Dimensi Manusia 1 (Kelompok 8)

download Dimensi Manusia 1 (Kelompok 8)

If you can't read please download the document

description

adsd

Transcript of Dimensi Manusia 1 (Kelompok 8)

1

Tugas Desain Ruang Pusat Informasi

DIMENSI MANUSIA

(Ruang Personal dan Teritorialitas)

Disusun oleh:

Mizbah Zaenal M(071211631012)

Falla Aulia Baqie(071211631107)

Rian Avivah(071211632003)

Dwy Seteyo(071211632010)

Mesovelia Primaguna(071211632056)

Munirotul Arifah R(071211632060)

Dikka Agustina S(071211633004)

Endah Eka W(071211633016)

Candra Dewi A(071211633025)

Yunan Irham Maraya

Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga

Surabaya

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi (ICT) saat ini, memunculkan berbagai dampak di semua lingkup kehidupan. Salah satunya munculnya masyarakat informasi. Masyarakat informasi merupakan masyarakat yang selalu membutuhkan informasi dalam segala aspek kehidupanya dan tergantung dengan segala media penyimpan informasi. Akan tetapi, saat ini terjadi banjir informasi yang tidak dapat terbendung lagi. Informasi tak terbatas tersebut dapat diakses melalui internet. Internet memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh siapapun, akan tetapi informasi yang ada di internet tidak semua kredibel. Banyak informasi sampah dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kredibilitas sumber informasinya. Oleh sebab itu, munculah berbagai pusat informasi yang menyediakan berbagai informasi yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan kredibitas sumbernya, seperti perpustakaan, museum, dan pusat informasi lainnya. Pusat informasi tersebut tentunya harus memberikan pelayanan yang terbaik untuk penggunanya mulai dari kualitas informasi, pelayanan yang prima dan maksimal, serta desain ruang yang disesuaikan dengan kenyamanan pengguna.

Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai hal- hal yang berhubungan dengan desain ruang pusat informasi yang dilihat dari dimensi manusia yaitu ruang personal dan teritorialitas. People modify the spaces they live in, in turn are modified by them, (Edward Soja, 2005). Yang mempunyai arti Manusia membentuk ruang, ruang membentuk manusia . Teori ini menggambarkan bahwa ruang dan manusia merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Ruang dan manusia tidak dapat dipisahkan, karena ketika kita mencari informasi di pusat informasi misalnya perpustakaan tentunya keaadaan ruangan juga akan mempengaruhi kenyamanan kita dalam mencari informasi tersebut. Sebelum kita membuat suatu ruangan yang sesuai dan menimbulkan kenyamanan bagi yang menggunakanya, tentunya kita harus mengetahui hal- hal yang mempengaruhi kenyamana ruangan tersebut, salah satunya dari sudut pandang dimensi manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal yang terkait dengan dimensi manusia yaitu mengenai ruang personal dan teritorialitas yang akan diulas secara mendalam yang meliputi, definisi ruang pesrsonal dan teritorialitas, faktor- faktor yang mempengaruhi ruang personal, dampak jarak optimal dan penginvasian dari ruang personal, elemen- elemen dari teritorialitas, fungsi dari teritorial, dan perbedaan antara teritori dan agresi.

Rumusan Masalah

Dalam pembahasan mengenai dimensi manusia ruang personal dan teritorialita ini, penulis dapat merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

Apakah definisi ruang personal dan teritorialitas?Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi ruang personal?Bagaimana dampak jarak optimal dan penginvasian ruang personal?Elemen- elemen apa saja yang mempengaruhi teritorialitas?Apa sajakan fungsi teritorialitas?Bagaimana perbedaan dari teritori dan agresi?

Tujuan

Dalam pembahasan mengenai dimensi manusia ruang personal dan teritorialita ini, penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

Mengetahui definisi ruang personal dan teritorialitasMengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi ruang personalMengetahui dampak jarak optimal dan penginvasian ruang personalMengetahui elemen- elemen yang mempengaruhi teritorialitasMengetahui fungsi teritorialitasMengetahui perbedaan dari teritori dan agresi

Manfaat

Pembahasan dimensi manusia ruang personal dan teritorialitas ini tentunya mempunyai beberapa manfaat antara lain,

Dari segi akademik dapat digunakan sebagai varian kajian pengetahuan dasar mahasiswa mengenai dimensi manusia yang mempengaruhi pembuatan desain untuk ruang informasi demi kenyamanan pengguna ruang pusat informasi tersebut, terutama untuk mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang sedang menempuh mata kuliah desain ruang pusat informasiDari segi praktis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa khususnya untuk membuat strategi- strategi dalam penerapan desain ruang pusat informasi dengan pertimbangan dari segi dimensi manusia yaitu ruang personal dan tertorialitas.

BAB II

PEMBAHASAN

Ruang Personal

2.1.1 Definisi ruang personal

Istilah ruang personal pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973. Ruang personal secara implisit adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain. Kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri. Ketiga pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai perubahan situasi. Keempat, yaitu ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stres dan bahkan perkelahian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ruang personal merupakan batas yang tak terlihat yang mengelilingi kita, dimana orang lain tidak dapat melanggarnya.

Menurut Sommer (dalam Altman, 1975) ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinnya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/ daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.

Faktor- faktor yang mempengaruhi ruang personal

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya ruang personal manusia menurut Bell, dkk (1996) dan juga Halim (2005):

Faktor Situsional

Besaran ruang personal dapat membesar dan mengecil tergantung dari situasi yang terjawab pada suatu waktu tertentu. Beberapa faktor situsional tersebut antara lain:

Ketertarikan (Attraction)

Semakin kuat ketertarikan antar individu semakin mereka ingin dekat secara fisik. Berdasarkan penelitian, ketertarikan dapat dilihat dari ketertarikan berdasarkan kepribadian dan jenis kelamin. Menurut Byrne (1971), individu yang mempunhyai kesamaan kepribadian cenderung lebih tertarik satu sama lain dariapada individu yang tidak mempunyai kesamaan. Pasangan yang sama kepribadiannya berdiri lebih dekat daripada pasangan yang tidak sama.

Edward (1972) mengatakan bahwa perempuan merespon ketertarikan lebih secara spasial ketimbang laki-laki (Bell, 1996). Jarak yang semakin kecil di antara teman dekat berlainan jenis terjadi karena perempuanlah yang mendekat kepada laki-laki yang disukainya. Selain itu, Heshka & Nelson (1972) melihat bahwa posisi perempuan dengan sempurna akan lebih dekat dan meningkat sesuai dengan besarnya kesukkan, namun tidak dengan adanya halnya laki-laki (bell, 19960. Hal ini, menurut Maccoby (1966) dikarenakan laki-laki memicu kekhawatiran terhadap homoseksualitas dan lebih suka untuk mandiri dan mengendalikan diri sendiri (Halim, 2005).

Kesamaan (Similarity)

Skorjanc (1991) mengatakan bahwa karena salah satu fungsi ruang personal adalah proteksi terhadap ancaman, maka orang lebih mau berinteraksi pada jarak yang lebih dekat dengan orang lain berkarakter sama dengannya daripada yang tidak berkarakter sama (Halim, 2005) karena orang tersebut berasumsi ia telah mampu mengenal kondisinya yang hampir sama dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu potensi mendapat ancaman menjadi lebih sedikit.

Jenis Interaksi

Semakin menyenangkan kegiatan yang dilakukan, orang semakin mengecilkan ruang personalnya, dan sebaliknya (Halim, 2005). Namun, walau kegiatan tidak menyenangkan terlihat mengarah pada jarak yang lebih jauh dalam interaksi (ruang personal membesar), kondisi marah memiliki pengecualian. Menurut penelitian Oneal dkk (n.d), faktor situasi kemerahan menciptakan jarak yang lebih dekat dengan tujuan untuk membalas sedangkan menciptakan jarak yang lebih jauh sebagai bentuk proteksi (Halim, 2005).

Faktor Perbedaan Individual

Faktor perbedaan dalam sudut pandang secara individual juga mempengaruhi ruang personal sebagai berikut,

Budaya dan Ras

Edwads (1972) mengatakan bahwa individu yang dibesarkan dalam budaya yang berbeda akan memiliki pengalaman belajar yang berbeda (Halim, 2005). Perbedaan antar budaya dalam hal jarak interpersonal dapat dilihat dari pernyataan Robert Sommer bahwa orang Inggris menjaga jarak yang lebih besar dibanding orang Perancis atau Amerika Selatan (Sommer, 1969).

Jenis Kelamin

Perempuan berinteraksi pada jarak yang lebih dekat dengan orang yang disukainya, sedangkan laki-laki tidak membedakan spasial sebagai fungsi dari ketertarikan. Aiello (1987), Barnard dan Bell (1982) menyatakan, dalam hal jarak interpersonal dengan orang lain yang berjenis kelamin sama, pasangan perempuan dengan perempuan mempertahankan jarak yang lebih dekat daripada pasangan laki-laki dengan laki-laki (Halim, 2005).

Begitu juga dengan Joyce Marcella Laurens yang menyatakan dalam bukunya bahwa Heska dan Nelson (1972) mengatakan bahwa salah satu penentu perbedaan yang bergantung pada diri individu itu sendiri adalah jenis kelamin. Wanita ataupun pria sama-sama membuat jarak dengan lawan bicara yang berlainan jenis kelaminnya (Laurens, 2004). Sebaliknya, dalam hal lawan bicaranya sesama jenis, wanita akan mengurangi jarak ruang personalnya jika lawan bicaranya itu akrab. Semakin akrab maka semakin kecil ruang personalnya.

Pada pria, keakraban sesama jenis tidak berpengaruh pada ruang personalnya. Gifford (1982) mengatakan, pada umumnya, hubungan pria dengan pria mempunyai jarak ruang personal terbesar diikuti hubungan wanita dan wanita, dan ruang personal terbesar antara lawan jenis (Laurens, 2004).

Usia

Aiello (1987) dan Hayduk (1983) mengemukakan bahwa anak-anak berusia kurang dari 5 tahun menunjukkan pola spasial yang beragam, namun setelah usia 6 tahun dan semakin besar usia anak (sampai dewasa), semakin besar jarak interpersonalnya (Halim, 2005).

Selain itu, Hayduk (1983) juga mengatakan, pada umumnya, semakin bertambah umur seseorang, semakin besar jarak ruang personal yang akan dikenakannya pada orang-orang tertentu (Halim, 2005). Pada remaja, ruang personal terhadap lawan jenis akan lebih besar daripada pada anak-anak.

Faktor Fisikal Ruangan

Fitur arsitektur juga memiliki pengaruh pada ruang personal manusia. Savinar (1975) menemukan bahwa laki-laki lebih banyak membutuhkan ruang bila tinggi plafon ruangan rendah daripada bila plafon tersebut tinggi (Bell, 1996). Dengan kata lain, laki-laki memiliki ruang personal yang besar saat berada diruangan dengan plafon rendah, dan memiliki ruang personal yang kecil saat berada pada ruangan dengan plafon rendah. Hal ini berhubungan dengan berkataan White (1975) bahwa ruang personal meningkat seiring berkurangnya ukuran ruang (Bell, 1996).

Namun situasi yang berbeda terjadi pada keadaan gelap. Gergen dan Barton (1973) menyatakan bahwa kita cenderung menyentuh orang lain yang membuat orang merasa tidak nyaman ketika gelap daripada dalam kondisi pencahayaannya yang lebih terang (Halim, 2005). Hal ini diperkuat oleh Adams dan Zuckerman (1991) yang mengatakan bahwa mempertahankan ruang personal di suatu tempat yang gelap justru akan membuat tidak nyaman dibanding ada pererangan (Bell, 1996).

Selain fitur arsitektur, posisi orang dalam ruangan juga mempengaruhi ruang personal. Orang memperlihatkan ruang personal yang lebih besar bila berada di pojok ruangan daripada berada ditengah ruangan. Selain itu, Altman dan Vinsel (1997) mengatakan ternyata kita menjaga jarak yang lebih dekat ketika berdiri daripada ketika duduk (dalam Halim, 2005). Terdapat 2 jenis ruang yaitu Ruang Sosiopetal dan Ruang Sosiofugal (Lawson, 2001), Ruang sosiopetal merupakan ruang yang mengkondisikan orang berada pada posisi menghadap. Hal ini dikarenakan ruang terbentuk mengarah ke sebuah poros sehingga ruang personal mereka akan mengecil. Oleh sebab itu, ruang ini membuat orang-orang berinteraksi atau memfasilitasi interaksi sosial. Beda halnya dengan ruang sosiofugal. Ruang ini mengkondisikan orang yang berada di dalamnya untuk saling membuang pandangan. Hal ini dikarenakan ruangan seolah-olah keluar dari sebuah poros sehingga menyebar ke segala arah. Oleh karena itu, ruang ini dapat mengurangi interaksi sosial. Hal ini dikarenakan bentuk yang terjadi mengkondisikan tiap orang untuk saling membuang pandangan sehingga ruang personal pada bagian depan manusia meembesar.

2.1.3 Dampak jarak optimal dan penginvasian ruang personal

Ukuran ruang personal seseorang sesuai dengan kebutuhan perlindungan setiap orang. Adanya interaksi pada individu yang memiliki ruang personal pada jarak optimal tertentu akan menciptakan komunikasi yang baik, mengurangi stres, dapat meningkatkan integritas, menjamin kerahasiaan, dan menjamin jarak komunikasi antar individu dan kelompok. Semakin dekat jarak ruang personal seseorang, maka hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan. Dampak jarak optimal dan penginvasian ruang personal dapat berupa kontak langsung dan tidak langsung. Sebagaiamana seseorang yang ingin menyendiri di suatu sudut ruang dan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain namun didekati oleh orang asing dalam jarak yang membuat orang tidak nyaman, maka yang terjadi adalah:

Memicu perasaan tidak nyaman terhadap orang asing karena persepsi serta penilaian yang negatif terhadap orang asingMembuat orang tertekan, baik secara langsung maupun tidak langsungMerasa kehilangan otonomiMarahCemasInteraksi yang terjalin menjadi rendah, dan Adanya perilaku kompensasi

Albert dan Dabbs (1970) menyatakan atribusi dan perasaan negatif akan timbul jika seseorang dengan seseorang lainnya berada pada jarak kurang lebih 1,5 meter.

Teritorialitas

2.2.1 Definisi Teritorialitas

Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari orang lain (Holahan, dalam Iskandar, 1990).

Apa perbedaan ruang personal dan teritorialitas? Menurut pendapat Sommer dan de War (1963) bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.

2.2.2 Elemen elemen Teritorialitas

Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari Teritorialitas, yaitu:

Kepemilikan atau hak dari suatu tempatPersonalisasi atau penandaan dari suatu area tertentuHak untuk mempertahankan diri dari gangguan luarPengatur beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasaan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika.

Dalam usahanya membangun suatu model yang memberi perhatian secara khusus pada desain lingkungan, maka Hussein El-Sharkwy (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan empat tipe teritori, yaitu:

Attached Territory adalah gelembung ruang sebagaimana telah dibahas dalam ruang personal.

Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana kesemuanya itu kurang memiliki personalisasi. Oscar Newman menyebutnya Ruang privat

Supporting Territory adalah ruang-ruang yang bersifat semi privat dan semi publik.

Peripheral Territory adalah ruang publik, yaitu area-area yang dipakai oleh individu-individu atau suatu kelompok tetapi tidak dapat memiliki dan menuntutnya.

Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi 3, yaitu:

Teritorial Primer

Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Contoh : ruang kerja, ruang tidur, wilayah negara, dsb.

Teritorial Sekunder

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Teritorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Contoh : Toilet, zona servis, dsb.

Teritorial Umum

Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di masyarakat dimana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat digunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh: taman kota, gedung bioskop, ruang kuliah, dsb.

Berdasarkan pemakaiannya teritoral umum dibagi menjadi 3 yaitu:

a.Stalls

Merupakan suatu tempat yang dapat disewa atau dipergunakan dalam jangka waktu tertentu. Contoh: kamar-kamar di hotel, lapangan tenis, bilik di telpon umum, dsb.

b.Turns

Mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka waktu penggunaannya saja. Turns dipakai orang dalam waktu yang singkat. Contoh: tempat antrian karcis, antrian bensin, dsb.

c.Use Space

Teritori yang berupa ruang yang dimulai dari titik kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang diamati seseorang. Contoh: seseorang yang sedang melihat baju di koridor toko maka toko itu adalah Use Space atau ruang yang terpakai yang dimiliki oleh orang itu, serta tidak dapat diganggu gugat selama orang tersebut masih melihat-lihat baju tersebut.

Perilaku teritorial dalam kelompok tidak terbatas pada teritori utama saja. Lipman (1967) menemukan bahwa rumah peristirahatan membuat klaim yang hampir eksklusif atas kursi-kursi tertentu dlaam ruang sehari-hari. Mereka mempertahankan teritori mereka meskipun akan mengakibatkan ketidaknyamanan fisik dan psikologis. Perilaku teritorialitas manusia dalam hubungannya dengan lingkungan binaan dapat dikenal antara lain pada penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai demarkasi teritori yang dimiliki seseorang, misalnya pagar halaman. Teritorialitas ini terbagi sesuai dengan sifatnya yaitu mulai dari yang privat sampai dengan yang publik. Ketidakjelasan pemilikan teritorial akan menimbulkan gangguan terhadap perilaku. Robert Sommer (1969) dalam penelitian perilaku yang terjadi pada perpustakaan melihat efektifitas dari berbagai strategi cara membatasi teritorial untuk menunjukkan kepemilikan yang dilakukan disitu. Pada saat suasana tidak terlalu penuh pengunjung maka pemberian tanda teritory yang berupa tumpukan buku, pena, sandwich cukup menandai teritorial tersebut supaya jangan diintervensi olah lainnya. Namun bila suasana penuh pengunjung penandaan teritory perlu dilakukan lebih intensif lagi dengan penandaan barang yang berlabel atau sangat mencolok dan banyak , bahkan kalau perlu diberi secarik kertas bertuliskan Jangan duduk disini ! misalnya karena serangan invasi akibat kebutuhan tempat yang makin tinggi.

Territorial possession tidak kalah berartinya daripada sexual possession. Peraturan resmi menunjukan adanya perubahan organik dan evolusi perilaku terhadap pandangan tentang teritory. Perubahan ini dalam status tertentu tetap dapat diterima dengan meluaskan sudut pandang perilaku. Misalnya : pada kebanyakan daerah anda boleh menembak manusia tanpa dihukum, jika orang yang anda tembak melarikan istri anda. Atau contoh lainnya adalah kadang kepemilikan barang (dalam hal ini teritory misalnya) lebih dipentingkan dari kepemilikan seksual. Rasa kehilangan teritorial kadang lebih menyakitkan daripada kehilangan kekasih misalnya.

Perwujudan territorial juga ditemukan pada tingkat yang lebih rendah yang terbentuk dan terpengaruh oleh lingkungan binaan (designed environment). Jika lingkungan binaan berubah , territori-nya kemungkinan besar juga akan mengalami perubahan. Ada baiknya kita melihat contoh kejadian tersebut dalam dunia nyata, dari lingkungan sebenarnya, dan menjadikan itu sebagai subyek penelitian. Sebagai suatu contoh yang sarat dengan pernyataan teoritis dapat dilihat pada hipotesis yang berkait dengan suatu kegiatan bisnis misalnya seperti yang diuraikan di bawah ini. Sebuah firma yang berlokasi di Ibu kota menempati beberapa ruang dekat gedung-gedung tinggi, masing-masing terdiri atas beberapa kantor yang punya pegawai beraneka ragam. Ada satu perusahaan small executive pinacle yang tak terjangkau oleh sembarang orang.dan membawahi berbagai bagian drafter, teknisi, pemasaran, analis investasi,juru tulis, perencana, staf maintenance dsb. Perusahaan ini melengkapi fasilitas kantornya dengan perpustakaan, cafetaria, restoran, dan areal iistirahat dalam gedung itu.

Sistem aksi perilaku-perilaku dan hubungan pada gedung itu merupakan subculture (dari tinjauan antropological term) dan keanggotaan subculture sangat beragam. Kajian ini tidak meliputi atau mengabaikan bagian pekerja tingkatan terbawah (penjaga pintu, pemijat) dan bagian staf teratas (presiden direktur dan wakil presiden direktur). Dalam melakukan pekerjaan dulunya pegawai tidak memiliki tempat yang permanen sesuai rancangan desain gedung itu. Mereka lalu secara berulang (meskipun tidak selalu) melakukan proses perubahan rancangan itu sendiri. Beberapa menempatkan dirinya pada lingkungan yang tidak menarik perhatian. Pegawai yang mendapat ruang khusus merasa perlu untuk mengindentifikasikan siapa mereka, perabot mereka, suasana ruangan, penempatan meja dan areal kerja yang sesuai dengan konsep ingin menunjukkan inilah saya. Mereka menyimbolkan kenyataan kedudukan pangkat dan derajat kepemilikan dengan sejumlah pengaturan ruang sesuai imajinya dan ini dipamerkan kepada para tamu atau yang datang lainnya (tentu saja sembari dinikmatinya sendiri)

Elemen space yang dibatasi itu disebut unit territorial dan individu yang menempatinya disebut inhabitants. Unit territorial melekat erat pada setiap individu yang mempunya kepemilikan ruangan pada berbagai tempat. Teritorialnya tergantung dimana individu tersebut berada dan mengidentifikasikan tempat tersebut sebagai wilayah kepemilikannya. Mungkin di mobil, di ruang tamu, di ruang kelas dsb. Harus juga dicatat bahwa biarpun secar fisik unit teritorial ini terpisah namun secara konsep unit ini terkait satu sama lainnya. Inhabitant berbeda dengan occupant (yaitu yang berada pada tempat tersebut) namun tidak memiliki (does not possess). Occupant boleh juga disebut visitor (tamu).

2.2.3 Fungsi teritorialitas

Jika dilihat dari pengertian teritorial itu sendiri yakni sebagai pengendalian/ penguasaan atas suatu ruang oleh individu/ kelompok untuk memuaskan motif/ kebutuhan yang ditandai dengan simbol simbol serta dipertahankan (Dwintana, 2011).

Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi, koordinasi dan kontrol.

Personalisasi dan penandaan.

Personalisasi dan penandaan seperti memberi nama, tanda atau menempatkan di lokasi strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran teritorialitas. Seperti membuat pagar batas, memberi nama kepemilikan. Penandaan juga dipakai untuk mempertahankan haknya di teritori publik, seperti kursi di ruang publik atau naungan.

Agresi

Pertahanan dengan kekerasan yang dilakukan seseorang akan semakin keras bila terjadi pelanggaran di teritori primernya dibandingkan dengan pelanggaran yang terjadi diruang publik. Agresi bisa terjadi disebabkan karena batas teritori tidak jelas.

Dominasi dan Kontrol

Dominasi dan kontrol umumnya banyak terjadi di teritori primer. Kemampuan suatu tatanan ruang untuk menawarkan privasi melalui kontrol teritori menjadi penting.

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi teritorial sendiri adalah sebagai wahana untuk menampilkan identitas (Dwintana, 2011), bukti kepelikan atas suatu ruang, apresiasi atas ketertarikan pada suatu ruang tertentu, memberikan privasi atas suatu ruang. Dengan adanya fungsi teritori ini, seseorang dapat merasa nyaman dan bebas terhadap suatu ruang yang dikuasai.

Apabila dilihat dari segi 4 elemen elemen terirorial menurut Lang, maka fungsi teritorial dapat dibagi kedalam beberapa aspek. Teritorial berfungsi sebagai bukti kepemilikakan akan suatu tempat. Penandaan atau personalisasi dari suatu area tertentu. Bagian yang aman untuk melindungi diri dari pihak pihak luar, serta pemenuhan atas dasar psikologis, kepuasan kognitif dan estetika.

Hussein el Sharkawy (1979) mengungkapkan territory itu nyata, tetap, stationary dan terpusat pada ruangan. Teritory pada siapa yang berinteraksi didalamnya.Fungsi teritorial berbeda antara binatang dan manusia. Pada manusia teritorial lebih berfungsi sebagai fungsi organisasional. Kelompok manusia dan individu menunjukkan perilaku teritorial dan menerapkan berbagai strategi memepertahankan teritorial dengan demikian efektifnya. Serangan terhadap teritorial akan menimbulkan respons agresif. Teritori yang ditandai dengan serius oleh pemiliknya akan mengurangi vandalism terhadap teritorial tersebut. Fungsi teritorial merujuk pada kebutuhan dasar manusia yaitu :

The need for identity (Kebutuhan akan Identitas)

The need for stimulation (Kebutuhan stimulasi)

The need for security (Kebutuhan untuk rasa aman)

The need for a frame of reference ( Kebutuhan untuk kerangka referensi)

2.2.4 Teritori dan Agresi

Secara harfiah istilah teritori berarti wilayah. Menurut Holahan (dalam Iskandar, 1990) teritorialitas adalah suatu tingkah kepemilikan dari suatu ruang lingkup geografis di mana si pemilik memiliki kuasa dan kontrol pada wilayahnya dan mempertahankan hak kepemilikan dari serangan luar. Teritori memiliki sedikit perbedaan dengan ruang personal meskipun sama-sama menunjukkan kuasa kepemilikan, ruang personal lebih merujuk pada atmosfir di sekeliling orang tersebut, dia akan membawanya kemanapun dia pergi. Sedangkan teritori hanya terbatas pada jangkauan wilayah, apabila dia keluar dari teritorinya maka dia tidak memeiliki kewenangan yang sama.

Apabila kita merujuk pernyataan Goffman (dalam Altman, 1975) yang mendefinisikan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu yang apabila dilanggar batasnya oleh orang lain maka ia merasa terusik kenyamannya atau terancam, secara tidak langsung kita telah mengetahui gambaran dari agresi.

Agresi adalah suatu perilaku saat seseorang merangsek masuk secara sengaja atau tidak sengaja pada teritorial orang lain sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dan terancam. Ketika seseorang memasuki teritorial orang lain terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi baik dari sudut pandang pemilik wilayang maupun orang luar yang ingin memasuki wilayahnya juga tergantumg pada kondisi dan situasi lingkungan itu sendiri. Apabila suasana mendukung dan terjadi hubungan yang kondusif antara kedua belah pihak maka agresi tidak akan terjadi.

Bagaimanapun setiap orang pasti memiliki teritorial (zona nyaman) masing-masing yang harus dihormati dan tidak dilanggar kecuali keadaan memaksa karena teritorial tidak hanya berfungsi sebagai pembatas privasi saja namun juga sebagai penjaga keseimbangan hubungan sosial.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam desain ruangan apapun, terutama ruang untuk pusat informasi sangat penting halnya untuk melihat berbagai aspek yang mempengaruhi. Salah satu aspeknya dapat dilihat dari segi dimensi manusia yang terdiri dari ruang personal dan teritorialitas. Hal ini tentunya berjutuan untuk melihat dari sudut pandang pengguna, agar nantinya ruangan yang dibuat dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya.

Ruang personal merupakan batas yang tak terlihat yang mengelilingi kita atau ada dalam diri setiap orang , dimana orang lain tidak dapat melanggarnya. Dalam ruang personal tentunya ada faktor- faktor yang mempengaruhi, antara lain faktor situasional, faktor perbedaan individu, dan faktor fisikal ruangan. Dalam ruang personal terdapat dampak jarak optimal dan penginvasian ruang personal berupa kontak langsung dan tidak langsung. Sedangkan teritorialitas merupakan suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari orang lain dan memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak dapat berubah-ubah. Berbagai elemen- elemen dari teritorialistis meliputi karakter dari teritorialitas, tipe- tipe teritorialitas, dan jenis- jenis dari teritorialitas. Teritorialitas memiliki fungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi, koordinasi dan kontrol. Dalam teritorialitas ada istilah teritori dan agresi. Teritori memiliki sedikit perbedaan dengan ruang personal meskipun sama-sama menunjukkan kuasa kepemilikan, ruang personal lebih merujuk pada atmosfir di sekeliling orang tersebut, dia akan membawanya kemanapun dia pergi. Sedangkan teritori hanya terbatas pada jangkauan wilayah, apabila dia keluar dari teritorinya maka dia tidak memeiliki kewenangan yang sama. Sedangkan agresi adalah suatu perilaku saat seseorang merangsek masuk secara sengaja atau tidak sengaja pada teritorial orang lain sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dan terancam

3.2 Saran

Saran dari penulis mengenai pembahasan desain ruang dari dimensi ruang ruang personal dan teritorialitas ini antara lain:

Pembahasan ini sangat penting untuk dipelajari lebih mendalam, agar dapat mengetahui apa yang dibutuhkan pengguna ruangan nantinya untuk kenyamanan mereka, hal ini dibutuhkan kerjasama untuk saling berdiskusi secara mendalam antara mahasiswa dan dosen. Pembahasan dimensi manusia ruang personal dan teritorialis ini diharapkan akan diadakan penelitian secara langsung di lapangan.

DAFTRA PUSTAKA

Hadinugroho, Dwi Lindarto. 2002. Ruang Dan Perilaku: Suatu Kajian Arsitektural. Diakses Pada 13 Maret 2015, tersedia Pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1307/1/arsitektur-dwi3.pdf

Dwiantina, Alline. 2001. Invasi Ruang Personal Dan Teritori Dalam Gedung Olahraga (Studi Kasus Tribun GOR : Senayan, Bulungan, dan Padjajaran). Skripsi (Online). Diakses pada 13 Maret 2015, tersedia pada http://lib.ui.ac.id/ file?file= digital/ 20210213-S129 Invasi%20 ruang.pdf

Fadilla Helmi, Avin. (1999). Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Tersedia pada http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin. pdf Diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 12.23 WIB

Gunadarma. Modul Pengantar Psikologi Lingkungan. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 13.15 WIB tersedia pada http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

Hadinugroho, Dwi Lindarto.(2002). Ruang dan Perilaku: Suatu Kajian Arsitektural. Diakses dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream /handle/123456789/1307/arsitektur-dwi3.pdf;jsessionid=A8CDF9B08C33E8AF82DAEB14E8BFEABF?sequence=1 Diakses pada tangga 15 Maret 2015 pukul 09.16 WIB

Agriza, Kurnia Fajar. 2012. Ruang Personal Commuter pada Ruang Tunggu Kendaraan Umum dan Pengaruh Terhadapnya. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Airlangga. Diakses pada Jumat pukul 20.38 lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312128-S43402-Ruang%20personal.pdf" http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312128-S43402-Ruang%20personal.pdf

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf. Daiakses pada tanggal 14 Maret 2015

Http:// academia.edu/ ruang dan perilaku- suatu kajian arsitektural

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01123-AR%20Bab2001.pdf . Diakses pada 16 Maret 2015 pukul 10.24

Lampiran

Artikel terkait

Dalam makalah ini didukung oleh artikel terkait dengan judul Pengaruh Desain Interior Perpustakaan TerhadapKenyamanan Pengguna Di Perpustakaan Universitas 17 Agustus Surabaya yang ditulis oleh Adrina Ayu Candra Zelzi Jeint Sainttyauw. Dalam penelitian yang dilakukan oleh ayu ini, dijelaskan bahwa desain interior perpustakaan yang baik, akan menyebabkan pengunjung perpustakaan merasa nyaman, aman, dan produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya pengaruh desain interior terhadap kenyamanan pengguna di perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, serta mengetahui variabel desain interior yang berpengaruh dominan terhadap kenyamanan pengguna di perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Dari hasil analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang ditimbulkan oleh desain interior yang meliputi ruang, variasi, hirarki, area personal, pencahayaan, tata suara, suhu udara, perawatan, kualitas udara, gaya dan fashion terhadap kenyamanan pengguna di perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna di perpustakaan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya adalah suhu udara. Dari berbagai variabel yang diteliti tersebut, tentunya ada kaitanya dengan dimensi manusia khususnya ruang personal dan teritorialitas. Karena sebelum menentukan berbagai variabel tersebut harus dilihar terlebig dahulu dari segi dimensi manusia itu sendiri. Apa saja yang membuat suatu kenyamanan itu diperoleh oleh sesorang ketika ia mengunjungi suatu ruang pusat informasi salah satunya adalah perpustakaan.