Tugas Kelompok Pembuangan Kotoran Manusia
-
Upload
arina-windri-rivarti -
Category
Documents
-
view
313 -
download
20
description
Transcript of Tugas Kelompok Pembuangan Kotoran Manusia
PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat – zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni (urin) dan CO2
sebagai hasil dari proses pernapasan (Notoatmodjo, 2009). Pembuangan kotoran
manusia yang akan dibahas di sini hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang
pada umumnya disebut latrine (jamban atau kaskus).
Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia
Tinja manusia merupakan buangan padat yang kotor dan bau juga media
penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme
pathogen yang dibawa air, makanan, serangga sehingga menjadi penyakit seperti
misalnya : bakteri Salmonella, vibriokolera, amuba, virus, cacing, disentri,
poliomyelitis, ascariasis, dan lain-lain (Hamzah, 2014). Penyakit yang
ditimbulkan oleh kotoran manusia bisa digolongkan yaitu :
1. Penyakit enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun.
2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis infektiosa.
3. Infeksi cacing seperti schitosomiasis, ascariasis, ankilostosomiasis
Menurut (Yusuf, 2014) hubungan antara pembuangan tinja dengan status
kesehatan penduduk bisa langsung maupun tidak langsung. Efek langsung bisa
mengurangi insiden penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja
seperti kolera, disentri, typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari
pembuangan tinja berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti
menurunnya kondisi hygiene lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi
pekembangan sosial dalam masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja
manusia pada sumber air minum penduduk.
Mata Rantai Penularan Penyakit Oleh Tinja
Manusia merupakan sumber penting dari penyakit, penyakit infeksi yang
ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab kematian.
Skema 1. Alur Penularan Penyakit (Yusuf, 2014)
Berdasarkan skema alur penularan penyakit diatas maka perlu dilakukan
tindakan pencegahan agar penyakit menular berbasis lingkungan tidak menjadi
wabah dalam masyarakat setempat. Pencegahan itu memutuskan alur penularan
penyakit menggunakan rintangan sanitasi dan mengisolasi tinja dengan jamban
sehat. Rintangan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi
pada air, tangan, dan vektor (serangga).
Skema 2. Pemutus Alur Penularan Penyakit (Yusuf, 2014)
Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang
harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap individu. Pembuangan kotoran yang
baik harus dibuang ke dalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.
Jamban atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
kakus/WC dan memenuhi jamban sehat dan baik. Setiap individu harus
menggunakan jamban untuk buang air besar. Penggunaan jamban akan
bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau. Jamban
mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban juga tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
kulit dan keracunan (Yusuf, 2014).
Pengertian Jamban
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya (Depkes RI, 2010).
Pengertian lainnya tentang jamban disampaikan Hamzah (2014) adalah
pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit
penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika. Sementara
menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja
yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit. Jamban keluarga adalah
suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran
tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu
penyakit serta tidak mengotori permukaan. Jamban keluarga sangat berguna bagi
manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat
mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan
oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik.
Manfaat Jamban
Manfaat penggunaan jamban adalah untuk menjaga lingkungan bersih, sehat
dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya, tidak
mengundang datangnya lalat atau seranga yang dapat menjadi penular penyakit
diare, kolera disentri, thypus, kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan,
penyakit kuilt dan keracunan (Depkes RI, 2010).
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu (Hamzah,
2014) :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman.
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Syarat jamban yang baik
Syarat jamban sehat menurut Depkes tahun 2004 dalam Hamzah (2014):
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-
15 meter dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah sekitar.
4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.
Tipe - tipe jamban
Tipe - tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain sebagai
berikut (Notoatmodjo, 2009):
a. Jamban cemplung, kakus (Pit Latrine)
Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di Jawa. Tetapi
sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa
rumah jamban dan tanpa tutup, sehingga serangga mudah masuk, dan bau
tidak bisa dihindari, serta bila musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh
oleh air. Hal yang perlu diperhatikan adalah jamban cemplung tidak boleh
terlalu dalam sebab dapat mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya
jamban cemplung berkisar antara 1,5-3 meter. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
b. Jamban cemplung berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP Latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap,
yakni menggunakan ventilasi pipa.
c. Jamban empang (fishpond latrine)
Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam sistem jamban
empang ini terjadi daur ulang (recyling), yakni tinja dapat langsung dimakan
ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang
dimakan, demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu
di samping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat
menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
d. Jamban pupuk (the compost privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti jamban cemplung, hanya lebih dangkal
galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang
dan sampah, daun-daunan.
e. Septic tank
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang
dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana
tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tanki ini
tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan
mengalami proses kimiawi dan proses biologi.
Menurut Depkes RI (2010) ada 2 jenis jamban sehat yaitu :
1. Jamban leher angsa, jamban jenis ini dibuat untuk daerah yang cukup air,
gambar 1
2. Jamban cemplung, jamban jenis ini dibuat untuk daerah yang kurang air,
gambar 2
Gambar 1. Jamban Leher Angsa Gambar 2. Jamban Cemplung
Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI (2010) adalah sebagai berikut:
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3. Tidak ada sampah berserakanan
4. Rumah jamban dalam keadaan baik
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7. Tersedia alat pembersih
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat dilakukan
dengan :
1. Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember
2. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat.
3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai.
4. Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.
5. Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan. (2009). Menggunakan Jamban
Sehat. Available from: http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/1234567
89/1444 <Accessed: 2015, January 30>
Notoatmodjo, S. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip – Prinsip Dasar. Rineka
Cipta: Jakarta.
Yusuf, M. (2014). Faktor-Faktor Pemanfaatan Jamban Oleh Masyarakat Desa
Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 [pdf].
Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Available at: http://eprints.ung.ac.id/
4984/5/2013-1-14201-841409067-bab2-24072013092751.pdf [Accessed 2015,
January 30].
Hamzah, S. (2014). Studi Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemanfaatan Jamban Di
Lingkungan III Kelurahan Leato Utara Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo
Tahun 2012. Available at: http://eprints.ung.ac.id/6723/3/2013-1-13201-
811408095-bab2-01082013021545.pdf [Accessed 2015, January 30].