Diare
-
Upload
agung-choro-de-obes -
Category
Documents
-
view
37 -
download
0
description
Transcript of Diare
DIARE
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari (WHO). Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.6
Klasifiksasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Lama Waktu Diare
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan
menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidliness 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para
pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada
kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di
Indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih
cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih cepat.
Diare persisten, merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan
diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut
(peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut
yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari)
2. Mekanisme Patofisiologik
a. Diare osmotik dimana terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus
Diare sekretorik dimana terjadi peningkatan sekresi cairan usus
Malabsorpsi asam empedu, malabsorbsi lemak mengakibatkan terjadi gangguan
pembentukan misel empedu
Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di eritrosit sehingga
terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif (pada Na+K+ATPase) di
eritrosit, gangguan absorbsi Na+ dan air
Motilitas dan waktu transit usus abnormal, terjadi motilitas yang lebih cepat, tak
teratur sehingga isi usus tidak sembat di absorbsi
Gangguan permeabilitas usus terjadi kelainan morfologi usus pada membran
epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap
air dan garam/elektrolit terganggu
Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan misalnya terjadi peradangan dan
kerusakan mukosa usus
3. Berat Ringan Diare
Diare ringan, apabila diare terjadi ≤ 1x / 2 jam atau ≤ 5 mL / KgBB / jam
Diare berat, apabila diare terjadi > 1x / 2 jam atau > 5 mL / KgBB / jam
Etiologi Infeksi
Diare infektif jika diare disebabkan oleh patogen yang menginfeksi usus
Diare noninfektif jika diare bukan disebabkan oleh infeksi
Etiologi Kelainan Organik
Diare organik ditujukan pada diare yang jelas ditemukan adanya kelainan
anatomik, bakteriologik, hormonal, toksikologik, histologi atau biokimia usus
Diare fungsional ditujukan pada diare karena kelainan idiopatik, diet, gangguan
motilitas, dan tidak ditemukan kelainan organik.
ETIOLOGI DIARE AKUT
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,
dan virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain (tabel 1)
Menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidliness 2005,etiologi
diare akut dibagi menjadi empat penyebab : bakteri, virus, parasit, dan noninfeksi
1
Etiologi Diare Agen
Penyebab
Ket.
Infeksi Enteral Bakteri Shigella sp., E. coli patogen, Salmonella sp., Vibrio
cholerae, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni,
V. Parahaemoliticus, V.NAG., Staphilococcus aureus,
Streptococcus Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas,
Proteus, dll
Virus Rotavirus, adenovirus, Norwalk virus, Norwark like
virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV
Parasit Entamoeba Histolytica, Giardia
Lamblia,Cryptosporidium parvum, Balantidium coli
(protozoa))
A. lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, S.
stercoralis, cestodiasis, dll
Jamur Kandida/moniliasis
Infeksi Parenteral Ototitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea, E. Coli,
Giardia lamblia, Shigella, e. Histolitica, dll
Makanan Intoksikasi
makanan
Makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan yang mengandung bakteri/toksin : Clostridium
perfingens, B. Cereus, S. aureus, Streptococcus
anhaemolyticus
Alergi Susu sapi, makanan tertentu
Malabsorbsi/
maldigesti
Karbohidrat : monosakarida (glukosa, galaktosa,
laktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak : rantai
panjang trigliserida, protein : asam amino
tertentu,celiacsprue, gluten malabsorpstion, protein
intolerance, cow’s milk, vitamin dan mineral
Imunodefisiensi Hipogamaglubulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit
granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi
IgAheavycombination
Terapi obat Antibiotik, kemoterapi, antasid, dll
Tindakan tertentu Gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi
2
Lain-lain Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropati diabetik)
Tabel 1 . Etiologi Diare Akut6
FAKTOR RISIKO DIARE AKUT INFEKTIF
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen pada anak antara
lain tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi,
tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya
sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungandan pribadi yang buruk,
penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan
yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita yang dapat
meningkatkankecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain adalah gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, dan faktor genetik.8
Sementara itu, keadaan risiko dan kelompok risiko yang mungkin mengalami
diare infektif, antara lain :6
Baru saja bepergian / melancong ke negara berkembang, daerahtropis, kelompok
perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair)
makanan atau keadaan makanan yang tidak biasa misalnya makanan laut dan shell
fish, terutama mentah, restoran fast food, banket, dan piknik
Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, resiko infeksi HIV, sindrom
usus homoseks (GayBowel Syndrome), dan AIDS
Baru saja menggunakan obat anti mikroba pada institusi kejiwaan/mental, rumah
perawatan, atau rumah sakit
PATOGENESIS DIARE AKUT INFEKTIF
3
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor
kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor panjamu adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan
diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran
cerna antara lain keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan
mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit
terdiri atas :
Diare karena Bakteri Non Invasive (Enterotoksigenik)
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal nya V. Cholera eltor, Enterotoxigenic
E. coli (ETEC) dan C. perfingens. V. cholerae eltormengeluarkan toksin yang
terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio.
Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotanamid adenosin 3’,5’-
siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan
kalium. Toksin penyebab diare terutama bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan
mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan
fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan
menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium,
dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bakteri enteral patogen
akan mempengaruhi struktus dan fungsi tight juction, menginduksi sekresi cairan
dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial
pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorbsi
yaitu cytoskleton dan perubahan susunan protein
Diare karena Bakteri/Parasit Invasive (Enteroinvasif)
Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive E. coli
(EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfingens tipe C. Diare disebabkan
4
oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Walau
demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi ebagai diare
koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.
Paratyphi B, Styphirium, S. enterriditis, S. choleraesuis. Penyebab parasit yang
sering adalah E. histolitica, dan G. lamblia.
Diare karena Infeksi Virus
Patogenesis terjadinya diare disebabkan virus yaitu virus yang menyebabkan diare
pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung
villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus
dan menyerang villus di usus halus. Hal ini akan menyebabkan fungsi absorbsi
usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit
yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik.
Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan
dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak diserap/tercerna kan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus
sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus
melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang
tidak sempurna.8
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri
perut, sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik
harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi
pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul). Bila terjasi renjatan
hipovolemik berat maka dengyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan
darah menurun sampai tidak terukur, ujung-ujung ektermitas dingin, dan kadang
5
sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak
segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut. Secara klinis
diare karena infeksu akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama, koleriform
dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentri form, pada
diare yang didapatkan lendir yang kental dan kadang-kadang darah.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
laboratorium. Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lamanya
sakit diare, frekuensi, volumenya, konsistensi tinja, , warna, baunya, ada tidak
lendir dan darah. Bila disertai muntah : volume dan frekuensinya. Kencing : biasa,
berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan
minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti BAK, batuk, pilek, ototits media, campak.Pada pemeriksasn
fisik perlu diperiksa berat badan, Frekuensi Denyut jantung, suhu, Frekuensi
Pernapasan ,Tekanan Darah, Tanda Dehidrasi,dan Kualitas bunyi usus
Penentuan derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan
menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice king, kriteria MMWR, dan lain-lain.
Derajat dehidrasi berdasarkan defisit berat badan:
Dehidrasi ringan: defisit 2½ – 5 %
Dehidrasi sedang : defisit 5 – 10 %
Dehidrasi berat: defisit > 10 %
Derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King
Bagian tubuh yang
diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng,
apatis, mengantuk
Mengigau, koma,
atau syok
6
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi/menit Kuat > 120 Sedang (120 -
140)
> 140
Derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King
Skor 0 – 2 : dehidrasi ringan
Skor 3 – 6 : dehidrasi sedang
Skor >7 : dehidrasi berat
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine, dan
tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih pemeriksaan serum elektrolit darah,
analisis gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika,
pemeriksaan Ureum dan kreatinin urine, pemeriksaaan tinja secara Makroskopis,
mikroskopis, biakan kuman, tes resistensi terhadap antibiotika, pH dan kadar gula
jika diduga ad intoleransi laktosa.
PERBEDAAN DIARE PADA ANAK DAN DEWASA
Tidak banyak dijumpai perbedaan antara diare pada anak dan dewasa. Baik diare
pada anak maupun dewasa menimbulkan manifestasi klinis yang sama berupa
peningkatan frekuensi defekasi dengan konsistensi encer kadang disertai darah
dan lendir, nyeri perut, dapat mengakibatkan dehidrasi atau disertai gelisah, mual,
muntah, demam, penurunan nafsu makan maupun penurunan berat badan. Pada
bayi, dikatakan diare jika frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali dalam
7
sehari dengan volume tinja 5 g/ KgBB, sedangkan pada anak berusia lebih dari 3
tahun, frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sudah dikatakan diare. Pada
orang dewasa dikatakan diare jika terjadi peningkatan buang air besar lebih dari 3
kali dengan volume tinja 200 gr/ 24 jam.
Dibandingkan orang dewasa, diare pada anak akan menimbulkan perubahan
tingkah laku yang lebih mencolok seperti rewel atau cengeng dan perlu perhatian
yang lebih intensif jika terjadi dehidrasi karena dapat mebahayakan nyawa anak
sedangkan diare pada orang dewasa biasanya bukan merupakan penyakit yang
berat dan bisa sembuh sendiri.
PENATALAKSANAAN DIARE AKUT INFEKTIF PADA ANAK
DAN DEHIDRASI
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua
kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun sedang
dirawat di rumah sakit, yaitu :8
Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
ASI dan makanan tetap diteruskan
Antibiotik selektif
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetrasiklin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Eritromisin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Shigella Siprofloksasin
15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
8
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis Metronidasol
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari ( 10 hari pada kasus berat)
Giardiasis Metronidasol
5 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Nasihat kepada orang tua
Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada car
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :
a. Pemberian ASI
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan Mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan.
e. Menggunakan jamban keluarga
f. Cara membuang tinja yang baik dan benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan
dapat mengurangi risiko diare antara lain :
memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
9
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makanan dalam
jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
Imunisasi campak
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Prinsip terapi cairan
adalah Memperbaiki dinamika sirkulasi, Mengganti defisit yang terjadi,
Rumatan / untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit yang sedang
berlangsung. Macam-macam pemberian cairan : 6
v Rehidrasi menurut Mogan-Watten
Dengan mengukur berat jenis plasma
v Rehidrasi dengan metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis :
• Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x KgBB
• Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB
• Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x KgBB
Ulasan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari (WHO). Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Sumber lain mendefinisikan Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
10
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu
diare akut dan diare kronik.9
Pengertian diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Sementara itu
pada orang dewasa diare akut didefinisikan sebagai diare yang berlangsung
kurang dari 15 hari, sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation
Global Guidliness 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14
hari.8
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit, maupun
virus9. Patogenesis diare yang disebabkan bakteri terbagi dua yaitu bakteri
noninvasif (enterotoksigenik) dan bakteri enteroinvasif. Shigella sp. Merupakan
salah satu golongan bakteri enteroinvasif sehingga diare bersifat sekretorik
eksudatif disertai lendir dan darah karena Shigellamenyebabkan kerusakan
dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.
Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare.
Menurut Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu Rehidrasi dengan menggunakan
oralit baru, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap
diteruskan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua.
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau
kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang
lamanya diare karena akan menggangu flora normal usus dan Clostridium difficile
yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,
pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.
11
DAFTAR PUSTAKA
1Lauralee Sherwood. Sistem Pencernaan. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia :
Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC 2001;541.
2 Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof. Dr. A. Effendi,
AAI. Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala, Leher,
Thorax, Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK USU 2006; 22-
28.
3Evelyn Pearce. Saluran Pencernaan dan Pencernaan Makanan. Evelyn Pearce
Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia 2006;188-195.
4 Luis Carlos Junqueira, dan José Carnerio. Saluran cerna. Luis Carlos Junqueira,
Dan José Carnerio. Histologi Dasar : Teks Dan Atlas. Jakarta : EGC 2007;295-
306.
5Glenda N. Lindseth.Gangguan Usus Halus dan Gangguan Usus Besar. Sylvia A
Price, dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC 2003. 437 - 459.
6Dr.Marcellus Simadibrata K, Ph.D,Sp.PD dan Prof. DR. Dr. Daldiyono,
Sp.PD.Diare Akut. DR. Dr. Aru W. Sudoyo, Sp. PD, KHOM, Dr. Bambang
Sertiohadi, Sp.PD,DR. Dr. Idrus Alwi, Sp.PD, Dr. Marcellus Simadibrata K,
Ph.D, Sp.PD, dan DR. Dr. Siti Setiati, MEpid, Sp.PD. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007; 408 - 413 .
12
7Larry K. Pickering dan John D. Snyder.Gastroenteritis. Waldo E. Nelson, MD,
Richard E. Behrman, MD, Robert Kliegman, MD, dan Ann M.Arvin, MD. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume 2. Jakarta : EGC 1996; 889-893.
8Bambang Subagyo dan Nurtjahjo Budi Santoso. Diare Akut . Mohammad
Juffrie,dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid I Jakarta : UKK
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI 2010; 87-121.
9Arif Mansjor, Kuspuji Triyanti, Rakmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan
Wiwiek Setiowulan. Gastroenterologi : Diare Akut. Arif Mansjor, Kuspuji
Triyanti, Rakmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius 2001; 500-
504.
13