Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk...
Transcript of Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk...
PENGARUH MODEL BRAIN BASED LEARNING
BERBANTUAN WEBSITE TERHADAP KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA PADA KONSEP TERMODINAMIKA
(Penelitian Eksperimen Kuasi di MAN 19 Jakarta Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
MAHESTHA RASTHA ANDAARA
NIM 1113016300055
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
iv
v
ABSTRAK
Mahestha Rastha Andaara (1113016300055). Pengaruh Model Brain Based
Learning Berbantuan Website Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa pada
Konsep Termodinamika. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model brain based learning
berbantuan website terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep
termodinamika. Penelitian ini dilakukan di MAN 19 Jakarta Selatan. Penelitian ini
berlangsung pada semester dua tahun ajaran 2019/2020. Sampel diambil secara
purposive sampling yang terdiri dari kelas XI MIA 2 (kelas kontrol) dan kelas XI
MIA 1 (kelas eksperimen). Jumlah siswa kedua kelas sama, yaitu 30 siswa, total
sampel adalah 60 siswa. Hasil uji hipotesis dari hasil data posttest menggunakan
uji-t pada 𝛼 = 0,05 diperoleh nilai sig. Sebesar 0,018 dengan kesimpulan 𝐻0
ditolak dan 𝐻1 diterima, yaitu model brain based learning berbantuan website
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep termodinamika.
Nilai kognitif siswa pada kelas eksperimen meningkat lebih tinggi (N-gain 0,69
kategori sedang) dibandingkan dengan nilai kognitif siswa pada kelas kontrol (N-
gain 0,65 kategori sedang). Kemampuan kognitif pada indikator C4 kelas
eksperimen lebih tinggi (N-gain 0,66 kategori sedang) dibandingkan dengan
kemampuan kognitif pada indikator C4 kelas kontrol (N-gain 0,55 kategori
sedang).
Kata kunci: Model brain based learning berbantuan website; kemampuan
kognitif; konsep termodinamika
vi
ABSTRACT
Mahestha Rastha Andaara (1113016300055). The Effect of Website-Assisted
Brain Based Learning Model on Student's Cognitive Abilities in
Thermodynamic Concepts. Thesis of Physics Education Study, Department of
Natural Sciences Education. Faculty of Educational Sciences, State Islamic
University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
This research aims to determine the effect of Website-Assisted Brain Based
Learning Model on Student’s Cognitive Abilities in Thermodynamic Concept. The
Research was conducted in MAN 19 Jakarta Selatan in the second semester of the
2019/2020 academic year. Sample was taken by purposive sampling cluster that
consists of class XI MIA 2 (control group) and XI MIA 1 (experimental group).
Both of class have 30 students and the total sample are 60 students. The Result of
hypothesis testing on posttest data with t-test at α = 0,05 got sig. 0.018, the the
conclusion 𝐻0 was rejected and 𝐻1 was accepted. The Website-Assisted Brain
Based Learning Model has effected on student’s cognitive ability in
thermodynamic concept. Student’s cognitive ability in experimental group
increase more (N-gain 0.69, in middle category) than control group (N-gain 0.65,
in middle category). Cognitive ability at C4 indicator in experimental class are
higher (N-gain 0.66, in middle category) than C4 indicator in control class (N-
gain 0.55, in middle category).
Keywords: Website-Assisted Brain Based Learning Model; Cognitive Abilities;
Thermodynamic Concepts
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Brain Based Learning Berbantuan Website Terhadap
Kemampuan Kognitif Siswa pada Konsep Termodinamika”, shalawat beserta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya ke jalan yang lurus dan diridhoi oleh Allah SWT.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini peneliti ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Erina Hertanti, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selama ini
telah membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti selama menjadi
mahasiswa di pendidikan fisika.
4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi satu yang telah
banyak membimbing, memberikan saran dan berbagai pengetahuan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Taufiq Al Farizi, M.PFis, selaku dosen pembimbing skripsi dua yang
juga telah banyak membimbing, memberikan arahan, juga motivasi untuk
segera menyelesaikan skripsi ini
6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif hidayatullah Jakarta,
Khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Tadris Fisika yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, arahan, dan pelayanana dalam proses
perkuliahan.
viii
7. Drs. H. Hanapi selaku kepala MAN 11 Jakarta, yang sudah memberikan izin
PPKT dan Mohammad Yasin, M.Pd selaku kepala MAN 19 Jakarta yang
sudah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Novita Reiny M. Pd, selaku guru bidang studi fisika MAN 11 Jakarta yang
telah membimbing saya selama PPKT dan Ibu Eliza Andayani, S.Pd, M.Pd
selaku guru bidang studi fisika MAN 19 Jakarta yang telah membimbing
selama penelitian.
9. Secara khusus orangtua (Bapak Junaedi Abdillah dan Ibu Sutimi Setiawati)
yang diridhoi Allah SWT atas segala dukungan dan doa yang tidak pernah
terputus kepada peneliti, serta kedua saudaraku Bia Mehtha Andaara dan
Utrujjah Wahdatul Ummah yang telah mendoakan dan menjadi alasan peneliti
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
10. Spesial, sahabat-sahabat CSI, Fikri, Rizky, Sukma, Apan, Abdan, Rahmat,
rekan kerja Bimbel DELTA, NEW BIMBEL. ADZKA, terimakasih banyak
atas dukungan, bantuan, motivasi, hiburan dan semangat kepada peneliti.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, telah membantu
selama pendidikan dan penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan
perkuliahan dan skripsi ini, terimakasih atas bantuannya.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusanan
skripsi ini. Secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan penulisan. Akhir kata peneliti mengucapkan
syukron jazakallah, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 6 Januari 2019
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN. ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI.. .................................................. iv
ABSTRAK.. ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR. ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI.. ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.. ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL. ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.. .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN. ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.. ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah. ...................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah.. ......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian.. .......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian. ......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. ...................... 8
A. Kajian Teoritis.. .............................................................................................. 8
1. Model Brain Based Learning.. ....................................................................... 8
a. Pengertian. ...................................................................................................... 8
b. Tahapan-tahapan Model Brain Based Learning ............................................. 9
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Brain Based Learning.. .......................... 11
2. Media Pembelajaran ..................................................................................... 13
a. Pengertian .................................................................................................... 13
b. Klasifikasi .................................................................................................... 13
3. E-Learning dan Media Website .................................................................... 14
a. Internet untuk Pembelajaran ........................................................................ 14
x
b. Pembelajaran Berbasis Web dan E-learning ............................................... 15
c. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web ....................................... 16
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Web ............................. 16
e. Media Website ............................................................................................. 18
4. Kemampuan Kognitif.. ................................................................................. 19
5. Konsep Termodinamika................................................................................ 23
B. Kajian Penelitian yang Relavan.. .................................................................. 39
C. Kerangka Berpikir.. ...................................................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian.. .................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ......................................................... 45
A. Waktu dan Tempat Penelitian.. ..................................................................... 45
B. Metode Penelitian ......................................................................................... 45
C. Desain Penelitian .......................................................................................... 45
D. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 46
E. Variabel Penelitian........................................................................................ 48
F. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 48
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 48
H. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 49
I. Validasi Instrumen Penelitian ....................................................................... 51
J. Teknik Analisis Data .................................................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ............................................................ 60
A. Deskripsi Data .............................................................................................. 60
B. Hasil Penelitian.. ........................................................................................... 60
1. Hasil Pretest Kemampuan Kognitif Siswa .................................................. 60
2. Hasil Posttest Kemampuan Kognitif Siswa ................................................ 62
3. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Kognitif Siswa .................................. 63
4. Hasil N-gain ................................................................................................ 66
5. Hasil Uji Prasyarat ....................................................................................... 67
C. Pembahasan .................................................................................................. 70
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. .............................................................. 78
A. Kesimpulan.. ................................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 80
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Termodinamika. ............................................................ 24
Gambar 2.2 (a) Sistem Terbuka (b) Sistem Tertutup (c) Sistem Terisolasi. .......... 25
Gambar 2.3 Perbedaan Sistem dan Lingkungan .................................................... 26
Gambar 2.4 (a) Gas didalam Silinder Tertutup yang Dipanaskan (b) Piston yang
Bergerak Naik setelah Gas Dipanaskan ................................................................. 26
Gambar 2.5 Dua Benda yang Berbeda Suhu dan Terisolasi akan Mencapai
Kesetimbangan Termal Setelah Bersentuhan Satu Sama Lain. ............................. 27
Gambar 2.6 Grafik Proses Isobarik. ....................................................................... 30
Gambar 2.7 Grafik Proses Isokhorik. ..................................................................... 31
Gambar 2.8 Grafik Proses Isotermik ...................................................................... 32
Gambar 2.9 Grafik Proses Adiabatik. .................................................................... 33
Gambar 2.10 Cara Kerja Mesin Kalor. .................................................................. 34
Gambar 2.11 Siklus Carnot. ................................................................................... 36
Gambar 2.12 Cara Kerja Mesin Pendingin. ........................................................... 38
Gambar 2.13 Kerangka Berpikir. ........................................................................... 43
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian. ............................................................................ 47
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Pretest Kemampuan Kognitif Siswa .............. 60
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Posttest Kemampuan Kognitif Siswa ............ 62
Gambar 4.3 Diagram Batang Rekapitulasi Mean Pretest dan Posttest .................. 64
Gambar 4.4 Sekilas tampilan Website .................................................................... 73
Gambar 4.5 Sekilas tampilan website yang aplikatif ............................................. 75
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses
Kognitif Terkait. ..................................................................................................... 19
Tabel 3.1 Bentuk Nonequivalent Control Group Design. ..................................... 45
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian .............................................................................. 49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes .......................................................................... 50
Tabel 3.4 Ketentuan Kategori Validitas ................................................................. 52
Tabel 3.5 Interpretasi Validitas Butir Soal ............................................................. 52
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Intrumen Tes ........................................................... 52
Tabel 3.7 Interpretasi Reliabilitas Butir Soal ......................................................... 53
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ...................................................... 53
Tabel 3.9 Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal ................................................ 54
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Intrumen Tes ............................................. 54
Tabel 3.11 Interpretasi Indeks Diskriminasi Butir Soal ......................................... 55
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes .............................................. 55
Tabel 3.13 Kategori N-gain ................................................................................... 58
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Pretest Siswa .............. 61
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai Posttest Siswa ............. 63
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest ......................................... 64
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest ................................................ 65
Tabel 4.5 Hasil Rata-rata Uji N-gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ................... 66
Tabel 4.6 Hasil N-gain Kelas Kontrol dan Eksperimen tiap Indikator .................. 67
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest.............................................. 67
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest .......................................... 68
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ................................................ 69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ......................................... 87
RPP Kelas Eksperimen .......................................................................................... 88
RPP Kelas Kontrol ............................................................................................... 142
Lembar Kerja Siswa ............................................................................................. 195
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ................................................. 218
Kisi-kisi Angket Studi Pendahuluan .................................................................... 219
Lembar Angket Studi Pendahuluan Guru ............................................................ 220
Lembar Angket Studi Pendahuluan Siswa ........................................................... 225
Hasil Angket Studi Pendahuluan ......................................................................... 230
Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ....................................................... 231
Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ...................................................................... 232
Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ................................................................ 269
Analisis Validasi Ahli Materi .............................................................................. 269
Analisis Validasi Ahli Pendidikan ....................................................................... 273
Uji Validitas Butir Soal ........................................................................................ 279
Uji Reliabilitas Instrumen .................................................................................... 280
Uji Daya Beda ...................................................................................................... 281
Uji Taraf Kesukaran ............................................................................................. 282
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................... 283
Soal Tes yang Digunakan..................................................................................... 284
Analisis Hasil Uji Coba Media Website ............................................................... 291
Analisis Validasi Ahli Website............................................................................. 291
Analisis Validasi Ahli Materi .............................................................................. 294
LAMPIRAN C HASIL PENELITIAN............................................................. 297
Hasil Pretest ......................................................................................................... 298
Hasil Posttest ........................................................................................................ 300
Hasil Olah Data Per-Indikator Kognitif ............................................................... 301
Uji Normalitas Hasil Pretest ................................................................................ 310
Uji Normalitas Hasil Posttest ............................................................................... 314
xv
Uji Homogenitas Hasil Pretest............................................................................. 318
Uji Homogenitas Hasil Posttest ........................................................................... 319
Uji Hipotesis Hasil Pretest ................................................................................... 320
Uji Hipotesis Hasil Posttest ................................................................................. 321
Uji N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................................................... 322
Uji N-gain Per-Indikator Kognitif ........................................................................ 325
LAMPIRAN D LEMBAR DAN SURAT KETERANGAN ........................... 327
Surat Izin Observasi dari KANWIL KEMENAG ................................................ 328
Surat Keterangan telah Melakukan Observasi ..................................................... 329
Surat Keterangan telah Melakukan Validasi ........................................................ 332
Surat Izin Penelitian dari KANWIL KEMENAG ................................................ 333
Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ..................................................... 334
Lembar Uji Referensi ........................................................................................... 335
LAMPIRAN E Lain-lain ................................................................................... 343
Dokumentasi ........................................................................................................ 344
Tampilan Website ................................................................................................. 346
Profil Peneliti ....................................................................................................... 358
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan kognitif sangat dibutuhkan oleh siswa. Hal ini telah
disampaikan oleh Anderson dan Krathwohl yang menyatakan bahwa kognitif
adalah cara yang dipakai siswa secara aktif dalam proses mengonstruksi
pengetahuan dan menyelesaikan masalah.1 Pentingnya kemampuan kognitif juga
disampaikan oleh Piaget dalam teori perkembangan kognitifnya pada tahap
operasional formal (usia 11 tahun hingga dewasa), yang menyatakan bahwa seorang
anak sudah mulai sanggup menganalisis, berpikir sistematis, berhipotesis, dan
memikirkan pikiran mereka sendiri.2 Teori Piaget itu menyatakan kalau
menganalisis menjadi salah satu hal yang harusnya dimiliki oleh seorang anak
ketika sudah menginjak usia 11 tahun ke atas, dan menganalisis adalah bagian dari
proses kognitif yang penting bagi siswa. Namun faktanya, kemampuan kognitif
siswa masih tergolong rendah.
Hal ini terbukti berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
beberapa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se-Jakarta Selatan, didapatkan data rata-
rata bahwa sebanyak 64% kemampuan kognitif siswa masih tergolong rendah. Data
tersebut memberikan fakta bahwa masih banyak siswa yang kemampuan
kognitifnya tidak berada pada tempatnya, yaitu pada tahap operasional formal.
Bahkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se-Jakarta Selatan, didapatkan data rata-rata
bahwa sebanyak 55% siswa masih kesulitan dalam mempelajari fisika. Sebagian
besar siswa mengakui kesulitan memahami konsep fisika karena masih kurang
memahami dasar-dasarnya, rumus-rumus yang begitu banyak, dan perhitungan
yang rumit. Terutama konsep fisika yang bersifat abstrak.
1 Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R. 2015. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.98 2 Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikaan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks, h.54
2
Salah satu materi fisika yang bersifat abstrak adalah termodinamika. Materi
ini memiliki kompetensi dasar pada tahapan kognitif menganalisis. Namun fakta
lapangan yang dilakukan di tiga sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se-
Jakarta Selatan, didapatkan data rata-rata bahwa sebanyak 69% konsep
termodinamika menjadi salah satu materi fisika yang dianggap sulit oleh siswa
karena memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Sehingga, fakta ini memberikan
bukti bahwa masih banyak siswa yang memiliki kemampuan kognitif rendah.
Rendahnya kemampuan kognitif siswa disebabkan karena kurangnya
pengalaman belajar bermakna yang dialami siswa di kelas. Hal ini disampaikan
oleh Anderson dan Krathwohl yang menyatakan bahwa Pengetahuan dan proses
kognitif yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam mencapai tujuan
pembelajarannya, bisa hadir ketika siswa menerima pembelajaran yang bermakna
di dalam kelas.3 Namun, fakta di lapangan menyatakan kalau siswa belum
menerima pembelajaran yang bermakna di dalam kelas. Hal ini terbukti
berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) se-Jakarta Selatan, didapatkan data rata-rata bahwa sebanyak
35% nuansa guru mengajar terlalu serius sepanjang pembelajaran, 44% guru
mengajar hanya tergantung dengan mood, dan 21% cara guru mengajar terlalu
santai sepanjang pembelajaran. Dengan proses pembelajaran yang seperti itu, siswa
tidak akan mendapatkan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas. Jika
pembelajaran yang bermakna tidak diterapkan kepada siswa, maka hal ini tidak
akan efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. Sehingga, guru
memerlukan sebuah solusi untuk memberikan pembelajaran yang lebih bermakna
di dalam kelas.
Salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan
pembelajaran yang bermakna adalah menerapkan model brain based learning di
dalam kelas. Model brain based learning adalah suatu model pembelajaran yang
kinerjanya menyesuaikan dengan cara otak berpikir secara alamiah. Brain based
learning mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal.
3 Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R. 2015. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.97
3
Pembelajaran akan berlangsung secara optimal dengan mengetahui cara kinerja
otak, karena otak memiliki ritmenya sendiri dalam bekerja.4 Model pembelajaran
yang dirancang sesuai dengan kinerja otak ini, diharapkan mampu membuat siswa
lebih aktif, fokus, dan memberikan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas.
Sehingga model ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa
jika diaplikasikan dengan baik dalam proses pembelajaran. Terutama pada materi
fisika yang memerlukan kemampuan kognitif tingkat tinggi. Hal ini sudah
teridentifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
permendikbud nomor 22 tahun 2016 yang menyatakan bahwa untuk memiliki
kekuatan pengetahuan, guru harus mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan mengembangkan potensinya.5 Namun,
fakta dilapangan menggambarkan bahwa guru kurang memberikan suasana belajar
yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Indikasi ini terlihat dari hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di tiga sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se-
Jakarta Selatan, didapatkan data rata-rata bahwa sebanyak didapatkan data rata-rata
bahwa 100% guru fisika tidak menggunakan model brain based learning di dalam
kelas. Bahkan 100% guru tidak memberikan jeda waktu beristirahat kepada siswa
di tengah pembelajaran berlangsung. Mereka lebih sering menerapkan model
konvensional dalam pembelajarannya. Sehingga pembelajaran yang digunakan
kurang memberikan makna kepada siswa dan kurang sesuai dengan proses kinerja
otak. Inilah pentingnya inovasi baru dalam pembelajaran, salah satunya penerapan
model brain based learning di dalam kelas.
Namun untuk memaksimalkan penerapan model brain based learning di
dalam kelas, seorang guru memerlukan sebuah media sebagai alat untuk
mempermudah dalam penerapannya.6 Apalagi ketika materi yang disajikan adalah
materi yang bersifat abstrak dan memiliki kompetensi dasar menganalisis. Terlebih,
model brain based learning memiliki tahapan yang banyak. Sehingga, model ini
perlu dukungan sebuah media untuk mengefektifkan dan tercapainya segala
4 Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis Otak, Edisi 2 (Jakarta: Indeks, 2011), h. 6 5 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 6 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 162
4
tahapan dan tujuan pembelajaran. Terlebih dalam menyelesaikan permasalahan
yang telah disebutkan di atas. Salah satunya adalah media website.
Website merupakan media situs yang dimanfaatkan dalam pembelajaran
berbasis web melalui jaringan internet. Pembelajaran berbasis web merupakan
salah satu jenis penerapan pembelajaran elektronik (e-learning).7 Namun, faktanya
penggunaan website dalam pembelajaran relatif masih jarang digunakan. Hal ini
terbukti berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di tiga sekolah
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se-Jakarta Selatan, didapatkan data rata-rata
bahwa 52% guru di sekolah masih jarang menggunakan internet sebagai penunjang
pembelajaran. Terlebih, sebanyak 75% guru tidak pernah menggunakan media
website dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru tidak memiliki cukup
waktu untuk membuat website yang bisa menunjang pembelajaran di kelas.
Padahal dengan menggunakan website diera teknologi seperti sekarang ini,
siswa dapat meninjau kembali secara mandiri materi sesering mungkin kapanpun
mereka mau.8 Website bisa menjadi tempat belajar siswa kapanpun dan dimanapun
mereka mau, karena materi sudah disajikan lengkap di dalamnya. Apalagi hal ini
sudah teridentifikasi melalui permendikbud nomor 22 tahun 2016 yang menyatakan
bahwa pembelajaran harus berpusat kepada siswa untuk mendorong semangat
belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.9
Selain itu, website akan membantu mengoptimalkan dan mengefektifkan
penerapan model brain based learning. Hal ini juga sudah tertuang dalam
permendikbud nomor 22 tahun 2016 yang menyatakan bahwa penerapan teknologi
harus terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dann kondisi.10
Website yang digunakan akan di desain sesuai dengan konsep model brain based
learning, yaitu otak akan lebih memilih informasi disertai gambar daripada hanya
sekedar suara atau tulisan.11 Desain yang akan digunakan pada website yaitu audio
7 Ibid, h. 291 8 Dian dan Rakhmat, E-Learning Teori dan Aplikasi. (Bandung: Informatika, 2017) h. 10 9 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 10 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 11 Galih, Dongkrak Kinerja Otak Berpikir Lebih Cepat. (Yogyakarta: Diva Press, 2016) h. 37
5
visual berupa warna, gambar, video dan animasi menarik yang akan ditampilkan.
Sehingga brain based learning berbantuan website akan sesuai dengan materi fisika
yang bersifat abstrak dan memiliki cakupan yang luas seperti termodinamika.
Pembelajaran dengan menggunakan model brain based learning berbantuan
website diharapkan dapat menciptakan suasana baru dalam pembelajaran fisika
sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah dan pertimbangan yang telah
dikemukakan, peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yanag berjudul:
“Pengaruh Model Brain Based Learning Berbantuan Website Terhadap
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Konsep Termodinamika”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa tidak mendapatkan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas,
sehingga hal ini menyebabkan siswa tidak enjoy berada di kelas dan akhirnya
kesulitan memahami materi fisika yang disajikan oleh guru.
2. Siswa tidak mendapatkan jeda istirahat di tengah pembelajaran, sehingga siswa
mudah bosan dan stres karena terus didorong untuk memahamai materi fisika
yang sulit dengan durasi waktu yang cukup lama.
3. Siswa kesulitan memahami buku teks pelajaran dengan penggunaan bahasa
yang rumit dan baku, sehingga siswa kesulitan untuk memahami ulang apa
yang sudah dipelajarinya di sekolah.
4. Siswa kurang mendapatkan sumber belajar tambahan selain buku paket dan
modul yang didapatkannya dari sekolah untuk belajar mandiri, sehingga hal ini
memperbesar kemungkinan siswa tidak bisa memahami fisika karena sumber
belajar yang kurang.
6
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi di atas, maka peneliti
membatasi permasalahan pada penelitian ini, yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah brain based learning yang
dicetuskan oleh Eric Jensen tahun (2008). Model ini memiliki tujuh tahapan,
yaitu pra-paparan, persiapan, inisiasi dan akuisi, elaborasi, inkubasi dan
pengkodean memori, verifikasi dan pengecekkan kepercayaan, selebrasi dan
integrasi.
2. Media pembelajaran yang digunakan adalah website buatan guru sendiri.
3. Kemampuan kognitif yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah
direvisi. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini mulai dari C1
sampai dengan C4 (mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah
dalam penelitian ini secara umum yaitu, “Bagaimana pengaruh model brain
based learning berbantuan website terhadap kemampuan kognitif siswa pada
konsep termodinamika?”
Rumusan umum di atas secara operasional dijabarkan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana perbedaan nilai pretest dan posttest siswa setelah diberi perlakuan
berupa pembelajaran dengan menggunakan model brain based learning
berbantuan website?
2. Bagaimana perbedaan nilai N-Gain kelas eksperimen yang diberi perlakuan
model brain based learning berbantuan website dengan kelas kontrol yang
menggunakan model konvensional?
7
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model brain based learning berbantuan website terhadap kemampuan kognitif
siswa pada konsep termodinamika.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan nilai pretest dan posttest siswa setelah diberi perlakuan
berupa pembelajaran dengan menggunakan model brain based learning
berbantuan website.
2. Mengetahui perbedaan nilai N-Gain kelas eksperimen yang diberi perlakuan
model brain based learning berbantuan website dengan kelas kontrol yang
menggunakan model konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang berguna bagi semua pihak,
antara lain:
1. Bagi siswa, meningkatkan hasil belajarnya terutama dalam ranah kognitif.
Selain itu, diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam belajar, karena
menggunakan media website yang relatif masih jarang digunakan guru dan
memberikan pembelajaran yang sesuai dengan bagaimana otak belajar.
2. Bagi guru, menambah pengetahuan terkait model pembelajaran yang dapat
diterapkan di dalam kelas dan menumbuhkan kesadaran kepada guru untuk
memanfaatkan teknologi sebagai media pendukung dalam pembelajaran di
kelas.
3. Bagi peneliti lain, menambah wawasan sebagai pedoman untuk bekal mengajar
kelak pada saat menjadi guru profesional.
4. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran
fisika dalam menerapkan model brain based learning berbantuan website.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Brain Based Learning
a. Pengertian Model Brain Based Learning
Eric Jensen mengatakan bahwa “otak terlibat erat dan terhubung dengan semua
pendidik dan siswa di sekolah”13. Otak adalah fitur paling relavan karena
memengaruhi setiap strategi, tindakan, dan perilaku.14 Jika ada ketidakcocokan
antara otak dengan lingkungan belajar siswa, maka efeknya adalah tidak
maksimalnya siswa memahami materi pelajaran di sekolah, karena otak sangat erat
kaitannya dengan apa yang siswa lakukan.15 Itulah kenapa, berdasarkan riset dari
bidang neurosains, biologi, dan psikolohi, Eric Jensen (ahli otak) memberikan
sebuah gambaran mengenai hubungan antara pembelajaran dan otak. Hal ini
berfungsi untuk membantu pendidik dalam meningkatkan motivasi dan pencapaian
siswa. Hasil riset tersebut menciptakan sebuah model pembelajaran yang
penerapannya menghubungkan antara pembelajaran dengan otak, yaitu brain based
learning.
Eric Jensen mengatakan bahwa, “brain based learning adalah sebuah
keterlibatan strategi yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari satu
pemahaman tentang otak”. Semua guru menggunakan strategi, namun yang
membedakan adalah seorang guru menggunakan sebuah strategi berdasarkan sains
yang nyata, bukan rumor atau mitologi.16 Model brain based learning adalah suatu
model pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar. Brain based learning mempertimbangkan bagaimana otak
belajar dengan optimal. Pembelajaran akan berlangsung secara maksimal dengan
13 Eric Jensen, A Fresh Look At Brain Based Education. Phi Delta Kappan, 2008, h. 410 14 Ibid., h. 416 15 Ibid., h. 411 16 Ibid., h. 410
9
mengetahui bagaimana mesin alam ini berjalan, karena otak memiliki ritmenya
sendiri dalam bekerja.17
Berdasarkan pemaparan di atas, seorang pendidik harus memiliki peran penting
dan pengetahuan tentang bagaimana proses belajar yang menyesuaikan kinerja
otak. Hal ini dimaksudkan agar bisa mengembangkan kemampuan siswa dan
mengoptimalkan proses pembelajaran dengan baik dan menyenangkan.
b. Tahapan-tahapan Brain Based Learning
Tahapan pembelajaran brain based learning berikut dapat menuntun seorang
guru untuk memaksimalkan penerapan model brain based learning di dalam kelas.
Seorang guru yang telah menyiapkan rencana pembelajaran, gunakan tahapan
berikut untuk memastikan bahwa perencanaan pembelajarannya memenuhi tujuan
dari setiap tahap pembelajaran:
1) Pra-paparan, membantu otak mengembangkan peta konseptual yang lebih
baik. Tahap pra-paparan dapat dilakukan dengan cara:
a) Ciptakan lingkungan belajar yang menarik
b) Memotivasi siswa sebelum belajar
c) Melakukan peregangan dan banyak minum air putih
2) Persiapan, tahap menciptakan keingintahuan atau kegembiraan. Tahap
persiapan dapat dilakukan dengan cara:
a) Menyediakan sesuatu yang real, fisikal, atau konkrit.
b) Menyampaikan penjelasan awal serta masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari terkait materi yang akan diajarkan sehingga siswa terdorong untuk
ingin tahu.
c) Siswa diminta menanggapi kerelavanan materi dengan kehidupan sehari-hari
d) Memberikan sebuah kejutan atau sedikit kebaruan untuk melibatkan emosi
pembelajar18
17 Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis Otak, Edisi 2 (Jakarta: Indeks, 2011), h. 6 18 Ibid., h. 296
10
3) Inisiasi dan Akuisi, memberikan siswa pemahaman yang lebih rinci dan
memunculkan keingintahuan. Tahap inisiasi dan akuisi dapat dilakukan dengan
cara:
a) Guru menyajikan materi dengan bantuan media. Misalkan media website
sehingga siswa mendapat tambahan referensi untuk memahami materi lebih
dalam
b) Siswa mulai pembelajaran aktif. Bisa dengan metode diskusi ataupun mengisi
Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok untuk mengetahui materi lebih
dalam lagi.
4) Elaborasi, tahap pengolahan. Sebuah tahapan untuk membuat pembelajaran
menjadi bermakna. Tahap elaborasi dapat dilakukan dengan cara:
a) Meminta siswa mengeksplorasi topik yang dibahas secara online atau lewat
referensi lain
b) Siswa bisa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
c) Melakukan diskusi terbuka terkait materi yang dipelajari
d) Buat suasana diskusi aktif dan menyenangkan
e) Menyelenggarakan satuperiode tanya jawab19
5) Inkubasi dan Pengkodean Memori, menekankan pentingnya waktu tak-ada-
kegiatan (downtime) dan waktu tinjauan. Otak belajar paling sefektif sepanjang
waktu, tidak semua sekaligus. Tahapan inkubasi dan pengkodean memori dapat
dilakukan dengan cara:
a) Sediakan waktu peregangan dan latihan relaksasi
b) Siswa diberikan tontonan berupa video atau gerakan senam yang dapat
membantu konsentrasi dan fokus
c) Sediakan area pendengaran musik terapi20
19 Ibid., h. 296 20 Ibid., h. 297
11
6) Verifikasi dan Pengecekan Kepercayaan, guru akan mengecek apakah siswa
sudah paham dengan materi yang telah dipelajari atau tidak. Tidak hanya guru,
siswa juga harus mengetahui apakah dirinya sudah paham atau belum dengan
materi yang disajikan. Tahap verifikasi dan pengecekan kepercayaan dapat
dilakukan dengan cara:
a) Mintalah pelajar mempresentasikan pembelajaran mereka kepada siswa lain
b) Mintalah siswa untuk mengevaluasi satu sama lain
c) Doronglah siswa untuk menulis tentang apa yang sudah mereka pelajari21
7) Selebrasi dan Integrasi, penting untuk melibatkan emosi siswa. Buatlah tahap
terakhir ini menjadi menyenangkan, ceria dan menggembirakan. Agar siswa
mendapatkan kesan setelah pembelajaran dan tetap menjaga mood-nya untuk
pembelajaran berikutnya. Tahap selebrasi dan integrasi dapat dilakukan dengan
cara:
a) Memberikan penghargaan kepada siswa
b) Sediakan waktu sharing
c) Melakukan tepuk tangan
d) Gabungkan pembelajaran hari ini dalam pembelajaran mendatang
e) Guru dan siswa bisa melakukan perayaan kecil setelah semua pembelajaran
telah dilaksanakan22
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Brain Based Learning
Pembelajaran dengan menggunakan brain based learning dapat membuat
siswa lebih aktif dan fokus dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan beberapa
kelebihan yang dimiliki brain based learning adalah :
1) Pada awal pembelajarannya, ada tahapan yang dimanakan dengan pra-
paparan. Pada tahap ini, guru dituntut untuk memberikan nuansa lingkungan
21 Ibid., h. 298 22 Ibid., h. 299
12
yang baik untuk siswa. Hal ini dimaksudkan untuk membuang kejenuhan,
lelah, dan tingkat kestresan siswa dipembelajaran sebelumnya.23
2) Pada prosesnya, ada tahapan melakukan relaksasi dalam proses pembelajaran.
Meluangkan waktu sejenak untuk relaksasi bagi siswa agar pembelajaran tidak
terfokus terus-menerus.24
3) Pada akhir pembelajaran, ada tahapan yang dinamakan dengan selebrasi. Hal
ini dimaksudkan untuk mengontrol emosi siswa. Agar selalu senang dan enjoy,
bahkan ketika pembelajaran sudah selesai dan untuk pembelajaran
berikutnya.25
4) Menerapkan apa yang disukai otak. Diantaranya:
a) Meminta siswa membawa air dalam kelas. Otak membutuhkan air setiap hari
untuk pembelajaran yang optimal, karena ketika kadar air berkurang dalam
otak, hormon stres akan meningkat.
b) Menciptakan lingkungan belajar yang membuat siswa berpikir.
c) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
d) Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.26
Menurut Galih Pandu, salah satu hal yang disukai otak adalah visual. Otak
lebih suka menerima visual daripada suara. Ketika siswa hanya mendengar, tiga
hari kemudian apa yang didengar hanya teringat 10%. Sedangkan dengan melihat,
tiga hari kemudian siswa masih mengingatnya sebanyak 65%.27
Sedangkan kelemahan dari model brain based learning adalah:
1) Membutuhkan waktu yang banyak, karena tahapan pada brain based learning
cukup banyak.
2) Perlu berbagai media pendukung untuk tercapainya semua tahapan brain based
learning.
23 Ibid, h. 296 24 Ibid., h. 298 25 Ibid., h. 299 26 Ibid., h.296 27 Galih Pandu, Dongkrak Kinerja Otak Berpikir Lebih Cepat, (Yogyakarta: Diva Press, 2016) h. 36
13
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Menurut Ali, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan kepada siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Sedangkan menurut Blake dan Haralsen, media adalah medium yang digunakan
untuk menyampaikan sesuatu pesan.28 Media pembelajaran memiliki fungsi yang
sangat penting sebagai pembawa informasi. Dengan berbantuan sebuah media,
pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan suatu model akan lebih
optimal terealisasikan karena ada penunjang yang membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Klasifikasi Media
Klasifikasi media sangat banyak tergantung apa yang ditinjau, jika klasifikasi
media ditinjau berdasarkan persepsi indra yaitu:
1) Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan suara saja. Contohnya
radio dan piring hitam.
2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan penglihatan saja.
Contohnya foto, slide, cetakan, atau lukisan.
3) Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Contohnya film dan video.29
Media website dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori media audio
visual. Karena bukan hanya membutuhkan penglihatan untuk menggunakannya,
tapi juga pendengaran.
Klasifikasi media jika ditinjau dari sasaran penggunanya, terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1) Media yang penggunannya secara massal. Contohnya televisi dan radio
28 I Gde Wawan Sudatha dan I Made Tegeh, Desain Multimedia Pembelajaran (Yogyakarta: Media
Akademi, 2015), h. 3 29 Ibid., h. 11
14
2) Media yang penggunannya secara kelompok, baik kelompok kecil maupun
besar. Contohnya video dan slide suara.
3) Media yang penggunaannya secara individual. Contohnya modul, buku,
pembelajaran berbasis komputer atau internet.30
Media website dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori media yang
penggunaannya secara individual. Sehingga, hal ini bisa membuat siswa lebih fokus
ketika menggunakannya.
Klasifikasi media jika ditinjau dari cara penggunannya, terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1) Media yang cara penggunannya secara tradisional. Contohnya adalah semua
media dan sumber belajar yang bisa digunakan guru dalam mengajar di kelas,
laboratorium, atau di luar kelas.
2) Media yang cara penggunannya secara modern. Contohnya ruang kelas
otomatis (ruang kelas yang fungsinya dapat diubah-ubah secara otomatis hanya
dengan menekan tombol).31
Media website dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori media yang
cara penggunannya secara modern. Karena pembuatannya yang memerlukan ilmu
teknologi dan paham dunia internet.
Penelitian ini menggunakan media pembelajaran yang berbasis audio visual,
penggunaannya secara individual, dan modern yaitu pembelajaran berbasis internet.
Dimana pembelajaran berbasis internet yang dijalankan dalam penelitian ini adalah
dalam bentuk media website.
3. E-Leaning dan Media Website
a. Internet untuk Pembelajaran
Internet (Interconnection and networking) adalah jaringan global yang
menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang
tersambung ke internet menyediakan informasi yang terbuka untuk umum.
30 Ibid., h. 12 31 Ibid., h. 14
15
Sehingga pemakai internet akan dapat menghubungi banyak komputer kapan saja
dan dari mana saja untuk mengirim berita, memperoleh informasi atau mentransfer
data.32
Internet juga dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan internet
dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai
informasi untuk pendidikan yang secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan
siswa bagi keberhasilan dalam belajar. Karena internet juga merupakan sumber data
utama dan pengetahuan.
b. Pembelajaran Berbasis Web dan E-learning
Pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan media situs (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet.
Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan “web based learning”
merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning).33
E-learning tidaklah sama dengan pembelajaran konvensional. E-learning
memiliki karakteristik-karakteristik berikut.
1) Interactivity (Interaktivitas); tersedianya komunikasi yang lebih banyak, baik
secara langsung, seperti chatting atau mesanger atau tidak langsung, seperti
forum atau mailing list.
2) Independency (Kemandirian); fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu,
tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi
lebih terpusat kepada siswa.
3) Accessibility (Aksesibilitas); sumber bahan ajar menjadi lebih mudah diakses
melalu pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas
daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
4) Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi pelajaran
dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan
perangkat teknologi seperti video streaming, simulasi, dan animasi.34
32 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2010) h. 154-155 33 Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakaarta: Grafindo, 2015) h. 263 34 Ibid., h. 264
16
Dalam e-learning, sumber pengetahuan tersebar dimana-mana serta dapat
diakses dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media internet
yang mengglobal dan bisa diakses oleh siapa pun yang terkoneksi di dalamnya.35
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis web merupakan salah satu bentuk e-learning yang materi maupun cara
penyampaiannya melalui internet. Dengan kata lain, pembelajaran berbasis web
adalah sebuah pengalaman belajar dengan memanfaatkan jaringan internet untuk
berkomunikasi dan menyampaikan pembelajaran.
c. Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web
Salah satu nilai penting dari penggunaan web sebagai media web dilengkapi
dengan hyperlink yang memungkinkan untukn mengakses informasi secara acak
yang berdampak pada kecepatan untuk memperoleh informasi yang ada di dalam
web. Selain itu, jika pembelajaran berbasis web dirancang menjadi pembelajaran
yang menyenangkan, memiliki unsur interaktivitas yang tinggi, dan menyebabkan
peserta didik mengingat lebih banyak materi pelajaran.36
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Web
Sebagaimana media pembejalaran pada umumnya, pembelajaran berbasis web
memiliki berbagai kelebihan, antara lain:
1) Memungkinkan setiap orang di mana pun, kapan pun, untuk mempelajari apa
pun
2) Peserta didik dapat belajar sesuai dengan karakteristik dan langkahnya sendiri
karena pembelajaran berbasis web membuat pembelajaran menjadi bersifat
individual
3) Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehingga pembelajar dapat
mengakses informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun luar
lingkungan belajar
35 Ibid., h. 265 36 Ibid., h. 266
17
4) Sangat potensial sebagai sumber belajar bagi pembelajar yang tidak memiliki
cukup waktu untuk belajar
5) Dapat mendorong pembelajar untuk lebih aktif dan mandiri di dalam belajar
6) Menyediakan sumber belajar tambahan yang dapat digunakan untuk
memperkaya materi pelajaran
7) Menyediakan mesin pencari yang dapat digunakan untuk mencari informasi
yang mereka butuhkan
8) Isi dari materi pelajaran dapat di-update dengan mudah37
Sedangkan kelemahan media pembelajaran berbasis web, antara lain:
1) Pembelajaran berbasis web memiliki kelemahan, yaitu kurangnya interaksi
langsung antara siswa dan guru yang disebabkan oleh banyak faktor teknik.38
2) Keberhasilan pembelajaran berbasis web bergantung pada kemandirian dan
motivasi pembelajar
3) Akses untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan web sering kali
menjadi masalah
4) Pembelajar dapat cepat merasa bosan dan jenuh jika mereka tidak dapat
mengakses informasi, dikarenakan tidak terdapatnya peralatan yang memadai
dan bandwith yang cukup
5) Dibutuhkan panduan bagi pembelajar untuk mencari informasi yang eleven,
karena informasi yang terdapat di dalam web sangat beragam
6) Pembelajar terkadang merasa terisolasi, terutama jika terdapat keterbatasan
dalam fasilitas komunikasi
Namun, dalam penelitian ini, website atau pembelajaran berbasis web yang
digunakan bukan hanya sebagai pertemuan tidak langsung antara pembelajar dan
pengajar. Tapi juga sebagai media yang digunakan oleh pengajar dalam berinteraksi
langsung kepada peserta didik di kelas. Sehingga, segala kekurangan di atas bisa
diminimalisir.39
37 Ibid., h. 271 38 Ibid., h. 267 39 Ibid., 274
18
e. Media Website
Website adalah ikon paling menonjol dalam dunia internet.40 Website bisa
diartikan sebagai sebuah halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi
teks, gambar diam atau geraak, animasi, suara, dan gabungan dari semuanya baika
bersifata statis maupun dinamis yang membentuka satu rangkaian bangunan yang
saling terkait, yang masing-masing dihubungkan dengan jaringan halaman.41
Website bisa juga diartikan sebagaiatempat di internet yang terdiri atas
kumpulan gambar, video, dan file-file lain yaang ditempatkan dalam server web.
Sehingga bisa diakses secara online oleh siapapaun melalui jaringan internet.42
Website memiliki beberapa bagian, antara lain:
1) Web, kumpulan halaman situs yang biasanya bertempat dalam suatu domain
atau sumdomain yang tempatnya beradaa di dalam world wide web (www).43
2) Webpage, dokumen yang ditulis dengan format HTML yang hampir selalu bisa
diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang menyamp[aikan informasi dari
server web untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web browser.44
3) Homepage, halaman utama dari sebuah web.45
4) Cpanel, suatu akses panel yang ada apada hosting untuk melakukan pengaturan
yang berhubungan dengan optimalisasi sebuah website46
5) Hosting, tempat penyimpanan file yang bisa diakses secara online. Hampir
semua website berbayar menggunakan hosting sebagai pilihan untuk berapa
jumlah kapasitas yang diinginkan dalam penyimpanan website.47
6) Domain, nama atau alamat yang digunakan untuk mengakses suatau website.
Semakin mudah pembuatan nama pada domain, maka pengunjung akan
semakin mudah untuk menemukan halaman website.48
40 Betha Sidik, Pemrograman Web dengan HTML Disertai lebih dari 200 Contoh Programa Besertaa
Tampilan Grafisnya. (Bandung: Informatika, 2009) h. 57 41 Rahmat Hidayat, Cara Praktis Membangun Website Gratis. (Jakarta: Elexmedia, 2010) h.2 42 Eko Setianto, Browsing Aja di Internet. (Jakarta: Elexmedia, 2008) h.8 43 Wahyu Gunawan, Kebut Sehari Jadi Webmaters. (Yogyakarta: Genius Publisher, 2010) h.2 44 Ibid., h.3 45 Ibid., h.3 46 Dian Wahyuningsih, dkk. E-Learning Teori dan Aplikasi. (Bandung: Informatika, 2017) h. 136 47 Ibid., h. 137 48 Ibid, h. 137
19
4. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah salah satu ranah yang menjadi penilaian
terpenting dalam proses pembelajaran.49 Kemampuan kognitif pada taksonomi
Bloom yang sudah direvisi terbagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses
kognitif dan dimensi pengetahuan.
Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori, yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan dimensi
pengetahuaan memiliki empat kategori, yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif.50
Dalam proses kognitif, kategori-kategori pada dimensi proses kognitif
merupakan pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif
yang terdapat dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan. Kategori-kategori ini
merentang dari proses kognitif yang paling banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di
bidang pendidikan, yaitu mengingat, kemudian memahami dan mengaplikasikan.
Kemudian, proses-proses kognitif yang jarang dijumpai, yakni menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
Setiap kategori terdiri dari dua atau lebih proses kognitif yang lebih spesifik,
yang kesemuanya berjumlah 19 dan dideskripsikan dalam kata kerja. Kategori
tersebut bisa dilihat pada tabel 2.1 berikut.51
Tabel 2.1 Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses
Kognitif Terkait52
Kategori Proses Nama-nama Lain Definisi dan Contohnya
1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan
dalam memori jangka panjang
49 Friska Octavia Rosa, Eksplorasi Kemampuan Kognitif Siswa Terhadap Kemampuan
Mmemprediksi, Mengobservasi, dan Menjelaskan ditinjau dari Gender. JPF, 2015 50 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 6 51 Ibid., h. 43 52 Ibid., h. 100-102
20
yang sesuai dengan pengetahuan
tersebut (misalnya, mengenali
tanggal terjadinya peristiwa-
peristiwa penting dalam sejarah
Indonesia)
1.2 Mengingat kembali
Mengambil Mengambil pengetahuan yang
relavan dari memori jangka
panjang(misalnya, mengingat
kembali tanggal terjadinya
peristiwa-peristiwa penting
dalam sejarah Indonesia)
2. MEMAHAMI – Mengkonstruk makna dari materi pelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, ditulis,dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan
Mengklarifikasi,
Memparafrasekan,
Merepresentasikan,
Menerjemahkan
Mengubah satu bentuk gambaran
(msalnya, angka) jadi bentuk lain
(misalnya, kata-kata) (misalnya,
memparafrasekan ucapan dan
dokumen penting)
2.2 Mencontohkan Mengilustrasikan,
Memberi contoh
Menemukan contoh atau lustrasi
tentang konsep atau prinsip
(misalnya, memberi contoh
tentang aliran-aliran seni lukis)
2.3 Mengklasifikasikan Mengategorikan,
Mengelompokkan
Menentukan sesuatu dalam satu
kategori (misalnya,
mengklasifikasikan kelainan-
kelainan mental yang telah
diteliti atau dijelaskan)
2.4 Merangkum Mengabstraksi,
Menggeneralisasi
Mmengabstraksikan tema umum
atau poin-poin pokok (misalnya,
menulis ringkasan pendek
tentang peristiwa-peristiwa yang
ditayangkan di televisi)
2.5 Menyimpukan
Menyarikan,
Mengekstrapolasi,
Menginterpolasi,
Memprediksi
Membuat kesimpulan yang logis
dan informasi yang diterima
(misalnya, dalam belajar bahasa
asing, menyimpulkan tata bahasa
berdasarkan contoh-contohnya)
2.6 Membandingkan
Mengontraskan,
Memetakan,
Mencocokkan
Menentukan hubungan antara
dua ide, dua objek, dan
semacamnya (misalnya,
membandingkan peristiwa-
peristiwa sejarah dengan keadaan
sekarang)
21
2.7 Menjelaskan Membuat model
Membuat model sebab-akibat
dalam sebuah sistem (misalnya,
menjelaskan sebab-sebab
terjadinya peristiwa-peristiwa
penting pada abad ke-18 di
Indonesia)
3. MENGAPLIKASIKAN – menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi Melaksanakan
Menerapkan suatu prosedur pada
tugas yang familiar (misalnya,
membagi satu bilangan dengan
bilangan lain, kedua bilangan ini
terdiri dari beberapa digit
3.2 Mengimplementasikan Menggunakan
Menerapkan suatu prosedur pada
tugas yang tidak familiar
(misalnya, menggunakan hukum
Newton kedua pada konteks
yang tepat)
4. MENGANALISIS – memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membedakan
Menyendirikan,
Memilah,
Memfokuskan,
Memilih
Membedakan bagian materi
pelajaran yang relavan dari yang
tidak relavan, bagian yang
penting dari yang tidak penting
(membedakan antara bilangan
yang relavan dan bilangan yang
tidak relavan dalam soal cerita
matematika)
4.2 Mengorganisasikan
Menemukan
koherensi,
Memadukan,
Membuat garis
besar,
Mendeskripsikan
peran,
Menstrukturkan
Menentukan bagaimana elemen-
elemen bekerja atau berfungsi
dalam sebuah struktur (misalnya,
menyusun bukti-bukti dalam
cerita sejarah jadi bukti-bukti
yang mendukung dan menentang
suatu penjelasan historis)
4.3 Mengatribusikan mendekontruksi
Menentukan sudut pandang, bias,
nilai, atau maksud di balik materi
pelajaran (misalnya,
menunjukkan sudut pandang
penulis suatu esi sesuai dengan
pandangan politik si penulis)
22
5. MENGEVALUASI – mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar
5.1 Memeriksa
Mengoordinasi,
Mendeteksi,
Memonitor,
Menguji
Menemukan inkonsistensi atau
kesalahan dalam suatu proses
atau produk; menentukan apakah
suatu proses atau produk
memiliki konsistensi internal;
menemukan efektivitas suatu
prosedur yang sedang
dipraktikkan (misalnya,
memeriksa apakah kesimpulan-
kesimpulan seorang ilmuwan
sesuai dengan data-data amatan
atau tidak)
5.2 Mengkritik Menilai
Menemukan inkonsistensi antara
suatu produk dan kriteria
eksternal; menentukan apakah
suatu produk memiliki
konsistensi eksternal;
menemukan ketepatan suatu
prosedur untuk menyelesaikan
masalah (misalnya, menentukan
satu metode terbaik dari dua
metode untuk menyelesaikan
suatu masalah)
6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 Merumuskan Membuat hipotesis
Membuat hipotesis-hipotesis
berdasarkan kriteria (misalnya,
membuat hipotesis tentang
sebab-sebab terjadinya suatu
fenomenon)
6.2 Merencanakan Mendesain
Merencakanan prosedur untuk
menyelesaikan suatu tugas
(misalnya, merencanakan
proposal penelitian tentang topik
sejarah tertentu)
6.3 Memproduksi Mengkonstruksi
Menciptakan suatu produk
(misalnya, membuat habitat
untuk spesies tertentu demi suatu
tujuan
23
5. Konsep Termodinamika
a. Karakteristik Konsep
Termodinamika adalah salah satu konsep fisika yang bersifat abstrak, karena
tidak dapat divisualisasikan secara langsung kepada siswa. Kemampuan yang
dibutuhkan pada konsep ini adalah high order thinking karena melihat dari
kompetensi dasarnya hingga mencapai tahap kognitif keempat. Konsep
Termodinamika juga merupakan materi yang konseptual, karena disajikan banyak
konsep dan harus mengetahui korelasi antara konsep dengan rumus yang tersedia.
24
b. Peta Konsep
Gambar 2.1 Peta Konsep Termodinamika
25
c. Uraian Materi
1) Konsep Dasar Termodinamika
a) Sistem
Dalam analisis termodinamika, penting memahami sistem dan lingkungan.
Suatu sistem termodinamika adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian analisis.
Sistem dalam termodinamika terdiri dari tiga macam, yaitu:
(1) Sistem Terbuka
Sistem terbuka ialah sistem yang dimana energi dan massa dapat keluar dan
masuk melewati batas sistem. Sebagian besar mesin konversi energi memiliki
sistem terbuka. Contohnya pemanas air, turbin, dan kompresor.
(2) Sistem Tertutup
Sistem tertutup adalah suatu sistem dimana sejumlah energi dapat keluar dan
masuk melewati batas sistem. Namun massa tidak bisa melewati batas sistem.57
Contoh sederhana dari sistem tertutup adalah botol yang tertutup.
(3) Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi adalah suatu sistem yang tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan energi dan massa/kalor.58 Dengan kata lain, baik energi maupun massa
tidak dapat melewati batas sistem. Contoh sederhana sistem terisolasi adalah
termos. Agar dapat memahami ketiga perbedaan sistem, simak gambar berikut.
Gambar 2.2 (a) Sistem Terbuka (b) Sistem Tertutup (c) Sistem Terisolasi
57 Fathiah Alatas S.Pd, M. Si dan Ai Nurlela, M. Si, Termodinamika (Tangerang: UIN Press, 2015)
h. 17-19 58 Sunardi, dkk. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XI, (Bandung: Yrama Widya, 2018) h. 167
26
b) Lingkungan
Suatu lingkungan dalam termodinamika adalah daerah sekitar di luar sistem.
Perhatikan gambar berikut agar lebih memahaminya.59
Gambar 2.3 Perbedaan Sistem dan Lingkungan
c) Usaha
Untuk memahami konsep usaha dalam termodinamika, perhatikan gambar 2.4
berikut.
Gambar 2.4 (a) Gas didalam Silinder Tertutup yang Dipanaskan (b) Piston yang
Bergerak Naik setelah Gas Dipanaskan
Gambar di atas memperlihatkan sebuah tabung yang ditutup dengan sebuah
piston yang dapat bergerak naik dan turun. Berat piston diabaikan. Sehingga
tekanan yang dikerjakan gas akan sama dengan tekanan udara luar. Jika gas dalam
tabung tersebut dipanaskan, maka gas tersebut akan memuai dan mendorong piston
dengan gaya F. Sehingga piston bergeser sejauh ∆𝑣.60
Dengan demikian, usaha adalah tekanan yang diberikan pada gas yang
dipanaskan hingga mengalami perubahan volume. Usaha dapat dinyatakan dengan,
59 Op.cit., h. 17 60 Op.cit., h. 167
27
𝑊 = 𝑃∆𝑉 (2.1)
Keterangan:
𝑊 = usaha/kerja (Joule)
P = Tekanan (Pa)
∆𝑉 = Perubahan Volume (𝑚3)
2) Hukum Nol Termodinamika
Kita mengetahui bahwa secangkir kopi panas yang dibiarkan di meja pada
akhirnya akan mendingin dan minuman dingin akhirnya akan menjadi hangat.
Contoh lainnya, perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar 2.5 Dua Benda yang Berbeda Suhu dan Terisolasi akan Mencapai
Kesetimbangan Termal Setelah Bersentuhan Satu Sama Lain
Kedua benda di atas bersentuhan, setelah beberapa saat kemudian suhu
tembaga dan besi sama-sama memiliki suhu yang sama. Proses ini terjadi
perpindahan panas dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Setelah
dicapai titik tertentu, maka perpindahan panasnya akan terhenti dan kedua benda
bisa dikatakan berada pada titik kesetimbangan. Inilah yang dinamakan hukum nol
termodinamika.
Hukum ke-nol termodinamika berbunyi bahwa, “jika dua buah sistem yang
terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga (sistem lain),
maka ketiga sistem berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain.”
Hukum ini adalah hukum dasar pada termodinamika dan berfungsi sebagai
dasar untuk validasi pengukuran suhu. Namun, hukum ke-nol tidak sebatas seperti
28
bunyi di atas. Jika kita mengganti sistem ketiganya dengan termometer, maka
hukum ke-nol termodinamika bisa dinyatakan dengan,
“dua sistem berada dalam kesetimbangan termal jika dua buah sistem
memiliki suhu yang sama bahkan ketika kedua sistem tersebut tidak bersentuhan.”
Hukum ke nol ini pertama kali dirumuskan dan diberi nama oleh R.H
Fowler pada tahun 1931. Prinsip fisika dasar ini dinamai hukum ke-nol karena baru
diakui lebih dari setengah abad setelah perumusan hukum pertama dan kedua
termodinamika. Dinamai hukum ke-nol karena prinsip ini harus telah mendahului
hukum pertama dan kedua termodinamika yang sebelumnya.61
3) Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika merupakan pernyataan hukum kekekalan energi.62
Dimana, hukum kekekalan energi berbunyi, “energi tidak dapat dimusnahkan atau
diciptakan, tetapi hanya dapat diubah dari suatu bentuk energi ke bentuk energi
lainnya.”63
Dari hukum kekekalan energi ini, kita akan mengemukakan sebuah hukum
penting. Dimana, energi dalam pada suatu sistem akan naik jika kerja yang
dilakukan padanya atau jika kalor yang ditambahkan pada sistem tersebut. Dan
energi dalam pun bisa turun jika kerja dilakukan oleh sistem atau kalor keluar dari
sistem.64 Kalau dibuat ke dalam bentuk persamaan, maka hukum ke-1
termodinamika akan memiliki rumus seperti di bawah ini.
𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊 (2.2)
Keterangan:
𝑄 = kalor (Joule)
𝑊 = usaha/kerja (Joule)
61 Fathiah Alatas S.Pd,m M. Si dan Ai Nurlela, M. Si, Termodinamika (Tangerang: UIN Press, 2015)
h. 32-33 62 Giancolli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, h. 519 63 Ni Ketut Lasmi, Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. (Jakarta: Erlangga, 2017) h. 113 64 Op.cit., h. 519
29
∆𝑈 = perubahan energi dalam (Joule)
Dengan ketentuan, jika:
𝑄(+) = sistem menerima kalor dari lingkungan
𝑄(−) = sistem melepas kalor dari lingkungan
𝑊(+) = sistem melakukan kerja dari lingkungan
𝑊(−) = sistem dilakukan kerja dari lingkungan
∆𝑈(+) = terjadi jika suhu mengalami kenaikan
∆𝑈(−) = terjadi jika suhu mengalami penurunan
Sehingga dengan penjabaran di atas, hukum I termodinamika dapat dinyatakan
dengan, “jumlah panas yang ditambahkan dengan usaha yang dilakukan pada
sistem akan sama dengan perubahan energi dalam sistem.”65
4) Aplikasi Hukum I Termodinamika pada Proses Termodinamika
Ada beberapa proses yang berhubungan dengan usaha, perubahan volume,
suhu, tekanan, dan energi dalam gas. Proses-proses tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a) Isobarik
Proses isobarik adalah gas dalam ruang tertutup yang mengalami proses
dengan tekanan tetap. Pada tekanan tetap, gas memenuhi persamaan berikut.66
𝑉1
𝑇1=
𝑉2
𝑇2 (2.3)
Pada proses isobarik, usaha yang dikerjakan oleh sistem pada lingkungan atau
sebaliknya memenuhi persamaan,
𝑊 = 𝑃∆𝑉 (2.4)
65 Tetty Afianti dan DP. Elly Shanty, Modul Pengayaan Fisika untuk Siwa SMA/MA, (Depok: Bina
Pustaka, 2014) h. 4 66 Hari Subagya, Konsep dan Penerapan Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Barilmu, 2018) h. 211
30
Sedangkan, untuk besar energi dalam pada proses isobarik adalah,67
∆𝑈 =3
2𝑛𝑅∆𝑇 (2.5)
Sehingga, besarnya kalor pada proses isobarik dinyataka dengan persamaan
berikut.
𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊 (2.6)
Keterangan:
𝑉 = Volume (𝑚3)
∆𝑉 = Perubahan Volume (𝑚3)
𝑇 = Suhu (𝐾)
∆𝑇 = Perubahan Suhu (𝐾)
𝑛 = Mol
𝑅 = Tetapan gas (8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙. 𝐾)
Kurva P – V pada proses isobarik berbentuk garis lurus yang sejajar dengan
sumbu V. Grafik pada proses isobarik bisa kamu lihat pada gambar 2.6 berikut.
Gambar 2.6 Grafik Proses Isobarik
b) Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses gas dalam ruang tertutup yang berlangsung
pada volume tetap. Pada keadaan volume yang tidak berubah, gas memenuhi
persamaan berikut.68
67 Fieska Cahyani dan Yandri Santoso, Fisika untuk SMA Kelas XI, (Quandra, 2017) h. 145 68 Op.cit., h. 211
31
𝑃1
𝑇1=
𝑃2
𝑇2 (2.7)
Pada proses isokhorik, ketika gas tidak mengalami perubahan volume, otomatis
gas tidak melakukan usaha. Sehingga, persamaan usaha bisa dilihat seperti di bawah
ini,
𝑊 = 𝑃∆𝑉 = 0 (2.8)
Sedangkan, untuk besar energi dalam pada proses isobarik adalah,
∆𝑈 =3
2𝑛𝑅∆𝑇 (2.9)
Karena proses isokhorik tidak melakukan usaha, sehingga kalor akan
digunakan seluruhnya untuk perubahan energi dalam.69 Persamaannya akan
menjadi,
𝑄 = ∆𝑈 (2.10)
Kurva P – V pada proses isobarik berbentuk garis lurus yang sejajar dengan
sumbu P. Grafik pada proses isokhorik bisa kamu lihat pada gambar 2.7 berikut.
Gambar 2.7 Grafik Proses Isokhorik
c) Isotermik
Proses isotermik adalah proses gas dalam ruang tertutup yang berlangsung
pada suhu tetap. Gas memenuhi persamaan berikut.
𝑃1𝑉1 = 𝑃2𝑉2 (2.11)
Nilai usaha pada proses ini adalah,
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 (𝑙𝑛𝑉2
𝑉1) (2.12)
69 Tetty Afianti dan DP. Elly Shanty, Modul Pengayaan Fisika untuk Siwa SMA/MA, (Depok: Bina
Pustaka, 2014) h. 5
32
Karena pada proses isotermik suhu selalu dijaga tetap, maka tidak terjadi
perubahan energi dalam.
∆𝑈 = 0 (2.13)
Sehingga, dari hukum I termodinamika, besar kalor yang terjadi pada proses
isotermik adalah,
𝑄 = 𝑊 (2.14)
Grafik pada proses isotermik terlihat bahwa, tekanan berbanding lurus dengan
kebalikan volume, sehingga kurva P-V berbentuk hiperbola. Grafik pada proses
isotermik bisa kamu lihat pada gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Grafik Proses Isotermik
d) Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses gas dalam ruang tertutup yang berlangsung
tanpa pertukaran panas antara sistem dan lingkungan.70 Dengan kata lain, tidak ada
kalor yang masuk dan keluar. Hubungan tekanan-volume-suhu pada proses ini bisa
dilihat pada persamaan di bawah ini.71
𝑃1𝑉1𝛾 = 𝑃2𝑉2
𝛾 (2.15)
𝑇1𝑉1𝛾−1 = 𝑇2𝑉2
𝛾−1 (2.16)
usaha yang dilakukan gas pada proses adiabatik adalah:
𝑊 =1
1−𝛾(𝑃2𝑉2 − 𝑃1𝑉1) (2.17)
70 Ibid., h. 212-213 71 Hermawan Agus Cahyono, dkk. Kumpulan Materi Panduan Terarah Fisika SMA/SMK,
(Bandung: Kaifa, 2014) h. 140
33
Karena pada proses adiabati tidak ada kalor yang masuk dan keluar sistem,
maka persamaan kalor dapat dirumuskan menjadi,
𝑄 = 0 (2.18)
Sehingga, berdasarkan hukum I termodinamika, perubahan energi dalam yang
terjadi adalah,
∆𝑈 = −𝑊 (2.19)
Keterangan:
𝛾 = konstanta Laplace
Karena 𝛾 adalah ketetapan, maka kurva P-V berbentuk hiperbola seperti proses
isotermik. Namun kurva P-V pada proses adiabatik lebih curam. Grafik pada proses
adiabatik bisa kamu lihat pada gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 Grafik Proses Adiabatik
5) Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika berisi pernyataan mengenai proses yang dapat terjadi
di alam maupun yang tidak dapat terjadi di alam. Hukum II termodinamika dapat
dinyatakan dengan berbagai cara, namun memiliki maksud yang sama. Hukum II
termodinamika yang dimaksud akan dibahas pada penjabaran berikut.
a) Mesin Kalor
Mesin kalor adalah alat yang dapat mengubah energi dalam suatu sistem
menjadi energi mekanik. Salah satu contoh mesin kalor adalah mesin pembakaran
dalam kendaraan bermotor. Pada mesin tersebut, energi yang dihasilkan melalui
34
proses pembakaran bahan bakar digunakan untuk menghasilkan kerja (usaha) yang
kemudian dapat menggerakkan kendaraan.
Kevin Planck menyatakan bahwa, “tidak mungkin membuat mesin kalor yang
bekerja melalui suatu siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah
reservoir panas dan mengubah seluruh kalor tersebut menjadi kerja (usaha). Pasti
akan ada kalor yang dibuang.”72
Bagaimana cara kerja suatu mesin kalor? Perhatikan gambar 2.10 berikut.
Gambar 2.10 Cara Kerja Mesin Kalor
Gagasan dasar dari mesin kalor bahwa energi mekanik bisa didapat dari energi
termal hanya ketika kalor dibiarkan mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah.73
Dengan kata lain, kalau dilihat pada gambar di atas, sebuah mesin kalor terdiri dari
reservoir panas yang bersuhu 𝑇1 dan reservoir dingin yang bersuhu 𝑇2. Adapun
langkah kerja mesin kalor sebagai berikut. (1) Zat (fluida) kerja menyerap energi
dari reservoir panas (2) sebagian kalor dipakai mesin kalor untuk melakukan kerja
(3) sebagiannya lagi digunakan mesin untuk melepaskan energi ke reservoir dingin.
Berdasarkan gambar 2.10 di atas, besarnya kalor yang diserap oleh mesin kalor
dari reservoir panas adalah 𝑄1, usaha yang dilakukan oleh mesin kalor adalah W,
dan kalor yang dilepaskan ke reservoir dingin adalah 𝑄2. Karena kerja zat
72 Sunardi, dkk. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XI, (Bandung: Yrama Widya, 2018) h. 178-
179 73 Giancolli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, h. 527
35
mengalami siklus, maka tidak ada perubahan energi dalam. Sehingga, berdasarkan
hukum I termodinamika, maka usaha total yang dilakukan oleh mesin kalor sama
dengan kalor total yang melalui mesin tersebut. Dalam hal ini, secara matematis
pernyataan in dapat dituliskan sebagai berikut.74
𝑊 = 𝑄1 − 𝑄2 (2.20)
Pada dasarnya, yang diharapkan dari suatu mesin kalor adalah kerja. Semakin
besar kerja yang dihasilkan, maka akan semakin besar efisiensi mesin tersebut.
Dengan demikian, efisiensi mesin dapat didefinisikan dengan perbandingan usaha
total yang dikerjakan oleh mesin kalor dengan kalor yang diserap oleh mesin dari
reservoir panas. efisiensi mesin kalor ini secara matematis dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut.
𝜂 = 1 −𝑄2
𝑄1=
𝑊
𝑄1= 1 −
𝑇2
𝑇1 (2.21)
Keterangan:
𝑄2 = kalor yang dibuang pada reservoir dingin (Joule)
𝑄1 = kalor yang diserap pada reservoir tinggi (Joule)
W = usaha atau kerja (Joule)
𝜂 = efisiensi mesin
𝑇2 = temperatur pada reservoir rendah
𝑇1 = temperatur pada reservoir tinggi
(1) Mesin Carnot
Menurut hukum II termodinamika, tidak ada mesin kalor yang mempunyai
efisiensi 100%. Namun pada tahun 1824, Seorang ilmuwan bernama Sadi Carnot
mengembangkan konsep mesin kalor dan memperkenalkan metode baru dalam
meningkatkan efisiensi mesin. Nama mesin tersebut adalah mesin carnot.75
Menurutnya, sebuah mesin kalor yang bekerja melalui suatu siklus
berkebalikan di antara dua reservoir panas dapat menghasilkan efisiensi paling
74 Op.cit., h. 179 75 Fieska Cahyani dan Yandri Santoso, Fisika untuk SMA Kelas XI, (Quandra, 2017) h. 156
36
besar dibanding semua mesin kalor lainnya. Siklus berkebalikan yang dimaksud
Carnot ini kemudian dikenal sebagai siklus carnot.
(2) Siklus Carnot
Sebuah mesin carnot bekerja melalui siklus carnot di antara suhu tinggi dan
suhu rendah yang terdiri dari dua proses adiabatik dan dua proses isotermik.
Tahapan atau proses kerja mesin carnot ini ditunjukkan pada gambar 2.11 berikut.76
Gambar 2.11 Siklus Carnot77
Gambar 2.11 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
(a) Proses a-b merupakan proses isotermik pada suhu tinggi 𝑇1. Gas mula-mula
ditempatkan pada wadah (reservoir). Pada proses ini, gas menyerap kalor
sebesar 𝑄1 dari reservoir tinggi sehingga gas memuai (mengalami ekspansi
isotermik) dan melakukan usaha pada piston.
(b) Proses b-c merupakan proses adiabatik. Pada proses ini, pemuaian pada proses
sebelumnya terus berlanjut dan tidak ada kalor yang masuk dan yang keluar.
76 Sunardi, dkk. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XI, (Bandung: Yrama Widya, 2018) h. 180 77 Op.cit., h. 157
37
Ketika proses pemuaian ini berlanjut, gas akan terjadi penurunan suhu dari 𝑇1
menjadi 𝑇2 sepanjang grafik b-c tersebut secara adiabatik.
(c) Proses c-d merupakan proses isotermik yang terjadi pada suhu rendah 𝑇2. Pada
proses ini, bagian bawah tabung mengalami kontak termal dengan reservoir
suhu rendah sehingga gas melepaskan kalor 𝑄2 ke reservoir suhu rendah.
Selama proses ini, gas mengalami usaha oleh piston dan gas mengalami
kompresi (penyusutan) secara isotermik.
(d) Prosed d-a merupakan proses adiabatik. Pada proses ini, kompresi
(pemampatan) pada gas terus berlanjut tanpa adanya kalor yang masuk dan
yang keluar. Sehingga suhu gas naik dari 𝑇2 jadi 𝑇1. Proses ini terus berlanjut
hingga gas kembali pada kondisi semula seperti pada langkah pertama.
b) Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah mesin yang cara kerjanya berkebalikan dari cara kerja
mesin kalor. Jika pada mesin kalor, energi diserap oleh mesin dari reservoir panas.
lalu digunakan untuk menghasilkan usaha, dan sisanya dilepaskan ke resevoir
dingin, maka pada mesin pendingin, energi dari reservoir dingin diserap oleh mesin
dan mesin melepaskan energi tersebut ke reservoir panas.78 Rudolf Clausius
menyatakan, “tidak mungkin membuat mesin yang menyerap kalor dari reservoir
suhu rendah, lalu memindahkannya ke reservoir suhu tinggi tanpa memerlukan
usaha dari luar.”79 Cara kerja mesin pendingin bisa dilihat pada gambar 2.12
berikut.
78 Op.cit., h. 183-184 79 Hari Subagya, Konsep dan Penerapan Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Barilmu, 2018) h. 217
38
Gambar 2.12 Cara Kerja Mesin Pendingin
Dari gambar di atas, maka cara kerja mesin pendingin dapat diuraikan sebagai
berikut. (1) kalor diserap dari reservoir rendah (2) kalor dipindahkan ke reservoir
tinggi dengan bantuan usaha dari luar (3) kalor dibuang ke reservoir tinggi.
Jika kinerja suatu mesin kalor ditunjukkan oleh efisiensi mesin, maka kinerja
mesin pendingin dapat ditunjukan oleh koefisien performasi. Secara matematis
dalam bentuk persamaan berikut.
𝐾𝑑 =𝑄2
𝑊 (2.22)
Keterangan:
𝐾𝑑 = koefisien kerja
c) Entropi
Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah
menjadi usaha. Dalam bahasa sederhana, entropi merupakan ukuran
ketidakteraturan pada suatu sistem. Penambahan panas pada suatu benda, akan
meningkatkan ketidakteraturan pada sistem karena akan menambah kecepatan
molekul serta keacakan gerak molekul. Contoh, ekspansi pada gas. Ekspansi pada
gas akan menimbulkan ketidakteraturan karena molekul akan mengalami
keacakkan lebih besar setelah mengalami ekspansi.
Entropi termasuk fungsi keadaan, sehingga harga entropi hanya bergantung
pada kedudukan awal dan akhir sistem dan tidak bergantung pada lintasan yang
39
ditempuh untuk mencapai keadaan akhir. Perubahan entropi dalam dilihat dengan
persamaan berikut.80
∆𝑆 = 𝑆2 − 𝑆1 =𝑄
𝑇 (2.23)
Keterangan,
∆𝑆 = Perubahan entropi (J/K)
𝑄 = Kalor yang masuk/keluar sistem (Joule)
𝑇 = Suhu (Kelvin)
B. Hasil Penelitian Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan model brain based
learning dan kemampuan kognitif adalah sebagai berikut:
1. Alfa Wisudawati dan Mita Anggaryani (2014) dalam jurnal nasional yang
berjudul, “Penerapan Pembelajaran Fisika Berdasarkan Strategi Brain Based
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi
Elastisitas Kelas XI”. Berdasarkan analisis uji-t diperoleh yaitu peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran fisika berdasarkan strategi brain based learning pada
materi elastisitas dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa.81
2. Salmiza Saleh dan Lechimi Subramaniam (2018) dalam jurnal internasional
yang berjudul, “Effects of Brain-Based Teaching Method on Physics
achievementamong ordinary school students”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa siswa yang diajarkan BBTM (Metode Pengajaran Berbasis Otak)
memperoleh skor rata-rata yang lebih tinggi secara signifikan dalam PAT
80 Sunardi, dkk. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XI, (Bandung: Yrama Widya, 2018) h. 185-
186 81 Alfadina Wisudawati dan Mita Anggaryani, Penerapan Pembelajaran Fisika Berdasarkan Sstrategi
Brain Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi
Elastisitas Kelas XI, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2014
40
(Physics Achievement Test) dibandingkan dengan yang mengikuti CTM
(Metode Pengajaran Konvensional).82
3. Wiwi Mulyani (2013) dalam skripsi yang berjudul, “Pengaruh Pembelajaran
Berbasis E-learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Impuls dan
Momentum”. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t dan hasil
penelitiannya diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 3,47 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2,750 sehingga
kesimpulannya adalah terdapat pengaruh pembelajaran berbasis e-learning
terhadap hasil belajar siswa pada konsep impuls dan momentum.83
4. Kawthar Shabatat dan Mohammed Al-Tarawneh (2016) dalam jurnal
internasional yang berjudul, ”The Impact of a Teaching-Learning Program
Based on a Brain Based Learning on the Achievement of the Female Student
of 9𝑡ℎ Grade in Chemistry”. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan statistik
yang signifikan pada kelas eksperimen dibanding kelas kontrol.84
5. Zephania O. Anditi dkk (2013) dalam jurnal internasional yang berjudul,
“Influence of School Characteristics on the Achievement of Secondary School
Chemistry Students in the Cognitive Science Process Skill of Evaluation in
Kenya”. Penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki nilai aspek kognitif
yang lebih baik saat karakteristik sekolah diubah, dari perencanaan pendidikan
dan gurunya itu sendiri.85
6. Prasetya Kencana (2013) dalam penelitian skripsi yang berjudul, “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dipadukan dengan Time Token
untuk Meningkatkan Kemmpuan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Kognitif
Fisika Siswa SMA”. Hasil yang didapat dari uji-t menunjukkan bahwa t-hitung
82 Salmiza Saleh dan Lechimi Subramaniam, Effects of Brain-Based Teaching Method on Physics
achievementamong ordinary school students, Kasetsart Journal of Social Science, 2018 83 Wiwi Mulyani, Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Konsep Impuls dan Momentum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 84 Kawthar Shabatat dan Mohammed Al-Tarawneh, The Impact of a Teaching-Learning Program
Based on a Brain Based Learning on the Achievement of the Female Studnet of 9𝑡ℎ Grade in
Chemistry, Canadian Center of Science and Education, 2016 85 Zephania O. Anditi dkk, “Influence of School Characteristics on the Achievement of Secondary
School Chemistry Students in the Cognitive Science Process Skill of Evaluation in Kenya, European
Journal of Educational Research, 2013
41
= 2.95 sedangkan t-tabelnya = 1.995 sehingga hal ini menunjukan
meningkatnya kemampuan kognitif siswa pada model kooperatif tipe TAI.86
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013
tentang standar pendidikan nasional dalam bab IV terkait standar proses, pasal 19
ayat 1 menyatakan bahwa, “proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
Namun, fakta dilapangan menggambarkan bahwa siswa masih kesulitan dalam
mempelajari fisika. Salah satu pelajaran fisika yang siswa anggap sulit adalah
konsep termodinamika. Hal ini menyebabkan kemampuan kognitif siswa tergolong
masih rendah.
Faktor yang menyebabkan kemampuan kognitif siswa tergolong rendah, yaitu
nuansa belajar yang diterapkan di kelas tidak menuntut siswa untuk aktif. Sehingga
membuat siswa mudah bosan dan tidak fokus di dalam kelas.
Siswa memerlukan sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan
kognitifnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memberikan sebuah gaya
baru yang bisa membuat nuansa belajar di kelas terasa aktif, fokus, dan nyaman.
Sehingga tidak menyebabkan siswa mudah bosan dan tidak fokus di kelas.
Penerapan model brain based learning memberikan nuansa baru dalam proses
pembelajarannya. Ini adalah model yang menyesuaikan kinerja otak dalam belajar.
Model brain based learning adalah model pembelajaran dengan gaya baru yang
menyesuaikan apa yang disukai oleh otak dalam bekerja. Ketika otak terasa nyaman
untuk belajar, otomatis siswa akan memiliki stimulus untuk bisa aktif, fokus, dan
nyaman selama pembelajaran berlangsung. Dalam prosesnya, model brain based
86 Prasetya Kencana, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Dipadukan dengan
Time Token untuk Meningkatkan Kemmpuan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Kognitif Fisika
Siswa SMA”, Universitas Negeri Malang, 2013
42
learning akan menjadi lebih optimal ketika dibantukan oleh media yang bisa
mempermudah guru dalam menyampaikan materi fisika yang bersifat abstrak
seperti termodinamika. Salah satunya adalah media berbasis website.
Namun, fakta dilapangan menggambarkan bahwa penerapan model brain
based learning di dalam kelas masih tergolong jarang digunakan. Media website
juga salah satu media yang masih jarang digunakan oleh guru dizaman yang sudah
serba teknologi seperti sekarang ini.
Model brain based learning memiliki sintaks yang membuat siswa nyaman
dalam proses pembelajaran. Ada tahap pra-paparan diawal pembelajaran yang bisa
digunakan untuk memberikan nuansa lingkungan yang baik bagi siswa. Hal ini
dimaksudkan untuk membuang kejenuhan, lelah, dan tingkat kestresan siswa
dipembelajaran sebelumnya. Ada tahap inkubasi dan pengkodean memori yang
memberikan waktu sejenak siswa untuk istirahat dan merilekskan pikirannya di
tengah pembelajaran. Terakhir, ada tahap selebrasi yang memberikan penyemangat
diakhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan setelah pembelajaran berakhir, siswa
tidak penat, jenuh, dan stres.
Terlebih, model brain based learning dibantukan oleh media website yang bisa
memberikan berbagai visual didalamnya. Hal ini membantu guru dalam
menerapkan model brain based learning pada konsep termodinamika yang
tergolong materi abstraks. Website akan menjadi alat yang tepat dalam membantu
siswa memahami konsep termodinamikaa.
Pembelajaran dengan menggunakan model brain based learning berbantuan
website ini tentunya dapat menciptakan suasana baru dalam pembelajaran fisika
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Maka
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut :
43
Gambar 2.13 Kerangka Berpikir
Pernyataan Anderson
dan Krathwohl:
kognitif adalah cara
yang dipakai siswa
dalam mengonstruksi
pengetahuannya dan
menyelesaikan masalah
Teori Piaget:
pada tahap
operasional
formal, seorang
anak sudah
mulai sanggup
menganalisis
Pernyataan Anderson dan
Krathwohl:
Pengetahuan dan proses
kognitif hadir ketika
siswa menerima
pembelajaran yang
bermakna di dalam kelas
Permendikbud 22 th. 2016:
untuk memiliki kekuatan
pengetahuan, guru harus
mewujudkan suasana
belajar dan proses
pembelajaran yang
menuntut siswa aktif
PP RI 32 th. 2013:
proses pembelajaran harus
diselenggarakan secara
menyenangkan peserta didik
untuk perkembanagan fisik
dan psikologis peserta didik
Pembelajaran yang
diterapkan terlalu santai
sepanjang pembelajaran
Guru relatif masih
menggunakan mood
ketika mengajar
Perkembangan kognitif
siswa masih belum
berada pada tempatnya,
yaitu tahap operasional
formal
Pembelajaran yang
diterapkaan terlalu serius
sepanjang pembelajaran
Siswa kurang mendapatkan
pembelajaran yang bermakna
Siswa tidak mendapatkan jeda
istirahat sepanjang pekmbelajaran
faktanya
Siswa kesulitan dalam mempelajari fisika
Kemampuan kognitif siswa rendah
dampak
Model brain based learning
Model brain based learning berbantuan website
Permendikbud 22 th.
2016:
Penerapan teknologi
harus terintegrasi,
sistematis, dan
efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi
Permendikbud 109
th. 2013
karakter pendidikan
jarak jauh adalah
menggunakan
teknologi yang
terbimbing dengan
menggunakan
berbagai sumber
Permendikbud 22 th.
2016
Pembelajaran harus
berpusat pada siswaa
untuk mendorong
kemandirian
Model brain based learning berbantuan website Model konvensional: pendekataan saintifik
Kognitif meningkat melebihi kelas kontrol Kemampuan kognitif meningkat
dampak dampak
fakta fakta fakta
solusi
perlakuan
Kurangnya keefektifan
siswa dalam belajar
Siswa kesulitan
memahami buku teks
Siswa kurang mendapat
sumber belajar
tambahan untuk belajar
mandiri
fakta
Kelas kontrol Kelas eksperimen
44
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan, maka
dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu “Model brain based learning
berbantuan website berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep
termodinamika.”
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 19 Jakarta Selatan yang bertempat di
Jl. H. Muchtar Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester ganjil bulan September-Oktober tahun pelajaran 2019/2020 dengan
pengambilan data dilakukan pada bulan September-Oktober 2019.
B. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment,
yaitu jenis penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Metode ini digunakan karena pada kenyataanya sulit
mendapatkan objek yang dapat dikontrol dalam penelitian.69
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group
design dimana kelompok kontrol dan eksperimen tidak dipilih secara random.70
Desain ini digunakan karena dalam penelitian ini ingin mengetahui pengaruh antara
variabel yang diberi treatment dengan yang tidak diberi treatment.
Tabel 3.1 Bentuk Nonequivalent Control Group Design
𝑂1 X 𝑂2
𝑂3 𝑂4
69 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 77 70 Ibid., h. 79
46
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Awal
Tahap ini merupakan tahapan awal sebelum melakukan penelitian. Tahapan
ini meliputi kajian teori penelitian yang akan diteliti, merumuskan masalah,
melakukan studi pendahuluan, baik itu menggunakan kajian pustaka maupun studi
ke lapangan, penyusunan RPP, membuat instrumen tes, dan membuat website.
Kemudian peneliti membuat surat validasi ke Kantor Wilayah Kementerian Agama
untuk mendapatkan surat validasi yang akan digunakan untuk memvalidasi
intrumen tes yang telah dibuat kepada beberapa ahli dan siswa. Dan website yang
sudah dibuat akan divalidasi oleh ahli. Instrumen yang telah diuji, akan dianalisis
oleh peneliti dan digunakan sebagai pretest dan posttest dalam melakukan
penelitian. Website yang telah diuji akan diperbaiki dan digunakan dalam proses
pengambilan data. Setelah melakukan itu semua, peneliti akan membuat surat
penelitian yang disetujui oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama untuk
melakukan penelitian di MAN 19 Jakarta Selatan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap pengambilan data. Langkah pertamanya
adalah memberikan pretest kepada kelas kontrol dan eksperimen. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan materi yang akan
diajarkan. Setelah itu memberi perlakuan kepada kelas eksperimen, yaitu
menggunakan model brain based learning berbantuan website dan menerapkan
model konvensional kepada kelas kontrol yang biasa diterapkan oleh MAN 19
Jakarta dengan RPP yang telah ditentukan. Setelah pemberian perlakuan telah
dilaksanakan, saatnya memberikan posttest kepada kedua kelas guna mengetahui
perbedaan dan pengaruh model brain based learning berbantuan website yang
diterapkan kelas eksperimen juga model konvensional yang diterapkan kepada
kelas kontrol terhadap kemampuan kognitif siswa pada konsep termodinamika.
47
3. Tahap Akhir
Tahap akhir adalah tahap menganalisis segala data yang telah diperoleh.
Peneliti akan mengolah dan menganalisis segala data yang diperoleh pada tahap
pelaksanaan dan diakhir akan diberikan kesimpulan hasil analisis data tersebut.
Langkah-langkah pada setiap prosedur penelitian, bisa dilihat lebih jelas
pada gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Merumuskan masalah penelitian
Melakukan studi pendahuluan
Membuat RPP
Membuat instrumen tes
Membuat website
Membuat surat validasi
Menguji kelayakan instrumen kepada ahli
Menguji kelayakan website kepada ahli
Menganalisis hasil uji kelayakan instrumen
Menganalisis hasil uji kelayakan website
Melakukan pretest kepada kedua kelas
Memberikan treatment model brain based learning
berbantuan website kepada kelas eksperimen
Memberikan treatment model konvensional
(pendekatan saintifik) kepada kelas kontrol
Menganalisis data
Melakukan hipotesis
Menarik Kesimpulan
TAHAP AWAL
TAHAP
PELAKSANAAN
Melakukan posttest kepada kedua kelas
TAHAP AKHIR
48
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel X (bebas)
dan variabel Y (terikat). Variabel X adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Y. Sedangkan variabel Y
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.71 Variabel X dan Y dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel X (bebas) : Model brain based learning berbantuan website
2. Variabel Y (terikat) : Kemampuan kognitif
F. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau
obyek tertentu.72 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA
MAN 19 Jakarta Selatan.
Sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau
obyek tersebut.73 Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA
2 sebagai kelompok kontrol dan XI MIA 1 sebagai kelompok eksperimen. Teknik
sampling dalam menentukan sampel adalah purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.74
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan,
yaitu teknik pengumpulan data yang diambil sebelum pembelajaran dan ketika
pembelajaran berlangsung. Tahapan pertama yaitu sebelum pembelajaran. Peneliti
melakukan studi pendahuluan berupa angket kepada guru dan siswa Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) di Jakarta Selatan untuk mengetahui informasi mengenai
proses pembelajaran yang biasa dilakukan. Tahapan kedua yaitu ketika
pembelajaran. Peneliti memberikan tes kepada kedua kelas sebelum diberi
71 Ibid., h. 39 72 Ibid., h. 80 73 Ibid., h. 81 74 Ibid., h. 85
49
perlakukan guna mengetahui kenormalan dan kehomogenan kedua kelas. Setelah
itu, pengambilan data berupa tes yang dilakukan setelah kedua kelas diberi
perlakukan yang berbeda.
H. Instrumen Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data maka instrumen penelitian ini terdiri
dari tes dan non tes. Instrumen dalam penelitian dapat dilihat dari tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian
No Teknik Pengumpulan
Data Jenis Instrumen Keterangan
1 Tes Tes kemampuan
kognitif
Soal tes objektif berupa 25 soal
pilihan ganda dengan 5 alternatif
jawaban
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda kemampuan kognitif
dengan indikator tes, (1) Mengingat; (2) memahami; (3) mengaplikasikan; (4)
menganalisis. Instrumen ini diberikan kepada siswa kelas XI MIA MAN 19 Jakarta
Selatan. Kisi-kisi instrumen tes bisa dilihat pada tabel 3.3 berikut.
50
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes
Indikator Aspek Kemampuan
Jumlah Perse
ntase
Soal
Valid C1 C2 C3 C4
Mengidentifikasi konsep dasar
termodinamika 1,2 2 5% 2
Mengklasifikasikan pemahaman
dasar terkait konsep dasar
termodinamika
3,4 2 5% 3,4
Mengimplementasikan formula usaha
pada peristiwa dikehidupan nyata 5,6,7 3 7,5% 7
Membedakan pemahaman terkait
usaha pada termodinamika
8,9,1
0 3 7,5%
8,10,
11 Mengorganisasikan pemahaman
terkait usaha pada termodinamika 11 1
2,5%
Mengidentifikasi hukum I
termodinamika pada proses
termodinamika
12,
13 2 5% 12
Menyimpulkan pemahaman dasar
terkait hukum I termodinamika pada
proses termodinamika
14,
15 2 5%
16
Menjelaskan terkait proses
termodinamika 16 1 2,5%
Mengimplementasikan formula
hukum I termodinamika pada proses
termodinamika di kehidupan sehari-
hari
17,18
,19,2
0
4 10% `18,2
0
Mengatribusikan pemahaman terkait
hukum I termodinamika pada proses
termodinamika
21,
22 2 5%
22,23
,24,2
5,26
Membedakan proses termodinamika
dalam suatu sistem 23 1 2,5%
Mengorganisasikan proses
termodinamika dalam suatu sistem
24,25
,26 3 7,5%
Mengidentifikasi hukum II
termodinamika dan aplikasinya
27,
28
2 5% 28
Menjelaskan terkait mesin carnot 29 1 2,5%
29,30 Menyimpulkan masalah terkait
hukum II termodinamika dalam
kehidupan sehari-hari
30
1 2,5%
Mengimplementasikan formula pada
mesin carnot di kehidupan sehari-hari
31,32
,33
3 7,5%
31,32
,33
Mengatribusikan nilai efisiensi pada
dua buah mesin carnot
34,35
,36,3
7
4 10%
34,35
,36,3
7,40
51
Keterangan: (*) = butir soal yang valid
Seperti penelitian ilmiah lainnya, sebelum instrumen digunakan, perlu diuji
dahulu kelayakannya dengan uji validitas, uji reabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda. Peneliti menggunakan software Anatest Versi 4.0.9.
I. Validasi Instrumen Penelitian
Sebelum diimplementasikan, instrumen tes dilakukan uji coba terlebih
dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dari setiap soal,
dimana soal tersebut harus memenuhi kriteria seperti validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini adalah pengujian berkaitan dengan
kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen tes dalam penelitian:
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang
diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti. Sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam
bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”.75
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan software Anates versi 4.0.9
dengan membandingkan hasil output 𝑟𝑥𝑦 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 𝛼 =
0,05 dengan lebih dahulu menetapkan degrees of freedom atau derajat kebebasan
yaitu dk = n – 2. Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji poin
biserial karena peneliti menggunakan tes objektif dalama penelitian. Ketentuan
kategori validitas lapangan didasarkan pada tabel 3.4 berikut.
75 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran-Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 80
Mengorganisasikan nilai kalor yang
diserap pada suatu sistem 38 1 2,5%
Membedakan nilai usaha pada suatu
sistem
39,
40 2 5%
Jumlah Soal 6 7 10 17 40 100%
Persentase 15% 18% 25% 42% 100%
Jumlah Soal Valid 3 5 6 13 27
52
Tabel 3.7 Ketentuan Kategori Validitas
Ketentuan nilai rtabel Kategori
𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Valid
𝑟𝑥𝑦 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Tidak Valid
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.8 Interpretasi Validitas Butir Soal
Nila rxy Interpretasi Validitas
0,800 – 1,00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah
Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Intrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah soal 40
Jumlah siswa 30
Nomor soal yang valid 2,3,4,7,8,10,11,12,16,18,20,22,23,24,
25,26,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,40
Jumlah soal yang valid 27
Persentase soal yang valid 67,5%
53
2. Reabilitas
Reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui taraf kepercayaan.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.76 Dalam penelitian ini, uji reabilitas
menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.9 dengaan teknik uji KR 20
(Kuder-Richardson) karena peneliti menggunakan tes objektif dalam penelitian.
Output nilai koefisien reliabilitas akan diinterpretasikan dalam kriteria reabilitas.
Interpretasi koefisien korelasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut
Tabel 3.10 Interpretasi Reliabilitas Butir Soal
Nila rxy Interpretasi Reliabilitas
0,800 – 1,00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah
Hasil Anates uji reabilitas dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.11 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes
Statistik Interpretasi Reliabilitas
r11 0,57
Kesimpulan Cukup
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
76 Ibid., h. 100
54
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya77. Dalam penelitian ini, uji taraf kesukaran menggunakan software
Anates versi 4.09. Kemudian, output-nya akan diinterpretasikan ke dalam kategori.
Kategori indeks kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut.:
Tabel 3.12 Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal
Nilai P Interpretasi Taraf Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.13 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Kategori soal Nomor soal Jumlah soal
Sukar 16,17,27,31,33,35 6
Sedang 8,12,19,22,29,34 6
Mudah 3,6,10,14,18,20,21,25,32 9
Sangat mudah 1,2,4,5,7,9,11,13,15,23,24,26,28,30 14
Jumlah 35
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah)78. Dalam penelitian ini, untuk menguji daya pembeda
menggunakan software Anates versi 4.0.9. Kemudian, output-nya akan
diinterpretasikan dalam kategori tertentu. Interpretasi daya pembeda butir soal
dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut:
77 Ibid., h. 222-223. 78 Ibid., h. 226.
55
Tabel 3.14 Interpretasi Indeks Diskriminasi Butir Soal
Nilai D Interpretasi Indeks Diskriminasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 baik sekali
negatif sangat tidak baik
Hasil uji daya pembeda bisa dilihat pada tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.15 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
Kriteria daya
pembeda
Butir soal
Jumlah soal Persentase
Drop 6 17%
Buruk 9 26%
Cukup 13 37%
Baik 4 11%
Sangat baik 3 9%
Jumlah 35 100%
J. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan uji instrumen, selanjutnya data-data yang diperoleh
diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan
menguji hipotesis penelitian. Tetapi sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih
dahulu harus dilakukan uji prasyarat statistik yaitu uji normalitas dan homogenitas,
kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis dan analisis data dari hasil tes siswa.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan software SPSS 22.
56
1. Analisis Data Tes
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari
dua kelas terdistribusi normal atau tidak. Penggunaan statistika parametrik
mensyaratkan data terdistribusi normal. Oleh karena itu, analisi tentang distribusi
normal adalah analisis pendahuluan dan menjadi prasyarat apakah suatu teknik
analisis statistika dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Jika seandainya hasil
analisis tidak normal, maka dapat menggunakan teknik analisis statistika
nonparametrik sebagai alternatif79.
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk karena
jumlah sampel yang dijadikan penelitian kurang dari 50 siswa.80 Uji Shapiro-Wilk
menggunakan aplikasi software SPSS dengan kriteria pengujian sebagai berikut:81
1. Jika sig. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yang berarti data berasal
dari populasi terdistribusi normal.
2. Jika sig. < 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yang berarti data aberasal
dari populasi tidak terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua data dari
kelas eksperimen dan kontrol mempunyai varian yang sama atau tidak. Dalam
penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji levene dan uji barlett. Uji levene
digunakan untuk data yang tidak berdistribusi normal. Sedangkan uji barlett
digunakan untuk data yang berdistribusi normal.82 Pada penelitian ini, kelompok
pretest menggunakan uji barlett dan kelompok posttest menggunakan uji levene.
79 Kadir, Statistik Terapan Edisi Kedua, (Jakarta: Rajawali, 2015) h.144 80 Rostina, Sundayana. Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015) h. 88 81 Ibid., h.147 82 Yulingga, Nanda dan Wasis, Himawanto. Statistik Pendidikan. (Yogyakarta: Deepublishing, 2017) h. 58
57
Keduanya menggunakan software SPSS 22 dengan kriteria pengujian sebagai
berikut.
1. Jika sig. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yang berarti data berasal
dari populasi yang homogen
2. Jika sig. < 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yang berarti data aberasal
dari populasi yanag tidak homogen
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data yang menggunakan uji
normalitas dan uji homogenitas, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis yang akan digunakan haruslah sesuai dengan asumsi-asumsi
seperti distribusi normal dan kehomogenitasan varians. Pada penelitian ini, uji
hipotesis yang digunakan pada data pretest adalah uji-t karena datanya normal dan
homogen.83 Uji-t pada penelitian ini menggunakan bantuana software SPSS 22
dengan kriteria pengujian sebagaia berikut:
1. Jika sig. ≥ 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yang berarti tidak terdapat
perbedaan antara kemampuan kognitif pada kelas eksperimen dengan kelas
kontrol
2. Jika sig. < 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yang berarti terdapat
perbedaan antara kemampuan kognitif pada kelas eksperimen dengan kelas
kontrol
Sedangkan uji hipotesis yang digunakan pada data posttest adalah uji maann-
whitney karena datanya tidak normal dan homogen.84 Uji maann-whitney pada
penelitian ini menggunakan bantuana software SPSS 22 dengan kriteria pengujian
sebagaia berikut:
83 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. (Bandung: Andira, 1998) h. 278 84 Ibid., h. 398
58
1. Jika sig. ≥ 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yang berarti tidak terdapat
perbedaan antara kemampuan kognitif pada kelas eksperimen dengan kelas
kontrol
2. Jika sig. < 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yang berarti terdapat
perbedaan antara kemampuan kognitif pada kelas eksperimen dengan kelas
kontrol
d. Uji N-Gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest. Uji N-Gain digunakan
untuk memperlihatkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa
setelah pembelajaran yang dilakukan guru. Agar menghindari bias penelitian,
digunakan gain yang dinormalisasi (normalized gain) atau N-Gain. Rumus N-Gain
menurut Meltzer, yaitu.85
𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 (3.1)
Penentuan kategorisasi perolehan N-gain dapat dilihat pada tabel 3.13 di bawah ini.
Tabel 3.16 Kategori N-Gain
Nilai N-gain Kategori
N-Gain > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-Gain ≥ 0,7 Sedang
N-Gain < 0,3 Rendah
85 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: PIPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah, Maret 2006), h. 76
59
e. Uji Hipotesis Statistik
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
hipotesis statistik pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.86
𝐻0: 𝑆𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 𝛼
𝐻1: 𝑆𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < 𝛼
Keterangan :
𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model braian
based learning berbantuan website terhadap kemampuan
kognitif siswa pada konsep termodinamika
𝐻1 : Terdapat pengaruh penggunaan model braian based
learning berbantuan website terhadap kemampuan
kognitif siswa pada konsep termodinamika
𝑆𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) : Nilaia probabilitas yanag dihasilkan dari pengujian
hipotesis
𝛼 : Taraf signifikansi (0,05)
86 Sugiyono, op.cit., h. 69
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Model brain based learning berbantuan website berpengaruh terhadap
kemampuan kognitif siswa pada konsep termodinamika. Hasil uji hipotesis
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,018< taraf signifikan 0,05 yang berarti
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan kognitif siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
2. Perbedaan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol terlihat
berbeda dan kelas eksperimen lebih unggul dibanding dengan kelas kontrol.
Kelas eksperimen, memiliki nilai rata-rata pretest 29,60 dan nilai rata-rata
posttest 78,40. Sehingga selisihnya adalah 48,8. Kelas kontrol, memiliki nilai
rata-rata pretest 27,73 dan nilai rata-rata posttest 74,67. Sehingga selisihnya
adalah 46,94.
3. Perbedaan nilai N-Gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat
berbeda, dan kelas eksperimen lebih unggul dibanding dengana kelas kontrol.
Kelas eksperimen memiliki nilai N-Gain 0,69 dengan kategori sedang. Kelas
kontrol memiliki nilai N-Gain 0,65 dengaan kategori sedang. Walaupun
memiliki kategori yang sama, nilai N-Gain kelas eksperimen yang diberi
perlakukan lebih unggul dibanding dengan kelas kontrol.
79
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa
saran di antaranya sebagai berikut:
1. Model brain based learning memiliki banyak tahapan dan perlu banyak waktu.
Sehingga guru hendaknya benar-benar sudah siap sebelum masuk kelas. Agar
pembelajaran yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kinerja otak.
2. Website yang ingin dipakai oleh siswa haruslah website yang memiliki eye
catching. Sehingga siswa lebih tertarik untuk melihat dan membaca apa yang
ada di dalam website tersebut.
3. Penggunaan media di dalam kelas menuntut siswa memiliki paket internet
dalam handphone-nya. Sehingga, guru harus memastikan dan memberikan
solusi jika ada siswa yang di dalam satu kelompok tidak memiliki paket
internet.
4. Konsep termodinamika adalah materi yang abstrak. Sehingga guru harus
membuat pembelajaran seaplikatif mungkin. Terutama penyajian materi di
dalam website. Agar siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
80
DAFTAR PUSTAKA
Afianti, Tetty dan Shanty, DP. Elly. 2004. Modul Pengayaan Fisika untuk Siswa
SMA/MA. Depok: Bina Pustaka
Alatas, Fathiah dan Nurlela, Ai. 2015. Termodinamika. Tangerang: UIN Press
Anaperna, Megasyani. 2015. “Praktikalitas Handout Fisika SMA Berbasis
Pendekatan Science Environment Technology and Social Pada Materi Listrik
Dinamis” JRFES, vol. 1
Anditi, Zephania O dkk. 2013. “Influence of School Characteristics on the
Achievement of Secondary School Chemistry Students in the Cognitive
Science Process Skill of Evaluation in Kenya” European Journal of
Educational Research.
Andoro.S, Ign.F.Bayu. 2015. “Proses Visualisasi Sistem Operasi Berbasis
Multimedia Dengan Metode Kognitif Piaget Di Smk Ibu Kartini Semarang”
Jurnal IC-Tech
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran-Edisi 2. Jakarta:
Bumi Aksara
Cahyani, Fieska dan Santoso, Yandri. 2017. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta:
Quandra
Cahyono, Hermawan Agus dkk. 2014. Kumpulan Materi Panduan Terarah Fisika
SMA/SMK. Bandung: Kaifa
D. Walker, Timothy. 2017. Teach Like Finland. Jakarta: Grasindo
Dian dan Rakhmat. 2017. E-Learning Teori dan Aplikasi. Bandung: Informatika
Giancolli. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta:
PIPA FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jensen, Eric. 2008. A Fresh Look At Brain Based Education. Phi Delta Kappan.
Jensen, Eric. 2010. Guru Super dan Super Teaching. Jakarta: Indeks
Jensen, Eric. 2011. Pemelajaran Berbasis Otak, Edisi 2. Jakarta: Indeks
Prasetya Kencana, Prasetya. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TAI Dipadukan dengan Time Token untuk Meningkatkan Kemmpuan
81
Berkomunikasi dan Hasil Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA” Skripsi
Universitas Negeri Malang.
Kadir. 2015. Statistik Terapan Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali
Kalatting, Sherly dkk. 2015. “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika
Berbasis Web Menggunakan Pendekatan Guided Discovery Learning” JPPF
Khoirurrohmah, Siti dkk. 2018. “Pengaruh Penggunaan Modul Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Multiple Representations Pada Materi Fluida Statis
Terhadap Hasil Belajar Siswa” Jurnal FKIP UNILA
Kurniawan, Fatwa Aji. 2017. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Web terhadap
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri Paguyangan pada
Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Suhu Dan Kalor” Scientiae Educatia
Lasmi, Ni Ketut. 2017. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Lorin W, Anderson dan David R, Krathwohl. 2015. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mariyam dan Nuraida, Dede. 2017. “Pengaruh Model Pembelajaran Brain Based
Learning Dipadukan dengan Mind Mapping terhadap Penguasaan Konsep
Siswa” Proceeding Biology Education Conference
Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada
Mulyani, Wiwi. 2013. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Impuls dan Momentum.” Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah
Nafis, Mustofa. 2015. “Media Pembelajaran Fisika Berbasis Spreadsheet Excel
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa” Seminar Nasional Pendidikan
Sains UKSW
Nurhikmah, dkk. 2018. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbantuan Simulation Based Laboratorium Terhadap Hasil Belajar Fisika
Peserta Didik Kelas XI IPA SMA 1 Montong Gading” Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi
Pandu, Galih. 2016. Dongkrak Kinerja Otak Berpikir Lebih Cepat. Yogyakarta:
Diva Press
82
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 pasal 19 ayat 1
tentang standar nasional pendidikan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 109 tahun 2013 tentang
pendidikan jarak jauh. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Robert E, Slavin. 2011. Psikologi Pendidikaan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks
Rosa, Friskaa Octavia. 2015. “Eksplorasi Kemampuan Kognitif Siswa Terhadap
Kemampuan Memprediksi, Mengobservasi, dan Menjelaskan ditinjau dari
Gender.” JPF
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta
Saleh, Salmiza dan Subramaniam, Lechimi. 2018. “Effects of Brain-Based
Teaching Method on Physics achievementamong ordinary school students”
Kasetsart Journal of Social Science
Shabatat, Kawthar dan Al-Tarawneh, Mohammed. 2016. “The Impact of a
Teaching-Learning Program Based on a Brain Based Learning on the
Achievement of the Female Studnet of 9𝑡ℎ Grade in Chemistry” Canadian
Center of Science and Education
Subagya, Hari. 2018. Konsep dan Penerapan Fisika SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Barilmu
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sunardi, dkk. 2018. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya
Thomas, Antonius Bunga. 2018. “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran Fisika dan Kehidupan Sehari-hari,” Skripsi Universitas
Sanata Dharma
Wawan Sudatha, I Gede dan Tegeh, I Made. 2015. Desain Multimedia
Pembelajaran Yogyakarta: Media Akademi
83
Wisudawati, Alfadina dan Anggaryani, Mita. 2014. “Penerapan Pembelajaran
Fisika Berdasarkan Strategi Brain Based Learning untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Elastisitas Kelas XI” Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika