DISERTASI -...

27

Transcript of DISERTASI -...

Page 1: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program
Page 2: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

i

DISERTASI

SPIRITUAL HEALING DALAM PARIWISATA BALI:

ANALISIS TENTANG KEUNIKAN,

PENGEMBANGAN, DAN KONTRIBUSINYA

DALAM PARIWISATA

I GEDE SUTARYA

NIM 1290771005

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 3: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

ii

SPIRITUAL HEALING DALAM PARIWISATA BALI:

ANALISIS TENTANG KEUNIKAN,

PENGEMBANGAN, DAN KONTRIBUSINYA

DALAM PARIWISATA

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor

pada Program Studi Doktor Pariwisata,

Program Pascasarjana, Universitas Udayana

I GEDE SUTARYA

NIM 1290771005

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 4: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : I Gede Sutarya

NIM : 1290771005

Alamat : Jalan Brigjen Ngurah Rai Gang VIIIA No.4 Bangli, Bali,

Telp.0366.92018

Dengan ini menyatakan disertasi ini asli, dan tidak mengandung unsur-unsur

plagiat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat, apabila di kemudian hari ada yang

mempermasalahkan keaslian karya ini, saya siap bertanggung jawab dan

menanggung konsekuensinya.

Denpasar, 9 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

I Gede Sutarya

Page 5: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

iv

HALAMAN PERSETUJUAN DISERTASI

Lembar Persetujuan Promotor/Kopromotor

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI PADA 18 AGUSTUS 2016

Promotor, Kopromotor,

Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt

NIP 19440929 197302 1001 NIP 19611205 198603 1004

Mengetahui

Ketua Program S3 Pariwisata Direktur

Program Pasca Sarjana Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K)

NIP 19490811 197303 1001 NIP 19590215 198510 2001

Page 6: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

v

Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai

oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Panitia Penguji Disertasi adalah:

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Sirtha,SH.,MS

Anggota :

1.Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra,M.Litt

2.Prof. Dr. I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E.

3.Prof. Dr. I Wayan Ardika,M.A.

4.Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH., PFK., Sp.Erg.

5.Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.

6.Dr. Ir. AAP. Agung Suryawan Wiranatha, MSc.

7.Dr. I Made Suradnya, SE.,M.Sc

Page 7: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Om Swastyastu,

Puji syukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa yang

memberikan anugrah sehingga disertasi ini bisa selesai.

Pada kesempatan ini, perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS selaku promotor yang telah dengan sabar

bersedia berdiskusi, dan memberikan masukan dari tahap gagasan sampai sampai

penulisan disertasi. Terima kasih juga kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra,

M.Litt selaku Kopromotor yang telah memberikan banyak masukan dalam

penulisan disertasi, dan dengan teliti telah mensinkronkan bab demi bab dalam

disertasi ini. Untuk mendiang Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc yang sempat menjadi

Kopromotor II sampai seminar kelayakan naskah disertasi, saya juga berterima

kasih karena pandangan-pandangan yang komprehensif terhadap berbagai

kupasan teori-teori pariwisata yang ada dalam disertasi ini.

Terima kasih juga kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut

Suastika, SpPD-KEMD, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Ketua Program Studi S3 Pariwisata, Prof.

Dr. I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E, dan Sekretaris Program Studi S3

Pariwisata, Dr. Ir. AAP. Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc atas fasilitas yang

diberikannya. Ucapan yang sama juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. I Wayan

Ardika, M.A, Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP, dan Dr. I Made Suradnya,

SE.,M.Sc selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dirjen Bimmas Hindu,

Prof. I Ketut Widnya, MA.,M.Fill.,Ph.D, Rektor Institut Hindu Dharma Negeri

(IHDN) Denpasar, Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si c/q Kementerian Agama RI

yang telah memberikan izin belajar, dan membantu penyelesaian disertasi ini

dengan kesempatan untuk mengikuti Sandwich ke KITLV, Leiden pada Oktober

sampai Desember 2014.

Ketika mengucapkan terima kasih kepada keluarga, dan teman-teman, saya

menjadi teringat kepada mendiang ayah saya, Drs. I Nyoman Singgin Wikarman

yang telah banyak memberikan inspirasi dalam semangatnya yang tak pernah

surut, sehingga saya mengucapkan terima kasih juga kepadanya. Terima kasih

juga saya sampaikan kepada ibu saya, Ni Ketut Kantun, dan istri saya, AA.Sagung

Sri Darmayanthi, SE yang telah banyak memberikan semangat, dan dorongan

untuk menyelesaikan disertasi ini.

Kepada teman-teman seperjuangan di S3 Pariwisata, Unud, seperti I Putu

Sudana, dan I Wayan Duarta, saya juga mengucapkan terima kasih karena

berbagai diskusinya yang banyak memberikan inspirasi. Untuk teman-teman

sejawat di IHDN Denpasar, saya juga mengucapkan terima kasih karena

dorongannya yang sangat besar. Ada banyak lagi, pihak yang membantu yang tak

bisa saya sebutkan satu per satu, untuk itu saya mengucapkan terima kasih juga.

Semoga Ida Sanghyang Widhi Wasa membalas semua kebaikan yang telah

diberikannya kepada saya.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Page 8: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

vii

ABSTRACT

Spiritual Healing in the Tourism of Bali:

Analysis of Uniqueness, Development and Contribution

in Tourism

Spiritual healing is an alternative tourism for healthy body, mind, and spirit

that has trend to increase the income of local people by increasing the length of

stay and the expenditure of foreign tourists with high dependence on the

environment, culture, and the local people. The trends are evident from the cases

of Munivara Ashram and Ratu Bagus Ashram where tourists who follow the

classes at least stay for seven days.

In the tourist area of Ubud, spiritual healing has been initiated by foreigners

like in the Yoga Barn and Radiantly Alive. The foreigner involvement turn into

the gap between reality with the tourism theories about the searching of tourists

for spiritual healing that emphasize authenticity. The gap between reality and

theory has not been studied so that this study is considered to be new in terms of

research subject and the research location. The gap between reality and theory

raises the research problems of the uniqueness, development, and the contribution

of spiritual healing in Bali for the sustainability of Bali tourism.

This research of purposes is to eximine the uniqueness, analyze the

developments, and formulate contributions of spiritual healing in Bali tourism.

The issues discussed with the theory of tourism products development for

uniqueness, the theory of psychoanalysis to the problems of development, the

theory of tourism area life cycle and the sustainable tourism for the contributions

of spiritual healing in Bali tourism. This research was qualitative research with

data collection through literature study, observation and interview. The data were

analyzed qualitatively.

The uniqueness of spiritual healing in Bali, classified in terms of tangible and

intangible aspects. Its appearance that uses the nature and assets of the Balinese

culture are the uniqueness in terms of tangible. The intangible aspects are the

knowledge of healers and experiences of tourists. Its business uses the spiritual

movement, middle ground, and pure business patterns as the ways of

development. The ways of development is based on the authenticity of the

product, with the development of new markets through a network of students.

The contributions of spiritual healing to achieve the sustainability of Bali

tourism can be seen from the products that has sustainability dimension, because

these products are based upon destinations, and oriented towards resources in

destination of Bali. Destination-based products and oriented to the resources on

the destination of Bali are a discovery of products, in which position has the

founding of this study.

Keywords: Spiritual Healing, Uniqueness, Development, Contributions

Page 9: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

viii

ABSTRAK

Spiritual Healing dalam Pariwisata Bali: Analisis Tentang

Keunikan, Pengembangan, dan Kontribusinya

dalam Pariwisata

Spiritual healing adalah pembangunan kesehatan badan, pikiran, dan spirit

yang telah menjadi pariwisata alternatif, yang berpeluang meningkatkan

pendapatan masyarakat lokal melalui lama tinggal dan pengeluaran wisman.

Peluang pendapatan melalui lama tinggal ini terbukti di Ashram Munivara, Ubud

dan Ashram Ratu Bagus, Muncan yang lama tinggal wismannya kebanyakan

sekitar tujuh hari.

Peluang orang lokal ini mendapatkan tantangan di Kawasan Pariwisata Ubud,

sebab pariwisata spiritual healing ini mulai dirambah orang-orang asing seperti di

Yoga Barn dan Radiantly Alive. Keikutsertaan orang-orang asing ini menjadi

perhatian, sebab merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan teori-teori

pariwisata tentang pencarian wisman pada authenticity (keaslian) dalam

pariwisata.

Kesenjangan antara kenyataan healers asing dan teori pariwisata tentang

authenticity ini belum pernah diteliti sehingga merupakan penelitian baru dari segi

subjek dan lokasi penelitian. Kesenjangan ini memunculkan masalah-masalah

penelitian tentang keunikan, pengembangan, dan kontribusi spiritual healing di

Bali untuk pariwisata Bali yang berkelanjutan.

Tujuan penelitian tentang spiritual healing ini adalah mengkaji keunikan,

menganalisis pengembangan, dan merumuskan kontribusi spiritual healing dalam

pariwisata. Masalah-masalah tersebut dibahas melalui Teori Tourism Products

Development untuk masalah keunikan, Teori Psikoanalisis untuk masalah

pengembangan, Teori Tourism Area Life Cycle, dan Teori Pariwisata

Berkelanjutan untuk masalah kontribusi spiritual healing dalam pariwisata Bali.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data melalui studi

pustaka, observasi, dan wawancara. Data tersebut dianalisis secara kualitatif.

Keunikan spiritual healing di Bali, dapat dipilah secara tangible dan

intangible. Penampilan spiritual healing yang berbasis lingkungan dan aset-aset

budaya Bali merupakan keunikan secara tangible. Pengetahuan healers dan

pengalaman wisman adalah keunikan secara intangible. Pola bisnisnya

menggunakan pola gerakan spiritual, pola jalan tengah, dan pola bisnis murni.

Pola bisnis ini berbasis authenticity produk, dengan pengembangan pasar baru

melalui jaringan murid-murid di luar negeri.

Kontribusi spiritual healing dalam mewujudkan pariwisata Bali yang

berkelanjutan, terletak pada produk spiritual healing yang berbasis destinasi, dan

berorientasi sumber daya dalam destinasi Bali. Produk spiritual healing yang

berbasis destinasi, dan berorientasi sumber daya pada destinasi Bali ini merupakan

temuan dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Spiritual Healing, Keunikan, Pengembangan, Kontribusi

Page 10: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

ix

Ringkasan

Spiritual Healing dalam Pariwisata Bali: Analisis tentang

Keunikan, Pengembangan, dan Kontribusinya dalam Pariwisata

1.Pendahuluan

Spiritual healing adalah pembangunan kesehatan badan, pikiran dan spirit

yang telah menjadi pariwisata alternatif yang berskala kecil, tetapi mampu

meningkatkan pendapatan dari pariwisata dengan menambah lama tinggal, dan

memperbesar pengeluaran wisman. Perbandingan Indonesia dan India

membuktikan bahwa jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang lebih besar

tidak berbanding lurus dengan pendapatannya, misalnya pada tahun 2014,

Indonesia menerima kunjungan wisman 9,435 Juta, penerimaannya dari

pariwisata sebesar 9,848 Juta US Dollar. India pada tahun 2014, menerima

kunjungan wisman 7,703 Juta, penerimaannya dari pariwisata adalah 19,700 Juta

US Dollar (UNWTO, 2015).

Besarnya pendapatan India disebabkan oleh lama tinggal wisman ke India

yang mencapai 31,2 hari, sedangkan lama tinggal wisman ke Indonesia rata-rata

3,09 hari (UNCTAD, 2010). Karena itu, perlu dikembangkan jenis pariwisata

yang bisa mengundang lama tinggal yang lebih besar, seperti India yang

mengembangkan yoga yang ternyata mampu mengundang lama tinggal wisman

selama satu bulan di India (Maddox, 2014).

Berdasarkan penelitian awal, kunjungan wisman untuk tujuan spiritual

healing di Ashram Ratu Bagus memerlukan waktu empat hari (I Wayan Sujana,

wawancara 3 Agustus 2014), sehingga kalau ditambah istirahat dan berkeliling ke

tempat-tempat wisata menjadi tujuh hari. Lama tinggal ini sudah lebih tinggi dari

lama tinggal wisman ke Bali yang hanya 3,30 hari tahun 2014.

Pariwisata untuk spiritual healing telah mulai dipromosikan Novel Eat Pray

Love pada 2006. Novel ini diikuti festival Bali Spirit tahun 2008 yang telah

memposisikan Bali sebagai destinasi spiritual (Kartajaya-Indro M, 2009:206-207).

Promosi ini kemudian menyemarakkan pariwisata dengan tujuan spiritual healing

ke Bali, dengan ditandai pertumbuhan pelayanan yoga, pengobatan tradisional,

dan Shaking di Bali.

Kawasan Pariwisata Ubud adalah titik sentral perkembangan ini, dengan

perkembangan Yoga Barn, Radiantly Alive, I Ketut Liyer, Ni Wayan Nuriasih,

Four Season-Sayan, Ubud, Bagus Jati-Sebatu, Tegallalang, dan yang lainnya. Di

luar Kawasan Pariwisata Ubud ini, Ashram Ratu Bagus menjadi pusat spiritual

healing di bagian timur Bali, sehingga melengkapi munculnya pelayanan spiritual

healing di berbagai tempat di Karangasem, seperti di Sidemen, Manggis, dan

sekitarnya.

Pencarian wisman terhadap spiritual healing, berkaitan dengan pencarian

terhadap keunikan yang dalam studi-studi pariwisata berhubungan dengan

pencarian authenticity (Apostolakis, 2003:802). Cohen (dalam Hall, 2003:287)

menyatakan authenticity dapat diidentifikasi melalui persepsi wisatawan, dan apa

Page 11: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

x

yang disediakan tuan rumah. Karena itu, Apostolakis (2003:801) menyatakan

authenticity dipisahkan menjadi dua yaitu pengalaman wisatawan (tourist

experience) dan objek perjalanan (tour object). Negosiasi antara keduanya

merupakan authenticity.

Pencarian authenticity sesuai teori-teori pariwisata tersebut ternyata tidak

menjadi kenyataan di Bali, sebab perkembangan spiritual healing di Bali, ditandai

dengan berdatangannya jenis spiritual healing dari luar, seperti yang terjadi di

Yoga Barn dan Radiantly Alive. Healers-nya pun kebanyakan dari luar.

Berdasarkan pengamatan, dari 25 healers yang bekerja di Yoga Barn, Ubud hanya

3 orang yang berasal dari Bali, sedangkan sisanya 22 orang berasal dari luar

negeri (Yoga Barn, 2016). Di Radiantly Alive, dari lima healers yang

diperkenalkan hanya satu orang yang berasal dari Bali (Radiantly Alive, 2016).

Dari 25 healers ini tak satu pun yang mengajarkan healing tradisional Bali.

Kenyataan ini merupakan kesenjangan dari teori tentang pencarian authenticity

dan pembangunan pariwisata budaya di Bali menurut Perda No.2 tahun 2002 yang

menyatakan usaha pariwisata harus bercirikan budaya Bali, memiliki visi

pemeliharaan budaya Bali, dan berpartisipasi dalam pengembangan budaya Bali.

Kesenjangan antara teori dan kenyataan, serta antara harapan Perda No.2

tahun 2012 merupakan masalah baru yang belum pernah diteliti. Dari kesenjangan

antara teori dan kenyataan, serta antara harapan dan kenyataan tersebut muncul

tiga rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu tentang keunikan spiritual

healing di Bali, pengembangan spiritual healing di Bali, dan kontribusinya dalam

pariwisata Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keunikan spiritual

healing di Bali, menganalisis pengembangan spiritual healing di Bali, dan

merumuskan kontribusinya dalam pariwisata Bali.

Masalah-masalah tersebut dibahas melalui Teori Tourism Products

Developmet untuk menjelaskan perlunya keunikan dalam membangun produk

pariwisata spiritual healing, Teori Psikoanalisis untuk menjelaskan pola

pengembangan spiritual healing, Teori Tourism Area Life Cycle untuk

menjelaskan tentang perlunya diversifikasi produk dalam pola pengembangan

pariwisata Bali pada fase konsolidasi untuk mencegah kejenuhan, dan Teori

Pariwisata Berkelanjutan untuk menjelaskan kontribusi spiritual healing dalam

mewujudkan pariwisata Bali yang berkualitas dengan melihat potensi-potensi

keberlanjutannya.

Berdasarkan beberapa penelitian tentang spiritual healing di berbagai negara,

penelitian ini menjadi penting sebab meneliti produk yang berorientasi kepada

destinasi, dan sumber daya pada destinasi. Penelitian-penelitian sebelumnya, baru

berkutat pada eksplorasi, komodifikasi, motivasi, daya tarik, produk jalan tengah,

dan pengembangan produk. Penelitian tentang produk yang berorientasi kepada

destinasi, dan sumber daya pada destinasi, belum pernah dilakukan.

Model penelitian ini berangkat dari perkembangan pariwisata Bali yang

memiliki kecenderungan menjadi pariwisata massal, sehingga muncul pariwisata

alternatif, yaitu wellness tourism yang memunculkan produk spiritual healing

dalam pariwisata Bali. Dalam pengembangan produk spiritual healing ini muncul

tiga masalah yang lahir dari kesenjangan teori dan kenyataan, serta kesenjangan

harapan dan kenyataan. Masalah-masalah tersebut adalah tentang keunikan yang

Page 12: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xi

dicari wisman ke Bali untuk spiritual healing padahal produknya hampir mirip di

seluruh dunia, pengembangan produk spiritual healing di Bali dalam menghadapi

persaingan global, dan kontribusi spiritual healing dalam pariwisata Bali.

Masalah-masalah ini dijelaskan melalui Teori Tourism Products

Development, Psikoanalisis, Tourism Area Life Cycle, dan Pariwisata

Berkelanjutan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang pengumpulan

datanya melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi. Analisis datanya

menggunakan analisis data kualitatif melalui klasifikasi data, dan interpretasi data.

Teknik penyajiannya bersifat deskriptif melalui penjelasan, penafsiran, dan

penyimpulan.

2.Perkembangan Spiritual Healing di Bali

Perkembangan spiritual healing sebagai produk pariwisata sama sekali tak

terlihat pada fase-fase awal pariwisata Bali (1920 – 1950), yang berkonsentasi

pada pariwisata budaya. Pada fase itu hanya ada cerita-cerita tentang leak. Pada

1970-1980, pencarian wisman terhadap spiritual healing mulai tampak, sehingga I

Ketut Arsana, Guru Made Sumantra, dan yang lainnya mulai melakukan kegiatan

dalam skala kecil di rumahnya masing-masing dan di hotel-hotel berbintang

berdasarkan undangan. Pada 1980-1990, kegiatan ini mulai bertumbuh.

Pertumbuhan ini semakin besar pada 1990 – 2000. Pada fase 2000 – sekarang,

pertumbuhannya sangat pesat, terutama pasca Novel Eat Pray Love pada 2006.

Pada fase ini tumbuh berbagai pusat-pusat kegiatan spiritual healing seperti Yoga

Barn, Radiantly Alive, dan yang lainnya.

Perkembangan ini tidak hanya terjadi di Kawasan Pariwisata Ubud, tetapi

juga merambah kawasan Bali Utara, Jembrana, Karangasem, Bangli, Denpasar,

Badung, dan yang lainnya. Pada penelitian ini dipilih Kawasan Pariwisata Ubud,

dan Kawasan Muncan untuk menjadi perwakilan Bali secara keseluruhan, sebab

telah memotret perkembangan di wilayah yang sangat pesat (Ubud), dan di

wilayah yang perkembangannya masif pada satu ashram yaitu Ashram Ratu

Bagus (Muncan).

Potensi spiritual healing di Bali cukup besar, seperti yang tersimpan dalam

lontar-lontar Usadha, dan Tenung. Mereka yang mempelajari jenis-jenis

pengobatan ini disebut dengan balian, yang terdiri dari Balian Usada, Balian

Kapica, Balian Katakson, Balian Tenung, dan Balian dengan keahlian khusus

(Nala, 2006). Perkenalan pengobatan Bali ke luar negara, terutama ke Belanda

mulai 1923 melalui penerjemahan Lontar Usada Sari, tetapi Hobart (2003)

menyatakan perkenalan pengobatan Bali ke luar negeri mulai 1930-an.

Dari teknik-teknik pengobatan tersebut hanya sedikit yang berkembang dalam

Pariwisata Bali. Perkembangan spiritual healing di Bali, kebanyakan didominasi

oleh perkembangan spiritual healing dari luar negeri. Yoga, termasuk spiritual

healing yang paling populer, sehingga semua teknik spiritual healing

menyebutkan dirinya yoga, padahal yoga memiliki batasan-batasan yang jelas dari

asana, pranayama sampai samadhi (pencapaian meditasi).

Perkembangan spiritual healing dalam dunia pariwisata Bali kebanyakan

merupakan bentuk modifikasi dari bentuk-bentuk aslinya, seperti Asana menjadi

senam, Pranayama menjadi pernapasan, Dyana menjadi meditasi, Tantra menjadi

Page 13: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xii

holistic healing, Usada menjadi Balinese Holistic Healing, Tenung menjadi

Balinese Astrology, Bayu Suci menjadi Shaking, dan Malukat menjadi Goddess

Within atau Bathing Ritual. Modifikasi terjadi melalui campur tangan orang luar

negeri seperti Margareth yang memodifikasi pengobatan Kanda Pat dan Usada Ni

Wayan Nuriasih, dengan pengetahuan pengobatan herbal modern. Seorang

wisman asal Italia juga memodifikasi Bayu Suci dari Ashram Ratu Bagus menjadi

Shaking yang sesuai dengan perkembangan dunia. Modifikasi tersebut dilakukan

sebagai bentuk dari reduksi pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, sehingga bisa

dinikmati wisman.

Dari semua kegiatan spiritual healing tersebut, Pemkab Gianyar baru

memiliki data 10 kegiatan di Kawasan Pariwisata Ubud. Pemkab Karangasem,

tidak memiliki data sama sekali terhadap usaha spiritual healing. Secara faktual,

Karangasem memiliki tempat spiritual healing yang cukup ramai di Desa

Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem, yaitu Ashram Ratu Bagus.

3.Keunikan Spiritual Healing di Bali

Keunikan spiritual healing di Bali dapat dilihat secara tangible dan

intangible. Secara tangible dapat dilihat dari penampilannya yang berupa eko-

spiritual healing menampilkan keunikan lingkungan alam seperti Yoga Barn, dan

Radianly Alive. Penampilan budaya-spiritual healing menampilkan keunikan

ritual, dan daya dukung budaya komunitas setempat. Penampilan eko-budaya

spiritual healing menampilkan keunikan tradisi ashram, dan lingkungan ashram.

Penampilan konstruksi eko-budaya spiritual healing menampilkan keunikan

lingkungan, dan budaya hasil konstruksi seperti produk mandi di sungai.

Secara intangible, keunikan-keunikan ini terbangun dari pengetahuan healers,

dan pengalaman wisman. Pengetahuan healers yang mampu membantu

kesembuhan stress, HIV/AIDS, membangkitkan cakra, dan menghubungkan

wisman dengan energi alam merupakan keunikan-keunikan spiritual healing di

Bali. Pengalaman wisman yang berupa perasaan gembira, hilangnya

kekhawatiran, perubahan prilaku, pikiran yang lebih fokus, kebangkitan diri, dan

munculnya perasaan kasih sayang merupakan keunikan.

Keunikan-keunikan ini lahir dari hubungan wisman dengan guru, komunitas,

dan lingkungan ashram. Keunikan ini mendorong wisman melakukan kunjungan

kembali, sebab pengalaman tentang kegembiraan dan ketenangan biasanya

bersifat sementara. Ketika wisman kembali bersentuhan dengan kehidupan sehari-

hari, kegembiraan dan ketenangan tersebut hilang kembali. Perasaan-perasaan

yang seperti kekhawatiran, dan emosi akan kembali. Keinginan untuk

mendapatkan pengalaman yang pernah dirasakan ini berupa kegembiraan dan

ketenangan, membuat wisman rindu untuk melakukan kunjungan kembali.

Keinginan untuk melakukan kunjungan kembali tersebut terbukti dari Ashram

Ratu Bagus, dan Ashram Munivara. Di Ashram Ratu Bagus, wisman yang sudah

merasakan Shaking kembali lagi untuk kunjungan dalam waktu yang lebih lama

untuk tinggal di ashram tersebut. Di Ashram Munivara, wisman yang sudah

merasakan manisnya pengalaman spiritual bersama Arsana biasanya kembali

untuk merasakannya lagi dengan tinggal lebih lama di Ashram Munivara.

Kunjungan kembali itu terjadi karena ketenangan kehidupan dalam ashram

Page 14: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xiii

merupakan pencapaian sementara. Jika wisman kembali kepada kegiatan rutinitas,

pengaruh-pengaruh negatif karena pekerjaan akan membuat pikirannya tidak

stabil lagi. Keadaan tidak stabil ini membuat wisman rindu untuk kembali kepada

kehidupan ashram yang tenang.

Keunikan-keunikan ini diidentifikasi berdasarkan faktor-faktor yang menjadi

daya tarik pariwisata (Mill dan Morrison, 2012) yaitu faktor etnis, budaya, dan

alam. Keunikan yang muncul dari eko-spiritual healing terjadi karena faktor alam,

keunikan yang muncul dari budaya-spiritual healing terjadi karena faktor budaya

dan etnis, keunikan eko-budaya spiritual healing terjadi karena faktor etnis,

budaya dan alam, serta keunikan konstruksi eko-budaya terjadi karena faktor

alam. Keunikan tangible ini merupakan explicit intangible dari pencarian terhadap

keunikan intangible yang salah satu contohnya adalah ketenangan.

Alam, budaya, dan etnis menjadi faktor-faktor yang membangun keunikan.

Alam, budaya, dan etnis merupakan faktor-faktor yang membangun kesehatan dan

ketenangan. Karena itu, core produk pariwisata spiritual healing di Bali, adalah

kesehatan dan ketenangan yang menjadi kebutuhan dasar setiap manusia.

Tangible produknya adalah ashram, healers, dan tempat-tempat kegiatan spiritual

healing, serta augmented-nya adalah etnis, dan budaya asli Bali yang melahirkan

keunikan-keunikan spiritual healing di Bali.

3.Bisnis Spiritual Healing di Bali

Pengembangan bisnis spiritual healing di Bali terbangun ke dalam pola

gerakan spiritual, jalan tengah, dan bisnis murni. Pola gerakan spiritual dilakukan

Ashram Ratu Bagus, Agus Indra Udayana, dan Ambar Ashram. Pola jalan tengah

dikembangkan Ashram Munivara, I Ketut Liyer, Ni Wayan Nuriasih. Pola bisnis

murni dikembangkan Yoga Barn, Radiantly Alive, Four Seasons, dan Bagus Jati.

Pola pengembangan bisnis spiritual healing ini dikembangkan untuk

diversifikasi produk pariwisata Bali, sebab pariwisata Bali berdasarkan kunjungan

wisman yang terus meningkat telah mencapai fase konsolidasi. Pada fase

konsolidasi, pariwisata Bali memerlukan diversifikasi produk agar tidak

mengalami kejenuhan (stagnasi).

Diversifikasi produk dengan spiritual healing ini dapat dilakukan melalui

pembangunan keotentikan produk, dengan menampilkan guru asli dan komunitas

asli, serta pembukaan pasar baru melalui murid-murid, dan jaringan murid-murid

di luar negeri. Pembangunan pasar baru melalui biro perjalanan, jejaring hotel,

dan internet juga bisa dilakukan, tetapi pembangunan pasar baru melalui murid-

murid, dan jaringan murid-murid yang membangun tempat kegiatan di luar negeri

merupakan usaha yang paling dominan mendatangkan wisman, sebab wisman

yang datang adalah wisman yang sudah pernah merasakan spiritual healing

tersebut di negara asalnya.

Pengembangan melalui murid-murid dan jaringan murid-murid di luar negeri,

sangat efektif berlangsung di Ashram Ratu Bagus. Ashram ini hanya sedikit

memiliki jaringan hotel dan biro perjalanan. Pengembangannya hanya melalui

murid-murid, dan jaringan murid-murid di luar negeri. Pengembangan spiritual

healing di Ashram Ratu Bagus ini berlangsung sangat masif. Ashram Ratu Bagus

Page 15: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xiv

ini terus menambah fasilitas untuk murid-muridnya yang berkunjung, mulai dari

kamar sampai villa khusus.

Ashram Munivara di Ubud menggunakan penggabungan jaringan, murid-

murid, dan jejaring hotel-biro perjalanan, tetapi ashram yang terletak di

Junjungan-Ubud ini lebih banyak menggunakan promosi melalui murid-murid dan

jaringan kerjanya. Rombongan wisman melalui jaringan biro perjalanan dan hotel

juga datang ke ashram ini, tetapi biasanya ditampung di hotel Omham Retreat.

Wisman yang serius untuk menjadi murid spiritual baru mendapatkan tempat di

Ashram Munivara. Karena itu, Ashram Munivara ini menggunakan pola

pengembangan jalan tengah.

Pengembangan dengan bisnis murni dilakukan dominan melalui jaringan biro

perjalanan, hotel, dan internet. Pengembangan pola bisnis murni ini tidak

mengandalkan guru, dan komunitas, sehingga tidak memiliki murid-murid dan

jaringan. Pengembangan pola bisnis murni hanya menjaring wisman yang

memiliki minat untuk mengikuti spiritual healing yang berada di lokasi tersebut.

Pola ini dikembangkan Yoga Barn, Radiantly Alive, Four Seasons-Sayan dan

Bagus Jati-Sebatu.

Oleh karena itu, pola pengembangan spiritual healing yang ideal dapat

dilakukan dalam rangka diversisifikasi produk pariwisata Bali, melalui

pengembangan keotentikan, dan pasar baru. Pengembangan keotentikan dapat

dilakukan dengan menguatkan guru-guru asli Bali (healers), ashram dan

komunitas asli. Pengembangan pasar baru dapat dilakukan dengan pembangunan

jaringan, dan murid-murid di luar negeri. Jaringan, dan murid-murid ini akan

mengembangkan pasar produk spiritual healing di luar negeri. Pola-pola

pengembangan pasar baru ini telah dilakukan untuk mendatangkan wisman ke

ashram-ashram di Bali.

Pengembangan spiritual healing menjadi produk pariwisata menghadapi

persaingan global. Persaingan ini terjadi di rumah sendiri (Bali) dengan masuknya

spiritual healing dari luar negeri ke Bali. Persaingan ini juga terjadi dengan

destinasi lainnya yang mengembangkan produk sejenis seperti Thailand, India,

Afrika dan Amerika. Thailand misalnya telah mengembangkan meditasi. India

telah mengembangkan Yoga dan Ayurweda. Afrika mengembangkan pengobatan

tradisional Sangoma, dan Amerika juga mengembangkan pengobatan tradisional

Ayuascha.

Dalam menghadapi persaingan global ini sertifikasi internasional menjadi

sangat diperlukan. Healers lokal, dan pemerintah belum menggarap sertifikasi

internasional ini. Sertifikasi internasional ini bisa menjadi kendala dalam

menghadapi persaingan global, sebab produk-produk pariwisata selalu dikaitkan

dengan sertifikasi untuk membangun produk yang terjamin keamanannya bagi

wisman. Sertifikasi juga menjamin tentang keamanan produk untuk dikonsumsi

wisman.

4.Kontribusi Spiritual Healing terhadap Pariwisata Bali

Kontribusi spiritual healing terhadap pariwisata Bali dilihat dari peran

spiritual healing dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan. Dalam

membangun pariwisata berkelanjutan, terdapat tiga tujuan yang harus terpenuhi

Page 16: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xv

yaitu untuk komunitas lokal, ekonomi lokal, dan menjaga ketahanan lingkungan

alam. Ketiga tujuan ini merupakan pilar utama untuk membangun pariwisata Bali

yang berkualitas.

Spiritual healing sebagai produk yang berbasis komunitas dapat terlihat dari

sifat produk yang berbasiskan kepada pengetahuan orang lokal, dan aset-aset

orang lokal. Karena itu, produk spiritual healing berorientasi kepada sumber daya

dalam destinasi. Pengetahuan orang lokal terhadap Shaking, Kundalini Tantra

Yoga, Pengobatan Tradisional Bali, dan Astrologi Bali menjadi kunci utama dari

pengembangan spiritual healing. Aset-aset komunitas lokal pada tempat-tempat

malukat seperti yang berlokasi di Sebatu adalah aset-aset yang harus

dikerjasamakan jika pariwisata massal ingin bermain pada tempat itu. Karena itu,

partisipasi masyarakat lokal sangat besar dalam pengembangan spiritual healing.

Wisman juga sangat menyukai suasana dengan orang-orang lokal yang dianggap

sebagai komunitas spiritual asli. Karena itu, produk ini sangat berbasis komunitas

lokal.

Sebagai produk yang berbasiskan komunitas lokal maka produk ini sangat

berperan dalam pembangunan ekonomi lokal, sebab bahan-bahan, dan sumber

dayanya tergantung kepada masyarakat lokal. Bahan-bahan makanan yang

digunakan untuk wisman yang mengikuti spiritual healing sebagian besar

merupakan bahan-bahan lokal, seperti beras, sayuran, ikan, dan ayam. Bahan-

bahan luar (impor) sangat sedikit, terutama pada lingkungan ashram. Pada kasus

di Yoga Barn, makanan India masih ada, dan juga makanan Eropa, tetapi bahan-

bahan lokal masih mendominasi mulai dari minuman kunyir sampai sayuran.

Penggunaan bahan-bahan lokal ini memberikan manfaat ikutan untuk para

petani sayuran lokal. Manfaat ekonomi lainnya adalah terbukanya kesempatan

kerja baru, dan peluang usaha baru. Kesempatan kerja baru muncul pada hotel-

hotel berbintang, hotel melati, dan tempat-tempat usaha spiritual healing untuk

menjadi guru yoga.

Peluang usaha baru muncul pada healers lokal untuk mengembangkan usaha

menjadi lebih luas lagi. Arsana misalnya adalah healers yang telah berhasil

menggunakan peluang ini, sehingga sudah memiliki usaha hotel Omham Retreat.

Peluang usaha baru ini juga muncul pada industri rumah tangga untuk membuat

kerajinan lokal sebagai cenderamata. Peluang usaha cenderamata ini tampak di

Ashram Ratu Bagus dimana warga sekitar ashram membuat koperasi untuk

menjual buku-buku, dan cenderamata di Ashram Ratu Bagus.

Oleh karena itu, spiritual healing memberikan manfaat langsung kepada

hotel, ashram, dan tempat kegiatan spiritual healing berupa pendapatan. Manfaat

tidak langsung didapatkan healers, tenaga kerja, dan pedagang lokal penyedia

bahan-bahan makan lokal. Manfaat ikutannya adalah untuk petani yang menanam

dan menjual sayur-sayuran. Karena itu, manfaat ekonominya memiliki multiplyer

effect.

Tempat-tempat untuk spiritual healing memerlukan lingkungan alam yang

baik, sehingga menjadi kewajiban bagi setiap penyedia jasa untuk memelihara

lingkungan sekitar. Hampir pada setiap ashram, hotel, dan tempat kegiatan

spiritual healing memiliki pola pengelolaan sampah. Pola pengelolaan sampahnya

ada yang partisipatif dengan wisman seperti yang dilakukan Ashram Ratu Bagus

Page 17: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xvi

yang mengajak wisman untuk melakukan kebersihan secara bersama-sama. Yoga

Barn juga memiliki program kebersihan dan penghijauan yang mengajak wisman

untuk berpartisipasi, dengan melakukan kegiatan di luar Ubud.

Radiantly Alive, Four Seasons-Sayan, Ubud, dan Bagus Jati-Sebatu,

Tegallalang juga sangat tergantung kepada alam sekitar untuk membangun

ketenangan. Radiantly Alive sangat tergantung dengan suasana hijau dan alami di

dekat pusat kegiatannya. Four Season, Sayan, Ubud sangat tergentung dengan

suasana Sungai Ayung yang rimbun dan alami. Bagus Jati-Sebatu tergantung

kepada kerimbunan lembah Sungai Wos yang hijau dan alami. Karena itu, usaha-

usaha spiritual healing ini berusaha untuk memelihara lingkungan sekitarnya

dengan baik agar suasana tempat kegiatannya ini mengandung unsur-unsur

ketenangan yang muncul dari alam. Karena itu, memelihara ketahanan lingkungan

sekitar menjadi kewajiban bagi penyedia jasa spiritual healing ini.

Berdasarkan fakta-fakta tentang produk spiritual healing yang berbasis

komunitas lokal, ekonomi lokal, dan tergantung kepada ketahanan lingkungan,

maka spiritual healing berkontribusi dalam pariwisata yang keberlanjutan.

Kontribusi keberlanjutan ini merupakan kontribusi bagi pembangunan pariwisata

yang berkualitas, sebab kualitas suatu pembangunan terletak kepada potensinya

untuk membangun keberlanjutannya.

5.Simpulan, Temuan, dan Saran

Keunikan spiritual healing di Bali tampak dari secara tangible dan intangible.

Secara tangible dapat dilihat dari penampilannya, sedangkan dari segi intangible

dapat dilihat dari pengetahuan healers, dan pengalaman wisman. Keunikan pada

penampilannya terletak pada lingkungan alam yang erotis, budaya ritual, tradisi

ashram, lingkungan buatan, dan kontruksi budaya lokal. Keunikan pada

pengalaman wisman terletak pada hubungan wisman dengan guru, komunitas, dan

lingkungan ashram, yang membangun ketenangan, dan kebahagiaan. Ketenangan

dan kebahagiaan ini menimbulkan keinginan wisman untuk kembali sebab

ketenangan dan kebahagiaan yang didapatkan tersebut hanya bersifat sementara.

Hubungan kembali dengan aktivitas rutin akan mengembalikan kekhawatiran dan

emosi yang semula. Karena itu, wisman biasanya rindu untuk melakukan

kunjungan kembali.

Pola bisnis spiritual healing di Bali adalah pola gerakan spiritual, jalan

tengah, dan bisnis murni. Pengembangannya yang ideal melalui pembangunan

keotentikan produk, dan pengembangan pasar baru. Pengembangan keotentikan

dapat dilakukan melalui penguatan guru-guru (healers) asli, ashram, dan

komunitas asli. Pengembangan pasar baru dapat dilakukan dengan pembangunan

jaringan, dan murid-murid di luar negeri. Pengembangan ini memiliki kendala

sertifikasi internasional untuk menghadapi persaingan global.

Kontribusi spiritual healing terhadap pariwisata Bali terlihat dari produk

spiritual healing yang berdimensi keberlanjutan. Produk yang berdimensi

keberlanjutan itu adalah produk yang berbasis komunitas terutama pada

pengetahuan lokal dan aset-aset lokal. Sebagai produk yang berbasis komunitas

lokal, spiritual healing sangat mendukung ekonomi lokal dari segi penggunaan

bahan-bahan lokal. Spiritual healing juga merupakan produk yang tergantung

Page 18: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xvii

kepada lingkungan alam sekitarnya, sehingga memiliki dimensi untuk menjaga

ketahanan lingkungan.

Penelitian ini telah mencakup ruang lingkup tentang unsur-unsur yang

menentukan keunikan spiritual healing Bali, pola-pola pengembangannya, dan

kontribusinya dalam pembangunan pariwisata Bali yang berkualitas. Akan tetapi,

penelitian ini belum mengukur keefektifan unsur-unsur pembangun keunikan, dan

pola pengembangan produk dalam meningkatkan kunjungan wisman, dan

pendapatan dari wisman yang datang ke Bali. Penelitian ini juga belum mengukur

hal-hal yang paling signifikan yang berpengaruh terhadap pembangunan

pariwisata Bali yang berkualitas. Hal-hal yang belum tercakup dalam penelitian

ini dapat dilanjutkan pada penelitian-penelitian lainnya.

Penelitian ini juga telah mencakup usaha untuk menemukan produk yang

berorientasi kepada destinasi, dan sumber daya yang berbasis kepada destinasi

tersebut (Cooper, 2012:101). Dari ruang lingkup penelitian tersebut, dihasilkan

tiga temuan. Pertama bahwa hubungan wisman dengan guru asli, komunitas asli,

dan lingkungan ashram merupakan unsur-unsur yang membuat wisman

merasakan ketenangan, dan kebahagiaan. Perasaan ini bersifat sementara,

sehingga unsur-unsur ini yang mengundang wisman melakukan kunjungan

kembali. Temuan hubungan antara wisman dengan guru asli, dan lingkungan

ashram melengkapi penelitian sebelumnya (Lalonde, 2012; Maddox, 2014;

Schedneck, 2014) yang belum mengungkapkan tentang apa yang membuat

wisman merasakan ketenangan, dan kebahagiaan.

Kedua: dalam penelitian tentang spiritual healing dalam pariwisata Bali ini,

telah ditemukan bahwa ashram-ashram di Bali memiliki basis pengembangan

pasar baru melalui pembangunan murid-murid dan jaringan di luar negeri.

Temuan pengembangan pasar baru ini telah menguatkan sebuah wacana arus balik

dari pariwisata, yaitu persebaran budaya-budaya lokal ke negara wisman, dan

penghargaan terhadap budaya-budaya lokal. Pembangunan jaringan melalui

murid-murid ini merupakan temuan yang melengkapi penelitian Ramstedt (2008)

yang mengungkapkan bahwa pada tahun 1960-an, persebaran Neo-Hindu didanai

pengusaha India ke Eropa dan Amerika, tetapi pada penelitian spiritual healing di

Bali ini ditemukan bahwa pembangunan jaringan spiritual healing Bali di luar

negeri didanai dari pariwisata.

Ketiga: penelitian ini telah menemukan bahwa spiritual healing berperan

dalam diversifikasi produk pariwisata Bali, dari perannya untuk membangun

pariwisata Bali yang berkelanjutan, karena ketergantungan produk ini terhadap

komunitas lokal yang menguasai aset-aset spiritual healing, dan lingkungan alam

sekitarnya. Ketergantungan ini membangun ekonomi lokal secara keseluruhan.

Karena itu, penelitian ini telah menemukan bahwa produk spiritual healing

berperan besar dalam pembangunan pariwisata Bali yang berkualitas.

Spiritual healing Bali dalam perkembangannya memiliki banyak saingan dari

berbagai produk sejenis yang masuk ke Bali, dan berada di luar Bali. Karena itu,

perlu ada usaha-usaha sadar untuk membangun spiritual healing di Bali ini

sebagai upaya untuk mendukung peremajaan pariwisata Bali dalam rangka

peningkatan kualitas, dan kreativitas masyarakat Bali.

Page 19: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xviii

Usaha-usaha sadar yang perlu dilakukan ada tiga hal. Pertama: healers senior

(guru spiritual) di Bali perlu merumuskan standar-standar spiritual healing di

Bali, yang bisa digunakan untuk memberikan sertifikat kepada healers lokal yang

sedang bertumbuh, sehingga healers lokal memiliki keunggulan. Kedua:

pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah untuk merumuskan standar-

standar sertifikasi, untuk menjamin keamanan wisman dan masyarakat lokal yang

menggunakan jasa healers. Ketiga: potensi spiritual healing di Bali masih banyak

yang belum tergali, padahal permintaan yang lahir dari pesona agama, seni, dan

alam Bali yang erotis terus berkembang. Karena itu, masyarakat Bali perlu lebih

kreatif lagi untuk mengembangkan produk spiritual healing sehingga bisa

memberikan kontribusi bagi keberlanjutan pembangunan pariwisata Bali.

Page 20: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xix

DAFTAR ISI

Sampul Dalam.......................................................................................... i

Halaman Prasyarat Gelar………………………………………………. ii

Surat Pernyataan Tidak Plagiat………………………………………… iii

Halaman Persetujuan…………………………………………………... iv

Halaman Penetapan Panitia Penguji………………………………….... v

Ucapan Terima Kasih………………………………………………….. vi

Abstract………………………………………………………………… vii

Abstrak…………………………………………………………………. viii

Ringkasan………………………………………………………............. ix

Daftar Isi…………………………………………………………........... xix

Daftar Tabel……………………………………………………………. xxiii

Daftar Gambar…………………………………………………………. xxiv

Daftar Lampiran........................................................................................ xxvi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... 17

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………. 18

1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………… 18

1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………….. 18

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 19

1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………… 19

1.4.1 Manfaat Praktis……………………………………………………. 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL

PENELITIAN…………………………………………………………... 20

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………….. 20

2.2 Konsep……………………………………………………………….. 38

2.2.1 Spiritual Healing…………………………………………................ 39

Page 21: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xx

2.2.2 Wellness Tourism……..………………………………………......... 43

2.3 Landasan Teori ………………………………………………………. 47

2.3.1 Teori Tourism Products Development…………………………. …. 47

2.3.2 Teori Psikoanalisis .………………………………………………... 49

2.3.3 Teori Tourism Area Life-Cycle ……….……………………………. 52

2.3.4 Teori Pariwisata Berkelanjutan…………………………………….. 55

2.4 Model Penelitian……………………………………………………… 57

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….. 61

3.1 Pendekatan Penelitian……..…………………………………………. 61

3.2 Lokasi Penelitian……………………………………………………... 62

3.3 Jenis dan Sumber Data……………………………………………….. 63

3.4 Instrumen Penelitian…………………………………………………. 65

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………………… 66

3.5.1 Studi Kepustakaan…………………………………………………. 66

3.5.2 Observasi…………………………………………………………... 67

3.5.3 Wawancara………………………………………………………… 68

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data.………………………………....... 70

3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data...………………… 72

BAB IV GAMBARAN UMUM SPIRITUAL HEALING DI BALI…… 74

4.1 Sejarah Pariwisata Bali………………………………………………... 74

4.2 Sejarah Spiritual Healing dalam Pariwisata Bali……………………... 77

4.3 Potensi Spiritual Healing di Bali……………………………………… 92

4.4 Spiritual Healing di Kawasan Pariwisata Ubud dan Kawasan Muncan 103

4.4.1 Spiritual Healing di Kawasan Pariwisata Ubud…………………….. 104

4.4.2 Spiritual Healing di Kawasan Muncan……………………………… 110

4.4.3 Perbandingan Kawasan Ubud dan Muncan…………………………. 116

BAB V KEUNIKAN SPIRITUAL HEALING DI BALI……………….. 121

5.1 Keunikan Tangible Spiritual Healing ………………………………… 124

Page 22: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xxi

5.1.1 Eko-Spiritual Healing……………………………………………… 126

5.1.2 Budaya-Spiritual Healing………………………………………….. 132

5.1.3 Eko-Budaya Spiritual Healing……………………………………... 139

5.1.4 Konstruksi Eko-Budaya Spiritual Healing………………………… 146

5.2 Keunikan Intangible Spiritual Healing ……….……………............... 149

5.2.1 Pengetahuan Healers……………………………………………….. 150

5.2.2 Pengalaman Wisman………………………………………………… 153

5.4 Kajian tentang Keunikan Spiritual Healing di Bali…………………… 161

BAB VI PENGEMBANGAN SPIRITUAL HEALING DALAM

MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL…………………………... 170

6.1 Bisnis Spiritual Healing …………………….……………………….. 172

6.1.1 Munculnya Permintaan Spiritual Healing…………………………. 173

6.1.2 Penawaran Spiritual Healing sebagai Diversifikasi Produk………... 177

6.2 Pola Bisnis Spiritual Healing di Bali…………………………………. 191

6.2.1 Pola Gerakan Spiritual……………………………………………….. 192

6.2.2 Pola Jalan Tengah……………………………………………………. 197

6.2.3 Pola Bisnis Murni……………………………………………………. 201

6.3 Analisis Pola Bisnis Spiritual Healing …………………………..……. 204

6.3.1 Usaha Menjaga Keotentikan ………..……………………………….. 211

6.3.2 Usaha Mencari Pasar Baru…………………………………………… 215

6.4 Pola Ideal Bisnis Spiritual Healing yang Kompetitif….….…………… 217

BAB VII KONTRIBUSI SPIRITUAL HEALING TERHADAP

PARIWISATA BALI……………………………………………………… 222

7.1 Produk Berbasis Lokal………………………………………………….. 223

7.2 Kontribusi untuk Ekonomi Lokal..……………………………………… 238

7.3 Manfaat untuk Lingkungan……………………………………………… 248

7.4 Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan……………………...………….. 253

Page 23: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xxii

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 266

8.1 Simpulan……………………………………………………………….. 266

8.2 Temuan………………………………………………………………… 268

8.3 Saran……………………………………………………………………. 271

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 274

LAMPIRAN I Gambar 2.2: Bagan Health Tourism………………………... 284

LAMPIRAN II Tabel 3.3: Pedoman Wawancara……………………………. 285

LAMPIRAN III DAFTAR INFORMAN…………………………………….. 287

BIODATA PENELITI……….………………………………………………. 289

Page 24: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Isu-isu Penelitian tentang Healing dalam Pariwisata di Dunia… 31

Tabel 3.1: Lokasi Penelitian dan Dasar Pemilihannya……………………. 63

Tabel 3.2: Kegiatan Observasi, Sasaran, dan Tujuan……………………… 68

Tabel 3.4: Langkah-langkah Analisis Data……..…………………………. 72

Tabel 4.1: Fase-fase Perkembangan Spiritual Healing di Bali……………. 88

Tabel 4.2: Perbandingan Jumlah dan Perubahan Wisman Per Bulan Tahun 2014

dan 2015…………………………………………………………………….. 94

Tabel 4.3: Teknik dan Penggolongan Pengobatan Tradisional Bali………… 100

Tabel 4.4: Modifikasi Spiritual Healing dalam Pariwisata Bali…………….. 104

Tabel 4.5: Jenis-jenis Usaha Spiritual Healing di Kawasan Pariwisata Ubud 105

Tabel 4.6: Daftar Usaha Spiritual Healing di Kawasan Pariwisata Ubud…… 107

Tabel 4.7: Perkembangan Teknik Spiritual Healing dalam Pariwisata Bali di

Kawasan Pariwisata Ubud dan Kawasan Muncan…………………………… 117

Tabel 4.8: Perbandingan Potensi Spiritual Healing di Kawasan Pariwisata Ubud

dan Kawasan Muncan……………………………………………………… 119

Tabel 5.1: Keunikan-keunikan Spiritual Healing di Bali………………….. 162

Tabel 5.2: Identifikasi Keunikan Spiritual Healing di Bali……………….. 165

Tabel 6.1: Permintaan Spiritual Healing di Bali dan Kategorinya………… 176

Tabel 6.2: Aset Spiritual sebagai Wellness Tourism……………………….. 191

Tabel 6.3: Jadwal Yoga Barn Juli 2015……………………………………. 202

Tabel 7.1: Jumlah Tenaga Kerja pada Usaha Spiritual Healing di Ubud….. 244

Tabel 7.2: Kontribusi Spiritual Healing dalam Pembangunan Pariwisata Bali

yang berkualitas……………………………………………………………. 254

Page 25: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xxiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Hubungan antara Wisatawan, Destinasi, dan Tingkat Toleransi 37

Gambar 2.2: Tourist Area Life-Cycle……………………………………….. 54

Gambar 2.4: Model Pariwisata Berkelanjutan..…………………………….. 56

Gambar 2.5: Model Penelitian………………………………………….......... 58

Gambar 3.1: Model Strategi Analisis Data Kualitatif……………………….... 70

Gambar 3.2: Alur Analisis Data…………………………………………….. 71

Gambar 4.1: Perkembangan Spiritual Healing sebagai Produk Pariwisata…. 87

Gambar 4.2: Peta Persebaran Pelayanan Healing untuk Pariwisata Bali……… 103

Gambar 4.3: Ashram Munivara, Ubud………………………………………… 106

Gambar 4.4: Pemandangan Depan Ashram Ratu Bagus………………………. 112

Gambar 5.1: I Made Gunarta dengan Lingkungan Yoga Barn…………………129

Gambar 5.2: Munculnya Keunikan Lingkungan Bali dalam Spiritual Healing 131

Gambar 5.3:Wisman Sedang Melaksanakan Ritual di Tempat praktek

Nuriasih…………………………………………………………………… 132

Gambar 5.4: I Nyoman Latra Sedang Berpraktek di Depan Foto I Ketut Liyer 135

Gambar 5.5: Lembu Nandini di Ashram Munivara, Ubud yang Memadukan

Lingkungan dan Budaya…………………………………………................ 140

Gambar 5.6: Latihan di Ambar Ashram. Tampak “tedung” yang Mencerminkan

Budaya Bali……………………….………………………………………. 142

Gambar 5.7: Ratu Bagus Sedang Melatih Muridnya……………………….. 144

Gambar 5.8: Landscape Buatan pada Tempat Yoga

di Four Seasons, Sayan, Ubud……………………………………………… 147

Gambar 5.9: Tiga Level Pembangunan Produk Pariwisata Spiritual Healing.. 164

Gambar 5.10: Suasana Gembira Wisman di Ashram Ratu Bagus………… 166

Gambar 5.11: Pesona dan Keunikan Spiritual Healing di Bali……………. 169

Gambar 6.1: Brosur Spiritual Healing di Bali di tengah persaingan global.. 170

Gambar 6.2: Posisi Id, Ego dan Superego dalam Permintaan Spiritual

Healing…………………………………………………………………….... 176

Gambar 6.3: Suasana Latihan Shaking di Ashram Ratu Bagus……………... 178

Page 26: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xxv

Gambar 6.4: Wisman Latihan di Ashram Munivara………………………. 181

Gambar 6.5: Tempat Latihan Yoga di Ashram Gandhi……………………. 182

Gambar 6.6: Guru Made Sumantra di Tempat Prakteknya, Lungsiakan,

Ubud………………………………………………………………………… 184

Gambar 6.7: I Made Suambara Bersama Murid-Muridnya di Ambar Ashram,

Ubud…………………………………………………………………………. 185

Gambar 6.8: Grafik Kunjungan Wisman ke Bali yang Menunjukkan Fase

Konsolidasi sesuai TALC……………………………………………………. 207

Gambar 6.9: Pola Bisnis Spiritual Healing di Bali…………..……………… 210

Gambar 6.10: Pola Ideal Bisnis Spiritual Healing yang kompetitif…...……. 220

Gambar 7.1: Healer I Ketut Arsana Duduk pada Restoran Modern

Omham Retreat………………………………………………………………. 225

Gambar 7.2: Ni Wayan Nuriasih Sedang Memohonkan Kesembuhan

untuk Wisman………………………………………………………………. 229

Gambar 7.3: Wisman Berbaur dengan Masyarakat Lokal………………….. 233

Gambar 7.4: Tipe Partisipasi Lokal dalam Pariwisata Spiritual Healing

di Bali………………………………………………………………………. 237

Gambar 7.5: Kebun Sayur Milik Ashram Munivara untuk Ekonomi Lokal.. 241

Gambar 7.6: Brosur tentang Makanan Lokal yang Ditawarkan

Omham Retreat…………………………………………………………….. 243

Gambar 7.7: Manfaat Spiritual Healing terhadap Ekonomi Lokal.………. 248

Gambar 7.8: Pemandangan Sawah dan Pohon Kelapa Omham Retreat…… 251

Gambar 7.9: Bahan-bahan Bekas Lokal yang Digunakan di Yoga Barn….. 252

Gambar 7.10: Pertumbuhan Spiritual Healing sebagai Pariwisata Berkualitas 260

Gambar 7.11: Kolam Renang Four Seasons, Sayan, Ubud dengan Lingkungan

Sungai Ayung……………………………………………………………. 261

Page 27: DISERTASI - sinta.unud.ac.idsinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2e66d844ed3cfca33c6542353d33c612.pdf · v Disertasi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program

xxvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I: Gambar 2.2: Bagan Health Tourism…………………….. 284

LAMPIRAN II: Tabel 3.3: Pedoman Wawancara…………..…………… 285

LAMPIRAN III: DAFTAR INFORMAN……………………………….. 287

BIODATA PENELITI…………………………………………………… 289