75129982 Referat Diagnosis Dan Tatalaksana Persalinan Lama

28
REFERAT DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERSALINAN LAMA Oleh Josepb N. H. Simarmata, S. Ked NIM : I11106032 Pembimbing dr. Tri Wahyudi, Sp.OG (K) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TANJUNGPURA RSU DOKTER SOEDARSO PONTIANAK 2011 1

description

persalinan lama merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. persalinan lama merupakan penyebab 8% kematian ibu di negara-negara berkembang.

Transcript of 75129982 Referat Diagnosis Dan Tatalaksana Persalinan Lama

REFERAT

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERSALINAN LAMA

Oleh

Josepb N. H. Simarmata, S. KedNIM : I11106032

Pembimbing

dr. Tri Wahyudi, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS TANJUNGPURARSU DOKTER SOEDARSO

PONTIANAK 2011

1

Disusun oleh :

Josepb N. H. Simarmata

NIM. I11106032

Pembimbing Refrat

dr. Tri Wahyudi, Sp. OG (K)

NIP. 140259829 LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Refrat dengan Judul :

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERSALINAN LAMA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik

Mayor Ilmu Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Ginekologi)

Pontianak, 19 September 2011

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ......................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................... ii

Daftar Gambar .......................................................................... iii

Daftar Tabel ............................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

1.2 Definisi ....................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................ 3

BAB II ISI ..................................................................................... 3

2.1 Insiden ........................................................................ 3

2.2 Klasifikasi ................................................................... 3

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko .............................................. 3

2.4 Patofisiologi .................................................................. 4

2.5 Gambaran Klinik .......................................................... 5

2.6 Diagnosis.................... ............................................. 9

2.7 Tatalaksana .................................................................. 12

2.8 Komplikasi ................................................................ 14

2.9 Prognosis ..................................................................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................ 17

Kesimpulan ......................................................................... 17

Daftar Pustaka ................................................................................... 18

3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perjalanan Persalinan Normal.......................................... 5

Gambar 2 Kurva pembukaan serviks pada nulipara ........................ 6

Gambar 3 Kelainan protraksi pada persalinan (partus lama) ....... 11

Gambar 4 Arrest disorder pada persalinan (partus macet) ........... 11

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan .......................... 9

Tabel 2.2 Klasifikasi persalinan lama berdasarkan pola persalinannya 10

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan lama (Prolonged Labor/partus lama) masih merupakan salah

satu maslah kesehatan yang penting. Persalinan lama merupakan penyebab 8%

kematian ibu di negara-negara berkembang. Namun angka ini sebenarnya

terlalu menyederhanakan pemasalahan persalinan lama. Hal ini dikarenakan

dalam angka in belum tercakup jumlah kematian ibu akibat komplikasi dari

persalinan lama itu sendiri (misalnya: sepsis, perdarahan ante partum, atau

ruptur uterus). Selain itu, bila ibu selamat, bukan berarti telah lepas dari

masalah. Salah satu komplikasi lanjut dari persalinan lama adalah

terbentuknya fistula. Fistula memiliki efek sosial dan psikis yang begitu bear,

karena dapat mempengaruhi interaksi sosial, menyebabkan infeksi, juga dapat

menyebabkan depresi berkepanjangan.1

Dilain pihak, dapat pula terjadi overdiagnosa terhadap persalinan lama. Di

Amerika Serikat, persalinan lama (juga disebut distosia) merupakan indikasi

dilakukannya Sectio caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani

operasi seksio sesar primer. Hal ini disebabkan oleh bebrapa hal, antara lain

diagnosis yang tidak tepat, penggunaan anestesi epidural, kekhawatiran yang

berlebihan dan keterbatasan ketersediaan waktu para klinisi. Tidak semua

kondisi persalinan lama disebabkan oleh kondisi-kondisi patologis. Namun

kondisi ini perlu dikenali karena persalinan lama bisa saja merupakan sebuah

indikasi bahwa diperlukan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif.

Atau bahkan diperlukan tindakan intervensi untuk mengakhiri persalinan.

yang menarik adalah persalinan lama sebenarnya dapat dicegah, dan

hendaknya usaha pencegahan ini menjadi perhatian bagi se;uruh tenaga

kesehatan.2,3

Berdasarkan hal diatas, penting bagi seorang tenaga kesehatan khususnya

dokter umum untuk mengerti dan memahami kondisi persalinan lama ini.agar

dapat dilakukan diagnosa yang tepat, dan penanganan yang tepat waktu pula.

Yang pada akhirnya diharapkan dapat membantu mengurangi angka

morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.

1.2 Definisi

Persalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum

memaksudkan persalinan yang abnormal atau sulit.4 Sementara itu, WHO

secara lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor/partus

lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu

pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan amtara

kala I dan kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat

variasiterdapat sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam

penentuan partus lama adalah 18 jam.

1.3 Tujuan Penulisan

a) Mengetahui definisi dan klasifikasi persalinan lama

b) Mengetahui langkah-langkah diagnosis dan peran partograf

7

dalam mendiagnosa partus lama

c) Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat persalinan lama

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Insidensi

Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Park Land, Amerika Serikat, pada

tahun 2007, didapatkan bahwa hanya sekitar 50 persen ibu dengan janin

presentasi kepala yang mengalami partus spontan fisiologi. Lima puluh

persen lainnya, perlu mendapatkan intervensi untuk pelahiran. Baik

intervensi medismaupun intervensi bedah. Tingginya tingkat partus

abnormal ini juga menunjukkan tingginya tingkat persalinan lama.

Persalinan lama yang kadang juga disebut distosia, di Amerika Serikat

distosia merupakan indikasi dilakukannya Sectio caesarea emergensi pada

68% pasien yang menjalani operasi seksio sesar primer.

22 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab distosia, secara ringkas dapat dinyatakan sebagai kelainan yang

disebabkan oleh 3 faktor yang disebut 3 P, yaitu powers, passenger dan

pelvis. Powers – mewakili kondisi gangguan kontraktilitas uterus, bisa saja

kontraksi yang kurang kuat atau kontraksi yang tak terkoordinasi dengan

baik sehingga tidak mampu menyebabkan pelebaran bukaan serviks. Dalam

kelompok ini, juga termasuk lemahnya dorongan volunter ibu saat kala II.

Passengger – mewakili kondisi adanya kelainan dalam presentasi, posisi

atau perkembangan janin. Passage – memaksudkan kelainan pada panggul

ibu atau penyempitan pelvis.

23 Klasifikasi

Adapun distosia/persalinan lama sendiri dapat dibagi berdasarkan pola

persalinannya. Kelainan dalam pola persalinan secara umum dibagi menjadi

tiga kelompok. Yaitu kelainan pada kala I fase laten yang disebut fase laten

memanjang, kelainan pada kala I fase aktif dan kelainan pada kala II yang

disebut kala II memanjang. Secara lebih rinci, kelainan pada kala I fase aktif

terbagi lagi menjadi 2, menurut pola persalinannya. Jenis kelainan pertama

pada kala I fase aktif disebut protraction disorder. Kelainan kedua, disebut

arrest disorder.

Selain klasifikasi berdasarkan fase persalinan yang mengalami

pemanjangan, beberapa literatur juga mengelompokkan persalinan yang

lebih lama menjadi dua kelompok utama, yaitu disproporsi sefalopelfik

9

(cephalopelvic disproportion/CPD) dan kelompok lainnya adalah failure to

progress. Kelompok pertama memaksudkan lamanya persalinan yang

memanjang disebabkan oleh faktor pelvis ataupun faktor janin. Sementara

pada kelompok kedua disebabkan secara murini oleh gangguan kekuatan

persalinan.

24 Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya partus lama, dapat diterangkan dengan

memahami proses yang terjadi pada jalan lahir saat akhir kehamilan dan saat

akhir persalinan. Dengan memahaminya, kita dapat mengetahui dan

memperkirakan faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya persalinan.

Pada akhir kehamilan, kepala janin akan melewati jalan lahir, segmen

bawah rahim yang cukup tebal dan serviks yang belum membuka. Jaringan

otot di fundus masih belum berkontraksi dengan kuat. Setelah pembukaan

lengkap, hubungan mekanis antara ukuran kepala janin, posisi dan kapasitas

pelvis yang disebut proporsi fetopelvik (fetopelvic proportion), menjadi

semakin nyata seraya janin turun. Abnormalitas dalam proporsi fetopelvik,

biasanya akan semakin nyata seraya kela II persalinan dimulai.

Penyebab persalinan lama dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu

disfungsi uterus murni dan diproporsi fetoplevis. Namun pembagian ini

terkadang tidak dapat digunakan karena kedua kelainan tersebut terkadang

terjadi bersamaan.

Gambar 1. Perjalanan Persalinan Normal

25 Gambaran Klinik

Gambaran Klinik dari persalinan lama dapat dijelaskan berdasarkan fase

persalinan yang mengalami pemanjangan.

Fase Laten Memanjang

Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada persalinan

untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis persalinan. Walaupun pada tahap

persiapan (preaptory division) hanya terjadi sedikit pembukaan

serviks,cukup banyak perubahan yang terjadi pada komponen jaringan ikat

serviks. Tahap pembukaan/dilatasi (dilatational division) adalah saat

pembukaan paling cepat berlangsung. Tahap panggul (pelvic division)

berawal dari fase deselerasi pembukaan serviks. Mekanisme klasik

persalinan yang melibatkan gerakan-gerakan dasr janin pada presentasi

kepala seperti masuknya janin ke panggul, fleksi, putaran paksi dalam,

ekstensi dan putaran paksi luar terutama berlangsung dalam fase panggul.

Namun dalam praktik, awitan tahap panggul jarang diketahui dengan jelas.

11

Gambar 2 Urutan rata-rata kurva pembukaan serviks pada persalinan nulipara

Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan persalinan normal adlah kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviksa adalah fase laten yang sesuai dengan tahap persiapan dan fase aktif yang sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi fase aktif menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase deselerasi.

Awitan persalinan laten didefinisikan sebagai saat ketika ibu mulai merasakan kontraksi yang teratur. Selama fase ini, orientsi kontraksi uterus berlangsung bersama pendataran dan pelunakan serviks. Kriteria minimum Friedman untuk fase laten ke dalam fase aktif adalah kecepatan pembukaan serviks 1,2 jam bagi

nulipara dan 1,5 cm untuk ibu multipara. Kecepatan pembukaan serviks ini tidak dimulai pada pembukaan tertentu. Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan sebagai apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada multipara

Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah anestesia regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (misal: tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak membuka) dan persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitosin sama efektif ndan amannya dalam dalam memperbaiki fase laten berkepanjangan. Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering tidak disadari. Karena adanya kemungkinan persalinan palsu tersebut, amniotomi tidak dianjurkan.

Fase Aktif Memanjang

Kemajuan peralinan pada ibu nulipara memiliki makna khusus karena

kurva-kurva memperlihatkan perubahan cepat dalam kecuraman pembukaan

serviks antara 3-4 cm. Dalam hal ini, fase aktif persalinan dari segi

kecepatan pembukaan serviks tertinggi. Secara konsistensi berawal dari saat

pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih, diserati kontraksi uterus, dapat secara

meyakinkan digunakan sebagai batas awal persalinan aktif. Demikian pula

kurva-kurva ini memungkinkan para dokter mengajukan pertanyaan, karena

awal persalinan dapat secara meyakinkan didiagnosis secara pasti, berapa

lama fase aktif harus berlangsung.

Kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk persalinan pada

nulipara adalah 1,2cm/jam, maka kecepatan normal minimum adalh 1,5

cm/jam. Secara spesifik, ibu nulipara yang masuk ke fase aktif dengan

pembukaan 3 – 4 cm dapat diharapkan mencapai pembukaan 8 sampai 10

cm dalam 3 sampai 4 jam. Pengamatan ini mungkin bermanfaat. Sokol dan

rekan melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase

aktif, sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%.

Memahami analasisi Friedman mengenai fase aktif bahwa kecepatan

13

penurunan janin diperhitungkan selain kecepatan pembukaan serviks, dan

keduanya berlangsung bersamaan. Penurunan dimulai pada saat tahap akhir

dilatasi aktif, dimulai pada pembukaan sekitar 7-8 cm. Friedman membagi

lagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction

(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arest (macet, tak maju).

Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatran pembukaan atau

penurunan yang lambat, yang untuk nulipara, adalah kecepatan pembukaan

kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1 cm per jam. Untuk

multipara, protraksi didefinisikan sebagai kecepatan pembukaan kurang

dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2 cm per jam. Sementar itu,

ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total pembukaan atau

penurunan. Kemacetan pembukaan didefinisikan sebagai tidak adanya

perbahan serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan sebagai tidak

danya penurunan janin dalam 1 jam.

Prognosis kelainan berkepanjangan dan macet ini cukup berbeda, dimana

disproporsi sepalopelvik terdiagnosa pada 30% dari ibu dengan kelainan

protraksi. Sedangkn disproporsi sefalopelfik terdiagnosa pada 45% ibu

dengan persalinan macet. Ketertkaitan atau faktor lain yang berperan dalam

persalinan yang berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan,

anestesi regional dan malposisi janin. Pada persalinan yang berkepanjang

dan macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik untuk

mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. Terapi yang dianjurkan untuk

persalinan yang berke3panjangan adalah penatalaksanaan menunggu,

sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa

disproporsi sefalopelvik.

Untuk membantu mempermudah diagnosa kedua kelainan ini, WHO

mengajukan penggunaan partograf dalam tatalksana persalinan. Dimana

berdasarkan partograf ini, partus lama dapat didagnosa bila pembukaan

serviks kurang dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam. Sementara itu,

American College of Obstetrician and Gynecologists memiliki kriteria

diagnosa yang berbeda,. Kriteria diagnosa tersebut ditampilkan pada tabel

2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan

Pola Persalinan Nulipara MultiparaPersalinan Lama

Pembukaan < 1,2 cm/jam <1,5 cm/ jam

Penurunan < 1,0 cm/jam < 2,0 cm/jam

Persalinan Macet

Tidak ada pembukaan > 2 jam > 2 jam

Tidak ada penurunan > 1 jam > 1 jam

Kala Dua Memanjang

15

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir

dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit unutk nulipara

dan 20 menit untuk multipara. Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina

dan perineumnya sudah melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah

pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin sebaliknya

pada seorang ibu, dengan panggul sempit atau janin besar, atau denan

kelainan gaya ekspulsif akibat anestesia regional atau sedasi yang berat,

maka kala dua dapat memanjang. Kala II pada persalinann nulipara dibatasi

2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila menggunakan anestesi

regional. Untuk multipara 1 jam diperpanjang menjadi 2 jam pada

penggunaan anestesia regional.

26 Diagnosis

Adapun kriteria diagnosa dari tiap klasifikasi persalinan lama dan terapi

yang disarnkan ditampilkan pada tabel 2.2 dibawah ini.

Selain kriteria diatas, terdapat pula sebuah alat bantu yang dapat mebantu

dalam mempermudah diagnosa persalinan lama. Alat bantu tersebut adalah

partograf. Partograf terutama membantu dalam pengawasan fase aktif

persalinan. Kedua enis gangguan dalam fase aktif dapat didagnosa dengan

melihat grafik yang terbentuk pada partograf. Protraction disorder pada

fase aktif (partus lama) dapat didagnosa bila bila pembukaan serviks kurang

dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam. Sedangkan arrest disorder (partus

macet) didiagnosa bila tidak terjadi penambahan pembukaan serviks dalam

jangka waktu 2 jam maupun penurunan kepala janin dalam jangka waktu 1

jam. yang telah dit Adapun contoh gambaran partograf untuk mendiagnosa

persalinan lama (protraction disorder) ditampilkan pada 2.3, sementara

Tabel 2.2 Klasifikasi persalinan lama berdasarkan pola persalinannya

persalinan macet atau partus tak maju (arrest disorder) diperlihatkan pada

gambar 2.4.

17

Gambar 3 Kelainan protraksi pada fase aktif persalinan (partus lama)

Gambar 4 Arrest disorder pada fase aktif persalinan (partus tak maju/ macet)

19

27 Tatalaksana

Prinsip utama dalam penatalaksanaan pada pasien dengan persalinan

lama adalah mengetahui penyebab kondisi persalinan lama itu sendiri.

Persalinan lama adalah sebuah akibat dari suatu kondisi patologis. Pada

akhirnya, setelah kondisi patologis penyebab persalinan lama telah

ditemukan, dapat ditentukan metode yang tepat dalam mengakhiri

persalinan. Apakah persalinan tetap dilakukan pervaginam, atau akan

dilaukan per abdominam melalui seksio sesarea.

Secara umum penyebab persalinan lama dibagi menjadi dua kelainan

yaitu disproporsi sefalopelvik dan disfungsi uterus (gangguan kontraksi).

Adanya disproporsi sefalopelvik pada pasien dengan persalinan lama

merupakan indikasi utnuk dilakukannya seksio sesarea. Disproporsi

sefalopelvik dicurigai bila dari pemeriksaan fisik diketahui ibu memiliki

faktor risiko panggul sempit (misal: tinggi badadan < 145 cm, konjugata

diagonalis < 13 cm) atau janin diperkirakan berukuran besar (TBBJ > 4000

gram, bayi dengan hidrosefalus, riwayat berat badan bayi sebelumnya yang

> 4000 gram). Bila diyakini tidak ada disproporsi sefalopelvik, dapat

dilakukan induksi persalinan.

Pada kondisi fase laten berkepanjangan, terapi yang dianjurkan adalh

menunggu. Hal ini dikarenakan persalinan semu sering kali didiagnosa

sebagai fase laten berkepanjangan. Kesalahan diagnosa ini dapat

menyebabkan induksi atau percepatan persalinan yang tidak perlu yang

mungkin gagal. Dan belakangan dapat menyebabkan seksio sesaria yang

tidak perlu. Dianjurkan dilakukan observasi selama 8 jam. Bila his berhenti

maka ibu dinyatakan mengalami persalinan semu, bila his menjadi teratur

dan bukaan serviks menjadi lebih dari 4 cm maka pasien diaktakan berada

dalam fase laten. Pada akhir masa observasi 8 jam ini, bila terjadi

peerubahan dalam penipisan serviks atau pembukaan serviks, maka

pecahkan ketuban dan lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Bila ibu

tidak memasuki fase aktif setelah delapan jam infus oksitosin, maka

disarankan agar janin dilahirkan secara seksio sesarea.

Pada kondisi fase aktif memanjang, perlu dilakukan penentuan apakah

kelainan yang dialami pasien termasuk dalam kelompok protraction

disorder (partus lama) atau arrest disorder (partus tak maju). Bila termasuk

21

dalam kelompok partus tak maju, maka besar kemungkinan ada disproporsi

sefalopelvik. Disarankan agar dilakukan seksion sesarea. Bila yang terjadi

adalah partus lama, maka dilakukan penilaian kontraksi uterus. Bila

kontraksi efisien (lebih dari 3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40

detik), curigai kemungkinan adanya obstruksi, malposisi dan malpresentasi.

Bila kontraksi tidak efisien, maka penyebabnya kemungkinan adalh

kontraksi uterus yang tidak adekuat. Tatalaksana yang dianjurkan adalah

induksi persalinan dengan oksitosin.

Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya

pengeluaran janin. Hal ini dikarenakan upaya pengeluaran janin yang

dilakukan oleh ibu dapat meningkatkan risiko berkurangnya aliran darah ke

plasenta. Yang pertama kali harus diyakini pada kondisi kala II memanjang

adalah tidak terjadi malpresentasi dan obstruksi jalan lahir. Jika kedua hal

tersebut tidak ada, maka dapat dilakukan percepatan persalinan dngan

oksitosin. Bila percepatan dengan oksitosin tidak mempengaruhi penurunan

janin, maka dilakukan upaya pelahiran janin. Jenis upaya pelahiran tersebut

tergantung pada posisi kepala janin. Bila kepala janin teraba tidak lebih dari

1/5 diatas simfisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada di bawah

station 0, maka janin dapat dilahirkan dengan ekstraksi vakum atau dengan

forseps. Bila kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisi pubis

atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada diantara station ) dan

station -2, maka janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi.

Namun jika kepala janin teraba lebih dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung

penonjolan tulang kepala janin berada diatas station -2, maka janin

dilahirkan secara seksio sesaria.

28 Komplikasi

Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi, baik bagi ibu maupun

bagi anak yang dilahirkan. Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat

persalinan lama antara lain adalah:

Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada

partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri dalam cairan

amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion

sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada

janin, akibat as[irasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi

serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan

bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama

persalinan, terutama apabila terjadi persalinan lama.

Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius

selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada

mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala

janin dan panggul semakin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak

terjadi penurunan, segmen bawah uterus dapat menjadi sangat teregang

kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk

cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah krista transversal

atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisi dan umbilikus.

Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominam

segera.

Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu

pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering

timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan

berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini, cincin dapat

terlihat jelas sebagai suatu identasi abdomen dan menandakan akan

23

rupturnya seegmen bawah uterus. Pada keadaan ini, kadang-kadang dapat

dilemaskan dengan anestesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara

normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea yang dilakukan dengan segera

menghasilkan prognosis yang lebih baik.

Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul, tetapi

tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, jalan lahir yang terletak

diantaranya dan dninding panggul dapat mengalami tekanan yang

berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan

jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan timbulnya fistula

vesikovaginal, vesikorektal atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat

penekanan ini pada persalinan kala dua yang berkepanjangan. Dahulu pada

saat tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai,

tetapi saat ini jarang , kecuali di negara-negara yang belum berkembang.

Cedera Otot-otot Dasar Panggul

Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot

dasar panggul atau persarafan atau fasi penghubungnya merupakan

konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginam, terutama

apabila persalinannya sulit.saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapatkan

tekanan langsung dari kepala janin dan tekanan ke bawah akibat upaya

mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dar panggul,

sehingga terjadi perubahan anatomik dan fungsional otot, saraf dan jaringan

ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot dasar

panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia urin dan

alvi serta prolaps organ panggul.

Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput

suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat

berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnosis yang serius.

Kaput dapat hempir mencapai dasar panggul sementara kepala belum

engaged. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara

prematur dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forceps.

Molase Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling

bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang

disebut molase (molding, moulage). Perubahan ini biasanya tidak

menimbulkan kerugian yang nyata. Namun, apabila distorsi yang terjadi

mencolok, molase dapat menyebabkan ribekan tentorium, laserasi pembuluh

darah janin dan perdarahan intrakranial pada janin.

29 Prognosis

Friedman melaporkan bahwa memanjangnya fase laten tidak

memperburuk mortalitas dan morbiditas janin ataui ibu, namun Chelmow

dkk membantah anggapan bahwa pemanjangan fase laten tidak berbahaya.

25

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Persalinan lama adalah yang juga disebut distosia didefinisikan sebagai

persalinan yang sulit. Patokan waktu yang digunakan oleh WHO adalah

bila lama persalinan > 24 jam.

2. Persalinan lama dapat diklasfikan berdasarkan penyebabnya (menjadi

disproporsi sefalopelvik dan disfungsi uterus murni) atau berdarkan fase

persalinan yang memanjang (dibagi menjadi fase laten memanjang, fase

aktif memanjang dan kala II memanjang). Lebih spesifik fase aktif

memenajang dibagi menjadi dua kelompok kelainan, yaitu protraction

disorder dan arrest disorder.

3. Pengawasan persalinan dengan partograf dapat digunakan sebagai patokan

untuk mendiagnosa persalinan lama.

4. Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul akibat persalinan lama adalah

infeksi intrapartum, ruptura uteri cincin retraksi patologis, pembentukan

fistula, cedera otot-otot dsar panggul, kaput suksedaneum dan molase

kepala janin.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2006. Managing Prolonged and Obstructed Labour. Education for

Safe Motherhood, 2nd edition. Department of Making Pregnancy safer.

WHO: Geneva

2. Cunningham, F.G, et al. 2010. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc Graw

Hill: New York

3. Enkin, et al. 2000. A Guide to Effective care in Pregnancy and Child

Birth, 3rd Edition. Oxfod University Press: London

4. Mose, J.C dan Alamsyah, M. 2010. Bab I Persalinan Lama dalam Ilmu

Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, edisi keempat. PT Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo: Jakrta

5. Yulianti, D. 2006. Buku Saku Manajemen dan Komplikasi Kehamilan dan

Persalinan. EGC : Jakarta