Diagnosis

2
Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan serologi, biopsi jaringan, isolasi T gondii dari cairan tubuh atau darah dan pemeriksaan DNA parasit. Pada pasien dengan suspek toxoplasmosis, pemeriksaan serologi dan pencitraan baik Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) biasanya digunakan untuk membuat diagnosis. Terapi empirik untuk toxoplasmosis cerebral harus dipertimbangkan untuk pasien yang terinfeksi HIV. Biopsi dicadangkan untuk diagnosis pasti atau untuk pasien yang gagal dengan terapi empirik. Pada pemeriksaan serologi didapatkan seropositif dari anti-T gondii IgG dan IgM. Pemeriksaan yang sudah menjadi standar emas untuk mendeteksi titer IgG dan IgM T gondii yang biasa dilakukan adalah dengan Sabin-Feldman dye test, tapi pemeriksaan ini tidak tersedia di Indonesia. Deteksi antibodi juga dapat dilakukan dengan indirect fluorescent antibody (IFA), agglutinasi, atau enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Titer IgG mencapai puncak dalam 1-2 bulan setelah infeksi kemudian bertahan seumur hidup. Anti bodi IgM hilang dalam beberapa minggu setelah infeksi. Pemeriksaan cairan serebrospinal jarang berguna dalam diagnosis toxoplasmosis cerebral dan tidak dilakukan secara rutin karena resiko dapat meningkatkan tekanan intrakranial dengan melakukan pungsi lumbal. Temuan dari pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan adanya pleositosis ringan dari mononuclear predominan dan elevasi protein. Pemeriksaan Polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi DNA T gondii dapat berguna untuk diagnosis toxoplasmosis. PCR untuk T gondii dapat juga positif pada cairan bronkoalveolar dan cairan vitreus atau aqueous humor dari penderita toxopasmosis yang terinfeksi HIV. Adanya PCR yang positif pada jaringan otak tidak berarti terdapat infeksi aktif karena tissue cyst dapt bertahan lama berada di otak setelah infeksi akut. PCR pada darah mempunyai sensitifitas yang rendah untukdiagnosis pada penderita AIDS.

description

DD

Transcript of Diagnosis

Page 1: Diagnosis

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan serologi, biopsi jaringan, isolasi T

gondii dari cairan tubuh atau darah dan pemeriksaan DNA parasit. Pada pasien dengan suspek

toxoplasmosis, pemeriksaan serologi dan pencitraan baik Computed Tomography (CT) atau

Magnetic Resonance Imaging (MRI) biasanya digunakan untuk membuat diagnosis. Terapi

empirik untuk toxoplasmosis cerebral harus dipertimbangkan untuk pasien yang terinfeksi

HIV. Biopsi dicadangkan untuk diagnosis pasti atau untuk pasien yang gagal dengan terapi

empirik.

Pada pemeriksaan serologi didapatkan seropositif dari anti-T gondii IgG dan IgM.

Pemeriksaan yang sudah menjadi standar emas untuk mendeteksi titer IgG dan IgM T gondii

yang biasa dilakukan adalah dengan Sabin-Feldman dye test, tapi pemeriksaan ini tidak

tersedia di Indonesia. Deteksi antibodi juga dapat dilakukan dengan indirect fluorescent

antibody (IFA), agglutinasi, atau enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Titer IgG

mencapai puncak dalam 1-2 bulan setelah infeksi kemudian bertahan seumur hidup. Anti bodi

IgM hilang dalam beberapa minggu  setelah infeksi.

Pemeriksaan cairan serebrospinal jarang berguna dalam diagnosis toxoplasmosis

cerebral dan tidak dilakukan secara rutin karena resiko dapat meningkatkan tekanan

intrakranial dengan melakukan pungsi lumbal. Temuan dari pemeriksaan cairan serebrospinal

menunjukkan adanya pleositosis ringan dari mononuclear predominan dan elevasi protein.

            Pemeriksaan Polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi DNA T gondii 

dapat berguna untuk diagnosis toxoplasmosis. PCR untuk T gondii dapat juga positif pada

cairan bronkoalveolar dan cairan vitreus atau aqueous humor dari penderita toxopasmosis

yang terinfeksi HIV. Adanya PCR yang positif pada jaringan otak tidak berarti terdapat

infeksi aktif karena tissue cyst dapt bertahan lama berada di otak setelah infeksi akut. PCR

pada darah mempunyai sensitifitas yang rendah untukdiagnosis pada penderita AIDS.

Toxoplasmosis juga dapat didiagnosis dengan isolasi T gondii dari kultur cairan tubuh

atau spesimen biopsi jaringan tapi diperlukan waktu lebih dari 6 minggu untuk mendapatkan

hasil kultur. Diagnosis pasti dari toxoplasmosis adalah dengan biopsi otak, tapi karena

keterbatasan fasilitas, waktu dan dana sering biosi otak ini tidak dilakukan. Upaya isolasi

parasit dapat dilakukan dengan inokulasi mouse atau inokulasi dalam jaringan kultur sel dari

Page 2: Diagnosis

hampir semua jaringan manusia atau cairan tubuh. Pasien dengan toxoplasmosis cerebral

ditemukan histopatologi tachyzoit pada jaringan otak.

AAN Quality Standards subcommittee (1998) merekomendasikan penggunaan terapi

empirik pada pasien yang diduga toxoplasmosis cerebral selama 2 minggu, kemudian

dimonitor lagi setelah 2 minggu, bila ada perbaikan secara klinis maupun radiologik,

diagnosis adanya toxoplasmosis cerebral dapat ditegakkan dan terapi ini dapat di teruskan.

Lebih dari 90% pasien menunjukkan perbaikan klinis dan radiologik setelah diberikan terapi

inisial selama 10-14 hari. Jika tidak ada perbaikan lesi setelah 2 minggu, diindikasikan untuk

dilakukan biopsi otak.