ANALISIS KAJIAN DAMPAK KEPENDUDUKAN DALAM … · Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar...

50
ANALISIS KAJIAN DAMPAK KEPENDUDUKAN DALAM PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA PROVINSI JAMBI PASKA 2015. Oleh Dr. Pantun Bukit SE, M.Si KERJASAMA IKATAN PEMINAT DAN AHLI DEMOGRAFI ( IPADI) DENGAN BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

Transcript of ANALISIS KAJIAN DAMPAK KEPENDUDUKAN DALAM … · Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar...

ANALISIS KAJIAN

DAMPAK KEPENDUDUKAN DALAM PERKIRAAN DAN

PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA PROVINSI

JAMBI PASKA 2015.

Oleh Dr. Pantun Bukit SE, M.Si

KERJASAMA IKATAN PEMINAT DAN AHLI DEMOGRAFI ( IPADI)

DENGAN BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

BERENCANA NASIONAL PROVINSI JAMBI

TAHUN 2014

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 5

1.4. Konsep Dasar Indikator Kependudukan 6

1.5. Konsep Dan Definisi Penawaran Angkatan Kerja 9

BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 11

2.1. Aspek Geografi 11

2.2. Aspek Demografi 18

BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA 33

3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja 33

3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 37

3.3. Perkiraan Angkatan Kerja 41

BAB IV KESIMPULAN 47

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Ketinggian Di Provinsi Jambi 13

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah Di Provinsi Jambi 14

Tabel 2.3 Karakter Lahan Pertanian Di Provinsi Jambi 17

Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi 19

Tabel 2.5 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi

Tahun 2008-2013

20

Tabel 2.6 Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Jambi Tahun 2008-2013

21

Tabel 2.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Jambi Tahun 2008-2013

22

Tabel 2.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Provinsi

Jambi Tahun 2008-2013

23

Tabel 2.9 PDRB Kabupaten/Kota Se- Provinsi Jambi Dan Laju

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012

27

Tabel 2.10 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga Konstan tahun 2008-

2013

28

Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun Dan Per Sektor PDRB

Provinsi Jambi Tahun 2008-2013 Atas Harga Konstan Tahun

2000 Menurut Lapangan Usaha (%)

28

Tabel 2.12 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2008-

2012

30

Tabel 2.13 Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 (%)

31

Tabel 3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 (Dalam Ribu)

33

Tabel 3.2. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

35

Tabel 3.3. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin 36

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

Tabel 3.4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

37

Tabel 3.5. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Golongan Umur Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 (Dalam

Persen)

38

Tabel 3.6. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

39

Tabel 3.7. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

40

Tabel 3.8. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Kabupaten /

Kota Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

41

Tabel 3.9. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi

Jambi Tahun 2015-2019

42

Tabel 3.10. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi

Jambi Tahun 2015-2019

43

Tabel 3.11. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi

Jambi Tahun 2015-2019

44

Tabel 3.12. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Jambi Tahun 2015-2019

45

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program KB Nasional yang telah dirintis sejak dasawarsa 1970-an telah

menurunkan angka kelahiran secara cukup menyakinkan. Namun demikian dalam

kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami stagnansi. Keberhasilan program KB

Nasional yang umumnya di ukur dengan Total Fertility Rate (TFR) dan berhasil

diturunkan dari 5,6 per 1000 wanita usia subur (usia 15 – 49 th) pada tahun 1970

menjadi 2,6 per 1000 wanita subur pada tahun 2002/2003, ternyata pada tahun 2007

dan 2012 angka tersebut tetap sebesar 2,6 (Hasil SDKI 2012).

Disisi lain, laju pertumbuhan penduduk yang diperkirakan dapat diturunkan

menjadi 1,27% per tahun pada tahun 2010 ternyata masih cukup tinggi yaitu 1,49% per

tahun (Sensus Penduduk tahun 2010). Indikator lain yang mencerminkan adanya

stagnasi dari program kependudukan dan KB adalah masih tingginya angka unmet

need yaitu 8,5% (SDKI, 2012); ASFR 15-19 th sebesar 48 per 1000 wanita subur

(SDKI, 2012) dan peningkatan kepersertaan KB yang tidak sesuai dengan harapan

yaitu sebesar 0,5% selama 5 tahun. Sedangkan secara ideal seharusnya per tahun

dapat meningkatkan CPR dengan 1% per tahun.

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan

manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan

kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan

masyarakat terhadap kemampuan individu. Salah satu sasaran utama pembangunan

adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar

dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun.

Oleh karena upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja

dan berusaha, penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.

Berdasarkan hasil sensus Penduduk yang dilakukan oleh BPS, bahwa penduduk

Provinsi Jambi tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-

rata sebesar 60 jiwa/km2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.293 jiwa/km2 dan Kota Sungai

Penuh sebesar 199 jiwa/km2. Sedangkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi

selama periode 2005-2010 rata-rata mencapai 1,59% pertahun, dengan pertumbuhan

tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 yaitu 2,20%. Namun pada tahun 2008 tingkat

pertumbuhan penduduk mengalami penurunan menjadi 1,68% dari tahun 2009.

Berdasarkan jenis kelamin, meskipun angkanya berfluktuasi namun selama tahun

2005-2010 rasio penduduk berjenis kelamin laki-laki selalu lebih besar dari kelompok

penduduk berjenis kelamin perempuan. Pada tahun 2010 penduduk laki-laki berjumlah

1.578.338 dan perempuan berjumlah 1.510.280 jiwa atau rasio sebesar 1,04 banding 1.

Dari jumlah penduduk di Provinsi Jambi, terdapat tiga daerah dengan jumlah penduduk

terbesar pada tahun 2010 yaitu Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten

Merangin. Sedangkan tiga daerah dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kota Sungai

Penuh 81.789 jiwa, Kabupaten Tanjab Timur 204.557 jiwa dan Kabupaten Kerinci

229.387 jiwa. Penurunan jumlah penduduk Kabupaten Kerinci yang disebabkan oleh

terbentuknya Kota Sungai Penuh sebagai daerah otonom baru sejak 8 Nopember 2008.

Sex ratio penduduk Provinsi Jambi adalah sebesar 104,5 yang artinya jumlah

penduduk laki-laki 4 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

Angka sex ratio terbesar terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten

Muaro Jambi dan Kabupaten Tebo yaitu masing-masing 107,89 dan 107,49 serta

106,77.

Sex ratio Kabupaten Kerinci sebesar 99,5 dan Kota Sungai Penuh sebesar 98,84

artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal

ini disebabkan penduduk laki-laki di kedua daerah tersebut lebih banyak berimigrasi

keluar untuk mencari pekerjaan ataupun usaha ke wilayah lain.

Porter (2002) melalui Global Competitivness Ranking menyampaikan gagasan

mengenai berbagai sumber daya saing daerah. Disebutkan bahwa daya saing dan

standar hidup (kesejahteraan) suatu daerah ditentukan oleh produktivitas yang dicapai

dengan memberdayakan sumberdaya manusia (SDM), modal, dan sumberdaya alam.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek

pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan hinggá akhir

hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian

penting. Indikator dari bidang ketenagakerjaan tergambar pada pertumbuhan

kesempatan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan kerja. Jumlah angkatan

kerja pada tahun 2006 sebesar 1.205.000 orang dan pada tahun 2009 sebesar

1.452.372 orang atau meningkat 20,53%, begitupula dengan angka kesempatan kerja

pada Provinsi Jambi pada tahun 2006 sebesar 1.103.000 orang dan pada tahun 2009

sebesar 1.378.372 atau meningkat 24,97%.

Pertumbuhan angkatan kerja pertahun relatif berfluktuasi selama periode 2006

– 2010, dimana pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yang

mencapai 12,58 persen, sehingga secara rata-rata pertumbuhannya mencapai 4,9

persen pertahun. Demikian juga pertumbuhan kesempatan kerja relative berfluktuasi,

dimana pada tahun 2006 hanya sebesar 0,56%, namun tahun 2009 mencapai 12,58%.,

Secara rata-rata jika digunakan periode tahun 2006 – 2009, maka pertumbuhan

kesempatan kerja mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,96% pertahun. Dengan

tingkat pertumbuhan kesempatan kerja yang mengalami peningkatan rata-rata sebesar

5,96% selama periode 2006 – 2009, membawa konsekuensi pada penurunan angka

pengangguran yang cukup siginifikan. Tingkat pengangguran pada tahun 2006

sebanyak 94.703 orang, menurun menjadi 74.000 orang di tahun 2009, atau jumlah

pengangguran menurun rata-rata sebesar (7,28) persen pertahun. Namun tingkat

pengangguran tahun 2013 kembali naik menjadi 8,4 persen, hal ini didiorong oleh

rendahnya kesempatan kerja, disisi lain pertumbuhan ngkatan kerja relatif tinggi.

Kesempatan kerja menggambarkan besarnya tingkat penyerapan dari pasar tenaga

kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap akan menjadi masalah yaitu

terjadinya pengangguran.

Berangkat dari kondisi, peluang, tantangan dan permasalahan diatas, maka

BKKBN Provinsi Jambi melakukan suatu penelitian tentang : “Peran

Kependudukan dalam Perkiraan dan Perencanaan Persediaan Tenaga Kerja

Provinsi Jambi Paska 2015.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana perkiraan penduduk usia kerja dilihat dari aspek golongan umur,

tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi untuk periode 2015-2019 ?

b. Bagaimana perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja dilihat dari aspek

golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019 ?

c. Bagaimana perkiraan angkatan kerja dilihat dari aspek golongan umur, tingkat

pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

untuk periode 2015-2019 ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui perkiraan penduduk usia kerja dilihat dari aspek golongan

umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di

Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019 ?

b. Untuk mengetahui perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja dilihat dari aspek

golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk periode 2015-2019 ?

c. Untuk mengetahui perkiraan angkatan kerja dilihat dari aspek golongan umur,

tingkat pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi

Jambi untuk periode 2015-2019 ?

1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menyusun langkah-langkah

strategi dan kebijakan dalam Peran Kependudukan dalam Perkiraan dan

Perencanaan Persediaan Tenaga Kerja Provinsi Jambi Paska 2015.

b. Sebagai bahan masukan bagi BKKBN Perwakilan Provinsi Jambi dalam

menyusun Strategi dan Kebijakan Kependudukan dalam Perkiraan dan

Perencanaan Persediaan Tenaga Kerja Provinsi Jambi Paska 2015.

c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

terhadap topic atau tema yang sama

1.4. Konsep Dasar Indikator Kependudukan

Untuk bisa memahami lebih rinci mengenai indikator kependudukan dan ekonomi serta

beberapa komponen-komponen yang ada di dalamnya beberapa konsep dan definisi perlu

dipahami antara lain:

1. Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia

selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan untuk menetap. Laju pertumbuhan penduduk merupakan perkiraan jumlah

seluruh penduduk setiap tahun. Angka laju pertumbuhan penduduk ini didapat dengan

cara membagi pertambahan jumlah penduduk selama tahun yang bersangkutan dengan

jumlah penduduk awal tahun itu. Metode penghitungan laju pertumbuhan penduduk

adalah sebagai berikut:

nrPoPn )1(

Dimana :

Pn = adalah jumlah penduduk tahun n

Po = adalah jumlah penduduk pada awal tahun R = adalah laju pertumbuhan penduduk

2. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan

luas wilayahnya.

3. Angka beban tanggungan (dependency ratio)

Dependency ratio adalah jumlah orang-orang yang tercakup didalam suatu jumlah

penduduk tertentu yang secara ekonomis tidak aktif per 100 orang yang secara ekonomis

aktif.

Dependency ratio ini biasanya dihitung berdasarkan kelompok umur yaitu kelompok umur

0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun keatas.

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Adalah ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur

sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu. Metode penghitungannya adalah:

%10010

kertanx

stahunkeataPenduduk

jaAngka

5. Proyeksi Penduduk

Untuk dapat menghitung jumlah penduduk pada masa mendatang dilakukan dengan

metode proyeksi yang didasarkan atas data penduduk minimal 10 tahun terakhir, sehingga

dapat menghasilkan proyeksi yang lebih akurat.

Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung proyeksi adalah sebagai berikut:

bXaYc

dimana:

Y : Jumlah penduduk th ke n a : Konstanta b : Koefisien X : Tahun

6. Angkatan Kerja

Penduduk usia kerja (umur 15 tahun keatas) yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi

sementara tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha.

Angkatan Kerja = Bekerja + Sementara tdk bekerja + Pengangguran

7. Bukan Angkatan Kerja

Penduduk usia kerja (umur 15 tahun keatas) yang kegiatannya tidak bekerja maupun

mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha, atau penduduk usia kerja dengan kegiatan

sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

8. Bekerja

Kegaiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

penghasilan atau keuntungan paling sedikit satu jam (tidak terputus) selama seminggu yang

lalu. Termasuk kegiatan pekerja yang tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha

9. Tingkat Pengangguran Terbuka

Adalah ukuran yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang

aktif mencari pekerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator ketenaga

kerjaan yang biasanya digunakan untuk membandingkan tingkat pengangguran terbuka

antar daerah/wilayah. Metode penghitungannya sebagai berikut:

10. Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan Nilai Tambah Bruto (NTB) yang

mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu upah dan gaji, bunga, sewa tanah,

keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRN (Produk Domestik Regional Netto) atas dasar harga pasar adalah PDRB atas

dasar harga pasar setelah dikurangi dengan nilai penyusutan. Penyusutan yang dimaksud

adalah susutnya nilai barang modal yang terjadi selama barang-barang modal tersebut ikut

serta dalam proses produksi. Cara penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan

menggunakan dua metode yaitu:

- Metode Langsung

- Metode Tidak Langsung

Dengan menggunakan metode langsung Produk Domestik Regional Bruto dapat dihitung

berdasarkan beberapa pendekatan antara lain:

a. Pendekatan produksi (production approach)

Pendekatan produksi diperoleh dengan mengalikan jumlah barang/jasa yang diproduksi

seluruh sektor ekonomi dengan harga barang/jasa tersebut. Pendekatan ini digunakan

untuk menghitung nilai tambah sektor yang menghasilkan output.

b. Pendekatan pendapatan (income approach)

Diperoleh dari perhitungan nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi yang diperkirakan

dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, surplus

usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Pendekatan ini sering digunakan pada

sektor jasa-jasa.

c. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach).

Dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang

diproduksi di dalam negeri. Dari penghitungan dapat diperoleh PDRB dari sudut

100% x rjaAngkatanKe

anPenganggurTPT

penggunaan. Metode tidak langsung merupakan metode penghitungan nilai tambah

dengan menggunakan data nasional yaitu menggunakan metode alokasi.

11. Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertahun (LPE)

1000

0 xPDRB

PDRBPDRBLPE t

Dimana:

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun t (Terakhir)

PDRB0 = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun awal (tahun dasar).

12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Rata-rata (LPER)

10011

0

xPDRB

PDRBLPER n

t

Dimana :

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun t (Terakhir)

PDRB0 = Produk Domestik Regional Bruto Harga Konstan tahun awal (tahun dasar)

n = Jumlah tahun (periode)

13. PDRB perkapita dan pendapatan perkapita

Angka PDRB perkapita diperoleh dengan jalan membagi jumlah PDRB

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Pendapatan perkapita adalah PDRB yang telah dikurangi dengan

penyusutan dan pajak tak langsung dibagi dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun.

1.5. KONSEP DAN DEFINISI PENAWARAN ANGKATAN KERJA

Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia yang sudah mulai

memasuki tahap akhir dari proses demografi dihadapkan pula pada persoalan-persoalan lain

akibat dari transisi kependudukan tersebut. Persoalan pertumbuhan angkatan kerja

diperlihatkan melalui analisi ketenagakerjaan pada bab-bab berikutnya, dengan dmeikian

pemahaman terhadap gejala meningkat. Penawaran angkatan kerja secara rasional dan

penting untuk dimengerti baik oleh kalngan akademis, politisi, birokrat maupun praktisi

dengan berbagai alasdan.

Alasan pertama adalah memahami variabel perubahan yang dapat

mempengaruhi penawaran tenaga kerja, dapat memberikan masukan yang berarti menyusun

strategi-strategi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengontrol komponen ini. Baik

ada kaitannya dengan duni usaha, pemerintah maupun pelaku-pelaku angkatan kerja.

Sehingga dengan demikian persoalan-persoalan yang bakal ditimbulkan dari proses

penawaran angkatan kerja dapat diminimalkan sebesar mungkin. Alasan kedua adalah

perubahan-perubahan konstilasi sosial, budaya dan keterbukaan pembangunan pada masa-

masa yang akan datang perlu dicermati sebagai faktor-faktro selama in belum menjadi

perhatian penting dalam kaitannya dengan penawaran angkatan kerja.

BAB II

GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI

2.1. ASPEK GEOGRAFI

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ LS dan 101o10’-

104o55’ BT di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan

Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan

Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan

sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.

Gambar 2.1. Peta Provinsi Jambi

Wilayah Provinsi Jambi terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut

dengan total luas wilayah mencapai 53.435,72 KM2, yang terdiri dari luas daratan

sebanyak 51.000 Km2 dan luas lautan, danau serta lainnya seluas 2.435 KM2.

Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan

dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia,

Singapura Growth Triangle). Disamping itu, peluang Jambi kedepan dengan

adanya pembukaan Terusan Thai (sebelumnya disebut Terusan Kra atau

Terusan tanah genting Kra) yaitu terusan yang akan melewati Thailand Selatan

untuk mempersingkat transportasi di wilayah tersebut dan rencananya akan

dibuka pada tahun 2011 akan membuka peluang baru bagi Provinsi Jambi

karena posisinya yang menghadap dan terbuka langsung ke Laut Cina Selatan.

Pembukaan Terusan Kra ini akan mengubah geo-ekonomi global (khususnya

Asia Timur) mengingat arus transportasi laut yang selama ini melewati Selat

Malaka akan langsung berubah rute pelayarannya melalui Terusan Kra.

Disamping itu Pelabuhan Sabang yang berada di ujung barat Indonesia bisa

menjadi kota pelabuhan yang besar. Menghadap langsung ke Laut China

Selatan. Peluang lainnya adalah rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda

akan membuka aksesibilitas ke Pulau Jawa.

Secara geografis, luas wilayah Provinsi Jambi tercatat seluas 53.435,72

km2 yang terdiri dari (Biro Pemerintahan dan OTDA, 2009) :

1) Kabupaten Kerinci 3.808,50 Km2 (7,13%),

2) Kabupaten Bungo 6.461,00 Km2 (12,09%),

3) Kabupaten Tebo 6.802,59 Km2 (12,73%),

4) Kabupaten Merangin 7.451,30 Km2 (13,94%),

5) Kabupaten Sarolangun 6.175,43 Km2 ( 11,56%),

6) Kabupaten Batanghari 5.804,83 Km2 ( 10,86%),

7) Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 Km2 ( 9,82%),

8) Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 Km2 (10,56%),

9) Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 Km2 ( 10,19%),

10) Kota Jambi 205,38 Km2 (0,38%).

11) Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 ( 0,73%).

Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi

ketinggian yaitu (Bappeda, 2010):

1) Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai

tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian

Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten

Sarolangun dan Kabupaten Merangin;

2) Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah

tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta

sebagian Kabupaten Batanghari; dan

3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah

pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta

sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan

Kabupaten Merangin.

Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera memiliki topografi wilayah yang

bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 m

dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan

kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera

Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Tabel 2.1

Klasifikasi Ketinggian di Provinsi Jambi

Topografi/ Ketinggian

(m/dpl)

Luas Wilayah/

Kabupaten Ha %

1 2 3 4

Dataran Rendah (0 – 100 )

3.431.165 67

Kota Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Merangin, Batang Hari

Dataran sedang (100 – 500)

903.180 17

Sebagian Sarolangun, Tebo, sebagian Batang Hari, Kota Sungai Penuh, Merangin, sebagian Tanjung Jabung Barat,

Dataran Tinggi (> 500)

765.655 16

Kerinci, Kota Sungai Penuh, sebagian Merangin, sebagian Sarolangun dan sebagian Bungo

Jumlah 5.100.000 100

Sumber : Bappeda dan BPS Prov. Jambi, 2010

Pada dataran rendah didominasi oleh tanah-tanah yang penuh air dan

rentan terhadap banjir pasang surut serta banyaknya sungai besar dan kecil

yang melewati wilayah ini. Wilayah ini didominasi jenis tanah gley humus rendah

dan orgosol yang bergambut. Daya dukung lahan terhadap pengembangan

wilayah sangat rendah sehingga membutuhkan input teknologi dalam

pengembangannya. Dibagian tengah didominasi jenis tanah podsolik merang

kuning yang kesuburannya relatif rendah. Daya dukung lahan cukup baik

terutama pada lahan kering dan sangat potensial untuk pengembangan tanaman

keras dan perkebunan. Pada bagian barat didominasi dataran tinggi lahan kering

yang berbukit-bukit. Wilayah ini didominasi oleh jenis tanah latosol dan andosol.

Pada bagian tengah Kabupaten Kerinci banyak di temui jenis tanah alluvial yang

subur yang dimanfaatkan sebagai lahan persawahan irigasi yang cukup luas.

Beberapa jenis tanah yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah di Provinsi Jambi

No. Jenis Tanah Jumlah %

1 2 3 4

1 Podzolik Merah Kuning 2,036,386 39.93

2 Latosol 952,386 18.67

3 Gley Humus Rendah 547,830 10.74

4 Andosol 354,406 6.95

5 Organosol 308,338 6.05

6 Podzolik Coklat + Andosol + Podzolik 275,652 5.40

7 Podzolik Merah Kuning 236,343 4.63

8 Alluvial 199,553 3.91

9 Hidomorfik Kelabu 83,743 1.64

10 Latosol Andosol 60,032 1.18

11 Rawa Laut 42,951 0.84

12 Komplek Latosol + Litosol 2,380 0.05

Jumlah .............................. 5,100,000 100.00 Sumber : RTRW Provinsi Jambi, 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis tanah yang dominan di

Provinsi Jambi adalah Podzolik Merah Kuning dengan luas 2.036.386 hektar

atau 39,93% dari luas wilayah sedangkan jenis tanah yang terendah adalah

komplek latosol dan litosol yaitu 2.380 hektar atau 0,05%.

Dilihat dari pola aliran sungai, dimana di daerah hulu pola aliran sungainya

berbentuk radial terutama di Kabupaten Sarolangun, Merangin dan Kabupaten

Kerinci, sedangkan di daerah pesisir berbentuk paralel. Sungai-sungai di Provinsi

Jambi terutama Sungai Batanghari sangat berpengaruh pada musim hujan dan

kemarau. Pada musim hujan kecenderungan air sungai menjadi banjir,

sebaliknya pada musim kemarau kecenderungan air sungai menjadi dangkal dan

fluktuasinya dapat mencapai 7 (tujuh) meter. Dari kondisi ini sangat berpengaruh

pula pada permukiman penduduk yang tinggal di sepanjang WS Batang Hari baik

sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat usaha tani.

Berdasarkan kondisi topografi, kelerengan dan kondisi hidrologi, dapat

disimpulkan berbagai karakter lahan di Provinsi Jambi sebagai berikut :

a) Pertanian lahan basah (LB), luasnya 684,060 hektar atau 13,41 % dari total

luas Provinsi Jambi, dengan kemiringan 0-3 % dan ketinggian 0-10 m dpl.

Terdapat di wilayah timur bagian utara sepanjang pesisir pantai dan bagian

wilayah tengah yang merupakan WS Batanghari dan sub WS nya.

b) Pertanian lahan kering dataran rendah sampai sedang (LKDR) luasnya

2.747.105 hektar atau 53,87 % dari luas total Provinsi Jambi dengan

kemiringan 3-12 % dan ketinggian 10-100 m dpl. Terdapat di wilayah timur

bagian selatan (Tanjung Jabung Timur), sebagian besar wilayah tengah

kecuali WS (Kota Jambi, Batanghari, Bungo, Tebo bagian tengah dan

selatan) dan wilayah barat (Sarolangun, Merangin bagian selatan dan Kerinci

bagian tengah).

c) Pertanian lahan kering dataran tinggi (LKDT) luasnya 903.180 hektar atau

17,71 % dari total luas Provinsi Jambi dengan kemiringan 12-40 % dan

ketinggian 100-500 m dpl. Umumnya terdapat di wilayah barat (seluruh

Kerinci kecuali bagian tengah, Sarolangun-Merangin bagian utara dan barat

serta Bungo, Tebo bagian barat dan utara). Sedangkan sisanya 15,02 %

merupakan dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500 m dpl merupakan

daerah pegunungan dari rangkaian pegunungan bukit barisan yang

membujur di sebelah barat wilayah Provinsi Jambi.

Berdasarkan karakter komplek ekologinya, perkembangan kawasan

budidaya khususnya untuk pertanian terbagi atas tiga daerah yaitu kelompok

ekologi hulu, tengah dan hilir. Masing-masing memiliki karakter khusus, dimana

pada komplek ekologi hulu merupakan daerah yang terdapat kawasan lindung,

ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan ragam kegiatan yang

sangat bervariasi dan komplek ekologi hilir merupakan kawasan budidaya

dengan penerapan teknologi tata air untuk perikanan budidaya dan perikanan

tangkap.

Tabel 2.3 Karakter Lahan Pertanian di Provinsi Jambi

Uraian Karakter lahan pertanian

LB LKDR LKDT 1 2 3 4

Proporsi luas Lahan

18,41 % 53,87 % 17,71 %

Kemiringan 0-3 % 3-12 % 12-40 %

Topografi 0-10 m dpl 10-100 m dpl 100-500 m dpl

Penggunaan lahan eksisting

- Hutan rawa - Hutan bakau, nipah - Semak belukar - Sawah tanda hujan - Sawah pasang surut - Sawah irigasi - Kebun kelapa - Permukiman - Hutan lindung

- Hutan primer - Ladang berpindah - karet rakyat - Hultikultura - Sawah irigasi - kelapa sawit - Permukiman - Hutan lindung

- Hutan primer - Ladang berpindah - kayu manis - Hultikultura - Sawah irigasi - Semak belukar - Permukiman - Hutan lindung

Upaya pemanfaatan lahan

Input teknologi menengah tinggi

Ketersediaan unsur hara Keterbatasan lahan karena hutan lindung

Komoditi potensial

- Sawah pasang susut - Sawah tandah hujan - Sawah irigasi - Palawija, hultikultura - Kebun kelapa, kopi kakao - Perikanan laut & tambak

- Sawah irigasi - Palawija - Hultikulture - Peternakan - Perkebunan sawit - Karet, kopi, kakao - Perikanan kolam &

tambak

- Casiavera - Sawah irigasi - Holtikultura - Kopi - Perikanan kolam

Cakupan wilayah

- Tanjung Jabung Barat dan Timur

- WS Batanghari

- Tanjab Timur - Kota Jambi - Batanghari - Bungo, Tebo tengah &

selatan - Sarolangun

- Kerinci kecuali bagian tengah

- Bungo, Tebo Barat dan Utara

- Sarolangun utara dan barat

Keterangan : LB : Lahan Basah LKDR : Lahan Kering Dataran Rendah

LKDT : Lahan Kering Dataran Tinggi

Adapun Penggunaan lahan di Provinsi Jambi secara umum terdiri dari : 1)

Lahan Permukiman tercatat 43.631 Ha; 2) Sawah Tadah Hujan tercatat 136.662

Ha; 3) Tegalan/Ladang tercatat 117.516 Ha; 3) Kebun Campuran tercatat

112.787 Ha; 4) Kebun Karet tercatat 1.284.003 Ha; 5) Kebun Sawit tercatat

936.565 Ha; 6) Kebun Kulit Manis tercatat 93.609 Ha; 7) Kebun teh tercatat

4.691 Ha; 8) Semak dan alang-alang tercatat 87.177 Ha; 9) Hutan Lebat tercatat

1.634.492 Ha; 10) Hutan Belukar tercatat 413.406 Ha; 11) Hutan Sejenis tercatat

187.704 Ha; 12) Lain-lain tercatat 47.757 Ha

2.2. Aspek Demografi

Menurut BPS (2010), luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk

Provinsi Jambi tahun 2010 berjumlah 3.092.265 jiwa dan tahun 2012 naik menadi

3.242.814 jiwa, tahun 2013 naik lagi menjadi 3.306.158 jiwa atau tumbuh sebesar 3,4

persen pertahun periode 2010-2013, dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 61,65

jiwa/km2 kecuali Kota Jambi sebesar 2.588,99 jiwa/km2 dan Kota Sungai Penuh

sebesar 210,20 jiwa/km2. Tingkat persebaran penduduk pada tahun 2010 ini masih

terpusat di Kota Jambi yaitu 17,13 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota lainnya seperti

Muaro Jambi ditempati oleh sekitar 11,06 persen penduduk, Merangin ditempati oleh

10,88 persen penduduk dan Kab/Kota lainnya ditempati oleh kurang dari 10 persen

penduduk Jambi.

Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 rata-rata sebesar 57,8

jiwa/km2 persegi meningkat menjadi 61,65 jiwa/km2 tahun 2012. Daerah yang tertinggi

tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Jambi sebesar 2.581,06 jiwa/km2 persegi

tahun 2010 meningkat menjadi 2.588,99 jiwa/km2 tahun 2012 dan Kota Sungai Penuh

sebesar 199 jiwa/km2 tahun 2010 meningkat menjadi 210,20 jiwa/km2 tahun 2012.

Sedangkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi selama periode 2005-2010 rata-rata

mencapai 3,05% pertahun, dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 yaitu

8,98%, dimana daerah Kabupaten Tebo mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi

yaitu 15,85%, kemudian disusul Merangin 15,08%, sedangkan Tanjung Jabung Timur

dan Kerinci mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,31% dan 1,85%,

sedangkan selebihnya semua kabupaten/kota mengalami pertumbuhan penduduk yang

positif.

Sebagaimana karakter ibu kota Provinsi pada umumnya yaitu sebagai pusat

pemerintahan, industry dan perdagangan, maka Kota Jambi juga merupakan daerah

tujuan arus migrasi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepadatan yang terus meningkat

dari 2.581,06 jiwa/km2 persegi tahun 2010 meningkat menjadi 2.588,99 jiwa/km2 tahun

2012. Pertumbuhan penduduk Kota Jambi kedepan diperkirakan juga akan terus

meningkat, karena faktor penariknya jauh lebih besar dibanding faktor lainnya. Dilihat

dari posisi kewilayahan barat dan timur, maka presentase distribusi penduduk di kedua

wilayah tersebut terlihat relative seimbang, yaitu 52% untuk wilayah timur (Batanghari,

Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi), dan 48%

untuk wilayah barat (Kerinci, Sungai Penuh, Merangin, Sarolangun, Bungo dan Tebo).

Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

Kab/ Kota

Luas Daerah (Km

2)

Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 2008 2009 2010 2011 2012

1. Kerinci 3.355 310.093 233.719 229.495 235.251 235.797 68,40

2. Merangin 7.679 286.578 292.013 333.206 333.206 350.062 43,39

3. Sarolangun 6.184 214.036 218.228 246.245 252.421 259.963 39,82

4. Batang Hari 5.804 219.181 222.841 241.334 247.386 252.731 41,58

5. Muaro Jambi 5.326 310.676 314.598 342.952 351.553 363.994 64,39

6. Tanjab Timur 5.445 211.789 213.781 205.272 210.420 211.057 37,70

7. Tanjab Barat 4.649 250.746 255.952 278.741 285.731 293.594 59,95

8. Tebo 6.461 253.373 257.267 297.735 305.202 313.420 46,08

9. Bungo 4.659 264.389 271.625 303.135 310.737 320.300 65,06

10. Kota Jambi 205 467.408 476.038 531.857 545.193 557.321 2.588,99

11. Sungai Penuh 391 78.102 82.293 84.357 84.575 210,20

JUMLAH 50.160 2.788.269

2.834.164

3.092.265 3.161.457 3.242.814 61,65

Sumber: Jambi Dalam Angka, Tahun 2013

Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari

masyarakat asli Jambi, yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas di Provinsi Jambi.

Selain itu juga ada Suku Kerinci di daerah Kerinci dan sekitarnya yang berbahasa dan

berbudaya mirip Minangkabau. Secara sejarah dan budaya Kerinci sebagian

merupakan bagian dari varian Rumpun Minangkabau. Disamping suku-suku yang

disebutkan diatas, juga ada suku-suku asli pedalaman yang masih primitif yakni Suku

Kubu dan Suku Anak Dalam. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama

Islam, yaitu sebesar 90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Katolik,

Kristen, Budha, Hindu dan Konghuchu.

Jika dilihat dari penduduk usia kerja menurut golongan umur pada tahun 2013,

maka usia 30-34 tahun yang terbanyak yaitu sebesar 14,29 persen kemudian usia 15-

19 tahun sebesar 14,04 persen. Artinya dari struktur umur, maka Provinsi Jambi sudah

memasuki bonus demografi, sehingga tenaga kerja yang tersedia sangat berlimpah

dengan kualifikasi pendidikan yang beragam.

Tabel 2.5 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Jambi Tahun 2008-2013

GOLONGAN UMUR

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

15-19 276.083 294.679 321.501 291.291 321.748 325.478

20-24 266.450 260.549 278.078 279.721 262.465 273.813

25-29 267.789 266.752 337.336 316.412 298.215 300.462

30-34 232.783 245.145 302.438 285.781 317.821 331.406

35-39 225.340 225.391 269.302 249.515 247.730 243.419

40-44 174.887 184.075 215.981 206.244 218.471 234.476

45-49 157.211 157.288 182.884 170.820 173.004 173.974

50-54 120.657 126.956 149.885 140.479 145.605 152.861

55-59 75.272 77.814 99.122 98.098 96.947 90.898

60-64 58.289 59.785 68.751 58.804 63.734 73.817

65+ 102.649 103.923 124.464 112.338 114.948 117.881

JUMLAH 1.957.410 2.002.357 2.349.742 2.209.503 2.260.688 2.318.485

Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2013 terbanyak terdapat

di Kota Jambi sebesar 409.137 jiwa atau 17,65 persen kemudian Kabupaten Muaro Jambi

sebanyak 266.488 jiwa atau sebesar 11,49 persen, dan Kabupaten Merangin sebanyak

245.296 jiwa atau 10,58 persen dari total angkatan kerja di Provinsi Jambi pada tahun 20009.

Tabel .2.6 Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi Tahun 2008-2013

KABUPATEN/KOTA TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Kab. Kerinci

232.184

235.040

179.924

173.884

175.834

171.290

2. Kab. Merangin

195.717

201.034

251.824

235.325

240.581

245.296

3. Kab. Sarolangun

141.290

145.191

181.607

168.329

174.664

181.493

4. Kab. Batang Hari

150.317

153.948

181.819

170.074

175.323

177.018

5. Kab. Muaro Jambi

212.563

216.303

261.112

249.758

252.663

266.488

6.Kab. Tanjung

Jabung Timur

151.394

153.928

156.461

148.089

153.192

151.306

7.Kab. Tanjung Jabung Barat

170.034

174.547

209.539

195.733

199.525

206.827

8.Kab. Tebo

176.949

180.673

224.682

207.891

215.770

221.432

9.Kab. Bungo

172.503

178.405

227.302

212.886

217.452

226.638

10.Kota Jambi

354.459

363.288

411.744

388.059

395.078

409.137

11.Kota Sungai Penuh - -

63.728

59.475

60.606 NA

Lainnya*)

61.560

JUMLAH 1.957.410 2.002.357 2.349.742 2.209.503 2.260.688 2.318.485

Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Keterangan:

*) Daerah dengan responden rate tidak memenuhi syarat untuk dilakukan estimasi

Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat penduduk yang bekerja berdasarkan

lapangan usaha dari tahun 2008-2013, sektor yang terbesar menyerap tenaga kerja

adalah sektor pertanian sebanyak 723,973 orang atau 52,37 persen, kemudian sektor

perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi 231,451 orang atau sebesar 16,74

persen, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan sebanyak 211,866 orang

atau 15,32 persen.

Tabel 2.7 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Jambi Tahun 2008-2013

LAPANGAN USAHA

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 706,903 695,869 810,866 770,848 783,501 723,973

2. Pertambangan dan Penggalian

12,835 21,024 24,769 21,517 27,836 26,433

3. Industri 46,426 41,675 50,017 48,786 47,303 52,552

4. Listrik, Gas dan Air Minum

3,315 1,745 1,940 4,525 2,832 1,498

5. Konstruksi 45,581 50,079 58,278 63,098 62,169 59,996

6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

190,976 201,376 230,126 231,221 229,932 231,451

7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

60,999 63,463 55,955 57,533 44,797 52,402

8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa

8,093 11,891 13,455 22,822 22,627 22,300

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

149,355 173,470 216,999 214,648 202,627 211,866

JUMLAH 1,224,483 1,260,592 1,462,405 1,434,998 1,423,624 1,382,471

Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Selanjutnya jika dilihat dari penduduk yang bekerja menurut golongan umur,

maka golongan umur yang paling banyak bekerja adalah usia 30-34 tahun sebesar 229.116

orang atau 16,57 persen, kemudian golongan umur 25-29 tahun sebanyak 198.822 orang

atau 14,38 persen. Untuk kelompok umur 35-39 tahun sebesar 179.170 orang atau 12,96

persen dan kelompok umur 40-44 tahun sebanyak 179.351 tahun atau 12,97 persen,

sehingga secara total kelompok umur 25-44 tahun menyerap pekerja sebanyak 56,88

persen.

Tabel 2.8 Penduduk yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Jambi Tahun 2008-2013

GOLONGAN UMUR

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013

15-19 68,419 69,728 72,953 69,084 68,946 54,061

20-24 149,675 146,963 154,410 170,828 149,125 144,204

25-29 180,671 179,932 228,017 222,523 208,565 198,822

30-34 167,685 179,735 214,806 209,481 231,807 229,116

35-39 174,867 174,636 207,642 199,020 185,448 179,170

40-44 136,543 146,640 166,037 167,973 175,556 179,351

45-49 127,035 128,685 144,538 133,665 141,685 134,307

50-54 91,702 97,277 117,119 107,971 115,208 114,877

55-59 53,911 55,934 70,228 71,361 65,447 61,180

60-64 35,015 38,356 41,051 38,544 40,656 44,604

65+ 38,960 42,706 45,604 44,548 41,181 42,779

JUMLAH 1,224,483 1,260,592 1,462,405 1,434,998 1,423,624 1,382,471

Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Tingkat kesejahteraan penduduk yang tercermin melalui Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) tercatat sebesar 71,2 (data BPS 2010), sedangkan angka

pengangguran Provinsi Jambi sebesar 92.772 atau setara dengan 7,8% penduduk

Provinsi Jambi (data SAKERNAS bulan Februari). Jika dilihat dari perkembangan

penduduk miskin cenderung terus menurun, seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.1. Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Jambi 2005-2013

Dari grafik diatas, dapat dilihat jumlah penduduk miskin secara persentase terus

menurun dari 11,88 persen tahun 2005 menurun menjadi 8,07 persen pada bulan

Oktober Tahun 2013. Penurunan persentase kemiskinan tersebut cukup signifikan yaitu

11,8811,37

10,279,32

8,778,34 8,65 8,42 8,07

0

2

4

6

8

10

12

14

0

50

100

150

200

250

300

350

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

jumlah penduduk miskin

dari sekitar 300.000 jiwa miskin menurun menjadi sekitar 205.000 jiwa pada tahun 2013

atau menurun sekitar 100.000 jiwa penduduk miskin.

Namun jika dibandingkan dengan gini rasio, maka trendnya berbeda. Jika pada

tingkat kemiskinan persentasenya menurun selama kurun waktu 2005-2013, tetapi

pada ketimpangan pendapatan antar golongan yang digambarkan oleh gini rasio

cenderung meningkat yaitu dari 0,280 tahun 2008 meningkat menjadi 0,345 tahun

2012, seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.2. Perkembangan Gini Ratio Provinsi Jambi Tahun 2008-2012

Trend Gini ratio yang terus meningkat dari 2008-2012, perlu disikapi dengan program

pemerataan pendapatan oleh pemerintah daerah dalam bentuk keberpihakan kepada

masyarakat berpendapatan rendah seperti petani dan buruh dengan membuat program

yang merakyat.

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak kebijaksanaan

pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor

ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi

0,280

0,269

0,304

0,3400,345

0,250

0,260

0,270

0,280

0,290

0,300

0,310

0,320

0,330

0,340

0,350

2008 2009 2010 2011 2012

Gin

i Rat

io J

amb

i

yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan

pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah

pembangunannya dimasa yang akan datang.

Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memberikan

kesempatan peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi yang berarti

memberikan kesempatan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun peningkatan

kegiatan ekonomi tidak akan dapat berjalan apabila stabilitas ekonomi tidak

tercipta. Di samping itu, stabilitas ekonomi juga melindungi agar peningkatan

pendapatan masyarakat tidak tergerus oleh kenaikan harga. Hal ini berarti bahwa

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi merupakan kunci utama peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota dan Provinsi Jambi yang digambarkan

oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (tahun 2000). Pada tahun 2012

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 7,334% sedangkan pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota lain yaitu Kabupaten Kerinci untuk tahun 2012 pertumbuhan

ekonominya sebesar 6,501%. Kabupaten Merangin sebesar 6,475%, Kabupaten

Sarolangun sebesar 7,818%, Kabupaten Batanghari sebesar 7,108%, Kabupaten

Muaro Jambi sebesar 7,546%, Kabupaten Tanjab Timur sebesar 7,441%, Kabupaten

Tanjab Barat sebesar 7,680%, Kabupaten Tebo yang paling rendah yaitu sebesar

6,521%, Kabupaten Bungo sebesar 7,511%, Kota Jambi sebesar 7,053% dan Kota

Sungai Penuh yang paling tinggi yaitu sebesar 10,645%. Angka pertumbuhan ekonomi

tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011, dan juga

masih lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional sebesar

6,1%. Secara keseluruhan kondisi makro ekonomi Provinsi Jambi tahun 2011 cukup

baik, salah satu indikatornya terlihat dengan cukup stabilnya harga komoditas sehingga

laju inflasi turun dari 10,52% tahun 2010 menjadi 2,76% tahun 2011. Dari pola distribusi

PDRB, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar yaitu rata-rata

sebesar 64,50% pada periode tahun 2008-2012. Demikian juga pengeluaran

pemerintah rata-rata sebesar 16,60% pada periode yang sama.

Tabel 2.9 PDRB Kabupaten/Kota Se- Provinsi Jambi

dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012

Kabupaten/ Kota PDRB ADHB (Juta Rp) PDRB ADHK (Juta Rp)

Laju Pert. Ekonomi

(%)

2011 2012 2011 2012 2012

1. Kerinci 3.084.103 4.030.535 1.185.864 1.263.015 6,506

2. Merangin 3.249.320 4.517.209 1.266.790 1.348.811 6,475

3. Sarolangun 4.667.127 5.380.165 1.339.988 1.444.748 7,818

4. Batang hari 4.701.833 5.335.196 1.286.562 1.378.015 7,108

5. Muaro Jambi 4.824.426 5.503.893 1.331.270 1.431.725 7,546

6. Tanjab Timur 10.392.480 11.957.237 2.566.987 2.758.000 7,441

7. Tanjab Barat 7.848.491 8.995.856 2.450.202 2.638.387 7,680

8. Tebo 3.094.773 3.533.632 971.421 1.034.766 6,521

9. Bungo 4.755.294 5.446.199 1.388.316 1.492.587 7,511

10. Kota Jambi 10.566.477 12.360.519 3.668.601 3.927.353 7,053

11. Kota S.Penuh 1.737.794 1997.070 566.723 627.052 10,645

Provinsi Jambi 58.922.118 69.057.511 18.022.724 19.344.459 7,334

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013 (Data diolah)

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan persektor lapangan usaha, maka sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor yang paling tinggi

pertumbuhannya pada tahun 2012 yaitu sebesar 11,65%, kemudian sektor listrik, gas

dan air bersih sebesar 10,04%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar

10,03%. Sedangkan sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor jasa-

jasa hanya sebesar 4,48%, kemudian sektor industri pengolahan sebesar 5,32% dan

sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,36%. Tahun 2012 terjadi lonjakan

kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor tersier yang cukup tinggi (perdagangan, hotel,

dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa). Sebagai daerah yang memiliki potensi

primary resources yang cukup besar, maka keunggulan ini juga berpotensi dalam

peningkatan nilai tambah melalui industri pengolahan, industri kerajinan dan industri

menengah serta dengan mengembangkan industri kreatif.

Tabel 2.10 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga KonstanTahun 2008-2013

LAPANGAN USAHA

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013 GR.(%)

Pertanian 4.961.196 5.003.441 5.262.856 5.580.225 6.004.284 6.449.193 5,386

Pertambangan 1.851.478 1.875.312 2.146.442 2.644.186 2.713.435 2.755.755 8,279

Industri 2.058.252 2.137.363 2.233.275 2.347.523 2.532.924 2.677.094 5,398

LGA 117.731 128.646 145.524 162.266 172.609 188.614 9,885

Bangunan 721.482 782.475 835.368 888.073 1.031.629 1.245.510 11,538

Perdagangan 2.562.858 2.764.830 3.046.733 3.340.709 3.673.985 4.123.669 9,980

Angkutan 1.198.513 1.268.175 1.320.270 1.373.393 1.473.275 1.598.822 5,933

Keuangan 754.771 889.519 997.305 1.087.897 1.172.817 1.265.251 10,885

Jasa 1.341.489 1.425.146 1.482.880 1.539.245 1.598.574 1.675.370 4,545

PDRB HK 15.567.770 16.274.907 17.470.653 18.963.517 20.373.532 21.979.277 7,141

PDRB tp Migas 13.716.456 14.675.262 15.677.408 16.765.026 18.222.059 19.223.522 6,984

Jlh Pddk 2.788.269 2.834.164 3.092.265 3.169.814 3.242.814 3.306.158 3,466

PDRB/KAP 5,58331 5,74240 5,64979 5,98253 6,28267 6,64798 3,552 PDRB/KAP TP MIGAS 4,91934 5,17799 5,06988 5,28896 5,61921 5,81446 3,400

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013 (Data diolah)

Ket: GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jambi pertahun dan per sektor selama periode 2008-2013

Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun dan Per Sektor PDRB Provinsi Jambi

Tahun 2008-2013 Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (%)

LAPANGAN USAHA

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012 2013 GR.(%)

Pertanian 5,6 0,85 5,18 6,03 7,60 7,41 5,39

Pertambangan 14,7 1,29 14,46 23,19 2,62 1,56 8,28

Industri 6,05 3,84 4,49 5,12 7,90 5,69 5,40

LGA 7,24 9,27 13,12 11,50 6,37 9,27 9,88

Bangunan 10,28 8,45 6,76 6,31 16,16 20,73 11,54

Perdagangan 3,56 7,88 10,20 9,65 9,98 12,24 9,98

Angkutan 3,91 5,81 4,11 4,02 7,27 8,52 5,93

Keuangan 23,88 17,85 12,12 9,08 7,81 7,88 10,88

Jasa 4,99 6,24 4,05 3,80 3,85 4,80 4,55

Pert. (%) 7,16 4,54 7,35 8,54 7,44 7,88 7,14 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Berdasarkan penjelasan dari tabel diatas, maka dalam upaya mendorong

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang lebih tinggi dan berlanjut harus digarap

sektor-sektor primer yang menjadi andalan dan sektor basis selama untuk diolah

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai tambah yang lebih

tinggi, terutama pada produk-produk pertanian dan sub sektor perkebunan dan

perikanan.

2.1.3. Struktur Ekonomi

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dalam jangka

menengah dan panjang adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan

perubahan struktur (structure transformation) ekonomi dan sosial masyarakat.

Perubahan struktur ekonomi menunjukkan pergeseran peranan masing-masing

sektor dalam pembentukan produk domestik regional bruto suatu daerah. Sejalan

dengan meningkatnya pendapatan per kapita di masyarakat, maka secara umum terjadi

pergeseran dalam struktur produksi barang dan jasa, di mana peranan sektor primer

dari tahun ketahun terus menurun, sementara peranan sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terus mengalami peningkatan. Akan tetapi,

dalam konteks perekonomian regional gejala umum sebagaimana telah dikemukan,

kemungkinan hanya terjadi pada daerah-daerah yang tidak berspesialisasi dalam

produksi sektor pertanian.

Jika dilihat dari PDRB Provinsi Jambi berdasarkan harga berlaku tahun 2008-

2012, maka sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 21,98%,

kemudian sektor keuangan dan persewaan 20,02%, sektor listrik, gas dan air bersih

19,39% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,35%. Sedangkan sektor yang

paling rendah pertumbuhannya adalah sektor pertambangan dan penggalian 4,65%,

sektor jasa-jasa 12,55% dan sektor industri pengolahan 14,76%.

Tabel 2.12 PDRB Provinsi Jambi Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 GR (%)

1. Pertanian 9.791.985 12.113.078 15.814.677 18.583.306 21.675.418 21,98

2. Pertambangan & Penggalian 10.525.760 8.076.599 9.817.272 12.067.110 12.626.675 4,65

3. Industri Pengolahan 4.568.278 5.258.205 5.981.287 6.747.658 7.923.521 14,76

4. Listrik, Gas & Air Bersih 329.359 368.043 487.976 587.747 669.265 19,39

5. Bangunan 1.771.855 2.146.260 2.446.569 2.708.468 3.492.642 18,49

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.647.973 6.428.163 7.827.668 9.476.118 11.459.738 19,35

7. Pengangkutan & Komunikasi 2.604.262 3.040.655 3.518.812 4.024.682 4.621.533 15,42

8. Keu, Persewaan & Jasa Persh 1.805.766 2.283.433 2.783.618 3.259.985 3.748.432 20,03

9. Jasa-Jasa 4.011.246 4.410.571 5.138.814 5.900.240 6.436.940 12,55

PDRB HARGA BERLAKU 41.056.484 44.125.007 53.816.693 63.355.314 72.654.164 15,34

PDRB TANPA MIGAS 31.271.224 36.755.123 45.061.561 52.696.521 61.837.872 18,58

JLH PENDUDUK TENGAH THN 2.788.269 2.834.164 3.092.265 3.169.814 3.242.814 3,85

PDRB PERKAPITA (Rp) 14.724.721 15.568.967 17.403.648 19.987.076 22.404.666 11,06

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2013 (Data diolah) Ket: GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Perubahan struktur ekonomi pada hakekatnya muncul sebagai konsekuensi logis

dari adanya perbedaan laju pertumbuhan antara sektor produksi dan komponen

permintaan agregat. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita di

masyarakat, maka secara umum terjadi pergeseran dalam struktur produksi barang dan

jasa, di mana peranan sektor primer dari tahun ketahun terus menurun, sementara

peranan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terus

mengalami peningkatan. Kelompok sektor utama ini masing-masing memiliki tingkat

produktivitas, laju pertumbuhan produksi, dan laju pertumbuhan proporsi terhadap

PDRB yang berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi, dalam konteks perekonomian

regional gejala umum sebagaimana telah dikemukan, kemungkinan hanya terjadi pada

daerah-daerah yang tidak berspesialisasi dalam produksi sektor pertanian.

Tabel 2.13 Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 (%)

Lapangan Usaha

2008

2009

2010

2011

2012

Rerata (%)

1. Pertanian 23,85 27,45 29,39 26,72 29,83 27,45

2. Pertambangan & Penggalian 25,64 18,30 18,24 21,33 17,38 20,18

3. Industri Pengolahan 11,13 11,92 11,11 10,42 10,91 11,10

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,80 0,83 0,91 0,84 0,92 0,86

5. Bangunan 4,32 4,86 4,55 4,84 4,81 4,67

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13,76 14,57 14,55 16,28 15,77 14,98

7. Pengangkutan & Komunikasi 6,34 6,89 6,54 6,37 6,36 6,50

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh 4,40 5,17 5,17 3,68 5,16 4,72

9. Jasa-Jasa 9,77 10,00 9,55 9,52 8,86 9,54

PDRB Harga Berlaku 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data diolah (2013)

Struktur perekonomian Jambi pada tahun 2008-2012 didominasi oleh sektor

primer yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian rata-rata sebesar

47,63%. Sektor pertanian kontribusinya terus mengalami peningkatan dari 23,85%

tahun 2008 meningkat menjadi 29,83% tahun 2012. Sedangkan kontribusi sektor

pertambangan dan relatif berpluktuasi namun cenderung menurun yaitu dari 25,64%

tahun 2008 menjadi 17,38% tahun 2012. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan

restoran juga meningkat dari 13,76% tahun 2008 meningkat menjadi 15,77% tahun

2012. Namun kontribusi sektor industri pengolahan terus menurun dari 11,13% tahun

2008 menurun menjadi 10,91% tahun 2012. Hal ini menunjukkan pengembangan sektor

industri di Provinsi Jambi tidak mengalami kemajuan atau stagnan bahkan ada indikasi

terjadi penurunan yang ditunjukkan oleh indikator struktur ekonomi tersebut.

Gambar 4.3. Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2008-2012 (%)

Dibeberapa negara atau bahkan daerah dominasi sektor pertanian cenderung

menurun, digeser oleh sektor industri. Sesuai dengan teori perubahan struktur ekonomi,

Pertanian27,45

Pertambangan & Penggalian

20,18Industri

Pengolahan11,10

Listrik, Gas & Air Bersih

0,86

Bangunan4,67

Perdagangan, Hotel & Restoran

14,98

Pengangkutan & Komunikasi

6,50

Keuangan, Persewaan & Jasa

Persh4,72

Jasa-Jasa9,54

namun di Provinsi Jambi hal ini berbeda konstribusi sektor pertanian terhadap

pembentukan PDRB pada tahun 2008 sebesar 23,85% terus meningkat menjadi

29,83% tahun 2012, sehingga secara rata-rata sektor pertanian selama tahun 2008-

2012 menyumbang sebesar 27,45%. Namun kontribusi sektor industri menurun dari

11,13% tahun 2008 menurun menjadi 10,91%. Sebagian besar peran industri

pengolahan ini mulai diambil alih oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang

meningkat cukup tajam pada periode tersebut.

Peran industri kecil dalam perekonomian daerah Jambi sangat penting karena

mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja sehingga dapat mewujudkan

pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan. Sementara itu

industry kecil kenyataannya adalah sangat heterogen karena meliputi berbagai kegiatan

sektor ekonomi, seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri pengolahan,

angkutan, dan perdagangan serta jasa.

BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA

3.1. PERKIRAAN PENDUDUK USIA KERJA

1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Bila dilihat data perkiraan penduduk usia kerja menurut golongan untuk Provinsi

Jambi, maka sampai tahun 2019 Provinsi Jambi masih menikmati bonus demografi,

yang ditunjukkan oleh penduduk usia kerja yang jumlahnya mencapai lebih dari 65

persen. Momentum bonus demografi ini dapat dijaga denan menurunkan fertilitas

sampai angka ideal yaitu TFR 1,91. Pengalaman 10 tahun terakhir menunjukkan,

bahwa menurunkan TFR bukan hal yang mudah. Penurunan fertilitas dapat dilakukan

melalui penguatan program keluarga berencana, peningkatan angka partisipasi

pendidikan perempuan serta peningkatan kesehatan reproduksi. Program keluarga

berencanna tidak saja penting untuk menjaga momentum demografi, tetapi juga untuk

pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan status kesehatan perempuan.

Pada tabel 3.1. dapat dilihat perkiraan jumlah penduduk usia kerja berdasarkan

golongan umur di Provinsi Jambi tahun 2015-2019. Dari tabel tersebut menunjukkan

penduduk usia 15-19 tahun mencapai 313.300 orang atau 11,77 persen dari total

penduduk usia kerja dengan tingkat pertumbuhan pertahun diperkirakan mencapai 0,99

persen pertahun selama 2015-2019.

Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 (dalam ribu)

Golongan Umur 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

15-19 301,20 303,90 307,10 310,10 313,30 0,990

20-24 302,00 301,70 301,70 302,00 303,20 0,099

25-29 301,20 304,30 306,80 308,30 308,80 0,625

30-34 294,20 296,30 298,30 300,80 303,90 0,814

35-39 282,60 287,20 291,30 294,30 296,80 1,233

40-44 244,20 253,10 261,80 270,10 277,10 3,210

45-49 202,40 210,20 218,30 226,60 234,90 3,793

50-54 166,00 172,10 178,40 184,90 191,80 3,678

55-59 128,70 135,60 141,90 148,00 154,00 4,589

60+ 220,00 232,90 247,20 262,30 278,30 6,053

Jumlah 2.442,50 2.497,30 2.552,80 2.607,40 2.662,10 2,176 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Jumlah penduduk usia kerja untuk semua kelompok umur diperkirakan

mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,176 persen pertahun selama periode

2015- 2019. Besarnya jumlah penduduk usia kerja berdampak pada rendahnya tingkat

ketergantungan (Independency ratio) yang diperkirakan sebesar 48,0 untuk tahun

2015 dan 45,0 untuk tahun 2019.

2. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Perkiraan penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan di Provinsi Jambi

untuk tahun 2015-2019 masih didominasi oleh tingkat pendiidkan SD pada tahun

2019 dengan jumlah sebesar 1.027.010 orang atau sebesar 38,58 persen dari total

penduduk usia kerja, namun pertumbuhan hanya sebesar 0,083 persen pertahun

atau dapat dikatakan stagnan tetapi belum menurun. Selanjunya pertumbuhan

penduduk usia kerja untuk SLTP relatif masih tinggi yaitu sebesar 2,709 persen dan

setingkat SLTA sebesar 3,527 persen pertahun.

Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Tingkat

Pendidikan 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%) Maksimum SD 1.023,61 1.025,24 1.026,58 1.027,06 1.027,01 0,083

SLTP 598,75 615,58 632,51 649,36 666,31 2,709

SMTA Umum 450,67 467,03 483,69 500,53 517,69 3,527 SMTA Kejuruan 157,9 163,63 169,47 175,36 181,38 3,527

Diploma I/II/III 65,74 67,84 69,97 72,1 74,26 3,094

Universitas 145,83 157,99 170,59 182,99 195,46 7,598

Jumlah 2.442,50 2.497,30 2.552,80 2.607,40 2.662,10 2,176 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Jumlah penduduk usia kerja dengan tingkat pendidikan universitas diperkirakan tumbuh

rata-rata sebesar 7,598 persen pertahun selama periode 2015-2019. Namun jika dilihat

dari kontribusi pendidikan universitas terhadap penduduk usia kerja hanya sebesar 7,34

persen pada tahun 2019. Rendahnya kontribusi tersebut dapat berdampak pada tingkat

produktivitas tenaga kerja Provinsi Jambi kedepan.

3. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Jika dilihat dari jenis kelamin, diperkirakan penduduk usia kerja jenis kelamin

laki-laki pada tahun 2015 sebesar 51,13 persen dan jenis kelamin perempuan sebesar

48,87 persen. Kondisi tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan pada tahun

2019 dimana jumlah penduduk usia kerja jenis kelamin laki-laki masih yang terbesar

yaitu 51,05 persen dan jenis kelamin perempuan sebesar 48,95 persen.

Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Jenis

Kelamin 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

Laki-laki 1.248,90 1.276,40 1.304,40 1.331,90 1.359,00 2,135

Perempuan 1.193,60 1.220,90 1.248,40 1.275,50 1.303,10 2,219

Jumlah 2.442,50 2.497,30 2.552,80 2.607,40 2.662,10 2,176 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan penduduk usia kerja menurut jenis

kelamin, diperkirakan pertumbuhan usia kerja untuk jenis kelamin perempuan lebih

besar yaitu 2,219 persen sedangkan untuk laki-laki sebesar 2,135 persen dan secara

rata-rata untuk pertumbuhan penduduk usia kerja sebesar 2,176 persen selama periode

2015-2019.

4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Jika dilihat dari kabupaten/kota di Provinsi Jambi, maka daerah yang paling

banyak penduduk usia kerja pada tahun 2015 adalah Kota Jambi sebanyak

429.710 orang atau 17,59 persen, disusul Kabupaten Muaro Jambi sebanyak

286.100 orang 11,71 persen. Kondisi pada tahun 2019 tidak jauh berbeda dengan

tahun 2015, daerah yang paling banyak penduduk usia kerjanya tetap Kota Jambi

dengan jumlah penduduk usia kerjanya sebanyak 465.180 orang atau 17,47

persen, kemudian Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 323.610 orang atau 12,16

persen. Dari data tersebut menujukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja secara

persentase di Kota Jambi terus berkurang yaitu dari 17,59 persen tahun 2015

menurun menjadi 17,47 persen tahun 2019, namun untuk Kabupaten Muaro Jambi

mengalami kenaikan yati dari 11,71 persen tahun 2015 meningkat menjadi 12,16

persen.

Tabel 3.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

Kab, Kerinci 173,73 174,28 174,78 175,12 175,39 0,238

Kab, Merangin 257,84 263,31 268,82 274,21 279,57 2,043

Kab, Sarolangun 194,06 199,88 205,81 211,74 217,74 2,920

Kab, Batang Hari 186,01 189,92 193,87 197,72 201,55 2,026

Kab, Muaro Jambi 286,1 295,27 304,65 314,06 323,61 3,128 Kab, Tanjung Jabung Timur 155,73 157,36 158,97 160,46 161,88 0,973 Kab, Tanjung Jabung Barat 219,33 224,97 230,7 236,36 242,05 2,495

Kab, Tebo 234,58 240,49 246,48 252,4 258,35 2,442

Kab, Bungo 241,96 249,02 256,22 263,4 270,65 2,841

Kota Jambi 429,71 438,65 447,65 456,44 465,18 2,003

Kota Sungai Penuh 63,44 64,15 64,85 65,5 66,12 1,040

Jumlah 2.442,50 2.497,30 2.552,80 2.607,40 2.662,10 2,176 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan pendudk usia kerja pada tahun 2015-

2019 diperkirakan yang terbesar adalah Kabupaten Muaro Jambi sebesar 3,128

persen kemudian Kabupaten Bungo sebesar 2,841 persen pertahun, selanjutnya

Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 2,495 persen dan Kabupaten Tebo

sebesar 2,442 persen pertahun periode 2015-2019.

3.2. PERKIRAAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA

1. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tingkat partisipasi angakatan kerja adalah ukuran yang menggambarkan

jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk

dalam kelompok umur itu. Jika dilihat dari golongan umur, maka tingkat partisipasi

angakatan kerja yang terbesar pada tahun 2015 adalah kelompok umur 45-49 tahun

yaitu sebesar 78,42 persen, kemudian kelompok umur 40-44 tahun sebesar 77,37

tahun. Kondisi tersebut tidak berbeda nyata dengan tahun 2019, dimana kelompok

umur 45-49 tahun yang terbesar yaitu 79,15 persen kemudian kelompok umur 40-44

tahun sebesar 77,94 persen.

Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 (dalam persen) Golongan

Umur 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

15-19 21,80 21,64 21,48 21,32 21,16 -0,742

20-24 60,99 61,14 61,29 61,45 61,60 0,249

25-29 71,00 71,23 71,45 71,67 71,89 0,312

30-34 70,43 70,58 70,73 70,94 71,15 0,255

35-39 74,92 75,15 75,45 75,76 76,07 0,382

40-44 77,37 77,5 77,62 77,77 77,94 0,184

45-49 78,42 78,59 78,75 78,92 79,15 0,232

50-54 75,94 76,1 76,26 76,42 76,58 0,210

55-59 67,88 68,02 68,17 68,32 68,46 0,213

60+ 45,91 46,06 46,2 46,34 46,49 0,314

Jumlah 63,24 63,42 63,58 63,74 63,88 0,252 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

berdasarkan golongan umur yang terbesar adalah kelompor umur 35-39 tahun sebesar

0,382 persen dan yang terendah diperkirakan kelompok umur 15-19 tahun yaitu minus

0,742 persen. Hal ini disebabkan kelompok umur tersebut kedepan lebih banyak yang

meneruskan sekolahnya sesuai dengan jenajang pendidikan sesuai dengan usianya.

2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan.

Tabel berikutnya menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja berdasarkan

tingkat pendidikan pada tahun 2015 yang terbesar adalah universitas sebesar 92,05

persen, disusul diploma sebesar 85,11 persen dan yang terendah adalah tingkat

pendidikan SLTP yaitu sebesar 51,59 persen. Selanjutnya pada tahun 2019 yang

terbesar adalah masih tingkat pendidikan universitas sebesar 93,24 persen, disusul

tingkat pendidikan diploma sebesar 86,19 persen, sedangkan yang terendah adalah

tingkat pendidikan SLTP.

Tabel 3.6

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Tingkat

Pendidikan 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%) Maksimum

SD 61,11 60,74 60,26 59,77 59,21 -0,787

SLTP 51,59 52,07 52,56 53,09 53,59 0,955

SMTA Umum 66,49 66,7 66,93 67,15 67,41 0,344 SMTA

Kejuruan 76,27 76,51 76,78 77,02 77,33 0,346

Diploma I/II/III 85,11 85,38 85,68 85,94 86,19 0,316

Universitas 92,05 92,35 92,67 92,96 93,24 0,322

Jumlah 63,24 63,42 63,58 63,74 63,88 0,252 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 yang terbesar

diperkirakan adalah tingkat pendidikan SLTP yang tumbuh rata-rata sebesar 0,955

persen pertahun, kemudian SMTA Kejuruan sebesar 0,346 dan yang terendah adalah

pendidikan SD yaitu minus 0,787 persen pertahun selama periode 2015-2019.

3. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin laki-laki pada

tahun 2015 sebesar 83,68 persen, sedangkan jenis kelamin perempuan hanya

sebesar 41,86 persen. Keadaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin pada tahun 2019 tidak berubah yang terbesar tetap jenis kelamin laki-laki

sebesar 84,55 persen dengan pertumbuhan 0,259 persen pertahun dan jenis

kelamin perempuan sebesar 42,33 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar

0,280 persen pertahun.

Tabel 3.7 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

Jenis Kelamin 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

Laki-laki 83,68 83,92 84,13 84,35 84,55 0,259

Perempuan 41,86 41,99 42,1 42,21 42,33 0,280

Jumlah 63,24 63,42 63,58 63,74 63,88 0,252 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Dengan demikian pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

yang terbesar adalah perempuan, sehingga peranan perempuan sebagai pencari

nafkah di keluarga juga terus meningkat sesuai dengan tuntutan keadaan yang

mengharuskan perempuan juga dapat aktif sebagai salah satu sumber pencari nafkah

setelah suami.

4. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota yang terbesar pada tahun

2015 adalah kabupaten Kerinci sebesar 69,95 persen, kemudian disusul Kabupaten

Sarolangun sebesar 66,63 persen dan Kabupaten Batang Hari sebesar 65,71 persen.

Kondisi tingkat partisipasi tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan pada

tahun 2019, diperkirakan Kabupaten Kerinci menyerap yang terbesar yaitu 70,62

persen, kemudian disusul Kabupaten Sarolangun sebesar 67,24 persen dan Kabupaten

Batang Hari sebesar 66,08 persen.

Tabel 3.8 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

Kab, Kerinci 69,95 70,13 70,3 70,46 70,62 0,239

Kab, Merangin 61,72 62,01 62,29 62,57 62,85 0,455

Kab, Sarolangun 66,63 66,8 66,95 67,1 67,24 0,228

Kab, Batang Hari 65,71 65,81 65,9 66 66,08 0,140

Kab, Muaro Jambi 58,51 58,61 58,7 58,79 58,87 0,153

Kab, Tanjung Jabung Timur 65,24 65,36 65,47 65,58 65,67 0,164 Kab, Tanjung Jabung Barat 59,98 60,15 60,3 60,46 60,6 0,257

Kab, Tebo 63,68 63,79 63,88 63,97 64,04 0,141

Kab, Bungo 65,39 65,52 65,63 65,74 65,84 0,172

Kota Jambi 61,67 61,99 62,3 62,61 62,91 0,499

Kota Sungai Penuh 62,12 62,38 62,63 62,88 63,12 0,400

Jumlah 63,24 63,42 63,58 63,74 63,88 0,252 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Jika dilihat dari pertumbuhan rata-rata yang terbesar adalah Kota Jambi yang tumbuh

rata-rata sebesar 0,499 persen pertahun selama periode 2015-2019, kemudian

Kabupaten Merangin sebesar 0,455 persen dan Kota Sungai Penuh diperkirakan

tumbuh rata-rata sebesar 0,400 persen pertahun.

3.3. PERKIRAAN ANGKATAN KERJA

1. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Angkatan kerja (AK) adalah jumlah penduduk usia kerja 15 tahun keatas yang

pada saat survey dilakukan mereka sedang bekerja dan mencari pekerjaan. Perkiraan

angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 pada tahun

2015, golongan umur yang terbesar adalah 25-29 tahun sebesar 213.870 jiwa,

kemudian disusul golongan umur 35-39 tahun sebesar 211.720 jiwa, kemudian

kelompok umur 30-34 tahun sebesar 207.200 orang. Gambaran dari perkiraan angkatan

kerja tersebut mengalami perubahan pada tahun 2019 dimana golongan umur yang

terbesar adalah 35-39 tahun sebesar 225.770 orang, disusul golongan umur 30-34

tahun sebesar 216.220 orang dan kelompok umur 40-44 tahun sebesar 215.960 orang.

Tabel 3.9

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Golongan

Umur 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

15-19 65,67 65,76 65,95 66,1 66,28 0,231

20-24 184,18 184,46 184,92 185,58 186,78 0,351

25-29 213,87 216,74 219,2 220,95 222 0,937

30-34 207,2 209,13 210,99 213,39 216,22 1,071

35-39 211,72 215,84 219,78 222,95 225,77 1,619

40-44 188,94 196,14 203,21 210,06 215,96 3,398

45-49 158,72 165,19 171,92 178,84 185,93 4,035

50-54 126,06 130,97 136,05 141,3 146,88 3,895

55-59 87,36 92,24 96,73 101,11 105,43 4,812

60+ 101,01 107,27 114,21 121,56 129,38 6,384

Jumlah 1.544,72 1.583,73 1.622,97 1.661,84 1.700,65 2,433 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Jika dilihat dari perkiraan pertumbuhan Angkatan Kerja Menurut Golongan

Umur Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 yang terbesar adalah kelompok umur 60 tahun

keatas yaitu sebesar 6,384 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan

masyarakat sudah mulai membaik, sehingga usia 60 tahun keataspun mereka masih

sanggup bekerja dengan baik. Disusul kemudian kelompok umur 55-59 tahun sebesar

4,812 persen pertahun dan kelompok umur 50-54 tahun sebesar 3,895 persen

pertahun. Sedangkan kelompok umur yang terendah adalah golongan umur 15-19

tahun yang tumbuh rata-rata sebesar 0,231 persen pertahun, kemudian kelompok

umur 20-24 tahun sebesar 0,351 persen pertahun.

2. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-

2019 yang terbesar tahun 2019 adalah tingkat pendidikan maksimum SD sebesar

608.700 orang, disusul tingkat pendidikan SLTP sebesar 357.100 orang dan SLTA

sebesar 348.970 jiwa. Gambaran tersebut menunjukkan tingkat produktivitas kedepan

diperkiakan masih sangat rendah, sehingga akan berdampak daya saing tenaga kerja

dan daerah.

Tabel 3.10

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Tingkat

Pendidikan 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%) Maksimum

SD 625,56 622,7 618,62 613,84 608,07 -0,706

SLTP 308,89 320,51 332,45 344,76 357,1 3,692

SMTA Umum 299,66 311,51 323,75 336,08 348,97 3,882 SMTA

Kejuruan 120,43 125,2 130,12 135,07 140,25 3,882

Diploma I/II/III 55,95 57,92 59,95 61,96 64 3,418

Universitas 134,23 145,9 158,08 170,12 182,25 7,945

Jumlah 1.544,72 1.583,73 1.622,97 1.661,84 1.700,65 2,433 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Tingkat pertumbuhan yang terbesar Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 adalah tingkat pendidikan universitas

sebesar 7,945 persen, kemudian tingkat pendidikan SMTA umum dan kejuruan masing-

masing sebesar 3,882 persen pertahun selama periode 2015-20191.

Di bidang pendidikan, pemerintah harus memberikan pehatian lebih besar pada

perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Salah satu persyaratan utama

globalisasi adalah kemampuan penguasaan teknologi khusunya komunikasi dan

informasi.kemampuan penguasaan teknologi ini didapat melalui pendidikan tinggi.

Untuk pendidikan menengah perlu terus diupayakan perluasan dan peningkatan

nkualitas pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan berbasis kompetensi sangat

bermanfaat untuk tenaga kerja kelas menengah ke bawah. Disamping itu program

pelatihan bagi mereka yang telah masuk dalam pasar kerja harus ditingkatkan.

Perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan tersebut harus dilakukan

melalui standarisasi dan sertifikasi agar lulusan mampu beraing di dunia kerja

3. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin tahun 2015 yang terbesar adalah jenis

kelamin laki-laki sebear 1.045.090 orang atau 67,65 persen, perempuan hanya sebesar 499.640

orang atau 32,35 persen. Untuk tahun 2019 diperkirakan jenis kelamin laki-laki angkatan

kerjanya mencapai 1.149.100 orang atau 67,57 persen dan perempuan sebesar 551.550 orang

atau 32,43 persen.

Tabel 3.11

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019 Jenis

Kelamin 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

Laki-laki 1.045,09 1.071,13 1.097,40 1.123,40 1.149,10 2,400

Perempuan 499,64 512,6 525,57 538,44 551,55 2,502

Jumlah 1.544,72 1.583,73 1.622,97 1.661,84 1.700,65 2,433 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan rata-rata selama tahun 2015-2019

diperkirakan angkatan kerja menurut jenis kelamin perempuan mencapai 2,502 persen

dan laki-laki sebesar 2,400 persen pertahun selama periode 2015-2019.

4. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk

tahun 2015 adalah KotaJambi sebesar 264.990 orang atau sebesar 17,15 persen disusul

kabupaten Muaro Jambi sebesar 167.400 orang atau 10,84 persen. Untuk tahun 2019

yang terbesar adalah tetap Kota Jambi sebesar 292.640 orang atau 17,20 persen disusul

Kabupaten Muaro Jambi sebesar 190.500 orang atau 11,20 persen, kemudian

Kabupaten Bungo sebesar 178.190 orang atau 10,48 persen. Kondisi ini menunjukkan

perkiraan angkatan kerja menurut Kabupaten/Kotadi Provinsi Jambi selama periode

2015-2019 adalah relatif tidak berubah secara signifikan jika dilihat dari penyerapan

angkatan kerjanya.

Tabel 3.12 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019 GR (%)

Kab, Kerinci 121,52 122,22 122,86 123,4 123,86 0,478

Kab, Merangin 159,13 163,28 167,45 171,58 175,7 2,507

Kab, Sarolangun 129,3 133,51 137,79 142,07 146,4 3,154

Kab, Batang Hari 122,22 124,99 127,76 130,49 133,18 2,170

Kab, Muaro Jambi 167,4 173,07 178,84 184,63 190,5 3,284 Kab, Tanjung Jabung Timur 101,59 102,85 104,08 105,22 106,31 1,142

Kab, Tanjung Jabung Barat 131,57 135,32 139,12 142,89 146,68 2,755

Kab, Tebo 149,38 153,4 157,44 161,45 165,46 2,589

Kab, Bungo 158,22 163,15 168,15 173,15 178,19 3,016

Kota Jambi 264,99 271,92 278,88 285,76 292,64 2,512

Kota Sungai Penuh 39,41 40,02 40,62 41,19 41,74 1,446

Jumlah 1.544,72 1.583,73 1.622,97 1.661,84 1.700,65 2,433 Sumber : BPS Sakernas Agustus Tahun 2008-2013, diolah Pusdatinaker

Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhan rata-rata selama periode 2015-2019,

maka pertumbuhan yang paling tinggi terjadi di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 3,284

persen pertahun, kemudian Kabupaten Sarolangun sebesar 3,154 persen pertahun dan

Kabupaten Bungo sebesar 3,016 persen pertahun selama periode 2015-2019.

Gambaran ini menunjukkan bahwa ketiga kabupaten tersebut pertumbuhan angkatan

kerjanya jauh diatas Provisi Jambi yang hanya sebesar 2,433 persen pertahun selama

periode 2015-2019.

Provinsi Jambi saat ini telah masuk dalam kelompok daerah yang pertumbuhan

ekonominya relatif tinggi di Indonesia. Provinsi Jambi juga masih menikmati bonus

demografi dan terbukanya jendela peluang (windows of opportunity) sekitar tahun 2020-

2030. Setelah yahun 2030 rasio ketergantungan (dependency ratio) sedikit demi sedikit

meningkat seiringn dengan meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia. Selain itu

globalisasi khusunya keberadaban masyrakat ekonomi ASEAN merupakan peluang

untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduk. Momentum ini perlu terus

dipelihara agar Provinsi Jambi jangan sampai masuk dalam jebakan daerah

berpenghasilan menengah (middle income region trap) dan ketidakmampuan untuk

berkompetisi dalam globlisasi karena tenaga kerja Jambi makin terdesak dengan

adanya tenaga kerja dari negara lain. Kuncinya adalah peningkatan kualitas modal

manusia.

Upaya peningkatan mutu manusia memerlukan pengolahan kuantitas penduduk

secara berkesinambungan. Tidak terkelolanya jumlah dan pertumbuhan penduduk akan

meningkat beban negara untuk melakukan investasi npada kualitas penduduk dan

meningkatkan kesejahteraan. Oleh krena itu pengendalian pertumbuhan penduduk

harus terus dilakukan. Dalam sepuluh tahun trakhir ini kinerja program KB mengalami

stagnancy. Kondisi ini harus segera diperbaiki.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi yang tinggidi era 70 an dan 80 an berdampak

pada melimpahnya penduduk usia kerja pada era tahun 1990-an. Sejak era tahun 2000 an

ProvinsiJambi menikmati apa yang disebut sebagai Bonus

Demografidanpuncaknyaterjadipadatahun 2010 – 2014 (sekarang) yaitu kondisi

menurunnya rasio ketergantungan (Independency ratio). Menurunnya proporsi

kelompok usia tidak produktif (dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun) dan

meningkatnya proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) memberikan kesempatan

kepada kelompok produktif untuk dapat lebih berkontribusi pada kegiatan ekonomi.

2. Di bidang pendidikan, pemerintah Provinsi Jambi harus memberikan pehatian lebih besar

pada perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu persyaratan utama

globalisasi adalah kemampuan penguasaan teknologi khusunya komunikasi dan

informasi, kemampuan penguasaan teknologi ini didapat melalui pendidikan yang

berkualitas. Untuk pendidikan menengah perlu terus diupayakan perluasan dan

peningkatan kualitas pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan berbasis kompetensi

sangat bermanfaat untuk tenaga kerja kelas menengah ke bawah. Disamping itu program

pelatihan bagi mereka yang telah masuk dalam pasar kerja harus ditingkatkan. Perluasan

dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan tersebut harus dilakukan melalui

standarisasi dan sertifikasi agar lulusan mampu beraing di dunia kerja

3. Disamping itu link and match antara pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan pasar

kerja harus lebih ditingkatkan. Kebijakan dan penerapan link and match antara

pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja dalam beberapa tahun trakhir

ini kurang terlihat arahnya.

4. Jika dilihat dari kabupaten/kota di Provinsi Jambi, maka daerah yang paling banyak

penduduk usia kerja pada tahun 2015 adalah Kota Jambi sebanyak 429.710 orang atau

17,59 persen, disusul Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 286.100 orang 11,71 persen.

Kondisi pada tahun 2019 tidak jauh berbeda dengan tahun 2015, daerah yang paling

banyak penduduk usia kerjanya tetap Kota Jambi dengan jumlah penduduk usia kerjanya

sebanyak 465.180 orang atau 17,47 persen, kemudian Kabupaten Muaro Jambi sebanyak

323.610 orang atau 12,16 persen.

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota yang terbesar pada tahun

2015 adalah kabupaten Kerinci sebesar 69,95 persen, kemudian disusul Kabupaten

Sarolangun sebesar 66,63 persen dan Kabupaten Batang Hari sebesar 65,71 persen.

Kondisi tingkat partisipasi tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan pada

tahun 2019, diperkirakan Kabupaten Kerinci menyerap yang terbesar yaitu 70,62 persen,

kemudian disusul Kabupaten Sarolangun sebesar 67,24 persen dan Kabupaten Batang

Hari sebesar 66,08 persen.

6. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Jambi Tahun 2015-2019

yang terbesar tahun 2019 adalah tingkat pendidikan maksimum SD sebesar 608.700

orang, disusul tingkat pendidikan SLTP sebesar 357.100 orang dan SLTA sebesar 348.970

jiwa. Gambaran tersebut menunjukkan tingkat produktivitas kedepan diperkiakan masih

sangat rendah, sehingga akan berdampak daya saing tenaga kerja dan daerah.

7. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi untuk tahun 2015

adalah KotaJambi sebesar 264.990 orang atau sebesar 17,15 persen disusul kabupaten

Muaro Jambi sebesar 167.400 orang atau 10,84 persen. Untuk tahun 2019 yang terbesar

adalah tetap Kota Jambi sebesar 292.640 orang atau 17,20 persen disusul Kabupaten

Muaro Jambi sebesar 190.500 orang atau 11,20 persen, kemudian Kabupaten Bungo

sebesar 178.190 orang atau 10,48 persen.

DAFTAR PUSTAKA

A.Passay, et al, 1995. Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur, Editor: Helen Hughes. Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.1992.

Bank Indonesia Cabang Jambi, Statistik Ekonomi Keuangan Propinsi Jambi Tahun 2002-2013, BI

Cabang Jambi. BKKBN Perwakilan Provinsi Jambi 2013. Profil Keluarga, diterbitkan oleh BKKBN Provinsi Jambi BPS dan Bappeda Provinsi Jambi, Jambi Dalam Angka, 2005 – 2013, Kerjasama Bappeda dan BPS

Provinsi Jambi.

BPS Provinsi Jambi, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Tahun, 2010 – 2013, BPS Provinsi Jambi.

BPS Kota Jambi, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Jambi Tahun, 2009 – 2013, BPS

Kota Jambi. BPS Kab.Muaro Jambi, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Muaro Jambi Tahun, 2009 – 2013,

BPS Kab.Muaro Jambi BPS Kab.Tanjung Jabung Barat, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kab.Tanjung Jabung

Barat Tahun, 2009 – 2013, BPS Kab.Tanjab Barat BPS Kab.Tanjung Jabung Timur, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kab.Tanjung Jabung

Timur Tahun, 2009 – 2013, BPS Kab.Tanjab Timur. BPS Kab.Batang Hari, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kab.Batang Hari Tahun, 2009 –

2013, BPS Kab.Batang Hari. BPS Kab.Tebo, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Jambi Tahun, 2009 – 2013, BPS

Kab.Tebo. BPS Kab.Bungo, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Jambi Tahun, 2009 – 2013, BPS

Kab.Bungo. BPS Kab.Merangin, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kab.Merangin Tahun, 2009 – 2013,

BPS Kab.Merangin. BPS Kab.Kerinci, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kab.Kerinci Tahun, 2009 – 2013, BPS

Kab.Kerinci. BPS Kab.Sarolangun, 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kab.Sarolangun Tahun, 2009 – 2013,

BPS Kab.Sarolangun. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2005. Pengukuran dan Analisis Pertumbuhan

Produktivitas Total Faktor (PTF) Makro. Penerbit Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Direktorat Bina Produktivitas, Jakarta.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi, 2009. Perencanaan Tenaga Kerja Daerah

Provinsi Jambi. Elfindri, Nasri Bachtiar, 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Penerbit Universitas Andalas, Padang. Mohamad Arsjad Anwar, Faisal H. Basri, Mohamad Ikhsan, 1995. Prospek Ekonomi Indonesia

Jangka Pendek. Sumber Daya, Teknologi dan Pembangunan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kantor Tenaga Kerja dan Catatan Sipil Kota Jambi, 2007. Pekembangan Tenaga Kerja di Kota Jambi.

Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten di Provinsi Jambi, 2007. Pekembangan Tenaga

Kerja di Kabupaten di Provinsi Jambi. Porter, Michael, 2002, Global Competitive Ranking, MIT Publishing, Singapore. Singarimbun, Masri, 1989, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, BPFE. UGM Jogyakarta. Sumitro Djojohadikusumo, 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Dasar Teori Ekonomi

Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Penerbit LP3ES, Jakarta. Todaro, MP, 1987, Ekonomi Pembangunan Di negara Dunia Ke tiga, Ghalia Indonesia, Jakarta