Disampaiikan pada : Seminar Mencari Terobosan Kebijakan...

33
Direktorat Konservasi Tanah dan Air Ditjen Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaiikan pada : Seminar Mencari Terobosan Kebijakan Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi Bekas Tambang Untuk Mendukung Target Pengurangan Emisi di Indonesia Hotel Dafam , 27 Agustus 2018

Transcript of Disampaiikan pada : Seminar Mencari Terobosan Kebijakan...

Direktorat Konservasi Tanah dan AirDitjen Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Disampaiikan pada :

Seminar Mencari Terobosan Kebijakan Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi Bekas

Tambang Untuk Mendukung Target Pengurangan Emisi di Indonesia

Hotel Dafam , 27 Agustus 2018

HutanKonservasi; 880.772 Ha

Hutan Lindung;2.379.371 Ha

Hutan Produksi; 5.109.936 Ha

Kawasan Budidaya;

2.763.383 Ha

KawasanLindung;

2.234.657 Ha APL

APL

17%

21%

6%

18%

38%

TOTAL LAHAN KRITIS13.368.120 Ha

Kuantitas, Kualitas dankontinuitas

air

Lahan

Iklim

1. Banjir2. Kekeringan3. Air Bersih

1. ErosiSedimentasi2. Produktivitas Lahan3. Bangunan Vital (Dam)

1. Suhu2. Co23. Curah Hujan

memulihkan, mempertahankan, dan

meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya

dukung, produktivitas dan peranannya dalam

mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga

(PP No.76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan)

1. Dari sisi magnitude, persoalan lahan kritis sangat massif.

Luas +13,34 juta hektar

2. Dari sisi kompleksitas, persoalan lahan kritis super

kompleks, multidimensional; bukan semata persoalan teknis,

namun justru aspek sosial yang sangat menonjol.

3. Kemampuan pendanaan untuk rehabilitasi + 20.000

Ha/tahun. Bila dihitung termasuk berbagai varian (KBR,

Rehab oleh IPPKH, dsb) hanya sekitar 200.000 ha.

4. Karena kecilnya luas RHL relatif terhadap massive-nya

masalah, maka seakan tidak ada hasil signifikan. Terlebih

lagi karena luasan yang kecil harus tersebar merata di

berbagai propinsi. 5

DAMPAK KURANG

LEMAH PEMANTAUAN

KURANG PEMELIHARAAN

LOKASI MENYEBAR

1. Rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas

2. Penyelamatan 15 Danau priorotas dan 65 Waduk

3. Penanganan daerah rawan bencana

4. Perluasan kesempatan kerja

TERFOKUS

Q

DEFORESTASI VS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

Laju rehabilitasi (Kemapuan Pemerintah)

(± 200.000 Ha/Th)

Laju deforestasi

(± 479 ribu Ha/Th)

Juli 2016-Juni 2017

T

PERCEPATAN RHL

Sumber: Ditjen PKTL KLHK

Sumber: Ditjen PDASHL KLHK

GAPTidak tersedianya

anggaran

9

2015 2016 2017

A RHL 18.853 21.195 36.984 77.032

1 DAS Prioritas/KPHL/HL/DTA Danau/ Sempadan

Sungai/Imbuhan Air Tanah/ Agroforestry

18.132 20.483 35.341 73.956

2 Mangrove 481 497 1.175 2.153

3 Hutan Kota 240 215 468 923

B TURUNAN 181.594 177.151 164.006 522.751

1 Penanaman KBR 119.200 37.050 32.874 189.124

2 Penanaman PP 62.394 125.400 125.375 313.169

3 Penanaman KBB KPHL / DAK - 13.051 - 13.051

4 Penanaman Bibit Produktif - 1.650 5.757 7.407

JUMLAH A + B 200.447 198.346 200.990 599.783

No KegiatanLuas Penanaman (Ha)

Jumlah

TIPO

LOG

I

PEN

AN

AM

AN

PENDEKATAN PENYELESAIAN RHL

1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (didalam dan di luarkawasan)

2. Restorasi ekosistem gambut 3. Pemulihan Upland Bencana longsor

dan Banjir (resettlement)4. Pemulihan Karhutla (rehabilitasi tegakan)

* (perlibatan masyarakat dalam penanaman sebagai pekerja)

NEGARA(Bisa dikerjasamakan dengan TNI)

KORPOSI 5. Industri (HPH/Silin)6. Industri (HTI)7. Rehabilitasi DAS (IPPKH)8. CSR

MASYARAKAT9.Perhutanan Sosial (PS)10. Dinamika Masyarakat (sistem adopsi pohon, dll)

* (perlibatan masyarakat sebagai pemilik tanaman)

* (perlibatan masyarakat dalam penanaman sebagai pekerja)

10

1. Rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas

2. Penyelamatan 15 Danau priorotas dan 65 Waduk

3. Penanganan daerah rawan bencana

4. Perluasan kesempatan kerja

TERFOKUS

Rehabilitasi Hutan danLahan Kritis secaraVegetatif seluas 226.000 Ha

Rehabilitasi HutanMangrove, seluas 1.000 Ha

Rehabilitasi melalui HLN (FP II dan FP III) seluas3.000 Ha.

12

1. Penapisan calon Lokasi Rehabilitasi Hutan

2. Rasionalisasi pelaksanaan rehabilitasi hutan: ( standar teknis,

standar biaya dan penilaian tanaman

3. Meningkatkan efektifitas pengendalian

4. Meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan remote sensing

dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan serta penilaian

tanaman

5. Pemberdayaan masyarakat yang nyata melalui pendampingan yang

memadai (oleh LSM) pada sasaran lokasi yang ada masyarakatnya.

6. Memaksimalkan pelaksanaan kegiatan sejak T-1

7. Memanfaatkan CSR perusahaan, membuat Mou dengan

ormas/PTN/PTS untuk kegiatan penanaman

8. Mengoptimalkan dana DBH DR dengan merevisi PP.35 Agar pemda

bisa memanfaatkan dana tersebut

15 DAS 15 Danau 65 Waduk

Fungsi Kawasan

Kegiatan RHL Yang sudah dilaksanakan (mulai 2010)

Lokasi Indikatif

RHL skemaAgroforestry

1. Erosi > 60 ton/ha/th2. Kelas Lereng3. Peta Penutupan

lahan

1. Peta Perijinan

2. Peta TORA

Rawan Bencana

VerifikasiSPOT 6

RHL skema

Reboisasi Intensif

TEKNIK PENAPISAN PENENTUAN LOKASI REHABILITASI MELALUI PENDEKATAN LANDSCAPE

Penapisan

(KPHL/P, TN/BKSDA, PSKL, KHDTK)

Apabila Clean dan Clear dari masyarakat

Apabila ada intervensidari Masyarakat

Klas Peta Penutupan Lahan:1. Belukar/Semak2. Tanah Terbuka3. Pertanian Lahan Kering4. Pertanian Lahan Kering

Campur5. Belukar Rawa

18 PROVINSI

65

WADUK

15 DANAU PRIORITAS

15 DAS PRIORITAS

24 BPDASHLRAWAN

BENCANA

PERTAMPALAN SASARAN LOKASI RHL TA 2019

15

15 DAS PRIORITAS YANG AKAN DIPULIHKAN DAYA DUKUNGNYA

15 DANAU PRIORITAS

Source : LIPI

RHL

Prakondisi

Perencanaan

Palaksanaan

Pembinaan

Pengendalian

Pengawasan/

Penilaian

NoTUTUPAN LAHAN

FUNGSI KAWASAN

HUTAN LINDUNG HUTAN KONSERVASI

HUTAN PRODUKSI

1 TANAH

TERBUKA

REBOISASI REBOISASI REBOISASI

2 PERTANIAN

LAHAN KERING/

CAMPUR

AGROFORESTRY REBOISASI AGROFORESTRY

3 SEMAK

BELUKAR

REBOISASI REBOISASI REBOISASI

4 EKOSISTEM

MANGROVE

REBOISASI REBOISASI REBOISASI

-

20

REKLAMASI TAMBANG

1. Mengubah bentang alam dan meninggalkan lubang.

2. Progres reklamasi rendah karena menunggu selesai.

3. Struktur hutan tidak kembali.

4. Tanah tidak subur, keasaman tinggi, erosi, banjir.

5. Masyarakat setempat terpinggirkan (konflik sosial).

6. Pendapatan negara < perbaikan lingkungan.

7. Jamrek tdk menjamin pulihnya nilai & fungsi awal.

8. Reklamasi/rehabilitasi dianggap cost center.

9. Kualitas sdm yg menangani lingkungan tidak memadai.

10. Saat ini harga komoditi tertentu rendah.

11. Pemegang izin cenderung tidak punya komitmen lingk.

12. Lingkungan rusak (Pencemaran tanah, air, udara dll).

13. Banyak kegiatan illegal (PETI dll).

• Seluas areal terganggu dalamarea IPPKH

• selesai paling lambat 1 tahun sebelum IPPKH berakhir/dikembalikan

•Prov. dgn Kws Hutan > 30% (untuk IPPKH Komersil)

•Prov. dgn Kws Hutan ≤ 30% (untuk IPPKH Non Komersil)

•Waktu : ½ N atau ½ N+1

• Prov. dgn Kws Hutan < 30% (Lampung, Jawa dan Bali)

• Komersil 1 : 2

REKLAMASI

(di dalam areal IPPKH)

REHABILITASI DAS

(di luar areal IPPKH)

REBOISASI

(Pada Lahan Kompensasi)

PP 24/2010 jo PP 61/2012 jo PP 105/2015 tentang Penggunaan Kawasan Hutan

PermenLHK P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan

Hutan

ArealIPPKH

L3

L1

L2

LUAS IPPKH

Seluas ArealIPPKH

LUAS REHABILITASI DAS

REKLAMASI HUTAN dan REHABILITASI DAS

+ 10%

L1 : sarpras dan tambang yang masih aktif (direklamasi setelah tidak digunakan).

L2 : areal yang sudah selesai digunakan (harus segera direklamasi) .L3 : areal yang secara teknis tidak dapat direklamasi (Lubang Bekas Tambang).

L0

1. Reklamasi diselesaikan paling lambat 1 tahun sebelumberakhirnya izin

2. Reklamasi dilakukan dengan kaidah yang benar tanpaharus menunggu selesainya penambangan secarakeseluruhan;

3. Pemilihan jenis dan waktu penanaman yang tepat (covercrops, pioneer, jenis lokal berdaur panjang);

4. Mempertahankan tanaman asli setempat;

5. Jika tanaman pioneer telah berusia 2-3 tahun segerasisipi dengan tanaman lokal berdaur panjang;

6. Pemeliharan areal reklamasi sampai pengembalianIPPKH;

7. Menyusun data base termasuk dokumentasi sebelumdan sesudah reklamasi (Before - after).

MASALAH SOLUSI

1. BANYAK MENINGGALKAN LUBANG.

2. 3.REVEGETASI DIDOMINASI FAST

GROWING SPECIES.

3. REKLAMASI HUTAN DINILAI BELUM

BERHASIL TAPI JAMREK SUDAH CAIR.

1. STANDAR KEBERHASILAN REKLAMASI

DI KLHK KOMPOSISI TAN. LOKAL MIN.

40% DI ESDM ASAL TAJUK SUDAH

KETEMU WALAUPUN FAST GROWING

SPECIES.

1. BANYAK MENINGGALKAN SARPRAS

(BANGUNAN, JALAN DLL).

1. LUBANG HARUS STABIL, AMAN DAN

BERMANFAAT SERTA TERMUAT DALAM

RPT/AMDAL.

2. HARUS DISISIPI TAN. LOKAL BERDAUR

PANJANG , MEMILIKI EKONOMIS TINGGI

SESUAI FUNGSI KAWASAN (MIN. 40%).

3. PENEMPATAN JAMREK TIDAK

MENGHILANGKAN KEWAJIBAN REKLAMASI

HUTAN, PENILAIAN REKLAMASI UNTUK

PENCAIRAN JAMREK AGAR MELIBATKAN

KLHK.

4. PP 78/2010 MENSYARATKAN KRITERIA

KEBERHASILAN UNTUK REKLAMASI HUTAN

MENGACU KETENTUAN KLHK (P.04/2011 &

P.60/2009).

5. 6SARPRAS DIKOORDINASIKAN KLHK DAN

PEMDA UNTUK PEMANFAATAN LEBIH LANJUT

SERTA DITUANGKAN DALAM RENCANA PASCA

TAMBANG

REKLAMASI HUTAN

IPPKH wajib Reklamasi Hutan 1.031 IPPKH

Luas wajib Reklamasi Hutan 519.274,19 Ha

Luas Di Buka 79.870,86 Ha

Luas Di Reklamasi 28.661,26 Ha

Serah Terima 1.723,85 untuk Pengurangan PNBP

seluas 1.342,64 Ha & Untuk Pengembalian IPPKH

seluas 381,21 Ha

201

4

201

5

2016

201

7

Persiapan Penanaman

Pemasangan AjirTanaman

Penanaman BibitSengon

Tanaman Sengonsetelah

pemeliharaantahun ke 2

DAM PENGENDALI

DAM PENAHAN

GULLY PLUG

TERIMA KASIH

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG