Disinfektan dan antiseptik

19
PERCOBAAN 13 DISINFEKTAN DAN ANTISEPTIK BAGIAN A : EVALUASI EFEKTIVITAS ALKOHOL SEBAGAI ANTISEPTIK I. TUJUAN 1. Mengetahui peran alkohol sebagai antiseptik. 2. Mengatahui kefektifan alkohol dalam mematikan bakteri. II. PRINSIP Alkohol 70% biasa digunakan untuk disinfektan kulit. Pada percobaan ini akan diketahui keefektifan alkohol sebagai antiseptik dengan membandingkan biakan bakteri pada tangan yang di swab dengan alkohol maupun yang tidak. III. TEORI DASAR Antiseptik dan disinfektan adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah kontaminan dan infeksi. Saat ini telah banyak jenis disinfektan dan antiseptik yang telah diperjualbelikan dengan bebas. Antiseptik dan disinfektan merupakan metode kimia untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme. Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bentuk vegetatif mikroba sedangkan disinfektan adalah senyawa kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bentuk vegetatif mikroba pada material tidak hidup. Antiseptik adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau merusaknya. Sedangkan disinfektan pada dasarnya sama, namun istilah ini disediakan untuk digunakan pada benda- benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba da nada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial adalah antiseptik yang hanya dapat dipakai melawan bakteri. Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan

description

Prak Mikling

Transcript of Disinfektan dan antiseptik

Page 1: Disinfektan dan antiseptik

PERCOBAAN 13

DISINFEKTAN DAN ANTISEPTIK

BAGIAN A : EVALUASI EFEKTIVITAS ALKOHOL SEBAGAI ANTISEPTIK

I. TUJUAN

1. Mengetahui peran alkohol sebagai antiseptik.

2. Mengatahui kefektifan alkohol dalam mematikan bakteri.

II. PRINSIP

Alkohol 70% biasa digunakan untuk disinfektan kulit. Pada percobaan ini akan diketahui

keefektifan alkohol sebagai antiseptik dengan membandingkan biakan bakteri pada tangan

yang di swab dengan alkohol maupun yang tidak.

III. TEORI DASAR

Antiseptik dan disinfektan adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah

kontaminan dan infeksi. Saat ini telah banyak jenis disinfektan dan antiseptik yang telah

diperjualbelikan dengan bebas. Antiseptik dan disinfektan merupakan metode kimia untuk

mengontrol pertumbuhan mikroorganisme. Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan

pada jaringan hidup yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bentuk vegetatif

mikroba sedangkan disinfektan adalah senyawa kimia yang membunuh atau menghambat

pertumbuhan bentuk vegetatif mikroba pada material tidak hidup.

Antiseptik adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk

mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk

mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau merusaknya. Sedangkan

disinfektan pada dasarnya sama, namun istilah ini disediakan untuk digunakan pada benda-

benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba da

nada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial

adalah antiseptik yang hanya dapat dipakai melawan bakteri.

Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara

menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus

dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum

digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan

Page 2: Disinfektan dan antiseptik

dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena

menimbulkan rasa terbakar.

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa

faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi mempengaruhi adsorpsi atau

penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat

fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika

konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan

mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis (pembuatan)

makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama

paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptik).

Efisiensi semua desinfektan dan antiseptic dipengaruhi oleh beberapa factor yang

bervariasi seperti :

a. Konsentrasi

b. Lama pajanan/paparan

c. Tipe atau jenis mikroba

d. Kondisi lingkungan : PH, temperature, habitat

Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-

70%), dan isopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol)

tidak boleh digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan

gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

1. Cawan petri

2. Swab

1. Agar nutrisi

2. Alkohol 70%

Page 3: Disinfektan dan antiseptik

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 13A.1 Hasil Pengamatan Percobaan 13A

No Gambar Hasil Pengamatan

1.

Gambar 13A1.1 Kondisi awal cawan petri

setelah dilakukan percobaan

Tanggal Pengamatan:

5 Maret 2015

Keterangan :

Belum adanya perubahan yang

terlihat pada cawan petri setelah

diinokulasikan.

Gambar 12.1.2 Kondisi cawan petri setelah

diinkubasi selama 1 hari pada suhu 37oC

Tanggal Pengamatan :

6 Maret 2015

Keterangan :

Pada cawan petri terlihat adanya

sedikit pertumbuhan bakteri

ditandai dengan adanya bintik

kecil berwarna putih di bagian C

(tangan kanan belum dicuci)

dan beberapa bintik kecil putih

di bagian A (tangan kiri belum

dicuci)

VI. ANALISIS

Tahapan untuk melakukan percobaan ini cukup sederhana. Alat dan bahan yang

diperlukan hanyalah cawan petri berisi agar nutrisi sebagai media bakteri untuk dapat

tumbuh, dan swab steril berfungsi untuk mengoleskan alkohol pada jari tangan serta

alkohol 70% sebagai antiseptik. Percobaan ini diawali dengan membagi cawan petri

menjadi 4 region dan beri label nama A B C D. Lalu, menempelkan jempol kiri yang

Page 4: Disinfektan dan antiseptik

belum dicuci pada region A, lalu langsung menempelkan jari tersebut setelah

ditempelkan pada region A pada region B. Untuk region C ercobaan dilakukan dengan

menggunakan jempol tangan kanan. Setelah itu, dimulai dengan menempelkan jari

tangan kanan pada region C, sebelum menempelkan jari tangan kanan pada region D,

swab terlebih dahulu dengan alkohol 70% lalu biarkan alkohol tersebut kering. Setelah

kering lalu tempelkan pada region terakhir, yaitu region D. Bakteri akan mengalami

pertumbuhan setelah diinkubasi 1 hari pada suhu 37oC.

Setelah diinkubasi selama 1 hari, tampak pada cawan petri bakteri yang tumbuh di

region A (jempol kiri belum dicuci) dan region C (jempol kanan belum dicuci).

Perumbuhan bakteri di region A lebih banyak namun berukuran lebih kecil daripada di

region C. Pada region C hanya tumbuh 1 bakteri berwarna putih dengan ukuran yang

lebih besar daripada bakteri di region A. Hal ini dapat dikarenakan tangan kiri lebih

banyak melakukan hal – hal yang kotor dibandingkan dengan tangan kanan.

Sedangkan pada region B dan D tidak ada pertumbuhan bakteri sama sekali. Pada

region B hal ini disebabkan karena bakteri yang terdapat pada jempol tangan kiri sudah

tereduksi karena menempel pada cawan petri region A, sehingga saat jari ditempelkan

pada region B hanya ada sedikit bakteri yang masih menempel atau bahkan sudah tidak

ada. Kemungkinan lainnya adalah jempol kiri sebelumnya tidak terlalu banyak

menyentuh benda sehingga bakteri yang menempel pada jempol kiri sangatlah sedikit.

Tidak adanya bakteri yang tumbuh pada region D menunjukkan kerja dari alkohol 70%

yang dioleskan sebelum ditempelkan pada region D. Alkohol bersifat antiseptik yang

dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup.

Alkohol 70% ternyata efektif dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan

bakteri pada percobaan ini. Keefektifan alkohol 70% dapat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu

konsentrasi dan lama nya memberi paparan pada jempol bagian kanan. Berdasarkan hasil

percobaan tidak adanya bakteri yang tumbuh pada region D (jempol kanan setelah diberi

alkohol) menandakan konsentrasi alkohol 70% sudah cukup tinggi untuk dapat

membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu, keefektifan alkohol

disebabkaan saat mengolesi alkohol pada jempol kanan dengan swab dilakukan secara

merata dan dalam waktu yang lama. Sehingga komponen aseptik sudah berpenetrasi

secara sempurna pada jempol kanan dan tidak menghasilkan perumbuhan bakteri pada

refion D.

Page 5: Disinfektan dan antiseptik

VII. KESIMPULAN

1. Alkohol berperan sebagai antiseptik karena terbukti membunuh atau menghambat

pertumbuhan bakteri pada region D,

2. Keefektifan alkohol dipengaruhi oleh dua hal pada percobaan ini, yaitu konsentrasi

dan lamanya paparan terhadap jempol tangan kanan. Konsentrasi alkohol 70% sudah

cukup ampuh dalam menghambat bakteri, lamanya pengolesan alkohol dilakukan

dapat berpengaruh pada komponen antiseptik pada alkohol untuk berpenetrasi.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit

Universitas Indonesia : Jakarta.

T. Madigan, Michael. 2009. Brock Biology of Microorganisms: Twelfth Edition. United

States: Pearson Benjamin Cummings

(Halaman: 789-790)

BAGIAN B. EVALUASI ANTISEPTIK DENGAN METODE KEPINGAN KERTAS

I. TUJUAN

1. Mengetahui efektivitas suatu antiseptik

2. Mengetahui daya disinfeksi suatu antiseptik dan membandingkannya.

II. PRINSIP

Dalam percobaan B kali ini akan diuji beberapa jenis antiseptic dengan mencelupkan

kepingan kertas pada larutan antiseptic. Larutan antiseptic yang digunakan adalah fenol,

formaldehid dan iodine. Antiseptic merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk

mencegah kontaminasi dan infeksi, antiseptic ini bersifat bakteriostatik.

III. TEORI DASAR

Antiseptik merupakan agen bakteriosiatik, yaitu penghambat multiplikasi mikroba

tanpa membunuhnya. Namun dengan kontak yang lama, sifat bakteriosiatik menjadi

bakerisida. Dalam praktikum kali ini akan diuji beberapa jenis antiseptic dengan metode

kepingan kertas pada larutan antiseptik. Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah

dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati

Page 6: Disinfektan dan antiseptik

luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada luka

mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan

pembalut agar tetap bersih dan terjaga.

Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi

tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit,

dan pernapasan. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas.

Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik[.

Formalin merupakan suatu larutan tersaturasi dari formaldehid, air, dan zat lainnya

terutama mentanol. Dalam bentuk umum, formalin terdiri dari 37% formaldehid, 6-13%

metanol dan selebihnya air. Formaldehid berguna sebagai desinfektan yaitu sebagai

bakterisida/germisida (zat yang membunuh bakteri/germ). Air berguna sebagai pelarut

formaldehid. Dan methanol berguna untuk menstabilisasi formaldehid.

Tidak seperti antibakteri dan zat germisidal yang meracuni bakteri dan sel germ, maka

formaldehid membunuh sel dengan cara membuat jaringan dan sel bakteri menjadi

dehidrasi dan mengganti cairan sel normal dengan zat seperti gel yang kaku (hal ini

menggambarkan koagulasi formaldehid). Jaringan dan sel bakteri terdiri dari

protoplasma. Penambahan formaldehid ke dalam jaringan akan memompa protoplasma

keluar dan menghancurkan sel. Untuk keperluan membalsem, tentulah keadaan ini

merupakan keadaan yang sempurna dimana formaldehid tidak hanya akan mensterilkan

jaringan tetapi juga mengganti kelembaban jaringan dengan gel yang kaku sehingga akan

menjaga bentuknya.

Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada

konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein

secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan

permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar

pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.

Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.

Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.

Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir

semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah

terdispersi. Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7

(netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari

49 °C.

Page 7: Disinfektan dan antiseptik

IV. ALAT DAN BAHAN

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 13B. 1 Hasil pengamatan dengan biakan bakteri Bacillus cereus dan desinfektan

Formaldehide 5%

Alat Bahan

1. Cawan petri

2. Kepingan kertas

3. Pinset

4. Pembakar bunsen

1. Agar nutrisi

2. Larutan antiseptik (Fenol 5%,

Formaldehid 5%, Iodine 5%)

3. Kultur biakan bakteri, Bacillus cereus,

E.coli.

Jenis Bakteri

dan Jenis

Antiseptik

Gambar Hasil Pengamatan

Bakteri : Bacillus

cereus

Desinfektan :

Formaldehide

Gambar 13B.1.1 Kondisi awal

Tanggal Pengamatan:

5 Maret 2015

Keterangan :

Kondisi pada hari pertama.

tampak hanya kertas

rendaman formaldehide di

tengah tengah cawan

Sumber : Pengamatan

Kelompok 9

Page 8: Disinfektan dan antiseptik

Tabel 13B. 2 Hasil pengamatan dengan biakan bakteri Bacillus cereus dan desinfektan Iodine

5%

Jenis Bakteri

dan Jenis

Antiseptik

Gambar Hasil Pengamatan

Bakteri : Bacillus

cereus

Desinfektan :

Iodine

Gambar 13B.2.1 Kondisi awal

Tanggal Pengamatan:

5 Maret 2015

Keterangan :

Kondisi pada hari pertama.

tampak hanya kertas

rendaman iodine yang

berwarna merah kehitam-

hitaman di tengah cawan.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 9

Gambar 13B.1.2 Kondisi setelah

diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC

Tanggal Pengamatan:

6 Maret 2015

Keterangan :

Bakteri terlihat berwarna

putih, terdapat di pinggir

cawan petri, radius ±1,5

cm dari kepingan kertas.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 8

Page 9: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13B.2.2 Kondisi setelah

diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC

Tanggal Pengamatan:

6 Maret 2015

Keterangan :

Pada daerah yang diberi

iodin, tidak terlihat adanya

koloni bakteri.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 9

Tabel 13B. 3 Hasil pengamatan dengan biakan bakteri Bacillus cereus dan desinfektan Fenol

5%

Jenis Bakteri

dan Jenis

Antiseptik

Gambar Hasil Pengamatan

Bakteri : Bacillus

cereus

Desinfektan:

Fenol

Gambar 13B.2.1 Kondisi awal

Tanggal Pengamatan:

5 Maret 2015

Keterangan :

Kondisi pada hari pertama.

tampak hanya kertas

rendaman fenol di tengah

tengah cawan

Sumber : Pengamatan

Kelompok 9

Page 10: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13B.2.2 Kondisi setelah

diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC

Tanggal Pengamatan:

6 Maret 2015

Keterangan :

Bakteri terlihat berwarna

putih, terdapat di

sepanjang area

formaldehide pada

pinggiran cawan petri,

merat radius ±0,7 cm dari

kepingan kertas.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 9

Tabel 13B. 4 Hasil pengamatan dengan biakan bakteri E.coli dan desinfektan Iodine 5%

Jenis Bakteri

dan Antiseptik Gambar Hasil Pengamatan

Bakteri : E. coli

Desinfektan :

Iodine

Gambar 13B.4.1 Kondisi awal

Tanggal Pengamatan :

5 Maret 2015

Keterangan :

Kondisi pada hari pertama.

tampak hanya kertas

rendaman iodine yang

berwarna merah kehitam-

hitaman di tengah cawan.

Sumber : Pengamatan

kelompok 12

Page 11: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13B.4.2 Kondisi setelah

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC

Tanggal Pengamatan :

6 Maret 2015

Keterangan :

Tampak garis zigzag yang

terputus di tengah cawan.

Bagian tengah terdapat bekas

kertas rendaman iodine yang

berubah menjadi warna

putih. Di sekeliling kertas

tersebut tampak lingkaran

yang tidak muncul garis

putih.

Sumber : Pengamatan

kelompok 12

Tabel 13B. 5 Hasil pengamatan dengan biakan bakteri E.coli dan desinfektan Fenol 5%

Jenis Bakteri

dan Jenis

Antiseptik

Gambar Hasil Pengamatan

Bakteri : E. coli

Desinfektan :

Fenol

Gambar 13B.5.1 Kondisi awal

Tanggal Pengamatan :

5 Maret 2015

Keterangan :

Kertas yang dibasahi dengan

fenol ditaruh di tengah cawan

petri di atas goresan bakteri E.

coli.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 14

Page 12: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13B.5.2 Kondisi akhir setelah

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC

Tanggal Pengamatan:

6 Maret 2015

Keterangan :

Radius ±0.8 cm dari kertas

yang direndam fenol steril dari

bakteri

Sumber : Pengamatan

Kelompok 14

Tabel 13B.6 Hasil pengamatan dengan biakan bakteri E.coli dan desinfektan Formaldehide 5%

Jenis Bakteri

dan Jenis

Antiseptik

Gambar Hasil Pengamatan

Bakteri : E. coli

Desinfektan :

Formaldehide

Gambar 13.6.1 Kondisi Awal

Tanggal Pengamatan:

5 Maret 2015

Keterangan :

Tidak terlihat ada perubahan

pada cawan petri setelah

diinokulasi.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 15

Page 13: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13B.6.2 Kondisi Akhir

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC

Tanggal Pengamatan:

6 Maret 2015

Keterangan :

Terlihat pertumbuhan bakteri

ditandai dengan warna putih,

namun tidak terlihat pada

sekitar keping kertas.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 15

VI. ANALISIS

Tahapan percobaan diawali dengan menginokulasi bakteri secara aseptik pada cawan

petri yang berisi agar nutrisi. Sebelum dan sesudah mengambil biakan bakteri dari agar

miring, swab dan mulut tabung perlu dibakar untuk menghindari terkontaminasinya alat

alat tersebut oleh mikroorganisme lain. Setelah itu, rendam kepingan kertas berbentuk

bulat ke dalam jenis – jenis desinfektan yang tersedia dengan menggunakan pinset. Taruh

rendama kertas pada bagian tengah – tengah cawan petri. Pertumbuhan bakteri dapat

terlihat setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 hari.

Pada percobaan 13 bagian B ini seharusnya kelompok kami mengerjakan percobaan

dengan menggunakan biakan bakteri Bacillus dan desinfektan formaldehide 5%. Namun,

pada saat praktikum tidak tersedia cukup cawan petri di laboratorium sehingga kami tidak

mengerjakan percobaan ini. Data di hasil pengamatan merupakan data dari kelompok

lain. Pada tabel hasil pengamatan, bakteri Bacillus yang tumbuh di region desinfektan

formal dehide lebih sedikit dibandingan dengan bakteri Bacillus yang tumbuh di region

fenol. Bakteri tumbuh sedikit di bagian pinggiran cawan petri region formal, sedangkan

bakteri tumbuh merata di sekitar pinggiran cawan petri region fenol. Pada region Iodine

bahkan tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri sama sekali.

Berdasarkan pertumbuhan bakteri dan zona bening yang terdapat pada region fenol

dan formal dapat diakibatkan oleh beberapa hal. Formaldehid mempunyai sifat daya

Page 14: Disinfektan dan antiseptik

inaktivasi mikroba dengan spectrum yang kuat. Ditambah lagi, formaldehid mampu

membasmi hampir semua jenis bakteri. Sehingga zona bening yang terbentuk pada

region formal lebih terbentuk dibandingkan dengan desinfektan fenol dan iodine.

Sedangkan pada fenol dan iodine tidak terbentuk jelas zona bening yang menandakan

fenol dan iodine tidak berkerja secara optimal. Berdasarkan literatur, didapat bahwa

ternyata iodine dan fenol akan bekerja dengan baik jika keduanya terdapat di dalam air.

Selain itu, karakteristik bakteri berpengaruh pula pada percobaan ini. Berdasarkan

literatur, B. cereus merupakan gram positif. Gram positif memiliki dinding sel yang lebih

tebal dibandingkan gram negative, sehingga disinfektan mudah masuk ke dalam sel dan

menghancurkannya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui, bahwa faktor utama

yang menentukan bagaimana disinfektan bekerja adalah kadar dan suhu disinfektan,

waktu yang diberikan kepada disinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme

yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Mekanisme kerja disinfektan mungkin

berbeda-beda dari satu disinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh

kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas

yang berakibat kematian atau mutasi.

VII. KESIMPULAN

1. Fenol, formaldehide dan iodine belum cukup efektif dalam membunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini dikarenakan masih terlihat adanya

pertumbuhan bakteri

2. Berdasarkan hasil percobaan, formaldehide terlihat paling jelas membentuk zona

bening. Sedangkan formal dan iodine tidak bekerja secara optimal dalam membentuk

zona bening.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit

Universitas Indonesia : Jakarta.

T. Madigan, Michael. 2009. Brock Biology of Microorganisms: Twelfth Edition. United

States: Pearson Benjamin Cummings (Halaman: 789-790)

Page 15: Disinfektan dan antiseptik

BAGIAN C. EFEKTIVITAS CUCI TANGAN DENGAN SABUN

I. TUJUAN

1. Mengetahui efektivitas mencuci tangan dengan sabun atau handsinitizer

II. PRINSIP

Sabun merupakan salah satu media cuci yang mengandung disinfektan. Pada

percobaan ini kita akan mengetahui seberapa jauh kemampuan sabtun sebgai disinfektan.

III. TEORI DASAR

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan

membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena

sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama

pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara

efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara

berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau

membersihkan. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari

asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan

alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses

yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan

gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang

dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari

minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.

IV. ALAT DAN BAHAN

V. HASIL PENGAMATAN

Alat Bahan

1. Cawan petri berisi

agat nutrisi

1. Beberapa janis sabun atau handsanitizer

Page 16: Disinfektan dan antiseptik

Tabel 13C.1 Hasil Pengamatan dengan jenis Handsinitizer Carex

Jenis

Handsanitizer Gambar Hasil Pengamatan

Handsanitizer :

Carex

Gambar 13C.1 Kondisi awal

Tanggal Pengamatan :

5 Maret 2015

Keterangan :

Bagian A adalah tangan yang

tidak dicuci dan bagian B

adalah tangan yang

menggunakan disinfektan

carex. Pada hari pertama

tidak ada perbedaan pada

keduanya

Sumber : Pengamatan

Kelompok 12

2

Gambar 13C.1.2 Kondisi akhir setelah

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC

Tanggal Pengamatan :

6 Maret 2015

Keterangan :

Ada perubahan berupa

adanya uap air di tutup

cawan.

Tampak pada bagian A ada 5-

6 bintik-bintik putih dengan

3 bintik yang berukuran

besar.

Page 17: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13C.1.3 Kondisi akhir setelah

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC

Sedangkan pada bagian B

terdapat juga bintik-bintik

putih kecil sekitar 3-4.

Ukuran bintik di bagian B

lebih kecil dan halus

dibanding bagian A.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 12

Tabel 13C.1 Hasil Pengamatan dengan jenis Handsinitizer Dettol

Jenis Hand

sinitizer Gambar Haasil Pengamatan

Handsanitizer :

Dettol

Gambar 13C.2.1 Kondisi awal

Tangga Pengamatan:

5 Maret 2015

Keterangan :

Jejak sidik jari terdapat di

agar

Page 18: Disinfektan dan antiseptik

Gambar 13C.1.2 Kondisi akhir setelah

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37oC

Tanggal Pengamatan :

6 Maret 2015

Bagian A (jempol kanan

tanpa dicuci Dettol): tampak

koloni berwarna putih

(bentuk v di bagian tengah)

-Bagian B (jempol kanan

dicuci Dettol): tampak koloni

menyebar kecil-kecil dan satu

koloni besar yang agak

terpisah.

Sumber : Pengamatan

Kelompok 14

VI. ANALISIS

Tahapan percobaan pada percobaan ini sangat singkat. Setelah cawan petri yang berisi

agar nutrisi dipisah menjadi 2 region, yaitu region A dan B. Tempelkan jempol ke region

A lalu tangan diberi handsinitizer dan jempol ditempelkan kembali pada region B.

Pertmbuhan bakteri dapat diamati setelah 1 hari inkubasi pada suhu 37oC.

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat perbedaan pada region A dan region B di cawan

petri baik percobaan yang menggunakan handinitizer Carex ataupun hand sinitizer

Dettol. Pada cawan petri yang menggunakan Carex, region B masih terlihat adanya

pertumbuhan bakteri namun ukuran semakin kecil dan jumlahnya semakin sedikit.

Begitu pula cawan petri yang menggunakan Dettol. Masih adanya pertumbuhan bakteri

pada region B setelah pemberian hand sinitizer tersebut pada tangan. Hal ini dapat

disebabkan penggunaan hand sinitizer terlalu sedikit dan pemakaiannya kurang

menyeluruh dan kurang lama.

Berdasarkan literatur memang cara kerja Hand sanitizer adalah membunuh kuman

pada saat kontak dengan permukaan kulit, kemudian menguap dan pembunuhan kuman

berhenti. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 10 detik. Kemungkinan waktu yang

Page 19: Disinfektan dan antiseptik

kurang lama pada saat pemakaian dimana hand sanitizer belum menguap menyeluruh

menyebabkan kuman pertumbuhan kuman belum dihambat benar, sehingga masih ada

bakteri di permukaan tangan. Namun, tetap saja terlihat perbedaan saat sebelum

menggunakan handsinitizer dan sesudah memakai handsinitizer walaupun tidak

signifikan perbedaannya.

VII. KESIMPULAN

1. Hand sinitizer tidak terlalu efektif dalam membunuh kuman. Hal ini disimpulkan

berdasarkan hasil pengamatan masih adanya bakteri yang tumbuh pada region B,

region setelah tangan memakai hand sintizer.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

http://www.kalbe.co.id/product-28-handy-clean-jelly.html.(diakses pada 19 Maret 2015

pukul 22.00 WIB)

Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit

Universitas Indonesia : Jakarta.

T. Madigan, Michael. 2009. Brock Biology of Microorganisms: Twelfth Edition. United

States: Pearson Benjamin Cummings (Halaman: 789-790)