Diagnosa Kritis hipertensi
-
Upload
kartika-tya-rachmani -
Category
Documents
-
view
146 -
download
0
Transcript of Diagnosa Kritis hipertensi
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 1/14
Diagnosa Krisis Hipertensi
Diagnosa Krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung
kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang
menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosa suatu krisis
hipertensi.
Anamnesa : Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat.
Krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada
dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema papila mata;
sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut
pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah
pada umumnya.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan tanda
keterlibatan organ target.[1]
Hal yang penting ditanyakan :
♣ Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.
♣ Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
♣ Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun.
♣ Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, hoyong, perubahan mental, ansietas ).
♣ Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ).
♣ Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedemparu, nyeri dada ).
♣ Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.
♣ Riwayat kehamilan : tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD ( baring dan berdiri ) mencari kerusakan organ
sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi ). Perlu dibedakan
komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan
oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 2/14
Pemeriksaan penunjang :
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan perencanaan. Urin
dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi karena tingginya tekanan
darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi bila ureum dan kreatinin meningkat.
Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD.
b. urine : Urinalisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner
d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana ).
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi renald ( kasus
tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine, metamefrin,
venumandelic Acid ( VMA ).
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
Faktor presipitasi pada krisis hipertensi
Dari anamnese dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dibedakan hipertensi
emergensi urgensi dan faktor-faktor yang mempresipitasi krisis hipertensi. Keadaan-keadaan
klinis yang sering mempresipitasi timbulnya krisis hipertensi, antara lain :
o Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering) Hipertensi
renovaskular.
o Glomerulonefritis akut.
o Sindroma withdrawal anti hipertensi.
o Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat.
o Renin-secretin tumors.
o Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang mendapat MAO Inhibitors.
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 3/14
o Penyakit parenkhim ginjal.
o Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor, simpatomimetik ( pil
diet, sejenis Amphetamin ), kortikosteroid, NSAID, ergotalk.
o Luka bakar.
o Progresif sistematik sklerosis, SLE.
Difrensial diagnosa
Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi seperti :
• Hipertensi berat
• Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
• Ansietas dengan hipertensi labil.
• Oedema paru dengan payah jantung kiri.
Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi adalah keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi
dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah). Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien
hipertensi yang tidak atau lalai memakan obat antihipertensi.
Klasifikasi
Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan prioritas pengobatan, sebagai
berikut :
1. Hipertensi emergensi / emergency hipertension (darurat) ditandai dengan TD Diastolik >
120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang bersifat progresif yang disebabkan
oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Tekanan darah harus diturunkan dengan segera
(dalam menit sampai jam), keterlambatan pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele
atau kematian. Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit . [1,2]
2. Hipertensi urgensi / urgency hipertension (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan
dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran, sehingga penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 4/14
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan Krisis hipertensi antara lain :
1. Hipertensi refrakter : respons pengobatan tidak memuaskan dan TD > 200/110 mmHg,
walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan
pasien.
2. Hipertensi akselerasi : TD meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai dengan kelainan
funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
3. Hipertensi maligna : penderita hipertensi akselerasi dengan TD Diastolik > 120 – 130 mmHg
dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema,peninggian tekanan intrakranial kerusakan
yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita tidak mendapat
pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada penderita dengan riwayat hipertensi essensial
ataupun sekunder dan jarang terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal.
(2,4,3)
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan sakit kepala
yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi reversible bila TD diturunkan.
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari tingkatan TD
aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD, bangsa, seks dan usia
penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolerir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding
dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi
ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik >
140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita Hipertensi baru
dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul Hipertensi ensefalopati demikian juga pada
eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD160/110 mmHg.
PATOFISIOLOGI
Ada 2 teori yang dianggap dapat menerangkan timbulnya hipertensi ensefalopati yaitu :
1. Teori “Over Autoregulation”Dengan kenaikan TD menyebabkan spasme yang berat pada arteriole mengurangi aliran darah ke
otak (CDF) dan iskemi. Meningginya permeabilitas kapiler akan menyebabkan pecahnya dinding
kapiler, udema di otak, petekhie,pendarahan dan mikro infark.
2. Teori “Breakthrough of Cerebral Autoregulation” bila TD mencapai threshold tertentu
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 5/14
dapat mengakibtakan transudasi, mikoinfark dan oedema otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid
dari arteriole.
Aliran darah ke otak pada penderita Hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila Mean
Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi baru
dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih
sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg,sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD
menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak.
Tekanan darah yang sangat tinggi, terutama yang meningkat dalam waktu singkat, menyebabkan
gangguan/kerusakan gawat pada target organ.
Jantung
a. Kenaikan tekanan darah menyebabkan peningkatan preload pada ventrikel kiri, sehinggaterjadi payah jantung sering dalam bentuk edema paru.
b. Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gangguan sirkulasi koroner, maka
peningkatan tekanan darah dapat menyebakan insufisiensi koroner akut. Hal ini disebabkan
karena meningkatnya preload menyebabkan kebutuhan oksigen oleh miokard meningkat,
sehingga terjadi iskemia miokard akut.
Pembuluh darah
a. Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang berperan penting dalam timbulnya
kerusakan target organ.
b. Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta adalah diseksi aorta. Di sini terjadi robekan pada
intima aorta yang disertai masuknya darah ke dalam dinding aorta sehingga intima terlepas dari
dindingnya.
Retina
Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis hipertensi. Pada umumnya terjadi
eksudat, perdarahan, dan papil bentung yang bisa menyebabkan kebutaan.
Ginjal
Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresif karena atrofi iskemik daeri nefron. Hal ini
disebabkan karena nekrosis fibrinoid arteriol dan proliferasi sel-sel intima pada arteri
interlobular. Akibatnya ialah menurunnya GFR dan aliran darah ginjal.
Otak
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 6/14
a) Ensefalopati hipertensi
Biasanya ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang berat. Gejala-gejala ensefalopati
seperti nyeri kepala hebat, muntah, konvulsi, stupor, dan koma disebabkan karena spasme
pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat pula dilatasi arteri-arteri otak dan nekrosis
fibrinoid dari arteriol yang luas. Dilatasi arteri ini disebabkan gagalnya sistem autoregulasi
sirkulasi otak, sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edema otak.
b) Perdarahan otak
Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh karena tekanan darah yang tinggi dan disertai adanya
mikroaneurisma pembuluh darah otak.
Pengobatan Krisis Hipertensi
Dasar-dasar penanggulangan krisis HT :
Tekanan darah yang sedemikian tinggi haruslah segera diturunkan karena penundaan akan
memperburuk penyakit yang akan timbul baik cepat maupun lambat. Tetapi dipihak lain,
penurunan yang terlalu agresif juga dapat menimbulkan berkurangnya perfusi dan aliran darah ke
organ vital terutama otak, jantung, dan ginjal. Sampai sejauh mana tekanan darah diturunkan?.
Untuk menurunkan TD sampai ke tingkat yang diharapkan perlu diperhatikan berbagai faktor
antara lain keadaan hipertensi sendiri ( TD segera diturunkan atau bertahap, pengamatan
problema yang menyertai krisis hipertensi perubahan dari aliran darah dan autoregulasi TD pada
organ vital dan pemilihan obat anti hipertensi yang efektif untuk hipertensi dan monitoring efek
samping obat.
AUTOREGULASI
Yang dimaksud autoregulasi adalah penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan dan
pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi terhadap aliran darah dengan
berbagai tingkatan perubahan kontriksi / dilatasi pembuluh darah.
Dengan pengetahuan autoregulasi dalam menurunkan TD secara mendadak dimaksudkan untuk
melindungi organ vital dengan tidak terjadi iskemi.Autoregulasi otak telah cukup luas diteliti dan
diterangkan. Bila TD turun, terjadi vasodilatasi, jika TD naik timbul vasokonstriksi. Pada
individu normotensi, aliran darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Arterial Pressure
( MAP ) 60 – 70 mmHg. Bila MAP turun dibawah batas autoregulasi, maka otak akan
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 7/14
mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang
berkurang. Bila mekanisme ini gagal, maka dapat terjadi iskemi otak dengan manifestasi klinik
seperti mual, menguap, pingsan dan sinkope.
Autoregulasi otak ini kemungkinan disebabkan oleh mekanisme miogenic yang disebabkan oleh
stretch receptors pada otot polos arteriol otak, walaupun oleh Kontos dkk. Mengganggap bahwa
hipoksia mempunyai peranan dalam perubahan metabolisme di otak. Pada cerebrovaskuler yang
normal penurunan TD yang cepat sampai batas hipertensi, masih dapat ditolelir.
Pada penderita hipertensi kronis, penyakit cerebrovaskular dan usia tua, batas ambang
autoregulasi ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva, sehingga pengurangan aliran
darah terjadi pada TD yang lebih tinggi.Straagaard pada penelitiannya mendapatkan MAP rata-
rata 113 mmHg pada 13 penderita hipertensi tanpa pengobatan dibandingkan dengan 73 mmHg
pada orang normotensi.
Penderita hipertensi denga pengobatan mempunyai nilai diantar group normotensi dan hipertensi
tanpa pengobatan dan dianggap bahwa TD terkontrol cenderung menggeser autoregulasi kearah
normal. Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang normotensi maupun hipertensi,
ditaksir bahwa batas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira 25% dibawah resting MAP.
Oleh karena itu dalam pengobatan krisis hipertensi, pengurangan MAP sebanyak 20–25% dalam
beberapa menit/jam, tergantung dari apakah emergensi atau urgensi penurunan TD pada
penderita aorta diseksi akut ataupun oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalamtempo 15–30 menit dan bisa lebir rendah lagi dibandingkan hipertensi emergensi lainnya.
Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–3 jam. Untuk pasien dengan
infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan TD dilakukan lebih lambat (6
– 12 jam) dan harusdijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 – 180/100 mmHg.
PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENSI :
Bila diagnosa hipertensi emergensi telah ditegakkan maka TD perlu segera diturunkan. Langkah-
langkah yang perlu diambil adalah :
Rawat di ICU, pasang femoral intraarterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume intravaskuler.
Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik.
• tentukan penyebab krisis hipertensi
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 8/14
• singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi
• tentukan adanya kerusakan organ sasaran
Tentukan TD yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
• Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak kurang dari 160
mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada krisis
hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari
MAP ataupun TD yang didapat.
• Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal pengobatan dapat
menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari
pada beberapa hari permulaan,kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma
aorta.TD secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi
Obat anti hipetensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari
apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi.Jika hipertensi emergensi dan disertai
dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU )
dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodilator direkuat baik arterial maupun venous. Secara i.
V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping :
mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerin : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis tinggi
sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of action 3 – 5 menit.
Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah,
hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i.V bolus. Onset of
action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan
: 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek
samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam, i.v : 10 –
20 menit duration of action : 6 –12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 9/14
Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blockeruntuk mengurangi
refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efeksamping : refleks
takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor.Onsep on action15 – 60 menit.
Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk
mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v bolus atau i.m.
Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem simpatis
dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action : 1 – 5 menit.
Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest,
glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg secara i.v.
bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v.Onset of action 5 – 10 menit Efek samping :
hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk
oral dengan onset of action 2 jam, duration ofaction 10 jam dan efek samping hipotensi, respons
unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis.
Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60 menit, duration of actionkira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino, with
drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten,
obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan dalam
10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug, dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action
5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa
ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba
dapat menimbulkan sindroma putus obat.
Walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk memberikan obat-obat oral yang cara
pemberiannya lebih mudah tetapi pemberian obat parenteral adalah lebih aman. Dengan Sodium
nitrotprusside, Nitroglycirine, Trimethaphan TD dapat diturunkan baik secara perlahan maupun
cepat sesuai keinginan dengan cara mengatur tetesan infus. Bila terjadi penurunan TD
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 10/14
berlebihan, infus distop dan TD dapat naik kembali dalam beberapa menit.
Demikian juga pemberian labetalol ataupun Diazoxide secara bolus intermitten intravena dapat
menyebabkan TD turun bertahap. Bila TD yang diinginkan telah dicapai, injeksi dapat di stop,
dan TD naik kembali. Perlu diingat bila digunakan obat parenteral yang long acting ataupun obat
oral, penurunan TD yang berlebihan sulit untuk dinaikkan kembali.
Hal yang kurang menguntungkan dengan obat parenteral adalah perlu pengawasan yang tepat
bagi pasien di ICU. Yang menjadi adalah kebanyakan obat-obat parenteral tidak dapat diperoleh
secara komersil di Indonesia. Obat parenteral yang tersedia adalah clonidine. Pengguna
clonidone untuk krisis hipertensi lebih banyak dipakai di Eropa, sedangkan di Amerika bentuk
injeksi clonidine tidak tersedia. Van Der Hem ( Belanda, 1973 ) menggunakan clonidine intra
vena 0,15 mg dan bagi pasien yang tidak respons dengan satu kali injeksi, digunakan clonidine
0,9 – 1,05mg dalam 500 ml Dekstrose dan disis ditittrasi. Hasil yang diperoleh cukup baik dan
efek samping yang minimal.
Penelitian lain di Australia ( 1974 ) menggunakan clonidine intra vena 150 mg atau 300 mg
dalam 10ml NaCl 0,9% secara i.v 5 menit dan mendapat respons yang baik dan efek samping
maksimum dalam 30-60 menit.
Di bagian penyakit Dalam FK USU Medan ( 1989 ), telah diteliti pemakaian clonidine Pada
krisis hipertensi dengan cara : Dosis yang digunakan adalah 150mcg ( 1 ampul ) dalam 1000ml
deksmenit 5% didalam mikrodrid dan dimulai dengan 12 tetes/menit. Setiap 15 menit dosisdititrasi dengan menaikkan tetesan dengan 4 tetes setiap kalinya sampai TD yang diingini
diperoleh. Bila TD ini telah dicapai diawasi selama 4 jam dan selanjutnya dengan obat per oral.
Dengan tetesan berkisar 12-104 tetes/menit dapat dicapai TD yang diingini dan penderita tidak
mengalami penurunan TD yang berlebihan. Hasil yang diperoleh yaitu TD diastolik dapat
diturunkan <120mmHg dalam 1 jam dan respons yang baik pada 90,5% kasus.
Kerugian obat ini adalah efek samping yang sering timbul seperti mulut kering, mengantuk dan
depresi. Pada hipertensi dengan tand iskemi cerebral ataupun stroke, obat ini akan memperberat
gejala.
Pilihan obat-obatan pada hipertensi emergensi:
Dari berbagai jenis hipertensi emergensi, obat pilihan yang dianjurkan maupun yang sebaiknya
dihindari adalah sebagai berikut :
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 11/14
1.Hipertensi ensefalopati :
• Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, diazoxide.
• Hindarkan : B-antagonist, Methyidopa, Clonidine.
2. Cerebral infark :
• Anjuran : Sodium nitropsside, Labetalol,
• Hindarkan : B-antagonist, Methydopa, Clonidine.
3. Perdarahan intracerebral, perdarahan subarakhnoid :
• Anjuran : Sodiun nitroprusside Labetalol,.
• Hindarkan : B-antagonist, Methyldopa, Clonodine.
4. Miokard iskemi, miokrad infark :
• Anjuran : Nitroglycerine, Labetalol, Caantagonist, Sodium Nitroprusside dan loopdiuretuk.
• Hindarkan : Hyralazine, Diazoxide, Minoxidil.
5. Oedem paru akut :
• Anjuran : Sodium nitroroprusside dan loopdiuretik.
• Hindarkan : Hydralacine, Diazoxide, B-antagonist, Labetalol.
6. Aorta disseksi :
• Anjuran :Sodium nitroprussidedan B-antagonist, Trimethaohaan dan B-antagonist, labetalol.
• Hindarkan : Hydralazine, Diaozoxide, Minoxidil
7. Eklampsi :• Anjuran : Hydralazine, Diazoxxide, labetalol,cantagonist, sodium nitroprusside.
• Hindarkan: Trimethaphan, Diuretik, B-antagonist
8. Renal insufisiensi akut :
• Anjuran : Sodium nitroprusside, labetalol, Ca-antagonist
• Hindarkan : B- antagonist, Trimethaphan
9. KW III-IV :
• Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, Ca – antagonist.
• Hindarkan : B-antagonist, Clonidine, Methyldopa.
10. Mikroaangiopati hemolitik anemia :
• Anjuran : Sodium nitroprosside, Labetalol, Caantagonist.
• Hindarkan : B-antagonist.
Dari berbagai sediaan obat anti hipertensi parenteral yang tersedia, Sodium nitroprusside
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 12/14
merupakan drug of choice pada kebanyakan hipertensi emergensi. Karena pemakaian obat ini
haruslah dengan cara tetesan intravena dan harus dengan monitoring ketat, penderita harus
dirawat di ICU karena dapat menimbulkan hipotensi berat. Alternatif obat lain yang cukup
efektif adalah Labetalol, Diazoxide yang dapat memberikan bolus intravena.Phentolamine,
Nitroglycerine Hidralazine diindikasikan pada kondisi tertentu.
Nicardipine suatu calsium channel antagonist merupakan obat baru yang diperukan secara
intravena, telah diteliti untuk kasus hipertensi emergensi (dalam jumlah kecil) dan tampaknya
memberikan harapan yang baik.
Obat oral untuk hipertensi emergensi :
Dari berbagai penelitian akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk menggunakan obat oral seperti
Nifedipine ( Ca antagonist ) Captopril dalam penanganan hipertensi emergensi.
Bertel dkk 1983 mengemukakan hal yang baik pada 25 penderita dengan dengan pemakaian
dosis 10mg yang dapat ditambah 10mg lagi menit. Yang menarik adalah bahwa 4 dari 5
penderita yang diperiksa, aliran darah cerebral meningkat, sedang dengan clonidine yang
diselidiki menurun, walaupun tidak mencapai tahap bermakna secara statistik.
Di Medan dibagian penyakit dalam FK USU pada 1991, telah diteliti efek akut obat oral anti
hipertensi terhada hipertensi sedang dan berat pada 60 penderita. Efek akut nifedipine dalam
waktu 5-15 menit. Demikian juga dengan clonidine dalam waktu 5-35 menit. Dari hasil ini
diharapkan kemungkinan penggunaan obat oral anti hipertensi untuk krisis hipertensPada tahun 1993 telah diteliti penggunaan obat oral nifedipine sublingual dan captoprial pada
penderit krisis hipertensi memberikan hasil yang cukup memuaskan setelah menit ke 20.
Captoprial dan Nifedipine sublingual tidak berbeda bermakna dam Menurunkan TD.
Captopril 25mg atau Nifedipine 10mg digerus dan diberikan secara sublingual kepada pasien.
TD dan tanda Vital dicatat tiap lima menit sampai 60 menit dan juga dicatat tanda-tanda efek
samping yang timbul. Pasien digolongkan nonrespons bila penurunan TD diastolik <10mmHg
setelah 20 menit pemberian obat. Respons bila TD diastolik mencapai <120mmHg atau MAP
120mmHg atau MAP masih >150mmHg, tetapi jelas terjadi perbaikan dari simptom dan sign
dari organ sasaran.
Pengobatan hipertensi darurat memerlukan obat yang segera menurunkan tekanan darah dalam
menit-jam sehingga umumnya bersifat parenteral. Di Indonesia banyak dipakai seperti pada tabel
3.
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 13/14
Tabel 3. Obat hipertensi parenteral yang dipakai di Indonesia
Obat Dosis Efek Lama kerja Perhatian khusus
Klonidin IV 150 ug 6 amp per 250 cc glukosa 5% mikrodrip 30-60 menit 24 jam ensefalopati
dengan gangguan koroner
Nitrogliserin IV 10-50 ug 100 ug/cc per 500 cc 2-5 menit 5-10 menit
Nikardipin IV 0.5 – 6 ug/kg/menit 1-5 menit 15-30 menit
Diltiazem IV 5-15 ug/kg/menit lalu sama 1-5 ug/kg/menit Sama bronkokonstriksi, blok jantung
Nitroprusid IV 0.25 ug/kg/menit Langsung 2-3 menit selang infus lapis perak
Penaggulangan hipertensi urgensi :
Penderita dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sebaiknya
penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak terang dan TD diukur kembali dalam 30
menit. Bila TD tetap masih sangat meningkat,maka dapat dimulai pengobatan. Umumnya
digunakan obat-obat oral anti hipertensi dalam menggulangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya
cukup memuaskan.
Obat-obat oral anti hipertensi yang digunakan antara lain :
Nifedipine : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10♣ menit).Buccal (onset 5 –10
menit),oral (onset 15-20 menit),duration 5 – 15 menit secara sublingual/buccal). Efek samping :
sakit kepala, takhikardi, hipotensi, flushing, hoyong.
Clondine : Pemberian secara oral dengan onset 30 – 60 menit Duration♣ of Action 8-12 jam.
Dosis : 0,1-0,2 mg,dijutkan 0,05mg-0,1 mg setiap jam s/d0,7mg. Efek samping : sedasi,mulut
kering.Hindari pemakaian pada 2nd degree atau 3rd degree, heart block, brakardi,sick sinus
syndrome.Over dosis dapat diobati dengan tolazoline.
Captopril : pemberian secara oral/sublingual. Dosis 25mg dan dapat♣ diulang setiap 30 menit
sesuai kebutuhan. Efek samping : angio neurotik oedema, rash, gagal ginjal akut pada penderita
bilateral renal arteri sinosis.
Prazosin : Pemberian secara oral dengan dosis 1-2mg dan diulang♣ perjam bila perlu.Efek
samping : first dosyncope, hiponsi orthostatik, palpitasi, takhikaro sakit kepala.
Dengan pemberian Nifedipine ataupun Clonidine oral dicapai penurunan MAP sebanyak 20 %
ataupun TD 180/110 >180/110 > 220/140
5/11/2018 Diagnosa Kritis hipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diagnosa-kritis-hipertensi 14/14
Gejala tidak ada, kadang-kadang sakit kepala, gelisah sakit kepala hebat, sesak napas sesak
napas, nyeri dada, kacau, gangguan kesadaran
pem. Fisik organ target t.a.a gangguan organ target ensefalopati, edema paru, gangguan fungsi
ginjal, CVA, iskemia jantung
Pengobatan awasi 1-3 jam, mulai/teruskan obat oral, naikkan dosis awasi 3-6 jam, obat oral
berjangka kerja pendek pasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat standar
Rencana periksa ulang dalam 3 hari periksa ulang dalam 24 jam rawat ruangan/ICU
Data-data dari krisis hipertensi ini berasal dari pengalaman klinik berbagai pusat rujukan dan
bukan evidence based karena sedikitnya jumlah kasus dan sulit melaksanakan suatu studi
tersamar ganda, sehingga kepustakaan umumnya merupakan pendapat para ahli berdasarkan
pengalamannya masing-masing.
Prognosa
Sebelum ditemukannya obat anti hipertensi yang efektif survival penderita hanyalah 20% dalam
1 tahun.Kematian sebabkan oleh uremia (19%), payah jantung kongestif (13%), cerebro vascular
accident (20%),payah jantung kongestif disertai uremia (48%), infrak Mio Card (1%), diseksi
aorta (1%).
Prognose menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang efektif dan penaggulangan penderita gagal ginjal dengan analysis dan transplanta ginjal. Whitworth melaporkan dari
penelitiannya sejak tahun 1980, survival dalam 1 tahun berkisar 94% dan survival 5 tahun
sebesar 75%.Tidak dijumpai hasil perbedaan diantara retionopati KWIII dan IV.Serum creatine
merupakan prognostik marker yang paling baik dan dalam studinya didapatkan bahwa 85% dari
penderita dengan creatinite <300 umol/l memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai fungsi ginjal yang jelek yaitu 9 %