DISERTASI - sinta.unud.ac.id. COVER DAFTAR... · v Disertasi ini telah diuji pada Ujian Tertutup...
Transcript of DISERTASI - sinta.unud.ac.id. COVER DAFTAR... · v Disertasi ini telah diuji pada Ujian Tertutup...
i
DISERTASI
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MITOSRATU KIDUL DI PESISIR BALI SELATAN
KAJIAN WACANA NARATIF
A.A. KADE SRI YUDARI
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
ii
DISERTASI
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MITOSRATU KIDUL DI PESISIR BALI SELATAN
KAJIAN WACANA NARATIF
A.A. KADE SRI YUDARINIM 1290171002
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
iii
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MITOSRATU KIDUL DI PESISIR BALI SELATAN
KAJIAN WACANA NARATIF
Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktorpada Program Doktor Program Studi Linguistik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
A. A. KADE SRI YUDARI1290171002
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
iv
LEMBAR PENGESAHAN
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL, 22 JANUARI 2016
Promotor,
Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.NIP 19610212 198803 1 001
Kopromotor I, Kopromotor II,
Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U. Prof. Dr.I Nyoman Weda Kusuma, M.S.NIP 19440923 197602 1 001 NIP 19570618 198303 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Doktor Linguistik Direktur,Program Pascasarjana Program PascasarjanaUniversitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof.Dr. Aron Meko Mbete Prof. Dr. dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K).19470723197903 1 001 NIP 19590215198510 2 001
v
Disertasi ini telah diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal, 27 November 2015
Panitia Ujian Disertasi, Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor: 3938/UN.14.4/HK/2015 Tanggal, 16 November 2015
Susunan Panitia Penilai Disertasi Program Doktor (S-3) Linguistik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Ketua : Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S.
Anggota :
1. Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. (Promotor)
2. Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U.(Kopromotor I)
3. Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.(Kopromotor II)
4. Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.
5. Prof. Dr. Ketut Artawa, M.A.
6. Prof. Dr. Ida Bagus Gunadha, M.Si.
7. Dr. I Ketut Jirnaya, M.S.
vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : A. A. Kade Sri Yudari
NIM : 1290171002
Program. Studi : Program Doktor S-3 Linguistik
Pascasarjana Universitas Udayana
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Disertasi ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun
2010 dan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 27 November 2015.
Materai 6000
A. A. Kade Sri Yudari
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Om, Swastyastu,
Puji syukur, Asung Kerta Wara Nugeraha, penulis panjatkan ke hadirat
Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Mahaesa), penguasa dan pengatur
alam semesta ini, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
mampu menyelesaikan disertasi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap
Mitos Ratu Kidul di Pesisir Bali Selatan, Kajian Wacana Naratif.”
Proses penyelesaian disertasi ini telah melalui perjalanan yang panjang dan
melelahkan. Banyak kendala dan rintangan yang penulis hadapi selama
penyelesaian disertasi ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
tulisan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan moril dan
materiil yang telah diberikan selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu secara keseluruhan.
Pertama-tama, ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Suarka,
M.Hum; Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U; Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma,
M.S; selaku Promotor, Kopromotor I, dan Kopromotor II. Kolaborasi beliau
bertiga telah banyak menginspirasi dan membuka cakrawala berpikir penulis sejak
penyusunan proposal hingga tulisan ini selesai. Dengan penuh kesabaran,
kebijaksanaan dan rasa kekeluargaan, beliau bertiga telah mengalirkan banyak
ilmu sekaligus pengalaman akademik kepada penulis. Tidak ada kekuatan dan
kemampuan yang penulis miliki, hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang akan
memberikan balasan atas semuanya.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr.dr. Ketut Suastika,
Sp.PD.KEMD, Rektor Universitas Udayana; Prof. Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S
(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana; Prof. Dr.
I Made Budiarsa, M.A sebagai Asisten Direktur I dan Prof. Made Sudiana
Mahendra, Ph.D sebagai Asisten Direktur II yang telah memberi kesempatan
kepada penulis menempuh pendidikan S3 di Universitas Udayana. Demikian pula
viii
kepada Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Prof. Dr. I Wayan
Cika, M.S; Prof. Dr. Aron Meko Mbete sebagai Ketua Program Studi Doktor
Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana, dan Dr. Drs. A.A. Putu
Putra, M.Hum sebagai Sekretaris Program Studi, penulis sampaikan terima kasih
yang tulus atas segala fasilitas yang telah diberikan mulai dari awal perkuliahan
sampai penyelesaian disertasi ini.
Ucapan terima kasih sebagai Tim Penguji, pemikiran-pemikiran yang
kritis serta bimbingan akademik sejak pelaksanaan Ujian Proposal sampai Ujian
Tertutup telah diberikan oleh Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S; Prof. Dr. I Nyoman
Suarka, M.Hum; Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U; Prof. Dr. I Nyoman Weda
Kusuma, M.S; Prof. Dr. I Made Suastika, S.U; Prof. Dr. Ketut Artawa, M.A.;
Prof. Dr. Ida Bagus Gunadha, M.Si (Ida Pedanda Gede Rai Manuaba); Dr. I Ketut
Jirnaya M.S. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga ditujukan kepada Rektor
Universitas Hindu Indonesia, Dekan Fakultas Ilmu Agama Dan Kebudayaan
Universitas Hindu Indonesia atas ijin dan kesempatan yang diberikan untuk
melanjutkan pendidikan, sekaligus membebaskan dan tidak membebani penulis
dari tugas-tugas akademik.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada para senior di Universitas
Hindu Indonesia, Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si; Prof. Dr. I Wayan Suka Yasa,
M.Si; Dr. I Wayan Budi Utama, M.Si; I Gede Jaya Kumara, S.S,M.Hum; atas
motivasi, dukungan moril, serta pencerahan melalui diskusi yang panjang.
Demikian pula, para senior di Fakultas Sastra dan Budaya, Dr. Ida Bagus Rai
Putra, M.Hum; Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum.; Dr. Ni Made Suryati, M.Hum; Dr. I
Putu Sutama, M.S; nara sumber dan para ‘Pemangku’ yang menjadi informan,
penulis sampaikan terima kasih atas motivasi, doa restu, informasi, dan dukungan
moril yang diberikan semoga ilmu serta informasi mengkristal dalam benak
penulis.
Seluruh staf administrasi Program Studi Doktor Linguistik, Nyoman
Sadra, S.S, I Gusti Ayu Supadmi, I Ketut Ebuh, S.Sos, Ida Bagus Suanda, S.Sos
dan Dra. Ni Nyoman Sumerti penulis sampaikan terima kasih atas pelayanan yang
diberikan sejak awal perkuliahan sampai disertasi ini selesai. Dengan kesabaran
ix
dan suasana kekeluargaan mempermudah, mempercepat dan berlaku adil
melayani mahasiswa sehingga semua merasa nyaman .
Dukungan moril dan materiil dari pihak keluarga inti; anak-anak, suami,
yang menemani pada saat melalukan penelitian di sepanjang pesisir Bali Selatan.
Menantu, terutama cucu tersayang yang setiap hari menemani penulis dalam suka
maupun duka telah menginspirasi penulis agar secepatnya menyelesaikan studi.
Dukungan moril juga diberikan oleh keluarga, terutama dari dr. I G. A.
Suryadarma, Sp.PD K-GEH (kakak) dan kerabat lainnya yang telah memotivasi
dari awal hingga akhir studi. Penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan.
Hanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa dapat membalas segala bantuan, nasihat dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
Walaupun dengan segala daya dan upaya telah dilakukan untuk
kesempurnaan disertasi ini, namun tetap saja tidak menutup kemungkinan adanya
kekurangan yang membutuhkan koreksi serta perbaikan. Dengan menyadari
bahwa apa yang dilakukan ibarat setitik embun yang menetes di tengah padang
pasir, atau ibarat cahaya lilin yang berusaha menyinari ruangan .di siang hari
tanpa arti. Oleh karena itu, ketebalan tulisan tidak menjamin karya ini sempurna,
justru kehadiran tulisan ini terbuka untuk menerima koreksi sebagai bentuk kritik
yang membangun demi perbaikan tulisan ini. Untuk itu dengan tangan terbuka
penulis senantiasa menantikan komentar dan koreksi dari semua pihak. Akhirnya,
penulis menyerahkan hasil penelitian ini di tengah masyarakat, semoga
bermanfaat.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om
Denpasar, 27 November 2015
Penulis,
x
ABSTRAK“PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MITOS RATU KIDUL DI
PESISIR BALI SELATAN, KAJIAN WACANA NARATIF”
Berbagai gerakan spiritual muncul di Bali sebagai reaksi terhadap dunia modernyang menekankan pada hal-hal yang bersifat profan. Fenomena ini memberi indikasitelah terjadi perubahan sosial, baik dalam persepsi maupun pola pikir masyarakat di Bali.Untuk meraih peningkatan dan kesempurnaan religius, masyarakat mulai mencari jalanyang lebih praktis. Fenomena menarik tentang keberagaman dewasa ini, terlihat dariperhatian masyarakat terhadap dunia spiritual melalui model-model kearifan lokal yangdipandang berguna untuk mengatasi berbagai krisis sosial. Salah satu dari fenomena yangmenjadi fokus kajian adalah wacana tentang Ratu Kidul (RK) di Pesisir Bali Selatan. Olehkarena itu, judul disertasi ini, “Persepsi Masyarakat Terhadap Mitos Ratu Kidul di PesisirBali Selatan, Kajian Wacana Naratif.” Ada empat rumusan masalah yang dikaji yakni; (a)bagaimanakah struktur wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan?; (b) bagaimanakahfungsi wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan?; (c) apakah makna wacana mitos RK diPesisir Bali Selatan?; (d) bagaimanakah persepsi masyarakat dan implikasi wacana mitosRK di Pesisir Bali Selatan?
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan pragmatis. Penentuaninforman dilakukan dengan sistem snow ball sampling dengan menentukan informankunci terlebih dahulu, sedangkan untuk menjaring informasi sebanyak-banyaknyadigunakan sistem purposive sampling. Pengumpulan data melalui teknik observasipartisipasi, dan wawancara mendalam. Analisis data menggunakan metode deskriptif-naratif (wacana naratif) dan interpretatif dengan landasan teori yang sudah teruji antaralain: teori wacana naratologi; teori semiotika, teori mitos/mitologi, dan teori persepsi.Penyajian data menggunakan cara informal didukung dengan cara formal.
Hasil penelitian menunjukkan: struktur, fungsi dan makna wacana mitos RK diPesisir Bali Selatan, meliputi; struktur formal (leksikal dan gramatikal). Sedangkanstruktur naratif yang terdiri atas aspek instrinsik (tema, alur, tokoh, sudut pandang,amanat) dan ekstrinsik (geografi, histori, dan religi). Fungsi mitos RK meliputi fungsiwacana dan fungsi sosial, demikian juga makna mitos RK meliputi makna wacana danmakna sosial. Persepsi masyarakat terhadap wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatanberbeda-beda. Ada tiga kelompok masyarakat pemuja yang dipengaruhi oleh faktorIpoleksosbud. Implikasi wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan terhadap masyarakat,dapat mengubah sikap, perilaku, cara pandang dan alih profesi. Temuan utama daripenelitian ini adalah bahwa wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan merupakan kearifanlokal yang diimplementasikan melalui tradisi ritual ber-yadnya dengan tujuanpenghormatan terhadap penguasa ‘laut’ melalui gerakan pelestarian sumber-sumber mataair. Wacana mitos RK terdiri atas elemen-elemen pendukung, seperti: teks verbal, dan nonverbal yang meliputi; lukisan, patung/arca, gedong, ritual, doa, dan atribut ritual lainnya.Elemen-elemen itu membentuk wacana mitos RK yang diyakini kebenarannya.
Kata Kunci: Mitos, Spiritualitas, Ratu Kidul, Wacana Naratif.
xi
ABSTRACT
“PUBLIC PERCEPTION TO THE MYTH OF RATU KIDUL IN THE SOUTHERNCOAST OF BALI, THE STUDY OF NARRATIVE DISCOURSE”
Various spiritual movements emerge in Bali as a reaction to the modern worldwhich emphasizes on the things of profane by nature. This phenomenon gives indicationthat there is a social change, either in perception or mindset of people in Bali. To achievethe religious improvement and perfectness, people try to seek a more practical way. Theinteresting phenomenon regarding the diversity recently is seen from people attentiontoward spiritual world through the models of local wisdom which is seen as useful tohandle various social crises. One of the phenomena which in the focus of this study is thediscourse about Ratu Kidul (RK) in the southern coast of Bali. Therefore, the title of thisdissertation is, “Public Perception to the Myth of Ratu Kidul in the Southern Coast ofBali, the Study of Narrative Discourse”. There are four problem formulations beingstudied namely; (a) how is the structure of RK myth discourse in the southern coast ofBali?; (b) how is the function of RK myth discourse in the southern coast of Bali?; (c)what is the meaning of RK myth discourse in the southern coast of Bali?; (d) how ispublic perception and implication of RK myth discourse in the southern coast of Bali?
The research was qualitative by nature with pragmatic approach. The setting ofinformant was conducted with snow ball sampling system by determining the keyinformant first, meanwhile to collect information as much as possible the system ofpurposive sampling was being used. Data sampling was through observation technique,participation, and deep interview. Data analysis used descriptive-narrative method(narrative discourse) and interpretative with the basis of theory which has been testedamong others: naratology discourse theory, semiotic theory, myth/mythology theory, andperception theory. Data presentation used informal way supported by formal way.
The result of research shows that: structure, function and meaning of RK mythdiscourse in southern coast of Bali includes: formal structure (lexical and grammatical).Meanwhile narrative structure consists of intrinsic aspects (theme, plot, actors, point ofview, mandate) and extrinsic aspects (geography, history, and religious). The function ofRK myth includes discourse function and social function, likewise the meaning of RKmyth includes discourse meaning and social meaning. Public perception toward RK mythdiscourse in southern coast of Bali differs. There are three groups of worshipersinfluenced by the factor of ipoleksosbud. The implication of RK myth discourse insouthern coast of Bali to the community can change the attitude, behavior, point of viewand the shift of profession. The main finding from this research is that RK myth discoursein southern coast of Bali is a local wisdom which is being implemented through ritualtradition of sacrifice with the aim to honor the ‘sea’ ruler through preservation activitiesof the sources of water spring. RK myth discourse consists of supporting elements, suchas: verbal text, and non-verbal which is including: statue/sculpture, building, ritual,prayer, and other ritual attributes. These elements form RK myth discourse which isbelieved to be true.
Key words: Myth, Spirituality, Ratu Kidul, Narrative Discourse.
xii
RINGKASAN DISERTASI
Dalam menghadapi esensi keberagaman dan era globalisasi dewasa ini,
masyarakat di Bali telah melakukan berbagai upaya untuk memahami pesan-pesan
keagamaan melalui wacana spiritualitas. Hal ini merupakan paradigma atau
format baru sebagai respons, akibat munculnya berbagai fenomena dan gerakan
spiritual atas nama keberagamaan. Salah satu fenomena yang menarik tentang
keberagaman itu adalah pengalihan perhatian terhadap dunia mistik dengan
menggunakan model kearifan tradisional (lokal) yang dipandang dapat mengatasi
berbagai krisis sosial masyarakat modern.
Modernitas berdampak terjadinya kehilangan harmoni baik dalam
hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam maupun dengan Tuhan
sebagai bentuk hubungan sebab akibat yang dikenal dengan istilah Tri Hita
Karana. Pada kondisi seperti ini, terkesan bahwa masyarakat dewasa ini sudah
kehilangan makna hidup sehingga tidak mengetahui bagaimana berhubungan
dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam secara tepat.
Sebagai fenomena tidak dapat dipungkiri, ada keinginan beberapa
kelompok untuk menyederhanakan ritus keagamaan, baik dari sisi konsep maupun
biaya. Situasi ini telah menimbulkan pola pikir serta respons yang beragam bahwa
untuk meraih peningkatan dan kesempurnaan spiritual, masyarakat tidak harus
terpaku pada ritual semata. Namun, setelah muncul zaman krisis multidimensi,
ada kerinduan masyarakat untuk mengenang dan melaksanakan kembali berbagai
ritual sesaji yang selama ini dipertentangkan bahkan memodifikasinya, terutama
yang berhubungan dengan dunia mistik melalui ritual ‘bhuta-yadnya.’
Fenomena seperti itu mengindikasikan telah terjadi proses perubahan
sosial terhadap persepsi dan pola pikir masyarakat di Bali sebagai dampak
dinamika modernisasi global karena merasa tidak puas dengan aturan formal yang
membelenggu kehidupannya. Dampak globalisasi berakibat terjadinya
persentuhan antar budaya yang melampaui batas-batas geografis, dan waktu,
bergerak dengan cepat ke masa depan. Persentuhan antar budaya ini juga memberi
implikasi pada tatanan sosio-kultural dengan segala kompleksitasnya.
xiii
Untuk memposisikan agama Hindu dalam konteks global dan agar tidak
terjadi dilema antara menghilangkan peran tradisi yang sudah ada, memodifikasi
dan mempertahankannya, harus ada jalan tengah. Idealnya, kehidupan beragama
dan kesadaran religius masyarakat di Bali sudah semestinya berjalan seimbang
dan harmonis sesuai dengan desa, kala, dan patra sehingga terjadi proses
pelestarian budaya dan tradisi yang dinamis tanpa menimbulkan konflik yang
berbau ‘sara.’
Tumbuh dan berkembangnya agama Hindu di Bali tidak terlepas dari
peran cultural-hero, yakni pembaharu sistem kultural masyarakat Bali sebagai
peletak dasar kehidupan beragama, seperti: Maharesi Markendya, Mpu Kuturan
dan Dang Hyang Nirartha sehingga agama Hindu banyak mengadopsi tatanan
keberagaman dari masa kejayaan kerajaan Majapahit yang bercorak mistik dan
diramu dengan kearifan lokal. Ada tiga periode penting yang menjadi catatan
sejarah masuknya peradaban dan agama Hindu ke Bali yakni: (a) zaman kejayaan
kerajaan Kediri hingga Singosari di bawah raja Dharmawangsa Teguh (zaman
Bali Kuno); (b) zaman penguasaan Majapahit dibawah raja Hayam Wuruk dengan
patihnya Gajah Mada hingga masuknya Islam (zaman Bali Tengahan); (c) zaman
kolonial hingga memasuki zaman Bali Modern dan globalisasi saat ini.
Masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Kediri, Hindu-Majapahit
(Hindu-Budha) ke Bali, telah menjadi sebuah tenunan yang berwarna-warni,
bahan bakunya terdiri atas Hinduisme, budaya kerajaan, paham keagamaan rakyat
yang sudah ada sebelumnya (kearifan tradisional), serta paham kepercayaan Jawa,
yang datang berikutnya. Kearifan lokal (local wisdom) adalah merupakan
kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh budaya baru pada
saat dua budaya itu berhubungan.
Sebagai akibat dari fenomena itu terjadilah suatu proses akulturasi dimana
kebudayaan yang sudah ada di Bali menerima pengaruh kebudayaan Jawa yakni
sastra dan tradisi ritual penghormatan terhadap penguasa laut. Jalinan budaya ini
membentuk harmoni, namun tetap memiliki ciri-ciri khas dari budaya dan tradisi
Hindu sebelumnya.
xiv
Ramuan sastra dan tradisi budaya inilah yang menjadi pokok bahasan
dalam disertasi ini yakni munculnya wacana mitos dan tradisi ritual untuk
penghormatan/pemuliaan kepada Ratu Penguasa Laut Selatan yang dikenal
dengan sebutan Ratu Kidul (RK). Peneliti telah berupaya menelusuri fenomena
tentang wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan (pesisir Gilimanuk sampai pesisir
Padangbai). Fenomena yang ditemukan dapat menginspirasi judul disertasi
sehingga menjadi; “Persepsi Masyarakat Terhadap Mitos Ratu Kidul di Pesisir
Bali Selatan, Kajian Wacana Naratif.” Dengan memahami latar belakang yang
dipaparkan di atas, ada empat masalah yang telah dirumuskan untuk diteliti yakni;
(a) bagaimanakah struktur wacana mitos RK di pesisir Bali Selatan?; (b)
bagaimanakah fungsi wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan?; (c) apakah makna
wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan?; (d) bagaimanakah persepsi masyarakat
dan implikasi wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan? Keempat permasalahan itu
dianalisis menggunakan metode deskriptif-naratif dan interpretatif dengan kajian
wacana naratif.
Sebagai landasan untuk berpijak dalam rangka pemecahan permasalahan
penelitian, digunakan beberapa teori, yakni: teori wacana naratologi, teori
semiotika, teori mitos/mitologi, dan teori resepsi. Pemilihan teori wacana
naratologi sebagai kerangka pemahaman permasalahan didasarkan atas
pertimbangan bahwa teori tersebut dapat menjadi payung dari keempat
permasalahan yang dikaji. Naratologi merupakan seperangkat konsep mengenai
cerita dan penceritaan, yang berkembang atas dasar analogi linguistik. Konsep
yang berkaitan dengan narasi dan narator, wacana dan teks, akan terlihat berbeda-
beda sesuai dengan penggagasnya. Demikian halnya dengan teks mitos RK di
pesisir Bali selatan, bentuk wacananya berbeda-beda sesuai persepsi masyarakat
penghayat mitos.
Teori semiotika memberikan jalan ke luar dengan cara mengembalikan
objek pada pengarang dan latar belakang sosial yang menghasilkannya.
Penggunaan teori semiotika tidak terlepas dari teori struktural yang mendasari,
khususnya dalam memberikan perhatian pada hubungan tanda dengan acuannya
yakni konsep triadik, dari C.S. Peircean. Faktor yang menentukan adanya tanda
xv
dibedakan atas; (a) representamen, ground, tanda itu sendiri sebagai perwujudan
gejala umum; (b) object yaitu apa yang diacu terdiri atas, ikon (hubungan tanda
dan objek karena serupa), indeks (hubungan tanda dan objek karena sebab akibat),
simbol (hubungan tanda dan objek karena kesepakatan); (c) interpretant (tanda-
tanda baru yang terjadi dalam batin penerima). Dari ke tiga faktor penentu tanda
tersebut, yang dianalisis dalam tulisan ini adalah object. Makna tanda-tanda
bukanlah milik dirinya sendiri, tetapi berasal dari konteks di mana ia diciptakan.
Sehingga sebuah tanda dapat memiliki arti sangat banyak atau sama sekali tidak
berarti. Pada analisis ini akan digunakan teori semiotika sosial karena memiliki
implikasi lebih jauh dalam kaitannya dengan hakikat teks sebagai gejala yang
dinamis. Sebagai ilmu tanda, teks dipahami dalam kaitannya dengan konteks
dimana tanda difungsikan. Oleh karena itu teori semiotika sosial sangat tepat
digunakan untuk menganalisis permasalahan tentang struktur, dan fungsi mitos
RK di pesisir Bali selatan
Teori mitos/mitologi dari Roland Barthes, adalah untuk mendukung teori
Semiotika dalam proses pemaknaan, tidak terbatas pada bahasa tetapi meliputi
seluruh kehidupan dengan tetap berdasarkan pada konsep-konsep linguistik. Mitos
pada dasarnya ‘mendistorsi’ makna dari sistem semiotik pertama sehingga makna
itu tidak lagi menunjuk pada realita sebenarnya. Mitos bermain pada wilayah
pertandaan tingkat kedua atau pada tingkat konotasi bahasa.
Teori resepsi dalam hal ini erat kaitannya dengan resepsi sinkronis
terhadap penelitian karya sastra dan hubungannya dengan pembaca se-zaman.
Teori ini erat kaitannya dengan sosiologi sastra. Resepsi sebuah karya diawali
oleh persepsi masyarakat pembaca eksplisit maupun implisit. Persepsi
memberikan perhatian pada aspek estetika, bagaimana karya sastra ditanggapi
kemudian diolah sedangkan sosiologi memberikan perhatian pada sifat hubungan
dan saling mempengaruhi antara sastra dengan masyarakat. Oleh karena itu teori
resepsi digunakan untuk menganalisis permasalahan keempat. Meskipun persepsi
dan pemahaman masyarakat pembaca berbeda-beda, tetapi konvensi yang sama
memungkinkan untuk mengarahkan pada penafsiran yang relatif sama.
xvi
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang sifatnya kualitatif
dengan pendekatan pragmatis. Lokasi yang dipilih adalah pesisir Bali bagian
Selatan dengan data pertama yang ditemukan adalah dari hotel Inna Grand Bali
Beach Sanur didukung data verbal dan nonverbal yang ditemukan di wilayah
pesisir Bali Selatan berupa tempat pemujaan seperti Palinggih serta Gedong yang
didirikan berdekatan dengan Pura Dang Kahyangan tertentu. Sebanyak ± 12-an
(dua belasan) Pura Dang Kahyangan sebagai tempat pemujaan di pesisir Bali
Selatan yang berkaitan dengan wacana mitos RK mewakili informasi masing-
masing Kabupaten kecuali Kabupaten Bangli dan Buleleng.
Pendekatan pragmatis digunakan karena memiliki hubungan yang cukup
dekat dengan sosiologi yaitu tentang masyarakat sebagai pengontrol. Pendekatan
pragmatis juga memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi wacana dalam
masyarakat, tentang perkembangan dan penyebarluasannya. Wacana mitos RK di
pesisir Bali Selatan juga mempertimbangkan implikasi terhadap masyarakat
melalui berbagai kompetensinya. Masyarakat dapat mempersepsi dan memberikan
tanggapan-tanggapannya terhadap wacana RK, baik sebagai pembaca eksplisit
maupun implisit.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi partisipasi dan
wawancara mendalam secara berkolaborasi, selain tetap menggunakan acuan
pustaka yang masih relevan dengan objek penelitian. Teknik penentuan informan
menggunakan sistem snow ball sampling dengan menetukan informan kunci
terlebih dahulu. Untuk menjaring informasi dari para informan sebanyak-
banyaknya juga digunakan sistem purposive sampling. Setelah melakukan
pengumpulan data dari sejumlah informan, maka wacana mitos RK
dikelompokkan menjadi dua versi yakni; pertama, versi wacana mitos RK yang
diinspirasi oleh mitologi keberadaan dewa-dewi penguasa sumber mata air; kedua,
versi kejawen di Bali yang terinspirasi dari pembangunan dan peristiwa kebakaran
hotel Bali Beach Sanur. Kedua versi itu direkonstruksi menjadi teks mitos RK
yang utuh dengan merunut berdasarkan ketuaan teks (isi cerita) serta jarak dan
lokasi keberadaannya. Analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi,
kategorisasi/klasifikasi,mengolah, menginterpretasi (menafsir) dan menyimpulkan
xvii
berbagai informasi yang diperoleh dari lapangan dengan tetap berpedoman pada
landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Data yang telah dianalisis dapat
disajikan dengan cara non formal yang didukung oleh cara formal berupa foto
artifact, ritual, dan lampiran seperlunya.
Berdasarkan kerangka pemahaman dan metode penelitian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa, struktur, fungsi, dan makna wacana mitos RK di pesisir
Bali Selatan dapat dianalisis dari aspek tekstual dan kontekstual (sosial) dengan
tetap memperhatikan unsur-unsur pengutuh wacana seperti kohesi dan koherensi
teks. Melalui metode wawancara mendalam dengan para informan (nara sumber)
ditemukan sejumlah persepsi terhadap wacana mitos dan tradisi RK. Dalam
menganalisis struktur dan fungsi wacana mitos RK, tetap menggunakan acuan teks
sebelum direkonstruksi.
Struktur wacana mitos RK di pesisir Bali Selatan dibangun oleh elemen-
elemen yang saling berkaitan, yakni teks verbal berupa penggalan cerita dan non
verbal berupa: lukisan, patung, ritual, palinggih, gedong/kamar, doa, kereta
kencana, dan atribut ritual lainnya. Elemen-elemen itu membentuk dunia wacana
RK menjadi mitos yang diyakini kebenarannya. Secara struktur, cerita mitos RK
yang asli diperkirakan pernah diterima, tetapi seiring perkembangan zaman sudah
tidak utuh lagi karena sebagian berupa cerita-cerita lepas sesuai pemahaman dan
persepsi masyarakat di Bali.
Ada tiga kelompok masyarakat yang mempersepsi mitos RK di Bali
Selatan sesuai sudut pandang dan tradisi masing-masing, yakni: (a) kelompok
Paranormal, mempersepsi RK sebagai sebuah kepercayaan terhadap ‘roh’ leluhur
untuk membantu segala urusan duniawi; (b) kelompok Nelayan, mempersepsi RK
sebagai penguasa lautan yang dipercaya memberi keselamatan dan kesejahteraan
dalam menjalani profesinya; (c) kelompok masyarakat Multikultur, mempersepsi
RK bermacam-macam sesuai kebutuhan masing-masing pemuja yang
dihubungkan dengan keberadaan dewa-dewi Hindu penguasa sumber mata air
serta pemberi kemakmuran sehingga muncul berbagai tradisi ritual penghormatan
terhadap laut.
xviii
Wacana dari kedua versi menunjukkan adanya kesamaan visi, yakni:
sama-sama memberi ekspresi terhadap kemampuan untuk melihat pada inti
persoalan tentang keyakinan kepada Tuhan Sang Maha Pencipta alam semesta
serta isinya dengan kepercayaan terhadap adanya ‘roh’ yang dipahami sebagai
leluhur melalui gerakan pelestarian sumber mata air utamanya laut. Versi teks
dikelompokkan, dianalisis struktur formal dan struktur naratifnya dari aspek
instrinsik maupun ekstrinsik. Secara kontekstual wacana mitos RK juga memiliki
fungsi karena mengandung nilai-nilai, seperti: nilai keharmonisan, pengobatan,
magis, persatuan, pendidikan, dan nilai pelestarian. Dengan melakukan deskripsi
dan interpretasi terhadap teks yang membentuk struktur wacana mitos RK maka
ditemukan beberapa makna konotatif teks seperti; makna teologis, filosofis,
simbolis, dan makna mitologis.
Pemahaman dan persepsi terhadap teks menurut sudut pandang
masyarakat pembaca sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: faktor
ideologis, politis, ekonomi/pariwisata, dan faktor sosial budaya. Pengaruh faktor-
faktor tersebut dapat dipahami bahwa, wacana mitos RK di Pesisir Bali Selatan
mengandung berbagai nilai. Terutama nilai pelestarian dan perlindungan terhadap
‘laut’ yang berimplikasi terjadinya beberapa perubahan pada masyarakat, yakni
perubahan cara pandang terhadap hakikat Tuhan dan alam semesta, khususnya
laut dan sumber air. Perubahan sikap dan perilaku yang meliputi: norma, etika,
dan perlakuan terhadap laut, dari tidak peduli menumbuhkan sikap menghargai
untuk melindungi laut, bahkan terjadi perubahan atau alih profesi di antaranya,
banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi paranormal/penekun spiritual
dengan memuliakan RK sebagai sasuhunan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa wacana mitos tentang RK di pesisir Bali Selatan pada akhirnya mendapat
tanggapan dan respon positif dari masyarakat yang multikultur.
Denpasar, 27 November 2015
Penulis,
xix
GLOSARIUM
adi luhung : sesuatu yang sangat utama dan luhur.
ancangan : pelayan, abdi (makhluk halus).
angga sarira : badan kasar (tubuh) manusia.
ardha nareswari : perwujudan tunggal ‘purusa’ dan ‘pradana’
(berhubungan dengan konsep ‘sakthi’ dalam ajaran
Hindu).
aswa siksa : ajaran/ ilmu melatih kuda.
atma : jiwa atau ‘roh’ yang bersemayam di setiap
makhluk hidup.
bali aga : sebutan lain untuk penduduk asli Bali atau Bali
mula.
bhakti : hormat, sujud, takwa.
bhatara-bhatari : perwujudan/manifestasi Tuhan Yang Mahaesa
(dalam hal ini sebagai roh yang mencapai tingkat
dewa sehingga disebut dewa pitara/leluhur
bhagawanta : Pandhita atau Pendeta penasihat raja.
bhuana alit : alam kecil (badan manusia) disebut mikrokosmos.
bhuana agung : alam semesta (jagat raya) disebut makrokosmos.
bhuta yadnya : kurban suci yang ditujukan kepada ‘bhuta kala’
canang : sesajen dari bahan janur atau daun pisang sebagai
alas berisi daun’pelawa’ bunga, sirih, pinang, dan
sebagainya.
caru : ritual bhuta-yadnya yang bertujuan menetralisir
alam dari pengaruh negatif.
catus pata : jalan simpang empat (perempatan agung dan
berkaitan dengan upacara tawur).
caka : tahun kalender Hindu.
cuntaka : keadaan kotor, cemer, ‘sebel’ karena ditimpa
xx
kematian atau melaksanakan upacara pitra yadnya.
desa, kala, patra : konsep yang dihubungkan dengan tempat, waktu
dan keadaan dalam desa pakraman.
desa pakraman : wilayah kesatuan adat, yang memiliki tradisi sosial
budaya ditandai dengan adanya kahyangan tiga.
dewa-dewi : sinar suci Tuhan Yang Mahaesa.
dewata nawasanga : sembilan dewa perwujudan Tuhan sebagai
penguasa sembilan penjuru angin.
disiwi : dipuja, dijunjung.
Ista dewata : pemujaan terhadap dewa sebagai sinar suci Tuhan
Yang Mahaesa menurut fungsi dan kedudukannya.
jaba tengah : bagian Pura yang letaknya di halaman tengah
antara jaba sisi dan jeroan.
jukung : perahu yang menggunakan layar atau sampan
bercadik.
jumbuhing gusti : roh yang ada dalam diri manusia menjadi sangat
dekat dengan Tuhannya.
kajeng : hari ketiga dalam ‘tri wara’.
kanjeng : gelar kehormatan, yang terkemuka.
kakawin : karangan (karya sastra) yang dibangun oleh bait-
bait wirama dan dapat dilagukan.
kejawen : istilah untuk menyebut kelompok masyarakat yang
melaksanakan adat dan kepercayaan Jawa.
kembang telon : tiga jenis bunga (mawar, cempaka, kenanga) yang
dipahami sebagai ‘telu teluning atunggal’ karena
memiliki kekuatan yang luar biasa
kerawuhan : kondisi trans, mirip dengan kesurupan (kerasukan
roh).
kliwon : hari kelima dalam ‘panca wara’.
labuhan : sebuah ritual dengan cara membuang,
menjatuhkan, atau menenggelamkan sesaji (bisa di
xxi
laut, danau, atau kawah).
laku : jalan, arah menuju (spiritual).
lelana/lelono : berkelana (dalam hal ini melakukan perjalanan
spiritual).
lingga cala : lambang dewa Siwa berbentuk batu bulat panjang
(sthana dewa Siwa pada gunung-gunung).
lingga yoni : lambang Siwa dengan ‘sakthinya’ yang berbentuk
batu bulat panjang terpancang pada suatu lubang
berbentuk lingkaran.
makrifat : kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-
luasnya
mamayu hayuning bawana : ‘laku’ (orang Jawa) untuk menuju keselamatan dan
kebahagiaan hidup.
manunggaling kawula gusti : Sang pencipta adalah tempat kembali semua roh
makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat
roh yang berasal dari roh Tuhan.
malukat : ritual ruwatan (penyucian diri secara lahir dan
bathin).
mapakelem : ritual yadnya dengan menenggelamkan sesaji di
laut atau danau.
mulat sarira : memahami sesuatu dengan cara introspeksi diri.
muput : memimpin dan menyelesaikan ritual tertentu.
nabe : guru suci (pendeta yang memberi petunjuk
kerohanian dan harus diterima dengan patuh oleh
calon pendeta walaupun sudah ditasbihkan menjadi
pendeta).
neduh : ritual permohonan maaf kepada Sang Maha
Pencipta agar tidak terjadi bencana alam atau
wabah penyakit.
niskala : tidak terlihat (tidak kasat mata).
ngaluhur : menggaib untuk menuju alam yang tertinggi.
xxii
odalan : perayaan hari jadi yang dilaksanakan setiap enam
bulan (210 hari) menurut perhitungan kalender
Bali.
panca maha bhuta : lima unsur zat alam yang membentuk fisik
manusia (pertiwi, apah, teja, bayu, akasa).
panca yadnya : lima jenis korban suci upacara keagamaan dalam
agama Hindu.
pasupati : melakukan ritual untuk mendapatkan berkah
kekuatan gaib dari dewa Siwa.
paramatma : Tuhan Yang Mahaesa.
payogan : tempat untuk beryoga.
palinggih : tempat suci untuk pemujaan kepada dewa-dewi,
dan orang suci (leluhur).
pamangku : orang suci yang memimpin ritual pada sebuah Pura
tertentu.
pangruatan : ritual pembersihan untuk perbuatan yang dianggap
dosa dan membahayakan.
pasimpangan : bangunan suci tempat memuja dewa, karena pura
asli tempatnya jauh.
pejati : sesajen yang biasa digunakan dalam
persembahyangan ketika pertama kali mendatangi
sebuah tempat pemujaan ( bentuk permakluman).
pingit : angker, rahasia, dan memiliki kekuatan gaib.
pralingga : arca yang merupakan simbol kedudukan dewa atau
leluhur.
purana : cerita kuno tentang riwayat, silsilah, asal-usul
penciptaan.
purusa-pradhana : istilah dalam filsafat Hindu untuk menyatakan
dualitas yang saling berhubungan dalam konsep
Samkhya (jiwa ketuhanan dan alam semesta).
ratu : raja, panggilan kehormatan bagi orang berkasta.
xxiii
reinkarnasi : penjelmaan kembali ke dunia dengan segala
karmanya (lahir kembali).
rwa bhineda : dua yang berbeda namun saling melengkapi agar
kondisi tetap seimbang.
sekala : nyata (kasat mata).
siwalingga : dewa Siwa dipuja dalam bentuk lingga atau pallus.
sidhi : sakti, bertuah, dan memiliki energi yang
berkekuatan tinggi.
sukma sarira : badan halus sebagai wujud perasaan dan pikiran.
surya sewana : pemujaan kepada Dewa Surya yang dilakukan oleh
para pendeta pada saat fajar /pagi hari.
tat twam asi : konsep toleransi dan persaudaraan dalam Hindu,
yang bermakna menjadikan semua makhluk sama,
sederajat dan bersaudara. Kami/dia adalah Aku.
tri hita karana : tiga hal yang menyebabkan hidup harmonis atau
bahagia karena adanya hubungan antara manusia
dengan Tuhan (parhyangan), hubungan manusia
dengan manusia (pawongan), dan hubungan
manusia dengan lingkungan (palemahan).
tri kaya parisudha : tiga aktivitas dalam kehidupan manusia untuk
penyucian dan pengendalian diri (berpikir, berkata,
berbuat).
tri mandala : tiga tingkatan halaman dalam sebuah Pura (utama,
madya, nista).
tri murti : sebutan terhadap ketiga perwujudan Tuhan
(brahma, wisnu, siwa).
tri rna : tiga jenis pemuliaan dalam kehidupan yang
dilakukan terhadap (dewa, pitara, rsi).
unen-unen : binatang atau makhluk halus kepunyaan pura yang
dianggap keramat.
wisik/pawisik : wahyu atau mendapat wahyu.
xxiv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL LUAR ..................................................................................... i
SAMPUL DALAM................................................................................... ii
PRASYARAT GELAR ........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ....................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................vii-ix
ABSTRAK ...................................................................................................x
ABSTRACT ..................................................................................................xi
RINGKASAN DISERTASI ....................................................................xii-xviii
GLOSARIUM............................................................................................ xix-xxiii
DAFTAR ISI...........................................................................................xxiv-xxviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 10
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 11
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12
1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................... 12
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 13
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 13
xxv
BAB II KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN,
TEORI DAN MODEL PENELITIAN .................................... 16
2.1. Kajian Pustaka ................................................................................... 16
2.2. Deskripsi Konsep ............................................................................... 25
2.2.1 Konsep Folklor, Tradisi Lisan,Kearifan Lokal, dan Sastra Lisan...... 25
2.2.2 Konsep Persepsi.................................................................................. 28
2.2.3 Konsep Mitos .................................................................................... 30
2.2.4 Konsep Ratu Kidul ............................................................................. 35
2.2.5 Konsep Wacana Naratif .................................................................... 38
2.2.6 Konsep Spiritualitas . ....................................................................... 41
2.3. Landasan Teori................................................................................... 43
2.3.1 Teori Wacana Naratologi ................................................................... 43
2.3.2 Teori Semiotika.................................................................................. 45
2.3.3 Teori Mitos/Mitologi ......................................................................... 49
2.3.4 Teori Resepsi...................................................................................... 52
2.4. Model penelitian................................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 59
3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 59
3.2 Lokasi Penelitian.................................................................................. 62
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 63
3.3.1 Jenis Data ........................................................................................... 63
3.3.2 Sumber Data....................................................................................... 64
3.4 Teknik Penentuan Informan................................................................. 65
3.5 Instrumen Penelitian............................................................................. 66
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 67
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data....................................................... 70
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Penelitian ................................... 72
xxvi
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PERSEPSIMASYARAKAT TERHADAP WACANA MITOS RATU KIDULDI PESISIR BALI SELATAN. ................................................. 73
4.1 Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian .............................................. 73
4.2 Bentuk-bentuk Persepsi Masyarakat terhadap Wacana Mitos RK ....... 83
4.2.1 Kelompok Masyarakat dengan Profesi Paranormal........................... 84
4.2.2 Kelompok Masyarakat dengan Profesi Nelayan ................................ 86
4.2.3 Kelompok Masyarakat Multikultural................................................. 88
4.3 Rekonstruksi Wacana Mitos RK di Pesisir Bali Selatan . .................... 95
BAB V STRUKTUR WACANA MITOS RATU KIDUL DI PESISIRBALI SELATAN ...................................................................... 102
5.1 Struktur Formal Wacana Mitos RK di Pesisir Bali Selatan................. 102
5.1.1 Aspek Kohesi ................................................................................... 105
5.1.2 Aspek Koherensi . ............................................................................. 115
5.2 Struktur Naratif Wacana Mitos RK di Pesisir Bali Selatan ............... 120
5.2.1 Aspek Instrinsik ............................................................................... 125
5.2.2 Aspek Ekstrinsik .............................................................................. 158
BAB VI FUNGSI WACANA MITOS RATU KIDUL DI PESISIRBALI SELATAN ..................................................................... 176
6.1 Fungsi Tekstual Wacana Mitos Ratu Kidul ......................................... 176
6.1.1 Fungsi Ekspresif................................................................................ 176
6.1.2 Fungsi Fatis ..................................................................................... 177
6.1.3 Fungsi Estetis .................................................................................. 178
6.2 Fungsi Kontekstual Wacana Mitos Ratu Kidul ................................... 178
6.2.1 Fungsi Kesejahteraan dan Keharmonisan ........................................ 180
6.2.2 Fungsi Kesehatan dan Pengobatan ................................................... 187
6.2.3 Fungsi Mistis atau Gaib ................................................................... 198
xxvii
6.2.4 Fungsi Pendidikan ........................................................................... 203
A. Nilai Etika .......................................................................................... 204
B. Nilai Estetika ..................................................................................... 207
C. Nilai Ritual ......................................................................................... 212
6.2.5 Fungsi Persatuan/Pemersatu .............................................................. 218
6.2.6 Fungsi Pelestarian ............................................................................ 223
BAB VII MAKNA WACANA MITOS RATU KIDUL DI PESISIRBALI SELATAN .................................................................. 226
7.1 Makna Tekstual Wacana Mitos Ratu Kidul ......................................... 226
7.1.1 Makna Denotataif ............................................................................ 228
7.1.2 Makna Konotatif ............................................................................. 229
7.1.3 Makna Idiomatik ............................................................................. 231
7.1.4 Makna Pusat ................................................................................... 231
7.1.5 Makna Idesional .............................................................................. 232
7.2 Makna Kontekstual Wacana Mitos Ratu Kidul.................................... 233
7.2.1 Makna Theologis ............................................................................ 236
7.2.2 Makna Filosofis ............................................................................... 249
7.2.3 Makna Simbolis .............................................................................. 254
7.2.4 Makna Mitologis ............................................................................. 314
BAB VIII FAKTOR PENDUKUNG PERSEPSI MASYARAKAT DANIMPLIKASI WACANA MITOS RATU KIDUL DIPESISIR BALI SELATAN ................................... 323
8.1 Faktor Pendukung Persepsi Masyarakat terhadap Wacana Mitos RK . 323
8.1.1 Faktor Ideologis ................................................................................ 323
8.1.2 Faktor Politik ..................................................................................... 331
8.1.3 Faktor Ekonomi/Pariwisata ............................................................... 335
8.1.4 Faktor Sosial Budaya ........................................................................ 339
xxviii
8.2 Implikasi Wacana RK di Pesisir Bali Selatan .................................... 342
8.2.1 Perubahan Cara Pandang dalam Memahami Hakikat Tuhan ............ 344
8.2.2 Perubahan dalam Sikap dan Perilaku ................................................ 351
8.2.3 Perubahan dan Alih Profesi ............................................................... 356
8.3 Temuan Penelitian .............................................................................. 359
BAB IX PENUTUP ........................................................................... 366
9.1 Simpulan ............................................................................................. 367
9.2 Saran .................................................................................................... 374
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................376
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1) Daftar Informan.
2) Foto Dokumentasi terkait dengan RK di Pesisir Bali Selatan.
3) Surat Ijin Penelitian.
4) Bentuk Persepsi Wacana mitos RK di Jawa dan Pesisir Bali Selatan.