Diagnosis Dini Dan Tatalaksana Dm Dalam Kehamilan Dan Perencanaan Persalinannya2
-
Upload
riamanoveria -
Category
Documents
-
view
73 -
download
3
Transcript of Diagnosis Dini Dan Tatalaksana Dm Dalam Kehamilan Dan Perencanaan Persalinannya2
DIAGNOSIS DINI DAN TATALAKSANA DM DALAM KEHAMILAN DAN
PERENCANAAN PERSALINANNYA*
Ni Luh Made Murniasih Jayanthi1
Kepanitraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Periode 08 Oktober 2012 – 01 Desember 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta
ABSTRAK
Diabetes melitus dalam kehamilan diartikan sebagai intoleransi glukosa yang dimulai pada
waktu hamil. Diagnosis dini penting agar dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang timbul
akibat gestasional diabetes melitus. Penatalaksanaan penting untuk memperpanjang usia
kehamilan sehingga meningkatkan angka keselamatan neonatus yang baik, yaitu mengurangi
angka kematian pada bayi dan ibu dan memperlama kehamilan sehingga mengurangi efek dari
prematuritas.
Tujuan dari penulisan tinjauan kepustakaan ini adalah untuk mengetahui diagnosis dini,
penatalaksanaan diabetes melitus pada kehamilan serta rencana persalinannya sehingga dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin yang dikandung.
Keparahan outcome bayi baru lahir menurun secara signifikan dibanding dengan grup control
(1% vs 4%, p=0,01) dan kualitas hidupnya meningkat pada grup yang telah menjalani terapi.
Wanita dengan diabetes mellitus pada kehamilan yang melahirkan secara seksio sesarea akibat
distress pada bayi (RR 1.63, [95%CI 1.10, 2.41], P=0.01) dibandingkan dengan wanita dengan
kehamilan normal tidak terlalu signifikan.
Kata kunci : diabetes melitus dalam kehamilan, diagnosis dini, penatalaksanaan, rencana
persalinan
*) diajukan pada kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan penyakit kandungan di RSU
UKI pada 19 November 2012
1
ABSTRACT
Gestational diabetes mellitus defined as carbohydrate intolerance of varying degrees of severity
with onset or first recognition during pregnancy. Early diagnose is important to prevent
complication of GDS. Conservative management leading to prolonged gestational age frequently
provides the neonate with a greater chance of survival, like prevention or treatment to reduce
maternal or fetal morbidity and it may delay the progression to pretermbirth.
The aim of this literature review is to understand the early diagnose, the management and the
labour planning of GDM so we can reduce morbidity and mortality either maternal or fetal.
The rate of severe perinatal outcomes in newborn was significantly lower in treated group than in
the control group (1% vs 4%, p=0.01), and quality of life was improved in the treated group.
Women with GDM gave birth by caesarean section for fetal distress (RR 1.63, [95%CI 1.10,
2.41], P=0.01) compared with woman with a normal gestation not significant.
Keyword : gestational diabetes mellitus, early diagnose, management, labour plaanning
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus dalam kehamilan terjadi ketika fungsi pancreas tidak sufficient terhadap
lingkungan diabetikum selama hamil. Diabetes mellitus dalam kehamilan biasa didefinisikan
sebagai intoleransi glukosa yang pertama kali atau ditemukan saat hamil. Diabetes mellitus pada
kehamilan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan anaknya
Selama ini kriteria diagnosis untuk diabetes melitus dalam kehamilan belum universal,
dengan kriteria berbeda satu negara dengan negara lain. Sehingga diperlukan pembuatan
diagnosis standar untuk diabetes melitus dalam kehamilan. Managemen yang optimal untuk ibu
dan janin adalah dengan mengontrol kadar gula darah. Perencanaan persalinan yang tepat
dibutuhkan untuk menghindari komplikasi-komplikasi yang muncul.
2
Adapun tujuan dari penulisan tinjauan kepustakaan ini adalah untuk mengetahui
diagnosis dini, penatalaksanaan pada diabetes melitus dalam kehamilan serta rencana
persalinannya. Dengan mengetahui penyakit secara dini dapat dilakukan tindakan pencegahan
sehingga sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin yang
dikandung.
DIAGNOSIS DINI, PENATALAKSANAAN DM DAN RENCANA PERSALINAN
Diabetes mellitus pada kehamilan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan
anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan setelah lahir. [2]
Bukti-bukti saat ini menunjukkan deteksi dini dan managemen dari diabetes mellitus
pada kehamilan dapat memperbaiki outcome pada ibu dan anak. [9]
Sampai saat ini kriteria diagnosis untuk diabetes melitus dalam kehamilan masih belum
seragam. Menurut The American Collage of Obstetrics and Gynecology (ACOG) dilakukan
skrining dengan 50 g glukosa oral. Jika setelah pemberian 50 g oral glukosa serum 140 mg/dl,
diberikan kembali 100 g, ditunggu selama 3 jam. Jika terdapat ≥ 2 nilai yang abnormal maka
dapat kita diagnosis sebagai diabetes mellitus dalam kehamilan. Jika pada test 3 jam pertama
negative maka test diulang kembali pada umur kehamilan 24-28 minggu. Menurut The American
Diabetes Association (ADA) skrining untuk diabetes dilakukan saat diketahuinya kehamilan jika:
obesitas berat, memiliki riwayat diabetes mellitus dalam kehamilan, melahirkan bayi yang besar,
glikosuria, sinrom polikistik ovarium, atau riwayat keluarga memiliki diabetes mellitus tipe 2.
Jika factor ini tidak ada skrining dilakukan pada minggu ke 24-28. Selain itu, World Health
Organitation merekomendasikan seluruh wanita memeriksakannya pada usia kehamilan 24-28
minggu. [10][11][12]
Pada tahun 2010, berdasarkan The International Association of Diabetes in Pregnancy
Study Groups (IADPSG) menerbitkan consensus yang berasal dari Hyperglycemia and Adverse
Pregnancy outcome (HAPO) menyarankan wanita yang belum mengetahui dirinya menderita
diabetes harus mendapatkan 75 g OGTT pada umur kehamlan 24-28 minggu. Diagnosis diabetes
3
mellitus dapat ditegakkan bila satu atau lebih terjadi peningkatan glukosa pada: puasa 5.1
mmol/l, 1 jam post glucose 10.0 mmol/l, dan 2 jam post glucose 8.5 mmol/l. Test pada
kehamilan muda direkomendasikan pada populasi dengan prevalensi tinggi. Diagnosis
ditegakkan bila gula darah puasa ≥7.0 mmol/l, HbsA1c ≥ 6.5 % atau gula darah sewaktu ≥11.1
mmol/l.[4][8][10][11][12]
Ketika wanita didiagnosis mengalami diabetes mellitus dalam kehamilan maka dilakukan
managemen yang potensial dan menguntungkan untuk mengurangi risiko komplikasi ibu dan
bayi selama dan setelah hamil. Managemen ini meliputi monitoring glukosa darah dan terapi
kalori berupa pengurangan kalori, aktivitas fisik, dan farmakoterapi. ACOG dan ADA
merekomendasikan target glukosa level. [3][7]
Aktivitas fisik dapat membantu mencapai target glukosa dengan meningkatkan
tolerasansi glukosa. Aktivitas fisik menyebabkan sensitivitas insulin meningkat dengan
meningkatkan uptake glukosa otot dan sintesis glikogen. Secara teori olahraga meningkatkan
sekresi insulin, asam lemak bebas dan keton dengan menurunkan level glukosa. Olahraga
dilakukan setidaknya 30 menit perhari. [3][7][8]
Jika target glikemik belum tercapai dengan strategi diatas, farmakoterapi menggunakan
insulin direkomendasikan. [7]
Seksio sesarean sukses mengurangi komplikasi yang disebabkan oleh diabetes mellitus
dalam kehamilan, tapi tetap saja mempunyai risiko pada ibu dan janin. Dilain pihak, induksi
pada kehamilan juga masih kontroversi. Review koherensi menyimpulkan bahwa induksi pada
wanita dengan glukosa intoleransi pada kehamilan 38 minggu dihubungkan dengan mengurangi
berat badan lahir dan tidak meningkatkn risiko operasi sesarea. Namun, kelahiran kurang bulan
meningkatkan insidens sindrom distress respirasi dan transien takipnea pada bayi baru lahir.
Belum ada konsensus tentang waktu yang tepat untuk induksi, namun induksi biasanya
direkomendasi ketika 40 minggu. Selama induksi dan kelahiran spontan pemberian insulin
ditingkatkan untuk meningkatkan kerja uterus. [3][7][8]
4
DISKUSI
Seth et al membandingkan wanita yang didiagnosis diabetes mellitus pada kehamilan < 24
minggu dengan yang didiagnosis setelah minggu ke-24 dengan menggunakan glukosa test. Hasil
dari glukosa test memperlihatkan wanita yang didiagnosis pada kehamilan < 24 minggu memiliki
hasil rata-rata yang lebih tinggi pada pemberian 50 g glukosa. Kira-kira satu setengah dari wanita
tersebut (n=182) memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl, dibandingkan dengan 16 % wanita
yang didiagnosis secara rutin (P<.001). selain itu, juga memiliki kadar gula darah puasa lebih
tinggi (96.1 vs 91.6 mg/dl; P<.001). [1]
Seth et al mengklasifikasikan terapi diet pada wanita dengan diabetes mellitus dalam
kehamilan berdasarkan diagnosisnya. Wanita yang didiagnosis < 24 minggu kehamilannya
mendapat “early” diet, sedangkan yang didiagnosis >24 jam mendapat “routine” diet. Dari
penelitian ini, didapatkan 3334 wanita (3.8 %) didiagnosis diabetes mellitus dalam kehamilan.
Total 2596 wanita (78%) hanya diterapi dengan diet saja. 2257 (87%) dengan terapi diet
didiagnosis setelah kehamilan minggu ke -24. Dua puluh dua persen (n=737) didiagnosis
sebelum umur kehamilan 24 minggu. Dan dari kelompok ini 339 wanita (46%) diterapi hanya
dengan diet saja. [1]
Annunziata et al menuliskan intake kalori yang ideal pada wanita yang mengalami
diabetes mellitus dalam kehamilan masih diperdebatkan, namun banyak yang setuju memakai
kalori intake yang direkomendasikan oleh IOM. Studi dari Knoop et al dan Magee et al
menggunakan restriksi kalori yang banyak (11,200 kcal/hari atau menurunkan sekitar 50 % dari
intake harian) dapat menyebabkan glikemia dan ketonuria. Restriksi kalori sedang (1600-1880
kcal/hari atau 33% dari intake harian) meningkatkan glikemia dan trigliserid tanpa menyebabkan
ketonuria.. [7]
Takashi Sugiyama melaporkan dalam kasus dimana target kadar glukosa tidak terpenuhi,
maka insulin terapi dapat diimplementasikan. Pemberian antidiabetes secara oral, glyburide,
tidak berefek pada janin dan tidak ada bukti yang mengatakan bahwa antidiabetic meningkatkan
insidensi malformasi kongenital.. [3]
5
Amanda et al menuliskan bahwa pasien yang tidak dapat mengontrol kadar gula darahnya
dengan menggunakan diet akan membutuhkan terapi insulin. Terapi insulin digunakan saat
konsentrasi glukosa darah puasa > 90 mg/dl selama 2 minggu atauu ketika kadar 1 jam
postprandial >120 mg/dl. Tipe insulin yang biasa digunakan oleh pasien diabetes mellitus pada
kehamilan adalah neutral protamine Hagedorn (NPH) dan regular insulin.NPH merupakan
intermediate-acting insulin digunakan saat kadar gula darah puasa tinggi. Diantara pasien
diabetes mellitus dalam kehamilan 15 % membutuhkan terapi insulin. [6]
IWC keempat mengatakan bahwa aktivitas fisik 30 min/hari sangat direkomendasikan
untuk wanita dengan diabetes mellitus dalam kehamilan. Studi Chocrane menyimpulkan bahwa
terdapat bukti yang lengkap terhadap rekomendasi terhadap terapi olahraga pada diabetes
mellitus dalam kehamilan dan beberapa studi epidemiologi menemukan hubungan antara
aktivitas fisik dengan menurunnya risiko dari diabetes mellitus dalam kehamilan. [7]
Langer et al menemukan kontrol glikemik terbaik pada wanita yang mengalami obesitas
(glukosa plasma rata-rata < 100) dihubungkan dengan pemberian insulin. [7]
Annunziata et al menuliskan bahwa terapi insulin dibutuhkan ketika terapi restriksi kalori
gagal mengontrol kadar glukosa darah dalam wanita dengan diabetes mellitus saat hamil. Dosis
terbaik insulin dimulai dari 0.7 U/kg pada pasien dengan berat badan normal dan 08.10 U/kg
pada wanita yang mengalami obesitas. Studi pada hewan ditemukan tidak adanya efek
teratogenik dari penggunaan insulin lispro dan studi invitro menunjukkan insulin lispro tidak
dapat menembus plasenta. Penggunaan insulin aspart, studi pada hewan menunjukkan tidak
adanya efek embrionik dan teratogenik, tapi tidak ada studi mengenai kemampuannya menembus
plasenta. Namun tetap lebih efektif dibandingkan penggunaan insulin regular dalam mengurangi
glukosa post prandial dan konsentrasi c-peptide. Berdasarkan studi ini penggunaan insulin lispro
dan aspart memperlihatkan keefektifan dan keamanan dibandingkan penggunaan insulin regular. [7]
6
Amanda et al menuliskan penggunaan antidiabetic oral masaih kontroversial. Banyak
pasien yang menggunakan glyburide sukses memanage gula darahnya, namun banyak dari pasien
beralih menggunakan terapi insulin dalam penggunaan mengontrol kadar gula darah. [6]
Rowan dan collagues membandingkan penggunaan metformin dan insulin pada wanita
dengan diabetes mellitus pada kehamilan. Ditemukan hipoglikemik yang sedikit lebih parah pada
janin dengan ibu yang menggunaan metformin. [6]
Annunziata et al melaporkan obat hipoglikemik oral tidak dianjurkan penggunaannya
pada diabetes mellitus pada kehamilan sebab dapat menembus plasenta dan dapat menyebabkan
fetal/neonatal hiperinsulinemia dan hipoglikemia. Selain itu juga menimbulkan efek teratogenik
bila digunakan pada trimester pertama. Metformin dipercaya dapat menembus plasenta dengan
level setengah dari ibu. Acarbose boleh digunakan bila pasien dapat mentolerasi abdominal
discomfort. Thiazalidone dapat menembus plasenta, penggunaanya dalam beberapa studi belum
diketahui hasil keamanannya. [7]
Hong Ju et al mendapatkan rata-rata induksi dalam kehamilan sama dengan rata-rata
seksio sesarea. Wanita dengan diabetes mellitus pada kehamilan yang melahirkan secara seksio
sesarea akibat distress pada bayi (RR 1.63, [95%CI 1.10, 2.41], P=0.01) dibandingkan dengan
wanita dengan kehamilan normal tidak terlalu signifikan. [2]
Takashi Sugiyama melaporkan tidak ada perbedaan dalam rata-rata seksio sesarea antara
wanita yang melahirkan dengan cara induksi pada usia kehamila 38 minggu dengan yang tidak
diinduksi. Lebih lanjut tidak ada ada perbedaan antara yang diinduksi dengan yang
mengguunakan terapi insulin yang menunggu pada saatnya lahir.[3]
Janin yang besar secara signifikan turun setelah diobati secara spesifik. Landon et al
melaporkan penurunan dilakukannya section sesarea setelah dilakukan intervensi spesifik. [5]
Takashi sugiyama baru-baru ini mempublikasikan managemen dari diabetes mellitus
dalam kehamilan berdasarkan dua control random, pasien yang menerima terapi intervensi
7
(terapi diet, monitoring sendiri glukosa darah, dan insulin terapi) terlihat penurunan insidensi
komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima terapi
intervensi. [7]
Crowther et al melaporkan penurunan yang signifikan pada kematian perinatal, distosia
bahu, patah tulang, palsy pada nervus dihubungkan dengan tatalaksana diabetes pada kehamilan. [5]
The Australian Carbohydrate Intolerance Study in Pregnant Women (ACHOIS)
mengemukakan bahwa terapi pada diabetes mellitus pada kehamilan memperbaiki outcome dari
ibu dan janin. Keparahan outcome bayi baru lahir menurun secara significan dalam grup tersebut
dibanding dengan grup control (1% vs 4%, p=0,01) dan kualitas hidupnya meningkat pada grup
yang telah menjalani terapi. [7]
Bartha et al menemukan bahwa lahir mati biasa terjadi pada wanita yang terdiagnosa
diabetes mellitus dalam kehamilan lebih terlambat dibandingkan dengan diagnosis awal, Aberg
et al mengkonfirmasi data ini. [8]
Beischer et al mendokumentasikan tingginya angka mortalitas pada perinatal pada ibu
yang tidak diterapi dibandingkan dengan ibu yang diterapi. [8]
KESIMPULAN
1. Diagnosis dini untuk mengetahui diabetes mellitus dalam kehamilan harus mendapatkan 75 g
OGTT pada umur kehamilan 7 minggu. Wanita dengan kadar glukosa saat puasa 5.1 mmol/l
dapat didiagnosis sebagai diabetes mellitus pada kehamilan.
2. Penatalaksanaan pada diabetes mellitus dapat mengurangi risiko komplikasi ibu dan bayi
selama dan setelah hamil diperlukan managemen ini meliputi terapi kalori berupa
pengurangan kalori, aktivitas fisik, dan farmakoterapi. Keparahan outcome bayi baru lahir
menurun secara significan dalam grup tersebut dibanding dengan grup control (1% vs 4%,
p=0,01) dan kualitas hidupnya meningkat pada grup yang telah menjalani terapi.
8
3. Perencanaan persalinan tidak ada ada perbedaan antara yang diinduksi dengan yang
mengguunakan terapi insulin yang menunggu pada saatnya lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1. J Seth Hawkins, Julie Y, Brian M. Casey, et al. Diet-treated gestational diabetes
mellitus:comparison of early vs routine diagnosis. AJOG 2008;287.e1-e6.
2. Hong Ju, Alice R Rumbold, Kristyn J Willson, et al. BioMed Central 2008 :1-7.
3. Takashi Sugiyama. Management of gestational diabetes mellitus. JMAJ 2011; 293-300.
4. E. A. Ryan. Diagnosing gestational diabetes. Springer-Verlag 2010; 480-486.
5. Karl Horvath, Klaus Koch et al. Effects of treatment in women with gestational diabetes
mellitus: systemic review and meta-analysis. BMJ 2010;340:c1395.
6. Amanda “Bird” Hoffert G, Serdar H. Ural, et al. Gestational Diabetes Mellitus.
MedReviews 2008;1(3):129-134.
7. Annunziata Lapolla, Maria Grazia D, et al. Management of gestational diabetes mellitus.
DoveACOG practice bulletin Press 2009:2 73-82.
8. Catherin Kim. Gestational diabetes: risks, management, and treatment options.
International Journal of women’s health 2010;2 339-351.
9. B. S Bucley, J. Harreiter, et al. Gestational diabetes mellitus in Europe: prevalence,
current screening practice and barriers to screening. A review. Diabeticmedicine 2011.
10. Boyd E Metzger. International association of diabetes and pregnancy study groups
recommendations on the diagnosis and classification of hyperglycemia in pregnancy.
Diabetesjournal 2010; 676-682.
11. David Simmons, Aidan McElduff, et al. Gestational diabetes mellitus:NICE for the US?.
Diabetes care 2010; 34-37.
12. Angelo Santamaria, Pietro Cignini, et al. Current strategy for detection and diagnosis of
hyperglycemic disorders in pregnancy. Journal of prenatal medicine 2011; 5(1): 15-17.
13. Cinzia Murgia, Marisa Orru, et al. Autoimmunity in gestational diabetes mellitus in
Sardinia: a preliminary case-control report. BioMed 208, 6:24.
14. Christopher P Houk, Peter A Lee. Early diagnosis and treatment referral of children born
small for gestational age without catch-up growth are critical for optimal growth
outcomes. International Journal of Pediatric Endocrinology 2012.
9