Diare
-
Upload
cantika-dinia-zulda -
Category
Documents
-
view
21 -
download
5
description
Transcript of Diare
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara
berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self
limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah
gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar
air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan
basa.1,2
Di seluruh dunia dilaporkan 4 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya
akibat diare dan malnutrisi. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang
tinggi di sektor kesehatan oleh karena sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada
di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare. Selain itu juga di
pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam 10 penyakit
terbanyak di populasi.1,3
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode
diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan
berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya
berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.1
Lebih kurang 10% episode diare menjadi dehidrasi disebabkan oleh
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil
mudah mengalami dehidrasi dibandingkan anak yang lebih besar dan dewasa. 3
Evaluasi anak dengan diare akut memerlukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang hati-hati untuk mengenyampingkan penyakit lain dengan gejala klinis yang
mirip. Pemeriksaan laboratorium sederhana mungkin diperlukan. Tatalaksana
umumnya bersifat suportif yang ditujukan pada pencegahan dan terapi dehidrasi.3
1
Terapi rehidrasi merupakan terapi awal yang sangat penting. Dalam dua
dekade terakhir, diare pada anak telah menjadi perhatian dunia, terutama dalam hal
pengembangan dan promosi cairan rehidrasi oral untuk terapi rehidrasi. Dalam upaya
meningkatkan manfaat tatalaksana diare, telah dibuat pendekatan sederhana terapi
rehidrasi.2,3
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan diare akut
dengan dehidrasi berat pada anak.
1.3 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan
diare akut dengan dehidrasi berat pada anak.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada
berbagai literature.
1.5 Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan diare akut dengan
dehidrasi berat pada anak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja. Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3x sehari. Diare akut umumnya berlangsung
selama 7 hari, biasanya sembuh sendiri dalam satu atau dua hari (self limiting
disease), hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari. Diare yang menetap lebih dari
dua hari mungkin menandakan masalah yang lebih serius dan berisiko dehidrasi. 1,4,5
2.2 Epidemiologi
Diare sangat umum terjadi pada anak dan memberikan kontribusi terhadap angka
mortalitas dan morbiditas anak di seluruh dunia. Di seluruh dunia dilaporkan 4 juta
anak meninggal dunia setiap tahunnya akibat diare dan malnutrisi. Di Amerika,
diperkirakan 21 juta – 37 juta kejadian diare pada 16,5 juta anak-anak di bawah 5
tahun per tahunnya. Tiga juta kunjungan dokter per tahunnya berkaitan dengan diare,
yang mana 163.000 dirawat, atau 13% dari semua rawatan anak-anak berada pada
kelompok umur tersebut.3,6
Diare akut merupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai bayi
dan anak di seluruh dunia termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah
5 tahun menderita diare sebanyak 2 – 3 episode per tahunnya. Menurut hasil
Riskeldes 2007 diperoleh data bahwa 42% penyebab kematian di Indonesia adalah
karena diare.1,3
Berdasarkan penelitian, distribusi kategori tingkat keparahan adalah : tanpa
dehidrasi 57%, dehidrasi ringan 41%, dehidrasi sedang hingga berat 2%. Diare
mengakibatkan jumlah rawat inap anak di bawah 5 tahun mencapai 220.000 orang per
tahun. 7
3
Infeksi usus merupakan penyebab tersering awitan diare akut yang sporadis.
Penelitian multisenter selama 1 tahun di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa
65,6% dari 287 anak terinfeksi oleh patogen, dan infeksi terbanyak adalah karena
rotavirus. Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Infeksi
oleh bakteri lebih sering terjadi pada beberapa bulan awal kehidupan (bayi muda) dan
pada anak usia sekolah.4,8,9
2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium, kuman-kuman patogen
telah dapat diidentifikasi dari penderita diare, sekitar 80% pada kasus yang datang ke
sarana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikrooganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi.1
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus
(rotavirus, adenovirus), bakteri (shigella, salmonella, E colli, golongan vibrio) dan
parasit (protozoa, giardia lamblia, entamoeba hystolitica, jamur, cacing). Penyebab
diare yang lain adalah intoleran makanan (pemanis buatan dan laktosa dalam susu),
reaksi obat (antibiotic, sitostatika, antacid, obat anti hipertensi), penyakit intestinal
(Inflammatory Bowel disease, Colitis, Crohn’s disease), gangguan fungsi usus.1,3,5,10
Dari sekian banyak etiologi di atas, disini hanya akan diuraikan beberapa
enteropatogen spesifik yang dianggap merupakan penyebab utama diare.2
Escherichia coli. E. Coli menyebabkan sekitar 25% diare di negara
berkembang. Pada saat ini telah dikenal 5 golongan E. Coli yang dapat meeyebabkan
diare, aitu ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli), EPEC (Enteropathogenic
Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli), EAEC (Enteroadherent
Escherichia coli), dan EHEC (Enterohemorrhagic Eschericia coli).2
ETEC. ETEC merupakan penyebab utama diare dehidrasi di negara
berkembang. Transmisinya melalui makanan (makanan sapihan/makanan
pendamping), dan minuman yang telah terkontaminasi. Pada ETEC dikenal dua
faktor virulen, yaitu 1) faktor kolonisasi, yang menyebabkan ETEC dapat melekat
4
pada sel usus halus (enterosit) dan 2) enterotoksin. Gen untuk faktor kolonisasi dan
enterotoksin terdapat dalam plasmid, yang ditransmisikan ke bakteri E. coli lain.
Terdapat dua macam toksin yang dihasilkan oleh ETEC, yaitu toksin yang tidak tahan
panas (heat labile toxin = LT), dan toksin yang tahan panas (heat stabile toxin = ST).
Toksin LT menyebbabkan diare dengan jalan merangsang aktivitas enzim adenil
siklase seperti halnya toksin kolera, sedangkan toksin ST melalui enzim guanil
siklase. Bakteri ETEC dapat menghasilkan LT saja, ST saja, atau kedua-duanya.
ETEC tidak menyebabkan kerusakan rambut getar (mikrovili) atau menembus
mukosa usus halus (invasive). Diare biasanya berlangsung terbatas antara 3-5 hari,
tetapi dapat juga lebih lama (menetap, persisten).2
EPEC. EPEC dapat menyebabkan diare berair (watery diarrhea) disertai
muntah dan panas pada bayi dan anak dibawah usia 2 tahun. Diare biasanya terbatas
tetapi dapat berat (fatal) atau menetap (persisten), terutama pada penderita yang tidak
minum ASI.2
EIEC. EIEC biasanya apatogen, tetapi sering pula dapat meyebabkan letusan
kecil (KLB) diare karena keracunan makanan (food borne). Secara biokimiawi dan
serologis bakteri ini menyerupai Shigella spp, dapat menembus mukosa usus halus,
berkembang biak di dalam kolonosit (sel epitel kolon) dan menyebabkan disentri
basiler, dalam tinja penderita sering ditemukan eritrosit dan leukosit.2
EAEC. EAEC merupakan golongan E. coli yang mampu melekat dengan kuat
pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologis. Diduga bakteri ini
mengeluarkan sitotoksin, dapat menyebabkan diare berair (watery) sampai lebih
daripada 7 hari (prolonged diarrhea).2
EHEC. EHEC merupakan E. coli serotip 0157 : H7, akhir-akhir ini
dikenal dapat menyebabkan kolitis hemoragik di Amerika. Transmisinya melalui
makanan berupa daging yang dimasak kurang matang. Diarenya disertai sakit perut
hebat (kolik, kram) tanpa atau disertai sedikit panas, diare cair disertai darah. EHEC
menghasilkan sitotoksin yang dapat menyebabkan edem dan perdarahan usus besar
(kolon), maupun haemolytic uremic syndrome.2
5
Beberapa faktor pada pejamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah : 2,11
a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun.
ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman
penyebab diare seperti : Shigella dan vibrio cholera.
b) Kurang gizi.
Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-
anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.
c) Campak.
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita.
d)Imunodefesiensi /Imunosupresi.
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi
virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Pada anak imunosupresi berat,
diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga
berlangsung lama.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat
dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.2,11
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis Diare
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus secara selektif menginfeksi
dan menghancurkan sel ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi
6
lapisan epitelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini
menyebabkan fungsi absorpsi usus halus terganggu. Villus mengalami atropi dan
tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan
yang tidak terserap akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi
hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong
keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan
nutrient yang tidak sempurna. Infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus
menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi dan
malabsorpsi karbohidrat kompleks terutama laktosa.1,2,8
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, E. Coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi
sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.1,2,8
Patofisiologi diare
Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu :
1. Gangguan absorpsi atau diare osmotik.
Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon
lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Diare terjadi akibat kelainan di usus halus,
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi bertambah.1,2,11
7
Gambar 1. Diare osmotik2
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya
akan lewat tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.1,2,10
Gambar 2. Patofisiologi diare osmotik 11
2. Gangguan sekresi atau diare sekretorik
8
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di
sel epitel berlangsung terus atau meningkat.11
Gambar 3. Diare sekretorik11
Dikenal dua bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia. Toksin penyebab
diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP,
cGMP, dan Ca dependen yang selanjutnya akan meningkatkan protein kinase.
Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membrane protein sehingga
mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl di kripta keluar. Di sisi
lain terjadi peningkatan pompa natrium dan natrium masuk ke dalam lumen usus
bersama Cl.1,2
9
Gambar 4. Patofisiologi Diare sekretorik 1
Pada diare terjadi kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja. Kehilangan
bertambah bila ada muntah. Kehilangan ini menyebabkan dehidrasi (karena
kehilangan air dan natrium klorida), asidosis (karena kehilangan bikarbonat), dan
kekurangan kalium. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemi, kolaps kardiovaskular, dan kematian.11
Dehidrasi diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : 8,11
1. Dehidrasi isotonik
Dehidrasi isotonik adalah dehidrasi yang sering terjadi. Kehilangan air dan natrium
dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dalam cairan ekstraselular.
Gambaran dehidrasi isotonik:
Ada ketidakseimbangan air dan natrium
Konsentrasi natrium serum normal (130-150 mmol/l)
Osmolaritas serum normal (275-295 ml)
10
Hipovolemi, terjadi akibat kehilangan banyak cairan ekstraseluler
2. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik)
Pada keadaan ini didapat kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Ini biasanya
akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare (mempunyai kandungan
natrium, gula) yang tidak diabsorpsi secara efisien, dan pemasukan air yang tidak
cukup atau minum cairan yang hipotonik. 1,4
Cairan rehidrasi oral sebagai larutan elekrolit untuk mengganti kehilangan
cairan tubuh selama diare adalah hal terpenting dalam terapi penyakit diare. Sejak
35 tahun WHO dan UNICEF merekomendasikan formula tunggal larutan gula
elektrolit untuk mengobati atau mencegah dehidrasi selama diare. Larutan yang
direkomendasikan mengandung natrium 90 mmol/L dan osmolaritas total 311
mmol/L dan telah digunakan di seluruh dunia serta menampakkan hasil
penurunan angka kematian secara dramatis. Larutan ini hiperosmolar dibanding
plasma sehingga dapat meningkatkan risiko hipernatremi pada anak bila
pengenceran yang dilakukan tidak tepat.1,4
Hipernatremi dapat menyebabkan hipertonisitas yang mengakibatkan
peningkatan osmolalitas cairan interstisial pada sistem saraf pusat dan
menyebabkan kehilangan cairan sel otak sehingga mengakibatkan pengerutan sel
otak dan kematian.
Hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan kerusakan serebrum dengan
perdarahan dan trombosis serebral luas, serta efusi subdural. Jejas serebri ini
dapat mengakibatkan defisit neurologis menetap. Tanpa adanya lesi patologis
yang jelas, kejang sering terjadi pada penderita hipernatremi berat. Selama masa
dehidrasi, kandungan natrium sel-sel otak meningkat, osmol odiogenik
intraseluler terutama taurin dihasilkan.
Gambaran dehidrasi hipertonik:
Terdapat kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya lebih
besar
Konsentrasi natrium serum meningkat (>150 mmol/l)
11
Osmolaritas serum meningkat (>295 osmol/l)
3. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik)
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau cairan hipotonik yang
mengandung konsentrasi garam atau bahan terlarut lain yang rendah atau yang
mendapat infuse 5% glukosa dalam air, bisa menderita hiponatremi. Hal ini terjadi
karena air di absorpsi dari usus sementara kehilangan garam tetap berlangsung dan
menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.
Gambaran dehidrasi hiponatremik:
Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natrium lebih banyak
Konsentrasi natrium serum rendah (< 130 mmol/l)
Osmolaritas serum rendah (275 mOsmol/l)
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis diare tergantung dari penderita dan organisme penyebabnya. Penderita
dengan umur yang lebih muda dan asupan nutrisi yang kurang memiliki gejala klinis
yang lebih berat.1,9
Selain BAB yang encer, terdapat gejala-gejala lainnya. Gejala gastrointestinal
dapat berupa kram perut dan muntah, sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung penyebabnya. Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses
peradangan atau akibat dehidrasi. Panas umum terjadi pada penderita dengan
inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada
perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar.1
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik, akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.
Panas dan muntah memperberat kehilangan air dan elektrolit. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolit, dan hipokalemia.1,9
Penderita dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan atau lebih
dari 10% BB. Mereka biasanya lethargi, stupor bahkan koma, mata sangat cekung
dan tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering dan pernafasannya cepat dan dalam.
12
Penderita (yang sadar) sangat haus, namun bila kesadarannya stupor, penderita
mungkin hanya minum sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali
sangat lambat (lebih dari 2 detik). Nadi femoral sangat cepat, dan nadi radialis
mungkin sangat cepat dan tidak teraba. Pada bayi ubun-ubun besar sangat cekung.
Penderita mungkin tidak kencing 6 jam atau lebih. Bila ada syok hipovolemik,
tekanan darah sistolik yang diukur di lengan sangat rendah atau tidak terukur; lengan
dan kaki dingin dan basah, dan kuku jari mungkin biru (sianosis).1,10,11,12
Pada diare dehidrasi berat dengan hipernatremi, otak menghasilkan idiogenic
osmoles untuk meningkatkan osmolaritas intraseluler dan mengelakkan kehilangan
cairan otak. Mekanisme ini tidak tiba-tiba dan paling mencolok apabila hipernatremi
telah terbentuk secara gradual. Jika konsentrasi natrium serum dikurangkan secara
tiba-tiba, akan terjadi pergerakan air dari serum masuk ke dalam sel otak untuk
mengimbangkan osmolaritas didalam 2 kompartemen. Hasilnya akan terjadi edema
otak yang bermanifestasi sebagai koma atau kejang.8
2. 6 Diagnosis
Diagnosis diare akut dengan dehidrasi berat berdasarkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi,
jumlahnya, warna, bau, ada atau tidak lendir dan darah, disertai muntah atau tidak,
jumlah muntah dan volumenya, kencing biasa, kurang , jarang atau tidak kencing
dalam 6-8 jam terakhir, makan dan minum yang diberikan selama diare, penyakit lain
yang menyertai, seperti demam, batuk, pilek, otitis media, campak, kejang sebelum,
selama dan setelah diare. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare, obat-
obat yang diberikan, serta riwayat imunisasi.1,8,12
Pada pemeriksaan fisik harus diperiksa BB, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung, frekuensi pernafasan, tekanan darah, dan juga tanda-tanda dehidrasi.
Berikut ini adalah beberapa skala penilaian derajat dehidrasi :
Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi (kriteria WHO) 13
13
A B C Kondisi Normal Gelisah LetargiMata Normal Cekung Sangat cekungHaus Normal Haus Tidak dapat minumTurgor kulit < 2 detik 2-3 detik > 3 detik
Status dehidrasi :
A : Tanpa dehidrasi
B : Dehidrasi ringan/sedang (2 gejala di kolom B).
C : Dehidrasi berat (2 gejala di kolom C).
Table 2. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem pengangkaan- Maurice King:1Bagian tubuh yang diperiksa
Nilai gejala yang ditemukan0 1 2
Keadaan umumKekenyalan kulitMataUbun-ubun besarMulutDenyut nadi permenit
SehatNormalNormalNormalNormalKuat < 120
Gelisah, cengeng, apati, mengantukSedikit kurangSedikit cekungSedikit cekungKeringSedang (120-140)
Mengigau, koma, syokSangat kurangSangat cekungSangat cekungKering dan sianosisLemah > 140
Hasil yang didapat pada pasien diberi angka 0,1, atau 2, sesuai dengan table, kemudian dijumlahkan.Catatan : untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu :12
2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan). 5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang). >10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat).
Nilai:0-2 : Dehidrasi ringan3-6 : Dehidrasi sedang7-12 : Dehidrasi berat
Tabel 3. Clinical Dehidration Scale 7
Karakteristik Skor 0 Skor 1 Skor 2Penampilan umum
Mata
Lidah
Air mata
Normal
Normal
Basah
Normal
Haus, letih/letargi, tetapi rewel.
Sedikit cekung
Lengket
sedikit
Mengantuk, lemah, kedinginan atau berkeringat, letargi/tidak.
Sangat cekung
Kering
Tidak ada
14
Berikut ini hasil pemeriksaan fisik pada pasien dehidrasi berat berdasarkan
Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR), WHO dan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS). 1
Tabel 4. Hasil pemeriksaan fisik dehidrasi berat menurut Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR ) 20031
Simptom Dehidrasi berat (kehilangan BB>9%)KesadaranDenyut jantungKualitas nadiPernafasanMataAir mataMulut dan lidahCubitan kulitCapillary refillEkstremitasKencing
Apatis, letargi, tidak sadarTakikardi, bradikardi pada kasus beratLemah, kecil, tidak terabaDalamSangat cowongTidak adaSangat keringKembali > 2 detikMemanjang, minimalDingin, mottled, sianotikMinimal
Table 5. Dehidrasi berat menurut WHO 1,2
Penilaian Hasil 1. Menanyakan
DiareMuntahHausKencing
2. MelihatKeadaan umumMataAir mataMulut dan lidah
3. MerabaTurgor kulitNadi
Ubun-ubun4. Menimbang
Berat badan
>10x hariSering++ atau tak dapat minumAnuria ( - selama 6 jam)
Lesu, lunglai, atau tidak sadarSangat cekungKeringSangat kering
Kembali sangat lambatSangat cepat lemah atau tak teraba (>140x/menit)Sangat cekung
Turun >100g/kgbb
Penilaian dehidrasi berat menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
adalah:14,12
- Letargis atau tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
15
- Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urin
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.1
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
1. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2. Urine: urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja
Pemeriksaan makroskopis : tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah,
tinja yang mengandung darah atau mukus bias, atau berbau busuk didapatkan
pada infeksi salmonella, giardia, cryptosporidium, dan strongloides.
Pemeriksaan mikroskopis : dilakukan untuk menemukan leukosit, yang dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya
peradangan mukosa.
Kultur tinja negatif:
- Pada infeksi enteropatogen
- Diare lebih dari 1 minggu
- Pasien imunocompromised
2. 7 Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai
diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam
penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga
menjadi cara untuk mengobati pasien.1,9
16
Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan
diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:1,2,9
1. Rehidrasi dengan oralit baru
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang
terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak
elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-
akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan virus. Diare
karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disentri.
Olehkarena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolarits yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas
plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.1,2,3
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit
ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik
daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran
tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit
baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-
kolera pada anak.1,15
Ketentuan pemberian oralit formula baru:1, 15
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan
24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
17
e. Cara pemberian :
infant diberikan dengan menggunakan spuit yang tidak berjarum.
Anak di bawah 2 tahun dengan menggunakan sendok setiap 12
menit.
Anak di atas 2 tahun dengan menggunakan gelas, diminum sedikit
demi sedikit tetapi sering.
Tabel 6. Perbandingan Komposisi Elektrolit Baru & Lama 1 Komposisi Oralit Baru (Mmol/liter) Lama (Mmol/liter)NatriumKloridaGlucose, anhydrousKaliumSitratBasaTotal Osmolaritas
7565752010-245
908011120-30331
- Komposisi oralit lama dipilih untuk memungkinkan satu jenis larutan saja
digunakan pada pengobatan diare yang disebabkan oleh bermacam sebab
bahan infeksius yang disertai dengan berbagai derajat kehilangan
elektrolit. Contoh diare rotavirus berhubungan dengan kehilangan natrium
bersama tinja 30-40 mEq/L, ETEC 50-60 mEq/L dan V. Cholera > 90 -
120 mEq/L. CRO-WHO (Oralit) telah terbukti selama lebih dari 25 tahun
efektif baik untuk terapi maupun rumatan pada anak dan dewasa dengan
semua tipe diare infeksi.
- Walaupun demikian, dari hasil-hasil riset klinik berikutnya, pada
metaanalisis mendukung penggunaan CRO yang osmolaritasnya rendah.
CRO dengan osmolaritasnya yang lebih rendah berkaitan dengan muntah
lebih sedikit, keluaran tinja yang lebih sedikit, berkurangnya pemberian
intravena dibandingkan dengan CRO standard, pada bayi dan anak non
kolera. Atas dasar hasil tersebut WHO dan Unicef mengadakan konsultasi
tentang penggunaan CRO dengan osmolaritas lebih rendah untuk
digunakan secara global.
18
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.1,15
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena
memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya.
Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara
signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis,
zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan
seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga
berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan
pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna
dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada
diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dan usus.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga
dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak:
-Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
-Anak di atas umur 6 bulan 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air
matang atau oralit.
3. ASI dan makanan
19
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang.1,8
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali
setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat
kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kernampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau
paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan
penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus
akan lebih lama.1,8
Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung kepada umur, makanan
yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya setempat. Pada umumnya
makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang dibutuhkan dengan anak
sehat, Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak
mau, Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak
setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa
secara rutin tidak diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa
mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul
kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan
pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH <6) dan terdapat bahan yang mereduksi
dalam tinja > 0,5%,. Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari
kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap
selama 2-3 hari.1,8
Selain itu, selama diare juga dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi
kafein, makanan berminyak, makanan tinggi serat, atau makanan yang terlalu manis.
Dianjurkan menambah makanan lunak dan tanpa penyedap makanan, meliputi pisang,
nasi putih, kentang rebus, roti bakar, biscuit, wortel rebus, ayam panggang tanpa kulit
dan lemak. Untuk anak-anak, dokter anak merekomendasikan diet tanpa penyedap
20
makanan. Bila diare telah berhenti, dokter juga menganjurkan anak-anak untuk ke
diet normal dan sehat jika dapat ditoleransi. 5
Pada diare yang disebabkan oleh intoleransi laktosa pada anak dapat diberikan
diet rendah atau bebas laktosa. Diet bisa dilakukan dengan mengganti susu sapi
dengan susu formula yang mengandung soya (kedelai). Pada saat anak didiagnosis
intoleransi laktosa menghindari susu dan produk lain yang mengandung laktosa dapat
mengurangi gejala16. Penelitian yang dilakukan oleh Simakachorn dkk17 diperoleh
hasil bahwa formula bebas laktosa efektif pada pasien diare akut pada anak. Lamanya
diare menjadi lebih pendek, frekuensi diare lebih sedikit bila dibandingkan dengan
pemberian susu formula yang mengandung laktosa.
Jenis-jenis susu rendah laktosa antara lain adalah SGM LLM, Nutrilon LLM,
sedangkan contoh susu bebas laktosa antara lain adalah BEBELAC FL, OLAC,
NL33.
4. Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti: antibiotika,
antidiare, adsorben, antiemetik dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus.
Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya
mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk
anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut
tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.1,3
a. Antibiotik
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika.1,3
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti
V cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella, Camphylobacter dan
sebagainya.
Tabel 7. Antibiotik pada diare1,10,12, 18, 19
Penyebab Antibiotik Pilihan Mekanisme kerja Efek samping
Kolera Tetracycline Menghambat sintesis - Reaksi kepekaan: erupsi
21
12,5 mg/kgBB4 x sehari selama 3 hari
protein bakteri pada ribosomnya
mobiliformis, urtikaria, dermatitis ekfoliatif, edema angioneurotik, reaksi anafilaksis, demam dan eusonofilia
- Reaksi toksik dan iritatif: iritasi lambung, diare, trombolebitis, leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit, dan trombositopenia, dan reaksi fototoksik
- Akibat perubahan biologic: terjadi superinfeksi oleh kuman resisten (mengakibatkan diare) dan jamur.
Shigella dysentery
Trimethoprim (TMP) –Sulfamethoxazole (SMX)TMP : 10 mg/kgBB/hariSMX : 50 mg/kgBB/hariDibagi dalam 2 dosis, 5 hari
Ampisilin50 mg/kgBB/hariDibagi 4 dosis, 5 hari
Ciprofloxacin15 mg/kgBB2 x sehari selama 3 hari
Menghambat sintesis purin dan asam-asam nukleat melalui penghambatan pembentukan asam folat
Menghambat sintesa dinding sel bakteri
Menghambat DNA girase
- Kulit: dermatitis ekfoliatif, sindrom Stevens – Johnson, toxic epidermal necrolysis (jarang)
- GIT: mual, muntah,diare (jarang), glostitis dan stomatitis (relative sering), ikterus
- SSP: sakit kepala, depresi dan halusinasi
- Hematologic: anemia (aplastik, hemolitik dan makrositik), gangguan koagulasi, granulositopenia, agranulositosis, purpura, purpura Henoch-Schonlein dan sulfhemoglobinemia
- Kulit kemerahan, mual, muntah, diare.
- Disfagia, pusing, insomnia, pandangan kabur, palpitasi.
22
Amoebiasis Metronidazole10 mg/kgBB3 x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat
Bersifat amubisid - Paling sering dikeluhkan: kepala, mual, mulut kering dan rasa kecap logam
- Muntah, diare dan spasme usus (jarang)
- Lidah berselaput, glositis dan stomatitis (selama pengobatan)
Giardiasis
Salmonella
Metronidazole5 mg/kg3 x sehari selama 5 hari
Chloramphenicol50-100 mg/kgBB/hari
Bersifat amubisid
Menghambat sintesa protein yang berinteraksi dengan ribosom 50 S
- Paling sering dikeluhkan: kepala, mual, mulut kering dan rasa kecap logam
- Muntah, diare dan spasme usus (jarang)
- Lidah berselaput, glositis dan stomatitis (selama pengobatan)
- Mual, muntah, urtikaria, angioedem, gangguan hematologik dan neurologik, rasa terbakar, gray syndrome.
b. Obat antidiare1,3
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat
ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:
1. Adsorben1,12
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholestyramine). Obat-
obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya untuk
mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan
diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus.
Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dan penggunaan obat ini
untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.
2. Antimotilitas1
Contoh: loperamide hydrochloride, diphenoxylate dengan atnopine, tinctura opii,
paregoric, codein. Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang
dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat
23
menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat
memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dan organisme
penyebab. Dapat terjadi efek sedatif pada dosis normal. Tidak satu pun dan obat-
obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.
3. Bismuth subsalicylate1
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak
dengan diare akut sebanyak 30%, akan tetapi cara ini jarang digunakan.
4. Kombinasi obat
Banyak produk kombinasi adsorben, antimikroba, antimotilitas atau bahan lain.
Produsen obat mengatakan bahwa formulasi ini baik untuk digunakan pada
berbagai macam diare. Kombinasi obat semacam ini tidak rasional, mahal dan
lebih banyak efek samping daripada bila obat ini digunakan sendiri-sendiri. Oleh
karena itu tidak ada tempat untuk menggunakan obat ini pada anak dengan diare.
5. Nasihat kepada orang tua1
Nasihat pada ibu atau pengasuh: Kembali segera jika demam, tinja berdarah,
berulang, makan atau minum sedikit., sangat haus, diare makin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari.
Berdasarkan data diatas, sesuai dengan panduan WHO, pengobatan diare akut
dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral
serta melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti
diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.
Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat.1
6. Prebiotik dan Probiotik
Prebiotik dalam nutrisi merupakan substansi makanan yang mempromosi
pertumbuhan beberapa bakteri usus yang menguntungkan bagi kesehatan. Bakteri
tersebut dikenal sebagai probiotik. Probiotik berfungsi sebagai suplemen makanan
yang mengandung bakteri atau jamur yang menguntungkan kesehatan usus, namun
yang sering digunakan adalah bakteri asam laktat (LAB) karena kemampuannya
mengkonversi laktosa menjadi asam laktat. Hal tersebut mengakibatkan rasa asam
24
yang dikenal pada makanan terfermentasi seperti yoghurt, yang berfungsi sebagai
pengawet alamiah dengan menurunkan pH dan membatasi proses pembusukan dalam
usus. 20
Telah dibuktikan bahwa kultur bakteri probiotik membantu flora usus alamiah
untuk mempertahankan daya tahan usus terhadap mikro organisme patogen. Kondisi
yang dapat mengganggu kestabilan flora usus antara lain penggunaan antibiotik atau
obat lain, alkohol, stres, penyakit, substansi toksik, dan kemungkinan penggunaan
sabun anti bakteri. Dalam praktek, pasien sering dianjurkan pada waktu minum
antibiotik atau pada pengobatan kandidiasis meminum probiotik secara bersamaan.
Probiotik secara alamiah ditemukan pada lactobacillus yoghurt dan sauerkraut (kol
yang diasamkan). 20
Efek utama prebiotik adalah menstimulasi secara selektif pertumbuhan
bifidobacteria dan lactobacilli dalam usus sehingga meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap mikroorganisme patogen. Karbohidrat prebiotik kemungkinan mempunyai
efek yang tidak spesifik karena terfermentasi dalam usus besar. Karbohidrat prebiotik
yang telah dievaluasi pada manusia adalah fruktan atau galaktan. Penelitian in vitro
dan in vivo menunjukkan bahwa prebiotik tidak dicerna oleh enzim, tetapi
difermentasi oleh bakteri anerob dalam usus besar. Belum pernah dilaporkan
penemuan prebiotik karbohidrat dalam feses. Melalui fermentasi dalam usus besar,
karbohidrat prebiotik menghasilkan asam lemak rantai pendek (small chain fatty
acid/SCFA), menstimulasi pertumbuhan berbagai bakteri termasuk lactobacilli dan
bifidobacteria, dan dapat menghasilkan gas. Seperti karbohidrat terfermentasi lain,
prebiotik mempunyai efek laksatif (cuci perut), tetapi sulit dibuktikan karena efeknya
jarang sekali dilaporkan secara klinis. 20
Secara potensial efek utama karbohidrat prebiotik adalah untuk meningkatkan
daya tahan tubuh usus terhadap mikroorganisme patogen sehingga mengurangi
kekerapan diare yang dialami seseorang. Namun efek tersebut belum berhasil
dibuktikan secara meyakinkan pada dewasa dan anak. 20
Pada bayi baru lahir meningkatkan lingkungan bebas kuman di dalam
kandungan untuk memasuki dunia luar yang terkontaminasi, dan harus mempunyai
25
daya tahan intensial untuk mencegah timbulnya penyakit neonatus akibat infeksi
mikro organisme. Walaupun sistem imun mukosa usus telah matur/dewasa pada
waktu bayi lahir cukup bulan, fungsi perlindungan usus memerlukan rangsangan
kolonisasi bakteri pada awal kehidupannya. Pada waktu ibu memberikan ASI kepada
bayinya diketahui bahwa ASI tersebut mempunyai prebiotik yang mengandung
oligosakarida, seperti fruktan tipe inulin yang tidak dicerna di usus halus, tetapi
masuk kolon dalam keadaan utuh yang difermentasi oleh bakteri usus untuk
menghasilkan SCFA (asam lemak rantai pendek). Proliferasi bakteri usus spesifik
ditentukan oleh sifat fermentasi dan keadaan pH usus. Bayi yang diberikan ASI
tersebut memperoleh prebiotik yang menghasilkan peningkatan proliferasi
bifidobacteria dan lactobacilli yang merupakan probiotik, sedangkan bayi yang hanya
diberikan susu formula dapat menghasilkan probiotik hasil stimulasi sintesis dan
sekresi antibodi lgA polimerik yang melindungi permukaan mukosa terhadap invasi
mikroorganisme patogenik. 20
Efek anti-inflamasi inulin atau oligofruktosa telah dinilai pada model kolitis
distal tikus yang diinduksi oleh dekstran natrium sulfat, secara histologiskolitis
tersebut mirip dengan kolitis ulseratif pada manusia, serta pada model trinitrobenzene
asam sulfonat yang mirip dengan kolitis ulseratif pada manusia. Inulin dan
oligofruktosa menstimulasi produksi SCFA dalam kolon dan cenderung memfasilitasi
pertumbuhan lactobacilli dan/atau bifidobacteria. Sebagai akibat efek tersebut terjadi
penurunan inflamasi usus dan penurunan skor lesi mukosa usus. Inulin telah diuji
dalam uji klinis dengan kontrol placebo pada pasein dengan pouchitis berulang pada
ileostomi kontinen. Pengobatan dengan prebiotik tersebut mengurangi berbagai
parameter endoskopi dan histologi pada mukosa pouch yang terinfeksi. Inulin dan
oligofruktosa memberikan peluang untuk mencegah kelainan radang usus. 20
Simbiosis antara hospes (usus manusia) dan flora (bakteri usus) dapat
dioptimalkan dengan prebiotik. Fruktan tipe inulin telah terbukti memperbaiki fungsi
metabolik flora komensal. Data klinis dan ekperimental menunjukkan bahwa
prebiotik memperbaiki barier mukosa usus terhadap mikroorganisme patogen.
26
Selanjutnya, modulasi fungsi tropika flora oleh prebiotik dapat mencegah penyakit
radang usus. 20
Fortifikasi menggunakan bifidobacteria/lactobacilli usus dengan prebiotik
dapat memperbaiki efek perlindungan usus besar terhadap berbagai berbagai
mikroorganisme patogen dalam usus . Bakteri asam laktat usus tersebut mempunyai
mekanisme potensial untuk menurunkan infeksi usus, yaitu melalui: 20
1. Hasil sisa metabolisme yang dieksresi oleh mikroba tersebut dapat menurunkan
pH usus sehingga mengganggu potensi patogenik mikroorganisme. Selanjutnya,
lactobacilli dan bifidobacteria dapat mengeksresi antibiotik alamiah yang
mempunyai spektrum kerja luas.
2. Mekanisme lainnya termasuk perbaikan stimulasi imunitas, kompetisi terhadap
nutrien, dan menghambat situs adhesi patogen dalam usus. Banyak
mikroorganisme patogen seperti Escherichia coli tipe 1, Salmonellae dan
Campylobacter menggunakan situs reseptor oligosakarida dalam usus.
Selanjutnya, bakteri tersebut dapat menyebabkan gastroenteritis melalui invasi
kuman dan pembentukan toksin. Dalam hal tersebut, konsep prebiotik adalah
menstimulasi situs reseptor tersebut dalam usus, sehingga patogen tidak
berkaitan dengan reseptor.
Efek kombinasi prebiotik terhadap flora bakteri asam laktat dapat menjurus
pada intervensi dietetik yang diasup oleh seseorang dalam hal mencegah diare.
Efisiensi prebiotik memerlukan fermentasi spesifik sehingga mempunyai kemampuan
untuk merubah komposisi mikroflora feses menjadi struktur koloni bakteri yang
menguntungkan tubuh manusia. Sifat positif bifidobacteria dan lactobacilli
merupakan sasaran pertahanan usus utama terhadap mikroorganisme patogen. Inulin
dan oligofruktosa telah terbukti merupakan prebiotik yang efektif. Oleh karena sifat
prebiotik seperti ditunjukan oleh fruktan tipe inulin yakni perangsang selektif
bifidobakteria kolon, maka kedua prebiotik tersebut banyak digunakan dalam produk
makanan seperti minuman, yoghurt, biskuit dan selai roti. Oleh karena bifidobakteria
menghambat mikroorganisme patogen usus, fungsi utama asupan prebiotik adalah
fortifikasi flora usus terhadap infeksi akut mikroorganisme. 20
27
Menurut Mitsuoka (ahli probiotik dari Jepang), lactobacilli populasinya
adalah 10 pangkat 6, sedangkan bifidobacteria adalah 10 pangkat 8. Namun memang
para produsen melebihkan jumlahnya 2 - 3 log (pangkat 10) untuk mengantisipasi
kerusakan akibat melalui saluran cerna bagian atas (lambung).21
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam mengasup nutrisi
probiotik dan prebiotik terdiri dari prevensi, kuratif, dan efek peningkatan daya
terhadap penyakit tertentu. Bukti yang mendukung keuntungan tersebut tentunya
memerlukan uji kasus-kelola secara acak, dan konsistensi yang mendukung
penggunaan kedua nutrisi tersebut dalam berbagai penelitian yang dilakukan.
Terdapat bukti tentang efek positif beberapa prebiotik untuk mengatasi sembelit dan
pengobatan ensefalopati hepatik. Sedangkan terdapat hasil positif pula beberapa
probiotik untuk mengatasi intoleransi laktosa, kelainan intestinal akibat antibiotik,
dan pada penyakit gastroenteritis. Terdapat banyak bukti yang mendukung manfaat
kedua nutrisi tersebut dalam mencegah penyakit radang usus berulang (rekruen).
Hasil uji positif mengarah kepada efek prevensi kolonisasi intestinal terhadap
clostridium difficile dan helicobacter pylori.21
7. Tatalaksana diare akut pada anak gizi buruk Resomal 22
Cara membuat cairan ReSoMal
Terdiri dari :
Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter (*) : 1 pak
Gula pasir : 50 gram
Larutan elektrolit/mineral (**) : 40 ml
Ditambah air sampai larutan menjadi : 2000 ml (2 liter)
Setiap 1 liter cairan ReSoMal ini mengandung 37,5 mEq Na, 40 mEq K dan 1,5
mEq Mg
(*) : Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter mengandung 2,6 g NaCl, 2,9 g trisodium
citrate sesuai formula baru 1,5 g KCl dan 13,5 gram glukosa
Cara membuat larutan elektrolit
28
(**) : Larutan elektrolit/mineral terdiri dari :
KCl : 224 gram
Tripotasium : 81 gram
MgCl2.6H2O : 76 gram
Zn asetat 2H2O : 8,2 gram
CuSO4.5H2O : 1,4 gram
Ditambah air sampai larutan menjadi : 2500 ml (2,5 Liter)
Pengobatan diare dehidrasi berat secara TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)1,3,23
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah Sakit karena
pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral. Pasien yang masih
dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus
terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan
intravena (± 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-4
jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian tersebut
dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat
disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral
digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB.
Cara pemberiannya :
untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70
cc/kgBB.
Diatas 1 tahun ½ jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2½ jam berikutnya 70
cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
29
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan diare dengan
dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.
Table 8. Panduan terapi intravena untuk anak-anak dan dewasa dengan dehidrasi berat.24
Mulai cairan intravena dengan segera. Jika pasien bisa minum berikan ORS per oral sampai infus terpasang. Beri 100 mg/kgBB Ringer Laktat Solutiona dibagi : Age pemberian awal 30 mg/kgBB kemudian beri 70 mg/kgBBBayi(<12 bulan) 1 jamb 5 jam>12 bulan 30 menitb 2,5 jam-Nilai ulang pasien setiap jam. Jika hidrasi tidak meningkat beri IV lebih cepat. -Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (>12 bulan), evaluasi pasien dengan menggunakan lembar penilaian. Kemudian pilih terapi yang sesuai rencana (A,B, dan C) kemudian lanjutkan terapi.
1. Jika Ringer Laktat Solution tidak tersedia, dapat digunakan saline.2. Ulangi 1x jika denyut nadi radialis masih sangat rendah atau tidak teraba
Cairan yang dapat digunakan dalam tatalaksana diare akut dengan dehidrasi berat:
a. Ringer’s Lactate atau ringer asetat
Cairan paling fisiologis jika diperlukan volume besar. Laktat dalam RL akan
dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat untuk memperbaiki keadaan,
misal asidosis metabolik. Kalium dalam RL tidak cukup untuk kebutuhan
sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium.Ringer laktat tidak mengandung
glukosa, sehingga sebagai cairan rumatan (maintenance) harus ditambah
glukosa untuk mencegah ketosis. Pemberian maksimal 2000 ml per hari.25
b. NaCl 0,9 % ( Normal saline )25
Dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy ), terutama pada kasus:
• Kadar Na+ rendah
• Jika RL tidak cocok (alkalosis, retensi K+ )
• Cairan terpilih untuk trauma kepala
• Untuk mengencerkan eritosit sebelum transfuse
Mempunyai kekurangan:
• Tidak mengandung HCO3-
• Tidak mengandung K+
• Kadar Na+ dan Cl– relatif tinggi, sehingga dapat terjadi asidosis
hiperkloremia, asidosis dilusional, dan hipernatremia
30
Pemberian maksimal 1500 ml per hari.
c. Ka EN 3B26
Ka EN 3B mengandung Na+ 50 mEq/L, K+ 20 mEq/L, Cl-50 mEq/L, Laktat 20
mEq/L glukosa 27 gr/L.
d. Half strength Dorrow (HSD)26
HSD mengandung Na+ 60 mEq/L, K+ 17 mEq/L, Cl- 52 mEq/L, Laktat 25
mEq/L, glukosa 25 gr/L.
Pengobatan diare dehidrasi berat dengan hipernatremi 8
Pada diare dehidrasi berat dengan hipernatremi:
Tidak bisa dikoreksi secara tiba-tiba (rapid),
Tetapi kurangi natrium serum hingga 0,5 mEq/L/jam dan tidak melebihi 12
mEq/L dalam 24 jam.
Komponen paling penting waktu mengkoreksi hipernatremi adalah monitoring
kadar natrium serum supaya terapi cairan bisa dipantau untuk memberikan
koreksi yang mencukupi, tidak terlalu cepat atau pelan.
Jika terjadi kejang pada anak akibat udem otak yang disebabkan oleh koreksi
yang tiba-tiba, pemberian cairan hipotonik harus dihentikan.
Infus saline 3% dapat meningkatkan kadar natrium serum dengan cepat dan
menghentikan edema serebral.
Pada anak dengan dehidrasi hipernatremik, prioritas utama adalah
memulihkan volume intravaskuler dengan cairan isotonik. NaCl fisiologis (saline)
merupakan pilihan utama dibandingkan Ringer Lactate (RL) karena konsentrasi
natrium yang lebih rendah pada RL bisa menyebabkan konsentrasi natrium serum
berkurang mendadak. Bolus saline (10-20mL/kg) diperlukan untuk penatalaksanaan
hipotensi, takikardi, dan tanda-tanda perfusi yang tidak baik.
31
Konsentrasi sodium pada cairan pengganti, kadar pemberian cairan, dan
kehilangan air terus-menerus dapat menyebabkan penurunan kadar konsentrasi
natrium. Rumus ini dipakai untuk menghitung defisit cairan :
Defisit cairan = BB x 0,6 (1-145/[natrium sewaktu])
Kehilangan cairan dan natrium yang berlebihan juga harus diganti. Jika tanda
dan gejala kekurangan volume terjadi, pasien diberikan bolus tambahan saline
isotonik. Monitoring pada kadar penurunan konsentrasi natrium serum bisa
membantu perubahan pada kecepatan dan konsentrasi natrium pada cairan yang
diterima pasien, menghindari koreksi tiba-tiba pada hipernatremi. Pasien dengan
dehidrasi hipernatremik yang ringan hingga sedang akibat gastroenteritis bisa
ditatalaksana dengan rehidrasi oral.
Hipernatremik berat yang akut biasanya sekunder akibat pemberian natrium,
harus dikoreksi lebih cepat karena belum terjadi akumulasi idiogenic osmoles.
Apabila hipernatremi berat dan karena intoksikasi natrium, sulit untuk pemberian
cairan yang cukup untuk mengkoreksi hipernatremi dengan cepat tanpa memperburuk
overload cairan. Pada situasi ini, dialisis peritoneal bisa digunakan untuk
mengeluarkan natrium yang berlebihan. Ini memerlukan cairan dialisis dengan
konsentrasi glukosa tinggi dan konsentrasi natrium rendah. Pada kasus yang ringan,
penambahan diuretik kuat menambahkan pengeluaran natrium berlebihan dan air,
menurunkan resiko overload cairan. Pada overload natrium, hipernatremia dikoreksi
dengan cairan intravena bebas natrium (D5W).
Hiperglikemia akibat hipernatremia tidak ditatalaksana dengan insulin karena
penurunan glukosa yang akut bisa memperburuk udem serebral dengan mengurangi
osmolaritas plasma. Jadi, konsentrasi glukosa pada pemberian IV harus dikurangi
(dari D5W ke D2,5W).
Tabel 9. Tatalaksana dehidrasi hipernatremi8
Tatalaksana Dehidrasi Hipernatremika) Restorasi volume intravaskular:Normal Saline (NS) 20ml/kgBB dalam 20 menit, diulang sehingga volume intravaskular terpenuhi.
32
b) Menentukan lama koreksi berdasarkan nilai sodium inisial (yang pertama):145-157 mEq/L :24 jam158-170 mEq/L : 48 jam171-183 mEq/L : 72 jam184-196 mEq/L : 84 jam
c) Administrasi cairan pada kadar tetap berbanding waktu:D5%1/2 NS 1,25-1,5 kali dosis maintenance.
d) Monitor konsentrasi sodium serum:Jika natrium kurang terlalu cepat, ditambahkan konsentrasi sodium IV atau mengurangkan laju drip IV.Jika natrium kurang dengan perlahan, dikurangkan konsentrasi sodium, atau tambahkan laju drip IV.
Prinsip khusus rekomendasi praktis untuk penatalaksanaan di lapangan : 27
Anak harus dievaluasi derajat dehidrasi dengan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk anak dengan dehidrasi ringan hingga sedang, lebih baik digunakan
terapi dengan ORT.
Gangguan elektrolit pada anak-anak akibat diare dapat dikoreksi dan dicegah
dengan ORT yang sesuai.
Untuk anak-anak dengan dehidrasi, dosis tunggal ondansetron dapat
mendampingi ORT dengan mengurangi insiden dan frekuensi muntah.
2.8 Komplikasi 1,12
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa
diantaranya membutuhkan pengobatan khusus.
a.Gangguan elektrolit
Hipernatremia : kadar natrium plasma > 150 mmol/L
Hiponatremia : kadar natrium plasma < 130 mmol/L. Sering terjadi
pada anak dengan shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
edema.
Hiperkalemia : kadar K > 5 mEq/L.
Hipokalemia : kadar K < 3,5 mEq/L.
b. Asidosis metabolik
33
Pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat dapat hilang melalui tinja. Bila ginjal
berfungsi normal, kehilangan bikarbonat banyak diganti dan kehilangan basa yang
berat tidak akan terjadi. Bila mekanisme kompensasi ini gagal karena fungsi ginjal
menurun (terjadi bila aliran darah ke ginjal kurang karena hipovolemi), kemudian
kekurangan basa dan asidosis terjadi akibat produksi asam laktat yang berlebihan
ketika penderita mengalami syok hipovolemik.
Asidosis metabolik terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan
bersifat cepat, teratur, dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull. Pernafasan
Kuszmaull ini merupakan homeostasis respiratorik, adalah usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.
2.9 Prognosis1
Beberapa anak mempunyai risiko yang lebih tinggi dan harus diawasi karena
mempunyai prognosis kurang baik, yaitu : bayi, anak kurang gizi, anak yang tidak
mendapat ASI, dan yang mengalami dehidrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
34
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja. Diare Akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba
akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3x sehari. Diare akut umumnya berlangsung
selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease), hanya 10% yang
melanjut sampai 14 hari.
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorpsi.
Manifestasi klinis diare akut dengan dehidrasi berat, antara lain :
letargis/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa/malas minum, turgor kulit kembalinya
sangat lambat. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
Secara umum penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, zinc diberikan selama 10 hari berturut-
turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, antibiotik selektif, nasihat kepada orang tua.
3.2 Saran
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat
dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman sehingga dapat
menimbulkan kejadian penyakit diare.
Maka, penatalaksanaan diare akut sebaiknya lebih ditujukan ke arah
promotif/preventif , yaitu : upayakan ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun,
kebersihan perorangan, seperti mencuci tangan sebelum makan, kebersihan
lingkungan, seperti buang air besar di jamban, imunisasi campak, memberikan
35
makanan penyapihan yang benar, penyediaan air minum yang bersih, dan selalu
memasak makanan.
36