DINAMIKA MASYARAKAT PESERTA PROGRAM LEMBAGA...

106
1 DINAMIKA MASYARAKAT PESERTA PROGRAM LEMBAGA EKONOMI MASYARAKAT (LEM) SEJAHTERA DI DESA SANGIA TIWORO KECAMATAN TIWORO SELATAN KABUPATEN MUNA BARAT SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu sayarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Oleh: M U R S I N C1C1 13 037 JURUSAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017

Transcript of DINAMIKA MASYARAKAT PESERTA PROGRAM LEMBAGA...

1

DINAMIKA MASYARAKAT PESERTA PROGRAM LEMBAGA

EKONOMI MASYARAKAT (LEM) SEJAHTERA

DI DESA SANGIA TIWORO KECAMATAN TIWORO SELATAN

KABUPATEN MUNA BARAT

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu sayarat ujian guna memperoleh

Gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Antropologi

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Oleh:

M U R S I N

C1C1 13 037

JURUSAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017

2

3

4

ABSTRAK

MURSIN (C1C113037). Dinamika Masyarakat Peserta Program Lembaga Ekonomi

(LEM) Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna

Barat yang di bimbing oleh Wa Ode Sifatu selaku pembimbing I dan La Janu, Selaku

Pembimbing II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dinamika dan

impilikasinya terhadap program LEM Sejahtra di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan

Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat. Teori yang digunakan adalah pemikiran

Marvin Harris tentang materialisme budaya dengan metode etnografi.

Hasil penelitian: 1) adanya bantuan program LEM Sejahtera dapat

meningkatkan kapasitas, keterampilan dan manajemen keuangan, menambah modal,

dan meningkatkan pendapatan petani. 2). Minimnya monitoring dan evaluasi dari

penyelenggara berimplikasi pada timbulnya diskriminasi antara pengelola lokal

terhadap peserta sehingga terjadi rasa iri yang berakibat pada macetnya bantuan dan

menurunnya pendapat petani. Kesimpulan: Proyek pemerintah hanya mengutamakan

tertib administrasi tanpa monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan, berimplikasi

pada macetnya proyek, menimbulkan konflik antar petani. Sebaiknya proyek tap down

harus diikuti dengan monitoring dan evaluasi berkelanjutan hingga proyek berjalan

dengan baik di lapangan.

Kata Kunci: Desa Sangia Tiworo, Program LEM Sejahtera, Petani,

5

6

8. Kepada Kerabat-kerabat Antropologi, Tandri, Ruslin, Ramdani, Mia, Jasrun, dan

Rilly, serta kerabat-kerabat yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.

9. Kepada sahabat-sahabatku Ical, Adam, Nono, dan Nur serta Fitrah Febrina yang

selalu menemaniku dalam mengambil data penelitian dan menyemangatiku dalam

penulisan skripsi ini.

Sebagai layaknya karya ilmiah mungkin masih banyak terdapat kekeliruan di

luar kesadaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu demi

kesempurnaan skripsi inoi penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak yang sifatnya membangun. Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukannya, dengan ucapan Alhamdulillah, semoga Allah SWT

memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita sekalian;

Amin………

Kendari, 01 Mei, 2017

7

8

9

10

11

12

13

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang besar, posisi

geografis yang strategis yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang

tahun, serta kandungan bumi yang kaya merupakan modal untuk kemakmuran

masyarakatnya. Akan tetapi hingga saat ini potensi besar itu belum nyata memberikan

kemakmuran bagi rakyat. Indonesia mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya

masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat

Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaan program pembangunan tersebut menemui

banyak hambatan. Hambatan terpokok adalah dari aspek manusia karena manusia

merupakan “the man behind the gun”, atau komponen yang menentukan berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pembangunan sesuai seperti yang digariskan dan direncanakan

(Walujo dkk, 1981: 1).

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan sebuah program pembangunan

mutlak diperlukan karena masyarakatlah yang pada akhirnya akan melaksanakan

program tersebut. Adanya keterlibatan masyarakat memungkinkan adanya dorongan

rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap keberlanjutan program pembangunan

(Suparjan, 2003: 53). Dapat disebutkan ada tiga alasan utama mengapa partisipasi

masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat

merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan

sifat masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta

2

proyek-proyek akan gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau

program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut

dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan

bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat mereka sendiri (Conyers, 1992: 154-155).

Program pemerintah yang bergerak di sektor pembangunan terdiri dari

berbagai macam lembaga diantaranya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM—Mandiri), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Anggaran Dana

Desa (ADD), dan Program Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera (LEM—

Sejahtera). Dengan adanya program tersebut masing-masing ada yang bergerak

disektor pembangunan infrastruktur maupun suptrastruktur yang dimana basis yang

ingin dicapai adalah kesejahteraan, baik dari kesejahteraan masyarakat, pembangunan

desa, serta kelompok usaha kecil menengah yang membantu masyarakat dalam sektor

peningkatan perekonomian. Salah satunya adalah Desa Sangia Tiworo yang

masyarakatnya menikmati adanya berbagai program pemerintah yang ada. Program

tersebut adalah datang silih berganti bahkan datang bersamaan di tengah-tengah

masyarakat.

Dengan adanya program pemerintah tersebut khususnya pada program

Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera yang didirikan pada tahun 2013tidak

terlepas dari peranan masyarakat yang sebagai aktor dalam perkembangan lembaga

tersebut, disamping itu program LEM Sejahtera menggalang kekuatan mewujudkan

3

kesejahteraan rakyat bahu membahu membangun perekonomian petani. Hal tersebut

menjadi pelopor kelembagaan petani, selanjutnya LEM Sejahtera akan menjadi

magnet penarik dengan menabur berbagai program untuk mewujudkan kemandirian

dan perkembangan petani disektor perekonomian

Peran masyarakat merupakan bagian penting dalam pembangunan, keterlibatan

anggota masyarakat dalam pembangunan diharapkan dapat memberikan efek yang

lebih signifikan dalam implementasinya karena masyarakat itu sendiri lebih mengenal

atau memahami apa yang benar-benar ia butuhkan. Program atau proyek

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan menjadi suatu hasil tepat guna

bagi masyarakat itu sendiri, sebagai contohnya adalah Lembaga Ekonomi Masyarakat

(LEM—Sejahtera) kepada petani dengan visi sebagai wadah untuk mensukseskan

program bahteramas ditingkat desa dengan membangun sistem perekonomian yang

tangguh,berdaya saing dan berkelanjutan, adapun misi dari program lembaga ekonomi

masyarakat (LEM—Sejahtera) adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera adil dan

makmur. Selanjutnya sasaran terhadap program (LEM—Sejahtera) adalah dengan

keberadaan program (LEM—Sejahtera) untuk membantu pemerintah desa dalam

melaksanakan tugas – tugas pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan yang

memiliki peranan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia

(SDM), membantu terwujudnya keterpaduan program pembangunan ditingkat desa,

meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya lahan, modal, teknologi

informasi dan pasar, mengembangkan kemandirian kelembagaan masyarakat,

mengintegrasikan program pembangunan ditingkat desa, dan menyelenggarakan

4

kegiatan bisnis yang berbasis sumberdaya lokal antara lain: pengolahan hasil bumi,

pengadaan barang dan jasa, sarana produksi pertanian, industri perdagangan, dan

simpan pinjam. Di sisi lain pengurus LEM Sejahtera melakukan pelatihan mengenai

tata kelola lahan, cara produksi, dan perawatan tanaman kakao. Dalam hal ini,

pelatihan yang dilakukannya adalah masyarakat diajarkan mengenai tata cara

pemupukan, pemangkasan kakao, dan cara perawatan kakao. Secara umum pihak

pengurus LEM—Sejahtera memberi bantuan kepada anggota peserta berupa alat

produksi, misalnya, pembagian pupuk, alat pemotong, alat penyemprot, serta bantuan

program pencangkokan tanaman kakao untuk meningkatkan jumlah produksi.

Terlepas dari visi misi program LEM—Sejahtera yang bertujuan untuk

mensejahterakan petani hal ini, tidak terlepas dari adanya dinamika di kalangan

masyarakat Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat.

Dinamika tersebut lahir karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang sebagai

pemicu utama diantaranya adalah kesiapan masyarakat setempat kurang, serta

partisipasi dan kontribusi masyarakat sangat kurang sehingga hal tersebut kurang

difahami oleh masyarakat khususnya para petani yang akan dilibatkan sebagai

anggota, sehingga hal ini berimplikasi pada kemajuan program LEM—Sejahtera dan

para anggota yakni munculnya berbagai macam problematika dikalangan masyarakat

sehingga mereka acuh tak acuh dengan adanya program yang didirikan. Sehingga

dinamika perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari pengaruh teknologi, yang

merupakan suatu konsekuensi dan akan membentuk prestasi-prestasi sosial, ekonomi

dan Budaya (Sani :182) dengan adanya program LEM—Sejahtera dapat mendongkrak

5

perubahan pada masyarakat khususnya mampu membenahi di sektor perekonomian

seperti halnya meningkatkan kesejahteraan di kalangan masyarakat petani sehingga

masyarakat sebagian bertahan menjadi anggota dari program LEM—Sejahtera.

Peningkatan jumlah produksi di setiap musim panen dapat meningkatkan status

perekonomian peserta sehingga dapat menyejahterakan masyarakat Sangia Tiworo.

Oleh karena itu, dengan adanya program LEM—Sejahtera dapat membantu

masyarakat meningkatkan penghasilannya sehingga masyarakat memiliki daya saing

serta mengalami sebuah kemajuan dan membuat masyarakat terhindar dari garis

kemiskinan. Akan tetapi, yang menjadi kenyataan dikalangan masyarakat tidak semua

petani di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat

dapat merasakan manfaat dari bantuan program LEM—Sejahtera penyebabnya adalah

terjadi dinamika dari kalangan petani, seperti munculnya berbagai permasalahan

dikalangan anggota LEM—Sejahtera sehingga melahirkan dinamika yang tidak lagi

kondusif diantaranya ada pengurus LEM—Sejahtera yang berhenti karena merasa di

beda-bedakan dengan pengurus yang lain, selain itu pengurus LEM—Sejahtera

terkadang aktif apabila pelayanan yang dirasakan sesuai dengan apa yang menjadi

harapannya, akan tetapi terkadang keluar masuk menjadi pengurus karena disebabkan

ketidak fahaman dengan peraturan pelaksanaan program LEM—Sejahtera tersebut

sehingga melahirkan perasaan tidak nyaman di kalangan masyarakat

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian yang

berjudul “Dinamika Masyarakat Peserta Program Lembaga Ekonomi Masyarakat

6

(LEM—Sejahtra) di di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten

Muna Barat”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka peneliti merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana dinamika peserta program LEM—Sejahtra di Desa Sangia Tiworo,

Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat ?

2. Bagaimana implikasi dari dinamika peserta program LEM—Sejahtra di Desa

Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan dinamika peserta program

LEM—Sejahtra di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan,

Kabupaten Muna Barat

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan implikasi dari dinamika peserta

program LEM—Sejahetra di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo

Selatan, Kabupaten Muna Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan Antropologi secara logis. Baik pada kajian Antropologi

7

Ekonomi, Antropologi Pembangunan, Antropologi Terapan, dan

Antropologi Kewirausahaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak tertentu khususnya :

1. Bagi Masyarakat, agar dapat memahami kebijakan dan maksud dan tujuan

dari program LEM—Sejahtera sehingga dapat dirasakan hasil dari

bantuan tersebut

2. Bagi LEM Sejahtera, agar dapat memahami tata kelola program LEM

Sejahtera sehingga masyarakat dapat memahami fungsi dan aturan yang

diterapkan

3. Bagi pemerintah, dapat menetapkan kebijakan yang tepat dalam hal

pemberian bantuan program LEM—Sejahtera mempunyai arti penting

terhadap masyarakat desa Sangia Tiworo pada umumnya.

4. Bagi Mahasiswa, dapat menjadi bahan bacaan dan rujukan untuk

penelitian berikutnya.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Di dalamn pokok bahasan ini terdapat beberapa poin penting diantaranya

adalah Kajian Pustaka, Landasan Teori dan Kerangka Pikir

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep Dinamika

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu

bergerak, berkembang dan dapat menyelesaikan diri secara memadai terhadap

keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interpendesi antara anggota

kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena

selama ada kelompok , semangat kelompok terus menerus ada dalam kelompok itu,

oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang

bersangkutan dapat berubah.

Dinamika adalah sesuatu hal yang bersifat berkemampuan atau bertenaga, serta

selalu bergerak dab berubah-ubah. (Idrus : 1996). Selanjutnya dinamika merupakan

suatu bentukperubahan, baik itu yang sifatnya besar-besaran atau kecil-

kecilan,maupun secara cepat ataupun lambat, yang sifatnya nyata dan berhubungan

dengan suatu kondisi keadaan. (Kartono : 2007). Dinamika masyarakat merupakan

cara untuk menganalisis masyarakat. Yang didalam dari dinamika masyarakat ini

terdapat konsep – konsep tentang proses – proses pergeseran masyarakat dan

kebudayaan. Yang bila dengan mengenal dan mengerti secara garis besar maupun

9

spesifik tentang konsep – konsep ini dapat membantu kita untuk menganalisa secara

ilimiah gejala – gejala dan kejadian – kejadian sosial – budaya sekeliling kita dari

sudut perwujudan morfologinya.

Dinamika masyarakat berasal dari kata dinamika dan masyarakat. Dinamika

berati interaksi atau interdependensi antara masyarakat satu dengan yang lain,

sedangkan masyarakat adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan

bersosialisasi serta mempunyai tujuan bersama. Maka Dinamika Masyarakat

merupakan suatu kehidupan masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu

dalam suatu wilayah yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara

masyarakat yang satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

Di dalam dinamika masyarakat terdapat konsep –konsep, yaitu mengenai

proses internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, evolusi kebudayaan, difusi, alkulturasi,

asimilasi, dan inovasi yang terkait dengan penemuan baru. Konsep – konsep inilah

yang digunakan untuk kemudian menganalisa secara ilimiah gejala – gejala dan

kejadian – kejadian sosial budaya dari sudut perwujudan ataupun morfoliginya.

(Indrawati; 2013 :1-3)

2.1.2 Konsep Implikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artikata implikasi adalah keterlibatan

atau keadaan terlibat. Sehingga setiap kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu

berarti mempunyai hubungan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal.

10

Implikasi juga diartikan suatu konsekuensi atau akibat langsung dari harus penemuan

ilmiah.

Implikasi yaitu akibat langsung yang terjadi karena suatu hal misalnya

penemuan atau hasil penelitian. Kata implikasi memiliki makna yang cukup luas

sehingga maknanya cukup beragam.implikasi juga bias di definisikan sebagai suatu

akibat yang terjadi karena suatu hal. Implikasi memiliki makna bahwa sesuatu yang

telah disimpulkan dalam suatu penelitian yang lebih jelas.

2.1.3 Penelitian Terdahulu

Demi menjaga orisinalitas ini, maka peneliti menampilkan hasil-hasil

penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Kajian buku pustaka

yang menjadi rujukan dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh penelitian Novia

(2015: 28-29) tentang “Partisipasi masyarakat dalam program Alokasi Dana Desa

(ADD) (studi di Desa Samongan Kecamatan Noyan Kabupaten Sunggau)” Tujuan dari

penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat

mengenai program Alokasi Dana Desa, (2) Untuk mengungkapkan kendala-kendala

partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD. Penelitian ini menggunakan Teori

Partisipasi menurut Uphoff (1979), Untuk metode yang digunakan adalah penelitian

deskriptif dengan analisis kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah (1) masih rendah

pemahaman masyarakat mengenai program alokasi dana desa, karenaprogramalokasi

dana desa tersebut kurang disosialisasikan oleh pemerintah desa atau instansi yang

terkait. (2) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan

program alokasi dana desa masi rendah karena masyarakat dalam memberi pendapat

11

masi sangat rendah dan yang aktif hanya staf-staf desa.(3) Kendala yang dihadapi

dalam pemanfaatan program alokasi dana desa dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi, pendidikan yang

rendah, faktor mata pencaharian masyarakat yaitu sebagian besar petani, jenis kelamin,

pengetahuan, masyarakat yang berdomisili dan pemerintah desa. Untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat untuk memanfaatkan program alokasi dana desa, pemerintah

desa atau instansi yang terkait diharapkan dapat mensosialisasikan program tersebut

secara rutin supaya masyarakat paham dan dapat berpartisipasi dengan baik. Mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan. Kesimpulan dari penelitian diatas

adalah Kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai program ADD sehingga

masyarakat kurang paham dengan adanya program ADD tersebut.

Selanjutnya dalam penelitian Novia yang berjudul Partisipasi masyarakat

dalam program Alokasi Dana Desa (ADD) (studi di Desa Samongan Kecamatan

Noyan Kabupaten Sunggau). Peneliti mendapatkan perbedaan dan persamaan dalam

penelitian ini, yakni sama-sama berfokus pada program pemerintah, dari segi

pendekatan yang digunakan peneliti sama-sama menggunakan penelitian kualitatif.

Selain itu dalam penelitian Novia ini mengalami perbedaan penelitian dengan peneliti

yakni dari segi tujuan, disini peneliti melihat dinamika dan implikasi dari program

LEM Sejahtera, sedangkan penelitian ini melihat pemahaman masyarakat terhadap

program ADD serta kendala yang dialaminya, berikutnya dari segi teori dalam

penelitian ini menggunakan teori Partisipasi sedangkan peneliti menggunakan teori

12

materialisme budaya. selanjutnya dari sisi tahun dan tempat penelitian dengan peneliti

sudah berbeda.

Penelitian Ningrum (2014: 33) tentang “Partisipasi masyarakat dalam Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri (PNPM Mandiri) di Desa Karanganyar

Samarinda” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun kemandirian

masyarakat dalam pengembangan lingkungan pemukiman yang berkelanjutan,

selanjutnya untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program PNPM Mandiri. Teori yang di gunakan adalah teori partisipasi menurut

Uphoff (1979), penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, adapun hasil

penelitiannya menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM

Mandiri di Kelurahan Karang Anyar telah terlaksana dan diwujudkan dengan kegiatan

di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Di mana dalam pelaksanaan kegiatan

partisipasi masyarakat dikelola langsung oleh Lembaga Keswadayaan Masyarakat

(LKM) Kelurahan Karang Anyar. Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penulisan

di atas adalah proses sosialisasi dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam

PNPM Mandiri di Kelurahan Karang Anyar yaitu pada tahap awal dilakukan oleh

aparat pemerintahan dengan melakukan pertemuan dan mengadakan pelatihan dengan

pihak yang bersangkutan (LKM) untuk memberikan pemahaman dan menjelaskan

tentang kegiatan PNPM Mandiri dan selanjutnya dilakukan sosialisasi lanjutan oleh

pihak yang bersangkutan untuk melanjutkan kegiatan sosialisasi dalam PNPM Mandiri

kepada tiap lapisan masyarakat.

13

Dalam penelitian Ningrum yang berjudul Partisipasi masyarakat dalam

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Desa

Karanganyar Samarinda. Dalam penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian penulis. Dari sisi persamaan yakni sama-sama menggunakan metode

kualitatif, dan sama-sama fokus pada program pemerintah, dari sisi perbedaannya

adalah pengumpulan data yang digunakan dengan cara kepustakaan, dokumentasi,

wawancara dan observasi. Sedangkan penulis hanya menggunakan teknik wawancara

dan observasi. Selain itu yang menjadi pembeda berikutnya dalam penelitian ini dari

sisi tujuan yakni dalam penelitian ini melihat partisipasi masyarakat dengan adanya

PNPM sedangkan penulis melihat dinamika dan implikasi yang dialami oleh peserta

program LEM Sejahtra. Berikutnya dari segi teori dalam penelitian ini menggunakan

teori Partisipasi sedangkan peneliti menggunakan teori materialisme budaya.

selanjutnya dari sisi tahun dan tempat penelitian dengan peneliti sudah berbeda.

Penelitian Kristanto (2012 : 27) meneliti tentang Dinamika kehidupan Sosial

masyarakat Tumenggung Pasca Kerusuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk

mengetahui kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten Temanggung pasca kerusuhan.

2) mengetahui interaksi warga Kabupaten Temanggung antar warga yang berbeda

agama. 3) mengetahui bentuk keterlibatan masyarakat dalam menjaga hubungan antar

umat beragama di Kabupaten Temanggung pasca kerusuhan.Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengetahui dan mendeskripsikan

berbagai sikap dan fenomena yang ada. Informan dalam penelitian ini adalah warga,

tokoh masyarakat, dan tokoh agama di Kabupaten Temanggung. Teknik pengambilan

14

sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen dalam penelitian

kualitatif ini adalah penelitian itu sendiri yang dibantu dengan pedoman observasi dan

wawancara. Teori yang digunakan adalah teori Interaktif Oleh Huberman (1984)

Hasil dari penelitian ini adalah kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten

Temanggung pasca kerusuhan Temanggung adalah munculnya kecemasan dari para

warga di Kabupaten Temanggung dan meretakkan hubungan baik yang sudah terjaga

selama ini. Dengan adanya kerusuhan tersebut diketahui juga bahwa masih ada bibit-

bibit sifat intoleran dari sebagian kecil warga terhadap orang lain yang berbeda agama

dan hal tersebut sangatlah mengecewakan warga masyarakat di Kabupaten

Temanggung. Hal tersebut pasti akan menimbulkan dampak yang kurang baik

terhadap keberlangsungan hubungan baik yang selama ini telah dibangun antar

pemeluk agama yang berbeda-beda. Meskipun begitu interaksi antar warga masyarakat

di Kabupaten Temanggung pasca kerusuhan tetaplah terjaga dan berjalan dengan

baik, adanya sikap saling toleransi, bergotong royong, saling membantu, saling

menghormati dan menghargai antar warga yang berbedabeda agama dalam kehidupan

sehari-hari. Keterlibatan warga dalam upaya menjaga hubungan baik antar umat

beragama di Kabupaten Temanggung dibuktikan dengan adanya dialog-dialog lintas

agama, adanya kesepakatan untuk menolak segala bentuk cara pemecah belah

kerukunan umat beragama, sikap saling menghormati dan menghargai antar warga

masyarakat.

Penelitian Kristanto meneliti tentang Dinamika kehidupan Sosial masyarakat

Tumenggung Pasca Kerusuhan, di dalamnya tidak pernah lepas dengan persamaan dan

15

perbedaan dalam penelitian penulis. Dalam penelitian ini mengalami persamaan

dengan peneliti yakni sama-sama menggunakan metode kualitatif, dan dalam

penentuan informan sama-sama menggunakan teknik Purposif sampling serta sama-

sama menggunakan metodewawancara, dari segi perbedaannya adalah yang pertama

dari sisi lokasi dan tahun penelitiannya berbeda, teori yang digunakan berbeda yakni

dalam penelitian ini menggunakan teori interaktif sedangkan penulis menggunakan

teori materialisme budaya, dari segi tujuan mengalami perbedaan dimana dalam

penelitian ini bertujuan 1)untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat di

Kabupaten Temanggung pasca kerusuhan. 2) mengetahui interaksi warga Kabupaten

Temanggung antar warga yang berbeda agama. 3) mengetahui bentuk keterlibatan

masyarakat dalam menjaga hubungan antar umat beragama di Kabupaten Temanggung

pasca kerusuhan sedangkan penulis dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui

dinamika dan implikasi terhadap peserta program LEM Sejahtera,

Penelitian Novayanti (2013:27) tentang “Implementasi program Jaminan

Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Enrekang”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Jaminan

Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Enrekang. Dalam penulisan ini

menggunakan teori Partisipasi oleh Uphoff (1979), Pendekatan penelitian yang

digunakan adalah kualitatif deskriptif dan didukung dengan data sekunder hasil

penelitiannya menunjukan bahwa pelaksanaan Implementasi Program Jaminan

Kesehatan Gratis Daerah yang diterapkan di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio

Enrekang belum maksimal dan banyak kekurangan dari segi pelaksanaanya ,misalnya

16

dari segi sumberdaya manusia yang masih belum memadai dibanding dengan luasnya

wilayah kerja dari Puskesmas Sumbang itu Sendiri dan jumlah pasien yang setiap

tahunnya meningkat, juga dari segi komunikasi antar pelaksana yang masih kurang,

sehingga masyarakat belum mengetahui sepenuhnya tentang program dari Jamkesda.

Kesimpulan dalam penulisan diatas adalah (1) implementasi program jaminan

Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Enrekang belum maksimal dan

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. (2) Implementasi Program Kesehatan

Gratis belum optimal. Hal ini terutama terlihat dari : (a). Ukuran dan tujuan kebijakan,

setelah melakukan penelitian bahwa , tujuan dari program Jaminan Kesehatan Gratis

Daerah sudah tercapai namun dalam hal pencapaiannya belum terlalu maksimal

sehingga perlu adanya usaha peningkatan yang dilakukan. (b) Sumberdaya,bahwa

sumberdaya sudah cukup baik namun, dalam hal ini Sumberdaya manusia yang masih

perlu untuk ditingkatkan lagi. (c) Karakteristrik agen pelaksana, yaitu agar Kartu

Jamkesda segera dibagikan kepada seluruh masyarakat yang mendapatkan program

jamkesda secara merata.

Dalam penelitian Novayanti, mengalami persamaan dan perbedaan dengan

penulis, persamaan yang ada dalam penelitian ini adalah dari segi metode. Dalam

metode penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian dengan cara

observasi dan wawancara, persamaan berikutnya adalah sama-sama menggunakan

metode kualitatif. Berikutnya yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini adalah

yang pertama dari segi lokasi dan tahun penelitiannya sudah berbeda, dari segi teori

sudah berbeda yakni dalam penelitian ini menggunakan teori partisipasi sedangkan

17

penulis menggunakan teori materialisme budaya, berikutnya dari segi tujuan penelitian

sudah mengalami perbedaan dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang

Enrekang sedangkan penulis untuk mengetahui dinamika dan implikasi yang terjadi

pada peserta program LEM Sejahtera.

Selanjutnya Penelitian Lestari (2013: 23-25) tentang “Partisipasi perempuan

dalam proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri perkotaan (Studi kasus di Desa

Tanjung Karang)”Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui bentuk

partisipasi perempuan dalam proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri di Desa

Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.2) untuk mengetahui faktor

pendorong dan penghambat partisipasi perempuan dalam proses pemberdayaan

melalui PNPM Mandiri di Desa Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.3)

Untuk mengetahui implikasi partisipasi perempuan terhadap peningkatan kapabilitas

perempuan di Desa Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Teori yang

digunakan adalah Teori Partisipasi Oleh Stuart Chapin, pendekatan yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa (1) Partisipasi perempuan dalam proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri

Perkotaan ditunjukkan dengan kehadiran mereka pada pertemuan yang

terimplementasi dalam siklus kegiatan pemberdayaan PNPM Mandiri Perkotaan, yang

ditunjukkan dalam bentuk mengajukan pertanyaan, usulan, kritik, membuat

pembukuan keuangan, mendata masyarakat miskin, membuat proposal, melaksanakan

18

pemantauan program, serta partisipasinya dalam tahap pelaksanaan kegiatan, (2)

Melihat pada partisipasi sebagai tujuan yang mengungkapkan bahwa partisipasi perlu

ditinjau secara lebih mendalam dari proses maupun aktivitas, dalam proses

pemberdayaan ditemukan pula adanya faktor pendorong dan penghambat. Faktor

pendorongnya adalah kesadaran perempuan untuk membangun desa, dukungan dari

suami, serta adanya kesempatan bagi keterlibatan perempuan. Faktor penghambatnya

adalah beban ganda yang dimiliki perempuan, waktu pelaksanaan kegiatan, serta

kesulitan mengelola keuangan pinjaman bergulir, (3) Implikasi dari partisipasi

perempuan adalah meningkatnya peran perempuan dari yang pasif menjadi aktif.

Perempuan yang pada awalnya hanya sebagai penerima pasif pembangunan, kini

setelah ikut berpartisipasi mereka menjadi lebih aktif.

Penelitian Lestari tentang “Partisipasi perempuan dalam proses pemberdayaan

melalui PNPM Mandiri perkotaan (Studi kasus di Desa Tanjung Karang) tidak terlepas

dari persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis. Dari sisi persamaan dengan

penulis dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif dan

pusat kajiannya sama sama mengkaji sebuah permasalahan mengenai program

pemerintah, hanya saja perbedaannya itu adalah peneliti mengkaji LEM Sejahtera

sedangkan dalam penelitian ini mengkaji permasalahan yang ada pada PNPM Mandiri,

perbedaan berikutnya adalah dari segi penggunaan teori yakni penelitian ini

menggunakan teori partisipasi sedangkan dalam penelitian penulis menggunakan teori

materialisme budaya, perbedaan selanjutnya adalah dari sisi tujuan penelitian dan

waktu dan lokasi penelitiannya yang menjadi pembeda.

19

2.2 Landasan Teori

Teori yang digunakan untuk membaca data penelitian adalah pemikiran Marvin

Harris tentang Materialisme Budaya.

Teori materialisme budaya sebagai sebuah pendekatan untuk mengkaji

perilaku manusia berdasarkan dari pada pemahaman bahwa kondisi-kondisi materi

masyarakat menentukan kesadaran manusia, bukan sebaliknya. Marvin Harris yang

mengusul nama pendekatan itu sendiri (1979). Harris dalam (Saifuddin, 2003: 235-

249) sangat dipengaruhi oleh gagasan marxis tentang basis (base) dan suptrastruktur

(superstructure). Harris menyebut basis sebagai “infrastruktur” dalam LEM Sejahtera

mengadakan pembangunan disektor pertanian seperti pengadaan alat produksi dan

fasilisat pertanian yang lainnya, sehingga teori ini membimbing penulis untuk mencari

data tersebut . Harris memodifikasi skema marxis dengan memasukkan unsur

reproduksi manusia ke dalam basis infrastruktur dalam LEM Sejahtera, membimbing

penulis mencari data. bersama-sama dengan mode ekonomi dari produksi.

Selain itu, ia juga mengusulkan suatu kategori “antara” (intermediate

category), yakni struktur (structure), di antara basis dan suprastruktur, suatu kategori

yang tidak terdapat dalam skema marxis LEM Sejahtera membentuk sebuah struktur

kepengurusan untuk menjalankan apa yang menjadi program dari lembaga ekonomi

masyarakat tersebut, sehingga teori ini membimbing penulis untuk mencari data

tersebut yang berkaitan dengan struktur kepengurusan. Harris memandang ketiga

kategori tersebut, yakni basis, struktur, dan suprastruktur, sebagai fenomena etik.

Artinya ketiga kategori tersebut dapat ditemukan oleh ahli ilmu sosial yang

20

menelitinya sebagai ilmuwan. Suprastruktur mengandung fenomena etik maupun

emik. Fenomena emik adalah komponen mental dalam pikiran orang-orang yang

merupakan anggota LEM Sejahtera yang dimana terjadi berbagai dinamika kepada

peserta. Sehingga teori ini membimbing penulis dalam mencari data tersebut , yang

memang diri mereka sendiri dan dunia dari perspektif spesifik mereka sendiri, atas

dasar nilai-nilai, pengetahuan, dan sikap yang dipelihara dalam kebudayaan.

Bahasa adalah suatu kategori yang terpisah dari semua kategori lainnya, yang

menurut Harris(1979) berperan sebagai instrumen untuk mengkoordinasikankegiatan-

kegiatan basis, struktur, dan suprastruktur. Karena itu, bahasa memberikan suplai dan

termaksud dalam ketiga kategori, karena semua perilaku sosial manusia berimplikasi

terhadap penggunaan bahasa. Materialisme kebudayaan Harris dilandasi Marx, tetapi

dari Marxisme ia sangat menganjurkan agar memberikan prioritas bagi suatu strategi

penelitian yang terdiri dari : berawal dari kajian mengenai basis (infrastruktur),

kemudian struktur dan akhirnya suprastruktur.

Perbedaan yang lain antara Marxisme dengan materialisme kebudayaan adalah

materialisme kebudayaan mengemukakan hipotesis bahwa perilaku manusia di kontrol

oleh persyaratan kebutuhan protein, energi, atau faktor-faktor alamiah lainnya. Prinsip

umum yang harus dipegang mengenai materialisme kebudayaan adalah “budaya

dikembangkan oleh suatu masyarakat berdasarkan pada materi (benda) yang

dimilikinya”. Selain itu, Materialisme kebudayaan berbanding lurus dengan benda-

benda yang dimiliki suatu masyarakat dalam suatu wilaya tertentu dan kebudayaan

berkembang seiring dengan struktur universal sistem sosial budaya yang

21

dikonsepsikan oleh Materialisme kebudayaan terletak pada konstanta biologi dan

psikologi dari hakikan alamiah manusia, dan pada pembedaan antara pikiran dan

perilaku, etik, emik. Pertama, setiap masyarakat harus menghadapi masalah produksi.

Kedua, setiap masyarakat harus menghindari masalah reproduksi, menghindari

peningkatan atau pengurangan jumlah dan ukuran penduduk yang bersifat

mengganggu atau merusak.

Ketiga masyarakat harus menghadapi masalah perlu memahami hubungan-

hubungan perilaku yang teratur dan aman dikalangan kelompok-kelompok

penyusunnya dan dengan masyarakat lainnya. Keempat, anggaplah pentingnya bahasa

dan proses simbolik bagi psike manusia, orang dapat menyimpulkan adanya

keberulangan universal dan perilaku produktif yang menuju kepada produk dan servis

etik, erekreasi, sportif, dan estetik.

Kaum materialis memandang manusia sebagai materi, realitas konkret,

bersama dengan produk-produk pikiran manusia dan perilaku manusia yang terdiri

objek-objek fisik seperti peralatan dan benda-benda dan produk pikiran seperti

teknologi, ilmu pengetahuan, pengetahuan, nilai-nilai, hukum, agama, dan

kebudayaan. Oleh karena itu, teori materialisme budaya yang di kemukakan oleh

Marvin Harris digunakan dalam menganalisis dan mendeskripsikan dinamika

masyarakat serta implikasi terhadap perwujudan program LEM Sejahtra. Selain itu

teori ini digunakan untuk membantu peneliti dalam membedah permasalahan yang ada

dalam sebuah penelitian

22

2.3 Kerangka Pikir

Sugiyono (2010 : 60) mengemukakan kerangka pikir merupakan sintesa

tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di

deskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan antar variabel yang diteliti.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, yang menjadi obyek penelitiannya adalah

masyarakat peserta program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan

Dinamika Masyarakat

Terhadap Peserta LEM

Sejahtera

Implikasi Dari Dinamika

Peserta LEM Sejahtera

Teori Materialisme Budaya

Marvin Harris (1979)

Dinamika Masyarakat Peserta Program Lembaga Ekonomi Masyarakat

(LEM) Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan,

Kabupaten Muna Barat

Bagan Kerangka Pikir

Peserta Program LEM Sejahtra

23

Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat. Hal-hal yang akan di kaji dalam penelitianini

adalah Dinamika Masyarakat Terhadap Program LEM Sejahtera dan Implikasi Dari

Dinamika Program LEM Sejahtera dengan mengacu teori Materialisme Budaya

Marvin Harris, dimana kondisi-kondisi dari implikasi yang ada pada masyarakat

menentukan kesadaran manusia berdasarkan dinamika yang ada, bukan sebaliknya.

24

BAB III

METODE PENELITIAN

Pokok bahasan dalam metode penelitian yang digunakan di antaranya adalah:

Lokasi Penelitian, Penentuan Informan, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik

Analisis Data.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo

Selatan, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah ini dipilih

sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1)

Desa Sangia Tiworo merupakan salah satu pedesaan yang ada di kecamatan Tiworo

Selatan Kabupaten Muna Barat yang mata pencahariannya sebagian besar sebagai

petani sehingga hal ini selaras dengan visi misi program dari LEM Sejahtera yakni

bertujuan mewujudkan kemandirian petani (2) Daerah ini memenuhi syarat karena

masyarakatnya memiliki tanaman jangka panjang seperti coklat sehingga perlu adanya

program LEM Sejahtera untuk mendongkrak kesejahteraan petani (3) Desa Sangia

Tiworo merupakan salah satu lokasi yang ada di kecamatan Tiworo Selatan yang masi

aktif program LEM Sejahteranya dan tidak pernah di hentikan oleh pemerintah bahkan

program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo mengalami perkembangan dan

peningkatan keanggotaannya dari tahun ketahun.

3.2 Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masarakat Desa Sangia Tiworo

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat. yang ditentukan secara sengaja

25

dan terbagi atas beberapa informan yaitu informan kunci dan informan biasa. Adapun

informan kunci yaitu salah satu tokoh masarakat yang dituakan dan dianggap mampuh

menjadi juru kunci. sedangkan informan biasa yaitu masyarakat setempat yang

berperan sebagai anggota LEM SejahteraPenentuan informan dalam penelitian ini

menggunakan metode etnografi, yaitu pemilihan informan berdasarkan kebutuhan

penelitian atau pemilihan informan secara sengaja seorang informan sebaiknya mereka

yang dianggap mengetahui secara tepat permasalahan penelitian, sehingga diperoleh

informasi sebanyak mungkin dalam menjawab permasalahan penelitian terkait dengan

dinamika serta implikasi yang terjadi pada program LEM—Sejahtera. Adapun yang

akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini yakni masyarakat khususnya

orang yang terlibat dalam kepengurusan LEM—Sejahtera.

Jumlah Informan Kunci adalah 1 Orang yaitu Amrahadi (45 Tahun), selaku

ketua LEM—Sejahtera sekaligus warga Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo

Selatan, Kabupaten Muna Barat yang mengetahui selukbeluk yang terjadi dalam

program LEM—Sejahtera. Sedangkan informan biasa terdiri dari masyarakat biasa

yang berstatus sebagai anggota LEM—Sejahtera yang dianggap mampu memberikan

informan yang berkaitan dengan fokus masalah.

Adapun informan biasa dalam penelitian ini terdiri dari La Setia (55 Tahun), La

Fidi (55Tahun),La Dima (57 Tahun), Siti Rahmatina (41 Tahun), La Jumadi (47

Tahun), La Mingku (47 Tahun), Hartati (43 Tahun), La Mponi (55 Tahun),Murtawu

(42 Tahun), La Pendudu (59 Tahun), La Ute (32 Tahun), La Saali (55 Tahun).

Pengurus yang kurang aktif diantaranya La Ada (50 Tahun), La Ngkahali (42 Tahun),

26

La Saruma (40 Tahun), La Ode Salia (55 Tahun). Pengurus aktif diantaranya La Foli

(55 Tahun), La Mbule (54 Tahun), La Sumaeru (42 Tahun), Wa Ongo (50 Tahun), Wa

Ole (50 Tahun), Masda (52 Tahun), dan Malik Uka (46 Tahun).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode pengamatan

terlibat (participatiaon observation) dan Wawancara mendalam (indept Interview).

3.3.1 Pengamatan Terlibat (ParticipationObservation)

Penelitian lapangan dilakukan secara intensif selama beberapa bulan.

Penelitian ini diawali dengan pengamatan terhadap dinamika masyarakat peserta

program LEM Sejahtera. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terlibat,

dimana peneliti turun langsung untuk mengamati dinamika program LEM Sejahtera

yang ada pada masyarakat di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan,

Kabupaten Muna Barat.Pengamatan terlibat dimana peneliti turun langsung untuk

mengamati langsung masyarakat peserta program LEM—Sejahtera di Desa Sangia

Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat.

Pada hari Minggu 30 Oktober 2016 sekitar pukul 07.00 berangkat menuju

pelabuhan Nusantara Kendari dengan tujuan menuju Desa Sangia Tiworo, Kecamatan

Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat. Karena kampung halaman sangat jauh dari

kota kendari maka jarak tempu selama 5 Jam 45 Menit untuk sampai di tujuan tempat

meneliti. Perjalanan peneliti dari Kota Kendari sampai dengan Kabupaten Muna

dengan waktu 3 Jam 45 Menit dengan menumpangi kapal Expres Bahari, setelah

27

sampai di Raha Kabupaten Muna Melanjutkan Perjalanan ke Desa Sangia Tiworo

dengan naik kendaraan umum dengan waktu tempuh 2 Jam. Selama diperjalanan

peneliti bercerita dengan penumpang membahas seputaran penelitian yang akan

dijalaninya.

Setelah peneliti sampai di Desa Sangia Tiworo peneliti menginap dirumah

orang tua peneliti. Setelah istrahat sejenak lalu berangkat menuju rumah kepala Desa

Sangia Tiworo untuk menyerahkan surat izin penelitian sebagai pemberitahuan

bahwasannya peneliti akan melakukan penelitian tentang Dinamika Peserta Program

LEM—Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna

Barat. Selanjutnya peneliti meminta bantuan dan petunjuk dari kepala desa berkaitan

dengan informan-informan yang akan di wawancarai.

Peneliti mulai melakukan penelitian mulai hari Selasa tanggal 01 Nopember

2016- 10 Nopember 2016. Peneliti turun langsung mengamati masyarakat yang

berstatus sebagai pengurus dan anggota LEM—Sejahtera di Desa Sangia Tiworo,

peneliti turun langsung menemui ketua LEM—Sejahtera pak Amrahadi untuk

mengikuti menyaksikan langsung kegiatan rapat mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pengurus LEM—Sejahtera serta membantu bapak Amrahadi

membagikan bantuan pupuk pada masyarakat, selanjutnya peneliti menemui

bendahara LEM—Sejahtera Siti Rahmatina untuk meminta izin untuk menyaksikan

langsung kegiatan Arisan pengurus LEM Sejahtera dan bercerita sedikit seputan

mekanisme simpan pinjam yang diikuti oleh masyarakat yang berstatus sebagai

anggota LEM—Sejahtera.

28

Setelah peneliti mengikuti rangkaian kegiatan masyarakat yang berstatus

sebagai pengurus LEM—Sejahtera peneliti menuju kerumah kepala desa tepatnya

pada pukul 16.00 Wita bersama Adam untuk menanyakan tentang keadaan desa dan

beliau memperlihatkan data-data desa dan buku profil desa. Setelah berbincang-

bincang dengan kepala desa peneliti kembali kerumah bersama Adam, setelah istrahat

sejenak mengantar Adam kerumahnya dengan menggunakan kendaraan Motor.

Keesokan harinya peneliti pulang ke Kendari. Selanjutnya peneliti dating kembali di

lokasi penelitian pada tanggal 10 Nopember- 25 Nopember 2016, peneliti melakukan

pengamatan terlibat dan wawancara mendalam sepuran dinamika yang terjadi pada

program LEM—Sejahtera di Desa Sangia Tiworo sampai pada akhirnya peneliti

merasa cukup dengan data yang didapatkan yang dianggap sudah mampu mengungkap

dan mendeskripsikan permasalahan yang dikaji.

3.3.2 Wawancara Mendalam(Indepth Interview)

Dari hasil pengamatan, baik pengamatan biasa selanjutnya peneliti

menggunakan teknik wawancara mendalam, teknik ini digunakan agar peneliti mampu

untuk menggali informasi secara mendalam mengenai dinamika masyarakat peserta

program LEM Sejahtera. Adapun hal-hal yang dipertanyakan adalah dinamika

masyarakat, dan implikasi dari dinamika masyarakat terhadap program LEM

Sejahtera.

Wawancara dilakukan dengan mengadakan pertemuan dan tatap muka

langsung dengan informan dan melakukan tanya jawab. Dengan kegiatan wawancara

yang dilakukan secara mendalam, peneliti dapat menggali informasi sedetail mungkin

29

dari setiap informan. Proses wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara (wawancara terstruktur) kemudian dikembangkan dalam wawancara lebih

mendalam (depth Interview), dalam rangka mengungkapkan permasalahan penelitian

mengenai dinamika masyarakat peserta program LEM Sejahtera di Desa Sangia

Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data telah dilakukan secara etik yang menggacu pada pandangan

peneliti terkait dengan dinamika masyarakat peserta program LEM Sejahtera di Desa

Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat melalui langkah-

langka (1) menyusun satuan-satuan seluruh data yang dikumpul dari hasil wawancara,

observasi, kemudian dilakukan reduksi guna mengeliminir data yang kurang relevan,

membuar abstraksi dan menyusun satuan-satuan data, (2) melakukan kategorisasi data,

(3) menyusun antar kategori data yang lainnya, sehingga dapat ditemukan makna

kesimpulannya.

30

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA SANGIA TIWORO

Pokok bahasan dalam metode penelitian yang digunakan di antaranya adalah:

Letak Lokasi, Keadaan Alam, Keadaan Demografis, dan Profil LEM Sejahtera.

4.1 Letak Lokasi

Desa Sangia Tiworo adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tiworo

Selatan Kabupaten Muna Barat. Luas wilaya 534 Ha dengan mayoritas penduduk yang

bermata pencaharian sebagai petani lahan kering, tepatnya sebagaipetani coklat.

Awalnya desa ini merupakan daerah transmigrasi yang berdiri sejak tahun 1995.

Berdasarkan letaknya, Desa Sangia Tiworo mempunyai batas-batas wilaya sebagai

berikut :

-Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kasimpa Jaya Kecamatan Tiworo

Selatan

-Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kabangka Kecamatan Kabangka

-Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wadaga Kecamatan Wadaga

-Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barakah Kecamatan Tiworo Selatan

Pemukiman penduduk terletak di daerah dataran rendah mengikuti jalan poros

dan juga termaksud lorong-lorong terdiri dari beberapa deret rumah yang letaknya

tidak berjauhan yang biasanya hanya dipisahkan oleh jalan-jalan serta ditimbuhi oleh

pohon kelapa dan kayu gamal saat memasuki wilaya pedesaan. Selain itu jarak antara

rumah yang satu dengan rumah yang lainnya berdekatan dan hanya dipisahkan oleh

31

pagar kayu dan bunga yang menjadi pagar hidup di pekarangan masyarakat, tetapi ada

juga rumah yang tidak memiliki pagar. Saat memasuki lorong-lorong di desa Sangia

Tiworo, bentuk perumahan ada yang cukup berjarak, biasanya jarak rumah yang satu

dengan rumah yang lainnya berjarak sampai ± 20-50 meter dan akan ditemukan

beberapa pohon kelapa dan pohon gamal yang memisahkan dengan rumah-rumah

tersebut.

Gambar 4.1 Balai Pertemuan Desa Sangia Tiworo

Dokumentasi : Mursin

Balai Desa Sangia Tiworo merupakan tempat masyarakat dimana pada saat

pelaksanaan kegiatan LEM Sejahtera, baik itu digunakan sebagai tempat rapat, sebagai

sekertariat pertemuan anggota LEM Sejahtera dengan pengurus dan sebagaitempat

melakukan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pengurus LEM Sejahtera

4.2 Keadaan Alam

Keadaan alam di Desa Sangia Tiworo memiliki ketinggian tanah dari

permukaan laut ± 2 meter dan topografi Desa tersebut terdiri dari daratan dan

32

perbukitan. Seperti halnya dengan daerah lain di Sulawesi Tenggara yang dikenal

dengan iklim tropis, maka di Desa Sangia Tiworo juga termasuk di dalamnya

sedangkan musim terbagi menjadi 2 (dua) macam musim yakni musim hujan yang

membawa angin barat dan musim kemarau yang membawa angin timur. Musim panas

biasanya terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, sedangkan musim hujan terjadi

antara bulan November – April, dengan curah hujan berkisar ± 2100 mm tahun.

Namun musim ini tidak menentu yaitu musim panas/kemarau lebih panjang dari

musim penghujan atau sebaliknya.

Desa Sangia tiworo merupakan daerah dataran rendah dan memiliki populasi

tumbuhan yang cukup banyak. Kondisi tanahnya yang datar, dengan demikian wilaya

Desa Sangia Tiworo dapat ditanami berbagai tanaman, baik tanaman jangka panjang

maupun tanaman jangka pendek.

Tabel 1 Jenis Tanaman Masyarakat Desa Sangia Tiworo

NO Jenis Tanaman Luas

1. Tanaman Coklat 190 Ha

2. Jambu Mete 10 Ha

3. Pisang 7 Ha

4 Kelapa 18 Ha

5 Jati 55 Ha

6 Jabon 10 Ha

7. Jagung 40 Ha

8 Kedelai 1 Ha

9 Kacang Tanag 1 Ha

10 Nilam 80 Ha

11 Sayuran 2 Ha

12 Umbi-Umbian 4 Ha

Jumlah 388 Ha Sumber : Buku Profil Desa Sangia Tiworo Tahun 2016

33

4.3 Keadaan Demografis

4.3.1 Jumlah Penduduk

Berdasarkan data kantor desa Sangia Tiworo tahun 2016 Keadaan penduduk

yang cukup banyak dengan jumlah penduduk 721 jiwayang terdiri dari laki-laki

sebanyak 371 jiwa, dan perempuan sebanyak 350 jiwa dan jumlah kepala keluarga

sebanyak 278 KK dengan latar belakang yang berbeda-beda baik dari suku bangsa

yang berbeda, mata pencaharian yang berbeda-beda dan tingkat pendidikan akan tetapi

masyarakat Desa Sangia Tiworo 100% beragama Islam . Hal ini dapat terlihat pada

tabel berikut.

Tabel 2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sangia Tiworo

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1. Laki-laki 371

2. Perempuan 350

Jumlah 721

Sumber : Buku Profil Desa Sangia Tiworo Tahun 2016

Hal ini juga sudah berkaitan dengan jumlah masyarakat peserta program

Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera yang dapat di wawancarai.

Peningkatan jumlah penduduk di Desa Sangia Tiworo disebabkan semakin banyak

masyarakat yang melakukan transmigrasi spontan yaitu masyarakat Bugis yang

kemudian menetap tinggal di Desa Sangia Tiworo. Dari 721 jiwa masyarakat desa

Sangia Tiworo yang termaksud sebagai anggota LEM Sejahtera terdiridari132 jiwa

masyarakat Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat

yang bergabung.

34

4.3.2 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan erat kaitannya dengan pengembangan sumberdaya manusia dalam bentuk

kepribadian, tingkat pengetahuan, kreatifitas dan daya analisa. Oleh karena itu,

pendidikan ini perlu di perhatikan karena merupakan salahsatu aspek dalam membuka

cakrawala dan nuansa berpikir masyarakat dalam memanfaatkan potensi sumber daya

alam serta peningkatan dan produktifitas kerja. Pendidikan pula amat penting dalam

membentuk pola pikir dan tindakan dalam kehidupan masyarakat. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka berpikir dan bertindak akan lebih bijaksana bila

dibanding dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pemerintah Desa

Sangia Tiworo beserta seluruh masyarakat terus berupaya mengejar ketertinggalan dari

daerah lain agar masyarakat wajib belajar 9 Tahun. Saat ini di Desa Sangia Tiworo

baru terdapat 3 lembaga pendidikan yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) dengan nama

instansi TK PGRI Wadasa, Sekolah Dasar (SD) dengan nama Instansi SDN 4 Tiworo

Selatan, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan nama Instansi SMPN Satap 2

Tiworo Selatan. Data keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sangia

Tiworo dapat di lihat melalui tabel berikut.

35

Tabel 3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Laki-laki

Perempuan

1. TK 14 12

2. Tamat SD sederajat 91 87

3. Tamat SMP Sederajat 115 82

4. Tamat SMA Sederajat 139 122

6. Tamat D-2 Sederajat - 2

7. Tamat D-3 Sederajat - 16

8. Tamat S-1 Sederajat 25 14

9. Tamat S-2 Sederajat 2 -

Jumlah 371 350 Sumber : Buku Profil DesaSangia Tiworo Tahun 2016

Dari tabel diatas mengenai tingkat pendidikan juga sudah termaksud para

pengurus LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo. Berdasarkan data lapangan pengurus

LEM Sejahtera yang tamatan SMP 68 Orang yang tamatam SMA 62 Orang dan

Tamatan S-1 2 Orang. Jadi dari tingkat pendidikan pengurus LEM Sejahtera hanya

dari tingkat SMP(Sekolah Menengah Pertama) sampai dengan tingkat S-1 (Strata

Satu).

Berdasarkan data yang dapat diketahui bahwa kualitas sumberdaya manusia di

Desa Sangia Tiworo masi tergolong kurang sehingga hal ini berdampak pada pola

pikir masyarakat tentang pengelolaan program LEM Sejahtera. Tingkat pendidikan

pula berpengaruh pada keberhasilan dan pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan kegiatan usaha, pengelolaan bantuan, dan keberhasilan pengambilan keputusan

yang berhubungan dengan pekerjaan dan pengelolaan usaha akan tetapi masyarakat

yang berpendidikan tinggi lebih memilih pekerjaan diluar desa atau daerahnya dan

masyarakat yang berpendidikan kurang dalam ikut serta dalam pengelolaan LEM

36

Sejahtera karena memilih untuk beraktivitas di instansi yang sesuai bidangnya masing-

masing.

4.3.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Pada umumnya masyarakat Desa Sangia Tiworo bermata pencaharian sebagai Petani,

Pengusaha Nilam, Pedagang Coklat, Pedagang Sembako, Honorer,Pertukangan, PNS, TNI,

dan POLRI. Mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1. Petani 216

2. Pengusaha Nilam 6

3. Pedagang Coklat 8

4. Pedagang Sembako 20

5. Honorer 15

6. Pertukangan 2

7. PNS 9

8. TNI/POLRI 2

Jumlah 278 kk Sumber : Buku Profil Desa Sangia Tiworo Tahun 2016

Dari tabel diatas mengenai mata pencaharian menunjukan bahwa mayoritas

pekerjaan penduduk di Desa Sangia Tiworo adalah Petani, disusul oleh Honorer,

kemudian pedagang Sembako, Pegawai Negri Sipil (PNS), Pedagang Coklat,

Pengusaha Nilam, Pertukangan Kemudian TNI dan POLRI. Walaupun sebagian besar

masyarakatnya berprofesi sebagai petani akan tetapi sebagian diatara mesyarakat

menjadi pengurus LEM Sejahtera sebagai salah satu lembaga pemerintah yang

37

bertujuan membantu perkembangan usaha para petani di sektor pertanian terutama

pada petani Coklat.

4.3.4 Keadaan Penduduk Menurut Suku Bangsa

Suatu konsekuensi logis dari kemajuan pembangunan dari berbagai bidang

kehidupan adalah semakin intensifnya antara suku bangsa yang satu dengan suku

bangsa yang lainnya. Masyarakat Desa sangia Tiworo yang berjumlah 721 Jiwa

memiliki latar belakang etnik yang berbeda-beda. Namun mayoritas dari penduduknya

adalah suku Muna sehingga dalam pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan

cenderung mengarah pada kebudayaan suku Muna tetapi hal ini tidak menjadi

halangan bagi mereka untuk hidup rukun dan harmonis. Hal ini dapat dilihat dari tabel

dibawah ini

Tabel 5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah (Jiwa)

1. Muna 448

2. Bugis 251

3. Jawa 7

4 Buton 2

5 Flores 2

6 Bajo 1

Jumlah 721 Sumber : Buku Profil Desa Sangia Tiworo Tahun 2016

Dari tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk yang bermukim di

Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat adalah suku

Muna sebagai penduduk asli, dimana mereka merupakan sebagian besar pengurus dari

38

program LEM Sejahtera yang ada di Desa Sangia Tiworo. Akan tetapi hal ini

tidakmenjadi pengaruh untuk menjadi anggota LEM Sejahterah.

4.4 Profil LEM Sejahtera

Dalam sebuah organisasi tidak terlepas dari adanya struktur, dimana dengan

adanya struktur tersebut menjadi salahsatu kontrol dalam pengaturan sebuah lembaga.

Seperti yang diungkapkan oleh Slamet Danusudirjo (1969) dalam (Rasyid, 2003 : 142)

dalam bukunya di jelaskan bahwa Organisasi adalah susunan manusia, peralatan dan

fasilitas yang dituangkan dalam suatu wadah pengaturan tertentu untuk mencapai

tujuan tertentu atau sasaran pokok dalam LEM Sejahtera melalui produksi komoditas

perkebunan. Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera di desa Sangia Tiworo

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat di dirikan pada 5 Juni 2013,

penggagas oleh Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Propinsi Sulawesi

Tenggara.

Awal mulanya program LEM Sejahtera di dirikan di Desa Sangia Tiworo

Berdasarkan potensi sumberdaya alam yang ada, dimana masyarakat Desa Sangia

Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat masyarakatnya mayoritas

hidup sebagai petani diantaranya adalah petani coklat yang memiliki potensi bisa

mensejahterakan sumber daya manusia (SDM) yang ada di Desa Sangia Tiworo. Hal

ini perlu adanya perhatian pemerintah sehingga bisa menjadi penopang peningkatan

penghasilan masyarakat. Olehnya itu di Desa Sangia Tiworo di hadirkannya Program

39

LEM Sejahtera dengan tujuan mewujudkan kemandirian serta meningkatkan

kesejahteraan petani.

pendirian lembaga ini melalui beberapa tahapan yakni melakukan pertemuan

antara masyarakat dengan pihak dinas terkait. Di samping itu LEM Sejahtera juga

membentuk sebuah Struktur Kepengurusan dimana melakukan penunjukan pimpinan

lembaganya yang dianggap mampu sebagai pengontrol dan pengendali jalannya

program LEM Sejahtera. Struktur kepengurusannya berdasarkan tabel di bawah

sebagai berikut

Gambar Bagan 2

Struktur Kepengurusan LEM Sejahtera

KETUA UMUMI,

AMRAHAD,S.Pd.I

PEMBINA

Kepala Desa Sangia Tiworo

SEKERTARIS

LA JUMADI

BENDAHARA

SITI RAHMATINA

MASYARAKAT DESA SANGIA TIWORO

40

Kepengurusan LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo

Selatan Kabupaten Muna Barat terdiri dari pembina yang dibina langsung oleh kepala

desa, di ketuai salah satu masyarakat yang ada di desa Sangia Tiworo yang di percayai

sebagai pemimpin dari jalannya program LEM Sejahtera seperti yang di kemukakan

oleh informan Amrahdi (45 Tahun) menyatakan bahwa :

“LEM Sejahtera di desa ini didirikan sejak tahun 2013. Dalam pengelolaan

LEM ini terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Sampai saat ini

jumlah anggota yang tercatat sudah mencapai 132 anggota utamannya petani

coklat” (Wawancara: 8 Nopember 2016)

Dari hasil wawancara diatas dapat di jelaskan bahwa kepengurusan LEM

Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat

terdapat kepengurusan yang dibentuk dalam struktur organisasi yang didalamnya

membangun kerjasama dalam kemajuan tata kelola program agar bisa berjalan baik di

kalangan masyarakat Desa Sangia Tiworo.

Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera adalah lembaga ekonomi desa

yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat desa dengan menghimpun dan

mendayagunakan seluru potensi sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan

kesejahteraan seluruh anggotanya, maksud pendirian dari LEM Sejahtera adalah

sebagai wadah untuk mensukseskan program bahteramas di tingkat desa dengan

membangun sistem perekonomian yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan.

LEM Sejahtera di dirikan sejak tahun 2009 melalui rapat anggota yang difasilitasi oleh

41

TIM Fasilitator LEM Sejahtera.Seperti yang dikatakan oleh Amrahdi (45 tahun)

bahwa :

“LEM Sejahtera suatu lembaga yang dimana bertujuan untuk kesejahteraan

masyarakat khususnya mewujudkan program kemandirian petani. Program

LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo di dirikan sejak Tahun 2013 dan saya

sendiri sebagai ketua. Tujuan didirikan LEM ini untuk kesejahteraan semua

petani. Akan tetapi petani yang saya maksud ini petani coklat atau petani yang

punya tanaman jangka panjang yang hasilnya menjanjikan. Tapi to dalam

ADRT yang kepanjangannya itu anggaran dasar anggaran rumah tangga dalam

LEM sejahtera dijelaskan cakupannya itu adalah ruang lingkup masyarakat

Sangia Tiworo” (Wawancara, 4 Nopember 2016)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa LEM Sejahtera merupakan

salah satu program yang bergerak disektor perekonomian yang tujuannya itu

menyejahterakan masyarakatnya khususnya para petani coklat, Jambu Mete, serta

Usaha Tani yang lainnya yang ada di Desa Sangia Tiworo. Selain itu program LEM

Sejahtera ini diatur dalam AD-ART sehingga proses pelaksanaan dan pengelolaan

lembaga tersebut dapat teratur dengan baik berdasarkan acuan yang ada dalam AD-

ART.

Sekarang ini sebagian besar masyarakat Desa Sangia Tiworo telah terdaftar

sebagai pengurus LEM Sejahtera khususnya bagi para petani, dalam kepengutusan

LEM Sejahtera terdapat struktur organisasi dalam keanggotaan LEM Sejahtera yang

terdiri atas ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota sebagai pengurus dalam

Program penyelenggaraan dan penerima bantuan LEM Sejahtera. Dalam keanggotaan

LEM Sejahtera ini awalnya terdapat 9 anggota kemudian berkembang menjadi132

(Seratus tigapuluh dua) lambat laun dengan munculnya berbagai dinamika yang terjadi

42

pada keanggotaan LEM—Sejahtera sehingga tersisa menjadi 82 anggota aktif.mereka

adalah masyarakat Desa Sangia Tiworo yang memiliki tanaman Coklat atau memiliki

usaha tani yang memiliki hasil yang menjanjikan, akan tetapi yang menjadi anggota

ini hanya yang memiliki tanaman jangka panjang saja, sebab dalam program bantuan

LEM Sejahtera ini yang menerima bantuan ini hanya masyarakat yang menabung saja

di kas keanggotaan LEM Sejahtera. Seperti yang dikatakan oleh Siti Rahmatina ( 41

tahun) bahwa :

“ Anggota LEM Sejahtera ini terdiri dari 132 anggota diluar dari Ketua,

Sekretaris, Dan Bendahara. Saya sendiri dalam kepengurusan LEM Sejahtera

ini posisiku sebagai bendahara. Syarat untuk menjadi anggota itu yang penting

punya usaha tani, terus mereka harus punya simpanan. Tujuan dari simpanan

ini untuk modal awal agar mereka bisa menerima bantuan dari LEM semua

sudah diatur dalam peraturan LEM Sejahtera, simpanan disini bukan untuk kita

pengurus tapi sebagai tabungan mereka jadi kapan-kapan mereka butuh uang

maka kami kasi pinjam dengan catatan harus mengembalikan dalam tiap

bulannya karena ini uang diputar. Tapi disini masyarakat punya simpanan dari

Rp. 20.000 – 1.000.000 ini sebagai syarat. Tapi kalau yang menyimpan itu

apabila mereka mau pinjam uang harus seimbang dengan simpanannya

mereka. Seperti yang menyimpan uang Rp. 20.000 mereka itu tidak bisa

meminjam uang mereka hanya bisa menerima bantuan saja. Dan LEM Sejahera

ini sering melakukan pelatihan pada masyarakat dalam hal pengelolaan

pertanian”

Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa dalam program LEM

Sejahtera dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani, dengan adanya

berbagai program serta bantuan dapat membantu meningkatkan penghasilan petani.

Oleh karena itu program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo sangat membantu

khususnya para petani dalam hal meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan adanya

permodalan LEM Sejahtera yang dihimpun dari simpanan anggota secara swadaya.

Selain itu program LEM Sejahtera memiliki peranan untuk membantu masyarakat

43

yang peranannya sebagai wadah pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia

(SDM), menyediakan data dan bahan perencanaan, membantu terwujudnya

keterpaduan program pembangunan di tingkat desa, meningkatkan akses masyarakat

terhadap sumberdaya lahan, modal, dan Teknologi informasi dan mengembangkan

kemandirian kelembagaan masyarakat serta menyelenggarakan kegiatan bisnis yang

berbasis sumberdaya lokal antara lain : pengelolaan hasil bumi, pengadaan barang dan

jasa, sarana produksi pertanian, perdagangan, dan simpan pinjam. Disisi lain program

LEM Sejahtera memberi bantuan kepada petani yang berbentuk fisik seperti

pemberian bantuan pupuk, perangkap serangga, tangki, alat pemotong, dan alat

pemetik kakao.

44

BAB V

DINAMIKA MASYARAKAT PESERTA PROGRAM LEMBAGA EKONOMI

MASYARAKAT (LEM-SEJAHTERA)

5.1 Dinamika Peserta Program LEM Sejahtera

Peserta LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan,

Kabupaten Muna Barat tidak terlepas dari berbagai dinamika. Diantaranya dinamika

dari sisi struktur, suprastruktur, dan infrastruktur.

5.1.1 Dinamika Yang Terjadi Pada Sisi Struktur Peserta LEM Sejahtera

Dinamika yang terjadi pada Sisi Struktur Peserta LEM Sejahtera diantaranya

sebagai berikut.

5.1.1.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Peserta LEM Sejahtera

Pesertaprogram LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo memiliki berbagai

polemik yang menjadi salah satu hambatan dalam perkembangan program LEM

Sejahteradiantaranya adalah permasalahan-permasalahan yang timbul karena pengaruh

adanya ketidak nyamanan dan kurang pemahaman masyarakat mengenai program

LEM Sejahtera tersebut, dengan kejadian seperti itu muncul berbagai tanggapan yang

didasari sudut pandang masyarakat mengenai kepengurusan LEM Sejahtera, sehingga

hal tersebut memunculkan berbagai tanggapan negativyang sifatnya merugikan

masyarakat itu sendiri karena telah mengurungkan niatnya untuk tidak berperan aktif

lagi sebagai peserta. Kejadian tersebut membuat masyarakat lebih memilih untuk

memutuskan untuk tidak lagi menjadi pesertaLEM Sejahtera, seperti yang

diungkapkan oleh informan Murtawu (42 tahun) menyatakan bahwa :

45

“Kita ini kasian masyarakat akan tetapi dengan adanya LEM ini memang

sangat membantu kami sebagai petani, akan tetapi apabila ada bantuan kita

tidak pernah dapat. Kita dapat juga tapi hanya dikasi satu dua karung pupuk

saja sementara kita masyarakat yang butuh bantuan. Tapi pengurusnya tidak

adil” (Wawancara 11 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan penyebab peserta keluar dari kepengurusan

LEM Sejahtera karena dipengaruhi adanya diskriminatif, masyarakatberharap dengan

adanya program tersebut dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani melalui

berbagai macam bantuan yang diberikan pemerintah untuk mendongkrak

perkembangan perekonomian masyarakat. Akan tetapi justru membuat masyarakat

merasa tidak puas. Sebab masyarakat sudah menyepakati aturan yang menjadi

peraturan dari program LEM Sejahtera tersebut, dimana didalamnya dijelaskan bahwa

setiap peserta LEM Sejahtera wajib memiliki dana simpanan agar masyarakat dapat

memperlancar bantuan yang akan diterima dan nantinya uang simpanan peserta LEM

Sejahterayang sewaktu-waktu dapat diambil kembali karena menjadi bagian dari

tabungan peserta, akan tetapi dengan pernyataan seperti itu yang terjadi dikalangan

peserta program LEM Sejahtera muncul perbedaan yang membuat masalah sosial yang

menimbulkan rasa ketidak adilan yang dirasakan masyarakat. Sama halnya yang

diungkapkan oleh informan berikutnya La Ute (32 tahun) menyatakan bahwa :

“Saya ini diprogram LEM kadang saya aktif kadang tidak, bagaimana saya tidak.

Bagaimana sa tidak mo begitu saya rasa dimain-mainkan kadang saya dikasi

bantuan kadang tidak, makanya saya aktif kalau dikasi bantuan kalau tidak

dikasi untuk apaku mending saya urus urusanku yang lain yang harus saya

selesaikan” (Wawancara 11 Nopember 2016)

46

Berdasarkan penjelasan informan menyatakan bahwa faktor ketidak aktifannya

sebagai peserta LEM Sejahtera karena faktor tidak menerima bantuan. Akan tetapi,

terkadang aktif kembali sebagai anggota apabila ikut merasakan bantuan yang ada.

Dengan kejadian seperti itu membuat masyarakat Desa Sangia Tiworo Kecamatan

Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat menimbulkan berbagai polemik di internal

peserta program LEM Sejahtera, diantaranya tidak meratanya penerimaan bantuan

sehingga tidak lagi seiring dengan visi dan misi LEM Sejahtera dimana dijelaskan

bahwa dengan adanya program tersebut tujuannya adalah untuk mewujudkan

kemandirian dan kesejahteraan petani.

Gambar 5.1.1.1 Rapat Peserta LEM Sejahtera

Dokumentasi: Mursin

Dengan munculnya berbagai polemik di kepengurusan LEM Sejahtera membuat

masyarakat bingung dengan adanya program tersebut. Dimana ketika masyarakat

berperan aktif maka muncul berbagai tindakan dalam pengelolaan bantuan sehingga

47

lahirlah berbagai macam masalah diantaranya muncul sekat-sekat dikalangan

masyarakat, tidak meratanya bantuan yang diterima, serta kurangnnya konsolidasi

antara pengurus dan peserta, selain itu munculnya berbagai tekanan seperti adanya

perintah dari pendamping LEM Sejahtera untuk mengadakan sumbangan yang

sifatnya sebagai dana simpan pinjam yang nantinya masyarakat dapat meminjamnya

untuk memenuhi keperluannya sehingga secara langsung masyarakat langsung

berpartisipasi dalam sumbangan tersebut mengingat masyarakat sangat membutuhkan

uang pinjaman yang tidak memiliki bunga yang harus dipenuhi tiap bulannya pada

saat pengembalian uang. Seperti yang diungkapkan oleh informan La Ode Salia(55

tahun) menyatakan bahwa :

“ Saya ini pernah keluar jadi anggota LEM Sejahtera karena saya merasa tidak

nyaman dengan praktek-praktek yang ada didalamnya. Tapi saya kembali masuk

lagi karena disini ada bujukan dari pengurus kami diminta untuk kembali

bergabung dan kami harus punya simpanan yang nantinya kami bisa ambil dan

bisa meminjam juga uang dari situ” (Wawancara 11 Nopember 2016)

Seperti apa yang telah dijelaskan oleh informan menyatakan bahwa kembalinya

masyarakat Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat

masuk sebagai anggota LEM Sejahtera karena mendapatkan bujukan yang masuk

dinalar masyarakat. Dimana masyarakat diajak untuk bergabung dengan cara harus

memiliki tabungan di setiap bulannya yang nantinya akan melancarkan bantuan yang

akan diterima masyarakat dan dana simpanan mereka bisa di pinjam kembali bahkan

melebihi dari dana simpanan mereka yang tidak banyak persyaratan yang harus

dipenuhi dimana masyarakat hanya dimintai cukup menjadi anggota/peserta maka

masyarakat bisa meminjam dana berdasarkan besaran anggaran yang dibutuhkannya

48

sehingga hal ini mendorong kembali masyarakat untuk bergabung sebagai anggota.

Sehingga hal tersebut sangat membantu masyarakat dalam hal memenuhi

kebutuhannya dan bisa membantu untuk meningkatkan perawatan tanaman

masyarakat petani agar memiliki hasil yang maksimal.

5.1.1.2 Tingkat Kontribusi Masyarakat Peserta LEM Sejahtera

Kontribusi peserta LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo

Selatan Kabuapaten Muna Barat terhadap program LEM Sejahtera hanya memiliki

kisaran anggota 20% dari jumlah masyarakat seluruhnya. Hal ini terjadi karena

dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu sebagai pemicunya diantaranya adalah

kurangnya kepedulian masyarakat, pengaruh miskomunikasi antara pengurus dan

anggota LEM Sejahtera, faktor sibuknya masyarakat terhadap rutinitas yang lainnya

sehingga hal ini dapat terabaikan dan pengaruh ketidak pedulian dan masyarakat

mengabaikannya. Sehingga hal ini menjadi salah satu faktor penghambat

perkembangan keanggotaan LEM Sejahtera. Seperti yang telah diungkapkan oleh

informan La Ada (50 tahun) menyatakan bahwa :

“ insaidi rayati nagha namedahae taeangkafi kansuru rompuhano LEM mina

namebhiritai kasamia miina opengurusno LEM-Sejahtera, dadihanomo pata

kamaihamanimo lagi dadi ane bhe hae-hae mina tamandehane insaidi minamo

taeghondohi bhirita bhahi dorompugho hae ”

Artinya:

“Kami sebagai rakyat bagaimana kami mau ikut rapat sementara tidak ada

informasi rapat yang di sampaikan dari pengurus LEM-Sejahtera, maka dari itu

49

kami tidak dapat hadir, jadi apabila ada informasi kami tidak tau dan kami juga

malas tau hasil rapat” (Wawancara 11 Nopember 2016)

Senada dengan ungkapan informan berikutnya La Ute (32 Tahun) menyatakan

bahwa :

“Setiap ada rapatnya LEM Sejahtera selalu bertepatan dengan sibuk-sibuknya

kita. Bagaimana kita dikasitau mendadak mereka kasi informasi pas saya juga

harus masuk ladang untuk mengurus tanaman saya makanya saya tidak pergi itu

alasan saya sehingga tidak pergi rapat” (Wawancara 11 Nopember 2016)

Berdasarkan pernyataan bahwa faktor utama yang menjadi pemicu kurangnya

kontribusi masyarakat sebagai peserta LEM Sejahtera karena dipengaruhi oleh adanya

kurang efektifnya jadwal rapat dan faktor rapat dadakan sehingga tidak semua

masyarakat ikut serta dalam rapat mengenai pembahasan program LEM Sejahtera

sehingga hal ini memunculkan berbagai gejolak dikalangan masyarakat sebab

masyarakat petani memiliki berbagai macam kebutuhan yang berbeda-beda

diantaranya ada petani yang mampu dan ada pula yang tidak mampu sehingga

masyarakat tidak bisa meninggalkan pekerjaannya selain itu kurangnya pemahaman

masyarakat mengenai adanya program LEM Sejahtera hal ini menjadi tidak efektif

dalam pelaksanaan rapat sehingga masyarakat dalam berkontribusi terhadap program

LEM Sejahtera tersebut diabaikan, disisi lain pula masyarakat mengabaikannya

sehingga masyarakat desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna

Barat banyak mengabaikan hal tersebut dan lebih mementingkan urusan pribadinya

terutama urusan terhadap lahan pertanian mereka, akan tetapi sesungguhnya tujuannya

didirikan LEM Sejahtera ini untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan petani.

50

5.1.2 Dinamika Yang Terjadi Pada Sisi Suprastruktur Peserta LEM Sejahtera

Dinamika yang terjadi pada Sisi Suprastruktur Peserta LEM Sejahtera

diantaranya sebagai berikut.

5.1.2.1 Kurangnya Pemahaman Peserta LEM Sejahtera

Kurangnya pemahaman peserta terhadap bantuan program LEM Sejahtera

menyebabkan lahirnya berbagai dinamika yang terjadi dikalangan masyarakat,

dimana masyarakat tidak adanya partisipasi dan kontribusi terhadap LEM Sejahtera

hanyalah menuntut apa yang menjadi hak masyarakat petani akan tetapi masyarakat

lupa akan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya yang harus dipenuhi sebagai

peserta LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten

Muna Barat. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan Amrahadi (45 tahun)

menyatakan bahwa :

“Masyarakat sebagai anggota LEM Sejahtera selalunya mengeluh kenapa

dalam penerimaan bantuan tidak selalu merata. Ini saya punya alasan sebagai

ketua disni dalam pembagian bantuan ada syaratnya tidak serta merta dibagikan

begitu saja tapi ada persyaratan yang harus di penuhi oleh anggota tersebut.

Dimana bantuan yang mereka terima terkadang sesuai porsi terkadang kami bagi

tiga. Misalnya pembagian pupuk, pupuk yang ada untuk perorang sepuluh

karung maka disitu saya bagi tiga hal ini terjadi dengan alasan bahwa

masyarakat tersebut mereka hanya memiliki simpanan dibawah satu juta

makanya bantuannya saya bagi-bagi. Terus apabila yang mereka punya

simpanan 1.000.000 atau lebih maka mereka terima bantuan fol. Terus

masyarakat protes tapi saya mau apakanmi juga saya jelaskan mereka tidak mau

dengan di panggil rapat malasnya” (Wawancara 13 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan diatas menunjukan bahwa faktor ketidak

efektiannya penerimaan bantuan karena dipengaruhi oleh ulah masyarakat itu sendiri,

pengurus melakukan pembagian bantuan sesuai dengan berapa jumlah simpanan yang

51

disimpan tiap bulannya oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena ketidak pahaman

masyarakat terhadap mekanisme tata kelola aturan dalam pembagian bantuan dalam

program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan

Kabupaten Muna Barat.

Selain itu dalam proses pembagian bantuan LEM Sejahtera tidak serta merta

dilakukan begitu saja dilakukan seperti yang telah diungkapkan oleh informan Siti

Rahmatina (41 tahun) menjelaskan bahwa :

“ Disini kita membagikan bantuan pada masyarakat di atur dalam peraturan

LEM Sejahtera dimana cairnya bantuan dari pemerintah yang mejadi tolak

ukurnya adalah berapa jumlah simpanan masyarakat. Misalnya simpanan

masyarakat seluruhnya hanya ada 50.000.000 sedangkan total anggota LEM

Sejahtera berjumlah 132 anggota. Makanya bantuan itu diturunkan pemerintah

hanya untuk 50 Orang saja. Akan tetapi cara pembagian yang kita lakukan disini

adalah apa bila masyarakat yang sebagai anggota itu punya simpanan 1.000.000

bahkan lebih maka kami kasi semua bantuannya, apa bila yang baru memiliki

simpanan hanya 200.000 sampai 500.000 maka kami gabungkan supaya cukup

1.000.000 dan bantuan itu mereka bagi-bagi rata. Tapi biasanya itu yang masi

punya simpanan sedikit kita gabung-gabungkan kalau sudah sampai 4 orang

biasanya sudah cukup untuk dapat bantuan jadi bantuannya itu di bagi empat”

(Wawancara 13 Nopember 2016)

Seperti yang dijelaskan oleh informan diatas menyatakan bahwa penerimaan

bantuan tidak serta merta diterima begitu saja akan tetapi harus ada hal-hal yang

dipenuhi seperti simpanan masyarakat. Akan tetapi masyarakat dengan kurangnya

kontribusi terhadap simpan pinjam tersebut sehingga bantuan yang didapatkan selalu

tidak merata tidak sama dengan anggota yang lainnya disebabkan kurangnya

partisipasi masyarakat, selain itu, pengurus LEM Sejahtera menjelaskan masyarakat di

Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat belum semua

52

tergabung menjadi anggota LEM Sejahtera, ada pula yang sudah berstatus sebagai

anggota akan tetapi terkadang aktif terkadang tidak hal ini dapat di jelaskan informan

La Setia (55 tahun) Menyatakan bahwa :

“ Anggota LEM Sejahtrera disini belum semua masyarakat ikut, ada juga yang

ikut tapi kadang aktif kadang tidak, kadang mereka keluar kadang mereka masuk

sesuka hatinya mereka saja. Disini anggota LEM berjumlah 132 Orang akan

tetapi yang punya simpanan berdasarkan syarat yang di tetapkan baru sampai 9

Orang sisanya hanya memiliki simpanan dari 20.000- 450.000 saja” (Wawancara

13 Nopember 2016)

Berdasarkan pernyataan informan menjelaskan bahwa masyarakat di Desa

Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat belum semuanya

ikut sehingga hal ini sebagai pemicu utama tidak meratanya bantuan yang diterima dan

angka kesadaran masyarakat untuk berpastisipasi sebagai pengurus sangatlah kurang,

apabila dilihat dari sisi mata pencaharian masyarakat Desa Sangia Tiworo Kecamatan

Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai

petani akan tetapi kontribusinya kurang dan tidak semua merasakan dari wujud

bantuan sepenuhnya sebab niat dari program LEM Sejahtera untuk mewujudkan

kemandirian dan kesejahteraan para petani tidak semua masyarakat merasakan hal

tersebut.

5.1.2.2 Dinamika Pada Program Simpan Pinjam Peserta LEM Sejahtera

Program simpan pinjam merupakan salah satu bagian dari program utama dari

dari LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten

Muna Barat. LEM Sejahtera ini memadukan prinsip koperasi, bank, sekaligus

53

prusahaan.kepengurusan dan keanggotaannya dijalankan masyarakat itu sendiri.

Dalam lembaga ini petani bisa meminjam modal untuk kebutuhan produksi dengan

syarat dan ketentuan yang ringan. Seperti yang diungkapkan oleh informan Wa Ongo

(52 tahun) menyatakan bahwa:

“Dalam program simpan pinjam merupakan tabungan masyarakat yang

menjadi pengurus, disini kita menabung paling rendah 20.000/bulan ini wajib.

Dengan kita menabung nantinya kalau ada yang butuh uang bisa dipinjam

LEM untuk modal usaha (Wawancara 12 Nopember 2016)”

Senada dengan yang diungkapkan oleh informan Wa Ole (52 tahun) menyatakan

bahwa :

“Simpan pinjam yang kita lakukan disini, kita diminta sama ketua LEM untuk

menabung sampai denga 1.000.000 sehingga nanti apabila ada bantuan dari

pemerinta maka kami bisa mendapatkan bantuan sepenuhnya yang di dukung

dengan besarnya tabungan di LEM. Sepeti kita terima pupuk,tangki dan alat

penangkap serangga. Saya tabunganku sudah diatas satu juta jadi kalau ada

bantuan lengkap terus saya dapat” (Wawancara 12 Nopember 2016)

Berdasarkan pernyataan informan menunjukan bahwa setiap anggota LEM

Sejahtera harus wajib ikut melakukan simpanan di kepengurusan LEM Sejahtera

karena besaran bantuan yang didapatkan selalunya berdasarkan berapa jumlah dana

yang mereka sudah simpan kepada pengurus inti LEM Sejahtera, dengan simpanan

yang masyarakat lakukan khususnya masyarakat Desa Sangia Tiworo, Kecamatan

Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu modal utama bagi

peserta LEM Sejahtera, dimana nantinya dana yang disimpan tiap bulannya bisa

dijadikan sebagai modal usaha, atau kebutuhan yang lainnya.

54

LEM Sejahtera di haruskan menghimpun dana dari para anggota dalam rangka

menggerakan mesin organisasi. Jenis penguatannya antara lain simpanan pokok,

simpanan wajib perbulan hingga simpanan sukarela yang besarnya disepakati bersama

oleh pengurus LEM Sejahtera, seperti yang diungkapkan oleh informan La Foli (55

tahun) meyatakan bahwa :

“Program simpanan ini ada tiga macam. Pertama simpanan pokok itu harus

dipenuhi pertama untuk menjadi anggota LEM, kedua simpanan wajib

perbulan disini tujuannya sebagai tolak ukur pemberian bantuan. Kalau

simpanannya di bawa satu juta maka bantuan yang diterima perkelompok”

(Wawancara 12 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informamenunjukan bahwa sistem dari simpan pinjam

yang dijalankannya oleh pengurus LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan

tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat adalah sebagai salah satu tolak ukur dan

sebagai syarat utama untuk menjadi pengurus LEM Sejahtera diatas. Disini

menunjukan bahwa apabila masyarakat bergabung dengan program LEM Sejahtera

maka harus memiliki simpanan dan simpanan itu akan dirasakan oleh masyarakat itu

sendiri, selanjutnya simpanan yang diwajibkan perbulannya adalah sebagai tolak ukur

dalam penerimaan bantuan, seperti halnya masyarakat yang memiliki simpanan yang

dibawa satu juta maka masyarakat tersebut harus mencari pasangan dan

menggabungkan berapa jumlah simpanan mereka sampai mencapai satu juta rupiah

dengan itu mereka bisa menerima bantuan meskipun dibagi dengan teman

kelompoknya yang di dapatkan berdasarkan berapa jumlah uang yang disimpannya

pada pengurus LEM Sejahtera itu sendiri, akan tetapi dengan adanya program simpan

55

pinjam tersebut masyarakat Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan

Kabupaten Muna Barat bisa melakukan peminjaman yang di bayarnya per bulan untuk

pengembaliannya. Keberadaan Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera yang

dibentuk di Desa Sangia Tiworo mampu memperkuat ekonomi masyarakat di daerah

itu. Keberadaan LEM Sejahtera bukan hanya sekedar lembaga berhimpunnya para

petani komoditas tertentu tetapi keberadaan LEM Sejahtera dikembangkan menjadi

lembaga simpan pinjam bagi pesertanya, selain itu juga LEM Sejahtera yang dibentuk

oleh komoditas kelompok tani tersebut juga bisa menjadi jaminan bagi anggota atau

petani untuk mendapatkan tambahan modal usaha salah satu tujuannya adalah untuk

mengembangkan usaha lembaga termaksud usaha lembaga kehidupan perekonomian

anggota LEM Sejahtera. Seperti yang diungkapkan oleh informan La Fidi (55 tahun)

menyatakan bahwa :

“Dengan adanya program simpan pinjam itu sangat mendukung dalam

peningkatan kesejahteraan petani, dimana masyarakat petani tidak lagi

kesulitan dalam mendapatkan/pemenuhan modal usaha untuk mengembangkan

pertanian kami” (Wawancara 12 Nopember 2016)

Berdasarkan kutipan wawancara menerangkan bahwa dengan adanya program

simpan pinjam sangat bermanfaat untuk menunjang kesejahteraan petani karena

masyarakat tidak lagi kesulitan dalam hal pengembangan lahan pertanian masyarakat

Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat.

Pemerintah akan terus mendorong petani dalam lembaga tersebut untuk

mengembangkan kapasitas layanan LEM Sejahtera agar menjadi lembaga ekonomi

56

masyarakat yang mandiri. LEM yang sudah dibentuk untuk beberapa komoditas

seperti kakao,kelapa dan jambu mete. Hingga saat ini mendorong pertumbuhan

produksi dan meningkatkan pelayanan pelatihan.

Akan tetapi program simpan pinjam yang diselenggarakan oleh LEM Sejahtera

di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat program

simpan pinjam tersebut tidak terlepas dengan adanya berbagai dinamika yang terjadi

didalamnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh informan La Sumaeru (42 tahun)

menyatakan bahwa :

“ Simpan pinjam maitu dofonandoe sooraeati, tamaka insaidi oraeati

nagha ane bhahi taefenagho doi sadhia mina damoada kasamia,

tamaka insaidi taerunsa dua doi we LEM Sejahtera maitua. Taka

bukutino mina napototo bhe pogauno madano, ambado naembali

taeada ane taokae tamaka bukutino mina damoada kasamia”

Artinya :

“Simpan pinjam diadakan untuk rakyat, akan tetapi kami sebagai rakyat

apabila kami ingin meminjam uang tidak pernah di berikan, akan tetapi

kami juga punya simpanan di LEM Sejahtera. Tapi buktinya tidak

sesuai dengan pembicaraan mereka sebelumnya, katanya bisa pinjam

uang apabila kami kekurangan tapi buktinya kami tidak dikasi pinjam”

(Wawancara 23 Nopember 2016)”

Maksud dari penjelasan informan menunjukan bahwa simpan pinjam yang

diadakan oleh program LEM Sejahtera tidak sesuai dengan harapan mereka dan

tidak berjalan sesuai dengan komitmen yang di bangun antara pengurus LEM

Sejahtera dengan anggota. Hal ini di jelaskan bahwa tidak semua masyarakat

mudah untuk meminjamkan dana untuk pemenuhan kebutuhan mereka justru

mereka di persulit untuk melakukan peminjaman tersebut, selain itu masyarakat

57

diberi pinjaman kepada pengurus LEM Sejahtera berupa uang tunai untuk

keperluan kebutuhannya dengan catatan pengembalian anggaran yang di

pinjamkan tersebut pengembaliannya tiap bulan secara aktif. Akan tetapi

kenyataannya yang terjadi di kalangan masyarakat seperti yang telah

diungkapkan oleh informan La Saali (55tahun) menyatakan bahwa :

“ Disini masyarakat sudah dipinjamkan juga uang dari simpan

pinjamnya LEM Sejahtera tersebut akan tetapi pengembaliannya selalu

terlambat dan tidak sesuai dengan kesepakatan atau janjinya sebelum

mereka pinjam dana” (Wawancara 24 Nopember 2016)

Maksud dari pernyataan informan adalah masyarakat telah melakukan

peminjaman akan tetapi masyarakat sulit untuk melakukan pengembalian

bahkan banyak tunggakan yang tidak dibayarkan lagi. Hal ini menjadi

permasalahan utama yang terjadi dikalangan masyarakat petani yang berstatus

sebagai anggota LEM Sejahtera.

Selain itu banyaknya pula keluhan-keluhan masyarakat dengan adanya

fenomena tersebut seperti yang telah di ungkapkan oleh informan La Saruma (40

tahun) meyatakan bahwa :

“Kami meminjam uang selalunya tidak diberikan, akan tetapi orang lain

di beri pinjaman. Dan kami semua sama-sama punya simpanan di

program simpan pinjam LEM-Sejahtera tersebut makanya kita selalu

merasa dibeda-bedakan” (Wawancara 24 Nopember 2016)

Senada dengan ungkapan Informan Hartati (43tahun) menyatakan

bahwa :

58

“Orang lain diberi pinjaman kami tidak diberi pinjaman, dan kami

semua anggota, seharusnya kalau sesame anggota atau peserta dari

LEM-Sejahtera itu kan harus saling mengerti dan harus merata dalam

pemberian simpan pinjam. Karena semua masyarakat Sangia Tiworo

mempunya hak yang sama” (Wawancara 24 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan menunjukan bahwa masyarakat

merasa kurangnya keadilan dalam hal tata kelola simpan pinjam, sebab

masyarakat yang berstatus sebagai pengurus LEM Sejahtera di Desa Sangia

Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat memiliki hak yang

sama untuk mendapatkan pinjaman yang telah di programkan oleh LEM

Sejahtera, akan tetapi yang menjadi kenyataannya adalah tidak sesuai dengan

komitmen awal yang disamoaikan oleh pengurus inti dihadapan masyarakat

yang memiliki status sebagai anggota dari LEM Sejahtera itu sendiri, hal ini

melahirkan sebuah permasalahan yang menjadi dinamika pada internal pengurus

LEM Sejahtera Sendiri. Dengan dimikian hal ini membuat kekecewaan

masyarakat sebab masyarakat merasakan ketidak adilan seperti yang telah

diungkapkan oleh informan La Pendudu (59 tahun) menyatakan bahwa :

“kanandohano program simpan pinjam ini soda menamisi raeyati

kapae insaidi raeyati nagha bhekarunsamani dua we kasino simpan

pinjam inia, tamaka peda ini dhalano nerabu kaawu kaleahano lalo

mani taeada kaawu dofekahali kasami”

Artinya :

“Dengan adanya program simpan pinjam ini untuk dirasakan raakyak,

akan tetapi kami sebagai rakyat kami juga punya simpanan di kas

simpan pinjam akan tetapi seperti ini kami dibuat kecewa karena kami

meminjam saja dipersulit” (Wawancara 24 Nopember 2016)

59

5.1.2.3Dinamika Pada Peserta Arisan LEM Sejahtera

Arisan merupakan salah satu wadah silaturahim masyarakat Desa Sangia

Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat, didirikannya arisan

merupakan salah satu wadah pertemuan masyarakat sebagai pengurus LEM Sejahtera,

seperti yang diungkapkan oleh informan Masda (52 tahun) menyatakan bahwa :

“Disini kita selalu arisan yang dilakukan seminggu sekali.arisan disini hanya

pengurus LEM saja kalau bukan pengurus LEM tidak bisa ikut karena setiap

yang dapat arisan ada potongan untuk tabungan sukarela bagi yang

mendapatkan arisan. disini tergantung kita mau menabung berapa tergantung

yang dapat” (Wawancara 12 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan diatas menunjukan bahwa setiap pengurus

LEM Sejahtera mengikuti arisan, dengan adanya arisan ini bisa melahirkna tabungan

tambahan dimana setiap yang mendapatkan arisan maka masyarakat yang sebagai

pengurus LEM Sejahtera menyumbang kepada bendahara sebagai kas tabungan

masyarakat. Dengan demikian simpanan masyarakat terus meningkat dan bantuan

pemerintah yang selalu cair tiap bulannya dapat memaksimalkan jumlah bantuan yang

dilakukan oleh pemerintah, apabila masyarakat setempat memiliki tabungan yang

dibawa patokan maka bantuan yang didapatkannya terpotong. Sebab bantuan yang cair

tidak berdasarkan jumlah anggota LEM Sejahtera akan tetapi berdasarkan berapa

jumlah masyarakat yang memiliki tabungan yang sesuai dengan patokan utama yakni

masyarakat harus memiliki simpanan sekurang-kurangnya berjumlah satu jutasebagai

syarat penerimaan bantuan tersebut. Seperti yang telah di jelaskan oleh informan Siti

Rahmatina (42 tahun) menyatakan bahwa :

60

“setiap anggota LEM Sejahtera disini yang mendapatkan bantuan kecuali

aktif dan sumbangan pokok yang menjadi kewajiban sebagai pengurus harus

dilakukan, lagi pula itu uangnya untuk mereka juga apabila mereka ingin tarik

kalau butu uang” (Wawancara 12 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan menunjukan bahwa besaran dana yang

menjadi simpanan dan kelancaran menyimpan dalam tiap bulannya masyarakat

menjadi salah satu tolak ukur dalam menerima bantuan dari pemerintah. Selain itu

simpanan pokok masyarakat bisa ditarik dan masyarakat bisa melakukan peminjaman

dana apabila masyarakat butuh sehingga hal ini sangat membantu masyarakat dalam

hal mewujudkan kemandirian dan peningkatan perekonomian petani. Karena dengan

adanya simpan pinjam masyarakat tidak lagi kesulitan dalam hal permodalan sebab

telah dibantu oleh adanya simpan pinjam dan arisan yang dilakukan tiap minggunya.

Hal ini sangat membantu para petani untuk meningkatkan sumberdaya dan

pengeloalaan lahan pertaniannya.

Gambar 5.1.2.3 Peserta Arisan LEM Sejahtera

Dokumentasi : Mursin

61

Akan tetapi kadangkala terjadi permasalahan di internal peserta arisan LEM

Sejahtera dimana ada diantara peserta tidak melakukan simpanan ketika menerima

uang arisan, seperti yang diungkapkan oleh informan Siti Rahmatina (42 tahun)

menyatakan bahwa :“Kadang ada juga peserta arisan yang tidak mau menyimpan di

uang kas LEM Sejahtera. Kalau ditagi alasanya banyak karena ada kebutuhan ini

itunya yang tidak bisa di tunda katannya” (wawancara 12 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan diatas bahwa hal ini menunjukan salahsatu

dinamika yang terjadi kepada peserta LEM Sejahtera yang tidak lagi konsisten dengan

pendiriannya bahkan melanggar dari aturan dari penetapan arisan peserta LEM

Sejahtera

5.1.3 Dinamika Yang Terjadi Pada Sisi Infrastruktur Peserta LEM Sejahtera

Dinamika yang terjadi pada Sisi Infrastruktur Peserta LEM Sejahtera

diantaranya sebagai berikut.

5.1.3.1 Program Bantuan LEM Sejahtera

Program bantuan LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo

Selatan, Kabupaten Muna Barat tidak terlepas dengan adanya berbagai polemik

yang ada, diantaranya ada terjadinya dinamika dikalangan masyarakat antara

pengurus dan anggota LEM Sejahtera. Hal ini terjadi karena diakibatkan beberapa

hal yang menjadi faktor utamanya seperti adanya tidak meratanya bantuan, seperti

yang dikemukakan oleh informan La Ngkahali (42 tahun) menyatakan bahwa :

62

“Bantuan lancar akan tetapi kami dibeda-bedakan pada saat

mendapatkannya seperti pembagian pupuk selalu dibeda-bedakan dengan

anggota masyarakat yang lain. Kan kita sama-sama masyarakat tetap juga

disini bukan pendatang atau apa” (Wawancara 21 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan menunjukan bahwa setiap keluarnya bantuan LEM

Sejahtera di DesaSangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat

tidak merata dikalangan masyarakat yang statusnya sebagai anggota LEM Sejahtera

hal ini menimbulkan ketidak nyamanan masyarakat. Sehingga dengan kejadian seperti

itu dapat mengurangi motivasi masyarakat untuk bergabung dengan program LEM

Sejahtera tersebut. Ketidak evektifannya program tersebut mempengaruhi tingkat

partisipasi masyarakat untuk menjadi anggota LEM Sejahtera sehingga lahirlah sebuah

dinamika baru dimana masyarakat tidak lagi aktif sebagai anggota di karenakan tidak

meratanya Bantuan program LEM Sejahtera tersebut, masuknya masyarakat sebagai

anggota dengan tujuan agar masyarakat dapat merasakan apa yang menjadi program

pemerintah yang misi utamanya adalah mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan

petani. Akan tetapi, hal ini dapat terbukti bahwa tidak semua masyarakat merasakan

hal tersebut.

Disisi lain pula selain dinamika dalam penerimaan bantuan LEM Sejahtera,

cara pemanfaatan bantuan LEM Sejahtera masyarakat salah di pergunakan dimana

bantuan yang diberikan tidak sepenuhnya dimanfaatkan seperti pemberian pupuk,

racun hama dan stromon hanya disimpan begitu saja sehingga hal tersebut tidak

maksimal dan tidak sesuai yang menjadi harapan pemerintah terhadap anggota LEM

63

Sejahtera, seperti yang telah di kemukakan oleh informan Wa Ongo (50 tahun)

nyatakan bahwa:

“Kita dikasi bantuan kadang terlalu banyak dan saya tidak sempat lagi untuk

memanfaatkannya, sisanya itu banyak sekali karena saya tidak mampu kerja

sendiri. Memang dulu ada bantuan pengupahan jadi bisa saya gaji orang.

Sekarang tidak ada lagi dan saya tidak kuat untuk kerja terus karna saya sudah

tidak punya suami anak-anak saya sudah kuliah, jadi bantuan itu saya simpan.

Kalau pupuk saya tampung-tampung saja, pupuk hama tidak habis, kalau

stromon dia saya pake untuk dirumah ini untuk pasangkan serangga yang

keliaran dalam rumah” (Wawancara 26 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan menunjukan bahwa terkadang masyarakat

ada yang menerima bantuan sesuai dengan porsinya akan tetapi ada masyarakat yang

tidak memaksimalkan program LEM Sejahtera tersebut, seharusnya hal ini bisa

dimanfaatkan oleh masyarakat petani yang berstatus sebagai anggota LEM Sejahtera

saja. Hal ini dipengaruhi oleh adanya ketidak mampuan masyarakat petani dalam

mengelolah lahan pertaniannya sehingga pemanfaatanya kurang, hal ini dipengaruhi

oleh adanya status sosial masyarakat yakni masyarakat tersebut berstatus janda

sehingga tidak mampu mengelola sepenuhnya bahkan yang menjadi bantuan tersebut

digunakan tidak sesuai dengan tujuan utamanya yang menjadi harapan pemerintah,

seperti halnya penggunaan stromon atau biasa disebut sebagai alat penangkap

serangga. Seharusnya alat ini dimanfaatkan untuk dipasang dilahan pertanian

masyarakat agar tanamannya selamat dari serangan serangga akan tetapi di masyarakat

digunakan untuk menyelamatkan serangan atau gangguan serangga disekitar rumah

masyarakat itu sendiri.

64

Selain itu, putusnya bantuan pengupahan yang diberikan oleh LEM Sejahtera

yang ada di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat

sejak awal tahun 2016 dapat mempengaruhi oleh adanya kurang maksimalnya

masyarakat dalam memanfaatkan bantuan tersebut hal ini dipengaruhi oleh faktor

ketidak mampuan sebagian masyarakat dalam mengelolah lahan pertaniannya yang

disebabkan oleh status sosial masyarakat dan faktor ketidak mampuan masyarakat

dalam mengelolah pertanian tersebut, seperti yang diungkapkan oleh informan La

Pendudu (59 tahun) menyatakan bahwa :

“Bantuan yang diberikan LEM Sejahtera terlalu banyak, kadang belum habis

sudah ada lagi, mana kita sudah tua tenaga kita terbatas untuk kerja dikebun

sehingga kita kerja semampunya saja. Makanya banyak sekali pupuk yang

tidak terpakai sampe-sampe dia rusak atau dia membatu” (Wawancara 26

Nopember 2016)

Senada dengan ungkapan informan berikutnya Wa Ongo (50 tahun)

menyatakan bahwa :

“Karena terlalunya banyak bantuan kita tampung saja itu pupuk dan

bantuannya juga datang selalunya belum habis saya punya pupuk, saya mau

gaji orang tidak ada uangku makanya saya biarkan begitu saja atau saya

tawarkan sama yang mau” (Wawancara 26 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan menunjukan bahwa dengan terputusnya

bantuan pengupahan sangat berpengaruh kepada masyarakat yang tidak mampu

secara fisik sehingga hal ini dapat terabaikan bantuan-bantuan pemerintah yang

diprogramkan oleh LEM Sejahtera tersebut. Sehingga hal ini menjadi pemicu

pengalihan fungsi bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan keridak

mampuan masyarakat petani dalam mengelolah lahan pertaniannya sendiri.

65

5.1.3.2 Program Pelatihan Peserta LEM Sejahtera

Pelatihan merupakan salahsatu proses kegiatan atau pekerjaan yang sifatnya

mempersiapkan peserta LEM Sejahtera untuk mengambil tindakan tertentu yang

dilukiskan oleh sebuah organisasi LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan

Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat untuk membantu memperbaiki tata kelola

pertanian masyarakat. Menurut Kisdarto dalam Rasyid (1992: 228) sebagai ujung

tombak manajerial perkebunan mengintroduksikan cara baru yang mengandung unsur

motivatif dan inovatif dalam arti menumbuhkan kesadaran akan perlunya selalu

diupayakan untuk bekerja lebih baik guna memperbaiki dari produktifitas dari

organisasi tempat mengabdi dan sebenarnya adalah milik bersama yang harus

dipetahankan, dipelihara dan dikembangkan. Dengan demikian masyarakat Desa

Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat dapat

memanfaatkan pola tersebut dan mempertahankan karena pelatihan merupakan salah

satu solusi peningkatan produktifitas kerja masyarakat petani. Kepengurusan LEM

Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna

Baratsalah satu kegiatannya adalah mengadakan sebuah pelatihan yang dilakukan

kepada masyarakat petani dengan tujuan untuk mengasah kemampuan masyarakat

dalam pengelolaan lahan pertanian seperti yang diungkapkan (Rasyid:225) pada

dasarnya proses pembinaan (pendidikan, pelatihan, dan bimbingan) dapat

diilustrasikan sebagai proses transformasi masukan (Imput) menjadi keluaran

(Output). hal ini menjadi sebagai sebuah masukan kepada masyarakat bagaimana

masyarakat diajarkan tata cara pengelolaan lahan pertanian dengan baik sehingga

66

masyarakat dapat memahaminya dengan biak agar masyarakat tidak keliru dalam

pengelolaan lahan pertanian, hal ini bisa mendongkrak peningkatan produktifitas

pertanian masyarakat.Dalam pelatihan didalamnya terdapat sebuah pengajaran

mengenai hal-hal yang belum diketahui atau hal yang belum dipahami oleh

masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh informan La Ada (50 tahun) menyatakan

bahwa :

“Ane insaidi opengurushi kanturu taeangkafi pelatihano LEM-Sejahtera,

dofoguru kasami pedahae depupu, pedahae depangkasi cokolati bhe dofoguru

kasami taerawati kafembula. Tamaka pelatihano maitu sepaku setaghu.lumati

kasami maitu maighono we daera”

Artinya:

“Kami sebagai pengurus mengikuti pelatihan LEM, kami diajar bagaimana

caranya memupuk, cara memangkas coklat dan kami diajar cara merawat

tanaman. Akan tetapi pelatihan tersebut dilaksanakan sekali setahun yang

dilakukan oleh pihak pemda yang bersangkutan” (Wawancara 24 Nopember

2016)

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukan bahwa dengan adanya

program LEM Sejahtera masyarakat diajarkan berbagai hal dalam pengelolaan

tanaman serta perawatannya sehingga masyarakat petani memiliki modal atau

pengetahuan bagaimana cara kelola tanaman dengan baik agar mendapatkan hasil

yang maksimal. Program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo

Selatan Kabupaten Muna Barat sangatlah sesuai dengan kebutuhan masyarakat

utamanya dalam pengembangan pengelolaan lahan pertanian yang sebelumnya hanya

sebatas mengetahui cara menanam saja, akan tetapi dengan adanya berbagai pelatihan

yang di selenggarakan oleh Dinas Perkebunan dan Holtikultura sangatlah membawa

67

perubahan di kalangan masyarakat petani meskipun hal tersebut dilakukan sekali

dalam setahun. Seperti yang diungkapkan oleh informan La Fidi (55 tahun)

Menyatakan bahwa:

“ Dengan adanya program pelatihan yang diadakan oleh LEM Sejahtera kami

banyak mendapatkan ilmu mengenai pengelolaan lahan dengan baik, tata cara

perawatan tanaman. Dan terbukti dengan seringnya diadakan pelatihan kami

makin lincah dalam mengelolah pertanian dan hasil kami itu juga sangat

memuaskan bahkan mengalami peningkatan kalau kita bandingkan dari tahun-

tahun sebelum adanya pelatihan ini” (Wawancara 18 Nopember 2016)

Menurut informan diatas bahwa dengan adanya pelatihan yang diadakan oleh

pengurus LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan

Kabupaten Muna Barat yang diselenggarakan langsung oleh pemerintah yang di

naungi langsung oleh Dinas Perkebunan dan Holtikultura Propinsi Sulawesi Tenggara

sangatlah membawa perubahan besar dikalangan masyarakat, dimana dari angka

penghasilan rata-rata masyarakat mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya sebelum terlaksananya progra LEM Sejahtera tersebut, dengan

demikian adanya program LEM Sejahtera telah sesuai dengan visi dan misi dari

program LEM Sejahtera dimana tujuan dari pendiriannya itu adalah mewujudkan

kemandirian petani menuju petani yang sejahtera.

68

Gambar 5.1.3.2 Peserta Pelatihan LEM Sejahtera

Dokumentasi : Juma

Selain memberikan pelatihan terhadap masyarakat pihak pemerintah juga

membujuk masyarakat setempat agar berpartisipasi penuh dan memanfaatkan

sepenuhnya program LEM Sejahtera yang telah dicetuskan oleh pemerintah Seperti

yang telah diungkapkan oleh informan La Setia (55 tahun) menyatakan bahwa :

“ Selain kami diajarkan bagaimana cara mengelola tanaman kami juga dibujuk

kepada pendamping LEM Sejahtera yang dari Dinas Perkebunan dan

Holtikultura untuk mengikuti dan bergabungsepenuhnya untuk menjadi

anggota dengan janji bahwa apabila kami menjadi pengurus sampai dengan

jumlah 200 orang maka ada bonus yang diberikan pada kami dan programnya

itu makin di perlancar. Jadi kami semangat dan mengajak masyarakat yang lain

agar mereka sebbelum bergabung ini” (Wawancara 19 Nopember 2016)

Berdasarkan pernyataan informan telah menjelaskan bahwa dalam pelatihan LEM

Sejahtera tidak hanya fokus pada pelatihan dalam pengelolaan tanaman akan tetapi

69

masyarakat kembali dibujuk dan mengajak sebanyak-banyaknya untuk menjadi

pengurus tetap dengan janji yang diberikan bahwa akan ada bantuan tambahan dengan

bertambahnya jumlah pengurus tersebut, sehingga hal ini merupakan salah satu cara

pemerintah untuk mendorong partisipasi masyarakat untuk berkontribusi penuh

terhadap program LEM Sejahtera tersebut, sebab program LEM Sejahtera sangatlah

menjanjikan dan sangatlah penting dalam mewujudkan kemandirian petani dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani dengan hasil pertanian yang

didapatkan melalui pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan potensi pertanian agar

memiliki daya saing yang meningkat. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi

kesulitan bahkan telah banyak mendapatkan sebuah pengalaman tinggal masyarakat

mempraktekan ilmu yang didapatkannya melalui pelatihan tersebut.

Akan tetapi, yang terjadi dikalangan masyarakat Desa Sangia Tiworo

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat program LEM Sejahtera yang

melaksanakan program pelatihan dikalangan masyarakat yang berstatus sebagai

peserta program LEM Sejahtera hal ini tidak terlepas dengan adanya berbagai

dinamika yang timbul dikalangan masyarakat. Seperti yang telah diungkapkan oleh

informan La Saali (55 tahun) menyatakan bahwa :“Setiap ada pelatihan masyarakat

yang anggota LEM Sejahtera itu jarang hadir, karena lebih mementingkan urusan

pribadinya” (Wawancara 25 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan menyatakan bahwa kurangnya partisipasi

masi masyarakat terhadap pelatihan yang diselenggarakan oleh LEM Sejahtera di Desa

70

Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat hal ini dipengaruhi

oleh kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pelatihan seperti yang

diungkapkan oleh informan La Mponi (55 tahun) menyatakan bahwa: “Memang ada

pelatihan, tapi saya sudah kecewami bagaimana dipanggil kalau ada pelatihan saja

kalau ada bantuan tidak dipanggil” (Wawancara 25 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan salahsatu dinamika yang terjadi dikalangan masyarakat

adalah karena faktor diskriminatif peserta LEM Sejahtera sehingga mengakibatkan

kurangnya partisipasi dalam mengikuti pelatihan tersebut, selain itu yang diungkapkan

oleh informan La Mbule (54tahun) menyatakan bahwa:

“Kita juga ingin mengikuti pelatihan, akan tetapi saya tidak pernah dikasi kabar

kalau ada pelatihan, bagaimana kita mau hadir kalau begitu sementara pelatihan

itu harusnya di informasikan dari jauh-jauh hari memang biar kami semua

anggota dari LEM-Sejahtera bias hadir semua” (Wawancara 25 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan adalah salah satu faktor utama ketidak

hadiran masyarakat pada saat melakukan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak

LEM Sejahtera karena tidak semua masyarakat tidak mendapatkan informasi persoalan

pelatihan yang akan diselenggarakan itu.

Pelatihan diselenggarakan dengan tujuan memberikan materi kepada

masyarakat mengenai bagaimana mengelola lahan pertanian hal ini tidak terealisasi

disemua masyarakat seperti yang diungkapkan oleh informan La Jumadi (47 tahun)

menyatakan bahwa :

“Bagaimana saya mau tau bagaimana cara pengelolaan lahan yang baik

sementara kalau ada pelatihan kita tidak diundang, makanya bantuan yang

71

diberikan kita gunakan asal-asal, bagaimana tidak mo begitu kita tidak tau

bagaimana caranya memupuk yang baik itu. Karena setau saya hanya dihambur

dalam kebun saja” (Wawancara 25 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan adalah salah satu faktor tidak maksimalnya

penggunaan bantuan LEM Sejahtera karena kurangnya pemahaman masyarakat

mengenai tata kelola pupuk dan bantuan yang lainnya yang diberikan, hal ini

dipengaruhi oleh adanya ketidak pahaman masyarakat walaupun sering

diselenggarakan pelatihan oleh pihak LEM Sejahtera akan tetapi tidak semua

masyarakat hadir sehingga peemanfaatannya tidak merata hal ini merupakan salahsatu

pemicu kepada masyarakat tidak maksimalnya penggunaan bantuan yang diberikan

kepada masyarakat.

5.2 Implikasi Dari Dinamika Peserta Program LEM Sejahtera

Dengan adanya berbagai dinamika yang terjadi pada peserta LEM Sejahtera di

Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat maka

mengakibatkan beberapa implikasi yang terjadi pada peserta diantaranya adalah:

5.2.1 Merosotnya Tingkat Partisipasi dan Kontribusi Peserta LEM Sejahtera

Dinamika yang timbul pada permasalahan program LEM Sejahtera tidak

terlepas dari adanya implikasi yang timbul dikalangan masyarakat. dimana hal ini

dirasakan dan dialami langsung oleh peserta LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo

Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat. Permasalahan yang timbul

utamanya adalah tingkat partisipasi dan kontribusi masyarakat berkurang. Hal ini

diungkapkan oleh informan La Fidi (55 tahun) menyatakan bahwa :

72

“Anggota LEM Sejahtera di DesaSangia Tiworo berjumlah sekitaran seratus

tigapulu dua orang, tapi yang aktif hanya dua belas orang saja, yang lainnya itu

kadang aktif kadang tidak dari jumlah masyarakat yang ada di Desa Sangia

Tiworo ini” (Wawancara, 24 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan menunjukan bahwa masyarakat sebagai

peserta LEM Sejahtera tidak sepenuhnya aktif, hal ini dapat dibuktikan bahwa tingkat

partisipasi dan kontribusi masyarakat terhadap kepengurusan LEM Sejahtera ini

sangat jauh dibanding dengan jumlah yang terdaftar sebagai anggota, anggota LEM

Sejahtera yang masuk dalam kategori aktif ditandai dengan keaktifan peserta terhadap

simpan pinjam yang diselenggarakan oleh pengurus LEM Sejahtera dan kontribusi

masyarakat pada saat ikut rapat dan pelatihan makin sedikit. hal ini disebabkan adanya

kurangnya motifasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang

diselenggarakan oleh pengurus LEM Sejahtera itu sendiri. Meskipun masyarakat Desa

Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat adalah pengurus

LEM Sejahtera yang jumlahnya cukup banyak akan tetapi kontribusi masyarakat

sangat sedikit, hal ini diungkapkan informan Murtawu (42 tahun) menyatakan

bahwa:“Setiap ada pelatihan kita ini tidak diajak, ada bantuan tidak dikabari jadi kita

malasmi juga mending kita urus kebun. Lagian pengurusnya juga tidak adil hanya

orang-orangnya saja yang dia perhatikan” (Wawancara 23 Nopember 2016)

Berdasarkan ungkapan informan adalah salahsatu faktor kurangnya kontribusi

masyarakat terhadap program LEM Sejahtera karena dipengaruhi kurangnya informasi

yang didapatkan oleh masyarakat mengenai rapat dan faktor yang lainnya adalah

ketidak adilan pada saat pembangian bantuan program LEM Sejahtera, hal ini menjadi

73

salah satu pemicu kurangnya partisipasi masyarakat dalam membangun dan

mengembangkan LEM Sejahtera, kurangnya partisipasi masyarakat sampai pada

akhirnya tidak ada lagi masyarakat berkontribusi terhadap kemajuan LEM Sejahtera.

Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh informan La Saruma (40 tahun)

menyatakan bahwa :

“Kita juga malasmi bergabung jadi anggota LEM- Sejahtera, biar namaku masi

ada didaftar anggota atau kepengurusan tapi saya tidak lagi ikut rapat, karna

percuma juga kita jadi anggota dengan tidak sama saja karena penerimaan

bantuan tidak dapat juga” (Wawancara, 23 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan peneliti, menyatakan bahwa faktor lain yang

menjadi salahsatu pemicu kurangnya partisipasi masyarakat adalah karena faktor

kurangnya keterlibatan masyarakat dalam transparansi bantuan-bantuan yang cair di

tiap tahunnya sehingga hal ini masyarakat yang berstatus sebagai anggota dapat

mengetahui bantuan apa saja yang ada serta peranan masyarakat juga berfungsi, sebab

banyak dan tidaknya bantuan yang cair semua jumlah anggota sebagai penentu, akan

tetapi dalam kepengurusan LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo Kecamatan Tiworo

Selatan Kabupaten Muna Barat masyarakatnya tidak semua ikut terlibat sehingga hal

ini membuat masyarakat tidak lagi ikut serta sebab masyarakat merasa mereka tidak

lagi difungsikan sebagai mana yang menjadi posisi masyarakat yang memiliki status

sebagai anggota dari LEM Sejahtera itu sendiri.

74

5.2.2 Lahirnya Konflik Sosial

Dengan munculnya dinamika pada peserta LEM Sejahtera hal ini tidak terlepas

dengan adanya konflik sosial seperti yang dijelaskan Raka Santika (2012) melalui web

baca www.http://faktorfaktorpenyebabkonflik.sosial_tecnologyandeducationsgg.htm

menjelaskan bahwa ada empat faktor yakni perbedaan yang meliputi perbedaan

pendirian dan perasaan, perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan antara indifidu dan kelompok,

dan perubahan nilai-nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Seperti halnya

yang terjadi pada kepengurusan LEM Sejahtera lahirnya konflik sosial dalam

kepengurusan LEM Sejahtera karena terjadi adanya perbedaan pendirian masyarakat

utamanya masyarakat yang berstatus sebagai anggota LEM Sejahtera seperti yang

telah di jelaskan oleh informan La Saruma (40 tahun) menyatakan bahwa:

“Saya ikut sebagai anggota LEM-Sejahtera ini saya tujuanku biar saya dapat

juga bantuan dan bias merasakan perubahan yang diberikan oleh pemerintah,

tapi ini jarang juga saya dapat bahkan tidak dapat sama sekali dalam satu tahun

itu mending saya keluar, (Wawancara 24 Nopember 2016)”

Seperti yang telah dijelaskan oleh informan menyatakan bahwa salah satu faktor

yang membuat masyarakat tidak lagi berpartisipasi dalam kepengurusan LEM

Sejahtera dikarenakan perbedaan pendirian masyarakat yakni masyarakat rata-rata

hanya mengharapkan saja bantuan yang telah diberikan oleh pengurus LEM Sejahtera

sementara masyarakat tingkat partisipasinya sangat rendah. Dengan hal ini membuat

masyarakat tidak lagi berkontribusi selayaknya Peserta LEM Sejahtera yang aktif. Hal

ini menyebabkan kesalahfahaman masyarakat mengenai penerapan program

75

pemerintah tersebut, dengan munculnya mainset berpikir masyarakat seperti itu dapat

menyebabkan permasalahan dalam kepengurusan LEM Sejahtera dimana Peserta LEM

Sejahtera tidak lagi ikut berpartisipasi atas dasar pelayanan yang menurutnya kurang

maksimal.

Selain dari masalah sosial yang timbul hal ini dipengaruhi oleh faktor

kepentingan peserta LEM Sejahtera dimana masyarakatnya hanya ingin menerima

bantuan saja akan tetapi apa yang menjadi kewajibannya sebagai anggota terabaikan

seperti yang dijelaskan oleh informan La Fidi (55 tahun) menyatakan bahwa :

“Masyarakat masuk menjadi anggota LEM hanya untuk ambil untung saja sehingga

banyak anggota yang lain ikut keluar karena tersinggung bahkan ada pertengkaran

antara anggota dengan anggota, dan anggota dengan pengurus”(Wawancara 24

Nopember 2016)”

Berdasarkan penjelasan informan diatas menyatakan bahwa dengan adanya

berbagai permasalahan yang ada seperti ada salahsatu peserta yang membawa

kepentingan pribadinya sehingga hal ini menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat

yang berstatus sebagai peserta dari program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo,

Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat membuat masyarakat tidak lagi

ikut berpartisipasi dalam peningkatan LEM Sejahtera bahkan dengan adanya berbagai

dinamika yang timbul menyebabkan permasalahan dalam masyarakat bahkan

merosotnya pengurus LEM Sejahtera karena dipengaruhi oleh adanya sistem penerapat

suatu organisasi yang tidak lagi sesuati koridor-koridor dalam sebuah lembaga, bukan

76

lagi perekrutan yang meningkat akan tetapi karena dengan adanya faktor kepentingan

dan faktor perbedaan pendirian masyarakat bisa melahirkan konflik yang pada

akhirnya berakibat pada kemajuan anggota LEM Sejahtera.

Dengan munculnya dinamika tersebut berakibat pada kemajuan LEM Sejahtera

di DesaSangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat serta

dapatmenimbulkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam berkontribusi dalam

pengembangan LEM Sejahtera, dimana seharusnya LEM Sejahtera hadir sebagai

wadah bagi masyarakat untuk menopang perekonomian masyarakat justru melahirkan

konflik sosial dikalangan masyarakat. Seperti yang di jelaskan Herimanto & Winarno

(2008 : 47) manusia sebagai mahluk indifidu berupaya merealisasikan segenap potensi

dirinya baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Sebagai mahluk indifidu manusia

berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri, motif

tindakannya adalah adanya penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat

indifidualistik didalam pribadi yang bersangkutan. Dengan demikian dikalangan

masyarakat memiliki berbagai tindakan yang sifatnya kepentingan pribadi sehingga

adanya prasangka buruk terhadap kepengurusan LEM Sejahtera hal ini menjadi

salahsatu pemicu utama disisi lain berakibat pada persoalan teknis dalam

kepengurusan LEM Sejahtera dan berakibat pada teknis tata kelola organisasi

pemerintah yang sifatnya tidak lagi merekrut masyarakat akan tetapi justru melahirkan

permasalahan-permaslahan sosial diantara masyarakat-masyarakat baik yang berstatus

sebagai anggota LEM Sejahtera maupun yang berstatus sebagai pebgurus inti LEM

77

Sejahtera yang ada di DesaSangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten

Muna Barat.

5.2.3 Macetnya Simpan Pinjam Peserta LEM Sejahtera

Salah satu dari program LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan

Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat adalah didirikannya program simpan pinjam

yang dimana tujuannya sebagai tabungan masyarakat yang berstatus sebagai peserta

LEM Sejahtera hal ini merupakan salahsatu perwujudan pada program LEM Sejahtera

untuk membantu permodalan pada masyarakat. Akan tetapi dengan timbulnyan

dinamika yang terjadi pada kepengurusan LEM Sejahtera hal ini program simpan

pinjam mengalami stagnasi sehingga menjadi pemicu macetnya simpan pinjam. Hal

ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan petani dimana para petani

tersebut sudah melakukan simpanan akan tetapi tidak merasakan bagian dari hasil

simpananya tersebut, selain itu cita-cita masyarakat petani mulai mengalami

penurunan yakni harapan untuk merubah pola pertanian mereka yang dulunya hanya

melakukan pembersihan lahan akan tetapi setelah munculnya program LEM Sejahtera

banyak ilmu yang didapatkan mengenai pola-pola pertanian yang baik, hal ini semua

menjadi sia-sia sebab hal tersebut tidak dapat lagi terlaksana karena pengaruh gesekan

ekonomi pada masyarakat petani. Masyarakat petani tidak memiliki biaya untuk

merubah pola pertanian dan pola perawatan tanaman hal ini sangatlah ketergantungan

dengan modal yang dimiliki oleh masyarakat petani. Seperti yang telah diungkapkan

oleh informan La Mponi (55 tahun) menyatakan bahwa :

78

“Ini siman pinjam sebenarnya sangat membantu kami sebagai petani, karena

kami bisa meminjam uang untuk beli racun, pupuk perangsang buah, sama

peralatan pertanian yang bagus, seperti gergaji coklat,guntingan dahan, karena

selama ini kita pake parang jadi kita panjat. Itu kenbangnya coklat rusak gara-

gara kita panjat. Beda dengan alat gunting dahan sama gergaji coklat karena itu

panjang dan bagus, tapi sejak macetnya simpan pinjam susah lagi kita mau

meminjam uang” (Wawancara 24 Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informan diatas sangatlah mempengaruhi pada

peningkatan pengelolaan pertanian masyarakat, sebab masyarakat tidak memiliki

banyak anggaran untuk memenuhi kebutuhan peralatan pertanian sehingga hal ini

membawa pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat petani seperti

yang telah dijelaskan dalam visi misi program LEM Sejahtera yang menyatakan

bahwa akan menyejahterakan masyarakat dan meningkatkan kemandirian petani. Akan

tetapi dengan macetnya simpan pinjam tersebut membuat masyarakat petani tidak lagi

dapat mempraktekkan ilmu yang diajarkan dari Dinas Perkebunan dan Holtikultura

dimana praktek-praktek pertanian yang tujuannya dapat merubah pola pertanian tidak

dapat lagi diwujudkan yang diakibatkan oleh macetnya simpan pinjam sehingga

masyarakat tidak mampu lagi untuk memiliki peralatan paertanian yang modern, sebab

masyarakat memiliki kemampuan yang berbeda-beda disektor perekonomian.

5.2.4 Dampak Pada Perekonomian Masyarakat

Munculnya berbagai dinamika pada kepengurusan LEM Sejahtera di Desa

Sangia Tiworo,Kecamatan Tiworo, Selatan Kabupaten Muna Barat tentuannya bukan

saja berimplikasi pada macetnya program LEM Sejahtera saja, akan tetapi ikut

dirasakan atau berimplikasi pula pada peningkatan perekonomian masyarakat, hal ini

79

tingkat penghasilan masyarakat juga ikut berdampak dengan munculnya berbagai

dinamika yang ada pada kepengurusan LEM Sejahtera tersebut. Implikasi yang

dirasakan oleh masyarakat dengan adanya dinamika pada anggota LEM Sejahtera

dimana masyarakat tidak lagi bisa mewujudkan kesejahteraannya karena masyarakat

tidak semua memiliki modal untuk merubah pola-pola pertanian yang lebih baik

karena tidak adanya media untuk membantu masyarakat dalam peningkatan

pengelolaan pertanian. Seperti yang di jelaskan oleh informan La Mingku (47 tahun)

menyatakan bahwa :

“Banyak bantuan dari LEM Sejahtera yang diberikan, tapi tidak semua

menunjang untuk meningkatkan hasil pertanian, jadi kita juga butuh suntikan

dana untuk memenuhi kebutuhan yang lain biar perawatan tanaman bagus juga

sehingga hasil panennya itu banyak terus karena tanaman kami ini rata-rata

sudah berumur 10 tahun jadi perawatannya harus bagus”(Wawancara, 24

Nopember 2016)

Berdasarkan penjelasan informanmenunjukan bahwa merosotnya angka

penghasilan masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan munculnya dinamika

pada program LEM Sejahtera, sebab bantuan dari program LEM Sejahtera merupakan

sebagai salahsatu faktor penunjang dalam mendongkrak angka pendapatan

masyarakat, seperti terputusnya fasilitas yang menunjang untuk meningkatkan pola

perawatan tanaman yang baik, disisi lain dengan macetnya simpan pinjam sangatlah

berimplikasi pada peningkatan penghasilan masyarakat karena adanya kemacetan

tersebut tidak dapat lagi membantu memfasilitasi masyarakat dalam pemberian modal

perawatan tanaman yang berbasis sentuhan teknologi untuk menopang

penghasilannya. Sebab perbandingan antara hasil pertanian yang digunakan dengan

80

cara tradisional dengan cara moderen sangat berbeda angka penghasilan yang di

dapatkannya, karena tanaman yang dimiliki masyarakat sudah mengalami penurunan

yang diakibatkan faktor usia tanaman sehingga membutuhkan perawatan yang

moderen, akan tetapi dengan tidak berjalannya program tersebut maka terjadi

penurunan angka penghasilan masyarakat petani, hal itu sudah lagi tidak membantu

karena adanya dinamika yang muncul yang pada akhirnya berdampak pada jalannya

program LEM Sejahtera. Sehingga angka pendapatan masyarakat menjadi merosot.

Tanaman Kakao merupakan tanaman yang menjadi pusan perhatian program

LEM Sejahtera di Desa Sangia Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna

Barat. Akan tetapi dengan munculnya berbagai dinamika pada LEM Sejahtera maka

berimplikasi pula pada perkembangan tanaman, sebab tanaman kakao membutuhkan

perawatan yang intensif sehingga hasil panen dapat meningkat.Seperti yang di

jelaskan oleh informan La Ode Salia (55 tahun) menyatakan bahwa :

“Macetnya bantuan yang kita dapat bias menurunkan hasil panen karena

selama ini biasa pake pupuk perangsang buah, tapi tau-taunya bantuan macet sehingga

buah kakao kurang. Karena selama ada bantuan ini kita pake pupuk buahnya

meningkat pas berhenti buah kakao juga menurun dulunya dapat sampe 200 Kg

sekarang beruntung dapat 50 Kg” (Wawancara 22 Nopember 2016)

81

Gambar 5.2.4Kebun Kakao

Dokumentasi: Mursin

Berdasarkan penjelasan informan bahwa dengan macetnya bantuan program

LEM Sejahtera dapat berimplikasi pada volume hasil panen masyarakat Desa Sangia

Tiworo, Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat menurun,sehingga perlu

adanya perhatian pemerintah melalui program LEM Sejahtera untuk membantu

meningkatkan hasil panen dengan cara memberi bantuan fasilitas pertanian seperti

penerimaan bantuan pupuk tanaman kakao dan alat pangkas tanaman. sehingga

tanaman bisa berkembang tanpa gangguan hama. akan tetapi hal tersebut tidak dapat

diwujudkan karena berakibat pada macetnya bantuan LEM Sejahtera sehingga menjadi

salahsatu hambatan dalam menopang peningkatan perekonomian masyarakat.

82

BAB VI

PENUTUP

Pada poin penutup terdapat dua pokok bahasan yakni Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Temuan dalam penelitian ini adalah: Proyek pemerintah hanya mengutamakan

tertib administrasi tanpa monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan, berimplikasi

pada macetnya proyek, menimbulkan konflik antar petani

2. Dampak dalam permasalahan penelitian ini adalahdengan munculnya berbagai

dinamika yang ada pada program LEM Sejahtera dapat menimbulkan kurangnya

kepercayaan masyarakat terhadap pengelola LEM Sejahtera, kurangnya harapan

masyarakat terhadap adanya program pemerintah, tidak adanya gotong royong

masyarakat dalam pengelolaan program pemerintah, dan melemahnya tingkat

partisipasi masyarakat dalam menyambut hadirnya program pemerintah.

3. Implikasi dalam permasalahan ini adalah melahirkan berbagai dinamika yang

timbul pada kalangan masyarakat diantaranya munculnya konflik sosial antar

peserta, merosotnya volume pendapatan masyarakat, dan kurangnya partisipasi

masyarakat serta macetnya berbagai program yang dikucurkan oleh LEM—

Sejahtera.

83

6.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian tentang : Dinamika

Masyarakat Peserta Program Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera Di

Desasangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna Barat maka penulis

dapat memberikan saran sebagai berikut,

1. Diperlukan kajian dan pengembangan penelitian lebih lanjut tentang :

Dinamika Masyarakat Peserta Program Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM)

Sejahtera Di Desasangia Tiworo Kecamatan Tiworo Selatan Kabupaten Muna

Barat

2. Bagi masyarakat Sangia Tiworo agar memahami kembali dengan adanya

lembaga LEM Sejahtera, dimana hal tersebut sangat membantu

mengembangkan potensi pertanian masyarakat,olehnya itu diharpkan

keaktifannya terhadap pengembangan LEM Sejahtera

3. Diharapkan kepada pemerintah, dengan adanya program LEM Sejahtera

tersebut agar tidak melakukan pelatihan saja, akan tetapi memberi

motifasimasyarakat untuk berpartisipasi serta menjelaskan tatakelola dalam

LEM Sejahtera yang sesuai AD-ART yang berlaku.

4. Sebaiknya proyek tap down1 harus diikuti dengan monitoring dan evaluasi

berkelanjutan hingga proyek berjalan dengan baik di lapangan.

1Diturunkan oleh pemerintah

84

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Conyers, Diana. 1992. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Suatu Pengantar.

Yogyakarta. Gaja Mada University Pres.

Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Solo: Bumi Aksara.

Isbandi, Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatif Berbasis Komunitas : Dari

Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: Fisip UI

Rasyid, Harun Al. 2003. Perilaku Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok Sebagai

Determinan Penting Bagi Peningkatan Produktivitas Kerja Kelompok

Karyawan. Bandung: Batic Press

Saifidin,Ahmad Fedyani.2005. Antropologi Kontenporer : Suatu Pengantar Kritis

Mengenai Paradigma. Jakarta : Kencana.

Sani,Muhammad Yamin. 2016. Dinamika Kependudukandan Pembangunan Sosaial.

Makassar :Masagena Press.

Sugiyono. 2010.Metode penelitian kualitatif dan R&B. Bandung: Alfa beta.

Suparjan.2003. Pembangunan Masyarakat Dari Pembangunan Sampai

Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.

Walujo, Pardamen. 1981. Dialog: Indonesia Kini dan Esok. Jakarta : LAPPENAS.

Sumber Makalah dan Skripsi:

Indrawati, Rini. 2013. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Ditinjau dari Ilmu

Antropologi. Depok : Makalah Seminar Universitas Gunadarma.

85

Kisdarto, Atmosoeprapto.(1992). Implemetasi GKM Dalam kaitannya Dengan

Hubungan Industrial Pancasila: Konversi Nasional GKM 10 11, Desember.

1992 Jakarta.

Kristanto, Yohanes. (2012). Dinamika Kehidupan Sosial Masyarakat Tumenggung

Pasca Kerusuhan. Yogyakarta : Skripsi Pendidikan Sosiologi FKIP UNY.

Lestari, Anggraeni Munggi. (2013). Partisipasi Perempuan dalam Proses

Pemberdayaan Melalui PNPM Mandiri Perkotaan. Semarang : Skripsi

Sosiologi Antropologi FIS USM.

Ningrum, Harni Abrianti. (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) Di Kelurahan Karang

Anyar. Samarinda: Samarinda ULU.

Novia. (2011). Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Program Alokasi Dana

Desa. Pontianak: Skripsi Sosiologi Fisip Universitas Tanjungpura

Rukmana, Novayanti Sopia. (2013). Implementasi program jaminan kesehatan gratis

daerah puskesmas sumbang. Makassar: Skripsi Administrasi Fisip Unhas

Slamet, Danusudirjo. (1969). Perencanaan. Himpunan makalah pekan pembinaan

pelaksanaan pembangunan, Sekertariat Negara, Sekdalopbang Bina Grahan,

Jakarta.

Sumber Website :

Arwin, (tanpa tahun) Profil LEM Sejahtera. Melalui

https://lemsejahtera.wordpress.com[20/12/2016]

Suparman, (2015). LEM Sejahtera Sultra Perkuat Ekonomi Masyarakat. Melalui

http://antaranewsrasultra.com [29/11/2016]

Santika, Raka. (2012). Faktor-faktor penyebab konflik. Melalui

www.http://faktorfaktorpenyebabkonflik.sosial_tecnologyandeducationsgg.htm

[20/12/2016]

86

87

88

89

90

91

92

93