diabetes militus

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan sistem endokrin merupakan suatu gangguan sistem tubuh yang melibatkan banyak aspek. Hal ini disebabkan sistem endokrin dipertimbangkan sebagai salah satu sistem tubuh yang kompleks. Diabetes Melitus sebagai salah satu gangguan sistem endokrin disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara persediaan dan kebutuhan insulin. Ada beberapa jenis DM, tetapi umumnya hanya dua kategori yang dikenal yaitu Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM, Tipe I) dan Non Insulin Independent Diabetes Melitus) (NIDDM, Tipe II). Kemajuan ilmu dan teknologi telah memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Salah satu dampak negatif tersebut adalah meningkatnya jumlah klien dengan DM akibat perubahan pola hidup. Menurut Black dan Matassarin Jacob (1997) jumlah keseluruhan klien dengan DM adalah 114 juta, tetapi separuh dari jumlah itu belum terdiagnosa. Peningkatan ini juga diyakini telah terjadi di Indonesia. Perawat berada pada posisi tepat untuk terlibat dalam berbagai aspek pelayanan kesehatan 1

description

dm merupakan penyakit yang dapat diderita melalui keturunan..

Transcript of diabetes militus

Page 1: diabetes militus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan sistem endokrin merupakan suatu gangguan sistem

tubuh yang melibatkan banyak aspek. Hal ini disebabkan sistem endokrin

dipertimbangkan sebagai salah satu sistem tubuh yang kompleks. Diabetes

Melitus sebagai salah satu gangguan sistem endokrin disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan antara persediaan dan kebutuhan insulin. Ada beberapa

jenis DM, tetapi umumnya hanya dua kategori yang dikenal yaitu Insulin

Dependen Diabetes Melitus (IDDM, Tipe I) dan Non Insulin Independent

Diabetes Melitus) (NIDDM, Tipe II). Kemajuan ilmu dan teknologi telah

memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Salah satu

dampak negatif tersebut adalah meningkatnya jumlah klien dengan DM akibat

perubahan pola hidup. Menurut Black dan Matassarin Jacob (1997) jumlah

keseluruhan klien dengan DM adalah 114 juta, tetapi separuh dari jumlah itu

belum terdiagnosa. Peningkatan ini juga diyakini telah terjadi di Indonesia.

Perawat berada pada posisi tepat untuk terlibat dalam berbagai

aspek pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien DM. Perawat perlu

berpartisipasi secara aktif dari sejak pengkajian sampai dengan evaluasi

tindakan. Oleh karena itu, peran tenaga keperawatan dalam memberikan

keperawatan pada klien ini menjadi sangat penting terutama setelah diagnosis

ditegakkan agar komplikasi yang serius tidak terjadi, seperti salah satu contoh

gangguan saraf tepi dengan gejala berupa kesemutan, terutama pada kaki di

waktu malam sehingga mengganggu tidur, selain itu juga disertai gangguan

penglihatan dan kelainan kulit berupa gatal/bisul.

1

Page 2: diabetes militus

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memperdalam pengertian dan pengetahuan tentang DM.

2. Mengamati secara adekuat dan memberikan asuhan keperawatan secara

holistik pada pasien dengan DM.

3. Meningkatkan kemampuan perawat dalam menciptakan hubungan yang

terapeutik dengan pasien dan keluarga.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Bagaimana pengertian Diabetes Mellitus?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Diabetes Mellitus?

2

Page 3: diabetes militus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Diabetes Melitus ( DM )

a. Pengertian

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks

yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal

karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long,

1996:4)

b. Klasifikasi

Berdasarkan tipe, Diabetes Melitus terbagi atas :

Diabetes Melitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).

Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak

dan sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena

pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau produksinya sangat

sedikit.

Diabetes Melitus Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus

(NIDDM). Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi

resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan

reseptor. Insulin pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat

masuk sel dan berkurangnya produksi insulin relatif.

c. Etiologi

Diabetes Melitus Tipe I :

Faktor genetik

Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit

Antigen) yang merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

transplantasi dan proses imun.

3

Page 4: diabetes militus

Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian).

Faktor imunologi

Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

Diabetes Melitus Tipe II :

Faktor genetik: memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin.

Faktor usia: resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas

65 tahun.

Obesitas: berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar

terjadi gangguan toleransi glukosa.

d. Tanda dan Gejala

Diabetes Melitus Tipe I :

Poliuria terjadi akibat konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,

ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring

keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini

akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang

disebut diuresis osmotik.

Polifagia : akibat menurunnya simpanan kalori dan defisiensi insulin

mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan

penurunan berat badan.

Kelelahan dan kelemahan.

Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton,

perubahan kesadaran, koma bahkan kematian yaitu akibat dari

ketoasidosis, yang merupakan asam yang mengganggu keseimbangan

asam basa tubuh bila jumlahnya berlebihan.

4

Page 5: diabetes militus

Diabetes Melitus Tipe II :

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lama dan progresif maka DM

Tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi dengan gejala ringan seperti :

Kelelahan

Iritabilitas

Poliuria

Polidipsia

Luka pada kulit yang lama sembuh

Infeksi vagina

Pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi sekali).

e. Therapi dan Penatalaksanaan Medis

Diet

Ditujukan pada pengaturan jumlah kalori dan karbohidrat yang

dimakan setiap hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung pada

kebutuhan untuk mempertahankan mengurangi atau mencegah

obesitas.

Aktifitas, berfungsi :

1. Menurunkan kadar gula dalam darah dengan meningkatkan

metabolisme.

2. Mempermudah transportasi glukosa untuk masuk ke dalam sel.

Yang perlu diperhatikan pada terapi aktifitas :

Jangan mulai olahraga jika kadar gula darah rendah.

Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena luka sekecil

apapun menimbulkan komplikasi yang parah.

Obat

1. Obat hipoglikemia oral.

Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan

yang tersimpan.

5

Page 6: diabetes militus

2. Insulin

Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :

Membedakan bahan lain dengan insulin kemudian mengikatnya

dengan cepat.

Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang

rangkaian kejadian intraseluler yang kemudian mengarah

terjadinya efek insulin yang karakteristik.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Riwayat keluarga penderita DM.

BB turun pada DM Tipe I.

Obesitas pada DM Tipe II.

Biasa terjadi pada usia di bawah 30 tahun pada DM Tipe I.

Terjadi di atas usia 35 tahun pada DM Tipe II.

Pola nutrisi metabolik

Polifagia

Polidipsi

Mual, muntah

Berat badan turun atau obesitas.

Pola eliminasi

Poliuria

Berkemih pada malam hari.

Pola aktivitas - latihan

Keluhan tiba-tiba lemas, cepat lelah.

Kurang olahraga

Kram otot.

Pola tidur dan istirahat

Gangguan pola tidur karena nokturia.

Pola persepsi kognitif

6

Page 7: diabetes militus

Pusing/hipotensi.

Nyeri daerah luka operasi/gangguan post amputasi.

Kesemutan pada ekstremitas bawah, keluhan gatal.

Nyeri abdomen.

Pandangan kabur.

Pola persepsi diri - konsep diri

Cemas akan luka yang lama sembuh.

Mekanisme koping yang tidak efektif : cemas tentang penyakitnya.

Pola peran dan hubungan sesama

Hubungan dengan keluarga

Hubungan dengan suami istri.

Pola reproduksi - seksual

Impotensi pada pria

Riwayat libido menurun.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya

faktor insulin dan insulin yang resisten.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

aliran daerah arterial.

3. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses

penyakit, pencegahan, pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

vaskularisasi/gangguan sirkulasi.

5. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post amputasi.

6. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik diuresis.

7. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula

dalam darah dan adanya luka post operasi.

7

Page 8: diabetes militus

8. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

penurunan aliran darah serebral yang disebabkan adanya

aterosklerosis.

9. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan

peningkatan tahanan perifer, aterosklerosis.

c. Intervensi Keperawatan

1. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya

faktor insulin dan insulin yang resisten.

Hasil Yang Diharapkan :

Tidak terjadi hipo/hiperglikemi.

Kadar gula darah dalam batas normal : GDS < 140 mg/dl, Gula

darah 2 jam PP < 200 mg/dl.

Intervensi :

Kaji intake makanan pasien.

Beri makan sesuai diet.

Amati dan kaji tanda dan gejala hipo/hiperglikemi : pucat,

keringat dingin, sakit kepala, gemetaran, cenderung tidur.

Monitor dan catat kadar gula darah perifer, glukosuria.

Beri dan pertahankan pemberian cairan melalui IV (NaCl

0,9%).

Beri insulin atau therapi peroral.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

aliran darah arterial.

Hasil Yang Diharapkan :

Klien menunjukkan kesadaran tentang faktor-faktor

keamanan/perawatan kaki yang tepat, permukaan kulit utuh.

Intervensi :

Tinggikan kaki saat duduk di kursi, hindari periode penekanan

yang lama pada kaki yang cedera.

8

Page 9: diabetes militus

Anjurkan pasien untuk menghindari baju atau kaos kaki yang

ketat dan sepatu yang sempit.

Kaji tanda dehidrasi, pantau intake dan output cairan, anjurkan

cairan peroral.

Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.

3. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses

penyakit, pencegahan, pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi.

Hasil Yang Diharapkan :

Pengetahuan klien meningkat dalam waktu 1 hari dengan kriteria

klien dapat menjelaskan kembali tentang perawatan luka operasi,

dan pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan.

Intervensi :

Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti sesuai latar

belakang pendidikan klien.

Jelaskan pada klien tentang perawatan luka operasi.

Jelaskan pada pasien pentingnya pengobatan yang teratur.

Tekankan pentingnya aktifitas dan latihan.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

vaskularisasi/gangguan sirkulasi.

Hasil Yang Diharapkan :

Tidak ada kemerahan di sekitar kulit, luka jahitan bersih dan tidak

ada tanda-tanda infeksi.

Intervensi :

Kaji daerah sekitar kulit.

Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.

Gunakan tehnik aseptik dalam merawat luka.

Beri terapi antibiotik sesuai program medik.

5. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post amputasi.

9

Page 10: diabetes militus

Hasil Yang Diharapkan :

Nyeri berkurang dalam waktu 3 hari dengan kriteria ekspresi wajah

tampak rileks, tidak kesakitan, klien dapat beristirahat.

Intervensi :

Kaji keluhan dan karakteristik nyeri (intensitas dan lokasi) dan

skala 0-10.

Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

Anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi.

Ciptakan lingkungan yang tenang.

Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.

6. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik diuresis.

Hasil Yang Diharapkan :

Klien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ditandai dengan :

mukosa lembab, TTV dalam batas normal. TD. 120/80 mmHg, Sh.

36-37 oC.

Intervensi :

Observasi TTV tiap 4 jam.

Kaji membran kulit/membran mukosa dan pengisian kapiler.

Kaji tanda-tanda hipovolemik glukosa darah kurang atau sama

dengan 60 mg/dl.

Pertahankan pemasukan cairan : 2,5-3 liter/hari.

Kolaborasi tim medik untuk pemeriksaan SE.

7. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula

darah dengan adanya luka post operasi.

Hasil Yang Diharapkan :

Mencegah atau mengurangi infeksi.

Intervensi :

Observasi tanda-tanda infeksi seperti : demam, nyeri, merah.

10

Page 11: diabetes militus

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan.

Berikan perawatan kulit dan teratur, jaga kulit tetap kering.

Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.

d. Implementasi

1. Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang sudah ditetapkan yakni

rendah lemak, rendah glukosa, tinggi serat sebagai cara efektif untuk

mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol.

2. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia (kadar gula darah turun) seperti

mengantuk, bingung, lemas, keringat dingin, mual, muntah.

3. Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan mencegah luka seperti

tidak memakai sepatu yang sempit, harus memakai alas kaki, hindari

kulit yang lembab.

4. Jaga luka tetap bersih dan kering.

5. Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka.

6. Menganjurkan untuk tetap kontrol gula darah secara rutin.

7. Menganjurkan untuk tetap kontrol gula darah secara rutin.

8. Menjelaskan jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dengan

dokter.

9. Minum obat secara teratur.

10. Informasikan kepada klien tentang perawatan kaki

11. Informasikan kepada klien mengenai alas kaki.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf

keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan

untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :

1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.

11

Page 12: diabetes militus

2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan

tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

3. Infeksi tidak terjadi

4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah

5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur

dan proses pengobatan.

BAB III

12

Page 13: diabetes militus

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks

yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal

karena gambaran produksi atau penggunaan insulin.

Faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena Diabetes

adalah: Faktor keturunan, kegemukan/Obesitas biasanya terjadi pada usia

40 tahun, tekanan darah tinggi, angka triglycerid (salah satu jenis molekul

lemak) yang tinggi, level kolesterol yang tinggi, gaya hidup moderen yang

cenderung mengkonsumsi makanan instan, merokok dan stress, terlalu

banyak konsumsi karbohidrat, kerusakan pada sel pangreas.

3.2 Saran

1. Untuk Perawat

Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus

mendokumentasikan setiap tindakan yang telah di lakukan. Serta

menambah ilmu pengetahuan tentang berbagai macam penyakit, dalam

khusus nya Diabetes militus agar perawat dapat melakukan

implementasi sesuai dengan kebutuhan klien

2. Untuk Penulis

Kami memahami segala kekurangan yang ada pada karya tulis

kami sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan masukan yang

memebangun guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya kami dapat

membuat kaya tulis dengan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: diabetes militus

Black, Joyce M. M.S.N (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical Management

for Continuity of Care, (Fifth Edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi

kedelapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan, (Edisi keenam). Jakarta :

Penerbit EGC.

Luckman and Sorensens (1997). Medical Surgical Nursing, A Psychophysiology

Approach. Fourth Edition. W.B. Saunders.

Lewis, Sharon Mantik, R.N. FAAN (2000). Medical Surgical Nursing, (Fifth

Edition), St. Louis, Missouri : Mosby Inc.

R. Syamsuhidayat, Wim de Jong (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah.

14