive aid: comparative antimicrobial effects of bismuth
salicylate and red and white wines. Br Med J 311:1657-
1660
William A. Rutala, David J. Weber. 2008. Guideline for
Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities.
Healthcare Infection Control Practices Advisory
Disinfektan Alternatif dari Bahan Alami
60
Committee, Division of Infectious Diseases, University of
North Carolina Health Care System, North Carolina. USA
Zuraida, I., Sukarno, dan Budijanto, S. 2011. Antibacterial Activity
of Coconut Shell Liquid Smoke (CS-LS) and its Application
on Fish Ball Preservation. International Food Research
Journal. 18: 405-410.
McDonnel G, Russell D. 1999. Antiseptics and Disinfectants:
Activity, Action, and Resistance. Clinical Microbiology
Reviews 12 (1): 147-179.