DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

154

Transcript of DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Page 1: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Karyawan Front Desk Hotel Bumi Senyiur SamarindaIwan Khrisnanto dan Aditya Pratomo

Strategi Pengembangan Desa Wisata Yenwaupnor Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat

Kusmayadi dan Aldini Kaihatu

3, Oktober

Page 2: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Hal. i J-STP VOL. 2 NO. 3 2017

Volume 2, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Oktober 2017 2541 - 4488 (online)

Publikasi empat bulanan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta yang didukung oleh Ikatan

Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia

(Hildiktipari), Association for Tourism Research and Education on Indonesia (ATREI).

SUSUNAN REDAKTUR

PENANGGUNGJAWAB

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Ka. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

EDITOR AHLI

Prof. Dr. Ir. I.Gde Pitana, M.Sc Prof. Dr. Kohar Sulistyadi, MSIE

Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. Azril Azahari, Ph.D Dr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. Marie Cristine Bonneau Dr. Tonny Hendratono

L’ Universite d’Angers Perancis Universitas Bunda Mulia (ICPI) Prof. Phillippe Violer Dr. Sylvine Pickel Chevalier

L’ Universite d’Angers Perancis L’ Universite d’ Anger France (ATREI) Devi Roza Krisnandhi Kausar, PhD Hera Oktadiana, Ph.D, CHE

Universitas Pancasila (ICPI) Universitas Bina Nusantara (ICPI) Prof. Dr. Kholil, M.Kom Jacob Ganef Pah, MS

Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si Nana Trianasari, Ph.D

Universitas Sahid Jakarta Ganesha University of Education I. Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA Munawaroh, SE, MM

Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (ICPI) Swiss German University Dr. Yohanes Sulistyadi Prof. Dr. I. Nyoman Darma Putra, M.Litt

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Univeritas Udayana

PENYUNTING PELAKSANA

Dr. Asep Parantika Kadek Wiweka Ketua Wakil Ketua Anggota

Dr. Leylia Khairani Budi Setiawan Wakil Ketua Penyunting Anggota Darmawan Damanik Nenny Wahyuni Anggota Anggota Kusmayadi Murhadi

Anggota Anggota Derinta Entas Maryetti Anggota Anggota

SEKRETARIAT DAN PEMASARAN Canda Fitriona FX Setiyo Wibowo Sekretaris Distribusi Ramon Hurdawaty Baskoro Harwindito Manajemen naskah Manajemen Naskah Bambang Widodo Heru Suheryadi IT Versi Online Manajemen Naskah Aang Sunarto Mulyati IT Versi Online Keuangan DITERBITKAN OLEH:

Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

ALAMAT REDAKTUR Jl. Kemiri Raya No. 22, Pamulang Tangerang Selatan

Tel: 021 7402329, 740 2339 Fax: 021 7428152 e-mail:

[email protected]

website: http://journal.stpsahid.ac.id

Page 3: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Hal. ii J-STP VOL. 2 NO. 3 2017

Volume 2, No. 3 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Oktober 2017 2541 - 4488 (online)

DARI REDAKTUR

Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP) merupakan nama baru dari Jurnal Sains Kepariwisataan dan

Pengetahuan Umum yang mulai terbit Pebruari 2002. Perubahan nama ini didasarkan atas

perkembangan ilmu pariwisata di Indonesia yang sudah diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 2008.

J-STP hadir sebagai wahana studi inovatif yang berkontribusi terhadap pemahaman teoritis dan praktis

bagi para akademisi dan mahasiswa serta peminat pariwisata termasuk hsopitaliti didalamnya. Secara

khusus J-STP bertujuan untuk berkontribusi terhadap penyebaran pengetahuan melalui publikasi

artikel studi literatur, hasil penelitian dan praktik baik penggunaan metodologi dalam penyelesaian

masalah. Selain itu jurnal ini diharapkan mampu berperan penting dalam pariwisata ASEAN dan

Internasional.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan J-STP,

kritik dan saran kami harapkan dari pembaca demi perbaikan jurnal kami untuk kedepannya.

Jakarta, Oktober 2017

Ir. Kusmayadi, MM

Page 4: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Hal. iii J-STP VOL. 2 NO. 3 2017

Volume 2, No. 3 ISSN: 2541-447X(cetak) Oktober 2017 2541-4488 (online)

DAFTAR ISI i. Susunan Redaktur ii. Dari Redaktur iii. Daftar Isi

222 Pengaruh Komunikasi Interpersonal

Terhadap Kinerja Karyawan Front

Desk Hotel Bumi Senyiur Samarinda

Iwan Krisnanto dan Aditya Pratomo 231 Strategi Pengembangan Desa Wisata

Yenwaupnor Kabupaten Raja Ampat

Papua Barat

Kusmayadi dan Aldini Kaihatu 248 Tren Adult Coloring Books di Desatinasi

Pariwisata, Studi kasus: Denpasar, Bali

Ni Luh Putu Trisdyani

262 Pengembangan Produk Wisata Alternatif

Berbasis Edukasi di Geopark Batur,

Kintamani

Komang Trisna Pratiwi Arcana dan I

Wayan Arcana

287 Pengaruh Daya Tarik Wisata Pantai

Gandoriah Terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan di Kota Pariaman

Titing Kartika, Septy Indrianty dan Sonya

Putri Yuliani

300 Pengembangan Kuliner Sate Taichan

Goreng Sebagai Atraksi Wisata di Kota

Bekasi

Ramon Hurdawaty, Maryetti dan Sekar

Ayu Dewinda

311 Efektifitas Pembelajaran Dengan Metode

Number Head Together Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Membersihkan dan Merapihkan

Kamar Kelas XI AP 3 SMK Pariwisata

Triatmajaya Singaraja Kabupaten

Buleleng

Yudhiet Fajar Dewantara dan Antonius

Rizki Krisnadi

324 Analisis Anggaran Operasional Dan

Realisasinya Sebagai Alat Bantu

Manajemen Dalam Penilaian Kinerja

Perusahaan

Budi Bagaskoro dan Aulia Jihan

338 Daya Tarik Masyarakat Desa Adat

Using Kemiren Dalam Mempromosikan

Wisata Budaya Di Banyuwangi

Baskoro Harwindito dan Umi Akroma

Sapii

354 Analisis Konsep Hotel Syariah Pada Hotel Sofyan Jakarta Sebagai World’s Best Family Friendly Hotel. Aditya Pratomo dan Agung Gita Subakti

Page 5: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

222 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN FRONT DESK HOTEL BUMI SENYIUR SAMARINDA

Interpersonal Communication Effect On Performance Of Employees Front Desk

Hotel Bumi Senyiur Samarinda

Iwan Khrisnanto1*, Aditya Pratomo2

1,2 Universitas Bina Nusantara, Faculty of Economic and Communication, Hotel

Management Department, Jln KH Syahdan No 9, Kemanggisan, Palmerah,

Jakarta 11480, Indonesia

*

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh komunikasi

interpersonal terhadap kinerja front desk agent pada front office department di Hotel

Bumi Senyiur Samarinda. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan analisis regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukan

terdapat pengaruh komunikasi interpersonal yang signifikan terhadap kinerja front desk

agent sebesar 52.4% dengan korelasi sebesar 0.724 yang menandakan terdapat hubungan

yang kuat antara kedua variabel tersebut. Simpulan yang didapat adalah bahwa kinerja

front desk agent akan ikut meningkat jika komunikasi interpersonal juga ditingkatkan.

Kata kunci: Front desk agent, Komunikasi interpersonal, Kinerja, Hotel, analisis

kuantitatif

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the relationship and influence of interpersonal

communication to front desk agent performance at front office department at Hotel Bumi

Senyiur Samarinda. The analysis used in this research is descriptive analysis and simple

linear regression analysis. The result of this research shows that there is significant

interpersonal communication effect on front desk agent performance of 52.4% with

correlation of 0.724 indicating strong relationship between the two variables. The

conclusion is that the performance of front desk agent will increase if interpersonal

communication is also improved.

Page 6: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

223 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Keywords: Front desk agent, Interpersonal Communication, Performance, Hotel,

quantitative analysis

Riwayat Artikel :

Diajukan: 10 September 2017

Direvisi: 02 Oktober 2017

Diterima: 15 Oktober 2017

P E N D A H U L U A N

Manusia adalah individu yang

memiliki kebutuhan dan kemampuan

untuk berkomunikasi dan berinteraksi

dengan manusia lain. Interaksi yang

terjadi antar manusia ini merupakan

bagian dari aktivitas yang dilakukan

berulang kali pada setiap diri manusia.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal ataupun

nonverbal (Mulyana, 2015:81).

Tujuan dari adanya proses

komunikasi adalah sebagai media

penyampaian pesan dari pemberi pesan

kepada penerima pesan sehingga

terjalin sistem komunikasi yang baik

antar keduanya. Di dalam lingkungan

kerja, terciptanya sistem komunikasi

yang baik dan lancar dapat membangun

kerjasama kelompok yang solid antar

satu individu dengan individu lainnya

untuk mencapai tujuan bersama yaitu

memberikan kualitas pelayanan yang

maksimal kepada konsumen.

Kelompok adalah sekumpulan

orang yang mempunyai tujuan bersama,

yang berinteraksi satu sama lain untuk

mencapai tujuan bersama (adanya

saling ketergantungan), mengenal satu

sama lainnya, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut,

meskipun setiap anggota boleh jadi

punya peran berbeda (Mulyana,

2015:82). Komunikasi juga merupakan

unsur penting dalam membangun suatu

hubungan antar sesama manusia, dalam

hal ini antara pimpinan dengan

karyawan, dan sesama karyawan.

Komunikasi interpersonal yang

terjadi dalam suatu kelompok

memegang peranan yang vital dalam

koordinasi kerjasama suatu divisi.

Melalui komunikasi interpersonal,

seorang karyawan dapat menyuarakan

ide kreatif, gagasan positif, informasi,

dan keluhan kepada pimpinan atau

rekan karyawan lain, serta seorang

pimpinan dapat memberikan instruksi,

motivasi, teguran dan apresiasi kepada

karyawannya. Koordinasi dalam suatu

divisi dapat berjalan dengan baik jika

mutu komunikasi interpersonal dapat

dijaga. Dengan adanya pola koordinasi

yang baik, maka mempunyai lebih

besar kemungkinan berhasilnya

kegiatan operasional yang akan

berlangsung. Oleh karena itu kualitas

komunikasi interpersonal dapat

menentukan keberhasilan suatu divisi,

dan berdampak pada meningkatnya

kinerja karyawan.

Front office department

membutuhkan tenaga kerja yang

Page 7: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

224 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

berkualitas agar dapat memberikan

hasil kerja yang baik. Kemampuan

karyawan front office department

dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya menentukan impresi awal

yang baik, kurang baik atau buruk pada

tamu yang datang ke Hotel tersebut.

Tugas dan tanggung jawab dari front

office department selain memanajemen

keperluan kamar, adalah sebagai pusat

informasi baik bagi tamu dan karyawan

Hotel. Bagi tamu, karyawan front office

department diharapkan mampu

memberikan informasi yang jelas,

benar dan cepat tentang produk,

aktivitas, pelayanan yang diberikan

pada Hotel tersebut. Bagi kolega

sesama karyawan pun diharapkan

seorang karyawan front office

department dapat memberikan

informasi seputar keluhan tamu,

fasilitas kamar yang harus diperbaiki,

dan dapat berkoordinasi dengan

departemen lain.

Pentingnya memiliki karyawan

front desk agent yang berkualitas adalah

untuk mendapatkan umpan balik yang

memuaskan, yaitu meningkatnya

kualitas kinerja pada front office

department. Tenaga kerja yang

berkualitas disini tidak hanya dapat

mengerjakan tugas dan tanggung

jawabnya tetapi juga mempunyai

kemampuan berkomunikasi yang

efektif sehingga tujuan dari komunikasi

tersebut dapat tercapai dengan

sempurna.

Setelah melakukan observasi pada

tanggal 4 sampai 7 Desember 2016 di

Hotel Bumi Senyiur Samarinda dan

wawancara pada tanggal 4 dan 5

Desember 2016 dengan dua orang

front desk agent menunjukan kondisi

komunikasi yang terjadi tidak efektif,

maksudnya cara berkomunikasi tidak

memberikan hasil yang positif dimana

jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan

mereka tidak saling memberikan

arahan, petunjuk, dan saran. Hal ini

menyebabkan kurang baiknya

penerimaan umpan balik yang

dikarenakan perbedaan persepsi setiap

karyawan front desk agent terhadap

pemaknaan informasi yang mereka

terima.

Dari hasil pemaparan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah: untuk

melihat bagaimana komunikasi

interpersonal front desk agent Hotel

Bumi Senyiur Samarinda, kemudian

untuk melihat bagaimana kinerja front

desk agent Hotel Bumi Senyiur

Samarinda. Serta untuk melihat

bagaimana pengaruh komunikasi

interpersonal terhadap kinerja front

desk agent Hotel Bumi Senyiur

Samarinda.

M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

Menurut Sugiyono (2012:18)

desain penelitian adalah semua proses

yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan jenis data yang digunakan

pada penelitian ini, jenis penelitian ini

adalah kuantitatif, dimana metode

penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, yang digunakan

untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik, dengan tujuan untuk menguji

Page 8: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

225 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

hipotesis yang telah ditetapkan.

(Sugiyono 2012:11). Dengan kata lain,

penelitian kuantitatif karena data

penelitian berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik.

Sedangkan menurut tingkat

eksplanasinya, jenis penelitian ini

adalah deskriptif, dimana metode

penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri atau

lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan atau menggabungkan

antara variabel satu dengan yang lain.

(Sugiyono 2012:35).

Melihat dari hubungan antar

variabel, jenis penelitian ini adalah

asosiatif hubungan kausal. Dimana

penelitian asosiatif merupakan

penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan dua variabel atau

lebih. (Sugiyono 2012:36) Dalam

penelitian ini maka akan dapat

dibangun suatu teori yang dapat

berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan, dan mengontrol suatu

gejala. Adapaun metode penelitian yang

digunakan adalah survei yang dilakukan

pada populasi besar maupun kecil,

tetapi data yang dipelajari adalah data

dari sampel yang diambil dari populasi

tersebut, sehingga ditemukan kejadian-

kejadian relatif, distribusi, dan

hubungan-hubungan antara variabel

sosiologis maupun psikologis.

(Sugiyono 2012:11)

Terkait dengan horison waktu,

penelitian ini menggunakan cross-sectional yang berarti data yang dipakai

untuk meneliti suatu fenomena tertentu

diambil dalam suatu kurun waktu saja

(Sugiyono, 2012:42). Waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan

penelitian ini kurang lebih empat

bulan, dari bulan Oktober 2016 sampai

Januari 2017. Penelitian ini dilakukan

di Hotel Bumi Senyiur yang berlokasi

di Jl. Pangeran Diponogoro, No.17-19

Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam

penelitian ini populasi yang ditetapkan

adalah 10 orang front desk agent di

Hotel Bumi Senyiur Samarinda.

Sedangkan sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representatif

(mewakili) dari keseluruhan populasi

tersebut. Dan jumlah populasi relatif

kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain

sampel jenuh adalah sensus, dimana

semua anggota populasi dijadikan

sampel.

Dalam metode penelitian,

terdapat dua hal utama yang

mempengaruhi kualitas data hasil

penelitian, yaitu, kualitas instrumen

penelitian dan kualitas pengumpulan

data. Data primer pada penelitian ini

diperoleh dari pengamatan

(observation) teknik pengumpulan data

yang mempunyai ciri yang spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain,

yaitu wawancara dan kuesioner

(Sugiyono, 2012 : 145). Dalam

penelitian ini, penulis melakukan

pengamatan secara langsung baik pada

saat front desk agent sedang melakukan

tugasnya dan menghadiri briefing front desk agent pada tanggal 4 sampai 7

Desember 2016 di Hotel Bumi Senyiur

Samarinda. Kemudian teknik

wawancara (Interview). Perolehan data

lainnya melalui wawancara yang

dilakukan kepada front office manager Hotel Bumi Senyiur Samarinda, bapak

Ari Apriadi pada hari senin 5

Desember 2016 dengan durasi

wawancara selama 20 menit, bertempat

di ruang kantor front office manager,

Page 9: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

226 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

untuk mendapatkan ijin penelitian serta

informasi terkait dengan topik

penelitian yang mencangkup proses

komunikasi interpersonal serta

hambatan dari komunikasi

interpersonal yang dihadapi front desk agent di Hotel Bumi Senyiur. Selain

itu, peneliti juga melakukan wawancara

dengan dua orang front desk agent

pada tanggal 4 Desember 2016 masing-

masing dengan durasi wawancara

selama 15 menit, bapak Waldi dan ibu

Brigitta bertempat di ruang back office front office department di Hotel Bumi

Senyiur Samarinda. Dan yang terakhir

pengumpulan data dengan kuesioner,

dimana proses dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada para

responden untuk dijawab. Kuesioner

yang digunakan pada penelitian ini

memuat 20 pernyataan. Pada penelitian

ini kuesioner akan disebarkan kepada

seluruh yaitu front desk agent berjumlah 10 orang yang berperan

sebagai responden. Dalam penelitian

ini jenis skala yang digunakan pada

kuesioner adalah menggunakan skala

Likert untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena

sosial. (Sugiyono 2012: 93). Data

lainnya yang merupakan data sekunder

diperoleh dari studi pustaka yaitu

penulis mendapatkan informasi dan

masukan-masukan dengan cara

membaca buku-buku, e-book, artikel,

dan jurnal yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Teknik analisa data yang

digunakan pada penelitian ini

menggunakan regreasi linear

sederhana, teknik ini menggunakan

satu variabel bebas (independent) dan

satu variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel bebas

tersebut adalah Komunikasi

Interpersonal dan variabel terikatnya

adalah kinerja. Regresi linear sederhana

adalah salah satu alat yang dapat

digunakan dalam memprediksi

permintaan di masa yang akan datang

berdasarkan data masa lalu atau untuk

mengetahui pengaruh satu variabel

bebas (independent) adalah

menggunakan regresi linear. Rumus

regresi linear sederhana adalah sebagai

berikut:

1. Rumus persamaan regresi

2. Mencari nilai konstanta

3. Mencari konstanta

Keterangan:

Y = variabel terikat

X = variabel bebas

dan = konstanta

= jumlah data

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Berdasarkan hasil uji validitas

menggunakan bantuan program SPSS

versi 22 terhadap variabel X

(Komunikasi Interpersonal) melalui 11

butir pernyataan, diperoleh hasil bahwa

Page 10: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

227 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

11 pernyataan tersebut memiliki nilai

yang baik karena > .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

validitas keseluruhan item pada alat

ukur komunikasi interpersonal adalah

baik. Sedangkan uji validitas

menggunakan bantuan program SPSS

versi 22 terhadap variabel Y (Kinerja

Karyawan) melalui 9 butir pernyataan,

diperoleh hasil bahwa 9 pernyataan

tersebut memiliki nilai yang baik karena

> . Dapat disimpulkan

bahwa validitas keseluruhan item pada

alat ukur kinerja karyawan adalah baik.

Sehingga dapat digunakan untuk

mengukur variabel Y (Kinerja

Karyawan).

Untuk hasil uji reliabilitas

menggunakan bantuan program SPSS

versi 22 terhadap variabel X

(Komunikasi Interpersonal) melalui 11

butir pernyataan, diperoleh hasil nilai

alpha cronbach 0.906>0,6 dengan

demikian seluruh pertanyaan dapat

dikategorikan reliabel dan konsisten

dalam memberikan penilaian pada

kuesioner. Sedangkan uji reliabilitas

menggunakan bantuan program SPSS

versi 22 terhadap variabel Y (Kinerja

Karyawan) melalui 9 butir pernyataan

dipelorel nilai alpha cronbach

0.917>0,6 dengan demikian seluruh

pertanyaan dapat dikategorikan reliabel

dan konsisten dalam memberikan

penilaian pada kuesioner.

Analisa deskriptif dilakukan untuk

menjelaskan masing-masing variabel,

yaitu variabel X (Komunikasi

Interpersonal) dan variabel Y (Kinerja

Karyawan). Analisa statistik deskriptif

dibutuhkan untuk menjawab rumusan

masalah deskriptif yang terdapat pada

bab satu. Pada tahap ini dilakukan

analisis pada komunikasi interpersonal

yang telah diberikan kepada 10

responden front desk agent. Beberapa

hal yang akan dianalisis meliputi 5

(lima) dimensi komunikasi

interpersonal berdasarkan teori DeVito

(2014:285-290) yang menjelaskan

dimensi openness (keterbukaan),

emphaty (empati), supportiveness

(sikap mendukung), positiveness (sikap

positif) dan equality (kesetaraan).

Pengolahan variabel komunikasi

interpersonal (X) memiliki nilai mean

keseluruhan sebesar 4.21 dengan nilai

mean indikator tertinggi sebesar 4.70

pada butir pernyataan ke 5 yaitu, saya

selalu siap memberikan dukungan dan

semangat kepada rekan kerja saya.

Sedangkan nilai mean indikator

terendah sebesar 3.70 pada butir

pernyataan ke 3 yaitu, saya mampu

untuk melihat dan memahami suatu

masalah dari sudut pandang rekan kerja

saya.

Untuk frekuensi tanggapan

responden, didapatkan nilai mean dari

dimensi openess yaitu 4.05 artinya

penilaian responden diantara setuju

dan sangat setuju. Nilai mean dimensi

empathy yaitu 3.90 artinya penilaian

responden diantara ragu-ragu dan

setuju. Nilai mean dimensi

supportiveness yaitu 4.50 artinya

penilaian responden diantara setuju

dan sangat setuju. Dan nilai mean

dimensi positiveness dan equality yaitu

4.25 artinya penilaian responden

diantara setuju dan sangat setuju.

Pada tahap analisis pada kinerja

karyawan (Y) yang telah diberikan

kepada 10 responden front desk agent.

Page 11: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

228 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Hasil pengolahan variabel kinerja

karyawan (Y) memiliki nilai mean

keseluruhan sebesar 4.42 dengan nilai

mean indikator tertinggi sebesar 4.80

pada butir pernyataan ke 1 yaitu, saya

mengikuti prosedur saat menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan standar

perusahaan. Sedangkan nilai mean

indikator terendah sebesar 3.50 pada

butir pernyataan ke 8 yaitu, saya selalu

mendapat pujian dan penghargaan dari

rekan kerja dan atasan saat berhasil

melakukan pekerjaan dengan baik.

Dan frekuensi tanggapan responden,

didapatkan nilai mean dari dimensi

quality dan need for supervision yaitu

4.65 maka artinya penilaian dari

responden diantara setuju dan sangat

setuju. Nilai mean dari dimensi quantity

yaitu 4.30 artinya penilaian responden

diantara setuju dan sangat setuju. Nilai

mean dari dimensi timeliness yaitu 4.45

artinya penilaian responden diantara

setuju dan sangat setuju. Dan nilai

mean dimensi interpersonal impact

yaitu 4.00 artinya penilaian responden

setuju.

Analisis regresi linear sederhana

untuk koefisien determinasi untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi dari

variabel dependen. Koefisien

determinasi dapat diperoleh dengan

cara mengkuadratkan koefisien korelasi

atau R Squared (R2). Berdasarkan

pengolahan data yang dilakukan

didapatkan nilai R2 sebesar 0.524,

sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa komunikasi interpersonal (X)

mempengaruhi kinerja karyawan (Y)

sebesar 52.4%. Sedangkan sisanya

47.6% dipengaruhi oleh variabel-

variabel lainnya yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Menurut Sugiyono (2012:250)

pedoman untuk memberikan

interpretasi koefisien korelasi sebagai

berikut:

Tabel 1: Pedoman Untuk

Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono, 2012

Berdasarkan tabel di atas, maka

koefisien korelasi yang ditemukan

sebesar 0.724 termasuk pada kategori

kuat. Jadi terdapat hubungan yang kuat

antara komunikasi interpersonal

terhadap kinerja kinerja front desk agent pada front office department di

Hotel Bumi Senyiur Samarinda. Untuk

tabel hasil pengujian koefisiensi regresi,

diperolehlah hasil

Y (Kinerja Karyawan) = 17.456

+ 0.482 X (Komunikasi Interpersonal)

Dari persamaan di atas dapat di

analisis jika komunikasi interpersonal

tanpa kinerja karyawan (X=0), maka

diperkirakan kinerja karyawan sebesar

17.456 Apabila nilai komunikasi

interpersonal meningkat, maka

diperkirakan kinerja karyawan juga

akan mengalami peningkatan. Sebagai

contoh jika (X=1) maka Y = 17.456 +

0.482 (1), akan diperoleh Y = 17.938

sehingga kinerja karyawan dapat terus

meningkat seiring dengan peningkatan

komunikasi interpersonal. Nilai Sig.

sebesar 0.018 menunjukan bahwa ada

Page 12: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

229 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

pengaruh yang signifikan antara

komunikasi interpersonal terhadap

kinerja front desk agent karena 0.018 <

0.05 dimana 0.05 merupakan taraf

signifikan.

Dari hasil pengolahan data,

maka di dapatkan ringkasan sebagai

berikut: Tabel 2: Hasil Pengolahan Data

Hubun

gan

Variabe

l

Korel

asi

Pengar

uh

Persam

aan

Regresi

Uji

Signifi

kan

X Y 0.724

(Kuat

)

52,4 % Y =

17.456

+ 0.482

(X)

Signifi

kan

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2016)

Uji hipotesis pada penelitian ini

di rumuskan sebagai berikut:

Ha: Adanya pengaruh antara

komunikasi interpersonal terhadap

kinerja front desk agent pada front office department di Hotel Bumi

Senyiur Samarinda.

Ho: Tidak ada pengaruh antara

komunikasi interpersonal terhadap

kinerja front desk agent pada front office department di Hotel Bumi

Senyiur Samarinda. Dengan Kriteria

penilian sebagai berikut:

a. Jika,- ,

maka Ho diterima dan Ha di

tolak

b. Jika, > maka Ho

ditolak dan Ha di terima

Hasil SPSS didapat =

2,968

Sedangkan untuk menghitung

nilai adalah sebagai

berikut:

= 0,05

df = n-2

= 10 – 2 = 8

= 2,306 (berdasarkan dari

hasil lampiran )

Karena > , dimana

2,968 > 2,306 maka Ho ditolak dan Ha

di terima, yang artinya adanya pengaruh

antara komunikasi interpersonal

terhadap kinerja front desk agent pada

front office department di Hotel Bumi

Senyiur Samarinda.

P E N U T U P

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh penulis

mengenai pengaruh komunikasi

interpersonal terhadap kinerja pada

front desk agent pada front office department di Hotel Bumi Senyiur

Samarinda, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut: 1. Komunikasi

interpersonal pada front desk agent pada front office department di Hotel

Bumi Senyiur Samarinda diujikan

melalui lima dimensi yaitu, openness,

emphaty, supportiveness, positiveness dan equality untuk melihat bagaimana

komunikasi interpersonal front desk agent. Maka berdasarkan hasil

penelitian, komunikasi interpersonal

front desk agent di dominasi oleh

faktor supportiveness. 2. Kinerja front desk agent pada front office department di Hotel Bumi Senyiur Samarinda

dinilai melalui lima dimensi yaitu,

quality, quantity, timeliness, need for

supervision, dan interpersonal impact untuk menentukan bagaimana kinerja

Page 13: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.222-230

@STPS 2017, All Rights Reserved

230 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

front desk agent. Maka hasil dari

penelitian menunjukan kinerja front desk agent di dominasi faktor quality dan need for supervision. 3. Komunikasi interpersonal berpengaruh

sebesar 52,4% terhadap kinerja front desk agent dan nilai korelasi sebesar

0.724 sehingga hubungan antar dua

variabel dinyatakan kuat.

Berdasarkan kesimpulan yang

ada, maka peneliti menyarankan

tindakan yang perlu dilakukan oleh

pihak Hotel Bumi Senyiur adalah

sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian

kinerja front desk agent sebagai dasar

memberikan bonus. 2. Aktif

memberikan apresiasi dalam bentuk

pujian kepada individu front desk agent Membangun komunikasi antar pribadi

dengan banyak melakukan diskusi dan

memberikan saran serta kritik yang

membangun

D A F T A R P U S T A K A

Atambo, N. W., & Momanyi. D. K.

(2016). Effects of Internal

Communication on Employee

Performance: A Case Study of

Kenya Power and Lighting

Company, South Nyanza

Region, Kenya. Imperial

Journal of Interdisciplinary

Research (IJIR). 2(5). 328.

Devito, Joseph. (2014). Komunikasi

Antar Manusia: Edisi Kelima.

Jakarta: Karisma Publishing.

Hasibuan, M., S., P. (2013).

Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. (2015). Ilmu

Komunikasi Suatu Pengantar:

Cetakan Kesembilan Belas.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sandhi, W., M. (2015). Pengaruh

Komunikasi Interpersonal

Terhadap Kinerja Karyawan

Sekolah Tinggi Agama Buddha

Negeri (STABN) Raden Wijaya

Wonogiri Jawa Tengah. Jurnal

Komunikasi. 6(1). 775.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian

kuantitatif kualitatif dan R&D.

Jakarta: Alfabeta.

Page 14: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

231 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA YENWAUPNOR KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT

Kusmayadi¹

Aldini Kaihatu²

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Raja Ampat memiliki empat desa wisata seperti Desa Wisata Arborek, Desa

Wisata Yenwaupnor, Desa Wisata Sauwandarek, dan Desa Wisata Sawinggarai yang memiliki

berbagai tempat wisata menarik, namun Desa Wisata Yenwaupnor, dinilai mempunyai banyak

potensi. Desa Wisata Yenwaupnor merupakan desa wisata yang berlokasi di distrik Meos

Mansar, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Desa Wisata Yenwaupnor memiliki

keindahan laut, pantai, dan hutan yang masih alami. Masyarakat sebagian besar berprofesi

sebagai petani dan nelayan. Keunikan Desa Wisata Yenwaupnor adalah salah satu desa wisata

yang memiliki tempat berkumpulnya Burung Cendrawasih. Burung Cendrawasih menjadi ciri

khas Desa Wisata Yenwaupnor dengan menjadi penghasilan buat masyarakat setempat.

Perlunya langkah strategis untuk mengembangkan Desa Wisata Yenwaupnor. Penelitian ini

bertujuan untuk memformulasikan strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan di Desa

Wisata Yenwaupnor melalui strategi VICE dengan menganalisis faktor internal yang terdiri

dari pengunjung, industri, masyarakat, dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah VICE (visitor, industry, community,

environment) Hasil penelitian ini menunjukan telah tersusunnya strategi pengembangan untuk

diterapkan oleh kepala kampung Desa Wisata Yenwaupnor dan Pemerintah Raja Ampat.

Saran untuk pihak masyarakat desa adalah membuat sebuah konsep perencanaan dan untuk

pemerintah disarankan untuk lebih memperhatikan masyarakat dan desa wisata yang berada di

Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kata kunci: Faktor internal, Komponen 3A, Analisis VICE, Desa Wisata Yenwaupnor

ABSTRACT

Raja Ampat regency has four tourist villages such as Arborek Tourism Village, Yenwaupnor

Tourism Village, Sauwandarek Tourism Village, and Sawinggarai Tourism Village which has

many interesting sights, but Yenwaupnor Tourism Village is considered to have a lot of

potential. Yenwaupnor Tourism Village is a tourist village located in Meos Mansar district, Raja

Ampat Regency, West Papua Province. Yenwaupnor Tourism Village has the beauty of the

sea, beach, and unspoiled forest.

Page 15: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

232 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

People mostly work as farmers and fishermen. The uniqueness of Yenwaupnor Tourism

Village is one of the tourist villages that has a place of gathering Bird of Paradise. Birds of

Paradise are characteristic of Yenwaupnor Tourism Village by becoming income for local

people. The need for strategic steps to develop Yenwaupnor Tourism Village. This research

aims to formulate the right development strategy to be applied in Yenwaupnor Tourism Village

through VICE strategy with internal factor factor consisting of visitor, industry, community, and

environment. This research uses qualitative method. The data analysis technique used is VICE

(visitor, industry, society, environment) The result of this research is shown the compilation of

development strategy to be applied by village head of Yenwaupnor Tourism Village and Raja

Ampat Government. Suggestion for the village community is a building for development

located in Raja Ampat Regency, West Papua Province. Keywords: Internal factors, Component 3A, VICE Analysis, Yenwaupnor Tourist Village

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Agustus 2017

Direvisi: 16 September 2017

Diterima: 30 September 2017

P E N D A H U L U A N

Indonesia adalah negara kepulauan

yang sangat besar, yang dihuni oleh

bermacam-macam ras, suku, dan etnis yang

berbeda-beda. Masing-masing daerah

tersebut memiliki keunggulan sendiri-

sendiri termasuk potensi alamnya. Hal ini

tentunya sangat menguntungkan dalam

bidang kepariwisataan. Dengan banyaknya

potensi alam yang dimiliki tersebut akan

menarik banyak wisatawan asing untuk

berkunjung ke Indonesia dan akan

memberikan keuntungan tersendiri bagi

negara.

Di dunia internasional, Indonesia

memang terkenal dengan potensi

pariwisatanya yang beraneka macam. Mulai

dari pantainya yang indah, pegunungan

yang hijau, dan peninggalan-peninggalan

bersejarah seperti candi juga banyak di

temukan di Indonesia. Salah satu daerah

yang menjadi pusat tujuan wisata adalah

Bali yang terkenal dengan keindahan

alamnya dan tradisi budaya yang masih

kental. Selain Bali, daerah tujuan wisata

alam yang lainnya adalah Raja Ampat.

Jika dibandingkan dengan Bali, Raja

Ampat memang kalah. Namun Raja

Ampat tetap bisa dikatakan sebagai daerah

tujuan wisata yang banyak di cari

wisatawan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah

kunjungan wisatawan yang relatif

meningkat dari tahun 2007 hingga tahun

2013, rata- rata setiap tahun terjadi

peningkatan jumlah wisatawan asing sekitar

1.000 hingga 1.500 orang, namun pada

tahun 2014 jumlah wisatawan asing

meningkat hingga lebih dari 2.000 orang

dibandingkan dengan tahun sebelumnya,"

kata Koordinator Staf Layanan Jasa

Pemeliharaan Lingkungan Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) Unit Pelaksana

Teknis Dinas (UPTD) Kawasan

Konservasi Perairan (KKP) Raja Ampat,

Amy Sarta di Sorong, Papua Barat.

(http://www.antarasulsel.com)

Kabupaten Raja Ampat juga terkenal

dengan jenis wisata yang khas, yaitu jenis

wisata bahari. Para wisatawan mulai

menggemari tempat wisata yang tidak

hanya sekedar menyajikan keindahan

alamnya saja tetapi lebih kepada interaksi

masyarakat. Oleh karena itu mulai

berkembang jenis wisata minat khusus,

yaitu wisata alternative yang disebut desa

wisata. Desa Wisata Yenwaupnor

menawarkan kegiatan wisata yang

menekankan pada unsur-unsur

Page 16: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

233 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

pengalaman dan bentuk wisata aktif yang

melibatkan wisatawan berhubungan

langsung dengan masyrakat setempat.

Dengan menonjolkan ciri keramahan

masyarakat setempat diharapkan Desa

Wisata Yenwaupnor mampu bersaing

dengan tempat wisata lain.

Salah satu desa wisata yang ada di

Kabupaten Raja Ampat adalah Desa

Wisata Yenwaupnor. Desa tersebut

memiliki beberapa daya pikat bagi

wisatawan untuk dikunjungi dan menjadi

obyek wisata. Di daerah tersebut

merupakan desa wisata yang bisa kita

lakukan di tempat yang indah ini. Salah

satunya adalah melihat keanekaragaman

Burung Cendrawasih menari, tidak hanya

Burung Cendrawasih melainkan Burung

Beo, Pekakak, Elang, dan Enggrang.

Bahkan banyak juga wisatawan yang

sengaja berkunjung langsung ke Desa

Wisata Yenwaupnor untuk melihat

langsung burung-burung tersebut.

Perkembangan Desa Wisata

Yenwaupnor diharapkan mempunyai

dampak ekonomi terhadap suatu wilayah,

antara lain peningkatan jumlah wisatawan,

peningkatan pendapatan masyarakat, serta

peningkatan pendapatan daerah. Raja

Ampat merupakan salah satu kota di

Indonesia yang sukses dengan

pengembangan konsep desa wisata. Salah

satu kabupaten yang berhasil dalam

pengembangan desa wisata adalah Desa

Wisata Yenwaupnor. Terdapat desa wisata

lain yang menjadi tujuan wisatawan,

diantaranya Desa Wisata Yenwaupnor,

Arborek, Sauwandarek, dan Sawingrai.

Tiap desa wisata ini memiliki ciri khas

tersendiri yang membedakan dengan desa

wisata lainnya. Seperti misalnya Desa

Wisata Yenwaupnor dikenal dengan

pesona burung cendrawasih, Desa Wisata

Arborek dikenal melalui atraksi Ikan Pari

(Manta), Desa Wisata Sauwandarek

terkenal dengan rumah- rumah

penduduknya yang masih berbentuk asli

tempo dulu dengan atap dari daun yang

masih asli, dan Desa Wisata Sawingrai

terkenal dengan penghasil udang (Lobster)

terbanyak.

Sebagai salah satu desa wisata di

Kabupaten Raja Ampat yang memang jauh

dari perkotaan, masyarakat Desa Wisata

Yenwaupnor memanfaatkan potensi-

potensi yang mereka miliki dengan

menonjolkan keindahan alam dan budaya

lokal yang mereka miliki, akan tetapi Desa

Wisata Yenwaupnor belum dapat

berkembang sesuai yang diharapkan.

Selain itu minimnya penelitian yang

dilakukan di Desa Wisata Yenwaupnor

membuat peneliti menjadikan desa wisata

tersebut sebagai objek penilitian dalam

proyek akhir ini.

VICE (visitor, industry,

communities and environment)

merupakan sebuah akronim untuk model

internasional yang spesifik pada ekspektasi

stakeholders yang terlibat dalam suatu

destinasi wisata. Visitor atau pengunjung

melihat pada aspek penyambutan,

keterlibatan, dan kepuasan, industry atau

industri melihat pada pencapaian

keuntungan dan kemakmuran industri

tersebut, communities atau masyarakat

melihat pada aspek penggunaan dan

keuntungan yang didapatkan oleh

masyarakat setempat, dan terakhir

environment atau lingkungan yang melihat

pada aspek penjagaan dan pemeliharaan

sumber daya lokal yang terdapat di suatu

obyek wisata.( Bassey Benjamin Esu,

Ezekial Ebitu,2014)

Berdasarkan uraian sebelumnya maka

penulis tertarik untuk memilih judul

proyek akhir “STRATEGI

PENGEMBANGAN DESA WISATA

YENWAUPNOR KABUPATEN RAJA

AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT”.

Page 17: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

234 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

I d e n t i f i k a s i M a s a l a h

Berdasarkan latar belakang di atas,

peneliti merasa tertarik untuk mencari tahu

tentang apa saja daya tarik Desa Wisata

Yenwaupnor dan dengan masih banyaknya

potensi pariwisata di Desa Wisata

Yenwaupnor, peneliti ingin mengetahui

lebih jauh bagaimana strategi

pengembangan potensi Desa Wisata

Yenwaupnor menjadi sebuah daya tarik

T u j u a n P e n e l i t i a n

1. Bagaimana gambaran destinasi Desa

Wisata Yenwaupnor berdasarkan

VICE?

2. Bagaimana strategi pengembangan

Desa Wisata Yenwaupnor?

T E L A A H P U S T A K A

D e f i n i s i D e s a d a n D e s a W i s a t a

Desa dan desa adat menurut UU no.6

tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan desa merupakan faktor

penting bagi pembangunan daerah dengan

tujuan untuk mengentaskan kemiskinan

dan mengurangi kesenjangan

pembangunan antar wilayah. Berdasarkan

tingkat perkembangannya sesuai dengan

kriteria dari Direktorat Perkotaan dan

Perdesaan, BAPPENAS, status desa dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Desa Tertinggal: desa yang belum

memenuhi Standar Pelayanan

Minimum (SPM) dalam aspek

kebutuhan sosial, infrastruktur dasar,

sarana dasar, pelayanan umum, dan

penyelenggaraan pemerintahan.

2. Desa Berkembang: desa yang telah

memenuhi SPM namun secara

pengelolaan belum menunjukkan

keberlanjutan.

Desa Mandiri: desa yang telah

memenuhi SPM dan secara kelembagaan

telah memiliki keberlanjutan. (qtd. in Buku

Panduan Pengembangan desa Wisata

Hijau, 2012: 20)

Pengertian desa wisata berbeda

dengan wisata desa. Desa wisata menurut

Nuryanti (1993) adalah desa yang

menunjukkan tema produk pariwisata yang

diutamakannya. Tema ini serupa dengan

pilihan tema lain seperti desa industri, desa

kerajinan, desa kreatif, dan desa gerabah.

Sedangkan wisata desa adalah kegiatan

wisata yang mengambil pilihan lokasi di

desa, dan jenis kegiatannya tidak harus

berbasis pada sumber daya perdesaan.

Berdasarkan tingkat perkembangannya,

desa wisata dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu:

Desa Wisata Embrio: desa yang

mempunyai potensi wisata yang dapat

dikembangkan menjadi desa wisata dan

sudah mulai ada gerakan masyarakat/desa

untuk mengelolanya menjadi desa wisata.

Desa Wisata Berkembang: desa wisata

embrio yang sudah dikelola oleh

masyarakat dan pemerintah desa, sudah

ada swadaya masyarakat/desa untuk

pengelolaannya, sudah mulai

melaksanakan promosi dan sudah ada

wisatawan yang mulai tertarik untuk

berkunjung.

Desa Wisata Maju: desa wisata yang

sudah berkembang dengan adanya

kunjungan wisatawan secara kontinu dan

dikelola secara profesional dengan

terbentuknya forum pengelola, seperti

Page 18: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

235 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Koperasi/ Badan Usaha Milik Desa

(BUMdes), selanjutnya disebut BUMdes,

serta sudah mampu melakukan promosi

dan pemasaran dengan baik.

K o m p o n e n 3 A D e s a W i s a t a D a l a m P e n g e m b a n g a n D e s a W i s a t a

Ambarwati Kusumaningrum (2009:

24) menyatakan ada 4 faktor yang terdapat

di kawasan yang dijadikan sebagai daerah

tujuan wisata, antara lain sebagai berikut :

Amenitas, Merupakan sarana dan

prasarana yang mendukung

kenyamanan wisatawan pada saat

menikmati obyek dan daya tarik wisata

yang disajikan seperti: sarana ibadah,

kamar kecil, penerangan, sarana

komunikasi, keamanan, pusat oleh-

oleh, dan cinderamata.

Aksesibilitas, kemudahan dalam

mencapai obyek wisata antara lain:

kemudahan transportasi, jalan yang

layak, jenis kendaraan yang dapat

melintas, ramburambu lalu lintas yang

mengatur kelancaran perjalanan

menuju ke obyek wisata.

Aktraksi, merupakan sesuatu yang

dapat dinikmati, dilihat oleh wisatawan

selama berada di obyek wisata antara

lain: panorama alam, peninggalan

sejarah, segala atraksi kesenian dan

budaya.

S t r a t e g i V I C E P e n g e m b a n g a n D e s a W i s a t a

Konsep pariwisata berkelanjutan

dalam strategi VICE dipandang sebagai

interaksi antar Visitor dengan Industry

yang melayaninya, Community dan

kebudayaan yang menjadi tuan rumah

dalam hal ini adalah masyarakat desa

wisata dan dampak secara kolektif yang

ditimbulkan kepada Environment ditempat

interaksinya berada. (Driving Tourism

Sustaining Communities, 2017: 16) Secara

komprehensif, stragei VICE dapat

diuraikan sebagai berikut ini:

Visitors. Wisatawan yang datang ke

suatu destinasi wisata, dapat memberikan

dampak terhadap terhadap objek wisata

yang dikunjunginya. Mereka datang ke

daerah tersebut dalam jangka waktu

tertentu, menggunakan sumber daya dan

fasilitasnya dan biasanya mengeluarkan

uang untuk berbagai keperluan, dan

kemudian meninggalkan tempat

tersebut untuk kembali ke rumah atau

daerah asalnya. Jika wisatawan yang datang

ke destinasi tersebut sangat banyak,

mengeluarkan sebegitu banyak uangnya

untuk membeli berbagai keperluan selama

liburannya, tidak dapat dibantah akan

berdampak pada kehidupan ekonomi

daerah tersebut baik langsung maupun

tidak langsung. (Pitana, I Gde dan I Ketut

Surya Diarta, 2009).

Menurut Undang-Undang Pariwisata

no 10 tahun 2009, Industri Pariwisata

adalah kumpulan usaha pariwisata yang

saling terkait dalam rangka menghasilkan

barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam

penyelenggaraan pariwisata.

Sebagaimana yang dikemukakan

UNWTO (United Nations World

Tourism Organization) dalam the

International Recommendations for

Tourism Statistics 2008, Industri Pariwisata

meliputi; Akomodasi untuk pengunjung,

Kegiatan layanan makanan dan minuman,

Angkutan penumpang, Agen Perjalanan

Wisata dan Kegiatan reservasi lainnya,

Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan

hiburan.

Community. Komponen community

dalam pengembangan sebuah desa wisata

lebih dalam dikaji melalui prinsip

Page 19: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

236 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Community based-tourism yang menurut

Rest merupakan pariwisata yang dikelola

dan dimiliki oleh masyarakat, untuk

masyarakat, dengan tujuan agar wisatawan

dapat meningkatkan kesadaran mereka

dan belajar tentang kehidupan masyarakat

lokal serta dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat lokal (qtd. in Putri, 2013).

Strategi community based-tourism ini telah

digunakan untuk pengembangan pariwisata

di beberapa negara berkembang di ASIA

(Rocharungsat, 2008: 60). Dari penerapan

community based-tourism tersebut banyak

penelitian yang mengkaji evaluasi kriteria

sukses community based-tourism.

Environment. Permanasari (2011: 10)

menyatakan bahwa konsep

pemberdayaan masyarakat mengacu pada

bagaimana masyarakat lokal memiliki

pengaruh yang besar dalam memanfaatkan

lingkungan hidup mereka. Pemanfaatan

lingkungan hidup yang bijak dapat

dilaksanakan melalui konsep ecotourism.

Menurut Pahlano (2012),

„Ecotourism‟ mutlak memperhatikan

pemeliharaan lingkungan alam

(conservation), bukan sebaliknya

mengubah keaslian alam sehingga

menganggu keseimbangan alam.

Pemahaman pariwisata ekologi adalah

untuk menyokong atau menopang

keseimbangan hubungan antara manusia

dengan lingkungan alamnya. Kualifikasi

aktivitas dalam ecotourism senantiasa

berorientasi terhadap cara-cara

pengembangan dan pemeliharaan

keutuhan alam yang berkelanjutan.

M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

A . R a n c a n g a n M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n D a n U n i t A n a l i s i s

M e t o d e K u a l i t a t i f

Untuk menjawab dan memecahkan

permasalahan yang dirumuskan di atas,

diperlukan kerangka konsep atau model

yang merupakan abstraksi dari penelitian

ini. Secara kualitatif penelitian ini diawali

dengan adanya pengembangan pariwisata

khususnya Desa Wisata Yenwaupnor dan

merupakan salah satu sektor andalan bagi

pertumbuhan perekonomian Kabupaten

Raja Ampat. Pemerintah Kabupaten Raja

Ampat memegang peranan penting dalam

pengembangan kepariwisataan di

Kabupaten Raja Ampat. Adapun program

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dalam

bidang kepariwisataan yaitu mendorong

pengembangan desa wisata secara bersama-

sama dengan swasta dan masyarakat.

Dalam upaya pelestarian daya tarik

wisata minat khusus di Kabupaten Raja

Ampat yang dalam penelitian ini adalah

Desa Wisata Yenwaupnor, maka terlebih

dahulu dilakukan analisis terhadap kondisi

lingkungan internal (kekuatan dan

kelemahan) dan kondisi lingkungan

eksternal (peluang dan ancaman). Dalam

upaya pelestarian dan pengembangan Desa

Wisata Yenwaupnor di Kabupaten Raja

Ampat, maka penelitian ini dirancang

menggunakan konsep dan analisis VICE.

Konsep VICE yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Visitors

Industry

Community

Environment

Page 20: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

237 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

U n i t A n a l i s i s

Unit analisis adalah satuan kecil dari

sumber informasi yang dianalisis. Unit

analisis dalam penelitian ini adalah Dinas

Pariwisata Kabupaten Raja Ampat dan

Kepala Kampung Yenwaupnor sebagai

pengelola desa wisata serta wisatawan yang

berkunjung.

V a r i a b e l D a n D e f i n i s i O p e r a s i o n a l V a r i a b e l

V a r i a b l e

Variabel merupakan konsep yang

mempunyai bermacam-macam nilai.

Variabel yang digunakan, umumnya nyata,

dapat dimengerti, diraba, dan dapat dilihat,

sehingga tidak menimbulkan keraguan

akan maknanya. Dilain pihak, variabel

yang dibangun dalam ilmu sosial

memerlukan definisi yang jelas supaya

tidak terdapat keraguan dan dapat

memperjelas arti ataupun untuk membuat

variabel tersebut dapat digunakan secara

operasional. Variabel dalam penelitian ini

sebagai strategi pengembangan Desa

Wisata Yenwaupnor.

D e f i n i s i O p e r a s i o n a l V a r i a b e l

Adapun definisi operasional dari

variabel yang penulis kemukakan pada

proyek akhir ini adalah strategi

pengembangan Desa Wisata Yenwaupnor

dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Raja Ampat sebagai

strategi kedepan untuk mengidentifikasi

faktor internal dan eksternal yang

mendukung dan yang tidak mendukung

dalam pencapaian tujuan pengembangan

desa wisata tersebut.

S u b y e k D a n I n f o r m a n P e n e l i t i a n

S u b y e k P e n e l t i a n

Subyek penelitian merupakan sesuatu,

baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat menjadi bahan

untuk penelitian. Dengan kata lain subyek

penelitian sebagai suatu yang dialami

dirinya melekat atau terkandung obyek

penelitian. Subyek peneliti yaitu Desa

Wisata Yenwaupnor.

I n f o r m a n P e n e l i t i a n

Informan penelitian adalah seseorang

yang memiliki informasi yang akurat dan

dapat dipercayai mengenai data obyek yang

sedang diteliti, untuk dimintai informasi

obyek penelitian tersebut. Informan dalam

penelitian ini adalah Dinas Pariwisata

Kabupaten Raja Ampat, Kepala Kampung

Desa Wisata Yenwaupnor, Masyarakat

desa wisata dan wisatawan. Informan dalam

penelitian ini sebanyak lima orang dari

internal desa wisata serta wisatawan yang

ada selama tiga minggu penelitian.

P r o s e d u r P e n a r i k a n S a m p e l

Dalam penelitian deskriptif kualitatif

tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

situs sosial yang terdiri atas tiga elemen

yaitu : tempat, pelaku dan aktivitas yang

berinteraksi secara sinergis. Dalam

penelitian deskriptif kualitatif tidak

menggunakan populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang

ada pada situasi sosial tertentu dan hasil

kajiannya tidak akan diberlakukan

kepopulasi, tetapi ditransfer ketempat lain

pada situasi sosial yang memiliki kesamaan

dengan situs sosial kasus yang dipelajari.

Menurut sugiyono (2012: 299) dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian

Page 21: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

238 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Kuantitatif Kualitatif, menyatakan bahwa

penelitian kualitatif : “Penetuan sumber

data pada orang yang diwawancarai

dilakukan secara purposive, yaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”.

Teknik penarikan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu ini misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga memudahkan peneliti

menjelajahi obyek atau situs sosial yang

diteliti. Teknik ini dilakukan dengan

wawancara kepada Dinas Pariwisata satu

orang, Kepala Kampung satu orang,

wisatawan satu orang, Masyarakat dua

orang.

P r o s e d u r P e n g u m p u l a n D a t a

Di dalam teknik pengambilan data,

digunakan beberapa teknik

pengambilan yaitu:

Kuisioner. Untuk mendapatkan data

mengenai keadaan wisatawan yang

berkunjung secara sosio-demografi,

geografi dan psikografi.

Teknik wawancara. yaitu untuk

mendapatkan data dengan jalan

melakukan wawancara atau Tanya

jawab mendalam secara langsung

antara peneliti dengang informan.

Dokumen. Dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dalam teknik ini,

penulis menggunakan dokumentasi

foto untuk mencari, meneliti guna

mengetahui profil dan pengembangan

Desa Wisata Yenwaupnor sejauh ini.

Studi Kepustakaan. Metode ini

digunakan dalam usaha untuk

mengumpulkan data sekunder,

dengan cara membaca dokumen,

buku-buku, media masa, dan literatur

lainnya yang berkaitan dengan masalah

penelitian.

M e t o d e A n a l i s i s D a t a

Analisa data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data model interaktif

yang memiliki empat komponen, yaitu

pengumpulan data, pemilihan data atau

reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan (Slamet, 2006: 140-143) yang

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Pengumpulan data, dilakukan dalam

aneka cara yaitu observasi, wawancara tidak

berstruktur serta data dokumentasi,

kemudian data yang diperoleh melalui

pencatatan di lapangan dianalisa melalui

tiga jalur kegiatan yaitu pemilihan data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pemilihan data atau reduksi data,

diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul

catatan-catatan tertulis di lapangan (field

note). Pemilihan data sudah dimulai sejak

peneliti mengambil keputusan dan

menyatakan paradigm penelitian, tentang

pemilihan kasus, pernyataan yang diajukan

dan tentang tata cara pengumpulan data

yang dipakai pada saat pengumpulan data

berlangsung. Pemilihan data berlangsung

terus-menerus selama penelitian kualitatif

berlangsung dan merupakan bagian dari

analisis.

Penyajian data, meliputi berbagai jenis

gambar atau skema, jaringan kerja,

keberkaitan kegiatan dan table yang dapat

membantu satu rakitan informasi yang

memungkinkan kesimpulan dapat

dilakukan. Hal ini merupakan kegiatan

yang dirancang untuk merakit secara

Page 22: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

239 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

teratur agar mudah dilihat dan dimengerti

sebagai informasi yang lengkap dan saling

mendukung.

Penarikan kesimpulan, yang

merupakan proses konklusi yang terjadi

selama pengumpulan data dari awal sampai

proses pengumpulan data terakhir.

Kesimpulan yang perlu diverifikasi yang

dapat berupa suatu penggolongan yang

meluncur cepat sebagai pemikiran kedua

yang timbul melintas dalam pikiran peneliti

dengan melihat field note (Heribertus,

2002 : 96).

V a l i d i t a s D a n O t e n t i s i t a s D a t a

Validitas data atau kesahihan data

dilakukan oleh peneliti dengan maksud

supaya hasil penelitiannya benar-benar

dapat dipertanggung-jawabkan, karena

validitas data menunjukkan mutu seluruh

proses pengumpulan data dalam

penelitian. Data yang telah terkumpul,

diollah dan diuji kebenarannya mealui

tekhnik triangulasi.

Dalam pennelitian ini digunakan

tekhnik triangulasi sumber yang

mengarahkan penulis agar dalam

mengumpulkan data, peneliti wajib

menggunakan beragam sumber data yang

tersedia. Artinya data yang sama atau yang

sejenis akan lebih mantap kebenarannya

disbanding apabila digali dari berbagai

sumber yang berbeda. Triangulasi sumber

dapat dilakukan dengan cara:

1) membandingkan apa yang dikatakan

informan satu dengan informan yang

lain,

2) membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain,

3) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen. (Moleong,

2004: 331)

W a k t u D a n T e m p a t P e n e l i t i a n

Dalam pelaksanaan penelitian ini

penulis membutuhkan waktu selama satu

bulan yaitu dari tanggal 15 Juni 2017

sampai dengan tanggal 15 Juli 2017.

Tempat yang dijadikan sebagai tempat

penelitian adalah Desa Wisata

Yenwaupnor Distrik Waigeo Kabupaten

Raja Ampat.

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

G a m b a r a n U m u m L o k a s i P e n e l i t i a n

a. L e t a k G e o g r a f i s

Desa wisata Yenwaupnor terletak di

pulau Mansuar yang termasuk dalam

Distrik Meos Mansaar yang secara gografis

terletak pada posisi 0o 20‟ LS- 0o30‟LS

dan 130o30 – 131o43‟BT dengan luas

wilayah 22,32 km2 dengan bats wilayah

sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan

Pulau Gam.

Sebelah selatan berbatsan dengan

Selat Dampier.

Sebelah timur berbatsan dengan

Distrik Waigeo Selatan.

Sebelah barat berbatasan dengan

Kepulauan Fam.

b. L e t a k a d m i n i s t r a t i v e

Desa Wisata Yenwaupnor adalah

salah satu kampung yang pada awalnya

bernama kampung kormansiwin, yang

administrative yang terletak di distrik meos

mansar Kabupaten Raja Ampat Provinsi

Papua Barat.

Page 23: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

240 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

c. I k l i m

Hasil pengamatan Badan Metreologi

dan Geofisika Sorong, curah hujan dalam

10 tahun terakhir (1993-2003) yaitu rata-

rata 2512 mm / tahun, dengan curah hujan

tertinggi pada bulan juli yaitu 298 mm dan

jumlah hari hujan 19 hari. Suhu udara

maksimum rata-rata 31,25 C dan minimum

25,15 dengan kelembapan rata-rata 8/1,5%

keadaan iklim termasuk bila

diklasifikasikan menurut kategori Schmidt

dan Futguson termasuk daerah dengan tipe

iklim A.

d. T o p o g r a f i

Keadaan Topografi pada wilayah

Kabupaten Raja Ampat sebagian besar ±

70% merupakan perairan yang

memisahkan pulau yang satu dengan pulau

yang lain. Pulau-pulau tersebut bervariasi

luasnya yang terdiri dari 4 (empat) pulau

besar yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta,

Pulau Salawati dan Pulau Misool.

e. M a t a P e n c a h a r i a n

Mayoritas mata pencaharian

penduduk Kampung Yenwaupnor adalah

nelayan. Mata pencaharian sebagai nelayan

adalah merupakan mata pencaharin pokok

yang dianggap memberikan hasil bagi

penduduk setempat, karena hanya

dengan hasil penangkapan ikan yang dijual,

bisa dapat memenuhi kebutuhan

penduduk. Disamping mata pencaharian

sebagai nelayan, masyarakat kampung

Yenwaupnor juga memiliki mata

pencaharian sebagai petani, serta

terdapat beberapa warga masyarakat yang

memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri

dan wirausaha.

f. S e j a r a h d a n B u d a y a M a s y a r a k a t

Sejarah masyarakat di Kampung

Yenwaupnor tidak terlepas dari sejarah

masyarakat Biak dan Numfor di Wilayah

Teluk Cenderawasih. Orang Biak dan

Numfor bermigrasi ke Raja Ampat dalam

beberapa periode waktu dan sejarah,

bermula dari pelayaran hongi dan

pembayaran upeti kepada Sultan Tidore/

Ternate. Periode perjalanan suku Biak dan

Numfor berikutnya mengikuti arah

perjalanan Koreri (Manarmarker) dalam

legenda kepercayaan tradisional Biak.

Migrasi terakhir diperkirakan terjadi pada

akhir tahun 1950-an. Oleh karena

masyarakat di Kampung Yenwaupnor

berasal dari Biak maka budaya dan bahasa

mereka juga sama dengan bahasa Biak.

yang membedakannya hanya dialek atau

ragam bahasanya. umumnya penduduk asli

Kampung Yenwaupnor beragama Kristen

Protestan.

Berdasarkan kondisi geografis dan

ragam ekosistem, maka masyarakat

Kampung Yenwaupnor tergolong

masyarakat pesisir/ nelayan. Masyarakat

Kampung Yenwaupnor dalam

menjalankan kelangsungan hidupnya

paling banyak memanfaatkan hasil

laut dan potensi lingkungan perairan dan

pesisir. Sistem ekonomi masyarakat

Kampung Yenwaupnor tidak lagi

dikategorikan pada tingkat subsisten, tetapi

sudah tergolong sistem perdagangan

karena hasil laut yang diperoleh tidak

hanya untuk dikonsumsi sendiri melankan

sudah didistribusikan dengan imbalan

ekonomis kepada pihak lain.

Page 24: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

241 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

P e r k e m b a n g a n P a r i w i s a t a R a j a A m p a t

a . K u n j u n g a n W i s a t a w a n

Jumlah wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Raja Ampat dari tahun ke

tahun menunjukkan peningkatan.

Terhitung tahun 2004 sampai dengan

tahun 2008, peningkatan kunjungan

Wisatawan pertahun sebesar 98,29 %

untuk wisatawan mancanegara dan 73,31 %

untuk Wisatawan domestik. Wisatawan

yang berkunjung ke Kepulauan Raja

Ampat biasanya tinggal di resort yang ada

di Distrik Mios Mansaar (Papua Diving

dan masyarakat) namun ada yang tinggal di

atas kapal (liveaboard) dengan lama tinggal

6 sampai 21 hari. Wisatawan yang

menggunakan kapal biasanya tujuan

perjalannya tidak hanya ke Mios Mansaar

tetapi sampai di Kofiau dan Misool.

Wisatawan asing yang tinggal di atas kapal

(liveaboard) pada umumnya mengikuti

paket kunjungan (paket liveaboard) yang

disediakan oleh perusahaan penyedia jasa

ekowisata. Musim kunjungan Wisatawan

liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai

dari bulan September sampai bulan Mei

setiap tahunnya.

b . K o n t r i b u s i P a r i w i s a t a t e r h a d a p P A D

Pendapatan sektor pariwisata sebesar

ini diperoleh dari pajak orang asing/turis

saja. Padahal bila potensi wisata yang

dimiliki ini dikembangkan dengan baik

maka tentu dapat memberikan kontribusi

yang signifikan bagi PAD Kabupaten Raja

Ampat, dan sekaligus dapat meningkatkan

taraf hidup masyarakat. Guna menggenjot

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor

pariwisata, pemerintah Raja Ampat

sedang berusaha mengembangkan

potcnsi pariwisata yang ada, khususnya

pariwisata kelautan (wisata bahari), dan

menempatkan sektor pariwisata sebagai

sektor unggulan kedua setelah sektor

perikanan dan kelautan.

P e m b a h a s a n P e n e l i t i a n

A n a l i s i s K o m p o n e n 3 A D e s a W i s a t a Y e n w a u p n o r

a . A m e n i t a s

Merupakan sarana dan prasarana yang

mendukung kenyamanan wisatawan pada

saat menikmati obyek dan daya tarik wisata

yang disajikan di desa wisata yenwaupnor.

Sarana dan prasarana yang ada di Desa

Wisata Yenwaupnor : Sarana Ibadah,

Kamar Kecil, Penerangan, Sarana

Komunikasi, Keamanan, dan

Cinderamata.

b . A k s e s b i l i t a s

Merupakan kemudahan dalam

mencapai obyek wisata antara lain :

Kemudahan Transportasi, Kondisi Jalan,

Jenis kendaraan yang dapat melintas, dan

Rambu Jalan.

c . A t r a k s i

Merupakan sesuatu yang dapat

dinikmati, dan dilihat oleh wisatawan

selama berada di obyek wisata antara lain :

Panorama Alam, Peninggalan Sejarah,

Kesenian dan Budaya.

A n a l i s i s V I C E

V i s i t o r s

Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata

Yenwaupnor menghasilkan dampak yang

berpengaruh dalam kehidupan ekonomi,

sosial budaya maupun lingkungan

masyarakat maupun objek wisata. Interaksi

Page 25: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

242 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

yang bersifat akumulatif dan intensif antara

wisatawan dengan masyarakat setempat

menimbulkan dampak atau perubahan

sosial budaya yang bersifat negatif maupun

positif. Dampak yang dapat ditimbulkan

oleh wisatawan Desa Wisata Yenwaupnor

adalah perubahan yang terjadi sebagai

akibat dari tindakan wisatawan, baik

disadari atau tidak disadari, disengaja atau

tidak sengaja, sehingga menimbulkan

perubahan yang diinginkan atau tidak

diinginkan terhadap ekosistem Desa

Wisata Yenwaupnor. Berikut ini beberapa

karakter wisatawan yang ada di Desa

Wisata Yenwaupnor dalam beberapa

tahun terakhir.

I n d u s t r y

a . A k o m o d a s i

Jenis akomodasi yang ada di Desa

Wisata Yenwaupnor tersedia dalam bentuk

homestay yang dikelola oleh masyarakat

dan resort yang dikelola oleh pengusaha di

bidang akomodasi. Total jumlah homestay

yang ada di Desa Wisata Yenwaupnor

adalah 5 unit, sedangkan untuk resort

berjumlah 9 unit.

b . P e l a y a n a n m a k a n a n d a n m i n u m a n

Pelayanan makanan dan minuman

yang ada di Desa Wisata Yenwaupnor

dikelola seluruhnya oleh pihak homestay,

sementara untuk pelayanan makanan dan

minuman yang ada di area Desa Wisata

Yenwaupnor sejauh ini belum ada.

Makanan dan minuman khas yang

ditawarkan oleh pihak homestay adalah

papeda dan berbagai jenis hasil olahan laut.

c . A n g k u t a n p e n u m p a n g

Selain transportasi laut sebagai moda

penghubung antar pulau di Kabupaten

Raja Ampat, tidak ada lagi angkutan yang

ada di Desa Wisata Yenwaupnor. Semua

kegiatan masyarakat termasuk kegiatan

wisatawan mengelilingi area Desa Wisata

Yenwaupnor dilakukan dengan berjalan

kaki. Hal ini sesuai dengan kondisi

geografis desa yang merupakan sebuah

pulau terpisah dari Pulau Papua.

d . A g e n w i s a t a

Keberadaan agen wisata di Kabupaten

Raja Ampat terpusat hanya di Kota Sorong

dan Kabupaten Waisai. Desa Wisata

Yenwaupnor merupakan salah satu dari

beberapa destinasi yang sering dimasukkan

kedalam paket wisata oleh beberapa agen

wisata. Meskipun kunjungan ke destinasi

Desa Wisata Yenwaupnor masih jauh bila

dibandingkan dengan beberapa destinasi

lain seperti gugusan Pulau Wayag,

Pianemo, Pasir Timbul dan Arborek.

e . K e g i a t a n b u d a y a

Aktivitas kebudayaan yang ada di Desa

Wisata Yenwaupnor yang dipertujukkan

setiap kali wisatawan berkunjung adalah

tarian sambutan seperti Yosim Pancar atau

Suling Tambur. Sementara untuk aktivitas

keseharian masyarakat yang dapat dilihat

dan dilakukan oleh wisatawan antara lain

seni kerajinan tangan, Suling Tambur,

aktivitas mencari ikan sebagai nelayan,

makan pinang, hingga ikut memasak

masakan khas Papua.

K e g i a t a n o l a h r a g a d a n h i b u r a n Hiburan utama yang

ditawarkan Desa Wisata Yenwaupnor

adalah atraksi Burung Cenderawasih yang

dapat diamati secara langsung setiap pagi

mulai dari pukul 05.00-10.00 WIT.

Kegiatan olahraga yang bisa dilaksanakan

wisatawan di desa wisata ini adalah diving

dan snorkling yang dilakukan di sekitar

area Desa Wisata Yenwaupnor.

Page 26: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

243 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

f . C o m m u n i t y

P e r e n c a n a a n

Parameter yang digunakan untuk

menentukan derajat partisipasi masyarakat

dalam tahap perencanaan adalah

keterlibatan dalam identikasi masalah,

perumusan tujuan, dan pengambilan

keputusan terkait pengembangan desa

wisata. Penelitian ini menunjukkan bahwa

sebagian besar masyarakat Desa Wisata

Yenwaupnor mengaku dilibatkan dalam

identikasi masalah dan ikut terlibat dalam

pengambilan keputusan terkait

pengembangan desa wisata. Mereka diajak

berdialog dalam mengidentikasi kebutuhan

masyarakat lokal.

Hal ini terjadi, mengingat (1) gagasan

pengembangan desa wisata dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat

dengan melibatkan masyarakat sebagai

pemilik sumber daya, sehingga masyarakat

Desa Wisata Yenwaupnor memahami latar

belakang pengembangan desa wisata; (2)

masyarakat lokal bersedia menjalankan apa

yang diprogamkan oleh pemerintah,

misalnya, kesediaan menerima kedatangan

wisatawan dan menyerahkan lahan untuk

dibangun fasilitas wisata; dan (3)

masyarakat lokal berkekuatan

untuk berpartisipasi aktif dalam arti

ikut memberi warna terhadap keputusan

yang akan diambil oleh pemerintah. Pada

tahap ini, partisipasi yang dilakukan oleh

masyarakat tergolong berhasil melibatkan

masyarakat.

a . I m p l e m e n t a s i

Parameter Partisipasi masyarakat

dalam tahap implementasi adalah

keterlibatan di dalam pengelolaan usaha-

usaha pariwisata, misalnya, sebagai

pengelola penginapan, pengelola rumah

makan, pemandu wisata, karyawan hotel,

karyawan hotel, dan pengelola atraksi

wisata. Keterlibatan masyarakat lokal

dalam tahap implementasi dalam arti

pemanfaatan peluang terlihat minim.

Sekalipun wujud partisipasi itu ada,

bentuknya lebih pada pengelolaan

usahausaha berskala kecil. Hal ini terlihat

kontras dengan partisipasi masyarakat luar

yang memonopoli usaha berskala besar.

Misalnya, dari tujuh fasilitas wisata berupa

4 buah sarana akomodasi dan 3 buah

restoran, lima di antaranya dikelola oleh

orang asing, dan hanya dua buah yang

dikelola oleh masyarakat lokal.

Penyebabnya adalah karena peluang usaha

tersebut memerlukan modal besar, risiko

bisnis yang tinggi, persaingan ketat, dan

menuntut kompetensi yang tinggi.

Masyarakat Desa Wisata Yenwaupnor

dengan kompetensi bisnis yang rendah dan

keterbatasan modal menyebabkan mereka

tidak mampu bersaing dengan para pemilik

modal besar yang umumnya berasal dari

luar desa. Ironisnya, para pemilik modal

besar tidak hanya menekuni usaha berskala

besar, juga mengambil alih usaha berskala

kecil yang pada mulanya dikelola

masyarakat lokal. Akibatnya, sebagian

besar hasil usaha-usaha tersebut tidak

terdistribusi di tingkat lokal melainkan

mengalir keluar desa.

b. M o n i t o r i n g d a n

E v a l u a s i

Masyarakat lokal memiliki peran

kontrol yang sangat substansial

dalam pengembangan desa wisata karena kontrol terhadap proses pengambilan keputusan harus diberikan kepada mereka yang nantinya menanggung akibat pelaksanaan pengembangan termasuk kegagalan atau dampak negatif yang terjadi akibat pengembangan desa wisata. Oleh karena itu,

kewenangan pengambilan keputusan

harus diberikan kepada masyarakat lokal.

Parameter partisipasi masyarakat dalam

pengawasan adalah keterlibatan dalam

tim pengawasan berikut kewenangan

Page 27: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

244 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

yang dimiliki. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Keterlibatan

masyarakat lokal dalam melakukan

pengawasan terhadap pengembangan

desa wisata terlihat minim. Alasannya,

karena perencanaan pengembangan

dilakukan oleh pemeritah secara top-

down, sehingga masyarakat tidak

berkompotensi untuk melakukan

pengawasan.

E n v i r o n m e n t

a. Keanekaragaman hayati

Objek wisata di Papua ini banyak

menawarkan pesona keanekaragaman

hayati, yang melimpah, sekitar 540 jenis

karang dan 1.511 spesies ikan. 75 %

spesies karang yang ditemukan di seluruh

dunia ada di Papua, yang jumlahnya sekitar

10 kali lipat jumlah jenis karang yang

pernah ditemukan di seluruh Karibia.

Selain itu, 27 spesies ikan langka yang

merupakan endemik Papua, serta 5 spesies

penyu laut langka, 13 spesies hewan

mamalia laut, dan 57 species udang mantis.

Jadi bisa dibayangkan keunikan yang

dimiliki oleh Papua. Salah satu kabupaten

yang menjadi andalan dalam sektor

pariwisata di Papua adalah Kabupaten Raja

Ampat.

Burung Cenderawasih adalah unggas

endemik Papua yang dapat di temukan di

Desa Wisata Yenwaupnor. Daya tarik

Burung Cenderawasih yang dapat

disaksikan langsung saat burung ini

melakukan atraksi menari pada jam- jam

tertentu, yaitu pada pagi dan petang hari di

musim kawin di habitat aslinya. Atraksi

menari ini sebenarnya adalah gerakan

serupa tarian yang dilakukan oleh Burung

Cenderawasih jantan untuk memikat betina

pada musim kawin. Atraksi ini bisa dilihat

sepanjang tahun, kecuali bulan Desember

dan Februari saat Burung Cendrawasih

betina bertelur. Burung- burung ini

biasanya melakukan tarian di pagi hari

(05.00-10.00 WIT ), dan pada sore hari

(16.30-18.00 WIT).

Konsep tentang Desa Wisata

Yenwaupnor diarahkan bahwa Kampung

Yenwaupnor diharapkan menjadi area

konservasi Burung Cenderawasih, dimana

para wisatawan bisa menikmati dan atraksi

Burung Cenderawasih yang sedang

bercengkrama. Konsep rancangan

(desain) pengembangan Kampung

Yenwaupnor sebagai kawasan desa wisata

meliputi:

Pembangunan kawasan di Kampung

Yenwaupnor, sebagai kawasan yang

bersahabat bagi Burung

Cenderawasih.

Penataan kawasan Kampung

Yenwaupnor sebagai kawasan wisata

dan konservasi Burung Cenderawasih.

Secara rutin akan diadakan program-

program pendukung yang dapat

menarik wisatawan untuk datang ke

kawasan Desa Wisata Yenwaupnor.

Secara terprogram dan bertahap akan

dikembangkan ke arah penyediaan

sarana pendukung wisata dengan

atraksi Burung Cenderawasih.

Model pengelolaan lingkungan desa

wisata diarahkan pada partisipasi

(pelibatan) aktif seluruh warga masyarakat

Kampung Yenwaupnor dengan

memanfaatkan lahan pemukiman untuk

pengembangan desa wisata semaksimal

mungkin.

Page 28: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

245 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K E S I M P U L A N

Berdasarkan uraian, analisis dan

pembahasan hasil penelitian mengenai

strategi pengembangan Desa Wisata

Yenwaupnor Kabupaten Raja Ampat

Provinsi Papua Barat, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Gambaran Destinasi Desa

Wisata Yenwaupnor

Visitors: Kunjungan wisatawan ke

Desa Wisata Yenwaupnor menghasilkan

dampak yang berpengaruh dalam

kehidupan ekonomi, sosial budaya

maupun lingkungan masyarakat maupun

objek wisata. Dampak yang dapat

ditimbulkan oleh wisatawan Desa Wisata

Yenwaupnor adalah perubahan yang

terjadi sebagai akibat dari tindakan

wisatawan, baik disadari tidak disadari

disengaja atau tidak sengaja sehingga

menimbulkan perubahan yang diinginkan

atau tidak diinginkan terhadap ekosistem

Desa Wisata Yenwaupnor.

Industry: Keberadaan homestay

diharapkan oleh masyarakat mampu

memberikan tambahan pendapatan

kepada masyarakat. Sejauh ini pengelolaan

homestay di Desa Wisata Yenwaupnor

sudah baik, namun masih ada beberapa

kekurangan seperti ketersediaan sarana

kebersihan. Pelayanan makanan dan

minuman yang ada di Desa Wisata

Yenwaupnor dikelola seluruhnya oleh

pihak homestay. Selain transportasi laut

sebagai moda penghubung antar pulau di

Kabupaten Raja Ampat, tidak ada lagi

angkutan yang ada di Desa Wisata

Yenwaupnor. Desa Wisata Yenwaupnor

merupakan salah satu dari beberapa

destinasi yang sering dimasukkan kedalam

paket wisata oleh beberapa agen wisata.

Aktivitas kebudayaan yang ada di Desa

Wisata Yenwaupnor dipertunjukkan setiap

kali wisatawan berkunjung. Hiburan utama

yang ditawarkan Desa Wisata Yenwaupnor

adalah atraksi Burung Cenderawasih yang

dapat diamati secara langsung setiap pagi

mulai dari pukul 05.00-10.00 WIT.

Community: Partisipasi yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata

Yenwaupnor bersifat aktif dan langsung,

namun secara ekonomis Desa Wisata

Yenwaupnor belum mampu memberikan

manfaat yang merata. Dalam hal

pengawasan dan evaluasi, masyarakat

memilih berpartisipasi pada pengawasan

yang bersifat preventif untuk mencegah

tindakan-tindakan negatif yang dapat

menggangu keamanan desa.

Environtment: Konsep tentang Desa

Wisata Yenwaupnor diarahkan bahwa

Kampung Yenwaupnor diharapkan

menjadi area konservasi Burung

Cenderawasih yang merupakan endemik

Papua. Namun pengembangan

desa wisata dengan menggunakan

tekhnologi ramah lingkungan masih

terbatas karena minimnya aliran listrik dan

jaringan komunikasi yang ada di Desa

Wisata Yenwaupnor menjadikan

tekhnologi yang digunakan pun masih

bersifat seadanya.

Berdasarkan hasil analisis VICE di

atas, maka strategi yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan pariwisata di

kawasan Desa Wisata Yenwaupnor, poin

terpenting adalah sebagai berikut:

Mengembangkan, menata dan

memelihara potensi objek dan daya

tarik wisata yang dimiliki oleh Desa

Wisata Yenwaupnor, seperti atraksi

wisata alam dan budaya, serta

keunikan tapak pengembangan desa

wisata.

Melakukan perbaikan aksesbilitas

dalam rangka memberikan

kemudahan bagi wisatawan untuk

menuju lokasi desa wisata.

Page 29: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

246 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Menyediakan, mengembangkan dan

memelihara berbagai sarana dan

prasarana penunjang kegiatan wisata di

Desa Wisata Yenwaupnor.

Mengembangkan koordinasi dengan

stakeholder dan menjalin ikatan

kerjasama dengan investor dalam

rangka mengembangkan desa wisata di

Kampung Yenwaupnor.

Meningkatkan promosi objek dan

daya tarik, dengan tujuan membentuk

dan meningkatkan citra dari Desa

Wisata Yenwaupnor sebagai salah satu

daerah tujuan wisata yang potensial di

Kabupaten Raja Ampat, sehingga

berdampak pada peningkatan jumlah

wisatawan.

Memberikan pembinaan kelompok

sadar wisata, memberikan penyuluhan

kepada para pelaku pariwisata, serta

melibatkan masyarakat dalam setiap

tahap pengembangan desa wisata.

S A R A N

Berdasarkan kesimpulan di

atas maka peneliti memberikan

saran: Dampak yang dapat ditimbulkan

oleh wisatawan Desa Wisata Yenwaupnor

baik disadari maupun tidak akan

berpengaruh terhadap ekosistem Desa

Wisata Yenwaupnor. Oleh karena itu,

pengembangan Desa Wisata Yenwaupnor

sebaiknya melibatkan masyarakat yang

lebih mengetahui kondisi lokal dan

lingkungan hidup mereka. Pengembangan

Desa Wisata juga harus memberikan

keuntungan bagi seluruh elemen

pembentuknya, seperti wisatawan yang

mendapatkan apa yang ia inginkan, industri

pariwisata mendapatkan keuntungan secara

finansial sehingga perekonomian

masyarakat meningkat, serta peningkatan

kelestarian alam terutama habitat alami

dari Burung Cenderawasih di desa wisata

ini.

D A F T A R P U S T A K A

Panga, Nurhaya J. (2015). Kunjungan

Wisman ke Raja Ampat Meningkat

Pesat. Available at:

http://www.antarasulsel.com/berit

a/64176/kunjungan-wisman-ke-

raja-ampat-meningkat-pesat.

Accessed: 15 Mei 2017)

Bassey Benjamin Esu,

Ezekial Ebitu.(2010).Promoting

an Emerging

Tourism Destination. Global

Journal of Management and

Business

Research, 10(1).Available at:

http://globaljournals.org/GJMBR_

Volume10/GJMBR_Vol10_Issue1

_Version1_GJ9.pdf Accessed: 5

juni 2017

Buku Panduan Pengembangan desa

Wisata Hijau. (2012). Kementrian

Koperasi dan UKM Republik

Indonesia

Nuryanti, (1993). Concept, Perspective and

Challenges. Makalah bagian dari

Laporan konferensi Internasional

Mengenai Pariwisata Budaya.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Kusumaningrum, Ambarwati. (2009).

Pengembangan Obyek Wisata

Pantai Wediombo Sebagai Daya

Tarik Wisata di Kabupaten

Gunungkidul.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Failte. (2017). Driving Tourism, Sustaining

Communities, Our Priorities to

2017. Ireland: National Tourism

Development Authority.

Page 30: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.231-247

@STPS 2017, All Rights Reserved

247 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta.

2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Putri, Hemas Prabawati Jakti. (2013).

Faktor – Faktor Keberhasilan

Pengembangan Desa Wisata di

Dataran Tinggi Dieng. Jurnal

Tekhnik PWK, 2(3), 559-568

Rocharungsat, Pimrawee.(2008).

Community-Based Tourism in

Asia, in : Moscardo, Gianna. (eds)

Community Capacity for tourism

development.

USA:CABI

Permanasari, Ika Kusuma. (2011).

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa

Wisata Dalam Usaha Peningkatan

Kesejahteraan (Desa Candirejo,

Magelang, Jawa Tengah).

Jakarta: FE UI

Daud, J.R. Pahlano. (2012). Pariwisata dan

Lingkungan. Available at:

http://zonageologi.blogspot.co.i

d/2012/04/pariwisata-dan-

lingkungan.html (Accessed: 15

Mei 2017)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantatif dan R and D. Bandung:

Alfabeta.

Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian

Sosial. Jakarta: LPP UNS dan UNS

Press, persada.

Heribertus, S. (2002). Metodologi

penelitian kualitatif. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret Press.

Moleong, L.J. (2004). Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 31: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

248 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

TREN ADULT COLORING BOOKS DI DESTINASI PARIWISATA

STUDI KASUS: DENPASAR, BALI

Ni Luh Putu Trisdyani¹

Universitas Hindu Indonesia Denpasar (UNHI), Bali

Email: [email protected]

Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Jendral Penguat Riset dan Pengembangan Kementrian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

ABSTRAK

Buku mewarnai telah lama dikenal sebagai salah satu media pembelajaran

yang efektif bagi anak-anak, hal ini disebabkan karena buku mewarnai

lebih interaktif dan memiliki tampilan (visualisasi) yang menarik. Fakta

yang menarik adalah, dewasa ini tren perkembangan buku mewarnai

(coloring book) juga semakin meningkat pesat pada kalangan masyarakat

atau komunitas yang tergolong dewasa (adult) dan telah terbukti membawa

manfaat ekonomis yang cukup tinggi. Namun, terbatasnya kajian

mengenai fenomena tersebut, menyebabkan pertanyaan mendasar tentang

mengapa buku mewarnai semakin digemari mayarakat pada kalangan

orang dewasa? dan apa yang mendorong mereka untuk menggemari

kegiatan tersebut?, belum bisa dijelaskan secara ilmiah. Berdasarkan

realita tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi munculnya tren buku mewarnai untuk orang dewasa dan

identifikasi visual buku mewarnai dari perspektif kajian seni sehingga

selanjutnya dapat terus dikembangkan kepada model visual yang relevan

pada buku mewarnai untuk orang dewasa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif kualitatif dan interpretatif dengan pengumpulan data melalui

teknik sampling, dimana dalam penelitian ini adalah purposive sampling

pada 100 sampel melalui survey dan focus group discussion melalui

orang-orang yang dianggap sebagai kunci (key person) serta paham tentang

perkembangan buku mewarnai untuk orang dewasa di masyarakat.

Adapun instrumen penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman wawancara, panduan observasi, kuesioner, kamera, dan alat-alat

untuk mencatat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penerbit buku,

makalah atau pun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Data yang terkumpul selanjutnya dinalisis dan disajikan dalam bentuk

deskriptif berdasarkan interpretasi peneliti.

Page 32: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

249 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Kata Kunci : buku mewarnai, orang dewasa, seni rupa, desain komunikasi visual

Riwayat Artikel :

Diajukan: 05 Agustus 2017

Direvisi: 18 Agustus 2017

Diterima: 29 September 2017

P E N D A H U L U A N

Buku mewarnai telah lama dikenal

sebagai salah satu media pembelajaran yang

efektif bagi anak-anak, hal ini disebabkan

karena buku mewarnai lebih interaktif dan

memiliki tampilan (visualisasi) yang menarik.

Fakta yang menarik adalah, dewasa ini tren

perkembangan buku mewarnai (coloring

book) juga semakin meningkat pesat pada

kalangan masyarakat atau komunitas yang

tergolong dewasa (adult) dan telah terbukti

membawa manfaat ekonomis yang cukup

tinggi. Namun, terbatasnya kajian mengenai

fenomena tersebut, menyebabkan pertanyaan

mendasar tentang mengapa buku mewarnai

digemari mayarakat pada kalangan orang

dewasa? dan apa yang mendorong mereka

untuk menggemari kegiatan tersebut?, belum

bisa dijelaskan secara ilmiah. Berdasarkan

realita tersebut, maka penelitian ini perlu

dilakukan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang melatar

belakangi munculnya tren buku mewarnai

untuk orang dewasa dan identifikasi visual

buku mewarnai dari perspektif kajian seni

sehingga selanjutnya dapat terus

dikembangkan kepada model visual yang

relevan pada buku mewarnai untuk orang

dewasa.

Kata Kunci : tren, buku mewarnai untuk

orang dewasa (adult coloring books), desain

komunikasi visual.

M A T E R I D A N M E T O D E

Materi dalam penelitian ini adalah buku-

buku mewarnai untuk orang dewasa (adult

coloring books) yang beredar di pasar

perbukuan Denpasar. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode deskriptif kualitatif dan interpretatif

dengan pengumpulan data melalui teknik

sampling, dimana dalam penelitian ini adalah

purposive sampling pada 100 sampel melalui

survey dan focus group discussion melalui

orang-orang yang dianggap sebagai kunci

(key person) serta paham tentang

perkembangan buku mewarnai untuk orang

dewasa di masyarakat. Adapun instrumen

penelitian digunakan dalam penelitian ini

adalah pedoman wawancara, panduan

observasi, kuesioner, kamera, dan alat-alat

untuk mencatat. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari penerbit buku, makalah atau

pun penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Data yang terkumpul

selanjutnya dinalisis dan disajikan dalam

bentuk deskriptif berdasarkan interpretasi

peneliti.

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

3.1 Faktor-faktor yang melatar belakangi

munculnya trend mewarnai pada orang

dewasa saat ini.

Ada berbagai macam faktor atau alasan

mengapa orang dewasa melakukan kegiatan

mewarnai gambar. Berdasarkan observasi,

studi literatur, dan survey melalui kuisioner,

faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan

menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi seluruh

Page 33: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

250 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dorongan yang muncul dari dalam diri,

sedangkan faktor eksternal meliputi semua

dorongan yang bersasal dari luar diri yang

memotivasi munculnya tren mewarnai

dikalangan orang dewasa saat ini.

3.1.1 Faktor Internal

a. Alasan Psikologis (menenangkan/

menyenangkan/ releave stress/ melatih fokus/

melatih kesabaran)

Dosen Desain Komunikasi Visual IKJ

(Kompas TV Live, 10 April 2016)

berpendapat bahwa aktivitas mewarnai

gambar yang dilakukan oleh orang dewasa

dapat memberikan efek teraupetik/ relaksasi

yang baik pada otak. Hal serupa juga

dinyatakan oleh Narulita, bahwa memilih

lalu memutuskan warna apa yang akan

digunakan pada detail ilustrasi yang begitu

rumit menjadi semacam meditasi bagi

dirinya, sehingga semakin lama aktivitas

mewarnai menimbulkan efek yang

menenangkan (Focus Group Discussion, 22

Juli 2017). Salah seorang responden

menyebut bahwa aktivitas mewarnai

memberi efek menyenangkan karena tidak

ada rule apapun didalamnya. Setiap orang

bebas memilih dan mewarnai objek yang dia

suka, tanpa harus terikat oleh apapun.

“Warna rambut tidak harus selalu hitam dan

warna daun tidak harus selalu hijau, dan hal

tersebut sangatlah menyenangkan”.

Gambar 01

Postingan responden yang mewakili alasan “menyenangkan”

Sumber: dok. Tabrak Warna Bali

Alasan psikologis yang lainnya adalah

melatih kesabaran dan melatih fokus.

Dengan detail ilustrasi yang sangat rumit,

dapat membuka lobus frontal otak (bagian

otak yg berfungsi mengorganisir &

memecahkan masalah serta membuat pikiran

jd fokus) (NET NEWS, 10 Agustus 2015).

Salah seorang informan (I Ketut Adi)

menyatakan bahwa dirinya tertarik melakukan

aktivitas mewarnai sebagai releave stress dari

pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang

Pegawai Negri Sipil (PNS). Awalnya karena

melihat temannya (seorang guru seni) yang

telah lebih dahulu melakukan aktivitas

tersebut, pada akhirnya beliau mencoba

kegiatan tersebut karena latar belakang

keluarga juga sangat dekat dengan kegiatan

kesenirupaan.

b. Kebutuhan Bersosialisasi/ Mendekatkan

Hubungan Keluarga

Page 34: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

251 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Sarjani berpendapat bahwa orang dewasa

dengan tipikal pendiam cenderung akan lebih

sulit melakukan sosialisasi melalui komunikasi

dengan orang lain. Melalui aktivitas mewarnai

yang dilakukan berkelompok/ komunitas,

akan memancing komunikasi-komunikasi dari

setiap anggotanya, sehingga terjadi sebuah

proses sosialisasi (Focus Group Discussion,

22 Juli 2017). Pendapat lain dari seorang

psikolog (NET TV, 3 Februari 2016)

menyatakan bahwa salah satu faktor dan

alasan orang dewasa melakukan aktivitas

mewarnai adalah karena aktivitas tersebut

faktanya dapat mempererat hubungan

keluarga. Anggota keluarga yang secara

bersama-sama melakukan kegiatan

mewarnai, dengan berbagai macam alasan

pasti akan saling berkomunikasi. Komunikasi

yang terus dilakukan akan secara alamiah

lebih mendekatkan setiap angota keluarga

secara psilokogis.

Gambar 02

Postingan responden yang mewakili alasan “mendekatkan hubungan keluarga”

Sumber: dok. Tabrak Warna Bali

Melalui postingan diatas responden

menulis “…it’s been a while doing hybernate…

(coloring collaboration w/ hubby)” yang berarti

“…sesaat melakukan hibernasi (diam/ stanby)…

(kolaborasi mewarnai dengan suami)”. Dapat

dilihat bahwa aktivitas mewarnai yang dilakukan

responden dengan pasangannya (suami) secara

tidak langsung akan terjadi komunikasi-

komunikasi selama mereka melakukan aktivitas

mewarnai, dan dapat mempererat hubungan

mereka. Hal serupa juga dirasakn oleh salah satu

informan (Ni Luh Supadmi), karena aktivitas

tersebut dapat mendekatkan hubungan dirinya

yang telah memiliki 3 orang cucu. Di sela-sela

pekerjaannya sebagai seorang guru, beliau

melakukan aktivitas mewarnai bersama dengan

cucu-cucunya. Aktivitas tersebut, sedikit tidaknya

dapat memancing percakapan-percakapan antara

dirinya dengan cucu-cucunya, sehingga secara

tidak langsung dapat semakin mempererat

hubungan antara nenek dan cucu.

d. Aktualisasi Diri/ Meningkatkan

Kepercayaan Diri

Tidak ada aturan apapun yang

diberlakukan dalam aktivitas mewarnai pada

orang dewasa, sehingga yang diperlukan

hanyalah kepercayaan diri dari orang yang

melakukannya. Dengan rutin melakukan

aktivitas mewarnai gambar, lambat laun

kepercayaan diri pada seorang dewasa akan

Page 35: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

252 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

semakin terlatih dari proses pemilihan warna

yang dilakukan selama mewarnai. Phrana,

desainer komunikasi visual berpendapat

bahwa mewarnai sangat baik sekali dilakukan

bagi orang yang sulit mengekspresikan

perasaan, karena warna-warna yang

dituangkan dalam ilustrasi dapat

merefleksikan keadaan jiwa/ mood seseorang

pada saat itu (Focus Group Discussion, 22

Juli 2017).

Gambar 03

Postingan responden yang mewakili alasan “mengasah kreativitas/ aktualisasi diri”

Sumber: dok. Tabrak Warna Bali

Dari postingan di atas dapat dilihat bahwa

quote “you are amazing! Remember that” yang

ditulis responden secara tidak langsung ditujukan

untuk dirinya sendiri dan orang lain. Responden

bermaksud memberi semangat bahwa setiap orang

harus mengingat bahwa mereka adalah individu

yang menarik dan special, sehingga sudah

selayaknya bisa menjadi individu yang lebih

percaya diri.

e. Mengisi waktu luang dengan cara yang

mudah dan murah

Rahma (admin Tabrak Warna Bali)

berpendapat bahwa mewarnai menjadi

aktivitas yang mudah dan murah untuk

dirinya. Dengan kesibukan pekerjaan sehari-

hari, dirinya tidak memiliki banyak waktu

untuk melakukan aktivitas lainnya seperti

bersepeda atau traveling yang memerlukan

fasilitas yang tidak murah dan memerlukan

waktu khusus juga untuk dilakukan.

Mewarnai adalah salah satu alternatif aktivitas

untuk mengisi waktu luangnya yang mudah

dan murah menurutnya.

Page 36: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

253 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Gambar 04

Postingan responden yang mewakili alasan “mengisi waktu luang”

Sumber: dok. Tabrak Warna Bali

Postingan “Just enjoy your Saturday with

positive mind and positive thinking”

menggambarkan bahwa aktivitas mewarnai adalah

salah satu aktivitas yang dipilih responden untuk

menikmati akhir pekan.

f. Hobi Dari postingan “Yuhuuuu Finaly!!! My first

experience. And now this is my new hobby”,

menggambarkan bahwa aktivitas mewarnai

menjadi hobi baru yang dilakukan oleh

responden.

Gambar 05

Postingan responden yang mewakili alasan “hobi”

Sumber: dok. Tabrak Warna Bali

Page 37: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

254 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

g. Mengenang Masa Kecil Dari postingan “Hoby lama bersemi

kembali” dapat dilihat bahwa ada semacam flash

back yang dirasakan responden dengan aktivitas

ini. Kenangan/ hobi masa kecil yang telah lama

dilupakan, kini kembali lagi ingin dirasakan

melalui aktivitas mewarna.

Gambar 06

Postingan responden yang mewakili alasan “mengenang masa kecil”

Sumber: dok. Tabrak Warna Bali

h. Istirahat dari Gadget

Salah seorang psikolog menyebut bahwa

alasan yang dirasakan oleh masyarakat dari

aktivitas mewarnai, karena dapat memberi

kesempatan untuk sejenak lepas dari

penggunaan gadget terus menerus yang

pastinya akan menimbulkan kejenuhan dan

berbagai dampak negatif (NET TV, 3

Februari 2016). Demikian pula halnya seperti

yang dirasakan oleh seorang informan (I

Made Hendra Guna) yang sehari-hari bekerja

sebagai pegawai swasta. Faktor utama yang

menyebabkan dirinya sangat menggemari

kegiatan mewarnai, karena dapat mengalihkan

ketergantungannya dari gadget. Awalnya dia

mencoba aktivitas lain seperti memancing dan

aero plane agar dapat mengurangi

ketergantungannya terhadap gadget. Namun,

cost yang diperlukan untuk kedua aktivitas

tersebut sangatlah tinggi, dan perlu waktu

khusus agar dapat melakukannya. Akhirnya,

berdasarkan informasi dari media sosial

dirinya mulai mengenal adult coloring book,

dan saat ini mulai menggemarinya.

Setidaknya 2 kali dalam seminggu dia

melakukan aktivitas mewarnai, dan perlahan

ketergantungan terhadap gadget dapat

dikurangi, karena jika sedang mood, dirinya

dapat menghabiskan waktu berjam-jam

dalam aktivitas tersebut.

3.1.2 Faktor Eksternal

a. Maraknya Media Sosial

Maraknya media sosial saat ini nyatanya

turut mendukung setiap fenomena menjadi

tren yang akhirnya berkembang luas.

Informasi-informasi yang ada di satu tempat

pada suatu waktu, menjadi omni present

sehingga dengan seketika dan begitu cepat

bisa menyebar keseluruh seantero jagad

Page 38: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

255 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dunia ini. Keberadaan media sosial menjadi

semacam ajang show off setiap aktivitas yang

dilakukan oleh individu.

Ari, merupakan salah satu responden

yang menganggap media sosial akhir-akhir ini

sangat marak sekali menampilkan postingan-

postingan mengenai buku mewarnai untuk

orang dewasa, sehingga dirinya menjadi

tertarik untuk mencoba aktivitas tersebut

(wawancara, 9 April 2017). Sebagai seorang

desainer pakaian khususnya kebaya,

mewarnai merupakan aktivitas yang biasa

dilakukan. Namun, akhir-akhir ini dia melihat

bahwa begitu banyak postingan tentang adult

coloring books dan postingan karya-karya

mewarnai yang beredar di instagram dan

media sosial lainnya. Berdasarkan hal

tersebut, dia tertarik untuk mencoba aktivitas

mewarnai dan mulai menggemarinya.

b. Evolusi taste membaca

Ada yang beranggapan bahwa tren

mewarnai pada orang dewasa yang sedang

terjadi saat ini merupakan evolusi manusia

dalam taste membaca. Maksudnya adalah,

manusia saat ini sedang mengalami masa

kebosanan dalam membaca buku teks,

sehingga begitu ada sesuatu baru yang

ditawarkan dan itu adalah gambar-gambar

indah yang menarik visual, maka dengan

cepat akan mudah diterima oleh khalayak

umum. Sumardiana, seorang illustrator

berpendapat bahwa dia melihat semacam

fenomena dimana masyarakat sudah mulai

mengalami kejenuhan terhadap text book.

Hal tersebut juga dibuktikan dengan semakin

banyaknya penerbitan buku-buku yang

menggunakan metode kreatif dengan

mempertimbangkan aspek visual lebih serius

dalam berbagai genre buku, sehingga tiap

buku saat ini berlomba-lomba untu menarik

konsumen dengan visualisasi yang bagus

mulai dari format dan kontennya.

3.2 Respon Masyarakat Denpasar

terhadap Tren Buku Mewarnai pada Orang

dewasa (adult coloring books).

Menurut Soemanto (1998) respon

yang muncul kedalam kesadaran, dapat

memperoleh dukungan atau rintangan dari

respon lain. Dukungan terhadap respon

dapat menimbulkan rasa senang. Sebaliknya

respon yang mendapat rintangan akan

menimbulkan rasa tidak senang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat

diketahui bahwa indikator dari respon adalah

senang atau positif dan tidak senang atau

negatif. Respon masyarakat Denpasar

terhadap tren adult coloring books dapat

dilihat dari 3 aspek, yaitu:

3.2.1. Persepsi Masyarakat terhadap Adult

Coloring Books

Persepsi adalah suatu proses kognitif

yang dialami seseorang didalam memahami

informasi baik lewat penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penerimaan. Dalam mengetahui dan

mengukur respon masyarakat Denpasar

terhadap tren mewarnai pada orang dewasa,

diperlukan adanya pengetahuan dari

masyarakat agar respon bisa muncul

kemudian. Tehnik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive

sampling pada orang-orang yang pernah

melakukan aktivitas mewarnai pada adult

coloring books. Hasil persepsi masyarakat

Denpasar terhadap tren mewarnai pada

orang dewasa dapat dilihat dari beberapa hal,

antara lain:

3.2.1.1. Lamanya masyarakat Denpasar

mengenal adult coloring books.

Indikator persepsi dapat dilihat salah

satunya dari lamanya masyarakat telah mengenal

adult coloring books yang menjadi tren saat ini.

Berdasarkan survey yang dilakukan, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Page 39: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

256 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Tabel 1

Hasil kuisioner mengenai lamanya responden

mengenal adult coloring book

Lamanya

mengenal Adult

Coloring Books

Jumlah

Responden

(dalam

angka)

Jumlah

Responden

(%)

12 bulan 23 27,7%

5 bulan 12 14,5%

6 bulan 11 13,3%

1 bulan 8 9,6%

4 bulan 7 8,4%

2 bulan 6 7,2%

7 bulan 6 7,2%

24 bulan 5 6%

3 bulan 2 2,4%

36 bulan 2 2,4%

8 bulan 1 1,2%

Tabel menunjukkan bahwa prosentase

terbesar mengenai lamanya masyarakat telah

mengenal adult coloring books adalah kurun

waktu 1 tahun sebesar 27,7% dan kurun waktu 5

bulan sebesar 14,5%. Sarjani menyebut bahwa

tren mewarnai mulai masuk ke Indonesia sekitar

tahun 2015, dan buku-buku mewarnai untuk

orang dewasa mulai banyak terlihat dipasaran

sekitar awal tahun 2016, sehingga cukup relevan

dengan hasil survey yang telah dilakukan (Focus

Group Discussion, 22 Juli 2017).

3.2.1.2. Sumber awal masyarakat Denpasar

mengenal adult coloring books.

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa

masyarakat Denpasar mengenal tren buku

mewarnai untuk orang dewasa melalui media

sosial (54%), toko buku (53%), teman (19%),

sumber lainnya seperti berita TV atau Koran

sebanyak (8%). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa media sosial memiliki kontribusi

terbesar dalam rangka memberi

penegetahuan tentang tren buku mewarnai

untuk orang dewasa yang sedang terjadi saat

ini.

Fakta tersebut sesuai dengan fakta

yang ditemukan oleh peneliti dilapangan,

bahwa ada lebih dari 250 nama untuk

hastag (#) coloring yang ada di media sosial

seperti facebook, twitter, instagram, ello,

tumblr, pinterest, dan lainnya. Sedangkan

ada sekitar 6.072.000 postingan terkait adult

coloring books yang ada di media sosial

(www.top-hashtags.com, 25 juli 2017). Selain

itu, aplikasi-aplikasi online terkait coloring

books juga turut berkontribusi terhadap

informasi tentang adult coloring books yang

demikian cepat di masyarakat. Berdasarkan

observasi, meneliti menemukan lebih dari 20

aplikasi terkait adult coloring books seperti

colrify, color diary, mandala, dan lain-lain.

Selanjutnya, masyarakat juga pertama

kali mengenal adult coloring books dari

display-display yang ada pada toko buku.

Berdasarkan observasi di lapangan, toko

buku - toko buku besar yang ada di

Denpasar seperti Gramedia umumnya

berada pada areal pusat-pusat perbelanjaan

yang ramai dikunjungi masyarakat. Alasannya

karena pada umumnya masyarakat

menggemari tipe pusat perbelanjaan dengan

tipe one stop shoping, karena lebih praktis

dan efisien. Dengan tipe one stop shoping,

baik disengaja maupun tidak disengaja

masyarakat yang lewat maupun yang dengan

sengaja mengunjungi toko buku, akan

langsung terfokus pada display buku-buku

mewarnai untuk orang dewasa yang didisplay

khusus dan umumnya ditempatkan di dekat

pintu masuk toko sebagai centre of interest.

Page 40: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

257 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Gambar 07

Diagram hasil kuisioner mengenai sumber awal responden mengenal adult coloring book

Sumber: Data olahan penelitian

5.2.1.3. Pengetahuan masyarakat Denpasar

mengenai nama penulis (author) adult coloring

books.

Indikator lain yang dapat dilihat untuk

mengetahui persepsi masyarakat Denpasar

terhadap tren adult coloring books adalah

tentang pengetahuan masyarakat mengenai penulis

(author) adult coloring books. Hasil dari kuisioner

dapat dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 2

Tabel hasil kuisioner mengenai pengetahuan

responden tentang

author adult coloring books

Nama Penulis

(author)

Jumlah

Responden

(dalam

angka)

Jumlah

Responden

(%)

Johanna Basford 40 43%

I.B.G Wiraga 19 20,4%

Tria N & Khaleeza 13 13,

9%

Yulianto Qin 8 8,6%

Megamuden 2 2,1%

Nicholas

Chandrawinata

1 1%

Maria Trolle 1 1%

Jhon Paul Patton 1 1%

Kerby Rosanes 1 1%

Mel Elliot 1 1%

Joy Ting 1 1%

Rony Setiawan 1 1%

Anisa Meilasyari 1 1%

Ranggi ariliah 1 1%

Emma Farrarons 1 1%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

Johanna Basford dengan jumlah responden 40

orang menjadi penulis (author) dengan jumlah

yang paling dikenal dan diminati oleh masyarakat

Page 41: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

258 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Denpasar. Faktanya, Johanna Basford adalah

seorang illustrator yang berasal dari skotlandia

yang pertama kali mempopulerkan adult coloring

books dengan karya pertamanya yang fenomenal

berjudul “secret garden” yang terbit tahun 2013

dan terjual sebanyak 6 juta copy dalam 1 tahun.

Selanjutnya, Johanna basford juga menulis buku

mewarnai untuk orang dewasa lainnya dengan

judul “Enchanted Forest”, “Lost Ocean”, “Magical

Jungle, “ dan Johanna’s Cristmast”. Berdasarkan

hasil observasi dilapangan sekitar bulan Februari

2016, peneliti juga mendapatkan fakta bahwa stok

buku terbanyak dan terlaris di toko-toko buku di

Denpasar adalah “Secret Garden” karya Johanna

Basford.

Penulis berikutnya yang dikenal dan

menjadi favorit pada masyarakat Denpasar adalah

I.B.G Wiraga, dengan responden 19 orang.

Ketika tren adult coloring books muncul

sekitar pertengahan tahun 2015, selain buku-

buku mewarnai karya penulis luar negeri, ada

juga buku karya penulis lokal Bali yaitu I.B.G

Wiraga yang meluncurkan adult coloring

books bertema lokal Bali dengan judul

“Coloring Books for Adults: BALI” terbitan

Kompas Gramedia Jakarta pada bulan

Agustus 2015. Selanjutnya I.B.G Wiraga juga

menerbitkan buku sejenis dengan judul

“Coloring postcard: BALI”, “Coloring Books

for Adults: BALI (travel edition)”, dan “Bali

Coloring Book: NIRVANA”. Phrana

menyebut, ilustrasi-ilustrasi dengan tema lokal

genius Bali yang ditampilkan pada buku karya

I.B.G Wiraga menjadi keunikan tersendiri

dibanding buku-buku yang sudah ada di

pasaran sehingga sangat dekat dengan

psikologis masyarakat Bali pada umumnya

(Focus Group Discussion, 22 Juli 2017)

3.2.1.4. Pengetahuan masyarakat mengenai

perbedaan pada buku mewarnai untuk anak-

anak dan adult coloring books.

Hal lain yang dapat dijadikan sebagai

indikator persepsi masyarakat terhadap tren

adult coloring books yaitu pengetahuan

tentang perbedaan mendasar buku mewarnai

untuk anak-anak dengan adult coloring books.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan

kepada 100 sample dapat dirumuskan pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Pengetahuan masyarakat mengenai

perbedaan pada

buku mewarnai untuk anak-anak dan

adult coloring books

Perbedaan

buku

mewarnai

anak-anak dan

dewasa

Jumlah

Responden

(dalam

angka)

Jumlah

Responden

(%)

Ilustrasi 81 81%

Tema 19 19%

Berdasarkan data diatas dapat

disimpulkan bahwa persepsi masyarakat

terhadap buku mewarnai untuk orang

dewasa cukup baik, karena masyarakat

memahami perbedaan buku mewarnai untuk

anak-anak dan adult coloring books. Phrana

(desainer) menyatakan bahwa ciri khas dari

adult coloring books yang paling jelas dapat

dilihat dari detail ilustrasinya yang umumnya

cukup rumit jika dibandingkn dengan buku

mewarnai untuk dewasa. Konon, detail yang

rumit tersebut bertujuan dalam rangka

memberi berbagai manfaat psikologis pada

orang dewasa (Focus Group Discussion, 22

Juli 2017).

3.2.2 Sikap Masyarakat terhadap Tren

Mewarnai pada Orang Dewasa

Sikap merupakan kecenderungan

atau kesediaan seseorang untuk bertingkah

laku tertentu jika menghadapi rangsangan

tertentu. Sikap masyarakat terhadap tren

Page 42: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

259 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

mewarnai pada orang dewasa adalah suatu

keadaan yang memungkinkan timbulnya

reaksi dan tingkah laku masyarakat terhadap

tren mewarnai pada orang dewasa. Indikator

sikap masyarakat Denpasar terhadap tren

adult coloring books dapat dilihat diantaranya

dari alasan melakukan kegiatan mewarnai dan

dampak yang dirasakan setelah melakukan

kegiatan mewarnai. Rangkuman hasil survey

dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.2.2.1. Alasan masyarakat Denpasar

melakukan kegiatan mewarnai pada adult

coloring books.

Berdasarkan hasil survey terhadap 100

sampel yang dilakukan di Denpasar,

ditemukan beragam alasan mengenai latar

belakang masyarakat Denpasar melakukan

aktivitas mewarnai pada adult coloring books

antara lain:

Memberikan efek terapeutik/

menyenangkan/ rileks/ mengembalikan

mood

Melatih kesabaran

Melatih pikiran menjadi lebih fokus

Aktualisasi diri/ mengasah kreativitas/

meningkatkan kepercayaan diri

Karena hobi

Ingin istirahat sejenak dari gadget

Ingin mengenang masa kecil

Untuk sosialisasi/ mempererat hubungan

keluarga

Mengisi waktu luang

3.2.2.2. Pertimbangan masyarakat Denpasar

memilih adult coloring books.

Tabel 4

Hasil Kuisioner mengenai pertimbangan

responden dalam

memilih Adult Coloring Books

Pertimbangan Jumlah

Responden

Jumlah

Responden

(dalam

angka)

(%)

Tema 64 64%

Ilustrasi 23 23%

Harga 13 13%

Dari data diatas dapat diketahui bahwa

pertimbangan masyarakat Denpasar dalam

memilih buku mewarnai untuk orang

dewasa adalah berdasarkan tema nya.

Pengamatan juga dilakukan secara

langsung pada toko-toko buku di Denpasar

terhadap stok dan tema-tema yang diminati

oleh masyarakat. Beberapa tema seperti

flora, doodle, dan lokal Bali merupakan

tema yang diminati masyarakat Denpasar.

3.2.2.3. Tanggapan masyarakat Denpasar

mengenai tren adult coloring books.

Hampir 99% responden memberikan

tanggapan positip terhadap tren buku

mewarnai untuk orang dewasa saat ini.

Alasan yang dikemukakan beragam, antara

lain karena bisa menjadi alternatif media

terapeutik, hiburan, banyak manfaat terkait

psikologis, releave stress, membuat suasana

hati menjadi lebih baik, dan lainnya.

3.2.3 Partisipasi Masyarakat terhadap Tren

Adult Coloring Books

Partisipasi masyarakat Denpasar

terhadap tren adult coloring books adalah

suatu proses sikap mental dimana

masyarakat ikut aktif menyumbang kreatifitas

dan inisiatifnya dalam aktivitas mewarnai

adult coloring books. Partisipasi masyarakat

Denpasar dapat dilihat dari dari intensitas

aktivitas-aktivitas baik secara offline maupun

aktivitas yang diposting melalui media sosial

secara online yang telah dirangkum dalam

tabel sebagai berikut:

Page 43: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

260 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Gambar 08

Diagram intensitas masyarakat Denpasar dalam melakukan aktivitas mewarnai

pada adult coloring books

Sumber: Data olahan penelitian

Dari diagram diatas, dapat diketahui

bahwa intensitas masyarakat Denpasar dalam

melakukan aktivitas mewarnai yang

mendapatkan prosentase terbesar yaitu 1-4

kali dalam sebulan, dengan prosentase 60,8%.

Rahma, admin komunitas Tabrak Warna Bali

menyatakan bahwa weekend adalah hari yang

dipilihnya untuk melakukan aktivitas

mewarnai. Karena sehari-hari sudah sangat

disibukan dengan pekerjaan, maka kegiatan

mewarnai dilakukan sebagai stress releave

akibat rutinitas sehari-hari. Dan 1-4 kali dalam

sebulan merupakan intensitas yang cukup

untuk tujuan refreshing di akhir pekan

(wawancara, 25 Mei 2017).

Berdasarkan penjabaran ke 3 aspek

diatas, dapat disimpulkan bahwa respon

masyarakat Denpasar terhadap tren adult

coloring books terbilang cukup baik.

D A F T A R P U S T A K A

Anonim. 2011. “Green Growth 2050 Road

Map For Bali Sustainable Tourism

Development”. Kementrian Pariwisata

Dan Ekonomi Kreatif, Republik

Indonesia.

Carter, Jeremy. 2015. Why are Australian

Adults Drawn to Colouring in Books.

www.abc.net.au/radionational/program

s/booksandarts/why-are-australian-

adults-drawn-to-colouring-in-

books/6750808

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain

Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi

Offset

Masri, Andry. 2010. Strategi Visual.

Yogyakarta: Jalasutra.

Mumford, Tracy. 2016. How Adult Coloring

Books Became a Million-Dollar

Trend.

www.mprnews.org/story/2016/02/10/b

ooks-how-adult-coloring-books-

became-popular.

Marsh, Laura. 2015. The Radical History of

1960s Adult Coloring Books. These

subversive coloring books ridiculed

Page 44: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.248-261

@STPS 2017, All Rights Reserved

261 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

pill-popping executives, hipsters,

communist-hunters, and conspiracy

theorists.

newrepublic.com/article/126580/radical-

history-1960s-adult-coloring-books.

Rosner, Marianne dan Sandra A Krasovec.

2007. Desain Kemasan. Jakarta: PT

Gelora Aksara Pratama.

Rusta, Surianto. 2008. Layout, Dasar dan

Penerapannya. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supriyanto, Rakhmat. 2010. Desain

Komunikasi Visual – Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Suyanto, M. 2004. Aplikasi Desain Grafis

Untuk Periklanan. Yogyakarta: Andi

Wikipedia. 2016. Coloring book.

en.wikipedia.org/wiki/Coloring_book

Page 45: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

262 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALTERNATIF BERBASIS EDUKASI DI GEOPARK BATUR, KINTAMANI

Komang Trisna Pratiwi Arcana1¹

I Wayan Arcana²

Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI)

Email: [email protected]; [email protected]

Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral

Penguat Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Nomor SK: 1043/K8/KM/2017

ABSTRAK

Sebagai bagian dari Global Geopark Network (GGN) atau jaringan taman bumi global

(UNESCO, 2015), kawasan wisata Geopark Batur memiliki peran untuk memperkenalkan serta

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang geologi, terutama terkait dengan reduce, reused,

dan recycle suatu sumber daya dalam pariwisata (green tourism). Disisi lain, potensi wisata yang

ada di kawasan kaldera Geopark Batur mendukung untuk dikembangkan atau dikemas sebagai

produk wisata edukasi, yang sesuai dengan tujuan Global Geopark Network (GGN).

Berdasarkan fakta tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi

pengembangan produk wisata edukasi yang sesuai dengan potensi kawasan wisata Geopark

Batur, Kintamani, Bali. Sehingga kemudian dapat diimplementasikan oleh masyarakat sekitar

dan menjadi salah satu bentuk pariwisata alternatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Adapun intrumen penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman wawancara, panduan observasi, open ended questionaire, kuesioner riset SWOT dan

dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya dinalisis dengan analisis SWOT dan disajikan

dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan hasil kajian potensi produk wisata dari atribut atraksi

wisata, akses, fasilitas wisata, ketersediaan paket wisata, aktivitas wisata di destinasi dan prasarana

pendukung destinasi wisata di Kawasan Geopark Batur menunjukkan bahwa destinasi ini berada

pada tahapan Konsolidasi. Strategi pengembangan produk wisata yang tepat dengan menata

ulang pengelolaan destinasi, memberikan pelatihan sadar wisata, guiding, dan pelayanan pada

masyarakat lokal, membenahi sarana prasarana pendukung, merangkai perhelatan khusus

terkait Geopark Batur, menyusun paket wisata khusus berbasis edukasi bagi para pelajar dan

mahasiswa, serta mengembangkan desa wisata berbasis budaya, pertanian, alam, dan edukasi

untuk mengembalikan kejayaan destinasi wisata.

Kata Kunci: Produk Wisata (6A), Pariwisata Alternatif, Wisata Edukasi, Analisis SWOT, Geopark Batur, Kintamani.

Page 46: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

263 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Agustus 2017

Direvisi: 16 Agustus 2017

Diterima: 25 September 2017

P E N D A H U L U A N

Lingkungan merupakan salah satu

elemen penting dalam parwisata, yang

terdiri dari lingkungan alam (natural

environment) dan buatan (built

environment) (Mason, 2003: 61; Yoeti

(2002: 5). Pemanfaatan lingkungan sebagai

komoditi pariwisata dapat menimbulkan

berbagai macam pengaruh, baik positif

(benefit) maupun negatif (cost). Hal

tersebut juga diungkapkan oleh Goeldner

dan Ritchie (2009: 31-32), yang

berpendapat bahwa pariwisata dapat

menyerupai suatu keping uang logam,

dimana di satu sisi dapat mengkonservasi

lingkungan itu sendiri, dan di sisi lain dapat

menimbulkan penurunan kualitas

lingkungan dan menciptakan berbagai

dampak.

Bali merupakan salah satu destinasi

wisata di Indonesia yang memanfaatkan

berbagai sumber daya, yang terdiri dari

alam, sosial-budaya, dan buatan. Khusus

untuk sumber daya lingkungan, Bali

memiliki berbagai daya tarik (attraction),

seperti pantai, air terjun, sungai, laut, gua,

hutan dan kawasan pegunungan. Pitana dan

Diarta (2009: 59) menegaskan bahwa daya

tarik wisata tersebut dapat menjadi energi

utama bagi keseluruhan sistem pariwisata

yang mengakibatkan permintaan akan suatu

perjalanan wisata bagi para wisatawan.

Fenomena tersebut dapat digambarkan

melalui data statistik jumlah sebaran

kunjungan wisatawan pada Kota atau

Kabupaten di Bali.

Berdasarkan data sebaran kunjungan

wisatawan pada kota atau kabupaten di Bali

tahun 2015, dapat diketahui bahwa Bali

memiliki berbagai potensi wisata yang

tersebar di berbagai Kota atau Kabupaten.

Namun, sebaran atau distribusi jumlah

objek wisata belum merata pada tiap-tiap

daerah. Hal tersebut terlihat dimana

hampir sebagian besar atau 75% kunjungan

masih terkonsentrasi pada Kabupaten

Tabanan, Gianyar, dan Badung yang

merupakan bagian Bali selatan. Fakta

tersebut mendorong daerah lain untuk

melakukan pengembangan produk wisata

yang lebih inovatif dan bervariatif

(diversifikasi). Hal ini dilakukan agar

wisatawan mendapatkan berbagai alternatif

pilihan produk, sehingga tertarik untuk

mengunjungi daerah tersebut.

Pengembangan suatu produk wisata

dapat dilakukan dengan mengamati motif

atau tujuan wisatawan melakukan

perjalanan. Dickman (1989: 112)

menyatakan, bahwa salah satu motivasi

wisatawan melakukan perjalanan atau

kegiatan wisata adalah “to see natural

wonders” atau untuk melihat keajaiban

alam suatu destinasi. Namun selain

menikmati lingkungan alam, wisatawan juga

memiliki ketertarikan untuk melihat

kebudayaan masyarakat lokal. Oleh karena

itu, setiap daerah perlu mengemas potensi

yang dimiliki sehingga dapat menarik minat

wisatawan untuk berkunjung.

Kabupaten Bangli merupakan salah

satu daerah yang memiliki potensi

Page 47: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

264 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

pariwisata berupa pegunungan, dimana

kawasan Gunung Batur merupakan salah

satu objek yang menyediakan keragaman

potensi wisata, seperti keindahan alam,

kesenian dan budaya lokal. Berdasarkan

data statistik kunjungan wisatawan, lebih

dari 80% wisatawan (509.983) yang datang

ke Kabupaten Bangli bertujuan untuk

mengunjungi Gunung Batur. Kemudian,

apabila dibandingkan dengan objek wisata

lainnya, Gunung Batur berada di posisi ke

lima di bawah objek wisata tanah lot,

uluwatu, bedugul dan danau bratan.

Berdasarkan fakta tersebut, maka

Kabupaten Bangli, khususnya kawasan

wisata Gunung Batur berpeluang untuk

melakukan pengembangan produk wisata

agar lebih atraktif dan bervariasi dengan

memanfaatkan potensi yang dimiliki.

Berbagai inovasi telah dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk mengembangkan

produk wisata di kawasan Gunung Batur.

Salah satunya pada tahun 2012, dimana

kawasan kaldera Gunung Batur telah

ditetapkan sebagai bagian dari Global

Geopark Network (GGN) atau jaringan

taman bumi global (UNESCO, 2015).

Geopark berperan untuk memperkenalkan

serta meningkatkan kesadaran masyarakat

tentang geologi, terutama terkait dengan

reduce, reused, dan recycle suatu sumber

daya dalam pariwisata (green tourism). Hal

tersebut sesuai dengan tujuan pemerintah

Indonesia untuk membangun pariwisata

Bali sebagai destinasi yang penting dalam

lingkup global atau internasional, dimana

tertuang pada peta pembangunan pariwisata

Bali 2050 atau dikenal dengan “a green

growth 2050 roadmap for Bali tourism”.

Langkah tersebut merupakan

pengembangan produk dari sisi strategi

pemasaran, khususnya berkaitan dengan

branding. Namun, selain melalui strategi

pemasaran, kawasan wisata Geopark batur

juga perlu merancang strategi produk wisata

berkaitan dengan brand tersebut.

Kawasan kaldera Geopark Batur

terletak pada ketinggian 1.000 mdpl. hingga

2.172 mdpl. di wilayah Kecamatan

Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi

Bali. Kawasan wisata ini memiliki berbagai

potensi sumber daya antara lain, kaldera

yang berukuran 13,8 x 10 km, dan

merupakan salah satu yang terbesar di

dunia. Disana juga terdapat danau Batur

yang memiliki luas sekitar 16 km² dan

dilengkapi dengan keindahan alam serta

unsur seni dan budaya masyarakat lokal

(Master Plan Geopark Batur, 2011: 3).

Selain itu, disana juga terdapat salah satu

desa budaya yang menarik dan dikenal

dengan karakteristiknya seperti Desa

Trunyan. Pada kawasan tersebut juga

terdapat Museum Gunung Merapi Batur

yang menyediakan fasilitas pendukung

wisata edukasi. Berdasarkan potensi wisata

dan kesan yang ingin dibangun pada

kawasan kaldera Geopark Batur, maka

pengembangan produk wisata yang dikemas

kearah pariwisata edukasi perlu dilakukan.

Namun, sebelum melakukan

pengembangan, perlu ditentukan strategi

yang tepat khususnya terkait dengan produk

wisata edukasi (educational tourism

product).

Pariwisata edukasi (educational

tourism) merupakan salah satu jenis dari

bentuk pariwisata alternatif (alternative

tourism) yang berkembang diantara periode

pariwisata konvensional (conventional) dan

Page 48: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

265 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

modern (modern). Secara umum,

pariwisata alternatif cenderung

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

keberlanjutan (sustainability). Beberapa

contoh jenis pariwisata alternatif adalah

indigenous tourism, pro-poor tourism,

community-based tourism, ecotourism,

(soft) adventure tourism, dan berbagai jenis

wisata lainnya (Leksakundilok, 2004: 97).

Seperti karakteristik atraksi pariwisata pada

umunya, pariwisata edukasi juga

memanfaatkan berbagai sumber daya,

seperti sumber daya alam (nature), sumber

daya budaya (culture), dan buatan manusia

(man-made). Pengemasan potensi kawasan

wisata Geopark Batur kearah wisata edukasi

merupakan salah satu langkah diversifikasi

produk wisata yang ada di Bali. Sehingga

wisatawan memiliki berbagai alternatif

atraksi wisata untuk dikunjungi.

Pengembangan strategi promosi yang

dilakukan kawasan wisata Geopark Batur

belum diikuti dengan pengembangan

produk wisata yang sesuai dengan image

dan brand yang ingin dibangun. Disisi lain,

potensi wisata yang ada di kawasan kaldera

Geopark Batur mendukung untuk

dikembangkan atau dikemas sebagai

produk wisata edukasi, yang sesuai dengan

tujuan Global Geopark Network (GGN).

Berdasarkan fenomena tersebut, maka

fokus penelitian ini adalah untuk

menentukan strategi produk wisata edukasi

yang sesuai dengan potensi kawasan wisata

Geopark Batur, Kintamani, Bali. Sehingga

kemudian dapat diimplementasikan oleh

masyarakat sekitar dan menjadi salah satu

bentuk pariwisata alternatif di Kabupaten

Bangli, maupun di Bali secara umum.

Dimana pada akhirnya akan mendatangkan

keuntungan pariwisata, baik secara

ekonomi dan mendukung aspek sosial

budaya.

R U M U S A N M A S A L A H

Berdasarkan latar belakang dan

identifikasi masalah diatas, maka dapat

dijabarkan beberapa permasalahan

penelitian sebagai berikut:

Apa sajakah potensi pada kawasan

wisata Geopark Batur yang dapat dikemas

sebagai produk wisata edukasi?

Apa sajakah faktor-faktor kekuatan,

kelemahan, peluang, serta tantangan

pengembangan produk wisata edukasi di

kawasan wisata Geopark Batur?

Bagaimanakah strategi pengembangan

produk wisata alternatif berbasis edukasi

yang sesuai dengan potensi kawasan wisata

Geopark Batur?

Bagaimanakah karakteristik dan

motivasi wisatawan serta konsep pemasaran

produk wisata edukasi yang tepat dengan

potensi kawasan wisata Geopark Batur?

K A J I A N P U S T A K A

3.1 Produk Wisata

Destinasi wisata merupakan elemen

penting di dalam sistem pariwisata.

Menurut Leiper (1990), destinasi adalah

tempat dimana kompleksitas dari aktifitas

pariwisata itu terjadi. Untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan seseorang selama

berwisata, destinasi berusaha menawarkan

produk yang menjadi karakteristik serta

pelayanan yang menjadi pilihan mereka.

Page 49: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

266 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Seperti yang telah disebutkan di awal bahwa

motivasi adalah faktor pendorong

wisatawan dan faktor penarik adalah faktor

yang mempengaruhi kapan, dimana, dan

bagaimana seorang wisatawan melakukan

perjalanan wisata. Pemilihan destinasi ini

sangat dipengaruhi oleh faktor pendorong

dan faktor penarik tersebut (Crompton,

1979 ; Kim, Lee dan Klenosky, 2003 ;

Klenosky, 2002 ; dan Rittichainuwat, 2008

dalam Prayag, 2010 : 2).

Sebagai komponen penyedia (tourism

supply) dalam industri pariwisata, destinasi

wisata terdiri atas kombinasi produk wisata

yang terdiri atas attraction, accessibility,

amenities, dan ancillary service (Cooper,

et.al.,1993 : 81). Namun dalam

perkembangan selanjutnya, beberapa

akademisi mulai mengembangkan

komponen yang membentuk produk wisata

yang sebelumnya dikenal dengan 4A saat

ini menjadi 6A (Buhalis, 2000 : 98), atribut

destinasi wisata tersebut adalah Attraction,

Accessibility, Aminities, Available package,

Activities, Ancillary Service.

3.2 Siklus Hidup Destinasi

World Tourism Organization

(UNWTO, 2014:2), menyatakan bahwa

jumlah destinasi wisata yang dibuka dewasa

ini semakin meningkat, hal tersebut

merubah posisi pariwisata sebagai industri

yang menjadi kunci utama penggerak

perekonomian suatu negara. Dapat

dipahami bahwa sektor pariwisata telah

berkontribusi dalam menarik para investor

untuk berinvestasi pada suatu destinasi yang

selanjutnya meningkatkan perkembangan

destinasi wisata secara tidak langsung.

Tentunya hal tersebut tidak akan dapat

berjalan secara berkelanjutan tanpa

pengelolaan destinasi yang komprehensif

dan kerja sama dari berbagai stakeholder

yang terlibat.

Destinasi adalah elemen penting

dalam sistem pariwisata. Destinasi adalah

suatu area dimana kompleksitas aktifitas

pariwisata terjadi. Mengadopsi product life-

cycle dalam teori pemasaran dimana

sebuah produk tumbuh berlahan,

diperkenalkan, kemudian berkembang

makin pesat, namun sebelum stabil

kemudian terjadi penurunan, Butler

merancang model siklus hidup destinasi

yang dikenal dengan destination life-cycle

(Butler, 1980 dalam Mason, 2003 : 23).

Siklus hidup destinasi tersebut dirancang

untuk mengetahui evolusi dari produk dan

destinasi wisata mulai dari tahapan Hal ini

menjadi sangat penting bagi pengelola

destinasi wisata untuk mengetahui posisi

produk wisata berdasarkan siklus tersebut,

dan langkah apa yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya penurunan

(decline).

3.3 Geopark (Taman Bumi)

Salah satu komponen pembentuk

produk wisata adalah natural attractions

yang mencangkup gunung, pantai, gua,

sawah, dan situs bersejarah. Gunung

menjadi daya tarik wisata alam yang

menonjol karena bentang alam atau

pemandangannya, serta udara yang sejuk

dan memberi kesan nyaman. Tidak dapat

dipungkiri, gunung menjadi produk wisata

yang diunggulkan dan diandalkan oleh

suatu destinasi. Geopark atau taman bumi

sendiri merupakan teritori atau kawasan

dengan geoheritage tertentu dan memiliki

unsur kelangkaan serta estetika. Istilah

Geopark sendiri disebut sebagai tempat

Page 50: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

267 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

perlindungan yang terdiri dari beberapa

geologi terpilih, ekologi, arkeologi, budaya

dan situs warisan budaya (UNESCO, 2012;

Newsome, Downling dan Leung, 2012;

Farsani et.al., 2011) dalam Jaafar et.al.

(2014: 43). Sehingga, pendekatan yang

digunakan dalam konsep Geopark itu

sendiri adalah konservasi, pendidikan, dan

pembangunan berkelanjutan. Dalam

Geopark itu sendiri selain terkandung

keindahan bentang alam dan kekayaan

alamnya sebagai komponen geologi yang

membentuknya, juga warisan budaya yang

menjadi untaian yang saling melengkapi

dan menjadikannya atraksi yang unik dan

patut dilestarikan.

3.4 Educational Tourism (ET)

Konsep ET dilihat dari pendekatan

segmentasi pasar telah disusun oleh Richie

(2003 : 13). Meskipun sulit untuk

mengelompokan segmen pasar ET, akan

tetapi model tersebut mencoba untuk

membedakan antara motivasi wisatawan

yang tergolong „tourism first‟ atau

„education first‟. Pada dasarnya yang

membedakan adalah tourism first dimana

motivasi utama adalah pariwisata dan

educational first dimana motivasi utama

adalah pembelajaran/pendidikan (Ritchie,

2003:14). Ia mencatat bahwa ET sebagai

sebuah sistem yang terdiri dari elemen-

elemen demand (costumer atau tourist) dan

supply (product atau destination) yang

menghasilkan educational tourist

experience.

The Canadian Tourism Commision

atau CTC (2001) dalam Ritchie (2003:14-

15) mencatat dua komponen utama ET

dari sudut pandang supply: produk wisata

yang utama dan elemen pendukung.

Komponen utama ET produk termasuk

diantaranya, yaitu Attractions dan Events;

Resource Specialist‟s; Affinity Travel

Planner‟s; dan Tour serta Receptive

Operators. Sedangkan, elemen pendukung

atau layanan pendukung yang dibutuhkan

termasuk diantaranya seperti

Transportation; Hospitality Services; Travel

Services; dan Destination Marketing

Organisations.Kombinasi kedua elemen

tersebut dapat menghasilkan pengalaman

tentang ET kepada educational tourist.

Ritchie (2003:17) menyatakan, bahwa

berdasarkan konsep-konsep yang telah

dijelaskan sebelumnya dapat diketahui

bahwa komponen pembelajaran (learning

component) dari perjalanan tersebut dapat

secara formal dikelola oleh tour operator,

guide atau attraction, atau juga dapat

dikelola oleh individu secara informal

dengan memanfaatkan keanekaragaman

budaya, alam atau kehidupan sosial.

Kalinowski dan Wiler (1992:17) dalam

Ritchie (2003:17) berpendapat bahwa

educational travel dapat melayani berbagai

tujuan, seperti rasa ingin tahu tentang orang

lain seperti bahasa dan budaya; ketertarikan

tentang seni, arsitektur, musik atau cerita

rakyat; memberikan inspirasi tentang

kepedulian lingkungan, alam, flora dan

fauna; atau memperdalam ketertarikan

akan warisan budaya dan tempat-tempat

bersejarah.

Berdasarkan definisi diatas maka ET

dapat difenisikan sebagai suatu aktifitas

wisata yang dilakukan oleh mereka yang

tinggal/bermalam selama liburan, dimana

pendidikan dan pembelajaran merupakan

bagian tujuan utama atau sekunder. Hal ini

Page 51: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

268 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dapat berupa ET secara umum dan study

tour, perjalanan pelajar dalam tingkat

sekolah, universitas baik domestik atau

internasional, termasuk sekolah bahasa,

kunjungan sekolah dan pertukaran pelajar.

ET dapat dikelola secara formal atau

independen dan dapat dilakukan dengan

memanfaatkan artraksi alam atau buatan

manusia (Ritchie, 2003: 18).

M E T O D E

Penelitian dimulai berdasarkan

fenomena yang muncul di kawasan Batur

Global Geopark yang telah ditetapkan

sebagai bagian dari Global Geopark

Network (GGN) atau jaringan taman bumi

global, dimana salah satu tujuannya adalah

memperkenalkan (nilai-nilai edukasi)

kawasan tersebut melalui pariwisata atau

umumnya dikenal dengan istilah pariwisata

edukasi. Namun citra yang telah

diperkenalkan kepada wisatawan tersebut

belum diikuti oleh pengembangan produk

wisata sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Oleh karena itu, kajian ini menggunakan

teori pariwisata edukasi sebagai basis

strategi pengembangan produk wisata,

dimana secara spesifik penelitian ini

mengkaji tentang potensi wisata (baik dari

segi wisatawan maupun destinasi) di

kawasan Batur Global Geopark sebagai

atraksi wisata edukasi.

Kajian ini mengkombinasikan kedua

bentuk metodologi baik kuantitatif dan

kualitiatif atau yang biasa dikenal dengan

pendekatan “multi method” (Jonker and

Pennink, 2010; Sugiyono, 2007) yang

disajikan dalam bentuk deskripsi. Intrumen

penelitian digunakan dalam penelitian ini

adalah pedoman wawancara, panduan

observasi, open ended questionaire, focus

group discussion (FGD), dokumentasi,

kamera, dan alat-alat untuk mencatat. Unit

analisis dalam penelitian ini adalah

masyarakat desa (tokoh masyarakat dan

anggota masyarakat) di sekitar kawasan

Geopark Batur, serta dari industri dan

institusi pariwisata seperti Destination

Management Organization (DMO)

Wingkang Ranu dan akademisi yang

memahami tentang geowisata.

Metode kualitatif dilakukan dengan

cara melakukan observasi nonpartisipan

(non-participant observation) ke kawasan

Batur Global Geopark untuk mengamati

dan menganalisa potensi wisata, dimana

selanjutnya pengumpulan data dalam

periode tersebut dilakukan dengan teknik

wawancara (Sugiyono, 2007) atau

pembicaraan informal yang dipandu oleh

instrument atau pedoman wawancara

kepada para pelaku pariwisata, dan

pengelola terkait dengan karakteristik dan

perilaku wisatawan. Sedangkan metode

kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan

open-ended questionnaire kepada

wisatawan baik lokal, domestik maupun

internasional (58 reponden) yang dipilih

dengan accidental sampling yang bertujuan

untuk mengetahui karakteristik dan

motivasi kunjungan mereka. Sebagai

bentuk kajian kepariwisataan, penelitian ini

dirancang dengan menggunakan paradigma

interpretatif ilmu sosial (Jennings, 2001:

38). Sementara hasil dari data yang

didapatkan melalui open ended

questionaire dan focus group discussion

(FGD) akan diinterpretasikan oleh penulis

Page 52: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

269 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

melalui tahapan koding dan

mengelompokkan jawaban. Informasi

tersebut selanjutnya akan dianalisa

menggunakan teknik statistik deskriptif

untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang, serta ancaman (SWOT),

dilanjutkan dengan menyusun Matrik

SWOT sehingga selanjutnya dirumuskan

strategi produk wisata edukasi yang sesuai

dengan potensi wisata di kawasan Batur

Global Geopark dalam bentuk deskripsi

(Sugiyono, 2007).

H A S I L D A N

P E M B A H A S A N

Penelitian ini dilakukan di Kawasan

Wisata Kintamani, yang merupakan sebuah

kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II

Bangli, Provinsi Bali, Indonesia.

Kintamani. Secara geografis Kecamatan

Kintamani terletak di sebelah Timur Laut

Kota Denpasar dengan jarak kurang lebih

67 km atau sebelah Utara Kota Bangli

dengan jarak kurang lebih 27 km, dan

terletak di kawasan perbukitan dan

pegunungan Bali. Kawasan Kintamani

merupakan salah satu Kawasan Daya Tarik

Wisata Khusus (KDTWK) yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Provinsi Bali bersama dengan

beberapa kawasan lain yang terletak di

Pulau Bali (Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Bangli, 2014).

Sebagai salah satu KDTWK di Indonesia,

Kawasan Kintamani dibatasi dalam

pengembangannya karena lebih diarahkan

pada upaya pelestarian budaya dan

lingkungan hidup, meskipun di dalamnya

terdapat atraksi wisata, aksesibilitas, fasilitas

maupun fasilitas pendukung industri

pariwisata. Batasan dalam pengembangan

ini menyebabkan tidak ada satu pun hotel

berbintang dengan pemanfaatan sumber

daya alam yang besar berlokasi di kawasan

ini. Selain potensi wisata, kawasan

Kintamani juga menyimpan keragaman

budaya (Cultural Diversity) dan keragaman

hayati (Biodiversity).

Kawasan Kaldera Batur ditetapkan

sebagai salah satu anggota jaringan Geopark

(Taman Bumi) atau Global Geopark

Network (GGN) di dunia pada tanggal 20

September 2012 oleh Organisasi

Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan

Kebudayaan PBB atau United Nations

Educational, Scientific and Cultural

Organization (UNESCO)

(http://travel.kompas.com, diakses pada

tanggal 12 Oktober 2012). Dengan predikat

dan citra baru sebagai salah satu jaringan

taman bumi dunia yang akan dipromosikan

oleh UNESCO menjadikan kawasan

Geopark Batur sebagai salah satu kawasan

yang warisan geologinya harus dilindungi.

Tujuan utama dari Gaeopark Batur

mencangkup tiga hal yang saling terkait

yaitu (1) Perlindungan aspek geologis; (2)

edukasi terhadap fenomena pembentukan

muka bumi; (3) Geowisata dimana kegiatan

Geopark Batur mampu mendukung

perekonomian masyarakat lokal dan

Sustainable Development. Geopark Batur

menawarkan potensi diversifikasi produk

wisata untuk mewujudkan citra baru dari

Kawasan Wisata di Kintamani.

Menjadi bagian dari jaringan Taman

Bumi global diharapkan akan

Page 53: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

270 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

meningkatkan kunjungan wisatawan ke

Indonesia dan Kawasan Wisata Kintamani,

Bali khususnya. Setelah ditetapkan sebagai

bagian dari jaringan taman bumi global,

tabel 5.3 di bawah ini memberi gambaran

tentang rekapitulasi jumlah kunjungan

wisatawan di Batur Global Geopark pada

umumnya dan Kabupaten Bangli

khususnya pada tahun 2007 – 2016.

Khususnya di kawasan wisata Batur,

Kintamani (Batur, Penulisan, Trunyan dan

Batur Global Geopark) terjadi peningkatan

yang cukup signifikan dari tahun 2012 –

2016 dimana tingkat pertumbuhan pada

tahun 2016 mencapai 13,89 persen.

Kawasan Batur mencapai total 492.201

jumlah kunjungan, Kawasan Penulisan yang

berada di Desa Sukawana mencapai total

1.388 wisatawan, Trunyan dengan total

12.989 jumlah wisatawan, dan Geopark

Batur mencapai total 46.851 jumlah

kunjungan wisatawan. Sementara jumlah

retribusi di kawasan wisata Batur Kintamani

juga meningkat hingga mencapai angka Rp.

12,499,060,500 pada tahun 2015 (total

Pendapatan Asli Daerah) dari Rp.

4,820,228,000 total PAD pada tahun 2012

(Data olahan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bangli, 2016).

Tabel 01

Data Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek dan Daya Tarik Wisata

Di Kabupaten Bangli Tahun 2007 – 2016

NO TAHUN BATUR PENGLIPURAN KEHEN PENULISAN TRUNYAN GEOPAR

K BATUR TOTAL

PERTUMBUH-AN

(%)

1 2007 319.859 17.189 11.496 929 3.302 0 352.775 0,00

2 2008 394.682 20.898 11.329 2.931 7.367 0 437.207 23,93

3 2009 483.381 21.869 12.830 2.901 5.725 0 526.706 20,47

4 2010 368.363 29.281 13.073 2.197 5.229 0 418.143 (20,61)

5 2011 488.933 32.503 13.291 1.217 5.560 25.113 566.617 35,51

6 2012 458.184 32.668 12.669 899 14.432 29.300 548.152 (3,26)

7 2013 509.983 41.813 10.373 800 16.546 37.122 616.637 12,49

8 2014 500.324 64.692 16.563 1.026 15.184 49.818 647.607 5,02

9 2015 473.010 49.951 18.395 1.050 12.081 55.862 610.349 (5,75)

10 2016 492.201 123.133 18.561 1.388 12.989 46.851 695.123 13,89

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli Tahun 2017

Page 54: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

271 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Kecamatan Kintamani memiliki

beragam obyek wisata potensial yang dapat

dikembangkan sebagai produk wisara

alternatif berbasis edukasi. Adapun kajian

produk wisata di Kawasan Geopark Batur

adalah sebagai berikut:

a. Potensi sebagai Atraksi Wisata Edukasi

Attractions: Sebagai Taman Bumi

Global dengan pola pengembangan

kawasan berkelanjutan, daya tarik yang ada

di kawasan Batur Global Geopark

memadukan tiga keragaman yaitu, Geologi

(Geodiversity) seperti batuan tertua yang

dapat dijumpai berumur 5 juta hingga 20

juta tahun lalu yang bersumber dari

kegiatan gunung api Batur. Proses geologi

tersebut menyajikan bentuk kaldera dalam

kaldera dan mempersembahkan kekayaan

warisan Geologi; Keragaman Hayati

(Biodiversity) seperti flora yang

mendominasi hutan tanaman di kawasan

Penelokan yaitu Pinus Merkusii,

Eucalyptus Urophylla, Akasia, Mahoni,

Snorkeling, Kembang Sepatu dan Dadap.

Selain itu terdapat pula fauna satwa liar

seperti trenggiling, gagak, becia, musang,

tupai, trenggiling, dan satu flora fauna

endemis yang khas yaitu pohon Taru

Menyan di Desa Trunyan dan Anjing

Kintamani; Cultural Diversity yang

menyajikan keunikan dari tradisi Desa

Trunyan yang merupakan kelompok “Bali

Aga” dan tradisi tidak mengkremasi orang

meninggal. Selain itu atraksi tarian Kang

Ching-Wie dan Barong Landung yang

merupakan kisah nyata dari Kerajaan

Balingkang di Bali, Pura Ulun Danu Batur

dan Pura Dalem Balingkang; Education

seperti Musium Gunung Api Batur serta

agrotourism terutama jeruk dan kopi.

Accessibility: Aksesibilitas merupakan

dukungan sistem transportasi yang dapat

dijangkau oleh wisatawan baik dari daerah

asalnya hingga menuju destinasi wisata.

Adapun sistem transportasi yang dimaksud

meliputi rute, jalur trasportasi, terminal,

bandara, pelabuhan, hingga moda

transportasi lain seperti sungai ataupun

danau. Kintamani, Batur bisa ditempuh

dari Kabupaten Badung (Bandara

Internasional I Gusti Ngurah Rai) selama

kurang lebih 1,5 – 2 jam dengan kendaraan

roda empat. Disekitar lokasi ini juga

terdapat terminal bus transportasi umum

dan tergolong mudah untuk dijangkau

secara akses fisik dengan kondisi jalan yang

cukup baik (beraspal). Selain kendaraan

roda empat untuk menuju Kintamani,

Batur juga dapat diakses dengan kendaraan

roda dua selama kurang lebih 2,5 jam dari

bandara. Penunjuk arah menuju Batur

Global Geopark juga dapat ditemui dengan

mudah sepanjang jalan. Namun fasilitas

tersebut tidak disertai dengan kondisi jalan

yang pada kenyataannya cenderung

berlubang dan berpasir sehinga sangat

membahayakan para pengendara.

Amenities: Di sekitar kawasan Batur

Global Geopark juga terdapat sejumlah

sarana akomodasi untuk mendukung

aktivitas pariwisata yang berlangsung seperti

Hotel Melati dengan kapasitas mencapai

180 kamar dan Pondok Wisata sejumlah

34 kamar. Sementara Rumah Makan

seperti restoran yang menawarkan menu

halal, maupun makanan khas Desa Batur,

Indonesian Food dan Western Food

berjumlah hingga 26 rumah makan dengan

kapasitas total adalah 4.369 kursi tersebar

di Penelokan, Batur Tengah, Kintamani,

Page 55: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

272 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dan Toyabungkah. Namun saat ini banyak

fasilitas akomodasi dan rumah makan yang

terpaksa gulung tikar mengingat persaingan

semakin tinggi dan ketidakmampuan dalam

memenuhi tuntutan komisi dari tour guide

atau travel agent hingga 60 % dari harga

paket per orang. Kondisi ini dianggap

sangat merugikan pengelola yang harus

menanggung biaya operasional dan gaji

pegawai (hasil wawancara dengan Ibu Tir

pemilik Hotel Bumi Ayu dan Hotel

Gunawan (sudah ditutup), pada 3 April

2017). Pemerintah Kabupaten Bangli,

Kecamatan Kintamani menyiapkan sarana

berjualan bagi masyarakat lokal atau

pengusaha yang ingin menawarkan

kerajinan tangan dan cinderamata lainnya

yaitu membangun Pasar Seni. Pasar Seni

juga dibangun mengingat fenomena

pedagang acung yang tidak terkontrol di

kawasan Penelokan Batur terutamanya.

Available package: Sebuah destinasi

wisata menurut sistem pariwisata tidak

hanya dapat dijangkau langsung oleh

wisatawan dengan mengelola perjalanannya

sendiri, namun tersedia pula fasilitas

dengan melibatkan pihak ketiga sebagai

penghubung (intermediaries) dengan

destinasi wisata yaitu agen perjalanan wisata.

Kintamani dengan keindahan Gunung

Batur dan Danau Batur serta berbagai

aktifitas wisata yang bisa dilakukan di

destinasi ini mendorong agen – agen

perjalanan untuk menyusun paket wisata

baik bagi wisatawan domestik yang

cenderung menyukai kegiatan kuliner dan

berfoto di sekitar kawasan Penelokan,

hingga wisatawan mancanegara yang

menyukai kegiatan petualangan, sightseeing,

sport tourism dan budaya. Berdasarkan

beberapa paket wisata yang ditawarkan

sebagian besar kunjungan ke kawasan

Kintamani Batur ini tidak untuk menginap

atau overnight dengan beberapa alasan

seperti ketersediaan akomodasi yang sesuai

kebutuhan wisatawan, iklim atau cuaca,

minimnya fasilitas pendukung wisata

lainnya, alasan ketidaknyamanan sikap dan

perilaku masyarakat lokal. Selain kondisi

minimnya fasilitas yang memadai, paket

wisata yang ditawarkan juga tidak

menawarkan aktifitas menambah wawasan

atau knowledge meskipun kondisi

geografis, alam, dan budaya dari destinasi

ini sangat kaya untuk dikaji.

Activities: Salah satu persyaratan

pending untuk menjadi destinasi wisata

adalah tawaran aktifitas yang dapat

dilakukan oleh wisatawan di destinasi

tersebut. Aktiftas yang ditawarkan tentu

sangat beragam sesuai dengan karakteristik

geografis dan fasilitas buatan yang dibangun

untuk mendukung hasrat dan permintaan

wisatawan. Terdapat beberapa aktivitas yang

dapat dilakukan oleh wisatawan di kawasan

Kaldera Geopark Batur diantaranya

bersepeda, off road (motor dan mobil),

berendam air panas di Toya Bungkah Hot

Spring, menikmati boat di danau, jogging,

trekking ke Gunung Batur, Camping,

meneliti tumbuhan, bebatuan (geology),

sightseeing, mengunjungi Museum Gunung

Api Batur, mengunjungi Desa Bali Aga,

Desa Terunyan dan cara penguburan

masyarakat Desa terunyan hingga

menyaksikan atraksi seni budaya.

Ancillary Service: Ketersediaan fasilitas

pendukung yang digunakan oleh wisatawan

selama berkunjung ke destinasi adalah

fasilitas tambahan selain fasilitas utama

Page 56: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

273 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

seperti akomodasi, rumah makan atau toko

cinderamata. Selain itu organisasi atau

kelembagaan yang mendukung kegiatan

wisata. Adapun fasilitas pendukung yang

dapat ditemui di sekitar kawasan wisata

Batur Global Geopark seperti terdapat

tourist information center, puskesmas,

ATM Machine, dan papan informasi

terkait atraksi wisata.

b. Karakteristik dan Motivasi Wisatawan

Adapun karaktersitik demografi

wisatawan yang berkunjung dapat dilihat

dari beberapa aspek, dintaranya bila dilihat

berdasarkan jenis kelamin,

kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan,

hingga pendapatan yang secara rinci dapat

dilihat dalam tabel 1. Dalam penelitian ini

karekteristik responden berdasarkan jenis

kelamin yang dapat digunakan untuk

mengetahui berapa banyak pria dan wanita

yang mengunjungi Global Geopark Batur.

Berdasarkan jumlah responden di Global

Geopark Batur berjumlah 58 responden

dengan total 29 orang dan total persentase

50 persen pria dan total 59 orang dengan

jumlah persentase 50 persen adalah wanita.

Sementara karakteristik responden

berdasarkan jenis kewarganegaraan yang

mengunjungi Global Geopark Batur,

dengan jumlah total 58 orang dari beberapa

negara yaitu terdapat 29 orang dan total

persentase 50 persen dari Asia, 7 orang

dan total persentase 12 persen dari

Amerika, 11 orang dengan total persentase

19 persen dari Eropa, dan 11 orang dengan

total persentase 19 persen dari Australia.

Jika ditinjau dari tingkat pendidikan

responden, diketahui wisatawan yang

mengunjungi Global Geopark Batur

terdapat 12 orang dengan total persentase

21 persen memiliki jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Atas, 32 orang dengan

total persentase 55 persen berpendidikan 1-

3 tahun di universitas atau sarjana dan 14

orang dengan total persentase 24 persen

pendidikan 4-5 tahun universitas atau pasca

sarjana.

Tabel 2

Karakteristik Demografis Wisatawan di Kawasan Wisata Batur

NO KETERANGAN JUMLAH PERSENTASE

1 Jenis Kelamin Pria 29 Orang 50%

Wanita 29 Orang 50%

Jumlah 58 orang 100%

2 Kewarganegaraan

Asia 29 Orang 50%

Amerika 7 Orang 12%

Eropa 11 Orang 19%

Australia 11 Orang 19%

Jumlah 58 orang 100%

Page 57: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

274 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

3 Pendidikan

SMA 12 Orang 21%

1-3 Tahun Universitas/ Sarjana

32 Orang 55%

4-5 Tahun Universitas/ Master 14 Orang 24%

Jumlah 58 orang 100%

5 Pekerjaan

Pelajar 11 Orang 19%

Pendidik 8 Orang 14%

Karyawan 27 Orang 46%

Wiraswasta 8 Orang 14%

Pegawai Negeri Sipil 4 Orang 7%

Jumlah 58 orang 100%

6

Pendapatan

(Dollar Amerika/

USD)

< 5,000/tahun 0 0%

5,000 - 50,000/tahun 27 Orang 47%

50, 001 - 500,000/tahun 11 Orang 19%

> 500,000/tahun 0 0%

Tidak ada jawaban 20 Orang 34%

Jumlah 58 orang 100%

7 Status Menikah 28 Orang 49%

Belum Menikah 30 Orang 51%

Jumlah 58 orang 100%

Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)

Karakteristik responden ditinjau

berdasarkan jenis pekerjaan yang

mengunjungi Global Geopark Batur,

diketahui terdapat 11 orang dengan total

persentase 19 persen adalah pelajar, 8

orang dengan total persentase 14 persen

adalah pendidik, 27 orang dengan total

persentase 46 persen adalah karyawan, 8

orang dengan total persentase 14 adalah

wiraswasta dan 4 orang dengan total

persentase 7 persen adalah pegawai negeri

sipil. Dapat ditinjau karakteristik wisatawan

yang mengunjugi Batur Geopark dengan

jumlah 58 responden, diketahui jumlah

pendapatan lebih kecil 5,000 Dollar

Amerika (USD) sampai 50,000 USD

sejumlah 27 orang dengan total persentase

47 persen. Pendapatan lebih kecil 50.001

USD sampai 500,000 USD sejumlah 11

orang dengan total persentase 19 persen

pertahun. Sedangkan sejumlah 20 orang

degan total persentase 34 persen tidak

bersedia memberikan jawaban. Jumlah

responden yang mengunjungi Global

Geopark Batur jika dilihat berdasarkan

status pernikahan responden, diketahui

bahwa 28 orang responden sudah menikah

dengan jumlah peresentase 49 persen.

Sementara responden yang belum menikah

berjumlah 30 orang atau sebesar 51 persen

dari total responden.

Page 58: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

275 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Ditinjau dari karakteristik perilaku

wisatawan atau travel behavior characteristic

berdasarkan sumber informasi darimana

wisatawan mengetahui Global Geopark

Batur maka terdapat jumlah keseluruhan

77 jawaban dari 58 responden. Responden

dapat memilih jawaban lebih dari satu

jawaban karena banyaknya informasi yang

di dapat oleh responden. Responden

mendapat informasi dari biro perjalanan

wisata sebanyak 24 jawaban dengan

persentase sebesar 31 persen. Responden

mendapat informasi dari internet sebanyak

24 jawaban dengan persentase sebesar 31

persen. Responden yang mendapat

informasi dari teman sebanyak 17 jawaban

dengan persentase sebesar 22 persen.

Responden yang mendapat informasi dari

brosur sebanyak 3 jawaban dengan

persentase sebesar 4 persen. Responden

yang mendapat informasi dari mulut ke

mulut sebanyak 2 jawaban dengan

persentase sebesar 3 persen. Responden

yang mendapat informasi dari televisi

sebanyak 1 jawaban dengan persentase

sebesar 1 persen. Responden yang

mendapat informasi dari buku sebanyak 5

jawaban dengan persentase sebesar 7

persen. Responden yang mengunjungi

Global Geopark Batur karena sudah

menjadi satu dalam paket wisata sebanyak 1

jawaban dengan persentase sebesar 1

persen. Namun tidak ada responden yang

mendapat informasi mengenai Geopark

Batur dari majalah maupun koran.

Berdasarkan karakteristik perilaku

wisatawan atau travel behavior characteristic

berdasarkan moda transportasi yang

digunakan menuju Geopark Batur maka

terdapat jumlah keseluruhan 62 jawaban

dari 58 responden. Responden dapat

memilih jawaban lebih dari satu jawaban

karena banyaknya moda transportasi yang

digunakan oleh responden. Responden

menggunakan bis pariwisata menuju Global

Geopark Batur terdapat 8 jawaban dengan

persentase sebesar 13 persen. Responden

yang menggunakan bis wisata terorganisasi

terdapat 29 jawaban dengan persentase 47

persen. Responden yang menggunakan

mobil pribadi, teman, perusahaan sebanyak

7 jawaban dengan persentase sebesar 11

persen. Responden yang menyewa mobil

menuju Global Geopark Batur sebanyak 9

jawaban dengan persentase sebesar 14

persen. Responden yang menggunkan taksi

menuju Global Geopark Batur sebanyak 3

jawaban dengan persentase sebesar 5

persen. Responden yang menggunakan

motor menuju Global Geopark Batur

sebanyak 5 jawaban dengan persentase

sebesar 8 persen. Responden yang berjalan

kaki menuju Global Geopark Batur

sebanyak 1 jawaban dengan persentase

sebesar 2 persen. Tidak ada responden

yang menggunakan transportasi sepeda

maupun truk atau mobil van menuju

Global Geopark Batur.

Karakteristik perilaku wisatawan atau

travel behavior characteristic berdasarkan

tingkat frekuensi responden mengunjungi

tempat tujuan maka dari 58 responden

terdapat 43 responden yang baru pertama

kali mengunjungi Global Geopark Batur

dengan persentase sebesar 74 persen.

Terdapat responden yang baru dua kali

mengunjungi Geopark Batur sebanyak 8

responden dengan persentase sebesar 14

persen. Dan terdapat responden yang telah

mengunjungi Global Geopark Batur

Page 59: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

276 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

sebanyak 3 kali sebanyak 7 orang dengan

persentase 12 persen.

Ditinjau dari motivasi perjalanan wisata

yang mengunjungi Global Geopark Batur

berdasarkan tujuan wisata dapat diketahui

terdapat 86 jawaban dari 58 responden.

Responden dapat memilih jawaban lebih

dari satu dikarenakan jenis tempat tujuan

wisata yang beragam. Responden

mengunjungi Global Geopark Batur

dengan tujuan untuk liburan dan rekreasi

sebanyak 46 jawaban dengan persentase

sebesar 53 persen. Responden dengan

tujuan untuk belanja sebanyak 1 jawaban

dengan persentase sebesar 1 persen.

Responden dengan tujuan untuk minat

khusus budaya sebanyak 11 jawaban

dengan persentase sebesar 13 persen.

Responden dengan tujuan untuk

menikmati kuliner sebanyak 2 jawaban

dengan persentase sebesar 2 persen.

Responden dengan tujuan untuk istirahat

dan relaksasi sebanyak 13 jawaban dengan

persentase sebesar 15 persen. Responden

dengan tujuan untuk menghindari

keramaian dan kesibukan sebanyak 8

jawaban dengan persentase sebesar 9

persen.

Ditinjau dari motivasi wisatawan yang

mengunjungi Global Geopark Batur

berdasarkan jenis kunjungan dapat

diketahui terdapat 58 responden.

Responden yang menyatakan penduduk

lokal daerah sekitar Global Geopark Batur

sebanyak 18 orang dengan persentase

sebesar 31 persen. Responden yang

menyatakan kunjungan dari rumah keluar

daerah sebanyak 14 orang dengan

persentase sebesar 24 persen. Responden

yang menyatakan kunjungan sementara dan

tinggal di luar daerah sebanyak 9 orang

dengan persentase sebesar 16 persen.

Responden yang menyatakan kunjungan

bebas lebih dari 1 hari sebanyak 3 orang

dengan persentase sebesar 5 persen.

Responden yang menyatakan paket liburan

inklusif sebanyak 14 orang dengan

persentase sebesar 24 persen. Lebih rinci

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Ditinjau dari motivasi wisatwan yang

mengunjungi Global Geopark Batur

berdasarkan tujuan wisata dapat diketahui

terdapat 125 jawaban dari 58 responden.

responden dapat memilih jawaban lebih

dari satu dikarenakan jenis dan tempat

tujuan wisata yang beragam. Terdapat

responden yang bertujuan mengungunjugi

wisata bangunan sebanyak 7 jawaban

dengan persentase 5 persen, responden

yang memiliki tujuan minat khusus

sebanyak 12 jawaban dengan persentase 10

persen, dan responden yang memiliki

tujuan untuk mencari suasana damai dan

tenang sebanyak 34 jawab dengan jumlah

persentase 27 persen. Responden dengan

tujuan mengunjungi dan menggunakan

fasilitas olahraga sebanyak 5 jawaban

dengan jumlah persentase 4 persen,

responden dengan tujuan mengunjungi

fasilitas hiburan dan rekreasi sebanyak 4

jawaban dengan jumlah persentase 3% dan

responden yang memiliki tujuan untuk

mengunjungi budaya sebanyak 6 jawaban

dengan jumlah persentase 5 persen.

Terdapat responden yang bertujuan

mengunjugi tempat religius sebanyak 6

jawaban dengan jumlah persentase 5

persen, responden yang bertujuan

mengunjungi atraksi kesenian seperti tarian

dan kerajinan lokal sebanyak 3 jawaban

Page 60: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

277 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dengan jumlah persentase 2 persen.

Responden yang mengunjugi Global

Geopark Batur dengan tujuan melihat dan

merasakan keramahan dan keramatamahan

penduduk setempat sebanyak 8 jawaban

dengan jumlah persentase 6 persen.

Terdapat responden yang memiliki tujuan

untuk mengunjugi aktivitas terntu sebanyak

3 jawaban dengan jumlah persentase 2

persen, terdapat tujuan responden yang

mengunjungi Global Geopark Batur untuk

menikmati panorama alam sebanyak 8

jawaban dengan jumlah persentase 2

persen. Terdapat juga responden lain

memiliki tujuan untuk mengujungi

akomodasi wisata yang berkualitas sebanyak

4 jawaban dengan jumlah persentase 3

persen, responden yang memiliki tujuan

untuk mengunjugi kegiatan ekowisata

sebanyak 9 jawaban dengan jumlah

persentase 7 persen, responden yang

bertujuan untuk melihat dan menikmati

festival atau event sebanyak 3 jawaban

dengan jumlah persentase 2 persen.

c. Posisi Destinasi Kawasan Geopark

Batur Kintamani berdasarkan Analisis

Destination Life Cycle

Berdasarkan hasil kajian potensi

produk wisata dari atribut atraksi wisata,

akses, fasilitas wisata, ketersediaan paket

wisata, aktivitas wisata di destinasi dan

prasarana pendukung destinasi wisata di

Kawasan Geopark Batur, maka analisis

Siklus Hidup Destinasi Wisata

menunjukkan bahwa destinasi ini berada

pada tahapan Konsolidasi (Consolidation)

dimana pada tahapan ini perekonomian

masyarakat lokal yang berada dekat dari

Objek Daya Tarik Wisata bersumber dari

industri pariwisata. Tingkat kunjungan

wisatawan meningkat namun mengalami

fluktuasi yang cukup signifikan pada

periode tertentu. Meskipun data kunjungan

wisatawan pada tahun 2016 mengalami

peningkatan hingga 13,89 persen namun

belum mampu mengembalikan kejayaan

pesona Kintamani seperti pada era tahun

1990-an (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bangli, 2017). Kawasan wisata

di Kintamani sempat kehilangan

kejayaannya bahkan masih berusaha untuk

mendapatkan kembali kepercayaan

wisatawan untuk datang berkunjung.

Banyak ditemui fasilitas wisata seperti hotel

dan restoran yang sudah tidak beroperasi

dan bangunannya terbengkalai bahkan

menghalangi jarak pandang ke Kaldera

Gunungapi Batur (hasil wawancara dengan

Ibu Tri, Pengelola Penginapan Bumi Ayu,

pada tanggal 24 Mei 2017).

Kemajuan teknologi dan arus

globalisasi yang kian pesat menuntut para

pelaku wisata di kawasan Geopark Batur

untuk lebih tanggap dengan pasar atau

karakter wisatawan masa kini. Fasilitas yang

sudah tua dan tidak memberi ragam

produk semakin kurang diminati.

Masyarakat lokal yang berperan besar

sebagai penggerak roda industri juga masih

memerlukan binaan dan membangun

kesadaran mereka akan pentingnya

mewujudkan konsep berkelanjutan

terutama karena Kintamani merupakan

Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus

(KDTWK). Potensi alam dan budaya yang

dimiliki kawasan harus dikonservasi agar

masyarakat tidak kehilangan kesempatan

untuk menawarkan atraksi alam dan budaya

yang menjadi daya tarik utama.

Page 61: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

278 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

d. Analisis SWOT dan Analisis Strategi

Pengembangan Produk Wisata

berbasis Edukasi

Tahapan ini akan mengidentifikasi

berbagai faktor-faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal

(peluang dan ancaman) pada kawasan

wisata Geopark Batur (baik dari sisi

wisatawan dan potensi wisata) yang

kemudian dikaji kedalam matriks SWOT

sebelum merumuskan strategi yang

dikelompokan menjadi empat bagian,

dimana strategi tersebut berdasarkan

prinsip-prinsip dan konsep produk wisata

edukasi yang bermuara untuk menghasilkan

educational tourist experience. Adapun

data kuesioner terkait analisis kondisi

internal dan eksternal ini didapatkan

melalui Focus Group Discussion (FGD)

yang dijawab oleh 10 orang responden yang

terdiri dari 8 orang respoden berasal dari

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Bangli (Bidang Pengelola Daya

Tarik Wisata; Bidang Pemasaran; dan

Bidang Pengendalian Daya Tarik Wisata);

Kepala Desa Batur Tengah (I Made

Sasmika); Ketua Local Working Group

(Nyoman Muliawan). Adapun data kajian

Matriks SWOT adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Matrik SWOT

ANALISIS INTERNAL (Internal Factor Analysis Strategy) Bobot Relatif Rating Skor

KEKUATAN (STRENGHT (S))

Memiliki daya tarik Pemandangan dan pedesaan (alam), Suasana damai

dan tenang, Minat Bersejarah, Situs Pendidikan, Liburan Budaya,

Arsitektur, Fasilitas Hiburan dan Rekreasi dan Tempat Keagamaan

4.3 0.0799 3.6 0.2877

Memiliki berbagai kegiatan seperti bersepeda, off road (motor dan mobil),

pemandian air panas, menikmati pemandangan di danau dengan kapal,

jogging, tracking ke Gunung Batur, Berkemah, Meneliti tanaman dan

bebatuan.

4.3 0.0799 3.5 0.2797

Pengunjung dapat memanfaatkan keuntugan dari destinasi untuk menikmati

waktu senggang, liburan dan rekreasi, menghindari keramaian & hiruk

pikuk kehidupan sehari-hari, transit dan kegiatan beragama / ziarah. 3.9 0.0724 3 0.2174

Memiliki Museum Geologi dan Gunung Api yang memiliki pengetahuan

khusus untuk Keahlian Geologi. 4.4 0.0817 3.5 0.2862

Peran Adat dan peraturan adat masih kental dan sangat terlibat dalam

masyarakat. 4 0.0743 3.1 0.2304

Geopark Global Geopark Network memiliki penduduk lokal yang unik dan

gaya hidup tradisional di wilayahnya seperti Desa Trunyan & Desa Pinggan

yang kaya akan latar belakang sejarah dan keunikan agama.

4.2 0.0780 3.5 0.2732

Page 62: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

279 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

JUMLAH 25.1 0.4665 1.5749

KELEMAHAN (WEAKNESS (W)) Bobot Relatif Rating Skor

Event, Ekowisata, Keramahan dan keramahtamahan penduduk setempat

belum menjadi daya tarik, bahkan minat budaya, masakan, pendidikan dan

pelatihan, olahraga belum menjadi faktor utama untuk berkunjung.

4.3 0.0799 2.4 0.1918

Kawasan wisata tidak dikelola dengan baik. 4.4 0.0817 1.6 0.1308

Pemanfaatan media promosi elektronik dan internet kurang dari 10%, yang

menyebabkan kurangnya informasi pada setiap objek wisata. 4.1 0.0762 2.1 0.1600

Kurangnya transportasi umum yang tersedia ke lokasi wisata (3% bus dan

1% taksi) 3.5 0.0650 2.1 0.1366

Kurangnya etika masyarakat setempat saat menyambut kedatangan

wisatawan, seperti pedagang lokal yang memaksa turis untuk membeli

barang dagangan.

4 0.0743 2 0.1486

Banyak fasilitas pariwisata seperti restoran dan hotel yang dibangun di

sekitar pemandangan Gunung Batur yang megah sehingga menghalangi

pandangan luas ke atraksi alam ini. 4.4 0.0817 1.6 0.1308

Praktisi lokal pariwisata memiliki keterampilan dan pengetahuan yang

sangat rendah dalam mengelola daya tarik wisata mereka. 4 0.0743 2.1 0.1561

JUMLAH 28.7 0.5334 1.0550

Total Bobot x Skor untuk Faktor Internal 53.8 1 2.6299

ANALISIS EFAS (External Factor Analysis Strategy) Bobot Relatif Rating Skor

KESEMPATAN (OPPORTUNITY (O))

Bagian dari Global Geopark Network (GGN) atau jaringan taman bumi

global. 4.2 0.0762 3.6 0.2744

Lebih dari 50% turis di usia produktif, 70% di antaranya berpendidikan,

sarjana, magister, dan doktor 3.3 0.0598 2.7 0.1617

Potensi pasar yang tersedia dari semua jenjang pendidikan di Bali 3.8 0.0689 3.2 0.2206

Kemajuan dan kemudahan teknologi. 3.6 0.0653 3.1 0.2025

Batur memilikinya budaya tradisional dan keunikan (Desa Terunyan &

Pura Dalem Belingkang) untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata

berbasis Budaya dan Pendidikan.

4.5 0.0816 3.6 0.2940

Kawasan konservasi yang melindungi ekosistem untuk mendukung (flora,

fauna, keanekaragaman hayati) 4.1 0.0744 2.9 0.2157

Memiliki Situs Kajian Geografis (Geosite), Budaya, Agrowisata, dan

Gunung Api sebagai investasi di Sektor Pariwisata 4.2 0.0762 3.3 0.2515

JUMLAH 27.7 0.5027 1.6206

ANCAMAN (THREAT (T)) Bobot Relatif Rating Skor

Munculnya berbagai pencemaran alam di sekitar Danau Batur 4.1 0.07441 1.6 0.1190

Adanya tambang batu alam dan pasir yang mengancam sumber daya alam

Gunung Batur 4.2 0.07622 1.5 0.1143

Citra yang buruk dari masyarakat lokal (terutama pedagang acung dan local

guide) 3.7 0.06715 1.9 0.1275

Page 63: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

280 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata (akomodasi dan

restoran) yang tidak terkendali 4.2 0.07622 1.5 0.1143

Banyak Kawasan Wisata dibangun di area rawan tanah longsor dan tidak

aman 4 0.07259 1.5 0.1088

Kegiatan wisata mengancam budidaya Ikan Mujair di Danau Batur 3.5 0.06352 1.8 0.1143

Sumber daya pariwisata yang tidak dapat dikelola dengan baik terutama

sumber daya alam 3.7 0.06715 1.6 0.1074

JUMLAH 27.4 0.49727 0.8059

Total Bobot x Skor untuk Faktor Eksternal 55.1 1 2.4266

Sumber: Data Diolah Peneliti (2017)

Berdasarkan analisis faktor internal

(IFAS) dan analisis faktor eksternal (EFAS)

di Geopark Batur, Kintamani maka

didapatkan 4 set formulasi alternated

strategi yang disajikan dalam TOWS

matriks sebagai berikut:

a. Strategi Strenght Opportunities (SO):

yaitu strategi yang meningkatkan indikator

kekuatan dari Geopark Batur Kintamani

untuk merebut peluang sebagai berikut:

1. Menggarap pasar pelajar yang

berpendidikan untuk menikmati destinasi

dengan maksimal terutama untuk

meningkatkan kunjungan ke Museum

Gunung Api Batur.

2. Menyediakan program Kelompok

Kerja Nyata (KKN) dengan bekerja sama

dengan universitas negeri dan swasta.

3. Mengelola produk wisata yang ada

dan bekerja sama dengan masyarakat lokal

maupun para akademisi dan staf ahli untuk

menyusun sarana informasi bagi para

pengunjung dengan lebih komprehensif

dan mudah dipahami.

4. Menjaga dan merawat potensi wisata

alam serta melakukan konservasi pada

ekosistem yang terancam punah namun

menjadi keunikan bagi destinasi baik

kekayaan hayati, budaya maupun natural.

5. Memaksimalkan peranan

masyarakat lokal dengan menawarkan

program sadar wisata dan pelatihan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan dan

pengelolaan destinasi wisata.

b. Strateggi Strenght Threats (ST): yaitu

strategi yang disusun dengan cara

menggunakan semua kekuatan dari

Geopark Batur Kintamani untuk mengatasi

ancaman sebagai berikut:

1. Melakukan zonasi yang jelas tentang

area galian yang bisa dan tidak bisa

dilakukan oleh masyarakat umum.

2. Melakukan penyuluhan terkait

pentingnya menjaga kelestarian attraksi

alam dan sumber kehidupan bagi

masyarakat kintamani khususnya Danau

Batur.

3. Membangun citra yang baik dengan

membenahi sarana prasarana dan

profesionalitas para pelaku industri melalui

pelatihan bekerja sama dengan Asosiasi

Pariwisata; Akademisi; atau relawan yang

memiliki pemahaman serupa untuk

membantu meningkatkan industri

pariwisata di Kintamani.

4. Bekerja sama dengan Dinas

Perikanan atau Non Govermental

Organization (NGO) yang memiliki

pemahaman tentang konservasi ekosistem

Page 64: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

281 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

khususnya dalam hal ini ikan mujair di

Danau Batur.

5. Melakukan dialog atau diskusi

mendalam bersama pemerintah setempat

terkait batasan atau aturan yang pasti untuk

pembangunan fasilitas pariwisata

(akomodasi dan restoran) di sepanjang

kawasan wisata Gunung dan Danau Batur.

6. Mengidentifikasi bangunan yang

tidak layak atau non produktif serta

produktif untuk mengantisipasi bencana

yang tidak diharapkan terutama pada

kawasan rawan longsor.

c. Strategi Weakness Opportunities (WO):

yaitu strategi yang disusun dengan cara

meminimalkan kelemahan dari Geopark

Batur Kintamani untuk menguatkan

peluang yang ada, sebagai berikut:

1. Meminimalisir kegiatan promosi

yang konvensional dengan menyusun

strategi promosi menuju digitalisasi sesuai

dengan strategi promosi Kementrian

Pariwisata seperti memanfaatkan aplikasi,

media sosial, media elektronik, dan

peningkatan branding dengan mengadakan

perhelatan khusus secara berkala setiap

tahunnya seperti Festival atau Perlombaan

di kawasan Geopark Batur, Kintamani.

Kegiatan branding juga dapat dilakukan

dengan menjadi sponsor atau menambah

anggaran media promosi melalui elektronik

atau iklan. Selain itu melebarkan jaringan

dengan mengundang aktifis atau kaum

muda yang kreatif untuk menyusun

promotional tools yang menarik dan

mudah diingat di benak konsumen dalam

jangka panjang.

2. Menghapuskan pedagang acung di

sekitar kawasan wisata karena mampu

memberi citra negatif bagi kualitas atraksi

yang ditawarkan serta pengelola destinasi itu

sendiri.

3. Meminimalisir tenaga atau pelaku

wisata yang tidak profesional dan tidak

memiliki pemahaman terkait pengelolaa

kepariwisataan.Melakukan lokakarya

berkala bagi para pelaku wisata terkait

teknik pelayanan, berbahasa asing yang

baik, dan psikologi pelayanan di kawasan

Batur Global. Serta memaksimalkan

kinerja Local Working Group yang sudah

dibentuk untuk mengelola potensi wisata di

masing – masing daerah dengan

membandingkan atau studi literatur

destinasi sejenis dan kebutuhan pasar

dewasa ini.

4. Meminimalisir keluhan wisatawan

terkait ketidaknyamanan berkunjung ke

Kintamani, dengan menyusun Paket Wisata

Edukasi. Paket wisata khusus ini untuk

memberikan pengalaman edukasi sekaligus

berlibur yang menyenangkan dan

bermanfaat.

5. Meninimalisir dampak negatif dari

industri pariwisata. Bekerja sama dengan

akademisi untuk melakukan kajian terkait

pengembangan destinasi dan produk wisata

alternatif sperti edukasi dan ekowisata yang

mengacu kepada konsep berkelanjutan.

6. Meninimalisir korban pengguna

jalan menuju kawasan Gunung Batur

karena berbatu, berlubang, dan berpasir.

Melakukan peningkatan sarana dan

prasarana seperti aksesibilitas dan

transportasi umum dan perbaikan jalan

utama menuju kawasan Geopark Batur

Kintamani.

7. Melestarikan keunikan Desa

Terunyan serta mempromosikan keunikan

tradisi dengan menawarkan pengalaman

Page 65: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

282 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

mengunjungi Desa Terunyan, mempelajari

sejarah nya serta menikmati kuliner lokal

yaitu Ikan Mujair yang dikelola langsung

oleh masyarakat lokal. Melibatkan

masyarakat lokal lebih aktif mulai dari

perencanaan sampai dengan pengelolaan

destinasi wisata.

8. Mengurangi kesan negatif dan

kurangnya kesadaran wisatawan atau target

pasar terkait destinasi wisata dengan

membuat video promosi yang menarik

dengan menggunakan peralatan yang masa

kini serta konsep promosi yang sesuai

dengan target market yaitu kaum pelajar,

penikmat alam, petualang, dan pemerhati

alam serta budaya.

d. Strategi Weakness Threat (WT): yaitu

strategi yang disusun dengan cara

meminimalkan kelemahan dari Geopark

Batur Kintamani untuk menghindari

ancaman, sebagai berikut:

1. Mengembangkan destinasi wisata

dengan menambah sarana prasarana yang

sesuai dengan karakter produk yaitu

edukasi; petualangan; budaya; pertanian;

dan alam.

2. Merencanakan dan mengadakan

event berskala nasional dan internasional di

kawasan Danau Batur, Kintamani.

3. Membina atau menghapuskan

pedagang acung di sekitar kawasan wisata.

Pemerintah daerah diharapkan menindak

tegas para pedagang acung yang

meresahkan wisatawan dengan memastikan

pemanfaatan Pasar Seni di Penelokan

Kintamani.

4. Menambah penunjuk arah dan

sarana informasi terkait berbagai objek daya

tarik wisata.

5. Menyusun peta wisata yang

memudahkan para wisatawan khususnya

pada atraksi wisata budaya (Desa

Terunyan); atraksi wisata alam (Gunung

dan Danau Batur; serta Hutan Lindung dan

Geopark Batur); atraksi wisata pertanian;

sumber mata air panas (toya bungkah) dan

atraksi wisata buatan (Musium Gunung Api

Batur).

5. Mengevaluasi kinerja Local

Working Group (LWG) secara berkala.

6. Menyediakan pemandu wisata yang

profesional dan mampu memberikan

informasi terkait destinasi wisata.

Berdasarkan tabel 2 tentang Matrik

SWOT Geopark Batur, Kintamani maka

didapatkan titik koordinat sumbu X dengan

mengurangi skor total komponen Strenght

(S) dengan skor total komponen Weakness

(W) sebagai berikut: 1,575 – 1,055 = 0.52

(bernilai positif). Sementara titik koordinat

sumbu Y diperoleh dengan mengurangi

skor total komponen Opportunity (O)

dengan skor total komponen Threat (T)

sebagai berikut: 1.621 – 0.806 = 0.815

(bernilai positif). Maka berdasarkan

diagram bobot dan rating SWOT diketahui

bahwa Geopark Batur, Kintamani berada

pada kuadran I yaitu Growth Oriented

Strategi dimana kondisi ini masih

menguntungkan jika destinasi mampu

memanfaatkan peluang dan kekuatan yang

dimiliki untuk tumbuh dan berkembang.

Adapun strategi pengembangan produk

wisata alternatif berbasis yang dapat

dilakukan ssadalah sebagai berikut:

a. Menyusun paket wisata edukasi dimulai

dari Musium Gunung Api Batur untuk

mempelajari sejarah Gunung Batur serta

kekayaan geografis yang terkandung di

Page 66: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

283 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dalamnya baik alam, budaya, dan sejarah,

kemudian menuju kawasan Geopark Batur

untuk mempelajari secara langsung

kekayaan Geosite dan keindahan kaldera

Batur, dilanjutkan dengan menikmati

keindahan Danau Batur sebagai sumber

kehidupan dan mata air di Pulau Bali dan

hidupnya berbagai ekosistem danau salah

satunya ikan mujair yang menjadi kuliner

khas di Kintamani; mengunjungi Desa

Terunyan untuk mempelajari sejarah salah

satu Desa Bali Kuno dan keunikan cara

penguburan mayat di bawah pohon Taru

Menyan; dan diakhiri dengan wisata

pertanian seperti sayuran organik, buah

jeruk, markisa, terong belanda, cengkeh

dan kopi Kintamani. Kegiatan perjalanan

edukasi ini harus dikelola oleh masyarakat

lokal sehingga masyarakat akan tertantang

untuk selalu meningkatkan kemampuan

dan menghargai potensi alam, budaya

maupun buatan yang tersedia demikian

berlimpahnya di Kintamani.

b. Mengembangan strategi promosi digital

dengan memanfaatkan media sosial dan

elektronik serta mengurangi kegiatan

promosi media cetak yang tidak terlalu

perlu. Penyusunan materi prmosi dapat

melibatkan aktivis muda yang kreatif dan

memiliki visi yang sama untuk

mengembangkan destinasi. Selain itu,

destinasi wisata melalui Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Bangli juga perlu

menyusun gift away yang bermanfaat

dengan desain yang menarik serta kualitas

yang baik untuk meningkatkan citra selain

karena Geopark Batur telah menjadi salah

satu warisan taman bumi dunia (GGN).

c. Melakukan pelatihan sadar wisata dan

pengelolaan wisatawan khususnya Eropa

dan Asia yang paling banyak mengunjungi

destinasi serta wisatawan domestic yang

sangat tertarik untuk menikmati kuliner dan

swafoto berlatar belakang Danau dan

Gunung Batur. Potensi ini harus

dimaksimalkan dan di kembangan dengan

membangun objek swafoto atau festival

kuliner yang mengangkat kuliner lokal

seperti contohnya Ikan Mujair Batur yang

sangat authentic. Selain itu upaya

meningkatkan kesadaran akan branding

baru melalui predikat sebagai salah satu

Global Geopark Network, Geopark Batur

juga dapat merangkai kegiatan festival

gunung api Batur dengan merangkul

stakeholder untuk

mengimplementasikannya.

d. Mengembangkan pasar pelajar yang

berpendidikan untuk menikmati destinasi

dengan maksimal terutama untuk

meningkatkan kunjungan ke Museum

Gunung Api Batur mengingat rata – rata

pengunjung berlatar pendidikan yang tinggi

hingga pasca sarjana. Kondisi ini

membuktikan bahwa Geopark Batur,

Kintamani perlu menyusun promosi wisata

dan mengemasnya dengan lebih atraktif

dan bekerja sama institusi akademisi dan

praktisi yang memilki visi yang sama tidak

hanya pada musim liburan sekolah namun

secara berkala dan seasonal.

Page 67: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

284 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Diagram 1

Kuadran Analisis SWOT

Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

Berdasarkan kajian diatas maka

penelitian ini menemukan fakta bahwa

secara umum kawasan wisata Geopark

Batur ini memiliki potensi yang cukup kuat

untuk dikembangkan sebagai produk wisata

edukasi. Hal tersebut terlihat dari

tersedianya daya tarik dan aktivitas wisata

yang dapat dimanfaatkan seperti yang

terkait dengan bahasa dan budaya daerah

lokal, seni arsitektur, music, kehidupan

masyarakat desa, kegiatan tentang

kepedulian lingkungan dan alam, serta flora

dan fauna, hingga memperdalam

ketertarikan akan warisan budaya dan

tempat-tempat bersejarah. Berbagai potensi

tersebut dapat memberikan educational

tourist experience bagi wisatawan.

Sedangkan dari sisi pasar atau wisatawan

yang mengunjungi kawasan ini, memiliki

pasar potensial yang tinggi dimana lebih

dari 70% wisatawan berlatar belakang

pendidikan tinggi (pasca sarjana). Meskipun

jika dilihat dari segi motivasi, sebagian besar

wisatawan masih tergolong „tourism first‟

dibanding „education first‟. Namun hal

tersebut masih dapat ditingkatkan dengan

mengembangkan pasar pada segmen study

tour atau perjalanan yang dilakukan oleh

pelajar dalam tingkat sekolah, universitas

baik domestik atau internasional, termasuk

sekolah bahasa, kunjungan sekolah dan

pertukaran pelajar.

Adapun strategi yang dapat digunakan

dalam mengembangkan pariwisata edukasi

di kawasan wisata Batur Global Geopark

adalah dengan cara memanfaatkan image

Global Geopark Network untuk

memperkenalkan produk melalui media

elektronik dan internet, terutama melalui

berbagai jenis sosial media yang semakin

berkembang. Menangkap pasar potensial

Kekuatan Kelemahan

Peluang

Ancaman

Y

( 0,520 ; 0,815 )

Kuadran I Kuadran III

Kuadran IV Kuadran II

Mendukung Strategi

Agresif

Page 68: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

285 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

terutama kalangan pelajar, mulai dari SD,

SMP, SMA hingga perguruan tinggi, serta

mengemas atraksi dan aktivitas wisata

dengan unsur-unsur edukasi. Sedangkan

untuk meminimalisir kelemahan dapat

dilakukan dengan cara melibatkan

masyarakat lokal dalam berbagai aktivitas

wisata serta sosialisasi tentang sapta pesona

(prinsip-prinsip penyelenggaraan pariwisata)

sehingga image masyarakat lokal akan

semakin baik. Beberapa strategi tersebut

juga perlu didukung oleh para pembuat

kebijakan (baik aparat desa, pemerintah

lokal maupun pusat) terutama terkait

dengan pencemaran alam di sekitar danau

dan hutan, aktivitas tambang batu alam dan

pasir, serta aturan tentang tata kelola

pembangunan sarana prasarana pendukung

pariwisata (akomodasi dan restoran).

Strategi tersebut perlu diimplementasikan

secara terintegrasi dan menyeluruh agar

dapat saling mendukung antara pariwisata

dan edukasi atau dengan kata lain

menciptakan pariwisata edukasi.

D A F T A R P U S T A K A

Anonim, “Green Growth 2050 Road Map

For Bali Sustainable Tourism

Development”. Kementrian

Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif,

Republik Indonesia, 2015.

Anonim, “Master Plan Batur Inner Kaldera

Geopark Bali Indonesia”.

Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi

Kreatif, Republik Indonesia, 2011.

Anonim. 2014. “UNWTO 2014”. Tourism

Highlights 2014 Edition.

Anonim. 2016. “Kecamatan Kintamani

Dalam Angka 2016”.

(www.banglikab.bps.go.id, diakases

pada tanggal 10 November 2016).

Anonim. 2016. “Buku Panduan Museum

Gunungapi Batur”. Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bangli.

Buhalis, Dimitrios, “Marketing The

Competitive Destination Of The

Future”. Tourism Management 21:

97 – 116.

(www.elsevier.com/locate/tourman,

diakses pada tanggal 17 Agustus

2013), 2000.

Cooper, Chris. et.al., “Tourism Principles

and Practice”. England: Longman,

1993.

Data Kunjungan Wisatawan Pada Kota

Atau Kabupaten Di Bali.

(http://www.disparda.baliprov.go.id/infor

masi/2013, diakses Pada Tanggal 5

Januari 2015).

Dickman, Sharron, “Tourism An

Introductory Text”. Australia:

Edward Arnold (Australia) Pty Ltd,

1989.

Prihtiyani, Eny. 8 Oktober 2012. “Kaldera

Batur Ditetapkan sebagai Taman

Bumi

Page 69: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 262-286

@STPS 2017, All Rights Reserved

286 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Global”.(http://travel.kompas.com/read/

2012/10/08/15392836/Kaldera.Batur.Dit

etapkan.sebagai.Taman.Bumi.Global,

diakses pada tanggal 12 Oktober

2012).

Goeldner, Charles R., and J.R. Brent

Ritchie. 2009. ”Tourism Principles,

Practice, and Philosophies”. Eleventh

Edition. New Jersey: John Wiley &

Sons, Inc.

Jaafar, Mastura et.al. 2014. “Geopark

Ecotourism Product Development: A

Study On Tourist Differences”. Asian

Social Science. Volume 10, Number

11: 42 – 55. (http://dx.doi.org/, diakses

pada tanggal 11 Januari 2015).

Jennings, Gayle. 2001. “Tourism

Research”. Australia: John Wiley &

Sons Australia, Ltd.

Leiper, N. 1990. “Tourism Systems”.

Department of Management Systems,

Occasional Paper 2, Massey

University, Auckland, New Zealand.

Leksakundilok, Anucha. 2004.

“Community Participation In

Ecotourism Development In

Thailand”. Thesis. Australia:

University Of Sidney.

Mason, Peter. 2003. “Tourism Impacts,

Planning and Management”. Oxford:

Butterworth – Heinemann.

Pitana, I Gde, dan I Ketut Surya Diarta,

“Pengantar Ilmu Pariwisata”.

Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET,

2009.

Prayag, Girish, “Image As Pull Factors Of

A Tourist Destination: A Factor –

Cluster Segmentation Analysis”.

Tourism Analysis, Vol.15, pp. 1 – 14,

2010.

Ritchie et al., “Aspects of Tourism: 10,

Managing Educational Tourism”.

Channel View Publications, 2003.

Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D”. Cetakan Ketiga.

Bandung: Alfabeta, 2007.

UNESCO. 2015. “Global Network Of

National Geoparks”.

(http://www.globalgeopark.org., diakses

pada tanggal 15 Januari 2015).

Page 70: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

287 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

PENGARUH DAYA TARIK WISATA PANTAI GANDORIAH TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN WISATAWAN

DI KOTA PARIAMAN

The Attractiveness Effect On The Motivation Of Tourist

To Visit Gandoriah Beach

Titing Kartika¹

STIEPAR YAPARI, Bandung.

[email protected]

Septy Indrianty²

STIEPAR YAPARI, Bandung.

[email protected]

Sonya Putri Yuliani ³

Alumni STIEPAR YAPARI, Bandung,

[email protected]

ABSTRAK

Daya tarik wisata merupakan salah satu motivasi pendorong wisatawan untuk

berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Pantai Gandoriah merupakan sebuah daya

tarik wisata yang berada di Kota Pariaman, provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan

data kunjungan wisatawan tahun 2016, banyak wisatawan yang telah datang

mengunjungi Pantai Gandoriah, yang terkenal dengan kecantikan alam dan empat

pulau yang berada disekitar pantai dan budaya tabuiknya. Daya tarik wisata

merupakan salah satu faktor penting dalam menarik motivasi wisatawan untuk

berkunjung. Daya tarik wisata yang baik dapat memotivasi wisatawan untuk

berkunjung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi daya tarik wisata

yang ada di Pantai Gandoriah, mengidentifikasi motivasi berkunjung wisatawan

serta mengetahui seberapa erat hubungan antara daya tarik wisata dengan motivasi

kunjungan wisatawan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif, Dalam penelitian ini ditetapkan sampel untuk pengumpulan data

melalui penyebaran kuesioner adalah sebesar 100 orang yang dari hasil

perhitungan Metode Slovin. Masing-masing pertanyaan kuesioner diberi

pembobotan dengan menggunakan skala Likert. Kemudian digunakan

perhitungan Korelasi Pearson Product Moment untuk mengukur hubungan antar

variabel. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara keseluruhan

daya tarik wisata berpengaruh terhadap motivasi berkunjung, hal ini dilihat dari

nilai atraksi, aksesbilitas dan sarana dan prasarana mempengaruhi motivasi sebesar

Page 71: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

288 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

47%, selebihnya atau sebesar 53% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diikutsertakan dalam penelitian ini

Kata Kunci : Daya tarik wisata, Motivasi Kunjungan

ABSTRACT

The Tourist attraction is one of the driving motivations of tourists to visit a tourist

destination. Gandoriah Beach is a tourist attraction located in Pariaman City,

West Sumatra Province. Based on data tourism visit 2016, many tourists visited

Gandoriah Beach is well known with the beauty of beach and the four islands

around the beach and the culture of Tabuik. Tourist attraction is one of the most

important things to motivate tourist to visit. A good tourist attraction will motivate

tourists to visit a destination. The purpose from this research was to identify the

tourist attraction of Gandoriah Beach, identified the tourist motivation, and

analyze the correlation between the tourist attraction with visiting tourists

motivation of Gandoriah Beach. This study used descriptive quantitative method.

In the study presenting determined the sample of data collection through 100

people questionares which obtained from the calculation method of slovin. Each

questionares is given a weighting questions using likert scale.then used Pearson

Product Moment Correlation to measure the relationship between variabels. The

result shows that, overall the attractiveness visitors on the motivations appeal of a

visit, this can be seen from the value of the attractions, accessbility and amenitas

affect motivation about by 47%, or the rest of 53% influenced by other factors not

included in the study.

Keywords: Tourist attraction, Visiting motivation

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Agustus 2017

Direvisi: 16 September 2017

Diterima: 30 September 2017

P E N D A H U L U A N

Perkembangan kepariwisataan di

Indonesia diarahkan pada

peningkatan peran pariwisata dalam

kegiatan ekonomi yaitu meningkatkan

investasi sektor pariwisata yang dapat

menciptakan lapangan kerja serta

kesempatan berusaha dengan tujuan

untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat serta penerimaan devisa

negara yang mana sesuai dengan

Undang - Undang Nomor 10 tahun

2009 tentang kepariwisataan yang

menyatakan bahwa penyelenggaraan

kepariwisataan ditujukan untuk

meningkatkan pendapatan nasional

dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat, memperluas dan

memeratakan kesempatan berusaha

dan lapangan kerja, mendorong

pembangunan daerah,

memperkenalkan dan

mendayagunakan objek dan daya

tarik wisata di Indonesia serta

memupuk rasa cinta tanah air dan

mempererat persahabatan antar

bangsa.

Perjalanan wisata dilakukan oleh

manusia untuk memenuhi

kebutuhannya dalam mencari suatu

pengalaman baru yang belum pernah

Page 72: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

289 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

mereka dapatkan sebelumnya.Faktor

- faktor yang mempengaruhi

seseorang untuk melakukan

perjalanan wisata ini menjadi hal yang

sangat menarik untuk dijadikan

arahan dalam pengembangan daya

tarik wisata.

Motif atau faktor yang

mempengaruhi para wisatawan dapat

dijadikan acuan untuk para pelaku

pariwisata dari mulai pemerintah,

penyedia jasa wisata, pengelola tempat

wisata dalam menentukan kebijakan-

kebijakan maupun keputusan yang

sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan dari wisatawan itu sendiri.

Jadi melakukan perjalanan wisata

merupakan salah satu kebutuhan yang

harus dipenuhi untuk keluar dari

kejenuhan bekerja terutama bagi

penduduk dari negara-negara yang

telah maju, salah satunya Indonesia

yang memiliki daya tarik objek wisata

yang beraneka ragam mulai dari

wisata alam, sejarah, budaya dan

wisata bahari.

Sumatera Barat adalah salah satu

propinsi yang memiliki

keanekaragaman daya tarik wisata dan

tempat-tempat objek wisata yang

bervariasi dan wisatawan bisa memilih

objek dan daya tarik apa saja sesuai

dengan keinginanan wisatawan mulai

dari wisata budaya, sejarah, gunung,

pulau yang mana belum semuanya

diketahui oleh wisatawan. Daya tarik

dan objek wisata yang ada di

Sumatera Barat bisa menjadi tempat

berwisata dan menjadi daya tarik

wisatawan yang berkunjung dan

menjadi daftar kunjungan wisatawan

ke salah satu kota nya yaitu Kota

Pariaman.Kota Pariaman sebagai kota

otonom dengan perjuangan yang amat

panjang menuju kota yang defenitif,

Kota Pariaman akhirnya resmi

terbentuk sebagai kota otonom pada

tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan

Undang-Undang No 12 Tahun 2002

tentang pembentukan Kota Pariaman

di Provinsi Sumatera Barat. Kota

Pariaman terbentang pada jalur

strategis lintas Sumatera Bagian Barat

yang menghubungkan propinsi

Sumatera Utara dan propinsi

Sumatera Barat, berjarak sekitar 56

km dari Padang dan sekitar 25 km

dari Bandara Internasional

Minangkabau. Kota ini berada pada

ketinggian antara 2 m sampai dengan

35 m di atas permukaan laut. Kota ini

memiliki luas daratan 73,36 km²

dengan panjang pantai kurang lebih

12,00 km serta luas perairan laut

282,69 km² dengan beberapa pulau

kecil.

Daya tarik wisata di kota ini

adalah pantainya yang landai dan

bersih serta memiliki empat pulau

yang dua diantara pulau tersebut

sudah menjadi daya tarik dan

kunjungan wisatawan yaitu Pulau

Angso Duo dan Pulau Kasiak dan

Penangkaran Penyu yang juga

menjadi destinasi kunjungan ke Kota

Pariaman, Serta atraksi wisata yang

paling terkenal dan paling banyak

menarik wisatawan adalah pesta

budaya tabuik yang dilaksanakan satu

kali setiap tahunnya pada tanggal 1

sampai 10 Muharram yang banyak

menarik wisatawan domestik dan

internasional. Terbukti dari data

statistik yang ada wisatawan yang

berkunjung ke objek wisata Kota

Pariaman khususnya ke Pantai

Gandoriah semakin meningkat setiap

tahun.

TABEL 1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek

Wisata di Kota Pariaman Tahun

2011-2016

Page 73: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

290 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Pariaman,2017

Dari tabel 1 di atas, terlihat

bahwa jumlah pengunjung objek

wisata Kota Pariaman mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun.

Salah satu objek wisata yang banyak

dikunjungi oleh wisatawan adalah

Pantai Gandoriah karena wisatawan

yang datang ke Kota Pariaman akan

memasuki gerbang Pantai Gandoriah

dan kegiatan event dan atraksi wisata

juga lebih di pusatkan di Pantai

Gandoriah. Untuk berlibur ke Pantai

Gandoriah, wisatawan tidak perlu

mengeluarkan biaya masuk ke pantai

ini.Pemeritah Kota Pariaman

membebaskan biaya masuk ke Pantai

Gandoriah guna meningkatkan

kunjungan wisata.Bahkan fasilitas

parkir dan keamaan dibuat di dalam

lokasi wisata agar wisatawan tetap

nyaman selama berlibur di Pantai

Gandoriah.

Pantai Gandoriah terletak di

Kecamatan Pariaman Tengah tepat

berada di Pusat Kota

Pariaman.Keindahan secara fisik

Pantai Gandoriah relatif landai

dengan kemiringan 0-2%. Bagian

pinggiran sebagian kecil ditumbuhi

pohon pinus dan pohon kepala dan

lahan sekitar pantai merupakan

daerah urban / kota serta

pemukiman. Pemandangan /

landscape cukup menarik untuk

dinikmati karena kondisi lingkungan

pantai yang relatif terjaga. Warna

pasir kuning gading tanpa lumpur,

kondisi air laut dekat pantai tidak

bening, agak keruh terutama jika

hujan, tinggi ombak maksimal 1,2

meter, lebar pantai maksimal 15

meter. Berbagai atraksi wisata

ditawarkan oleh objek daya tarik

wisata Pantai Gandoriah dari wisata

aktif seperti surfing, berenang, olah

raga pantai.

Wisatawan yang datang

berkunjung ke Pantai Gandoriah

bukan hanya termotivasi melihat

atraksi wisata yang bersifat pasif

seperti menikmati view panorama

pantai /sunset tetapi juga menikmati

suguhan ciri khas masakan nasi sek,

sala lauk, keripik udang yang dijual

dan dihasilkan oleh masyarakat lokal

Kota Pariaman dan cindera mata khas

Kota Pariaman. Selain itu wisatawan

juga bisa melakukan kegiatan

berwisata religi ke Pulau Angso Duo

yang berada dekat dengan Pantai

Gandoriah.Untuk menuju pulau ini

wisatawan menyewa perahu atau

speedboat, wisatawan hanya

memerlukan waktu 20 menit

perjalanan.Selain menikmati alam

wisatawan bisa menikmati kegiatan

seperti snorkerling, berenang, foto-

foto serta menikmati kuliner dan

minuman yang sudah tersedia di

sekitar pulau.Tidak hanya itu daya

tarik wisatawan berkunjung ke Pulau

Angso Duo juga di motivasi ingin

berziarah ke makan sepanjang 5

meter yang merupakan makam dari

kerabat ulama besar di

minangkabau.Disini pun telah

tersedia musholla untuk melakukan

shalat.

Tahun

Jumlah Wisatawan (Orang)

Mancanegara Domestik Jumlah

2012 121 750.200 750.321

2013 34 791.624 791.658

2014 73 1.233.668 1.233.741

2015 1.146 2.674.523 2.675.699

2016 628 2.907.194 2.907.822

Page 74: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

291 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Jika dilihat dari motivasi

wisatawan yang datang ke Kota

Pariaman sangatlah beraneka ragam,

karena pesona dan daya tarik

wisatawan untuk datang berkunjung

juga memiliki tujuan dan minat yang

bervariasi.Jika melihat potensi yang

dimiliki, Pantai Gandoriah memiliki

daya tarik dan keunikan. Atas dasar

latarbelakang tersebut maka tujuan

dalam penulisan jurnal ini adalah

untuk mengetahui daya tarik wisata

Pantai Gandoriah bagi wisatawan,

untuk mengetahui motivasi wisatawan

berkunjung ke Pantai Gandoriah, dan

untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh daya tarik wisata terhadap

motivasi kunjungan wisatawan ke

Pantai Gandoriah.

L A N D A S A N T E O R I

K o n s e p D a y a T a r i k W i s a t a

Daya tarik wisata Menurut

Happy Marpaung (2002:78): “adalah

suatu bentukan dari aktifitas dan

fasilitas yang berhubungan, yang dapat

menarik minat wisatawan atau

pengunjung untuk datang ke suatu

daerah atau tempat tertentu”. Objek

dan daya tarik wisata sangat erat

hubungannya dengan travel

motivation dan travel fashion, karena

wisatawan ingin mengunjungi serta

mendapatkan suatu pengalaman

tertentu dalam

kunjungannya.Menurut Oka A Yoeti

(2010 :34-35). Daya tarik wisata itu

(Tourist Attractions), pada suatu

daerah tujuan wisata pada dasarnya

ada tiga hal yang selalu menjadi

pertanyaan wisatawan kalau

berkunjung, yaitu :

1. Something to see

Artinya pada setiap daerah tujuan

wisata hendaknya selalu ada yang

menarik untuk dilihat atau

disaksikan, aneh, unik, dan langka

yang menjadi daya tarik, mengapa

wisatawan perlu datang ke daerah

tujuan wisata tersebut.

2. Something to do

Artinya pada suatu daerah tujuan

wisata itu, hendaknya selain

banyak yang dapat dilihat atau

disaksikan, juga banyak rekreasi

yang dapat dilakukan, sehingga

tidak monoton.

3. Something to buy

Artinya hal ini penting sekali

dalam bisnis

pariwisata.Wisatawan itu tidak

dapat dipisahkan dari oleh-oleh,

sebagai kenang-kenangan telah

datang berkunjung ke daerah

tujuan wisata tersebut.Karena itu,

cendera mata khas daerah sudah

harus disediakan, walau bentuk

apapun.

Daya tarik wisata menurut

Undang- Undang No. 10 tahun 2009

menyatakan: Daya tarik wisata adalah

segala sesuatu yang memiliki

keunikan, kemudahan, dan nilai yang

berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau

kunjungan wisatawan.

Suwantoro (2014:19) objek

dan daya tarik wisata dikelompokan

kedalam 3 jenis :

1. Objek dan daya tarik wisata

alam: merupakan objek dan

daya tarik wisata ciptaan

Page 75: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

292 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Tuhan yang maha Esa,yang

berwujud keadaan alam dan

flora dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata

budaya : merupakan daya

tarik wisata yang lebih

memperhatikan adat istiadat

dan kebudayaan suatu daerah

seperti tarian–tarian, upacara

adat, dan lain-lain yang

berkaitan dengan kebudayaan.

3. Objek dan daya tarik wisata

minat khusus :merupakan

objek dan daya tarik wisata

yang khusus dilakukan oleh

wisatawan yang memiliki hobi,

seperti wisata arung jeram,

surfing.

Menurut Janiaton Damanik dan

Helmut F. Weber (2006 : 11) :

“Berhasilnya suatu tempat

menjadi daerah objek dan daya tarik

wisata sangat tergantung pada tiga A,

yaitu atraksi, aksesbilitas, dan

amenitas,

1. Atraksi dapat dibedakan

menjaditigayakni:

a. Atraksi alam meliputi

pemandangan alam, pantai,

gunung, sungai dan lain-lain

b. Atraksi budaya meliputi

peninggalan–peninggalan

bersejarah seperti candi, adat

istiadat.

c. Adapun atraksi buatan

manusia seperti, kebun raya

bogor, taman safari, festival,

pameran, taman impian jaya

ancol dan lain-lain.

2. Aksesbilitas, mencakup

keseluruhan infrastruktur

transportasi yang

menghubungkan wisatawan

dari tempat tinggalnya

menuju tempat wisata dan

selama wisatawan berada di

daerah tujuan wisata.

3. Amenitas,yaitu tersedianya

fasilitas–fasilitas seperti tempat

penginapan, restoran, tempat

hiburan dan lain-lain”.

M o t i v a s i W i s a t a w a n

Motivasi wisatawan melakukan

perjalanan wisata salah satunya untuk

mecari kegembiraan dan

kesenangan.Menurut Handoko

(2001:225)“motivasi adalah suatu

keadaan dalam pribadi yang

mendorong keinginan individu untuk

melakukan keinginan tertentu guna

mencapai tujuan” sedangkan Menurut

Oka A. Yoeti (2006:1) sebab-sebab

orang melakukan perjalanan wisata

antara lain:

1. Ingin melihat bangsa–bangsa

lain, bagaimana tata cara

hidup mereka sehari-sehari,

cara mereka bekerja dan

menggunakan waktu

senggangnya.

2. Ingin melihat dan

menyaksikan sesuatu yang

istimewa, unik dan berbeda

dengan yang lainnya.

3. Untuk memperoleh

wawasan yang lebih luas,

meningkatkan saling

pengertian dan melihat apa

yang terjadi di negara lain.

4. Untuk mengikuti suatu

peristiwa(event) tertentu dan

ingin berpartisipasi dalam

event dimaksud.

5. Untuk menghilangkan

kebosanan atau stress yang

dialami.

6. Menggunakan kesempatan

yang ada, mumpung ada

Page 76: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

293 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

waktu dan badan masih

sehat.

7. Untuk mengunjungi tanah

leluhur nenek moyang,

orang tua dan kota tempat

kita dilahirkan.

8. Untuk tujuan kesehatan,

berobat, atau olahraga di

tempat yang dikunjungi.

9. Ingin melihat perkembangan

ekonomi dan teknologi yang

dicapai suatu negara.

10. Ingin melakukan

petualangan, mencari sensasi

atau ingin menemukan

sesuatu yang baru yang

belum pernah dilakukan.

J e n i s M o t i v a s i

Motivasi menurut Macintos

(dalam Oka A Yoeti 2010 : 4-6)

mengatakan bahwa motivasi

dikelompokkan dalam 4 besar, yaitu:

1. Physiological motivations (motivasi

yang bersifat fisik atau fisiologis)

Motivasi ini banyak hubunganya

dengan hasrat untuk mengembalikan

kondisi fisik(Recovery) beristirahat,

santai, berolah raga, atau

pemeliharaan kesehatan agar

kegairahan bekerja timbul kembali

dll.

2. Cultural motivation (motivasi

budaya) Motivasi ini erat sekali

kaitannya dengan keinginan untuk

melakukan perjalanan wisata agar

dapat melihat dan menyaksikan hasil

kebudayaan negara-negar lain, the way of life penduduknya, hasil

kebudayaannya, adat istiadatnya yang

banyak berbeda dengan bangsa

lainnya.

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi

yang bersifat sosial). Motivasi ini

berhubungan dengan keinginan untuk

melihat tanah kelahiran, kampung

nenek moyangnya berasal. Semuanya

ini memotivasi mereka untuk

mengunjungi tanah leluhurnya, kota

tempat ia dilahirkan, jadi motivasi

perjalanan wisata ini didorong adanya

keinginan untuk mengunjungi

saudara, kerabat, kenalan, kawan-

kawan, ingin mencari teman sama-

sama bermain waktu kecil dulu.

4. Status dan Prestige Motivation(status dan pretise), yaitu

banyaknya orang yang melakukan

perjalanan wisata merupakan suatu

peningkatan status atau pretisenya.

Motivasi ini kurang rasional, karena

kepergiannya sebenarnya hanya untuk

memperlihatkan pada tetangga atau

teman satu kantor bahwa mereka

mampu untuk melakukan adakalanya

perjalanan wisata., jadi sifat perjalanan

wisatanya dilakukan sangat emosional,

dan dihubungkan dengan perjalanan

bisnis, dinas, pendidikan, profesi,

hobi dan lain-lain.

M E T O D E P E N E L I T I A N

Dalam mengumpulkan dan

menganalis data, langkah yang penting

adalah menentukan populasi karena

merupakan sumber data penelitian

yang dapat dijadikan sebagai objek

penelitian. Menurut Sugiyono (2008 :

115) :“Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek tertentu yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik

kesimpulannya”.Populasi dalam

penelitian ini adalah Wisatawan disini

diartikan sebagai orang-orang yang secara

Page 77: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

294 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

faktual sedang melakukan perjalanan ke

objek tersebut. Mengingat populasi

wisatawan pada waktu penelitian

dilakukan tidak diketahui dengan pasti,

maka penelitian menggunakan teknik

accidental sampling.Sehingga kuesioner

dibagikan kepada responden yang

ditemui secara kebetulan dengan

jumlah 100 responden.

Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kuatitatif dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2008:29) bahwa,

Penelitian deskriptif, yaitu suatu

metode yang berfungsi atau

memberikan gambaran terhadap

objek yang diteliti melalui data sample

atau populasi sebagaimana adanya,

tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum.Metode kuantitatif

menurut Sugiyono (2008:13)

menyatakan bahwa “Metode

Kuantitatif adalah metode yang

berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, teknik

pengambilan sampel pada umumnya

dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan

instrumen peneltian.

Operasional variabel dalam

penelitian ini yaitu daya tarikyang

menjadi variabel bebas (X) yang mana

penelitian ini memiliki tiga aspek

variabel, yaituAtraksi, Aksesbilitas,

Sarana dan Prasarana. Selanjutnya,

motivasi sebagai variabel terikat (Y)

memiliki empat aspek variabel, yaitu

Physical motivation, cultural

motivation, interpersonal motivation,

dan satus and prestige motivation.

Instrumen penelitian ini

menggunakan skala likert. Skala

likertmenurut Sugiyono (2013:94)

yaitu skala digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat responden

tentang fenomena sosial. Dengan

Skala likert maka variabel akan

diukur dan dijabarkan menjadi

indikator variabel, kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak ukur menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa

pertanyaan baik yang bersifat

favorable (positif) maupun

unfavorable (negatif).

P E M B A H A S A N

D a y a T a r i k W i s a t a

Hasil analisis dari tanggapan

responden terhadap variabel daya

tarik yang ada di Pantai Gandoriah,

bahwasanya mayoritas responden

penelitian memberikan jawaban

setuju (positif) dengan tingkat

cumulative percent mencapai 80 %.

Dari hasil analisis dari atraksi wisata

yang ada di Pantai Gandoriah, yang

menjadi daya tarik utama yaitu dari

atraksi wisata alam dan budaya.

Keindahan, kebersihan dan kesejukan

suasana Pantai yang dikelilingi empat

pulau yaitu Pulau Kasiak, Pulau

Angso Duo, Pulau Tangah dan Pulau

Ujuang yang mana salahsatunya sudah

banyak dikunjugi wisatawan yaitu

wisata ke Pulau Angso Duo dan event

dan kegiatan budaya yaitu atraksi

budaya Tabuik yang telah menjadi

event tahunan Kota Pariaman dalam

memperingati kematian hasan dan

husen cucu Nabi Muhammad SAW

yang akhir dari ritualnya pembuangan

tabuik ke Pantai Gandoriah. Daya

Tarik budayanya mampu

mendatangkan wisatawan baik

domestik maupun mancanegara dan

berbagai macam event yang diadakan

Page 78: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

295 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

di Pantai Gandoriah seperti event

musik, budaya, dan bisnis. Wisatawan

juga dapat melakukan berbagai

aktifitas wisata Pantai seperti

berenang, surfing, olahraga pantai,

bersepeda dan membeli soevenir

yang tersedia disekitar Pantai

Gandoriah.

Aksesbilitas menuju Pantai

Gandoriah Kota Pariaman sangat

mudah dijangkau oleh berbagai

macam transportasi diantaranya

kereta api, bus, mobil pribadi, sepeda

motor. Informasi dan papan

penunjuk tujuan wisata Pantai

Gandoriah sudah sangat mudah di

akses walaupun dari Bandara BIM

menuju Pantai Gandoriah dengan

akses jalan yang sangat bagus,

didukung oleh penunjuk lokasi yang

memudahkan wisatawan menuju

objek wisata Pantai Gandoriah.Sarana

dan Prasarana yang ada di Pantai

Gandoriah sudah memenuhi standar

ideal sebuah daya tarik wisata dengan

adanya akomodasi Hotel yang tidak

jauh dari Pantai Gandoriah serta

restoran, cafe, pondok-pondok

makan sekitar pantai serta tersedianya

kamar bilas, toilet dan mesjid yang

berlokasi tidak jauh dari Pantai

Gandoriah dan Pulau Angso Duo.

Senada dengan daya tarik

wisata Menurut Happy Marpaung

(2002:78): “adalah suatu bentukan

dari aktifitas dan fasilitas yang

berhubungan, yang dapat menarik

minat wisatawan atau pengunjung

untuk datang ke suatu daerah atau

tempat tertentu”. Objek dan daya

tarik wisata sangat erat hubungannya

dengan travel motivation dan travel

fashion, karena wisatawan ingin

mengunjungi serta mendapatkan

suatu pengalaman tertentu dalam

kunjungannya. Salah satunya produk

wisata yang mana semua produk yang

diperuntukan bagi atau dikonsumsi

oleh seseorang selama melakukan

kegiatan wisata.Produk wisata ini,

identik dengan potensi pariwisata

yang dikelola atau dikemas sehingga

menjadi aktraksi wisata, akan tetapi

tidak hanya atraksi wisata saja yang

menjadi produk wisata tetapi masih

ada lainnya yang merupakan produk

wisata seperti aksesbilitas dan

amenitas atau yang sering disebut

dengan tiga A, seperti yang

dikemukakan oleh Janiaton

Damanik dan Helmut F. Weber

(2006 : 11)

1. Motivasi Wisatawan

Hasil analisis dari tanggapan

responden terhadap motivisi

kunjungan wisatawan ke Pantai

Gandoriah bahwasanya mayoritas

responden penelitian memberikan

jawaban setuju (positif) dengan tingkat

cumulative percent mencapai 95 %.

Dari hasil analisis motivasi wisatawan

dari hasil pertanyaan variabel motivasi

bahwasanya motivasi wisatawan

berkunjung ke Pantai Gandoriah di

bagi menjadi empat jenis motivasi

yaitu :

1. Physical motivation yaitu

motivasi yang banyak

melakukan kegiatan tujuannya

untuk beristirahat, rekreasi,

olahraga dan menikmati

keindahan Pantai Gandoriah

2. Cultural motivation yaitu

motivasi yang berhubungan

dengan aktivitas budaya

dimana tujuan wisatawan ke

Pantai Gandoriah untuk

melihat tradisi masyarakat

lokal, berziarah ke kuburan

panjang yang ada di Pulau

Page 79: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

296 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Angso Duo yang tidak jauh

ditempuh melalui dermaga

Pantai Gandoriah.

3. Interpersonal motivation, yaitu

motivasi yang bersifat sosial.

Yang mana wisatawan yang

datang berkunjung ke Pantai

Gandoriah yaitu untuk

bertemu dan berkumpul

bersama teman sebaya,kerabat,

saudara dll.

4. Status dan prestige motivation.

Motivasi yang didorong untuk

memenuhi status dan prestise.

Yang mana wisatawan yang

datang ke Pantai Gandoriah

karena hobi, life style dan

tujuan bisnis.

Dilihat dari Analis Korelasi

berganda variabel daya tarik terhadap

motivasi sebesar 0,686 artinya adanya

hubungan yang kuat antar variabel

daya tarik dan motivasi .Hal ini

membuktikan bahwa daya tarik wisata

mempengaruhi motivasi wisatawan

untuk berkunjung ke Pantai

Gandoriah. Mengetahui motivasi

wisatawan merupakan hal yang

penting bagi Dinas Pariwisata Kota

Pariaman, pengelola objek wisata

dalam menentukan strategi yang baik

dalam meningkatkan jumlah

kunjungan. Motivasi wisatawan

berkunjung merupakan bagian dari

sikap dan keinginan untuk ingin tau

dan ingin menikmati dan merasakan

pengalaman yang akhirnya

mendorong wisatawan untuk

melakukan perjalanan wisata ke suatu

objek wisata.

2. Pengaruh Daya Tarik Wisata

Terhadap Motivasi Wisatawan

Besarnya pengaruh daya tarik

wisata Pantai Gandoriah terhadap

motivasi kunjungan wisatawan di Kota

Pariaman mencapai 47%Dikuatkan

oleh Suwantoro (2014:19): daya tarik

wisata yang baik mampu menarik

kunjungan wisatawan berkunjung,

serta dilengkapi fasilitas dan sarana

dan prasarana yang tentunya

dapatmenunjang aktivitas dan

kelancaran serta kenyaman wisatawan

selama melakukan perjalanan wisata.

Maka oleh sebab itu objek dan daya

tarik wisata sejatinya harus dijaga dan

dikelola secara profesional sehingga

dapat menambah dan menarik

wisatawan untuk lebih lama lagi

menikmati perjalanan wisata.sehingga

jika daya tarik ditingkatkan maka

motivasi wisatawan pun akan

meningkat dan tentunya jumlah

kunjungan pun mengalami

peningkatan.

Berdasarkan hasil hitung uji

koefisien determinasi (R2) diketahui

bahwa koefisien determinasi (R2)

yang diperoleh sebesar 0.470 atau 47

%. Hal ini berarti 47 % daya tarik

wisata Pantai Gandoriah dapat

mempengaruhi motivasi wisatawan

berkunjung ke Pantai Gandoriah dan

sisanya sebesar 53%, di pengaruhi

variabel-variabel lain yang tidak di

teliti dalam penelitian ini. Selanjutnya

berdasarkan hasil uji f Hipotesis

secara simultan bahwanya

h >nilai (28,413 >

3,009).Dengantingkatsignifikan

0,000lebihkecildari 5%.a. Sesuai

dengan hipotesis yang menyatakan

bahwa daya tarik wisata Pantai

Gandoriah berpengaruh signifikan

terhadap motivasi kunjungan

wisatawan di Kota Pariaman maka

Page 80: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

297 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dengan ini H 0 di tolak dan Ha

diterima.

P E N U T U P

K e s i m p u l a n

Berdasarkan hasil analisis dari

pengolahaan data secara statistik yang

telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan hal – hal sebagai berikut

:

1.Hasil perolehan data mengenai

daya tarik wisata Pantai

Gandoriah termasuk ke dalam

“Baik”. Terlihat pada faktor daya

tarik dalam atraksi, khususnya

pada daya tarik alam, Pantai dan 4

Pulau yang mengelilingi Pantai dan

atraksi budaya dan event yang

diadakan di Pantai Gandoriah

serta didukung oleh aksesbilitas

dan sarana dan prasarana yang

baik.

2.Hasil perolehan data mengenai

motivasi kunjungan wisatawan ke

Pantai Gandoriah termasuk

kedalam kategori ”Baik”. Artinya,

daya tarik yang ada di Pantai

Gandoriah memotivasi berbagai

jenis motivasi wisatawan datang ke

Pantai Gandoriah yang mana

ditanggapi “Baik” oleh responden.

Hal ini merupakan peluang dan

kesempatan wisatawan untuk

menikmati daya tarik yang ada di

Pantai Gandoriah dan tentunya

mengembalikan suasana hati,

bersosialisasi, melihat kebiasaan

masyarakat lokal dan tentunya

meninggalkan pengalaman yang

berkesan dengan adanya motivasi

untuk melakukan perjalanan wisata

3. Berdasarkan hasil hitung sebesar

47% daya tarik wisata Pantai

Gandoriah berpengaruh terhadap

motivasi kunjungan wisatawan

sisanya sebesar 53%, di pengaruhi

variabel-variabel lain yang tidak di

teliti dalam penelitian ini.

S a r a n

1. Sarana untuk Pemerintah dan

pengelola untuk daya tarik wisata

Pantai Gandoriah agar dapat

selalu mempertahankan

keindahan dan kelestarian objek

wisata serta menambah dan

menciptakan tema-tema wisata

yang bisa menarik wisatawan,

menambah wahana permainan.

2. Saran untuk Pemerintah dan

pengelola untuk meningkatkan

motivasi wisatawan untuk

berkunjung ke Pantai Gandoriah

dengan cara menambah lebih

even dan kegiatan di Pantai

Gandoriah sehingga lebih

memotivasi wisatawan untuk

berkunjung ke Pantai Gandoriah

3. Hasil penelitian menunjukan

bahwa terdapat pengaruh yang

positif antara daya tarik wisata

terhadap motivasi kunjungan

wisatawan ke Pantai Gandoriah.

Dalam meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan ke Pantai

Gandoriah, Dinas Pariwisata dan

pengelola tentunya dapat

Merawat dan menambah fasilitas

umum di lokasi wisata Pantai

Gandoriah, karena setiap

wisatawan selalu menggunakan

fasilitas umum untuk keperluan

masing-masing. Fasilitas umum

seperti sarana ibadah, sarana

MCK, kamar ganti, sarana

Page 81: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

298 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

kebersihan tempat untuk

bersantai dan lainnya yang sangat

penting untuk ada dan dirawat

keberadaannya.

4. Pemerintah memiliki peran penting

dalam memperhatikan fasilitas-

fasilitas ini demi menjaga

kenyamanan wisatawan.

Pemerintah dan pengelola agar

dapat menambah atau

membangun pusat perbelanjaan

dan tempat penjualan produk

kerajinan khusus yang

berhubungan dengan produk khas

atau lokal dan cindera mata Kota

Pariaman di lokasi objek wisata.

Pusat perbelanjaan ini nanti dapat

menarik wisatawan lebih banyak

lagi ke pantai Gandoriah. Jika

pemerintah melihat kesempatan

ini dan mewujudkannya dalam

bentuk pusat perbelanjaan, maka

akan berimbas terhadap

perekonomian masyarakat

sekitarnya serta Kerja sama antara

pemerintah, pengunjung dan

masyarakat setempat sangat perlu

selalu dipertahankan dan

ditingkatkan untuk menciptakan

suasana yang aman,nyaman,dan

kondusif tentunya akan tercipta

suasana yang damai dan sejahtera.

D A F T A R P U S T A K A

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Pariaman.(2017). Buku Statistik Kepariwisataan Kota Pariaman 2016 dan 2017.

Kota Pariaman: Disbudpar.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Pariaman.Map Kota

Pariaman Provinsi Sumatra Barat dan SekitarnyaEdisi 01

2015.Kota Pariaman:

Disbudpar.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Pariaman.Brosur Pesta Hoyak Tabuik Piaman 2017.Kota Pariaman:

Disbudpar.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Pariaman.Brosur Pulau

Angso Duo.Kota Pariaman:

Disbudpar.

Damanik, J & Weber, H. F.(2006).

Perencanaan Ekowisata. Andi

Handoko, H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Personalia. Yogyakarta: UGM

Marpaung. H. (2002), Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung: Alfabeta

Penerbit Gava Media,

Yogyakarta.

Profil Pemerintah Kota Pariaman

Diakses 18 Mei 2017.Dari

https://pariamankota.go.id.

Pantai Gandoriah, Primadona Wisata

Masyarakat PariamanDiakses

2 Agustus 2017.Dari

www.indonesiakaya.com

R, Basiya & Rozak, H.A.

(2012).Kualitas daya tarik

wisata, kepuasan dan minat

kunjungan kembali wisatawan

mancanegara di Jawa

Tengah.Jurnal Dinamika Kepariwisataan Vol. XI No. 1

Sayangbatti, D. P& Baiquni, M.

(2013).Motivasi dan persepsi

wisatawan tentang daya tarik

destinasi terhadap minat

kunjungan kembali di Kota

Wisata Batu.Jurnal Nasional Pariwisata Vol 5, no 2.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Page 82: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.287-299

@STPS 2017, All Rights Reserved

299 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Suwantoro, G (2004), Dasar-Dasar Pariwisata. Yogykarta, ANDI.

Undang Undang Republik Indonesia

No 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan

Yoeti, Oka A 2010. Dasar-dasar pengertian hospitality dan pariwisata.Bandung :

PT.Alumni

Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan solusinya. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita.

Page 83: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

300 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

PENGEMBANGAN KULINER SATE TAICHAN GORENG SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KOTA BEKASI

Ramon Hurdawaty¹, Maryetti², Sekar Ayu Dewinda³

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

[email protected]¹, [email protected]²

ABSTRAK:

Sate Taichan Goreng terletak di Galaxy dan Harapan Indah, Bekasi yang memiliki cita rasa dan

variasi menu yang unik. Ada Taichan Paha, Sayap Taichan, Sate Kulit, Sate Kikil, Sate Cumi-

Cumi, dan variasi Sate lainnya. Dalam penelitian ini, ingin mengetahui bagaimana

pengembangan kuliner Sate Taichan sebagai atraksi wisata kuliner di Bekasi. Sedangkan untuk

metode penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif dan juga menggunakan analisis

SWOT yang bertujuan untuk mencari dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman. Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan dari

orang berpengaruh dan kompeten dalam pengelolaan Taichan Goreng. Teknik pengumpulan

data adalah data primer dan data sekunder, seperti observasi, wawancara, dokumentasi,

perpustakaan, dan internet. Atraksi wisata dari kuliner Sate Taichan Goreng yaitu what to see

meliputi bisa melihat cara membakar satenya tersebut, what to do dengan adanya fasilitas yang

ada dan mencicipi banyaknya pilihan menu yang ditawarkan, what to buy meliputi jenis

makanannya itu sendiri, what to arrived meliputi kendaraan yang digunakan bisa menggunakan

kendaraan pribadi dan jarak tempuh jika dari Jakarta memakan waktu kurang lebih satu jam,

dan what to stay terdapat penginapan atau hotel-hotel kecil yang ada di sekitar tempat tersebut.

Analisis SWOT terhadap pengembangan makanan Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi,

khususnya Kota Bekasi menunjukkan bahwa posisi makanan sate taichan goreng berada pada

posisi Strengths-Opportunity (SO). Maka, perlu dilakukan program pengembangan dalam

rangka untuk memafaatkan kekuatan dan peluang yang ada di antaranya adalah: adaptasi menu,

melibatkan media masa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, membuka pasar

tradisional, dan kreatif dalam mengolah sebuah makanan.

Kata kunci: taichan, atraksi, pengembangan kuliner

ABSTRACT

Sate Taichan Goreng is located in Galaxy and Harapan Indah, Bekasi which has a unique taste

and many variation menu. There are Taichan Paha, Taichan Wings, Sate Kulit, Sate Kikil, Sate

Cumi-Cumi, and other variation of Sate. In this study, like to know how Satay Taichan culinary

development as a culinary attraction in Bekasi. As for the research methods by the author used

is descriptive and also use SWOT analysis which aims to seek and know the strengths,

weaknesses, opportunites, and threats. The research that generates descriptive data in the form

of sentences written or oral from influential people and competent in the management of

Taichan Goreng. Technique to collect the data is primary data and secondary data, like

observation, interview, documentation, library, and internet. Tourist attractions from the

culinary Sate Taichan Goreng is “what to see”, inlude can see how to burn sate, “what to do”

with the existing facilities and tasted many menu choices offered, “what to buy” include the type

of food , “what to arrived” include a vehicle that used can use private vehicles and mileage if

from Jakarta takes approximately one hour, and “what to stay” there are inn or small hotels that

Page 84: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

301 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

exist around the place. SWOT analysis on food development of Taichan in Bekasi City,

especially Bekasi City shows that the position of Sate taichan is in Strengths-Opportunity (SO)

position. Thus the development program needs to be done in order to utilize the strengths and

opportunities that exist are: menu adaptation, involving mass media, improving the quality of

human resources, opening up traditional markets, and creative in processing a food

Keywords: taichan, attraction, culinary development

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Agustus 2017

Direvisi: 16 Agustus 2017

Diterima: 25 September 2017

P E N D A H U L U A N

Kuliner berasal dari bahasa Inggris

culinary yang memiliki arti sebagai sesuatu

yang digunakan dalam memasak atau

berkaitan dengan memasak. Menurut

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif (2014), kuliner adalah kegiatan

persiapan, pengolahan, penyajian produk

makanan, dan minuman yang menjadikan

unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau

kearifan lokal; sebagai elemen terpenting

dalam meningkatkan cita rasa dan nilai

produk tersebut, untuk menarik daya beli

dan memberikan pengalaman bagi

konsumen.

Kota Bekasi merupakan salah

satu kota yang terdapat di provinsi Jawa

Barat, Indonesia. Kota ini merupakan

bagian dari megapolitan Jabodetabek dan

menjadi kota satelit dengan jumlah

penduduk terbanyak di Indonesia. Saat ini

Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal

kaum urban dan sentra industri. Kota

bekasi juga dijuluki sebagai Kota Patriot

dan Kota Pejuang

Kota Bekasi terkenal dengan daerah

industri, jarang terkenal dengan pariwisata

atau pun kulinernya. Tetapi saat ini, Bekasi

ingin terlihat lebih maju dengan kulinernya,

yang sama dengan semboyannya “Bekasi

Maju, Sejahtera, dan Ihsan”. Kuliner

merupakan sebuah gaya hidup yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan sehari -

hari, karena setiap orang memerlukan

makanan yang sangat dibutuhkan sehari -

hari. Mulai dari makanan yang sederhana

hingga makanan yang berkelas tinggi dan

mewah. Semua itu, membutuhkan

pengolahan yang serba tepat dan enak.

Banyak yang menyukai jalan-jalan, bisa

dipastikan juga menyukai kuliner.

Tempat kuliner di Kota Bekasi yang

sedang jadi bahan pembicaraan banyak

masyarakat, yaitu Sate Taichan. Sate

Taichan mulai dikenal di kalangan

masyarakat Jakarta, khususnya anak muda

pada awal tahun 2016. Pelopor utama ada

di Senayan, dan sekarang sudah banyak

masyarakat yang membuka usaha Sate

Taichan, dari outlet maupun warung tenda

yang berjualan di pinggir jalan.

Saat ini Sate Taichan Goreng yang

merupakan salah satu kuliner favorit di

Bekasi berlokasi di Harapan Indah dan

Grand Galaxy. Makanan ini sangat ramai

diperbincangkan oleh masyarakat,

khususnya anak muda baik di Bekasi,

maupun di luar Bekasi. Di sosial media

terutama Instagram, anak muda ataupun

pengunjungnya memasang foto-foto mereka

dengan menu yang dipilihnya. Dikatakan

favorit, karenafollowers (pengikut) di

instagram Sate Taichan Goreng itu sendiri

sudah memiliki seratus ribu lebih pengikut,

serta sering kali mendapatkan empat

bintang dan banyak ulasan yang positif di

aplikasi zomato.

Sate Taichan Goreng ini sangat dikenal

oleh masyarakat tidak lain adalah karena

pemiliknya itu seseorang dari selebgram

yang sedang banyak dibicarakan oleh anak

Page 85: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

302 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

muda. Dan juga karena menu yang

disajikan sangat bervariasi, sehingga

membuat pengunjung mempunyai pilihan.

Begitu juga dengan rasa gurih dan pedas

yang membuat pengunjung ingin mencoba

kembali.

Sate Taichan Goreng atau juga dikenal

sebagai Sate Jepang Pedas merupakan

restoran kecil atau kedai makan yang satu -

satunya di Bekasi telah menarik perhatian

pengunjung asli Bekasi maupun daerah

lainnya. Dibutuhkan waktu kurang lebih

satu jam untuk mencapai restoran tersebut

dari Jakarta.

Salah satu kebutuhan pokok manusia

adalah pangan. Dalam usaha memenuhi

kebutuhan tersebut bisa dilakukan dengan

penganekaragaman jenis makanan. Usaha

kuliner melihat peluang tersebut, sehingga

bermunculanlah kuliner-kuliner yang

menarik. Pada saat ini kuliner di Kota

Bekasi semakin menghadapi persaingan

yang tajam. Banyaknya bermunculan

kuliner-kuliner franchise dan kuliner dari

daerah lain.Ini memberi warna baru dalam

wisata kuliner di Kota Bekasi. Untuk itu

kuliner Sate Taichan Goreng di Bekasi

harus bisa mempertahankan diri dan

sekaligus harus memenangkan persaingan.

Berdasarkan latar belakang diatas

penulis tertarik untuk meneliti tentang

”Pengembangan Kuliner Sate Taichan

Goreng sebagai Atraksi Wisata di Kota

Bekasi.”

P E R U M U S A H M A S A L A H

Adapun perumusan masalah yang akan

diuraikan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Apa saja atraksi wisata Sate Taichan

Goreng?

Bagaimana strategi pengembangan Sate

Taichan Goreng sebagai atraksi wisata di

Kota Bekasi?

T I N J A U A N P U S T A K A

Kuliner

Istilah kuliner di Indonesia dapat

dikatakan baru terdengar gaungnya sejak

tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”,

sebuah tayangan televisi yang meliput

tempat-tempat makan unik atau sudah

memiliki reputasi yang baik. Sejak saat itu,

kata kuliner menjadi semakin populer dan

menjadi sesuatu yang identik dengan

mencicipi berbagai jenis makanan dan

minuman. Di Indonesia belum ada sumber

resmi yang menyatakan definisi dari

kuliner, baik secara umum maupun dalam

konteks ekonomi kreatif. Secara bahasa,

kuliner diserap dari bahasa Inggris:

culinary–memiliki arti sebagai sesuatu yang

digunakan dalam memasak atau berkaitan

dengan memasak.

Kuliner menurut Kementrian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014),

yaitu kegiatan persiapan, pengolahan,

penyajian produk makanan, dan minuman

yang menjadikan unsur kreativitas, estetika,

tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai

elemen terpenting dalam meningkatkan cita

rasa dan nilai produk tersebut, untuk

menarik daya beli dan memberikan

pengalaman bagi konsumen.

Pengembangan Kuliner

Pada umumnya industri kuliner

didefinisikan lebih ke arah pelayanan

makanan dan minuman (food service). Hal

ini karena pada area tersebut lebih

dibutuhkan kemampuan dan keahlian

kuliner seperti memasak berbagai menu

makanan yang dilakukan di dapur dan

kemudian menyajikannya di sebuah piring

dengan penataan yang menggugah selera.

Seiring perkembangan dunia kuliner,

beberapa klasifikasi mulai memasukkan

produk makanan hasil olahan atau

Page 86: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

303 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

kemasan ke dalam ruang lingkup kuliner,

yaitu untuk kategori specialty foods.

Berdasarkan The Specialty Food

Association, Specialty Foods didefinisikan

sebagai: Foods, beverages or confections

meant for human use that are of the highest

grade, style and/or quality in their category.

Their specialty nature derives from a

combination of some or all of the following

qualities: their uniqueness, exotic origin,

particular processing, design, limited

supply, unusual application or use,

extraordinary packaging or channel of

distribution/sale, the common denominator

of which is their unusually high quality”.

Atau dalam bahasa Indonesia: “Makanan,

minuman, maupun permen/olahan gula

untuk konsumsi manusia yang memiliki

kelas, model, dan kualitas tinggi pada

kelompoknya. Spesialisasi produk yang

pada akhirnya menyebabkan produk-

produk ini memiliki kualitas yang tinggi

muncul dari kombinasi beberapa atau

seluruh hal berikut: keunikannya,

keeksotisan asal mulanya, kekhasan proses

pembuatannya, desainnya, keterbatasan

jumlahnya, ketidakumuman

penggunaannya, ketidakbiasaan cara

pengemasannya, maupun ketidakbiasaan

cara distribusinya”.

Atraksi Wisata

Menurut Yoeti (1996:172)

menerangkan bahwa “Atraksi wisata

merupakan sinonim dari pengertian

entertainment, yaitu sesuatu yang

dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat

dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang

lain.” Jadi atraksi wisata adalah sesuatu yang

menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati

dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat

oleh manusia dan memerlukan

persiapan terlebih dahulu sebelum

diperlihatkan kepada wisatawan.

Wisata Kuliner

Istilah wisata kuliner pertama kali

diperkenalkan oleh Lucy M. Long yang

seorang akademis pada tahun 1998 untuk

mengekspresikan idenya berbagi

pengalaman budaya melalui makanan.

Sejak saat itu International Culinary

Tourism Association mengadopsi istilah

“culinary tourism”. Wisata kuliner adalah

program yang mengangkat tema beragam

makanan, khususnya yang disajikan warung-

warung pinggir jalan dan berharga murah

serta dipenuhi pelanggan. Istimewanya,

tempat-tempat yang dikunjungi tersebar

diseluruh pojok kota, kabupaten, kota

propinsi atau Ibukota.

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga (2003) wisataadalah

berpergian bersama-sama (untuk

memperluas pengetahuan, bersenang-

senang, bertamasya). Sedangkan kuliner

berarti masakan atau makanan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa wisata kuliner adalah

perjalanan yang memanfaatkan masakan

serta suasana lingkungannya sebagai objek

tujuan wisata. Wisata kuliner dapat

ditemukan baik di daerah perkotaan

maupun pedesaan dan selalu tersedia

sepanjang tahun.

M E T O D O L O G I

P E N E L I T I A N

Pada penelitian ini, penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dan

metode penelitian yang penulis gunakan

adalah deskriptif dan juga menggunakan

analisis SWOT yang bertujuan untuk

mencari dan mengetahui kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman.

Penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan

dari orang berpengaruh dan kompeten

dalam pengelolaan Taichan Goreng. Dan

teknik pengumpulan data adalah data

primer dan data sekunder, seperti

observasi, wawancara, dokumentasi,

Page 87: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

304 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

perpustakaan, dan internet. Adapun sampel

dalam penelitian ini adalah responden yang

berkunjung ke Kota Bekasi untuk

menikmati Sate Taichan Goreng. Untuk

menentukan jumlah sampel digunakan

Purposive Sampling.

H A S I L D A N

P E M B A H A S A N

Sejarah Sate Taichan Goreng

Sate taichan adalah sate Jepang dan

salah satu menu kuliner yang unik dan

sedang hits di Senayan, Jakarta Pusat. Sate

taichan menggunakan daging ayam yang

sebelumnya sudah di potong kecil-kecil lalu

ditusuk dengan sebuah bambu atau kayu

dan langsung dibakar kemudian disiram

dengan sambal cabai rawit merah.

Walaupun sate taichan sebenarnya sudah

ada sejak beberapa tahun lalu, namun

semenjak kehadiran Sate Taichan Goreng

milik selebgram Rachel Vennya dan Niko

membuat nama sate taichan paling banyak

dicari oleh masyarakat yang penasaran apa

sebenarnya kelezatan sate taichan tersebut.

Pada pertengahan tahun 2015, Niko Al-

Hakim memiliki sebuah ide untuk

mengembangkan sate taichan menjadi

sebuah resto dengan variasi menu yang

lebih variatif dan belum ada

dimanapun. Ide awal sampai

pengembangannya, Niko pun menggarap

sendiri tetapi sang istri, Rachel membantu

di sisi pemasarannya.

Pada bulan Mei 2016, mereka

membuat resto pertamanya di Dago,

Bandung dengan alasan mereka memiliki

beberapa teman dari luar kota yang hobi

makan sate taichan kalau sedang di Jakarta.

Jadi founder tersebut ingin membuka resto

pertama di Bandung. Berkat antusias positif

dari penikmat kuliner, saat ini tercatat

sudah 6 cabang yang di buka, yaitu di

Tebet, Bandung, Harapan Indah, Malang,

Galaxy, dan Palembang hanya dalam waktu

8 bulan.

Peneliti sendiri memilih objek di

Harapan Indah, Bekasi karena ingin

membuka lebar seluk beluk dan kuliner

yang terdapat di Bekasi, yang bukan hanya

dijadikan kaum urban dan sentra bisnis.

Menu yang ditampilkan pun

menggugah selera, seperti taichan wings,

aglio olio taichan, sate taichan ayam paha,

sate usus, sate telur puyuh, sate kulit, sate

kikil, sate kerang, sate udang, sate cumi-

cumi, serta ramyeon.

Atraksi Wisata Sate Taichan Goreng di

Kota Bekasi

Di Kota Bekasi wisata kuliner

berperan dalam perkembangan pariwisata

kuliner, karena suatu obyek wisata akan

terasa jenuh dan kurang menarik apabila

dalam suatu obyek wisata tersebut tidak di

dukung oleh suatu tempat untuk menikmati

makanan khas daerah atau khas nusantara.

Akan tetapi dengan seiring majunya zaman

dan beranekaragam bentuk makanan

modern, maka para pelaku wisata kuliner

di Kota Bekasi juga mulai mengembangkan

makanan khas Kota Bekasi dan

mempunyai trik-trik sendiri agar dapat

bersaing dengan makanan modern dan

diberi pengarahan oleh pemerintah tentang

cara mengembangkan dan pengemasan

agar makanan khas Kota Bekasi dapat

bersaing dengan makanan modern yang ada

pada saat ini.

Masyarakat dan wisatawan merupakan

faktor yang sangat penting menjadi dalam

rencana pengembangan suatu tempat

wisata. Persepsi dan pendapat mereka

menjadi pertimbangan dalam menyusun

perencanaan atau kebijakan-kebijakan.

Persepsi masyarakat dan wisatawan

menunjuk adanya aktifitas mengindera,

menginterpretasi, dan memberi penilaian

terhadap obyek fisik maupun sosial.

Penginderaan ini tergantung pada stimulus

Page 88: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

305 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

fisik maupun sosial dan lingkungannya.

Dengan demikian secara ringkasnya

persepsi dikatakan menyangkut penilaian

terhadap suatu obyek. Dalam penelitian ini

penilaian diberikan oleh pengunjung pada

wisata kuliner Sate Taichan Goreng di Kota

Bekasi.

Suatu atraksi wisata dapat menarik

untuk dikunjungi oleh wisatawan harus

memenuhi syarat-syarat untuk

pengembangan daerahnya. Syarat-syarat

tersebut adalah:

What to see

Ditempat tersebut harus ada objek dan

atraksi wisata yang berbeda dengan yang

dimiliki daerah lain. Dengan kata lain

daerah tersebut harus memiliki daya tarik

khusus dan atraksi budaya yang dapat

dijadikan “entertainment” bagi wisatawan.

What to see disini meliputi bisa melihat

membakar satenya tersebut.

What to do

Ditempat tersebut selain dapat dilihat

dan disaksikan, harus disediakan fasilitas

penunjang yang dapat membuat

pengunjung merasa nyaman ditempat

tersebut.

What to buy

Tempat kuliner tersebut yang bisa

dibeli hanyalah menu makanannya itu

untuk dinikmati.

What to arrived

Di dalamnya termasuk aksesbilitas,

bagaimana kita mengunjungi tempat kuliner

tersebut, kendaraan apa yang akan

digunakan dan berapa lama tiba ketempat

tujuannya tersebut.

What to stay

Bagaimana pengunjung akan tinggal

untuk sementara dan diperlukan

penginapan-penginapan, baik hotel

berbintang atau hotel non berbintang.

Deskripsi Hasil Survey

Karakteristik pengunjung terhadap

kuliner Sate Taichan yang berkunjung ke

Kota Bekasi berbeda-beda. Berdasarkan

100 kuesioner yang disebar diperoleh

karakteristik pengunjung sebagai berikut:

Karakteristik pengunjung (responden)

berdasarkan jenis kelamin

Dari sisi jenis kelamin responden yang

berkunjung ke Sate Taichan Goreng antara

lain laki-laki dan perempuan, diperoleh

data yang dapat dilihat pada tabel dan

gambar sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik pengunjung

berdasarkan jenis kelamin

Jenis

kelamin

Jumlah %

Laki-laki 30 30%

Perempuan 70 70%

Jumlah 100 100

Sumber: diolah dari data

Karakteristik pengunjung (responden)

berdasarkan usia

Dari segi usia responden yang

mengunjungi Sate Taichan Goreng yang

dijadikan sampel dan mengisi angket,

diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut:

Tabel 2 Karakteristik pengunjungberdasarkan

usia

Usia Jumlah %

< 18 tahun 12 1

2

%

18 – 25 tahun 58 5

8

%

> 25 tahun 30 3

0

%

Jumlah 100 1

0

0

Sumber: diolah dari data

Page 89: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

306 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Berdasarkan tabel dan diagram

diatas, dari rentang usia 18 tahun hingga

diatas 50 tahun dan yang paling banyak

berkunjung adalah berusia 18-25 tahun

yaitu 58% atau 58 orang.Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pengunjung yang

berkunjung terbanyak pada usia remaja

dan dewasa.

a. Karakteristik pengunjung (responden)

berdasarkan jenis pekerjaan

Dari sisi jenis pekerjaan responden yang

mengunjungi Sate Taichan Goreng yang

dijadikan sampel dan mengisi kuesioner

berdasarkan jenis pekerjaan antara lain

pelajar atau mahasiswa, karyawan swasta

dan wiraswasta. Diperoleh data yang dapat

dilihat pada tabeldan gambar dibawah ini:

Tabel 1. Karakteristik pengunjung

berdasarkan jenis kelamin

Jenis

kelamin

Jumlah %

Laki-laki 30 30%

Perempuan 70 70%

Jumlah 100 100

Sumber: diolah dari data

Pengunjung berdasarkan tabel dan gambar

diatas diperoleh data bahwa pekerjaan

yang paling dominan adalah karyawan

swasta sebesar 50% atau 50 orang.

b. Karakteristik pengunjung (responden)

berdasarkan domisili

Dari sisi domisili responden yang

mengunjungi Sate Taichan Goreng yang

dijadikan sampel dan mengisi kuesioner

antara lain dari Kota Bekasi dan di luar

Bekasi. Data tersebut dapat dilihat pada

tabel dan gambar berikut:

Tabel 4. Karakteristik pengunjung

berdasarkan domisili

Domisili Jumlah %

Jakarta 30 30%

Tangerang 10 10%

Bekasi 50 50%

Lainnya 10 10%

Jumlah 100 100

Sumber: diolah dari data

Berdasarkan tabel dan gambar diatas

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

respondenyang berkunjung asli dari Kota

Bekasi dengan prosentase sebesar 50% atau

50 orang.

Strategi pengembangan Sate Taichan

Goreng sebagai atraksi wisata kuliner di

Kota Bekasi

Wisata kuliner Sate Taichan Goreng

di Kota Bekasi diproyeksikan sebagai pusat

jajan yang diharapkan ramai orang

membeli.Dari parapengunjung yang

dijadikan informan menyatakan bahwa

wisata kuliner Sate Taichan Goreng di Kota

Bekasi sangat layak jika dikembangkan

sebagai tujuan wisata kuliner, hanya saja

mereka memberikan beberapa catatan yang

berupa saran dan harapan yang perlu

diperhatikan dalam perencanaannya.

Saran dan harapan tersebut antara lain

harga dibuat tidak terlalu mahal, promosi

harus gencar. Jadi potensi yang ada

sangatlah mendukung, hanya saja perlu

dilakukan pembenahan.

Berdasarkan wawancara dengan

pemilik usaha Sate Taichan Goreng di Kota

Bekasi, upaya yang sudah dilakukan yaitu

membuat promosi melalui media sosial

dikarenakan pemilik tersebut seorang

selebgram yaitu orang atau artis yang

terkenal di media sosial instagram yang

diharapkan banyak perhatian atau disukai

oleh teman-teman dan pengguna instagram

lainnya. Banyak kendala atau permasalahan

yang dihadapi pengelola dalam upayanya

mendatangkan pengunjung sebanyak-

banyaknya dan menjadikan wisata kuliner

Page 90: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

307 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi

sebagai pusat jajan yang ramai antara lain:

Makin banyaknya usaha atau pedagang

pedagang kecil sate taichan.

Lokasi yang cukup jauh bagi

pengunjung diluar Bekasi.

Dalam upaya mengatasi permasalahan-

permasalahan tersebut, pihak pengelola

sudah melakukan berbagai langkah.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

Memperbanyak variasi menu yang

berbeda dari yang lain, dan kemungkinan

tidak ada di pedagang sate taichan lainnya.

Membuat promosi atau aktif dalam

media sosial.

Pihak pengelola mempunyai rencana

yang akan dilaksanakan padamasa-masa

mendatang antara lain menambah fasilitas

atau sarana dan prasarana, meningkatkan

promosi, serta membuka cabang lebih

banyak. Upaya untuk dapat mendatangkan

pengunjung berkunjung ke Sate Taichan

Goreng di Kota Bekasi membutuhkan

kerjasama terintegrasi antar instansi

pemerintah, maupun masyarakat.Tempat

ini diproyeksikan sebagai salah satu ikon

pariwisata Kota Bekasi, namun keberadaan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata belum

dilibatkan dalam pengelolaannya. Padahal

untuk pengembangan wisata kuliner Sate

Taichan Goreng di Kota Bekasi seharusnya

ada kerjasama dan koordinasi yang

terintegrasi antar dinas di lingkungan

pemerintah Kota Bekasi agar proyek yang

menggunakan anggaran Pemerintah Daerah

dapat berhasil.

Dalam mengembangkan wisata kuliner

Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi

sebagai tujuan wisata kuliner dibutuhkan

strategi-strategi yang tepat. Strategi-strategi

yang bisa ditempuh tersebut antara lain:

Meningkatkan kenyamanan,

keamanan, dan kepuasan pengunjung di

Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi.

Membuka cabang lebih banyak.

Berdasar penjaringan data mengenai

asal informasi, mayoritas pengunjung

menyatakan mereka di ajak teman atau

saudara dan merasa penasaran dengan

makanan tersebut. Namun sesudah sampai

di tempat tersebut mereka kecewa karena

situasi yang sangat ramai dan merasa

kepanasan. Hal itu membuktikan bahwa

promosi yang paling efektif adalah dari

mulut ke mulut (word to mouth), yaitu

pengunjung yang datang terlebih dahulu

akan menceritakan pengalamannya kepada

orang lain sehingga orang lain tersebut

tertarik dan juga akan datang berkunjung.

Langkah yang harus ditempuh oleh

pengelola untuk meningkatkan

kenyamanan, keamanan, dan kepuasan

pada Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi

antara lain:

Menyajikan makanan yang berkualitas

baik dari rasa, aroma, warna, variasi menu,

standard porsi, dan penyajian.

Menjaga kualitas pelayanan yang baik,

yaitu penampilan pelayan, keramahan,

kecepatan dan ketepatan atau keterampilan

dalam melayani pengunjung.

Standar harga yang ditetapkan sesuai

dengan yang didapatkan pengunjung.

Menciptakan suasana atau atmosphere

penampilan tempat meliputi keindahan,

dekorasi ruang, kebersihan, pengaturan

meja dan kursi, sehingga pengunjung

merasa nyaman.

Menjamin keamanan pengunjung dari

tindak kejahatan dengan cara menyediakan

tempat parkir yang dijaga dengan baik, serta

menjaga keamanan lingkungan di sekitar.

P E M B A H A S A N

Lingkungan yang dihadapi oleh kuliner

Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi terdiri

dari lingkungan eksternal yang sulit

dikendalikan. Termasuk didalamnya adalah

adanya ancaman dan peluang usahayang

muncul dari pihak lain. Disamping itu

kuliner ini juga mempunyai lingkungan

Page 91: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

308 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

internal yang dapat menghadapi ancaman

tersebut, sekaligus dapat meraih peluang

yang muncul. Lingkungan internal ini lebih

dapat dikendalikan dibandingkan dengan

lingkungan eksternal sebelumnya. Yang

termasuk didalamnya adalah kekuatan dan

kelemahan yang ada pada kuliner Sate

Taichan Goreng itu sendiri.

Lingkungan internal, terdiri dari

kekuatan dan kelemahan.

Kekuatan yang dimiliki kuliner Sate

Taichan Goreng di Kota Bekasi adalah

sebagai berikut:

Rasa masakan yang khas dan cocok

dengan selera banyak orang

Banyak variasi menu atau jenis

makanan yang ditawarkan

Tingginya minat pengunjung yang ingin

berkunjung ke Kota Bekasi

Kelemahan yang juga dimiliki oleh

kuliner tersebut adalah:

Harga yang sedikit mahal.

Sistem antriannya tidak teratur.

Lokasi yang cukup jauh dari

pengunjung yang berasal dari Jakarta

Lingkungan eksternal, terdiri dari

peluang dan ancaman yang mungkin diraih

oleh kuliner Sate Taichan Goreng di Kota

Bekasi adalah:

Semakin meningkatnya pengunjung,

membuat pemilik membuka cabang

lebih banyak.

Semakin banyaknya orang mengenal

Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi

karena adanya promosi di instagram

yang pemiliknya pun seorang

selebgram yang banyak disukai orang.

Adanya dukungan pemerintah untuk

melakukan pengembangan wisata

kuliner di Bekasi.

Semakin berkembangnya wisata

kuliner

Sedangkan ancaman yang sedang

menghadang kuliner tersebut adalah:

Daya tarik Sate Taichan Goreng belum

begitu mendominasi.

Bermunculannya produk-produk

kuliner lainnya yang dapat menggeser

Sate Taichan Goreng.

Berdasarkan Matriks SWOT dapat

dipahami bahwa pengembangan wisata

kuliner Sate Taichan Goreng di Kota

Bekasi berada pada posisi Strengths

Opportunity (SO). Karena menciptakan

strategi untuk memanfaatkan peluang yang

ada, sehingga akan memberikan dampak

positif terhadap pengembangan wisata

kuliner Sate Taichan Goreng di Kota

Bekasi. Agar pengembangan wisata kuliner

Sate Taichan Goreng di Kota Bekasi

mampu menjadi tuan rumah sendiri, maka

perlu dilakukan program pengembangan,

baik bagi pihak pengolah makanan Sate

Taichan Goreng di industri pariwisata

maupun pada pihak pemerintah.

Program tersebut seperti :

Perlu dilakukan program

pengembangan dalam rangka untuk

memafaatkan kekuatan dan peluang yang

ada di antaranya adalah:

Adaptasi menu

Page 92: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

309 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Pengembangan produk atau kreasi

menu restoran sebaiknya dimulai atau

diakhiri berdasarkan pada keinginan atau

pendapat konsumen. Terdapat berbagai

macam bentuk adaptasi menu yang dapat

dilakukan seperti menawarkan menu paket

dengan menampilkan menu utama.

Promosi di media massa

Dalam hal ini, perlu melibatkan media

massa dan para pelaku bisnis untuk

menulis semacam artikel mengenai

berbagai jenis makanan Sate Taichan

Goreng yang ada di Kota Bekasi. Semua

jenis makanan tradisional yang ada di Kota

Bekasi masing-masing memiliki latar

belakang tersendiri. Selain itu, perlu

bantuan dari media untuk melakukan kerja

sama dengan pihak pengelola agar dapat

dipromosikan jenis-jenis makanan

tradisional yang ada.

Meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia

Sumber daya manusia diakui sebagai

salah satu komponen vital dalam

pembangunan pariwisata karena sebagai

salah satu industri jasa, sikap dan

kemampuan staf akan berdampak krusial

terhadap pelayanan pariwisata yang

diberikan kepada wisatawan yang secara

langsung akan berdampak pada

kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas

kegiatan wisata yang dilakukannya. Kualitas

sumber daya manusia sangat penting dalam

meningkatkan kemampuan dan

profesionalisme, pemerintah perlu untuk

memberikan pelatihan khusus yang

terampil dalam bidang industri pariwisata.

Membuka pasar

Pasar adalah tempat yang mempunyai

unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, politis

dan lain-lain, tempat pembeli dan penjual

(atau penukar tipe lain) saling bertemu

untuk mengadakan tukar-menukar. Dalam

hal ini belum tersedianya pasar tradisional

yang secara khusus menawarkan produk-

produk sate taichan goreng dan berbagai

jenis makanan tradisional yang ada di Kota

Bekasi.

Kreatif dalam mengolah sebuah

makanan

Kreativitas adalah kemampuan

seseorang untuk mencipta yang ditandai

dengan originalitas dalam berekspresi yang

bersifat imajinatif. Meningkatkan mutu

kualitas makanan Sate Taichan Goreng

serta dapat bersaing dengan makanan

lainnya maka sebagai pemilik sate taichan

goreng harus mampu dalam

mengkreasikan sebuah menu yang dapat

menarik minat pengunjung. maka dari itu

para pelaku dan mampu menciptakan

sebuah menu khususnya menu lokal agar

dapat bersaing dengan makanan lainnya.

S I M P U L A N

Dari informasi yang diperoleh, maka

dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata dari

kuliner Sate Taichan Goreng yaitu what to

see meliputi bisa melihat cara membakar

satenya tersebut, what to do dengan adanya

fasilitas yang ada dan mencicipi banyaknya

pilihan menu yang ditawarkan, what to buy

meliputi jenis makanannya itu sendiri, what

to arrived meliputi kendaraan yang

digunakan bisa menggunakan kendaraan

pribadi dan jarak tempuh jika dari Jakarta

memakan waktu kurang lebih satu jam, dan

what to stay terdapat penginapan atau hotel-

hotel kecil yang ada di sekitar tempat

tersebut.

Diperlukan strategi pemasaran yang

lebih cocok untuk memasarkan Sate

Taichan Goreng dan dukungan banyak

pihak terutama pemerintah Kota Bekasi.

Pemerintah Kota Bekasi dapat mendesain

program pengembangan bagi wisata kuliner

di Kota Bekasi. Serta melakukan strategi

pengembangan membuka cabang lebih

banyak khususnya di Jakarta, meningkatkan

sarana adan prasarana yanga ada serta

meningkatkan kenyamanan, kepuasan dan

keamanan pengunjung tersebut.

Terkait dengan analisis SWOT

terhadap pengembangan makanan Sate

Taichan Goreng di Kota Bekasi, khususnya

Page 93: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p.300-310

@STPS 2017, All Rights Reserved

310 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Kota Bekasi menunjukkan bahwa posisi

makanan sate taichan goreng berada pada

posisi Strengths-Opportunity (SO). Maka,

perlu dilakukan program pengembangan

dalam rangka untuk memafaatkan kekuatan

dan peluang yang ada di antaranya adalah:

adaptasi menu, melibatkan media masa,

meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, membuka pasar tradisional, dan

kreatif dalam mengolah sebuah makanan.

D A F T A R P U S T A K A

A, Yoeti, Oka. Edisi Revisi 1996. Pengantar

Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit

Angkasa

Alwi. (2001). Kamus Besar Bahasa

Indonesia Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional, Balai Pustaka

Arikunto (2006). Prosedur Penelitian:

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta

Hisyam. (1998). Analisa SWOT Sebagai

Langkah Awal Perencanaan Usaha.

Makalah. Jakarta: SEM Institute

Irianto, Kus. (2004). Gizi dan Pola Hidup

Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya

Judarwanto. (2008). Perilaku Makan Anak

Sekolah. Direktorat Bina Gizi

Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi. (Mei-

Juni 2014). Focus Group Discussion

Subsektor Kuliner

Lazuradi, Mandra & Mochamad Sandy

Triady. (2015). Ekonomi Kreatif:

Rencana Pengembangan Kuliner

Nasional 2015-2019. Jakarta: PT.

Republik Solusi

Margono. (2007). Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Mariana. (2006). Widya Karya Nasional

Pangan dan Gizi. Ketahanan Pangan

danGizi di Era Otonomi Daerah dan

Globalisasi. Jakarta: LIPI

Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu Pariwisata:

Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:

Pradnya Paramita

Pendit, Nyoman S. (2005). Ilmu Pariwisata:

Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:

Pradnya Paramita

Rangkuti, Freddy. (2008). Analisis SWOT:

Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Edisi 15. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian

Administratif. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 (2009) Tentang

Kepariwisataan

Wolf, Erick (2006). Culinary Tourism: The

Hidden Harvest. Kendall/Hunt

Publishing

Page 94: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

311 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MEMBERSIHKAN DAN MERAPIHKAN KAMAR KELAS XI AP

3 SMK PARIWISATA TRIATMAJAYA SINGARAJA KABUPATEN BULELENG

Learning Effectiveness With Number Head Together Methods To Increase Student

Learning Result In Material Clean And Activate Room Class Xi Ap 3 Smk Tourism

Triatmajaya Singaraja Regency Of Buleleng

Yudhiet Fajar Dewantara¹, Antonius Rizki Krisnadi²

¹Program Studi Hospitality dan Pariwisata , Fakultas Humaniora , Universitas Bunda

Mulia, Jl. Lodan Raya No. 2, Jakarta, 14430

[email protected],

[email protected]

ABSTRACT

This research aims to know the efectifitas of learning about lesson cleaning and tidy up the

guest room use learning methods Number Head Together in Class XI AP SMK

Triatmajaya Singaraja. This research is a classroom action that uses design research model

of Spiral Kemmis and Taggart MC with procedure planning, implementation, observation,

and reflection. Data collection techniques using achievement test, observation, interview

and documentation. Analysis using descriptive analysis. The results showed that : It can be

seen from the value of the average grade of the first cycle of 60.17 for the first pre-test and

post-test 86.72 to I. As for the second cycle of 68.86 for the second pre-test to post-test and

92.37 II. If improvement of learning achievement using the Number Head Together has

increased 82.76% in the first cycle and second cycle of 88.31%. Based on these data all

students can achieve at the end of a standard action KKM.

Keywords: Achievement, Cooperative Learrning, Number Head Together

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efectifitas belajar tentang pelajaran

membersihkan dan merapikan kamar tamu dengan Menggunakan Metode pembelajaran

Number Head Together di kelas XI AP SMK Triatmajaya Singaraja. Penelitian ini adalah

tindakan kelas yang menggunakan desain penelitian model Spiral Kemmis dan Taggart MC

dengan prosedur perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan refleksi. Teknik

Page 95: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

312 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

pengumpulan Data menggunakan tes prestasi, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: dapat

dilihat dari nilai rata-rata kelas siklus pertama 60.17 untuk pertama pra- tes dan pasca tes

86.72. Untuk kedua siklus 68.86 untuk pra-tes kedua pasca tes 92.37 . Jika peningkatan

belajar prestasi yang menggunakan metode Number Head Together telah meningkat

82.76% di siklus pertama dan kedua siklus 88.31%. Berdasarkan data ini semua siswa dapat

mencapai pada akhir tindakan standar KKM.

Kata kunci: Prestasi, Cooperative Learrning, Number Head Together

Riwayat Artikel :

Diajukan: 11 September 2017

Direvisi: 10 Oktober 2017

Diterima: 15 Oktober 2017

P E N D A H U L U A N

Pendidikan adalah suatu hal yang

harus dipenuhi dalam upaya

meningkatkan taraf hidup bangsa

Indonesia agar tidak sampai tertinggal

dengan bangsa lain. Untuk mewujudkan

sistem pendidikan yang demikian itu

perlu adanya peran aktif dari semua

pihak diantaranya adalah pemerintah,

orang tua siswa, guru dan lain-lain.

Pembelajaran merupakan usaha-usaha

yang dilakukan guru untuk

menghidupkan, merangsang,

mengarahkan dan mempercepat

perubahan perilaku belajar, baik ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik

(Sudjana,2008)

Berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), dalam

pembelajaran menyiapkan kamar tamu

strategi belajar merupakan faktor penentu

dan encapai keberhasilan belajar. Mata

pelajaran Menyiapkan Kamar tamu pada

tingkat satuan sekolah kejuruan pada

dasarnya diarahkan agar siswa memiliki

penguasaan konsep

pariwisata di lingkungan industri.

Pemelajaran Menyiapkan Kamar tamu

seyogyanya mampu membuat siswa

secara aktif mengikuti proses belajar

mengajar di kelas, karena siswa diberikan

peluang sebesar-besarnya untuk

menemukan konsep-konsep materi

pelajaran di lingkungan paririwisata

sekitar mereka. Melihat kondisi tersebut,

maka, penggunaan metode pembelajaran

yang tepat menjadi daya dukung utama

bagi guru sebagai upaya untuk

menciptakan suasana belajar siswa secara

aktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru bidang studi Akomodasi Perhotelan

di SMK Pariwisata Triatmajaya

Kabupaten Buleleng diperoleh informasi

bahwa hasil belajar siswa terhadap mata

pelajaran Menyiapkan Kamar tamu

masih tergolong rendah, hal ini dapat

dilihat dari hasil nilai siswa yang hanya

55% mampu memperoleh nilai di atas 85,

sedangkan 45% mendapat kan nilai di

bawah 85, hal ini menunjukkan bahwa

hasil belajar tidak sesuai dengan Kriteria

Ketuntasan Minimum yang ditetapkan

sekolah yaitu 85. Guna meningkatkan

keaktifan proses belajar bagi siswa,

peneliti tertarik untuk melakukan

pembelajaran Inovatif dengan metode

Number Head Together. Konsep

pembelajaran Inovatif dengan metode

Number Head Together akan

mendorong guru dan peserta didik

melaksanakan praktik pembelajaran

secara aktif dan kreatif sehingga dapat

diharapkan tercapainya peningkatan

dalam pembelajaran.

Page 96: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

313 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Metode Pembelajaran dengan

metode Number Head Together mendorong peserta didik untuk berani

mengemukakan pendapat. Pembelajaran

dengan metode Number Head Together di awali oleh penjelasan guru mengenai

materi pokok yang akan dipelajari.

Peserta didik diberi kesempatan

membaca dan mempelajari materi

tersebut. Selain itu siswa dalam suatu tim

untuk berdiskusi memecahkan masalah,

menyelesaikan tugas, atau mengerjakan

sesuatu untuk tujuan bersam.

Metode pembelajaran Number

Head Together dapat diterapkan pada

materi Membersihkan dan Merapihkan

Kamar , hal ini dikarenakan dalam proses

pembelajaran metode Number Head Together menerapkan siswa – siswa

untuk saling berdiskusi dalam

kelompoknya untuk dapat

mendiskusikan materi atau permasalahan

yang terdapat dalam materi merapihkan

dan menyiapkan kamar. Hal ini sesuai

dengan indikator dan kompetensi yang

diharapkan yang juga harus sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk : Mengetahui aktifitas

pembelajaran Membersihkan dan

Merapihkan Kamar dengan

menggunakan metode pembelajaran

Number Head Together pada siswa

Kelas XI AP 3 SMK Pariwisata

Triatmajaya Singaraja. Mengetahui hasil

belajar siswa dengan menggunakan

metode pembelajaran Number Head

Together pada materi Membersihkan

dan Merapihkan Kamar Kelas XI AP 3

SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja.

T I N J A U A N P U S T A K A

K o n s e p T e n t a n g B e l a j a r d a n P e m b e l a j a r a n

Tujuan belajar adalah ingin

mendapatkan pengetahuan, ketrampilan

dan penanaman sikap mental atau nilai-

nilai. (Sardiman, 2006:21-29).

Pencapaian tujuan belajar akan

menghasilkan hasil belajar, hasil belajar

itu meliputi: Hal ihwal keilmuan dan

pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif),

hal ihwal personal, kepribadian atau sikap

(afektif) dan hal ihwal kelakuan,

ketrampilan atau penampilan

(psikomotorik).

Perumusan tujuan merupakan hal

utama yang harus dilakukan oleh seorang

pendidik dalam kegiatan pembelajaran.

Perencanaan dan proses pembelajaran

memiliki tiga tujuan utama, yaitu: 1. Aspek kognitif

Menurut Utami Munandar

(2009:162-163), taksonomi Bloom

terdiri dari 6 (enam) tingkat perilaku

kognitif, yaitu: Pengetahuan ,

Pemahaman, Penerapan, Analisis,

Sintesis, Evaluai 2. Aspek afektif

Afektif didefinisikan sebagai

keadaan internal seseorang yang

mempengaruhi pilihan-pilihan

atas tindakan pribadi yang

dilakukan. Bloom berpendapat

yang dikutip oleh Ana Suhaenah

Suparno (2001: 9-10), bahwa

sikap meliputi 3 komponen, yaitu

kognitif, afektif dan konatif. 3. Aspek psikomotorik

Psikomotorik merupakan

keterampilan siswa selama proses

pembelajaran salah satu contoh

pada pembelajaran praktik.

Keterampilan siswa selama proses

pembelajaran perlu diperhatikan

guna meningkatkan kreativitas

(Daryanto, 2008:120). Aspek

psikomotorik ini siswa dilatih

untuk memperhatikan sanitasi

Page 97: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

314 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dan hygiene serta berani

mengeluarkan ide baru suatu

produk.

4. Proses belajar mengajar

Menurut Muhibin Syah (2005 :

132) ada tiga hal yang

mempengaruhi dalam belajar,

yaitu faktor internal, eksternal dan

faktor pendekatan belajar. Faktor

internal atau faktor dalam diri

siswa meliputi keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani siswa,

aspek psikologis siswa seperti

inteligensi siswa, sikap, bakat dan

minat siswa.

T i n j a u a n t e n t a n g P e m b e l a j a r a n M e n y i a p k a n K a m a r T a m u

Bidang keahlian Housekeeping

adalah bidang yang mencakup ruang

lingkup keindahan, kerapian, kebersihan,

kelengkapan dan kesehatan seluruh

kamar, juga area – area umum lainnya,

agar seluruh tamu maupun karyawan

dapat merasa nyaman dan aman berada

di dalam hotel. Mata pelajaran

Menyiapkan Kamar Tamu merupakan

komponen mata pelajaran keahlian yang

mempunyai arti sangat luas dalam

memberikan pemahaman tentang dasar-

dasar Housekeeping, siswa diberikan

pelajaran praktek dan pelajaran teori

dengan perbandingan pelajaran praktek

sebesar 60% dan pelajaran teori 40%.

Program diklat Menyiapkan Kamar

Tamu (Preparing The Guest Room) yang

diberikan pada kelas XI AP (Akomodasi

Perhotelan) di SMK Pariwisata

TRIATMA JAYA Singaraja adalah

program keahlian Perhotelan sesuai

dengan kurikulum Spektrum selama

dua semester, termasuk dalam program

produktif.

Tabel 1. Kompetensi Kejuruan Menyiapkan

Kamar Tamu Kelas XI

Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Menyiapkan

Kamar

Tamu

1. Menata perlengkapan

dan trolley

2. Membersihkan dan

merapikan kamar

(Sumber: Silabus Kelas XI Semester Gasal

2013/2014)

P e m b e l a j a r a n K o o p e r a t i f ( C o o p e r a t i v e L e a r n i n g )

Menurut Etin dan Raharjo

(2008:4), cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu

sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu diantara sesama

dalam struktur kerjasama yang teratur

dalam kelompok yang terdiri dari dua

orang atau lebih, dimana keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative learning juga dapat diartikan

sebagai suatu struktur tugas bersama

dalam suasana kebersamaan di antara

sesama anggota kelompok.

M e t o d e N u m b e r H e a d T o g e t h e r

Number Head Together adalah

suatu Model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa

dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai

sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas (Rahayu, 2006). Struktur

tersebut dikembangkan sebagai bahan

alternatif dari sruktur kelas tradisional

seperti mangacungkan tangan terlebih

dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh

guru untuk menjawab pertanyaan yang

telah dilontarkan. Suasana seperti ini

menimbulkan kegaduhan dalam kelas,

karena para siswa saling berebut dalam

mendapatkan kesempatan untuk

Page 98: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

315 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

menjawab pertanyaan peneliti (Tryana,

2008).

L a n g k a h - l a n g k a h P e m b e l a j a r a n N u m b e r H e a d T o g e t h e r

Langkah-langkah tersebut

kemudian dikembangkan oleh Ibrahim

(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai

berikut :

L a n g k a h - l a n g k a h P e m b e l a j a r a n N u m b e r H e a d T o g e t h e r

Langkah-langkah tersebut

kemudian dikembangkan oleh Ibrahim

(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai

berikut : Langkah 1. Persiapan, Langkah

2. Pembentukan kelompok Langkah

3. Tiap kelompok harus memiliki buku

paket atau buku panduan, Langkah

4. Diskusi masalah, Langkah

5. Memanggil nomor anggota atau

pemberian jawaban, Langkah 6. Memberi

kesimpulan

H i p o t e s i s T i n d a k a n

Berdasarkan gambar kerangka

pikir penelitian di atas, maka hipotesis

tindakan penelitian ini adalah: Jika

mengggunakan metode pembelajaran

Number Head Together , hasil belajar

Menyiapkan Kamar Tamu siswa kelas

XI AP 3 SMK Pariwisata Singaraja

Kabupaten Buleleng dapat ditingkatan.

M E T O D E P E N E L I T I A N

P e n d e k a t a n d a n J e n i s P e n e l i t i a n

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian merupakan jenis penelitian

tindakan kelas (Classroom actiont

research). Penelitian tindakan kelas

menurut Kunandar (2008:41) adalah:

Tindakan yang secara sadar dilakukan

oleh guru untuk mengembangkan

kemampuan dalam mendeteksi dan

memecahkan masalah-masalah yang

terjadi dalam pembelajaran di kelas

melalui tindakan bermakna yang

diperhitungkan dapat memecahkan

masalah atau memperbaiki situasi dan

kemudian secara cermat mengamati

pelaksanaannya untuk mengukur tingkat

keberhasilannya”. Penelitian

dilaksanakan di SMK Pariwisata

Triatmajaya Singaraja Kabupaten

Bulelengada bulan Juli sampai Agustus

2013. Semester ganjil tahun pelajaran

2013-2014.

P r o s e d u r P e n e l i t i a n

Aqib (2009:30) menjelaskan

bahwa: Tahapan harus dimulai dengan

mengidentifikasi masalah (pra penelitian).

Hal penting yang dilakukan adalah

menetapkan fokus masalah. Penetapan

fokus masalah penelitian dimaksudkan

untuk mengidentifikasi masalah yang

timbul atas pembelajaran yang

dilaksanakan guru selama ini.

Page 99: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

316 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

A . P e l a k s a n a a n T i n d a k a n

Untuk mengetahui secara jelas deskripsi

pelaksanaan tindakan pada masing-

masing siklus, selanjutnya akan di uraikan

sebagai berikut :

1 . P e l a k s a n a a n S i k l u s 1

a . T a h a p P e r e n c a n a a n ( P l a n i n g )

1) Mengidentifikasi masalah

2) Menganalisis dan

merumuskan masalah

3) Merancang metode

pembelajaran number head together

4) Mendiskusikan penerapan

metode number head together 5) Menyiapkan perangkat

pembelajaran (RPP, Media,

Kriteria Penilaian, Alat

Evaluasi)

6) Menyusun kelompok belajar

siswa

7) Merencanakan tugas

kelompok

b . T a h a p M e l a k u k a n T i n d a k a n ( A c t i o n )

1) Melaksanakan langkah-

langkah sesuai perencanaan

2) Menerapkan metode

pembelajaran number head together

3) Melakukan pengamatan

terhadap setiap langkah-

langkah kegiatan sesuai

rencana pelaksanaan

pembelajaran (aktivitas guru

dan siswa).

4) Memperhatikan alokasi waktu

yang ada dengan banyaknya

kegiatan yang dilaksanakan.

5) Mengantisipasi dengan

melakukan solusi apabila

menemui kendala saat

melakukan tahap tindakan.

c . T a h a p M e n g a m a t i ( o b s e r v a s i )

1) Melakukan diskusi dengan

guru SMK Pariwisata Triatma

Jaya dan kepala Sekolah

untuk rencana observasi

2) Melakukan pengamatan

terhadap penggunaan metode

pembelajaran number head together yang dilakukan guru

Akomodasi Perhotelan kelas

XI

3) Mencatat setiap kegiatan dan

perubahan yang terjadi saat

number head together sedang

berjalan di kelas.

4) Melakukan diskusi dengan

guru untuk membahas tentang

kelamahan-kelemahan atau

temmuan-temuan kegiatan

melalui observasi, serta

memberikan saran dan

perbaikannya.

d . T a h a p r e f l e k s i ( R e f l e c t i o n )

1) Menganalisis temuan saat

melakukan observasi

pelaksanaan observasi.

2) Menganalisis kelemahan dan

keberhasilan guru saat

menggunakan metode

number head together untuk

menentukan rencana tindak

lanjut kegiatan.

Page 100: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

317 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

3) Melakukan refleksi terhadap

penggunaan metode number head together.

4) Melakukan refleksi terhadap

aktivitas mengajar guru.

5) Melakukan refleksi terhadap

aktivitas belajar siswa.

2 . P e l a k s a n a a n S i k l u s 2

a . T a h a p P e r e n c a n a a n ( P l a n i n g )

1) Hasil refleksi dievaluasi,

didiskusikan, dan mencari

upaya perbaikan untuk

diterapkan pada

pembelajaran berikutnya.

2) Mendata masalah dan

kendala yang dihadapi saat

pembelajaran.

3) Merancang perbaikan II

berdasarkan refleksi siklus I

b . T a h a p M e l a k u k a n T i n d a k a n ( A c t i o n )

1) Melakukan analisis

pemecahan masalah

2) Melaksanakan tindakan

perbaikan II dengan

memaksimalkan penggunaan

metode number head together dalam proses

pembelajaran.

c . T a h a p M e n g a m a t i ( o b s e r v a s i )

1) Melakukan pengamatan

terhadap penggunaan metode

number head together baik

guru maupun siswa.

2) Mencatat perubahan yang

terjadi.

3) Melakukan diskusi membahas

masalah yang dihadapi saat

pembelajaran dan memberikan

balikan.

d . T a h a p r e f l e k s i ( R e f l e c t i o n )

1) Merefleksi proses pebelajaran

metode number head together.

2) Merfleksi hasil belajar siswa

dengan menggunakan

metode pembelajaran

number head together. 3) Menganalisis temuan dan

hasil akhir penelitian

4) Rekomendasi. Dari tahap

kegiatan pada siklus I dan II,

hasil yang diharapkan adalah:

a) Siswa memiliki aktivitas

belajar yang baik karena

selalu aktif terlibat dalam

proses pembelajaran

Menyiapkan Kamar

Tamu.

b) Guru memiliki

kemampuan merancang

dan menggunakan metode

pembelajaran Number head together dalam

mencapai tujuan

pembelajaran Menyiapkan

Kamar Tamu

M e t o d e P e n g u m p u l a n D a t a

D o k u m e n t a s i

Menurut Sugiono (2009:329),

dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlaku dan biasa

berbentuk gambar, tulisan, atau karya

monumental seseorang yang berguna

untuk menambah kredibilitas dari hasil

observasi dan wawancara dalam

Page 101: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

318 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

penelitian

O b s e r v a s i

Observasi yaitu kegiatan untuk

melakukan pengukuran. Akan tetapi,

observasi atau pengamatan di sini

diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan

dengan menggunakan indera penglihatan

yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. (Irawan

Soeharsono, 2004: 69).

W a w a n c a r a

Wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu (Moleong, 2007:

186). Wawancara ini dilakukan kepada

perwakilan siswa keas XI yang menurut

Susilo (2007:22), wawancara dilakukan

terhadap 3 anak dengan kriteria pintar, 3

anak dengan kriteria tidak pandai, 3 anak

dengan kriteria antusias tinggi, 3 anak

dengan kriteria antusias rendah.

Instrumen penelitian yang digunakan

adalah lembar wawancara.

T e s H a s i l B e l a j a r

Untuk mengetahui prestasi belajar

siswa pada tiap siklus digunakan tes. Tes

digunakan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat kemampuan siswa dalam

mengetahui kriteria keberhasilan tes yang

berhubungan dengan pengajaran

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana

tingkat pencapaian kompetensi

siswa sebagai hasil dari proses

pembelajaran.

2. Untuk mengetahui efektivitas

pembelajaran

3. Untuk mengetahui ketepatan

tekhnik bentuk, dan kualitas

instrumen yang digunakan.

(Depdiknas, 2007:7)

T e k n i k A n a l i s a D a t a

Teknik analisis data yang

digunakan dalam peneltian ini adalah

analisis persentase. Analisis data ini

dilaksanakan secara bertahap dan

berkeseimbangan disetiap akhir siklus.

Data yang dianalisis meliputi data hasil

pengamatan aktivitas guru, aktivitas

belajar siswa, dan hasil belajar siswa

dengan mengacu pada kriteria tingkat

pengusaan atau ketuntasan yang

dikemukakan oleh Sudjana (2005: 67),

sebagai berikut :

Tabel 2 Kriteria Tingkat Ketuntasan

Rentang Skor Kriteria Penilaian

90 – 100% Baik Sekali

70 – 89% Baik

60 – 69% Cukup

0 – 59% Kurang

Untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pencapaian teknik

analisis data dapat dirumuskan kriteria

sebagai berikut: Pengelolaan

pembelajaran yang dinilai melalui

lembar penilaian aktivitas guru dan siswa

memperoleh skor minimal 70%

mencapai kategori baik. Standar

ketuntasan minimal hasil belajar siswa

secara klasikal ≥ 80% dari jumlah siswa

yang memperoleh nilai KKM ≥ 70. Data

hasil belajar siswa, penilaian aktivitas

guru dan aktivitas belajar siswa diolah

secara deskriptif dengan menggunakan

persentase, maka digunakan rumus yang

dikemukakan Indrianto, dkk (2012: 31)

sebagai berikut :

Page 102: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

319 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑙 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑥100%

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 100%

H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 3 SMK Pariwisata Triatma

Jaya Singaraja dengan jumlah siswa 29 orang. Kompetensi pembelajaran siswa dirangkum

dalam dua siklus pembelajaran. Tiap siklus dilakukan untuk masing-masing satu kali

pertemuan dan diawali dengan pre test serta satu kali tes akhir/evaluasi siklus (post test). Tiap

pertemuan dilaksanakan dilaksanakan satu kali dalam seminggu, dengan alokasi waktu 3 jam

pelajaran. Pertemuan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Agustus 2013.

Pertemuan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2013.

Hasil prestasi belajar pada siklus I menunjukkan saat pre-test I sebanyak 2 siswa telah

mencapai KKM, dan 27 siswa belum mencapai KKM, sedangkan pada post test I siswa yang

sudah mencapai KKM sebanyak 2 6 siswa, dan 3 siswa belum mencapai KKM. Nilai

rata-rata yang diperoleh pada pre- test I adalah 60,17 dan pada post test adalah 86,72. Berikut

ini untuk memudahkan dalam membaca, data tersebut digambarkan dalam diagram batang.

Gambar 1. Diagram Batang Hasil Pre-Test I dan Post Test I Pada Siklus I

Sumber : Hasil Olah data penulis, 2014

Sedangkan untuk hasil prestasi belajar pada siklus II menunjukkan pada saat pre-test II

sebanyak 6 siswa telah mencapai KKM,dan 23 siswa belum mencapai KKM, sedangkan pada

post test II sebanyak seluruh siswa sudah mencapai KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh

pada pre- test II adalah 68,86 dan pada post test II adalah. 92,37

Gambar 2 Diagram Batang Hasil Pre-Test II dan Post Test II Pada Siklus II

0

20

40

Belum

Memenuhi

KKM

Memenuhi

KKM

27

2 3

26

Ju

mla

h s

isw

a 29

ora

ng

Pre-Test

Post Test

Page 103: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

320 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Sumber : Hasil Olah data penulis, 2014

Dari semua hasil tes pada siklus I dan siklus II dapat dilihat keseluruhannya pada

diagram batang dibawah ini:

Gambar 3. Diagram Batang Persentase Hasil Tes Prestasi Belajar pada Siklus I dan siklus II

Sumber : Hasil Olah data penulis, 2014

Dapat dilihat pada diagram bahwa mulai dari siklus I sampai siklus II, hasil prestasi

siswa terus mengalami peningkatan. Pada pre- test I sebesar 93,10 % belum memenuhi

KKM dan 6,90 % memenuhi KKM. Sedangkan pada post test I adalah 10,34 % belum

memenuhi KKM dan 89,66% sudah memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan hasil prestasi belajar siswa sebesar 82.76 % setelah menerapkan metode

pemebelajaran tipe Number Head Together pada mata pelajaran Menyiapkan Kamar Tamu

Kenaikan hasil prestasi belajar berlanjut pada siklus II dengan hasil pre-test II sebesar

0

10

20

30

Belum

Memenuhi

KKM

Memenuhi

KKM

23

6

0

29

Ju

mla

h s

isw

a 29 o

ran

g

Pre-Test

Post Test

0,00

50,00

100,00

Belum

Memenuhi

KKM

Memenuhi

KKM

93,10

6,90

79,31

20,69 10,34

89,66

0

100

JU

mla

h s

isw

a 29 o

ran

g

Pre-Test I

Pre-test II

Post Test I

Post Test II

Page 104: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

321 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

0

20

40

60

80

100

Pre-Test

I

Pre-Test

I

Post Test

II

Post Test

II

60,17 68,86

86,72 92,37

JU

mla

h s

isw

a 29 o

ran

g

Pre-Test I

Pre-Test I

Post Test II

Post Test II

79,31 % belum mencapai KKM dan 20,69 % sudah memenuhi KKM. Sedangkan pada post test II seluruh siswa atau 100 % sudah mencapai KKM. Terjadi peningkatan hasil prestasi

belajar siswa sebesar 88,31 %. Angka ini mengalami kenaikan 5,55 % dari siklus I

Sebesar 82,76. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran tipe Number Head Together pada mata pelajaran Pengolahan Makanan Kontinental berhasil diterapkan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari pemaparan data di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar

siswa. Peningkatan ini selain dapat dilihat dari nilai tes masing-masing siswa, juga dapat

dilihat melalui peningkatan rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 60,17

untuk pre-test I dan 86,72 untuk post test I. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas pada

pre test II sebesar 68,86 dan 92,37 untuk post test II. Baik pada pre- test maupun post test nilai rata-rata kelas selalu mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya hasil

prestasi belajar siswa.

Kenaikan nilai rata-rata kelas dikarenakan siswa mampu menerapkan metode

pembelajaran tipe Number Head Together pada mata pelajaran Menyiapkan Kamar Tamu

dengan baik. Berikut disajikan diagram nilai rata-rata tes siklus I dan tes siklus II

Gambar 4.4. Diagram Batang Nilai Rata-Rata Kelas

Dari data di atas dapat disimpulkan penelitian yang dilakukan peneliti berjudul,

mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada

siklus I dan Siklus II. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 60,17 untuk pre test I dan 86,72

untuk post test I. Sedangkan untuk siklus II adalah 68.86 untuk pre test II dan 92,37 untuk

post test II. Berdasarkan data tersebut seluruh siswa diakhir tindakan dapat mencapai standar

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jadi pada penelitian ini mengalami keberhasilan dengan

menggunakan penerapan metode Number Head Together, hal ini juga dapat dilihat dari

prosentase peningkatan prestasi belajar pada siklus I sebesar 82.76 % dan siklus II sebesar

88.31 %, yang mengalami peningkatan sebesar 5,55 %.

Page 105: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

322 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

S I M P U L A N

Pelaksanaan aktivitas pembelajaran

teori mata pelajaran Menyiapkan Kamar

Tamu dengan menerapkan metode

pembelajaran Number Head Together sangat efektif dilaksanakan di SMK

Pariwisata Triatma Jaya Singaraja karena

dengan pembelajaran tersebut siswa dapat

memahami materi yang akan dipelajari,

meningkatkan kualitas proses pembelajaran

dan prestasi belajar siswa.

Terdapat peningkatan hasil prestasi

belajar pembelajaran teori mata pelajaran

Menyiapkan Kamar Tamu dengan

menerapkan metode pembelajaran

Number Head Together SMK Pariwisata

Triatma Jaya Singaraja pada kompetensi

dasar Membersihkan dan Merapihkan

Kamar Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-

rata kelas pada siklus I dan Siklus II. Nilai

rata-rata kelas pada siklus I adalah 60.17

untuk pre test I dan 86.72 untuk post test I. Sedangkan untuk siklus II adalah 68.86

untuk pre test II dan 92.37 u ntuk post test II. Berdasarkan data tersebut seluruh siswa

diakhir tindakan dapat mencapai standar

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa analisis data penelitian dengan

menerapkan metode pembelajaran

Number Head Together mengalami

peningkatan prestasi belajar pada siklus I

sebesar 82.76 % dan siklus II sebesar 88.31

%, yang mengalami peningkatan sebesar

5.55 %.

Agar proses pembelajaran

menyiapkan kamar tamu lebih efektif dan

memberikan hasil yang optimal,

berdasarkan pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti selama melaksananakan

penelitian tindakan kelas pada kelas XI

Akomodasi Perhotelan (AP) 3 SMK

Pariwisata Triatma Jaya Singaraja ada

beberapa temuan yang peneliti peroleh

yang dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan dan perhatian

oleh semua pihak yaitu sebagai berikut:

1. Guru diharapkan bisa menerapkan

metode pembelajaran koooperatif

tipe Number Head Together sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam proses belajar

mengajar.

2. Guru memerlukan persiapan

matang untuk menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe

Number Head Together dalam

proses belajar mengajar, sehingga di

peroleh hasil yang optimal

3. Bagi guru SMK Pariwisata Triatma

Jaya pada umumnya dan guru

Akomodasi Perhotelan pada

khususnyanya agar menggunakan

metode pembelajaran koorperatif

khususnya metode Number Head Together dalam usaha

meningkatkan prestasi dan motivasi

siswanya.

4. Bagi sekolah, agar dapat

mengembangkan informasi

perkembangan siswa dalam belajar

dan sebagai dorongan pada guru

bidang studi untuk melaksanakan

model pembelajaran yang

memerlukan kekompakan dan

berkerjasama.

5. Bagi siswa, agar meningkatkan

partisipasinya dalam proses

pembelajaran di sekolah dan lebih

meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar.

6. Bagi Masyarakat untuk dapat

dijadikan bahan penelitian

mengenai metode kooperatif lebih

luas dan lebih baik.

Setelah diadakan penelitian tindakan

kelas dengan metode Number Head Together, peneliti menghimbau kepada

para guru untuk melaksanankan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan berbagai

Page 106: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.311-323

@STPS 2017, All Rights Reserved

323 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

metode pembelajaran di mata pelajaran

yang lain agar tercipta pembelajaran yang

efektif, sehingga dapat meningkatkan mutu

atau kualitas pendidikan

D A F T A R P U S T A K A

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan

Kelas untuk Guru. Bandung:

Yrama Widya. Grasinda.

Depdiknas. 2008. Panduan Analisis Butir

Soal. Jakarta. Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah. Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Atas.

Etin Solihatin dan Raharjo. (2007).

Cooperative Learning Analisis

Model Pembelajaran IPS. Jakarta:

Bumi Aksara.

Kamdi, Waras. 2010. Inisiasi Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Online.

http://www/wordpress.com.

Diakses tanggal 3 Mei 2013.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah

Penelitian Tindakan Kelas.

Sebagai Pengembangan Profesi

Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Latifah, Melly. 22 september 2016. 09.30

wita. [tehubung berkala].

http://tumbuh-kembang-

anak.blogspot.com/2008/03/meto

de-pembelajaran-yang-

baik.html.loc.cit

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan

Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta.

Rineka Cipta.

Nardi.22 september 2016. 09.45.

pembelajaran Number Head

Together. [Terhubung

bekala].http://nardishome.blogspot.co

m/2011/04/pembelajaran-numbered-

head-together-nht.html

Robert E. Slavin. (2008). Cooperative

Learning Teori, Riset, Praktek.

Bandung: Nusa Media

Sudjana, Nana. 2009. Cara Belajar Siswa

Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendidikan

Praktek. Jakarta: Bumi aksara

Syah, Muhibbin. 2005. Proses Belajar

Mengajar. Bandung. Bumi Aksara.

____________ . 2006. Psikologi Belajar.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 107: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

324 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL DAN REALISASINYA SEBAGAI ALAT BANTU MANAJEMEN DALAM PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN

(STUDY KASUS OAKWOOD PREMIER COZMO JAKARTA)

Analysis Of Operational Budget And Realization As A Management Tool

In Company Performance Assessment

(Case Study Oakwood Premier Cozmo Jakarta)

Budi Bagaskoro

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

[email protected]

Aulia Jihan

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

ABSTRAK

Hotel merupakan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan dengan

menyediakan jasa penginapan, makanan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang

dikelola secara komersial. Anggaran perusahaan merupakan rencana tentang kegiatan perusahaan

yang didasari oleh uang, meskipun tidak semua rencana didasari oleh anggaran. Rencana ini

mencakup berbagai kegiatan operasional yang didasari oleh cash flow dan dikenal dengan istilah

Budget Perusahaan. Dengan adanya budget perusahaan maka pihak manajer dapat mengendalikan

dan melakukan kontrol terhadap biaya yang akan dikeluarkan serta dapat dijadikan pedoman umum

atau pemberi arah kerja yang tepat bagi pihak pelaksana dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.

Analisis varians dalam penelitian ini adalah proses untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan

antara biaya produksi yang dianggarkan dengan realisasi biaya produksi yang terjadi. Analisis varians

dapat dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari beberapa jenis dan desain penelitian.

Selisih tahun 2014 sebesar Rp.18.170.253 meningkat pada tahun 2015 sebesar Rp.535.943.681

kemudian selisih menurun pada tahun 2016 sebesar Rp.-847.787.920 Anggaran yang disusun sifatnya

tetap (fix), sehingga tidak dapat dipergunakan secara efektif, apabila terjadi penyimpangan dari yang

telah direncanakan tidak bisa menyesuaikan terhadap anggaran. Sebaiknya perusahaan melakukan

analisis variance biaya yang terjadi, sehingga penyebab terjadinya selisih dapat diketahui dengan cepat

untuk menghindari terjadinya pemborosan atau hal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Kata Kunci: Analisis,Anggaran Biaya Operasional dan Realisasinya,Oakwood Premier Cozmo Jakarta.

Page 108: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

325 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

ABSTRACT

The hotel is an accommodation that uses part or all of the building by providing lodging services,

beverage food and other commercial services that are commercially managed. Corporate budgets are

plans for money-driven corporate activities, although not all plans are based on budgets. This plan

covers various cash flow operational activities and is known as Corporate Budget. With the budget

company then the manager can control and control the costs to be incurred and can be used as a

general guidance or the right direction of work for the implementers in the business achievement of

corporate goals. Analysis of variance in this research is process to identify existence of deviation

between production cost which budgeted with realization of cost of production happened. Analysis of

variance can be done to analyze data derived from several types and research design. The difference

in 2014 amounting to Rp.18,170,253 increases in 2015 amounting to Rp.535,943,681 then the

difference decreases in 2016 amounting to Rp.-847,787,920 The budget is fixed in nature, so it can

not be used effectively, in case Deviation from the planned can not adjust to the budget. Companies

should analyze the cost variance that occurs, so that the cause of the difference can be known quickly

to avoid the occurrence of waste or unfavorable for the company.

Keywords: Analysis, Budget Operational Costs and Realization, Oakwood Premier Cozmo Jakarta.

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Mei 2017

Direvisi: 16 Mei 2017

Diterima: 30 Mei 2017

P E N D A H U L U A N

Persaingan dalam dunia usaha adalah

faktor eksternal yang tidak mungkin dapat

dihindari dan tidak dapat dikendalikan oleh

suatu perusahaan, namun demi

mempertahankan keberadaannya, suatu

perusahaan dapat melakukan upaya-upaya

dari dalam (intern) perusahaan. Upaya

internal yang dapat dilakukan antara lain

dengan memaksimalkan pemanfaatan

sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Pemanfaatan sumber daya secara maksimal

dapat dicapai bila ada perencanaan yang baik.

Setiap perusahaan didirikan dengan

maksud untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui

bahwa tujuan perusahaan dalam suatu

kondisi perekonomian yang kompetitif

adalah untuk memperoleh keuntungan

maksimal dengan pertumbuhan perusahaan

dalam jangka panjang dan juga untuk

menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu

sendiri. Dalam rangka untuk mencapai

tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa

berusaha untuk meningkatkan efektifitas

maupun efisiensi kerjanya. Untuk

mengkoordinasikan kegiatan perusahaan

dalam mencapai tujuannya, disusunlah

strategi-strategi sebagai petunjuk di dalam

mencapai tujuannya. Untuk memastikan

bahwa perusahaan melaksanakan strateginya

Page 109: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

326 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

secara efektif dan efisien, manajemen

melakukan suatu proses yang disebut dengan

pengendalian (control).Salah satu bentuk

pengendalian adalah dengan menggunakan

anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan

suatu pengarahan perhatian, karena

membantu para manajer untuk memusatkan

perhatian pada masalah operasional atau

keuangan pada waktu yang lebih awal untuk

pengendalian yang lebih efektif dan efisien.

Anggaran merupakan rencana tentang

kegiatan perusahaan yang mencakup

berbagai kegiatan operasional yang saling

berkaitan dan saling mempengaruhi satu

sama lain sebagai pedoman untuk mencapai

tujuan dan sasaran organisasi. Pada

umumnya anggaran disusun secara tertulis.

Selain itu, anggaran lazim disebut

perencanaan dan pengendalian laba, yaitu

proses yang ditunjukan untuk membantu

manajemen dalam perencanaan dan

pengendalian yang efektif Prawironegoro dan

Purwanti (2008). Anggaran dibuat dengan

memperhitungkan faktor ketidakpastiannya

untuk kemudian dilaksanakan. Selain itu,

anggaran mempunyai fungsi pengendalian

(budgetary control) yaitu dengan

membandingkan antara rencana yang

tercantum dalam anggaran dengan kenyataan

yang terjadi. Proses ini dimulai setelah tahap

perencanaan selesai dimana diperoleh data

mengenai biaya yang sebenarnya timbul dan

jika memang terdapat selisih anggaran yang

material maka pihak manajemen dapat

mengambil langkah-langkah yang perlu untuk

memperbaiki selisih anggaran tersebut

dengan segera.

Dengan memperhatikan

perkembangan Oakwood Premier Cozmo

Jakarta yang memiliki anggaran biaya

operasional, untuk menunjang kelancaran

aktivitas dalam Apartment maka diperlukan

suatu kebijakan mengenai anggaran tersebut.

Agar penerimaan dan pengeluaran berjalan

sesuai dengan target yang diharapkan, maka

harus dibuat suatu prosedur penyusunan

anggaran untuk memudahkan dalam

menentukan langkah-langkah kegiatan yang

akan dicapai di masa yang akan datang. Pada

dasarnya penyusunan anggaran bertujuan

agar sumber daya dalam hotel dapat

digunakan seefisien dan seefektif mungkin.

Anggaran yang telah disusun dapat

menjadi pedoman bagi pihak yang terkait

dalam perusahaan sekaligus dapat digunakan

sebagai tolak ukur terhadap selisih anggaran

yang seringkali terjadi dalam hotel. Sehingga

bila anggaran dapat difungsikan dengan benar

diharapkan tujuan hotel dapat tercapai.

Selain itu, perencanaan dan pengendalian

melalui penyusunan anggaran ini juga sangat

diperlukan untuk membantu peramalan

(forecast) keadaan hotel di masa datang.

T I N J A U A N P U S T A K A

A n g g a r a n d a n R a t i o

K e u a n g a n

Menurut Rudianto (2009:3),

„‟anggaran adalah rencana kerja organisasi

di masa mendatang yang diwujudkan dalam

bentuk kuantitatif, formal dan sistematis‟‟.

Ciri-ciri anggaran menurut Rudianto

(2009:6) adalah dalam satuan moneter

didukung oleh satuan kuantitatif lain,

misalnya unit. Penyusunan rencana kerja

Page 110: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

327 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

dalam satuan moneter, bertujuan untuk

mempermudah membaca atau

memahaminya. Karena itu, sebaiknya

anggaran disusun dalam bentuk kuantitatif

moneter yang ringkas. Menurut

Prawironegoro dan Purwanti (2009:8),

anggaran bertujuan untuk memberikan tugas

kepada manajer untuk membuat rencana

kerja. Manajer harus berpikir proaktif tentang

perubahan yang akan terjadi di masa yang

akan datang. Kemampuan memprediksi di

masa yang akan datang itu dituangkan dalam

bentuk angka-angka satuan fisik dan satuan

uang yang berorientasi pada kelangsungan

hidup perusahaan. Keunggulan anggaran

adalah hasil analisis lingkungan internal

perusahaan yaitu analisis data historis

perusahaan yang menjelaskan kekuatan dan

kelemahannya kemudian dijadikan bahan

baku untuk membuat program kerja di masa

mendatang. Kelemahan anggaran adalah

prediksi kegiatan bisnis di masa mendatang

belum tentu tepat atau belum tentu

mendekati kenyataan.

Anggaran berhubungan erat dengan

proses manajemen. Proses manajemen

merupakan saling berhubungan unsur-unsur

Perencanaan (planning), yaitu menyusun

rencana sebagai dasar pedoman

kerja,Pengorganisasian (organizing),yaitu

menyusun struktur organisasi yang

merupakan pemberian wewenang dan

permintaan tanggung jawab,penataan

(staffing),yaitu membina,membimbing,dan

mengarahkan sumber daya

manusia,pengarahan (leading), yaitu

melakukan kerjasama dan koordinasi antar

bagian,pengendalian (cotrolling), yaitu

pengawasan atas pelaksanaan kerja berdasar

rencana yang telah ditetapkan.

Ratio adalah Menurut Subramanyam

et al. (2013: 3) “analisis laporan keuangan

merupakan analisis dari alat dan teknik

analitis untuk laporan keuangan bertujuan

umum dan data-data yang berkaitan untuk

menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang

bermanfaat dalam analisis bisnis”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka

analisis laporan keuangan merupakan suatu

upaya untuk menggali lebih banyak informasi

yang terkandung dalam laporan keuangan

serta hubungan-hubungan yang signifikan

diantara mereka dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi keuangan perusahaan

sehingga lebih bermanfaat bagi para

pengambil keputusan.

K i n e r j a / O r g a n i s a s i

P e r u s a h a a n

Menurut Sedarmayanti (2011:260)

mengungkapkan bahwa: “Kinerja merupakan

terjemahan dari performance yang berarti

Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses

manajemen atau suatu organisasi secara

keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut

harus dapat ditunjukkan buktinya secara

konkrit dan dapat diukur (dibandingkan

dengan standar yang telah ditentukan).”

Fungsi-fungsi pekerjaan /kegiatan yang terkait

kinerja perusahaan Ada beberapa fungsi

pekerjaan kegiatan yang terkait yaitu strategi

perusahaan , pemasaran , operasional ,

sumber daya manusia , dan keuangan .

Tujuan manajemen kinerja dari suatu

organisasi ada berbagai macam, di antaranya

adalah menerjemahkan dari visi dan misi

organisasi ke dalam tujuan dan hasil yang

jelas mudah dipahami dan dapat diukur

sehingga membantu keberhasilan

organisasi,menyediakan informasi untuk

menilai, mengelola dan meningkatkan

keberhasilan kinerja keseluruhan

Page 111: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

328 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

organisasi,mengubah paradigma dari

orientasi pengendalian dan ketaatan menjadi

pendekatan strategik yang berkelanjutan

kepada keberhasilan organisasi.

M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n

Metode penelitian yang digunakan

adalah Analisis penyimpangan (Variance

Analysis), yang merupakan suatu metode

perbandingan yang digunakan untuk

mengetahui selisih antara anggaran dengan

realisasi yang dicapai oleh perusahaan dalam

kegiatan operasionalnya serta penyebab

terjadi penyimpangan atau perbedaan. Dalam

melakukan analisis varians akan dihasilkan

penyimpangan antara anggaran dan realisasi.

Penyimpangan atau variansi tersebut ada yang

bersifat favorable dan unfavorable. Dalam

menentukan favorable dan unfavorable

terdapat perbedaan yang sangat signifikan

antara pendapatan dan biaya. Dari segi

pendapatan apabila anggaran lebih kecil dari

realisasi maka penyimpangan yang terjadi

menguntungkan atau (favorable). Sedangkan

apabila anggaran lebih besar dari realisasi

maka penyimpangan tersebut merugikan atau

unfavorable. Namun hal tersebut berbeda

pada segi biaya. Apabila anggaran lebih kecil

dari realisasi maka penyimpangan merugikan

atau unfavorable. Sedangkan apabila

anggaran lebih besar dari realisasi maka

penyimpangan tersebut menguntungkan atau

favorable.

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

G a m b a r a n U m u m L o k a s i

P e n e l i t i a n

Oakwood Premier Cozmo Jakarta

resmi di buka pada tanggal 8 Januari 2008,

berlokasi di pusat bisnis Jl. Dr. Ide Agung

Anak Gede Agung Blok E4.2 No.1

Kuningan, Jakarta 12950,

Indonesia.Oakwood Premier Cozmo Jakarta

merupakan salah satu Premium Serviced

Apartment setara bintang 5 dari hasil kerja

sama antara Oakwood Worldwide dengan

PT. Cozmo Serviced Apartment dan PT.

Transpacific. Definisi dari serviced apartment

sendiri merupakan sebuah apartemen yang

memiliki pelayanan setara dengan hotel,

sehingga tamu dapat merasakan kenyaman

pelayanan hotel setiap hari di apartemen-nya

sendiri.

Target pasar serviced apartment ini

adalah para pebisnis yang sedang dalam

kegiatan bisnis maupun sedang berlibur di

indonesia, namun juga tidak menutup

kemungkinan bagi sekmen pasar

lain.Oakwood Premier Cozmo Jakarta

memiliki 192 unit hunian yang ada di 42

lantai.Walaupun berbasis apartemen,

Oakwood juga melayani penyewaan kamar

perhari seperti di hotel.

F a k t o r - F a k t o r y a n g p e r l u

d i p e r h a t i k a n d a l a m p r o s e s

p e n y u s u n a n a n g g a r a n p a d a

O a k w o o d P r e m i e r C o z m o

J a k a r t a

Page 112: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

329 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Saat proses penyusunan anggaran

pada Oakwood Premier Cozmo Jakarta,

terdapat berbagai pertimbangan yang perlu

diperhatikan. Mengabaikan Direktur Kepala

SubDirektorat Kepala SubDirektorat Kepala

SubDirektorat Kepala Divisi Kepala Dinas

Direktur Utama berbagai faktor eksternal

dan internal di dalam proses penyusunan

anggaran merupakan penyebab kegagalan

realisasi anggaran di dalam perusahaan.

Karena itu, faktor eksternal dan internal yang

terkait tersebut harus diperhatikan dalam

proses penyusunan anggaran. Beberapa

pertimbangan yang menyangkut dengan

penyusunan anggaran pada Oakwood

Premier Cozmo Jakarta tahun 2014 sampai

2016 antara lain :

F a k t o r I n t e r n a l

1. Realisasi kegiatan usaha semester I tahun

berjalan

Salah satu faktor yang harus

diperhatikan dalam menyusun anggaran

adalah realisasi kegiatan usaha semester I

tahun berjalan. Faktor ini ditentukan

karena ketika penyusunan anggaran akan

dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan

suatu penganalisaan realisasi semester

sebelumnya apakah meningkat atau

menurun dari dana yang telah

dianggarkan. Peningkatan atau

penurunan dari selisih antara anggaran

dan realisasi menjadi acuan dalam

penganggaran untuk periode selanjutnya.

Hal ini mencakup data historis mengenai

penjualan dan biayabiaya yang

berhubungan dengan kegiatan

operasional Oakwood Premier Cozmo

Jakarta tahun 2014 sampai 2016 dan ini

bertujuan agar dalam penganggaran

periode selanjutnya tidak terjadi selisih

anggaran yang mempunyai selisih sangat

signifikan antara anggaran dan

realisasinya.

2. Estimasi hasil kegiatan yang dapat

dicapai pada semester II tahun berjalan

Selain realisasi kegiatan usaha

semester I tahun berjalan, faktor lainnya

yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan anggaran adalah estimasi

hasil kegiatan yang dapat dicapai pada

semester II tahun berjalan. Estimasi

tersebut dikombinasikan dengan realisasi

kegiatan semester I yang merupakan

estimasi terakhir yang digunakan sebagai

titik tolak penyusunan anggaran tahun

mendatang. Penyusunan estimasi

terakhir yang disebutkan di atas

dimaksudkan agar anggaran tahun

mendatang menggambarkan hubungan

dengan hasil kegiatan yang diperkirakan

dapat dicapai sampai akhir tahun

berjalan.

3. Pertimbangan penting lainnya

Faktor penting lainnya yang menjadi

bahan pertimbangan dalam penyusunan

anggaran adalah target tahunan

Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun

2014 sampai 2016 yang dituangkan

dalam program-program tahunannya.

Program-program tersebut memberikan

acuan kepada tim penyusun anggaran

Page 113: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

330 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

untuk mempertimbangkan anggaran

yang akan disusunnya.

F a k t o r E k s t e r n a l

a.Pertumbuhan GDP (Gross Domestic

Product)

Peningkatan GDP ini mengacu pada

pertumbuhan ekonomi secara nasional

khususnya dalam bidang perhotelan.

Sehingga jika terjadi pertumbuhan ekonomi

secara pesat maka akan mempengaruhi

jumlah pendapatan yang dianggarkan

Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun

2014 sampai 2016. Saat ini Oakwood

Premier Cozmo Jakarta telah melakukan

kerjasama dengan hotel di Korea Selatan

untuk memperluas sekaligus meningkatkan

pertumbuhan ekonominya.

b.Laju inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dalam

perekonomian dimana terjadi kenaikan

harga-harga secara umum. Laju inflasi tidak

dapat diprediksi secara akurat oleh suatu

perusahaan. Dalam menyusun anggaran,

Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun

2014 sampai 2016 mengasumsikan

persentase inflasi yang akan terjadi pada

tahun berikutnya berdasarkan trend inflasi

yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Inflasi ini secara langsung akan

mempengaruhi besarnya jumlah anggaran

hotel yang harus dianggarkan agar tidak

terjadi selisih anggaran secara signifikan. Laju

inflasi berdampak terhadap pendapatan dan

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh hotel

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Jika kenaikan inflasi yang sangat signifikan

terjadi pada pertengahan tahun saat anggaran

sudah dilakukan, maka hotel akan

melakukan RUPS kembali untuk mengubah

penganggarannya.

P r o s e d u r P e n y u s u n a n A n g g a r a n p a d a O a k w o o d P r e m i e r C o z m o J a k a r t a

Untuk melaksanakan rencana

kegiatan kerja khususnya dalam penyusunan

anggaran, maka Oakwood Premier Cozmo

Jakarta memiliki kebijakan yang telah

ditetapkan untuk dipatuhi para pelaksananya,

kebijakan tersebut meliputi :

a.Anggaran dan program kerja menjadi

sarana pengukur dan pengendalian

b.Didasarkan pada pertimbangan manfaat,

biaya, dan skala prioritas

c.Dijabarkan kedalam program kerja yang

terperinci

d.Anggaran yang sudah disahkan merupakan

komitmen untuk dilaksanakan

e.Anggaran yang belum terealisasi hanya

dapat dipakai setelah diajukan kembali pada

tahun berikutnya.

Oakwood Premier Cozmo Jakarta

memiliki penyusunan anggaran yang

ditetapkan yaitu penyusunan Rencana

Anggaran yang di dalamnya terdapat

anggaran biaya operasional. Adapun langkah

dalam penyusunan anggaran biaya

operasional pada Oakwood Premier Cozmo

Jakarta adalah sebagai berikut :

Page 114: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

331 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

a.Pengumpulan materi RKA(Rencana Kerja

Anggaran) yang telah dikoordinasi dengan

Perencanaan (EMA) yang dilakukan oleh

bidang terkait, Manajer Enjinering dan

Manajer Aset dan Supervisor Senior

Anggaran

b.Kemudian melakukan penjabaran KK1

dan KK2 untuk data Program Pemeliharaan

dan Program Anggaran oleh tim

c.Setelah dilakukan penjabaran, maka data

tersebut diserahkan kepada Supervisor

Senior Akuntansi untuk dibahas

d.Jika data tersebut tidak di setujui maka

akan dilakukan evaluasi kembali, tetapi jika

data tersebut di setujui oleh Supervisor

Senior Akuntansi maka akan dilanjutkan ke

pembahasan draft RKA Tahap I di UBP

e.Melakukan penyusunan draft RKA hasil

pembahasan oleh Manajer Enjinering dan

Manajer Aset dan Supervisor Senior

Anggaran

f.Pembahasan draft RKA di kantor pusat

Indonesia Power untuk di evaluasi apakah

usulan RKA tersebut sudah sesuai dengan

yang di rencanakan.

g.Jika RKA tersebut tidak disetujui oleh

kantor pusat maka draft RKA akan

diserahkan kembali kepada Supervisor

Senior Anggaran untuk di evaluasi, tetapi jika

RKA tersebut di setujui maka akan langsung

dibuatkan berita acara hasil pembahasan awal

RKA.

h.Mengeluarkan berita acara hasil

pembahasan awal . Setelah mengeluarkan

berita acara pembahasan awal, Supervisor

Senior Anggaran mengentry data awal ke

Program Anggaran.

i.Menyusun proyeksi keuangan dan

penyusutan oleh Supervisor Senior Anggaran

dan Supervisor Senior Akuntansi.

j.Setelah di adakan Rapat Umum Pemegang

Saham, Manajer Enjinering dan Manajer

Aset, Supervisor Senior Anggaran, Manajer

Kehumasan dan SDM, General Manajer

Oakwood Premier Cozmo Jakarta

membahas Rencana kerja Anggaran hasil

Rapat Umum Pemegang Saham.

k.Mengadakan kontrak manajemen (RKA)

yang disekati oleh General Manajer.

l.Setelah diadakannya kontrak kerja

manajemen (RKA), Supervisor Senior

Anggaran meng-up data Program Anggaran.

m.Setelah meng-up data Supervisor Senior

Anggaran dan bidang terkait

mendistribusikan Rencana Kerja Anggaran

ke User.

A n a l i s i s V a r i a n s t e r h a d a p A n g g a r a n O p e r a s i o n a l d a n R e a l i s a s i n y a

Salah satu fungsi dari anggaran adalah

sebagai alat pengendalian (controlling).

Pengendalian berarti melakukan evaluasi

(menilai) atas pelaksanaan pekerjaan, dengan

cara membandingkan realisasi anggaran

dengan rencana anggaran dan melakukan

tindakan perbaikan apabila dipandang perlu

(jika ada selisih anggaran yang merugikan).

Apabila dilihat dari fungsi tersebut, maka

perlu dilakukan analisis varians terhadap

anggaran dan realisasi. Analisis varians adalah

Page 115: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

332 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

membandingkan antara kinerja standar

dengan kinerja aktual. Evaluasi varians dapat

dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap

hari atau setiap jam, tergantung pada penting

atau tidaknya mengidentifikasi masalah

dengan cepat. Karena perusahaan tidak

mengetahui angka aktual hingga akhir

periode, maka varians hanya dapat dilakukan

pada akhir periode. Pada Oakwood Premier

Cozmo Jakarta, evaluasi varians tersebut

diadakan setiap tiga bulan sekali. Pada saat

pengganggaran yang telah ditetapkan pada

awal tahun, maka akan dilakukan evaluasi

terhadap selisih anggaran yang terjadi antara

anggaran operasional dan realisasinya setelah

tiga bulan berjalan. Realisasi tersebut akan

disesuaikan terhadap perencanaan anggaran

yang telah ditentukan sebelumnya agar tidak

terjadi selisih anggaran yang signifikan dan

untuk mengidentifikasi apakah harus ada

perubahan terhadap jumlah yang dianggarkan

yang disebabkan oleh faktor internal maupun

faktor eksternal perusahaan.

Pelaksanaan biaya operasional

Oakwood Premier Cozmo Jakarta setiap

triwulan akan menerbitkan anggaran tunai

(AT) yang merupakan rencana alokasi rinci

dari suatu anggaran. Anggaran biaya

operasional diterbitkan atas dasar penetapan

anggaran biaya operasional ketempat

anggaran tunai. Berikut adalah perbandingan

rencana dan realisasi anggaran biaya

operasional pada Oakwood Premier Cozmo

Jakarta tahun 2014 sampai 2016.

Tabel 1. Perbandingan Rencana dan

Realisasi Anggaran Biaya operasional

Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun

2014 sampai 2016

URAIAN

ANGGARAN

REALISASI

Pendapatan

Pendapatan Pihak

Afiliasi

Occupancy (%) 12 12,25

Number of cover 11.561 22.963

Pendapatan Sewa Kamar

968.551.400

993.373.756

Pendapatan Food and

Beverage

870.246.800

1.102.428.913

Pandapatan Telepon

0

0

Pendapatan

Laundry

0

0

Meeting room 55.213.800 53.027.592

Drug Store 0 0

Pendapatan Lain- lain

0

0

(-) Discount 0 0

1.894.012.000 2.148.830.261

Pendapatan Pihak

Ketiga

Occupancy (%) 45 49,17

Number of cover 45.464 91.254

Pendapatan Sewa Kamar

3.874.199.600

3.973.487.524

Pendapatan Food and

Beverage

3.480.981.200

4.409.708.153

Pendapatan

Telepon

385.479.000

177.145.570

Pendapatan

Laundry

184.697.000

200.744.701

Meeting room 220.849.200 212.102.866

Drug Store 33.856.000 51.253.500

Pendapatan Lain- lain

365.686.000

483.646.688

(-) Discount 0 0

8.545.748.000 9.508.089.00

2

Total Pendapatan

10.439.760.000

11.656.919.2

63

Page 116: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

333 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Oleh karena itu, dalam penyusunan

anggaran sebaiknya diperhatikan secara teliti

dan cermat mengenai faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi penganggaran pada

kelompok pendapatan. Hal ini dapat

mengenai program- program kerja yang akan

dilakukan perusahaan pada periode tersebut

dan investasi atau fasilitas-fasilitas yang

dimiliki perusahaan sudah memadai atau

belum dan jika belum maka fasilitas mana

yang perlu diperbaiki sehingga dapat

diestimasi jumlah pendapatan yang akan

dihasilkan dari masing-masing profit center

berdasarkan pendapatan tahun lalu dan

perbaikan fasilitas hotel. Dengan demikian,

selisih anggaran yang terjadi antara anggaran

dan realisasi pun dapat diminimalisir.

Pada tahun 2014 sampai 2016,

kinerja Oakwood Premier Cozmo Jakarta

dapat dikatakan sudah baik meskipun dengan

selisih-selisih anggaran yang signifikan

jumlahnya. Pada tahun berikutnya

diharapkan selisih anggaran yang terjadi

memiliki besar selisih yang tidak terlalu

signifikan sehingga hasil yang diharapkan

sesuai dengan yang direncanakan. Oleh sebab

itu, sebaiknya perusahaan mempertahankan

kinerjanya yang sudah baik tersebut atau

bahkan meningkatkan kinerja aktual

perusahaannya pada tahun berikutnya.

B i a y a V a r i a b e l

Biaya variabel yang termasuk dalam

kegiatan operasional Oakwood Premier

Cozmo Jakarta meliputi biaya upah langsung,

biaya perawatan, biaya peralatan, biaya listrik,

biaya air, biaya telepon, biaya cetak atau alat

kantor, biaya asuransi, biaya pastry, biaya

Food and Beverage, biaya bahan bakar, biaya

toiletris or guest and cleaning supplies, dan

biaya lain-lain. Biaya upah langsung pada

biaya variabel ini meliputi gaji untuk

karyawan casual, Pekerja Karyawan

Borongan (PKB) yaitu karyawan yang

diterima melalui outsourcing.

Perhitungan analisis varians yang dilakukan

pada biaya upah langsung (Tabel 2) halaman

menghasilkan sebuah selisih anggaran Rp -

91.778.918. Hal ini menunjukkan bahwa

selisih anggaran yang terjadi pada komponen

biaya upah langsung ini merugikan karena

anggaran yang telah ditentukan jumlahnya

lebih kecil dibandingkan dengan realisasinya,

namun selisih anggaran yang terjadi memiliki

beda (varians) yang tidak terlalu signifikan.

Biaya perawatan memiliki selisih anggaran

sebesar Rp -78.750.784,. Anggaran yang telah

ditentukan jumlahnya lebih kecil

dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini

dikarenakan adanya perbaikan terhadap

fasilitas sekitar hotel yaitu perawatan terhadap

taman hotel yang banyak pohon kambojanya

sehingga pohon-pohon tersebut perlu

ditebang karena ada kesan menakutkan bagi

beberapa pengunjung sehingga perlu

perbaikan terhadap taman hotel. Hasil

analisis varians pada biaya peralatan dengan

tingkat selisih anggaran sebesar Rp

23.509.862. Jumlah anggaran yang lebih

besar ini menimbulkan selisih anggaran yang

favorable. Hal ini disebabkan adanya

pembelian peralatan pada saat perbaikan

ruang meeting room dan perbaikan pada

Page 117: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

334 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

taman hotel tidak terlalu besar biayanya

sehingga biaya perawatan yang dianggarkan

lebih dari cukup untuk perawatan fasilitas

hotel tersebut.

Biaya listrik termasuk pada kategori

selisih anggaran Rp-327.855.945. Hasil

analisis varians pada biaya air memiliki

jumlah selisih anggaran Rp 56.654.100.

Anggaran yang telah ditentukan jumlahnya

lebih besar dibandingkan dengan realisasinya.

Sama halnya dengan hasil analisis varians

pada biaya telepon yang menghasilkan Rp

128.207.440. Anggaran yang telah ditentukan

jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan

realisasinya. Dalam hal ini biaya telepon

menghasilkan selisih anggaran yang

menguntungkan karena pada saat sekarang

sudah banyak orang yang menggunakan

handphone daripada telepon.

Hasil analisis varians pada biaya cetak

atau alat kantor menghasilkan selisih

anggaran Rp 24.500.651. Dalam hal ini, alat

kantor merupakan peralatan yang diperlukan

untuk masing-masing divisi hotel, sedangkan

biaya peralatan yang sebelumnya telah

disebutkan adalah merupakan biaya bagi

peralatan untuk keperluan fasilitas

perhotelan.

Hasil analisis varians terhadap biaya

pastry menghasilkan sebuah selisih anggaran

Rp -116.850.967. Anggaran yang telah

ditentukan jumlahnya jauh lebih kecil

dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini

dikarenakan pemesanan terhadap kue-kue

dalam pelaksanaan event atau acara-acara

lebih besar dibandingkan dengan yang

dianggarkan. Selain itu juga disebabkan

karena banyaknya event- event yang diadakan

pada tahun 2014 sehingga biaya pastry pun

akan meningkat. Oleh sebab itu, biaya

tersebut memiliki selisih yang sangat

signifikan.

Biaya Food and Beverage juga

memiliki Rp -219.102.642. Hasil analisis

varians pada biaya bahan bakar menghasilkan

selisih anggaran Rp -49.789.500. Anggaran

yang telah ditentukan jumlahnya lebih kecil

dibandingkan dengan realisasinya. Hal ini

dikarenakan pemakaian atas bahan bakar

solar untuk keperluan BBM (Bahan Bakar

Minyak) bagi kendaraan divisi hotel dan gas

untuk keperluan dapur pada restoran serta

pemakaian genset yang melebihi jumlah yang

dianggarkan dalam pemakaiannya pada tahun

tersebut. Perhitungan analisis varians yang

dilakukan pada biaya toiletris or guest and

cleaning supplies menghasilkan Rp-

118.713.149.

Total biaya variabel menghasilkan

selisih anggaran sebesar Rp -908.467.759.

Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2

berikut.

Table 2. Biaya variable operasional

Oakwood Premier Cozmo Jakarta Tahun

2014 sampai 2016

URAIAN

ANGGARAN

REALISASI

Upah Langsung 1.976.481.000 2.068.259.918

Biaya Perawatan 380.330.000 459.080.784

Biaya Peralatan 104.560.000 81.050.138

Listrik 845.628.000 1.173.483.945

Air 182.834.000 126.179.900

Telepon 231.289.000 103.081.560

Biaya Cetak atau

Alat Kantor

136.658.000

112.157.349

Biaya Tenaga Ahli 0 0

Biaya Asuransi 0 0

Page 118: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

335 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Biaya Pastry 48.004.000 164.854.967

Biaya Food and Beverage

1.514.663.000

1.733.765.642

Biaya Bahan Bakar 28.778.000 78.567.500

Biaya Toiletris or Guest and

Cleaning Supplies

166.866.000

285.579.149

Biaya Lain-lain 235.971.000 374.468.907

Total Biaya

Variabel

5.852.062.000

6.760.529.759

A n a l i s i s P e n y u s u n a n A n g g a r a n B i a y a O p e r a s i o n a l P a d a O a k w o o d P r e m i e r C o z m o J a k a r t a

Pada Oakwood Premier Cozmo

Jakarta telah dibentuk bagian anggaran yang

memiliki tugas antara lain menyusun dan

memantau anggaran pendapatan dan belanja

perusahaan, serta kebutuhan dana

pembangunan dan pemugaran sarana hotel.

Selain itu, bagian anggaran ini mempunyai

fungsi untuk menyusun dan mengendalikan

anggaran pengusahaan. Sebelum bagian

anggaran menyusun rencana anggaran, maka

dibentuk terlebih dahulu panitia anggaran

yang bertujuan untuk mengevaluasi rencana

anggaran. Dalam menyusun anggaran biaya

operasional Oakwood Premier Cozmo

Jakarta menggunakan dua prosedur

penyusunan anggaran baik secara Bottop Up

dan secara Top Down atau disebut dengan

prosedur campuran yaitu penyusunan

anggaran dimulai dari atasan yang kemudian

selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh

karyawan bawahannya, dengan demikian

penganggaran akan sama dengan kondisi,

fasilitas, dan kemampuan masing-masing

bagian secara terpadu karena adanya

partispasi dan komunikasi aktif antara

manajer dengan bagian lain yang terdapat

pada perusahaan dalam penyusunan

anggaran.

Dari keterangan di atas dapat

disimpulkan bahwa dalam penyusunan

anggaran biaya operasional Oakwood

Premier Cozmo Jakarta sudah memenuhi

aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh

kantor pusat, namun terkadang masih ada

kekurangan atau kekeliruan dalam

penyusunan anggaran biaya operasional yang

masih harus di perbaiki lagi dalam

penyusunannya oleh perusahaan.

Menurut analisis penulis, dalam

realisasi anggaran biaya operasional

Oakwood Premier Cozmo Jakarta setiap

triwulan akan menerbitkan anggaran tunai

(AT) yang merupakan rencana alokasi rinci

dari suatu anggaran. Anggaran biaya

operasional diterbitkan atas dasar penetapan

anggaran biaya operasional ketempat

anggaran tunai. Berikut perbandingan

realisasi anggaran biaya operasional pada

Oakwood Premier Cozmo Jakarta tahun

2014 sampai 2016.

Tabel 3. Perbandingan Realisasi Anggaran

Biaya operasional Oakwood Premier Cozmo

Jakarta tahun 2014 sampai 2016

Tahun Pusat

pertanggungjawaban

Anggaran

Realisasi Analisis

Varians

2014

Dept. Resident

Manager,

Maintenance, Food and

Beverage, dan Room

3.921.092.000

4.100.785.759

-179.693.759

Page 119: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

336 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Dept. Purchasing dan

SDM

249.872.000

63.052.861

186.819.139

Dept. Marketing 386.655.000 375.610.127 11.044.873

2015

Dept. Resident

Manager,

Maintenance, Food and

Beverage, dan Room

4.824.470.000

4.186.456.499

638.013.501

Dept. Purchasing dan

SDM

61.771.000

159.862.389

-98.091.389

Dept. Marketing 519.565.000 523.543.431 -3.978.431

2016

Dept. Resident

Manager,

Maintenance, Food and

Beverage, dan Room

5.333.927.000

6.038.504.440

-704.577.440

Dept. Purchasing dan

SDM

378.733.000

126.801.020

251.931.980

Dept. Marketing 497.205.000 892.347.460 -395.142.460

( Sumber : Oakwood Premier Cozmo Jakarta )

Berdasarkan data diatas, penelitian ini

menemukan fakta bahwa anggaran

operasional dan realisasinya berjalan dengan

baik karena bisa dilihat dari data anggaran

yang digunakan mengalami turun dan naik

biaya yang digunakan setiap tahun nya. Setiap

department harus bekerja sama dengan baik

dengan department finance karena biar tidak

ada kesalah fahaman biaya berapa yang akan

digunakan.

K E S I M P U L A N

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan

yang telah diuraikan maka dapat

disimpulkan:

1. Penyusunan anggaran operasional

pada Oakwood Premier Cozmo

Jakarta hanya disusun oleh bagian

administrasi dan keuangan saja,

anggaran yang disusun berdasarkan

taksiran kuantitas pekerjaan yang

harus dilakukan untuk menyelesaikan

produk berdasarkan tahun-tahun

sebelumnya.

2. Anggaran yang disusun sifatnya tetap

(fix), sehingga tidak dapat

dipergunakan secara efektif, dan

apabila terjadi penyimpangan dari

yang telah direncanakan tidak bisa

menyesuaikan terhadap anggaran.

3. Laporan pengendalian yang dibuat

oleh Oakwood Premier Cozmo

Jakarta hanya berisi anggaran,

realisasi dan selisih. Perusahaan tidak

memberi penjelasan mengenai

penyebab selisih yang terjadi, karena

perusahaan tidak melakukan analisis

dan evaluasi terhadap selisih yang

ada.

D A F T A R P U S T A K A

Hansen dan Mowen.(2006).Akuntansi

Manajemen,Edisi 8.Jakarta:Salemba

Empat

Harahap,S. Syafri. (2001). Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Harahap,S. Syafri. (2012).Teori Akuntansi

Edisi Revisi (2011).Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Husein Umar.(2003).Evaluasi Kinerja Perusahaan.Jakarta:Gramedia

Page 120: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3,p.324-337

@STPS 2017, All Rights Reserved

337 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Kinerja Karyawan Menurut Para Ahli.

http://www.adaddanuarta.blogspot.co

m>2014/11 (diakses tanggal 08 juni

2017)

langkah penganggaran.” Jakarta : Erlangga.

Mahsun ,Mohammad.(2006).Pengukuran

Kinerja sektor Pelayanan

Publik.Yogyakarta:Gava Media

Nafarin,M.(2007).Penganggaran Perusahaan.Jakarta:Salemba Empat.

Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwanti.

(2009). Akuntansi Manajemen.Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Rudianto. (2009).Akuntansi Manajemen.Yogyakarta : Grasindo

Shim Jae, K dan Siegel Joel G, alihbahasa

Julius Mulyadi,(2000)“Budgeting:

Pedoman langkah-

Subramanyam, K. R. dan John J. Wild.

(2013). Analisis Laporan Keuangan.

Edisi 10.BukuDua.Yang

Dialihbahasakan oleh Dewi Yanti.

Jakarta: Salem

Sugiyono,(2014),Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan Kombinasi (Mixed Methods).Bandung:Alfabeta

Welsch,Glean A,Hilton dan Gordon.(2000).

Anggaran:Perencanaan dan Pengendalian Laba Buku 1.Edisi 1.Terjemahan oleh Purwatiningsih

dan Maudy Warouw.Jakarta:Salemba

Empat.

Williams, J. H. (2008). Employee

engagement: Improving participation

in safety. Professional Safety, 53(12),

40-45.

Wolchik, S. A., West, S. G., Sandler, I. N.,

Tein, J.-Y., Coatsworth, D., Lengua,

L.,...Griffin, W. A. (2000). An

experimental evaluation of theory-

based mother and mother-child

programs for children of divorce.

Journal of Consulting and Clinical Psychology, 68, 843-856.

Page 121: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

338 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

DAYA TARIK MASYARAKAT DESA ADAT USING KEMIREN DALAM MEMPROMOSIKAN WISATA BUDAYA DI

BANYUWANGI

Attractiveness of Using Kemiren Traditional Village in Promoting

Cultural Tourism in Banyuwangi

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

[email protected]

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

ABSTRAK

Indonesia memiliki banyak ragam wisata dan budaya terbentang dari sabang sampai

merauke, dengan ciri khas disetiap daerahnya melambangkan dari daerah tersebut.

Objek wisata itu adalah segala sesuatu yang ada di sebuah daerah tujuan wisata yang

merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ketempat tersebut.

Daerah tujuan wisata biasanya menggunakan budayanya sebagai daya tarik untuk

mengembangkan daerah tersebut. Seperti desa adat yang terletak di Banyuwangi

tepatnya di desa Kemiren. Desa wisata yang berbasis budaya ini memiliki banyak

keistimewaan dibandingkan dengan desa lainya sehingga Pemerintah Provinsi

menetapkan desa ini sebagai desa adat yang masih mempertahankan keusinganya.

Desa ini memiliki tiga daya tarik wisata yang sudah dikemas kedalam sebuah paket

wisata. Penelitian ini menggunakan metode deduktif- kualitatif berarti cara

memperoses seluruh data dan mennggambarkan mereka berbasis pada teori yang

ditetapkan oleh penulis dan bergabung dengan hasil observasi, mengumpulkan data

dan dokumentasi.

Kata Kunci: Daerah Tujuan Wisata, Daya Tarik Wisata, Wisata Budaya,

ABSTRACT

Indonesia has many varieties of tourism and culture stretching from sabang to

merauke, with the characteristic of each region symbolizing the area. The tourist

attraction is everything that is in a tourist destination that is an attraction for people

to come to visit the place. Tourist destination areas usually use their culture as an

attraction to develop the area. Like the traditional village located in Banyuwangi

precisely in Kemiren village. This culture-based tourism village has many features

Page 122: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

339 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

compared to other villages so the Provincial Government establishes this village as a

traditional village that still retains its original. This village has three tourist attractions

that have been packaged into a tour package. This study using deductive-qualitative

methods means how to process all data and describe them based on the theory set

by the author and join the results of observation, collecting data and documentation.

Keywords: Tourism Destination, Travel Attractions, Cultural Tourism

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Agustus 2017

Direvisi: 16 September 2017

Diterima: 05 Oktober 2017

P E N D A H U L U A N

Negara Indonesia memiliki

beraneka ragam wisata dan budaya

yang terbentang dari sabang sampai

merauke. Mulai dari tempat wisata

dan objek wisata kaya akan keindahan

wisata alam, taman wisata, taman

budaya, dan wisata kulinernya.

Banyak orang mengatakan bahwa

Negara Indonesia itu merupakan

salah satu surga dunia yang banyak

memiliki keanekaragaman wisata

begitu indah dan memiliki kekhasan

dimana disetiap daerahnya itu

memiliki kebudayaan berbeda-beda

yang melambangkan ciri khas dari

daerah tersebut.

Secara Etimologi mengungkapkan

bahwa“Pariwisata berasal dari bahasa

sangsekerta yang terdiri dari dua suku

kata yaitu Pari dan Wisata”. Pari yang

berarti banyak atau berputar-putar,

berkali-kali, berkeliling-keliling.

Sedangkan Wisata yang berarti

perjalanan dari satu tempat ke tempat

yang lain.

Bangsa Indonesia memiliki

keragaman kebudayaan dikarenakan

Negara Indonesia mempunyai banyak

pulau. Disetiap pulaunya memiliki

budaya masing-masing. Sehingga,

setiap manusia yang bertempat tinggal

disuatu pulau memiliki budaya yang

lain lagi dengan pulau lain.

Kebudayaan mempunyai kegunaan

yang sangat besar bagi manusia,

adanya suatu kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu sendiri

maka muncullah suatu nilai-nilai, ide-

idedan gagasan dalam pikiran

manusia bersifat abstrak. Suatu

gagasan, nilai-nilai, ide-ide dan

gagasan itu muncul sejak dahulu dan

diwariskan dari generasi ke generasi.

Suatu kebudayaan diwariskan pada

generasi ke generasi melewati proses

belajar dengan begitu kebudayaan

selalu diteruskan dari waktu ke waktu

Wisata budaya adalah sebuah

kegiatan perjalanan yang dilakukan

oleh seseorang atau berkelompok

dengan mengunjungi tempat tertentu

Page 123: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

340 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

untuk tujuan beerekreasi,

pengembangan pribadi atau

mempelajari daya tarik budaya

dengan memanfaatkan potensi

budaya dari tempat yang dikunjungi

tersebut.

Kebudayaan memiliki faktor

terpenting untuk menunjukan

eksitensi mereka dengan

menggunakan, bahasa, sistem

pengetahuan, organisasi sosial, sistem

peralatan hidup dan tekhnologi,

sistem mata pencaharian hidup,

kesenian dan sistem religi. Budaya

tersebut merupakan bagian yang tak

dapat terpisahkan dari diri manusia

sehingga banyak orang cenderung

mengganggap bahwa budaya itu

diwariskan secara genetis. Suatu

kebudayaan itu sangatlah erat

hubungannya dengan masyarakat.

Seperti yang diusulkan oleh Herkovit

dan Malinowski (2006:30),

mengatakan, bahwa segala sesuatu

yang terdapat dalam masyarakat itu

ditentukan oleh suatu kebudayaan

yang dimiliki oleh masyarakat itu

sendiri.(qtd,in Setiade,2006:30).

Dalam suatu kebudayaan juga

terdapat sebuah nilai-nila kearifan.

Nilai itu sendiri menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, bukanlah

suatu fakta yang dapat ditangkap oleh

indra. Nilai disini bersifat abtrak

(tidak nyata). Nilai merupakan

sesuatu hal yang berharga,

bermutu,menunjukan kualitas

berguna bagi kehidupan mereka.

Suatu nilai tersebut tidaklah dapat

dinyatakan dalam bentuk uang atau

rupiah. Kelangsungan kearifan lokal

akan tercermin dalam nilai-nilai itu

menjadi pegangan kelompok

masyarakat tertentu yang biasanya

akan menjadi bagian hidup yang tak

terpisahkan dan dapat diamati

melalui sikap dan perilaku mereka

sehari-hari.

Nilai-nilai Kearifan lokal

mengandung kebaikan bagi

kehidupan. Dalam bingkaikearifan

lokal antar individu dan antar

kelompok masyarakat saling

melengkapi bersatu, berinteraksi

dengan memelihara nilai dan norma

sosial yang berlaku.

Membicarakan mengenai

pariwisata budaya terdapat di desa

Kemiren Kecamatan Glagah

Kabupaten Banyuwangi memiliki

beberapa keistimewaan yang berbeda

dengan desa Using lainnya. Desa

berbasis budaya itu menjadikan

budayanya sebagai daya tarik

wisata.Desa Kemiren memiliki tiga

daya tarikyaitu Kesenian, Kuliner dan

Upacara adat. Beberapa kesenian

yang seringkali dipertontonkan dalam

penyambutan seperti Barong,

Gandrung, Gedhogan, Kuntulan,

Angklung Paglak dan Tabuhan

Bonang. Desa Kemiren memiliki

makanan khas yaitu Pecel Pithik

(pecel ayam) disajikan sebagai

pelengkap dalam setiap tradisi

upacara adat maupun tradisi-tradisi

lainya. Tidak hanya makanan desa

Kemiren juga memiliki minuman

khas yaitu kopi Jaran Goyang. Selain

Page 124: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

341 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

kesenian dan kuliner desa Kemiren

memiliki upacara adat besar yang

setiap tahunnya selalu digelar yaitu “

Barong Ider Bumi dan Tumpeng

Sewu” keduaanya merupakan

upacara adat desa paling sakral

terdapat unsur nilai-nilai religius

mengenai keselamatan desa yang

hingga saat ini masih dijaga dan

dipertahankan. Barong Ider Bumi

adalah slametan tolak balak

diselenggarakan pada setiap hari

kedua bulan syawal dan dilaksanakan

waktu siang hingga menjelang sore

hari , sedangkan Upacara adat

Tumpeng Sewu adalah kegiatan

upacara bersih desa atau slametan

kampung yang wajib dilaksanakan

oleh masyarakat desa Kemiren,

masyarakat Kemiren percaya bila

tidak melaksanakan kedua upacara

tersebut akan terkena balak

(musibah), Upacara adat tumpeng

sewu ini dilaksanakan setiap bulan

Dzulhijjah.

Warga masyarakat desa Kemiren

sangat memegang teguh adat istiadat

nenek moyangnya. Kebudayaan

warga masyarakat desa Kemiren

seperti bahasa, kepercayaan

masyarakatnya tentang perintah-

perintah yang wajib dilaksanakan

sangatlah kental dan masih

dilestarikan.Masyarakat desa Kemiren

bekerjasama dengan pihak – pihak

yang terkait seperti Dinas Pariwisata

Banyuwangi yang memprmosikan

desa Kemiren melalui event tahunan,

seniman desa Kemiren

mempromosikan wisata budaya desa

Kemiren.

T I N J A U A N P U S T A K A

P e n g e r t i a n P a r i w i s a t a

Istilah Pariwisata berasal dari kata

“Pari” yang berarti berkeliling atau

bersama dan suku kata “Wisata”

berarti perjalanan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Pariwisata adalah

perjalanan berkeliling dari suatu

tempat ketempat lainya.

James J Spillane mengatakan

bahwa“ Pariwisata adalah perjalanan

dari suatu tempat ke tempat lain dan

bersifat sementara, dilakukan

perorangan ataupun kelompok

sebagai usaha mencari keseimbangan,

keserasian dalam dimensi sosial

budaya dan ilmu’’ (qtn, in

Hadiwijoyo, 2012 :42).

Oka A Yoeti (2002 : 23)

mendefinisikan mengenai pengertian

pariwisata itu “ Segala kegiatan dalam

masyarakat yang berhubungan dengan

wisatawan. Sedangkan semua

kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk mendatangkan para wisatawan,

seperti pembangunan hotel,

pemugaran objek wisata, pembuatan

pusat rekreasi, penyelenggaraan

pekan, penyediaan angkutan, dan lain

sebagainya semua itu disebut sebagai

Kepariwisataan”.

Page 125: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

342 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

W i s a t a w a n

Menurut Gamal (2004:4),

Seseorang atau kelompok orang yang

melakukan suatu perjalanan wisata

disebut dengan wisatawan (tourist),

jika lama tinggalnya sekurang-

kurangnya 24 jam didaerah atau

negara yang dikunjungi. Apabila

mereka tinggal di daerah atau negara

yangdikunjungi dengan waktu kurang

dari 24 jam maka mereka disebut

pelancong (excursionst).

Sunaryo (2013:2) memaparkan

bahwa batasan pengertian lain juga

telah dikemukakan oleh World

Tourism Organization (WTO) bahwa

wisatawan sebagai seseorang atau

sekelompok orang yang melakukan

perjalanan ke suatu atau beberapa

Negara di luar tempat tinggal biasa

(home base), untuk periode kurang

dari 12 (dua belas) bulan dan

memiliki tujuan untuk melakukan

berbagai aktivitas.

Lebih lanjut dapat dikatakan

bahwa hakekat yang terkandung

dalam pengertian tentang wisatawan

yang sedang melakukan perjalanan

wisata seperti yang telah diuraikan

diatas, pada intinya suatu perjalanan

yang dilakukan oleh seseorang dalam

rangka memenuhi kebutuhan

sekundernya yang berupa kegiatan

untuk berekreasi setelah merasa lelah

atau jenuh dalam menjalani pekerjaan

atau rutinitasnya sehari-hari.

J e n i s - j e n i s P a r i w i s a t a

Pembangunan Industri Pariwisata

Indonesia juga harus didasarkan atas

prinsip-prinsip, jenis-jenis pariwisata

harus kita ketahui dan perhitungkan

supaya bagianya dapat diberikan

pengertian dan tempat wajar di dalam

pembangunan industri. Dengan kata

lain paling penting kita dahulukan

dan yang kurang penting kemudian.

Jenis-jenis Pariwisata menurut Oka A

Yoety (2002:42) berikut jenis-jenisnya

antara lain :

1. Pariwisata Budaya ( cultural

tourism)

Perjalanan yang dilakukan atas

dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup

seseorang dengan jalan

mengadakan kunjungan atau

peninjauan ke tempat lain atau

luar negeri, mempelajari keadaan

rakyat, kebiasaan, dan adat

istiadat mereka, cara hidup

budaya mereka, dan seni

mereka. Jenis pariwisata

kebudayaan ini adalah jenis yang

paling popular di Tanah air.

Karena pariwisata ini telah

menunjukan bahwa jenis wisata

inilah yang paling utama bagi

wisatawan asing yang datang ke

negara ini dimana mereka ingin

melihat kesenian,

tarian,monument sejarah dan

segala sesuatu yang berhubungan

dengan kehidupan kebudayaan

di Indonesia.

2. Pariwisata Kesehatan

Page 126: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

343 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Perjalanan seseorang wisatawan

dengan tujuan untuk menukar

keadaan dan lingkungan tempat

sehari-hari di mana ia tinggal

demi kepentingan beristirahat

dalam artian jasmani dan rokhani

dengan mengunjungi tempat

peristirahatan seperti mata air

panas mengandung mineral yang

dapat menyembuhkan.

3. Pariwisata Olahraga

Perjalanan yang dilakukan oleh

wisataan untuk menghadiri pesta

olahraga atau berolahraga disuatu

tempat atau suatu negara. seperti

acara Asean Games, Olympiade

4. Pariwisata Komersil

Wisata komersil adalah suatu

perjalanan yang dilakukan untuk

mengunjungi pameran-pameran

atau pekan raya yang bersifat

komersil seperti pameran

industri, pameran perdagangan

dsb. Pada mulanya banyak sekali

orang berpendapat bahwa

tidaklah dapat digolongkan ke

dalam dunia kepariwisataan

dengan alasan bahwa perjalanan

serupa ini, yaitu ke pameran atau

pekan raya bersifat komersil yang

dilakukan oleh orang-orang khusus

mempunyai tujuan-tujuan tertentu

untuk urusan bisnis mereka dalam

pekan raya tersebut.

5. Pariwisata Industri

Biasanya Perjalanan ini erat

hubunganya dengan perjalanan

yang dilakukan oleh rombongan

pelajar atau mahasiswa ataupun

orang awan dengan mengujungi

pabrik-pabrik dengan maksud

dan tujuannya untuk melakukan

penelitian atau peninjauan. Hal

ini banyak dilakukan di negeri-

negeri yang telah maju

perindustriannya di mana

masyarakat berkesempatan untuk

mengadakan kunjungan ke

daerah pabrik industri berbagai

jenis barang yang dihasilkan

secara masal di negeri itu.

6. Pariwisata Sosial

Yang dimaksud dengan

Pariwisata sosial adalah

pengorganisasian suatu

perjalanan yang murah dan

mudah untuk memberi

kesempatan kepada masyarakat

ekonomi lemah untuk

melakukan perjalanan.

7. Pariwisata Maritim (bahari)

Jenis wisata ini biasanya dikaitkan

dengan kegiatan olahraga di air,

danau,pantai, teluk dan laut,

misalnya berlayar, menyelam

sambil mengambil gambar,

kompetisi berselancar dll.

8. Pariwisata Cagar Alam

Wisata cagar alam biasanya

diselengarakan oleh agen atau

biro perjalanan yang

mengkhususkan usaha dengan

jalan ke tempat-tempat atau

daerah cagar alam, taman

lindung dll. Wisata ini sering

dikaitkan dengan keindahan

alam.

Page 127: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

344 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

P e n g e r t i a n D a y a T a r i k

Daya Tarik atau kata lain dari

objek wisata namun sesuai dengan

peraturan pemerintah Indonesia

tahun 2009 kata objek wisata tidaklah

relevan digunakan untuk

menyebutkan sebuah daerah tujuan

wisatawan maka digunakanlah “Daya

Tarik Wisatawan”.

Undang-Undang Republik

Indonesia No. 10 tahun 2009. Daya

Tarik Wisata adalah segala sesuatu

yang memiliki keunikan, kemudahan

dan nilai berupa keanekaragaman

kekayaan alam, budaya dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran

atau kunjungan wisatawan.

Ismayanti (2010:147)

mendefinisikan daya tarik sebagai

berikut “Daya tarik wisata adalah

fokus utama penggerak pariwisata di

sebuah destinasi”. Dalam hal ini

berarti bahwa daya tarik wisata

merupakan penggerak utama.

Happy Marpaung (2002:78)

mendefinisikan obyek dan daya tarik

wisata itu adalah suatu bentukan atau

aktivitas dan fasilitas yang

berhubungan yang dapat menarik

minat wisatawan atau pengunjung

untuk datang ke suatu daerah atau

tempat tertentu.

P e n g e r t i a n D e s t i n a s i W i s a t a

Dalam undang-undang

kepariwisataan no 10 tahun 2009 yang

dimaksud dengan destinasi wisata

atau daerah tujuan wisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam

satu wilayah administratife yang

didalamnya terdapat sebuah daya

tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksesibilitas serta

masyarakat saling terkait dan

melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.Destinasi wisata

memiliki beberapa karakteristik

seperti berikut :

1. Proses Lingkungan

Destinasi terbentuk dan dibentuk

dengan sedemikian rupa

sehingga menjadi sebuah daya

tarik bagi wisatawan. Proses

pembentukan itu meliputi

topografi, bentuk alam

(gunung,sungai,laut) flora dan

fauna temperaturan erosi dan

proses yang lain.

2. Struktur Ekonomis

Pertumbuhan ekonomi menjadi

ciri sebuah destinasi termasuk

tingkat perekonomian keragaman

kegiatan ekonomi, karakter tata

ruang, pola investasi dan

karakteristik impor – ekspor.

3. Organisasi Politik

Kegiatan wisata dipengaruhi oleh

faktor politik baik di negara asal

wisatawan maupun di negara

tujuan wisata. Struktur politik

yang mempengaruhi kegiatan

wisata seperti peraturan insentif

investaris dan prinsip kenegaraan

4. Tingkat Pembangunan Destinasi

Page 128: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

345 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Pemberdayaan masyarakat

tersebut menjadi perhatian dalam

pembangunan sebuah destinasi

wisata. hal ini merupakan salah

satu tujuan pembangunan

kepariwsataan.

5. Organisasi dan Struktural Sosial

Kategori ini memasukan dalam

profil demografi masyarakat,

kekuatan kebudayaan lokal,

ketersediaan insfrastruktur pola

kehiduapan sosial, peran wanita

dalam tenaga kerja bahasa sikap

perilaku norma dan nilai dan

tradisi.

P a r i w i s a t a B u d a y a

Tylormengusulkan bahwa,

“Pengertian Budaya adalah

keseluruhan komplek meliputi

pengetahuan, kepercaayaan, kesenian

moral, keilmuan hukum,adat-istiadat

dan kemampuan yang lain serta

kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.(qtd,in

Setiade,2006:30).

Koentjaraningrat mengusulkan

bahwa kebudayaan dibagi dalam tiga

wujud yaitu :

1. Wujud sebagai kompleks daria

ide-ide gagasan, nilai-nilai,

norma-norma dan peraturan.

2. Wujud tersebut menunjukan

wujud ide dari kebudayaan yang

sifatnya abstrak, tak dapat

dipegang ataupun difoto dan

tempatnya dialam pikiran warga

masyarakat di mana

kebudayaan yang bersangkutan

itu hidup.

3. Wujud kebudayaan sebagai suatu

kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat.

4. Wujud tersebut disebut sistem

sosial, karena menyangkut

tindakan dan kelakuan berpola

dari manusia itu sendiri. Wujud

ini bisa diobservasi, difoto dan

didokumentasikan karena dalam

sistem sosial ini terdapat aktivitas

manusia yang berinteraksi dan

berhubungan serta bergaul satu

dengan lainnya dalam

masyarakat.

5. Wujud kebudayaan sebagai benda-

benda hasil karya manusia.

6. Wujud ini disebut kebudayaan

fisik. Dimana wujud budaya ini

hampir seluruhnya merupakan

hasil fisik, sifatnya paling konkrit

dan berpa benda-benda atau hal-

hal yang dapat diraba, dilihat dan

difoto yang berwujud besar atau

kecil. Contohnya Candi

Borobudur, kain batik dll. (qtd,

in Prasetya, 2006:2).

S i f a t - S i f a t B u d a y a

Menurut Setiade et al (2006:33), sifat-

sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri

Page 129: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

346 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

yang sama bagi semua kebudayan

manusia tanpa membeda-bedakan

faktor ras, lingkungan alam atau

peendidikan. Sifat hakiki dari

kebudayaan antara lain :

1. Budaya terwujud dan tersalurkan

dari perilaku manusia.

2. Budaya telah ada terlebih dahulu

daripada lahirnya suatu generasi

tertentu akan mati dengan

habisnya usia generasi yang

bersangkutan

3. Budaya diperlukan oleh manusia

dan diwujudkan dalam tingkah

lakunya.

4. Budaya mencakup aturan yang

berisikan kewajiban-kewajiban,

tindakan-tindakan yangditerima

dan ditolak, tindakan-tindakan

yang dilarang dan tindakan-

tindakan yang diizinkan.

U n s u r - u n s u r B u d a y a

Dalam sistem budaya ini

terbentuk adanya unsur-unsur budaya

yang paling berkaitan satu dengan

lainnya. Sehingga tercipta sebuah tata

kelakuan manusia yang terwujud

dalam unsur kebudayaan sebagai satu

kesatuan.

Malinowski mengusulkan

(2006:35)menyebutkan memilki 4

unsur pokok yaitu Sistem norma

sosial yang memungkinkan kerja

sama antara para anggota masyarakat

untuk menyesuaikan dirinya dengan

alam sekelilingnya, Organisasi

ekonomi, Alat-alat dan lembaga

pendidikan, Organisasi kekuatan.

(qtd, in Setiade, 2006:35)

Herkovits mengusulkan bahwa,

unsur pokok kebudayaan adalah Alat-

alat teknologi, Sistem ekonomi,

Keluarga dan Kekuasaan politik. (qtn,

in Setiade, 2006:35).

W u j u d B u d a y a

Hoeningman mengusulkan bahwa

wujud suatu kebudayaan dibedakan

menjadi tiga wujud yakni gagasan,

aktivitas, dan artefak :

1. Gagasan (Wujud Ideal),

Wujud ideal kebudayaan adalah

kebudayaan berbentuk

kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan

dan sebagainya, sifatnya abstrak

tidak dapat diraba atau disentuh.

Wujud ini biasanya terletak

dalam kepala atau alam pikiran

warga masyarakatnya.

2. Aktivitas (Tindakan),

Wujud kebudayaan sebgai suatu

tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat itu. Wujud ini

sering disebut sebagai sistem

sosial. Sistem sosial terdiri dari

aktivitas-aktivitas manusia yang

saling berinteraksi, mengadakan

kontak, serta bergaul dengan

manusia lainnya menurut pola-

pola tertentu yang berdasarkan

adat tata kelakuan.

3. Artefak (karya)

Page 130: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

347 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Wujud kebudayaan fisik yang

berupa hasil dari aktvitas,

perbuatan, dan karya semua

manusia dalam masyarakat

berupa benda-benda atau hal-hal

yang dapat dilihat, diraba dan

didokumentasikan. Sifat dari

artefak ini paling konkrit

dibandingkan ketiga wujud

kebudayaan tersebut. (qtn, in

Setiade, 2006:33)

4. Artefak (karya)

Wujud kebudayaan fisik yang

berupa hasil dari aktvitas,

perbuatan, dan karya semua

manusia dalam masyarakat

berupa benda-benda atau hal-hal

yang dapat dilihat, diraba dan

didokumentasikan. Sifat dari

artefak ini paling konkrit

dibandingkan ketiga wujud

kebudayaan tersebut. (qtn, in

Setiade, 2006:33)

P e n g e r t i a n K e a r i f a n L o k a l

Menurut Prasiasia (2011:43),

Kearifan Lokal merupakan kebijakan

manusia dan komunitas dengan

bersandar pada filosofi, nilai-nilai,

etika cara-cara perilaku yang

melembaga secara tradisional

mengelola sumber daya alam, sumber

daya manusia dan sumber daya

budaya untuk kelestarian. Kearifan

lokal terdiri dari dua kata yaitu

kearifan (wisdom) dan lokal (local)

atau setempat. Kearifan lokal juga

dapat diartikan sebagai perilaku

manusia dalam berhubungan dengan

alam dan lingkungan sekitar yang

dapat bersumber dari nilai-nilai,

agama, adat istiadat, petuah nenek

moyang, atau budaya setempat, yang

terbangun secara ilmiah dalam suatu

komunitas masyarakat untuk

beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya.

M e t o d e P e n e l i t i a n

Metode penelitian yang penulis

pilih adalah metode penelitian

deduktif kualitatif. Dimana penulis

lebih memberikan informasi sesuai

dengan kenyataan dilapangan. Penulis

melakukan kegiatan seperti

wawancara kepada masyarakat sekitar,

pada aparatur desa dan meminta data-

data terbaru dari pihak yang menurut

penulis penting dan berpengaruh

untuk penyusunan proyek akhir.

Menurut Mukhtar (2013:29)

mengatakan bahwa :

“Penelitian deskriptif kualitatif

adalah sebuah penelitian yang

dimaksudkan untuk mengungkap

sebuah fakta empiris secara objektif

ilmiah dengan berlandaskan pada

logika keilmuan , prosedur dan

didukungoleh metodologi dan teoritis

yang kuat sesuai disiplin keilmuan

yang di tekuni.”

Penulis memaparkan atau

memberikan garis besar mengenai

yang berkaitan dengan desa wisata

adat Using Kemiren seperti daya

tarik wisata, tentang masyarakat desa

adat Using Kemiren dalam

mempromosikan wisata budaya, cara

masyarakat Kemiren dalam menjaga,

melestarikan budaya , dan

mewujudkan kearifan lokal. Selain itu

penulis memberikan ide-ide untuk

dapat membantu mengembangkan

desa adat Using Kemiren.

Page 131: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

348 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

U n i t A n a l i s a

Unit Analisa yang digunakan

dalam penelitian ini, menurut penulis

sangat penting terlibat dalam

menyampaikan sebuah informasi

yang terdiri dari Kepala Desa

Kemiren, Sekretaris Desa Kemiren,

Aparatur-aparatur desa,Tokoh

masyarakat desa, seniman desa,

budayawan desa Kemiren,

masyarakat setempat dan remaja

anggota Karang Taruna desa

Kemiren.

P r o s e d u r P e n g u m p u l a n D a t a

Data adalah hasil pengukuran

atau pengamatan suatu variable yang

bentuknya dapat berupa, angka, kata-

kata atau citra. Dalam pengumpulan

data-data untuk proyek akhir ini

penulis melakukan beberapa cara

diantaranya :

1. Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi data dan

informasi yang lebih akurat dan

relevan sebagai landasan teori

yang dibutuhkan. Maka, penulis

membaca dan mempelajari buku-

buku tentang yang terkait dengan

isi pembahasan penulis serta

mengumpulkan beberapa data-

data yang berhubungan dengan

masalah yang ditelti.

2. Observasi

Sutrisno Hadi mengatakan bahwa

“ observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai

proses biologi dan psikologis.

Dua diantaranya yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan”. (qtn. in Sugiyono,

2007 :166)

Penulis melakukan observasi

lapangan selama dua minggu yang

terhitung mulai pada tanggal 7 -

20 September 2015. Penulis

secara langsung turun ke lapang

untuk meneliti daya tarik

masyarakat desa adat kemiren

dalam mempromosikan wisata

budaya di Banyuwangi. Selain itu

penulis juga meneliti tentang

masyarakat desa adat using

Kemiren dalam mempromosikan

wisata budaya di Banyuwangi, cara

masyarakat Using Kemiren dalam

menjaga, melestarikan budaya ,

dan mewujudkan kearifan lokal.

3. Wawancara

Menurut Moelong (2006 :

186)mengusulkan

bahwa“Wawancara merupakan

percakapan yang dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan tersebut.”

Menurut Mukhtar (20013: 118 )

mengatakan bahwa “Wawancara

adalah proses tanya jawab antara

peneliti dengan subjek penelitan

atau informen dalam satu situasi

sosial .’’

Dalam penelitian yang dilakukan

di desa Kemiren ini penulis

melakukan wawancara kepada

orang-orang yang berkaitan

dengan desa Kemiren. Penulis

melakukan wawancara kepada

Kepala desa Kemiren Ibu Lilik

Yulianti, Sekretaris desa Kemiren

Bapak Eko Wiliam, Budayawan

Page 132: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

349 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Kemiren Bapak H.Djuhadi

Timbul, seniman desa Kemiren

bapak Purwadi, Chak Haidi,

warga desa Kemiren Ibu

Rajaonah dan Rajaoni, remaja

karang taruna desa Kemiren

Arista dan Andi.

4. Dokumentasi

Menurut Mukhtar (2013: 101), “

data dokumen dapat berupa foto

gambar, grafik, struktur organisasi,

catatan- catatan bersejarah dan

sebagainya ’’ . Dokumentasi

sangat penting untuk itu penulis

menyajikan data-data

dokumentasi kegiatan selama

penulis melakukan penelitian di

desa adat Using Kemiren

Banyuwangi. Tidak hanya

kegiatan yang dilakukan oleh

penulis saja, namun penulis akan

memberikan data-data sebuah

kegiatan yang ada di desa

Kemiren. Data tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1

Sumber dan Teknik Pengambilan Data

Jenis Data Sumber Data Teknik Pengambilan

Data

Keterangan

PRIMER

Aparatur Desa,

Tokoh Masyarakat,

Para pelaku seni/

seniman,Budayawan

Melakukan dengan

Wawancara

Wawancara secara terbuka dengan

mengajukan beberapa pertanyaan

yang berhubungan atau terkait dengan

apa saja yang berkaitan dengan

pembahasan penulis

Objek Wisata, Desa

Adat Using Kemiren

Observasi

Mengamati apa saja yang ada di desa

Kemiren, seperti kesenian, makanan

khas, ritual adat, arsitektur rumah

Using, fasilitas yang ada dan amenitas.

SEKUNDER

Buku referensi Studi Kepustakaan

Data-data mengenai daya tarik desa

kemiren dsb

Data Lokasi

Dokumentasi

Menyajikan berupa foto-foto kegiatan

yang dilakukan penulis , foto-foto

kegiatan masyarakat desa Kemiren.

Sumber : Data Penulis 2015

M e t o d e P e n e l i t i a n

Metode analisa data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisa data Deskriptif

Kualitatif.

Page 133: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

350 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

A n a l i s a D a t a D e s k r i p t i f K u a l i t a t i f

Mukhtar (2013: 120), memaparkan

bahwa “analisa data ditentukan oleh

pendekatan penelitian masing-masing

, dapat dilakukan dengan pendekatan

penelitian deskriptif kualitatif. Analisa

deskriptif kualitatif adalah yang

didasarkan pada data-data yang

diperoleh dari informan yang

kemudian digambarkan secara

umum”.

Dalam penelitian ini analisa data

yang dipaparkan oleh penulis

berdasarkan pada uraian wawancara

dengan informan yaitu aparatur desa

Kemiren, budayawan desa, seniman

desa Kemiren, masyarakat dan remaja desa

Kemiren.

Adapun metode analisa data yang

digunakan oleh penulis pada

penelitian ini adalah Analisis SWOT.

Analisis SWOT itu adalah

identifikasih berbagai faktor secara

sistematis yang digunakan untuk

merumuskan strategi dalam

perusahaan dalam penelitian ini

adalah objek wisata desa adat Using

Kemiren. Menurut Stephen

Pelayanan Mary dan Robbins

Coulter, adalah suatu analisa

organisasi dengan menggunakan

kekuatan,kelemahan kesempatan

serta ancaman dari lingkungan. (qtn.

In Erwin Suryatama, 2014: 25).

Analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis yang

digunakan untuk merumuskan

strategi dalam perusahaan yang dalam

penelitian ini adalah objek wisata desa

adat Using Kemiren Banyuwangi.

Analisa ini didasarkan pada logika

untuk memaksimalkan Kekuatan

(Strenght) dan Peluang

(Oppourtunity) dan meminimalkan

Kelemahan (Weakness) dan

Ancaman (Threats) secara

bersamaan. Penelitian ini

ditentukan oleh dua faktor kombinasi

yaitu faktor internal (Internal Factors Analysis Summary) dan faktor

external (Ekternal Factors Analysis Summary). Adapaun yang termasuk

kedalam faktor internal/IFAS adalah

Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan

(Weakness) sedangkan yang termasuk

kedalam faktor external/EFAS adalah

Ancaman (Threath) dan Peluang

(Oppourtunity). Adapun diagram

mengenai Analisis SWOT dibawah

ini

Diagram. 3.2

Analisis SWOT

Sumber Data :Rangkuti (2014:20)

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN

INTERNAL

KEKUATAN

EXTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

ss

Page 134: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

351 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Selanjutnya penulis akan

menggunakan matrik SWOT, dalam

buku Rangkuti (2005: 102),

menjelaskan bahwa alat yang dapat

digunakan untuk menggambarkan

bagaimana faktor external (peluang

dan ancaman) yang dihadapai

dipadukan dengan faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) yang

dimiliki adalah melalui matrik

SWOT.

Sumber : Rangkuti (2005:105)

W a k t u d a n T e m p a t P e n e l i t i a n

W a k t u P e n e l i t i a n

Penelitian ini dilakukan selama 14

hari oleh penulis yang dilakukan pada

periode Bulan September 2015.

Terhitung mulai dilaksanakannya

kegiatan penelitian itu pada tanggal 7 -

20 September 2015.

T e m p a t P e n e l i t i a n

Desa adat Using ini terletak di desa

Kemiren, Kecamatan Glagah

Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.

Desa wisata adat Using Kemiren ini

merupakan salah satu desa yang

mayoritas penduduknya adalah Using

masih menggunakan bahasa asli dari

kota Banyuwangi yaitu bahasa Using.

Desa Kemiren memiliki banyak

keunikan yang jarang ditemui di desa

lainnya. Lokasi desa ini sangat

strategis karena keberadaan desa

Kemiren di bawah lereng Gunung

Ijen yang merupakan salah satu

gunung di Banyuwangi.

K E S I M P U L A N

Berdasarkan penelitian mengenai

Daya tarik masyarakat desa adat

Using Kemiren dalam

mempromosikan wisata budaya di

Banyuwangi yang telah penulis teliti,

maka penulis akan menarik

kesimpulan dan memberikan saran

yang sekiranya bisa menjadi bahan

masukan semua pihak.

1. Desa adat Using Kemiren salah

satu desa di Banyuwangi hingga

saat ini masih mempertahankan

keosinganya, dan

mengembangkan kebudayaan

yang dimilikinya. Desa adat Using

Kemiren kaya akan budaya dan

Faktor

Internal

Faktor

Eksternal

Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

Menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan

Peluang

Strategi WO

Memanfaatkan

peluangan untuk

mengatasi

kelemahan

yanga da

Ancamana (T) Strategi ST

Menggunakan

kekuatan untuk

menghindari

ancaman

Stategi WT

Meminimalkan

kelemahan dan

menghindari

ancaman

Page 135: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

352 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

tradisi menjadikan sebagai daya

tarik wisata budaya bagi

wisatawan. Desa yang memiliki

dua upacara adat yang sangat

sakral yaitu Ider Bumi dan

Tumpeng Sewu, selain upacara

adat desa Kemiren memiliki

hidangan khas yaitu Pecel Pithik

(pecel ayam). Tidak hanya itu

didesa Kemiren memiliki

Kesenian yang seringkali

diperlihatkan kepada wisatawan.

Kesenian itu masih terjaga

keosinganya dan jarang ditemui di

desa-desa Using Lainnya.

2. Desa Kemiren mulai dikenal oleh

mancanegara, banyak wisatawan

asing maupun lokal yang datang

untuk menikmati suasana

pedesaan melainkan mengunjungi

event yang digelar di desa

Kemiren melalui rentetan acara

Banyuwangi festifal yang

diselenggarakan oleh Pemkab

Banyuwangi.

3. Adanya Strategi-sstrategi terpilih

dalam penelitian ini adalah :

a. Lokasi desa adat Using

Kemiren yang Strategis,

dengan rating yang sangat

penting (4) bobot relatif 0.10

dan skor 0.40

b. Ketiga daya tarik wisata

budaya didesa Kemiren

memiliki kekuatan yang

sangat tinggi , dengan rating

sangat penting (4) bobot relatif

0.10 dan skor 0.40

c. Kurangnya penguatan

Branding Image untuk desa

Kemiren , dengan rating

sangat penting (4) bobot relatif

0.25 dan skor 1.00

d. Tidak adanya sarana dan

prasarana sebagai penunjang

pariwisata , dengan rating

sangat penting (4) dengan

bobot 0.10 dan skor 0.40

e. Kebijakan Pemerintah,

dengan rating sangat penting

(4) bobot relatife 0.15 dan

skor 0.60

f. Daya tarik wisata budaya desa

adat Using Kemiren akan

punah, dengan rating sangat

penting (4) bobot relative

0.25 dan skor 1.00.

D A F T A R P U S T A K A

Hardiwijoyo. Suryo. S (2012).

Perencanaan Pedesaan Berbasis

Masyarakat. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Ismayati. (2010). Pengantar

Pariwisara. Jakarta: PT. Gasindo

Marpaung, Happy (2002).

Pengetahuan Kepariwisataan.

Bandung: Alfabeta

Moelong, Lexy J. (2006). Metode

Penelitian Deskriptif Kualitatif.

Jakarta: REFERENSI (Gp Press

Group).

Putu Oka Prasisasia Dewa (2010).

Wacana Kontemporen Pariwisata.

Jakarta: Salemba Humanaika

Rangkuti Freddy (2005), Analisis

SWOT Teknik Membedah Kasus

Page 136: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol. 2, No. 3,p. 338-353

@STPS 2017, All Rights Reserved

353 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Bisnis Reorientasi Konsep

Perencanaan Strategi Untuk

Menghadapi Abad 21, Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama

Rangkuti Freddy. (2004), Analisis

SWOT Teknik Membedah Kasus

Bisnis. Jakarta :PT Gramedia Pustaka

Utama

Setialde et al (2006). Ilmu Sosial dan

Budaya Dasar. Jakarta: Kencan

Prenada Media Grup.

Sugiyono, (20110). Metode Penelitian

Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Penerbit Alfabeta

Sunaryo, Bambang, M.Sc, MS (2013).

Destinasi Pariwisata. Yogyakarta:

Gava Media.

Undang-Undang Republik

Indoenesia No 10 Tahun 2009

Yoety. Oka. A (1996). Pengantar

Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit

Angkasa.

https://legendakita.wordpress.com/20

08/09/03/asal-usul-kota-banyuwaangi

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupat

en_Banyuwangi

https://id.wikipedia.org/wiki/Data

https://id.wikipedia.org/wiki/objek_wi

sata

https://www.kanal.web.id/2015/08/pe

ngertian-wisata-budaya-html

Page 137: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

354 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

ANALISIS KONSEP HOTEL SYARIAH PADA HOTEL SOFYAN JAKARTA SEBAGAI WORLD’S BEST FAMILY FRIENDLY HOTEL

Hotel Concept Analysis Of Syariah On Hotel Sofyan Jakarta

As World's Best Family Friendly Hotel

Aditya Pratomo¹

Binus University

[email protected]

Agung Gita Subakti²

Binus University

[email protected]

ABSTRACT

Hotel Syariah is a hotel that offers facilities that conform to Islamic values. Hotel Sofyan Betawi

Jakarta is one of the first and first syariah hotels in Indonesia. The purpose of this research is 1).

to know the implementation of the concept of Hotel Sharia in Sofyan Betawi Hotel Jakarta, 2).

To know the strategy in running the concept of Hotel Sharia in Sofyan Betawi Hotel Jakarta to

get Worlds's Best Family Friendly Hotel award, 3). To know the impact received by Sofyan

Betawi Hotel after awarded World's Best Family Friendly Hotel. The method used in this

research is descriptive qualitative method by conducting in-depth interviews using checklist and

interview guide. Results obtained: 1). Hotel Sofyan Betawi runs 60 absolute subunsures and 14

subunsures are not absolute from a total of 74 subunsures that are full of hotels that run the

Hotel Sharia concept according to Candidate Parekraf. 2/2014, 2). Hotel Sofyan Betawi

regularly improves facilities and infrastructure in terms of products, services and management.

3. The World's Best Family Friendly Hotel awarded by Sofyan Betawi Hotel has a positive

impact on hotel, guest, employee, community and government management. Conclusion from

this research that almost 100% Hotel Sofyan Betawi already meet criteria of Hotel Syariah Hilal

2

Keywords: concept hotel hotel sofyan betawi, Sharia, world's best family friendly hotel.

ABSTRAK

Hotel Syariah adalah hotel yang menawarkan fasilitas yang sesuai dengan nilai Islam. Hotel

Sofyan Betawi Jakarta merupakan salah satu dan hotel syariah pertama di Indonesia. Adapun

tujuan penelitian ini adalah 1). untuk mengetahui implementasi konsep Hotel Syariah pada

Hotel Sofyan Betawi Jakarta, 2). Untuk mengetahui strategi dalam menjalankan konsep Hotel

Syariah pada Hotel Sofyan Betawi Jakarta sehingga mendapatkan penghargaan Worlds’s Best

Family Friendly Hotel, 3). Untuk mengetahui dampak yang diterima Hotel Sofyan Betawi

setelah mendapatkan penghargaan World’s Best Family Friendly Hotel. Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara

mendalam dengan menggunakan checklist dan panduan wawancara. Hasil yang diperoleh: 1).

Hotel Sofyan Betawi menjalankan 60 subunsur mutlak dan 14 subunsur tidak mutlak dari total

Page 138: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

355 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

74 subunsur yang ahrus dipenuhi oleh hotel yang menjalankan konsep Hotel Syariah menurut

Permen Parekraf No. 2/2014, 2). Hotel Sofyan Betawi secara berkala melakukan perbaikan

sarana dan prasarana dalam hal produk, pelayanan, dan pengelolaan, 3. Penghargaan World’s

Best Family Friendly Hotel yang diraih oleh Hotel Sofyan Betawi berdampak positif bagi

management hotel, tamu, karyawan, masyarakat dan pemerintah. Simpulan dari penelitian ini

bahwa hampir 100% Hotel Sofyan Betawi sudah memenuhi kriteria Hotel Syariah Hilal 2.

Kata Kunci: konsephotel syariah, hotel sofyan betawi, world’s best family friendly hotel

Riwayat Artikel :

Diajukan: 01 September 2017

Direvisi: 02 Oktober 2017

Diterima: 20 Oktober 2017

P E N D A H U L U A N

Pariwisata halal adalah bagian dari

industri pariwisata yang ditujukan untuk

wisatawan Muslim. Pelayanan wisatawan

dalam pariwisata halal merujuk pada

aturan-aturan Islam. Dikutip dari

sofyanhotel(2017), wisata halal bukan hanya

ke tempat-tempat wisata religi atau ziarah

saja, melainkan lebih ke pada

pelaksanaannya yang mengedepankan

pelayanan berbasis standar halal umat

Muslim.

Standardisasi dalam pariwisata adalah

upaya untuk mengembangkan fasilitas,

prosedur, dan tindakan dengan cara

tertentu untuk memastikan bahwa kualitas

layanan yang diberikan kepada pelanggan

telah memenuhi kebutuhan wisatawan

dengan baik. Bagi wisatawan Muslim,

kebutuhan standarisasi jasa pariwisata

sangat berbeda dari jenis wisatawan

internasional lainnya. Kebutuhan untuk

beribadah dan fasilitas ibadah yang

dilakukan sehari-hari terkadang tidak dapat

diakomodasi oleh industri pariwisata

internasional. Misalnya, penyediaan

makanan halal, penyediaan fasilitas terpisah

untuk pria dan wanita, fasilitas ibadah, dan

lain sebagainya adalah beberapa poin yang

belum dipertimbangkan sepenuhnya dalam

penerapan standar pariwisata internasional.

Sebagai contoh, dalam industri

akomodasi yang mengembangkan

standardisasi internasional memasukan

komponen penilaian penyediaan minuman

beralkohol sebagai salah satu komponen

standar hotelnya untuk menentukan

klasifikasi kelas bintang. Terdapat pula

hotel yang tidak menunjukan arah kiblat di

dalam kamar hotel untuk menunjukan arah

shalat bagi umat Islam. Restoran juga tidak

seluruhnya memiliki sertifikasi halal yang

dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

Selain itu, dalam dunia usaha perjalanan

wisata internasional, pihak tour operator

terkadang tidak memasukan waktu untuk

berhenti beribadah agar peserta wisata

menjalankan sholat lima waktu. Beberapa

hal tersebut adalah beberapa contoh

standardisasi pariwisata internasional yang

belum seluruhnya dapat mengakomodasi

kebutuhan dan kepentingan wisatawan

Muslim dalam melakukan perjalanan

wisata. Hal tersebut juga mengindikasikan

terbentuknya gagasan untuk

mengembangkan standardisasi pariwisata

Islami untuk wisatawan Muslim(Widawati,

dan Setiyorini.2014:4).

Seiring dengan semakin

berkembangnya ekonomi Syariah di

Indonesia, saat ini banyak lembaga yang

menerapkan prinsip Syariah dalam

menjalankan usahanya seperti perbankan

Syariah, asuransi Syariah, reksadana

Syariah, pasar modal Syariah hingga sektor

bisnis di bidang perhotelan juga

menerapkan prinsip Syariah. Alhasil, tidak

Page 139: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

356 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

sedikit hotel yang mulai menerapkan

prinsip-prinsip Syariah dalam menjalankan

kegiatan operasional bisnisnya (Warits,

2010: 9). Menurut Shamim, 2009; Yuni

dan Nor 'Ain, 2010; Yusof dan

Muhammad, 2013, Syariah-Compliant

Hotel (SCH) adalah konsep yang relatif

baru. SCH juga dikenal sebagai hotel

Syariah, yang dapat diartikan sebagai hotel

yang menyediakan layanan sesuai dengan

prinsip Syariah. Kata "Syariah" dianggap

sebagai kode etik yang mengatur kehidupan

umat Islam (Saad, Ali, dan Abdel Ati,

2014).

Mengutip laporan terbaru Indonesia

Islamic Finance Report (IIFR) 2016 pada

dream (2016), peluang bisnis Syariahdi

Indonesia diantaranya terbentang di sektor

wisata halal, kuliner halal, dan fashion

Islami. Khusus di bisnis wisata halal, IIFR

menyebut Indonesia masih memiliki

peluang besar dalam mengembangkan

sektor ini. IIFR mencatat Majelis Ulama

Indonesia (MUI) saat ini baru mencatat dua

hotel yang mengantongi lisensi Syariah.

Yaitu Hotel Sofyan Betawi di Jakarta dan

Tuara Natama Hotel di Sidempuan, Jawa

Barat. Sertifikasi halal memang belum

menjadi kewajiban bagi semua hotel.

Namun ini menjadi pijakan bagi traveler

Muslim yang butuh pelayanan penunjang

ibadah. Hotel yang menyediakan sajadah,

arah kiblat, pemisahan ruang olahraga dan

fasilitas rekreasi diharapkan akan dapat

mengundang turis asing.

Bisnis hotel Syariah memang tidak

mudah, ada banyak persyaratan yang harus

dipenuhi investor, terutama prinsip Syariah

itu sendiri yang terkait dengan kaidah

halallan thoyiban. Kaidah ini meliputi dana

investasi, pengelolaan, plus makanan dan

minuman. Segala hal harus sesuai Syari’ah.

Dalam hal ini operasional pun, mulai dari

pakaian Muslim untuk petugas hotel,

seleksi tamu hotel, pemisahan tamu laki-

laki dan perempuan yang akan

menggunakan fasilitas, hingga pelarangan

minuman berakhohol. Pertumbuhan hotel

Syariah ini terhitung lambat dibandingkan

dengan hotel konvensional, sampai saat ini

jumlah hotel berlabel Syariah bisa dihitung

dengan jari. Hal ini bukan berarti bisnis

hotel Syariah tidak menguntungkan.

Sebaliknya, fasilitas akomodasi dengan

label khusus tersebut justru sangat

menjanjikan.

Hal ini mempertimbangkan kuatnya

pasar domestik yang didorong pesatnya

aktivitas meeting, incentives, convention,

exhibition dan meningkatnya jumlah

pelancong bisnis(Mabruroh, 2016). Dikutip dari traveldream (2016), keberadaan

hotel Syariah saat ini semakin banyak dilirik

dan diminati kalangan traveler. Bahkan ada

sebagian dari mereka yang lebih memilih

meginap di hotel Syariah ketimbang hotel

konvensional karena merasa lebih nyaman.

Mengutip pada kompas (2014), Bayu juga

mengemukakan bahwa hotel berbasis

Syariah diaggap lebih aman dan nyaman

oleh keluarga yang menginap. Karena itu,

meski peraturannnya tidak sebebas hotel

konvensional dan hidangan yang

ditawarkan pun halal, hotel berbasis Syariah

justru menjadi pilihan.

Walaupun menerapkan konsep

Syariah Islam, namun hotel Syariah terbuka

kepada semua konsumen tanpa

membedakan latar belakang agama, suku,

kebangsaan dan sebagainya. Akan tetapi,

penerapan tersebut tetap harus

memperhatikan aturan yang berlaku, yang

jelas berbeda dengan aturan di hotel

konvensional pada umumnya. Salah satu

hotel Syariah yang menyuguhkan

kenyamanan fasilitas semacam itu adalah

Hotel Sofyan Betawi.

Hotel Sofyan yang merupakan hotel

pertama di Indonesia yang mengusung

konsep Syariah. Hotel Sofyan layak

menjadi pilihan para wisatawan Muslim

yang mendambakan kenyamanan

maksimal, namun tetap ingin menjaga

prinsip-prinsip Syari’ah selama menginap.

Hotel Sofyan memiliki restoran yang

menyajikan makanan halal yang telah

Page 140: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

357 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

bersertifikasi MUI. Untuk sajian bar

misalnya, hanya meracik minuman herbal

dan non-alkohol. Di hotel ini tersedia pula

fasilitas kebugaran Fitness Center. Selain

itu, di setiap kamar juga disediakan sajadah

dan kitab suci Al Qur’an. Kualitas dari

beragam fasilitas dan layanan Hotel Sofyan

yang telah diakui banyak pihak. Tak heran

jika hotel ini pun sukses menyabet sederet

penghargaan pariwisata di level nasional

bahkan global.

Pada tahun 2015, salah satu hotel

milik jaringan Sofyan Hotels, yaitu Hotel

Sofyan Betawi berhasil dinobatkan sebagai

kategori Hotel Keluarga Ramah Wisatawan

Muslim Terbaik atau World’s Best Family

Friendly Hotel dalam ajang internasional

World Halal Travel Awards 2015.

Selain kualitas dan sederet

penghargaan yang diraih, hal lain yang

menjadi keunggulan Hotel Sofyan Betawi

adalah lokasinya yang strategis. Lokasi

Hotel Sofyan Betawi, terletak di Jalan Cut

Mutia No.9 Menteng, Jakarta Pusat. Sangat

mudah di akses dari Stasiun Kereta Api

Gambir serta berjarak cukup dekat dengan

Monumen Nasional, Pusat Perbelanjaan

Tanah Abang, Pusat Pemerintahan, Istana

Negara, dan Kantor Gubernur DKI.

Melihat berbagai keunggulan yang

ditawarkan, Hotel Sofyan Betawi bisa

menjadi pilihan menginap paling tepat bagi

wisatawan Muslim selama liburan.

Berdasarkan latar belakang yang ada di

atas maka tujuan peneliti ini adalah untuk

1) Untuk mengetahui implementasi konsep

Hotel Syariah pada Hotel Sofyan Betawi

Jakarta. 2) Untuk mengetahui strategi dalam

menjalankan Konsep Hotel Syariah

padaHotel Sofyan Betawi Jakarta sehingga

mendapatkan penghargaan sebagai

kategoriWorld’s Best Family Friendly

Hotel.3) Untuk mengetahui dampak yang

diterima oleh Hotel Sofyan Betawi Jakarta

setelah memenangkan kategori World’s

Best Family Friendly Hotel dalam ajang

World Halal Travel Awards 2015.

L A N D A S A N T E O R I

D e f i n i s i H o t e l S y a r i a h

Pengertian hotel Syariah adalah hotel

yang menerapkan syariah Islam ke dalam

kegiatan operasional hotel. Kesyariahan

hotel ditonjolkan oleh manajemen dengan

memunculkan moto, logo, ornamen

interior, fasilitas kamar, fasilitas hotel

maupun seragam atau pakaian yang

dikenakan para karyawan hotel. (Widyarini:

2013, 2)Hotel syariah juga merupakan salah

satu model hotel yang menawarkan fasilitas

yang sesuai dengan nilai Islam, sehingga

mampu meminimalisir adanya praktek

perzinahan, minuman keras, pshycotropika,

perjudian. (Fitria S Salma: 2015; 325). Dari

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Nomor 2 tahun 2014 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel

Syariah yang diundangkan pada 17/1/204,

Usaha Hotel Syariah adalah usaha hotel

yang penyelenggaraannya harus memenuhi

kriteria Usaha Hotel Syariah yang

mencakup aspek produk, pelayanan, dan

pengelolaan.

Hotel Syariah adalah salah satu model

hotel yang menawarkan fasilitas yang sesuai

dengan nilai Islam, sehingga mampu

meminimalisir adanya praktek perzinahan,

minuman keras, pshycotropika, perjudian.

Apabila hotel tegas dalam memberlakukan

syarat-syarat tamu pengunjung, maka

masyarakat juga akan berpikir ulang untuk

melakukan yang melanggar pidana. Hotel

Syariah adalah salah satu tawaran yang

menarik dalam rangka meningkatkan

kualitas moral dan karakter bangsa

Indonesia yang luhur.Nilai maqashid

Syariah yang diusung dalam hotel ini adalah

demi memberikan nilai kemashlahatan

masyarakat dan untuk mencegah perbuatan

maksiat (Sabri, 2010: 119).

Page 141: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

358 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

P e r a t u r a n T e r k a i t H o t e l S y a r i a h

Menurut Permen Parekraf No. 2/2014,

terdapat dua jenis Kriteria Hotel Syariah

yang telah dibagi menjadi Kriteria Hotel

Syariah Hilal 1 dan Kriteria Hotel Syariah

Hilal 2. Hilal-1 adalah penggolongan untuk

usaha hotel Syariah yang dinilai memenuhi

seluruh kriteria Usaha Hotel Syariah yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan

minimal wisatawan Muslim.

Mulai dari aspek produk yang terdiri

dari: 1) Toilet Umum (Public Rest Room)

2) Kamar Tidur Tamu 3)Kamar Mandi

Tamu 4) Dapur 5) Ruang Karyawan 6)

Ruang Ibadah 7) Kolam Renang 8) Spa.

Untuk aspek pelayanan terdiri dari : 1)

Kantor Depan 2) Tata Graha 3) Makan dan

Minum 4) Olahraga, rekreasi dan

kebugaran 5) Spa (Apabila Ada) 6) Fasilitas

Hiburan dan lain-lain. Sedangkan aspek

pengelolaan terdiri dari manajemen usaha

dan Sumber Daya Manusia.

Hotel Syariah Hilal 2merupakan hotel

dengan penggolongannya untuk melayani

kebutuhan moderat wisatawan Muslim.

Kriteria mutlak untuk usaha hotel syariah

hilal-2 terdiri dariAspek Produk mulai dari

: 1) Lobby, 2)Front Office; 3) Toilet Umum

(Public Rest Room); 4) Kamar Tidur Tamu

5) Kamar Mandi Tamu 6) Dapur; 7) Ruang

Karyawan; 8) Ruang Ibadah 9) Interior/

ornamen 10) Kolam renang 11) Spa.

Untuk aspek pelayanan terdiri dari 1)

Kantor Depan; 2)Tata Graha; 3)Makan dan

minum; 4)Public barOlahraga; 5) rekreasi

dan kebugaran; 6)Kolam renangSpa

(Apabila Ada); 7)Konsultasi; 8) Keramah

tamahan; 9)Fasilitas Hiburan. Sedangkan

untuk Aspek Pengelolaan berupa: 1)

Organisasi yang memiliki Struktur

organisasi yang mengakomodasi Dewan

Pengawas Syariah, kemudian memiliki

Standar Operating Procedure Hotel

Syariah dan memiliki pernyataan tertulis

yang menyatakan usaha dikelola secara

Syariah; 2) Manajemen Usaha; 3) Sumber

Daya Manusia yang memiliki dan

melaksanakan program pengembangan

kompetensi SDM yang bermuatan Syariah.

W o r l d H a l a l T r a v e l A w a r d s 2 0 1 5

World Halal Travel Awards adalah

penghargaan yang diberikan kepada

destinasi-destinasi halal. Destinasi halal

yang dimaksud adalah tujuan wisata yang

lengkap dengan fasilitas halal, pariwisata

ramah wisatawan Muslim (moslem friendly

tourism). Ajang internasional tersebut

diadakan setiap setahun sekali dan

pelaksanaan nya itu selama 3 hari.

(Kemenpar, 2016). World Halal Travel

Awards 2015 ini merupakan ajang bagi

pelaku industri yang bergelut dalam

penyediaan barang ataupun jasa untuk

pariwisata halal (Nationalgeographic, 2016).

Penghargaan ini menjadi salah satu

tolak ukur bagi industri pariwisata halal

dunia. Menteri Pariwisata Arief Yahya

menilai penghargaan World Halal Travel

Awards 2015 sebagai penghargaan

prestisius. Apalagi acara ini didukung

Wakil Presiden dan sekaligus Perdana

Menteri UAE Syaikh Muhammad bin

Rashid Al Maktoum, para menteri

pariwisata Liga Arab bersama Otoritas

Pariwisata Abu Dhabi dan perusahaan

multinasional sekelas Ogilvy, Shaza Group

dan lainnya (Republika, 2015).

Adapun, cara untuk melakukan voting

online World Halal Travel Awards dapat

dilakukan oleh seluruh masyarakat dengan

klik bit.ly/votewhta lalu isi biodata singkat

dan kemudian klik list nominator di

masing-masing kateogori dan pilih

nominator dari Indonesia sebagaimana

daftar di atas lalu klik SUBMIT. Setelah

berhasil akan mendapatkan email berisi,

“Thank you for submitting your votes for

the World Halal Travel Awards

2015”.(Gomuslim, 2015)Ada 14 kategori

Page 142: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

359 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

yang dibuka dan yang menjadi pemenang

juga terpilih berdasarkan voting terbanyak.

W o r l d ’ s B e s t F a m i l y F r i e n d l y H o t e l

World’s Best Family Friendly Hotel

adalah salah satu penghargaan yang

diberikan karena hotel tersebut memiliki

keramah tamahan yang baik, pelayanan

yang baik serta juga merupakan hotel halal

yang baik untuk berkumpul keluarga.

Dalam kategori World's Best Family

Friendly Hotel, Hotel Sofyan Betawi

Jakarta Indonesia antara lain bersaing

dengan Adenya Hotel & Resort (Turki);

Alanda Hotel, Marbella Angel's Peninsula,

Turkey Armed Forces Officers Club &

Hotel, Abu Dhabi (UEA), dan Gloria

Hotel di Dubai (UEA). Hotel Sofyan

Betawi mendapat suara sebanyak 41.000

orang di ajang World Halal Travel Awards

2015 ini, sehingga diganjar banyak pujian

sejumlah pihak dan sorotan positif dari

beberapa media (Antaranews, 2015).

Mengutip dari travel reservasi (2016),

inilah rahasia Hotel Sofyan Betawi bisa

mendapatkan penghargaan bergengsi

tingkat dunia tersebut yaitu World’s Best

Family Friendly Hotel: 1)Sertifikat Halal

MUI; 2) Restoran Tersertifikasi Halal; 3)

Tersedianya Sajadah dan Kitab Suci Al-

Quran di Kamar; 4) Memiliki Musholla

Besar dan Nyaman; 5) Pelayanan Ramah

dan Bersahabat.

K e r a n g k a P e n e l i t i a n

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Sumber: Penulis, 2017

M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n

Pendekatan penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dimana

penelitian bertujuan untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,

secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Moleong, 2011: 6). Adapun pendekatan

penelitian kualitatif yang digunakan pada

penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh informasi mengenai

implementasi konsep hotel Syariah pada

Hotel Sofyan Betawi Jakarta, strategi dalam

menjalankan konsep Syariah pada Hotel

Sofyan Betawi Jakartasehingga

mendapatkan penghargaan sebagai World’s

Best Family Friendly Hotel dan juga

mengenai dampak yang diterima setelah

Hotel Sofyan Betawi memenangkan

penghargaan dengankategori World’s Best

Kriteria Hotel

Syariah

(Peraturan

Menteri Pariwisata

dan Ekonomi

Kreatif RI No.2

Tahun 2014)

Hotel Sofyan

Betawi

World’s Best

Family

Friendly

Hotel 2015

Implementasi

Hotel Sofyan

Betawi Jakarta.

Kriteria Hilal 2 :

- Produk

- Pelayanan

- Pengelolaan

Strategi menjalankan

konsep Hotel Syariah

:

1. Strategi Produk

2. Strategi Pelayanan

3. Strategi

Pengelolaan

Dampak yang

diterima :

1. Management

Hotel

2. Tamu

3. Karyawan

4. Masyarakat

5. Pemerintah

Page 143: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

360 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Family Friendly Hotel dalam ajang World

Halal Travel Award 2015.

Pada penelitian ini bersifat

deskriptif yang bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan

akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat

populasi atau objek tertentu (Kriyantono,

2006: 69). Dalam konteks penelitian ini

mendeskripsikan secara sistematis

berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah

terhadap Hotel Sofyan Betawi.

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif-kualitatif. Menurut Ardianto

(2010: 6) metode deskriptif-kualitatif

adalah suatu metode yang mencari teori,

bukan menguji teori. Selain itu, ciri lain

metode deskriptif-kualitatif ialah

menitikberatkan pada observasi dan

suasana alamiah (natural setting). Adapun

objek penelitian yang dikaji adalah Hotel

Sofyan Betawi Syariah di Jl. Cut Meutia

No.9, RT.10/RW.5, Cikini, Menteng, Kota

Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 10330 (021) 3905011 dengan

Website sofyanhotel.com.

Untuk teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam metodologi kualitatif

ini adalah wawancara mendalam (in depth

interview), observasi, dan kajian dokumen.

Adapun wawancara yang dilakukan

sebanyak 3 sesi. Pertama bersama Bapak

Sulasman sebagai Staff HRD. KeduaBapak

Ivan Ngaginta sebagai Staff Standarisasi

&Corporate Sales. Ketigadengan Bapak

Rahmat Utomo sebagai HRD Head Office,

dan semua wawancara tersebut dilakukan

secara tatap muka.

Teknik analisis data yang digunakan

berupa reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan

conclusion drawing/ verification (Sugiyono,

2007). Kemudian langkah selanjutnya

menguji keabsahan data dengan teknik

triangulasi, yaitu pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 372).

Triangulasi terdiri dari beberapa macam, di

antaranya adalah triangulasi sumber, teknik,

dan waktu.

A N A L I S A D A N P E M B A H A S A N

S e j a r a h S o f y a n H o t e l s

Pada awal tahun 1970-an

Perusahaan memulai usahanya di bidang

properti dengan membangun dan

mengoperasikan hotel kelas menengah,

gedung perkantoran dan rumah tinggal

untuk disewakan. Sejalan dengan

perkembangan bisnis properti yang

ditekuni, Perusahaan, yang pada saat itu

bernama Rangkaian Sofyan Hotels

kemudian mampu memiliki 2 (dua) buah

Hotel Berbintang Dua, yaitu Hotel

Menteng I, dengan kapasitas 60 kamar

berlokasi di Jalan Gondangdia Lama No.

28 dan Hotel Menteng II dengan kapasitas

80 kamar berlokasi di Jalan Cikini Raya

No. 105. Kedua hotel tersebut berbadan

Hukum PT. Menteng Sarana Wisata.

Pada tahun 1983 dilakukan

restrukturisasi Perusahaan dengan menjual

asset PT. Menteng Sarana Wisata.

Restrukturisasi tersebut dilakukan untuk

makin memantapkan posisi badan hukum

pengelolaan rangkaian Sofyan Hotels.

Sebagai kelanjutan dari Restrukturisasi

Perusahaan, kemudian dibentuk satu

badan hukum baru yaitu PT. Djambak

Mas, yang dijalankan dan dikelola oleh para

profesional berpengalaman di bidang

perhotelan maupun dari perusahaan

sebelumnya.Perkembangan selanjutnya

ketika oleh pemegang saham PT Djambak

Mas, dirasakan adanya kebutuhan untuk

mengembangkan sayap usaha dan modal

maka dibentuklah PT Sofyan Hotels pada

awal Januari 1989.

Perusahaan memiliki keyakinan

bahwa bidang usaha hotel yang dikelola

Page 144: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

361 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

secara Syariah memiliki prospek yang

baik di masa yang akan datang karena

penerapan Syariah dalam bisnis perhotelan

justru menguntungkan, terlebih kini segmen

Syariah kian digandrungi dan telah menjadi

gaya hidup umat muslim. Penerapan

Syariah dalam operasional PT Sofyan

Hotels, Tbk mulai berangsur dilakukan

sejak tahun 1993.Proses tersebut terus

berlanjut dengan melalui tahapan berikut :

1) Tahap Pengkondisian (tahun 1993

sampai dengan tahun 1997); 2) Tahap

Perubahan (tahun 1998 sampai dengan

tahun 2002); 3) Tahap Konsolidasi (tahun

2003 sampai dengan tahun 2007); 4) Tahap

Pemantapan dan Pengembangan Awal

(tahun 2008 sampai dengan tahun

2012)Proses menuju hotel Syariah mulai

dilakukan dengan menghapus menu

makanan babi Tahun 1994, 1998 Santai

Music Club di Hotel Sofyan Betawi ditutup,

tahun 1999 Terminal Discotheque di Hotel

Sofyan Tebet ditutup, tahun 2000 Health

Centre di Hotel Sofyan Betawi ditutup,

Maret tahun 2000 minuman beralkohol

dihapuskan, November 2001 Health

Centre di Hotel Sofyan Cikini ditutup,

Februari tahun 2002 seleksi tamu mulai

diberlakukan, Mei tahun 2002 seleksi tamu

mulai diberlakukan, Maret tahun 2003 PSP

selesai ditulis ulang kemudian

disosialisasikan kepada karyawan, Juni

tahun 2003 Perubahan Anggaran Dasar

Perseroan untuk asas usaha dan organisasi

baru dalam perseroan, dan 26 Juli 2013

Sertifikat Lembaga Bisnis Syariah dari

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia.

I m p l e m e n t a s i K o n s e p H o t e l S y a r i a h

Berdasarkan wawancara dengan

Bapak Rahmat selaku HRD Head Office

pada hari Rabu, 26 Juli 2017 di Hotel

Sofyan Betawi, penulis melakukan checklist

di lembar lampiran mengenai implementasi

Konsep Hotel Syariah menurut Peraturan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014

Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha

Hotel Syariah yang dibagi menjadi dua

kriteria mutlak dan kriteria tidak mutlak

usaha Hotel Syariah yaitu Kriteria Hotel

Syariah Hilal 1 dan Kriteria Hotel Syariah

Hilal 2.

Menurut kebutuhan Muslim Hotel

Sofyan Betawi sudah berada pada halal ke

3, yaitu bukan hanya memiliki fasilitas yang

memudahkan tamu untuk beribadah dan

restoran yang sudah bersertifikasi halal,

tetapi juga sudah sampai pada pengelolaan

bisnisnya, seperti pengelolaan keuangan

yang menggunakan perhitungan secara

Islami, yaitu menggunakan jasa bank dan

asuransi yang Syariah, dan mengeluarkan

zakat rutin setiap tahunnya. Sehingga yang

di checklist oleh Bapak Rahmat adalah

lampiran pada kriteria Hotel Syariah Hilal

2 karena belum terdapat lagi peraturan

baru dengan penambahan kriteria Hotel

Syariah Hilal 3.Hotel Sofyan Betawi sudah

memenuhi Kriteria Hotel Syariah Hilal 2

yang terbagi dalam 3 Aspek. Aspek Produk

terdapat 40 Sub-unsur, Aspek Pelayanan

terdapat 28 Sub-unsur, dan Aspek

Pengelolaan terdapat 6 Sub-unsur.

Berdasarkan kriteria hotel syariah

hilal 2 : dari aspek produk di dalam Lobby

Hotel Sofyan Betawi tersedianya bacaan

Islami. Bacaan yang terdapat di Lobby

berupa majalah atau tabloid Islam namum

tidak semua nya adalah majalah Islami,

terdapat juga koran dan majalah lain

mengenai pariwisata.Pada Counter Front

Office yang ada di Hotel Sofyan Betawi

memberikan informasi tertulis yang

menyatakan tidak menerima pasangan yang

bukan mahram karena memang sudah

sangat jelas ini adalah hotel Syariah

sehingga tamu yang menginap juga harus

pasangan suami istri.

Khusus di dalam toilet umum, pada

toilet umum pria tersedia penyekat antara

urinoir satu dengan urinoir yang lain

sebagai penyekat untuk menjaga

Page 145: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

362 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

pandangan. Tersedia juga peralatan yang

praktis untuk bersuci dengan air di urinoir

dan kloset berupa semprotan kloset wasser

bukan hanya dengan tissue.

Di setiap kamar tidur tamu selalu di

sediakan sajadah dan juga petunjuk arah

kiblat yang ada di langit-langit kamar, selain

itu juga ada jadwal waktu shalat secara

tertulis seperti kertas kecil semacam waktu

imsakiyah, di sediakan Al Qur’an bku do’a.

Kamar bernuansa islami tanpa akses siaran

pornografi, di mini bar semua produk

sudah berlogo halal resmi. Di dalam kamar

mandi tamu tersedia peralatan yang praktis

untuk bersuci dengan air yaitu dengan

menggunakan semprotan kloset wasser,

serta peralatan untuk berwudhu yang baik

yaitu dengan menggunakan shower. Dan

dapur atau pantry yang ada di Hotel Sofyan

Betawi semuanya mengolah makanan dan

minuman yang halal.

Ruang Karyawanpun tersedia

peralatan untuk bersuci yang baik, adanya

penyekat antara urinoir satu dengan urinoir

yang lain berupa tembok kecil di toilet pria

untuk karyawan agar menjaga

pandangan.Tersedia juga peralatan untuk

berwudhu di kamar mandi karyawan

berupa semprotan klost wasser. Serta

dilengkapi dengan ruang shalat yang bersih

dan terawat untuk karyawan itu tempatnya

sama di Musholla juga.

Hotel Sofyan Betawi memiliki

Musholla di lantai 1 yang mudah

ditemukan dengan kondisi yang bersih dan

juga terawat.Area shalat laki-laki dan

perempuan memang terpisah dan beda

ruangan shalat. Dan ukuran area shalat laki-

laki lebih besar dibanding ukuran area

shalat perempuan.Tersedia perlengkapan

shalat yang baik dan terawat seperti

mukena, sajadah serta juga terdapat Al

Qur’an. Sirkulasi udara yang baik karena

area shalat laki-laki dan perempuan

memiliki AC. Bahkan mushalla

menyediakn sound system juga untuk

mengumandangkan adzan yang dapat di

dengar di seluruh area hotel.

Dalam pelayanan, staff di kantor

depan dapat menyeleksi terhadap tamu

yang datang berpasangan. Tentu nya staff

sudah di latih untuk mengetahui bagaimana

melihat gerak-gerik tamu yang datang

berpasangan, benarkah suami istri atau

bukan. Semesra-mesra nya suami istri itu

akan ketahuan. Jika terlihat bukan sepasang

suami istri akan di tegur secara halus. Dan

meminta tamu tersebut membaca peraturan

tertulis yang ada di counter depan bahwa

tidak boleh pasangan menginap jika bukan

mahram.

Staff di kantor depan dapat

memberikan informasi Masjid terdekat

dengan hotel. Tentu dapat dilihat sendiri

bahwa Hotel Sofyan Betawi berdekatan

sekali dengan Masjid Cut Meutia yaitu

berseberangan. Selain itu memberikan

informasi jadwal waktu sholat, informasi

kegiatan bernuansa Islami apabila sedang

ada kegiatan Islami di Hotel Sofyan Betawi,

informasi restoran atau rumah makan halal

yang ada di sekitar Hotel Sofyan Betawi.

Bagian Housekeeping menyediakan

perlengkapan shalat yang bersih dan terawat

di Musholla hotel maupun memberikan

kepada tamu yang membutuhkan di dalam

kamar seperti jika tamu ingin menggunakan

mukena di kamar, pihak Housekeeping

akan membawakan nya. Housekeeping juga

selalu menyediakan Al Qur’an di setiap

kamar.

Untuk area restoran Hotel Sofyan

Betawi tidak menyediakan makanan dan

minuman yang non halal, menyediakan

Ta’jil pada saat bulan Ramadhan,

menyediakan makan sahur pada bulan

Ramadhan pengganti Breakfast. Namun

bagi tamu yang non muslim atau sedang

tidak berpuasa tetap dapat sarapan pagi di

waktu jam breakfast.

Prihal manajemen usaha, hotel

Sofyan Betawi memiliki dan juga

menerapkan Sistem Jaminan Halal.Sistem

Jaminan Halal yang perlu difokuskan yaitu

pada produk yaitu makanan halal. Karena,

makanan halal itu tidak hanya pada hasil

Page 146: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

363 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

jadi, tapi terkait dengan proses dan bahan

bakunya. Jadi halal itu bukan hanya pada

produk akhirnya, tetapi meliputi

rangkaiannya dari bahan baku dan

prosesnya. Karena dari material makanan

nya pun sudah dipilih yang halal seperti

bumbu masak nya, susu, daging juga kan

terkadang penjual hanya menjual saja tetapi

hotel juga harus memastikan bahwa daging

yang diperoleh dari penjagalannya itu juga

sudah bersertifikasi halal dari MUI jadi

hotel hanya dapat menerima daging yang

sudah bersertifikasi halal. Lalu juga sayur,

buah, beras yang sudah di jamin tidak ada

pemutih nya dan pengawet nya. Jadi untuk

material makanan yang ada disini bisa

pihak hotel telfon untuk dibawakan

ataupun pihak hotel yang belanja sendiri.

Setelah barang sampai pun juga ada SOP

bagaimana hotel memperlakukan barang-

barang material makanan nya lalu barang-

barang juga harus langsung di simpan di

gudang, di chiller dan harus dipisahkan

antara sayur dan daging. Sehingga hotel

berani mendeklarasikan bahwa restoran di

Hotel Sofyan Betawi itu memiliki SJH pada

pengolahan produk makanan.

Untuk Sumber Daya Manusia

(SDM), Hotel Sofyan Betawi memiliki dan

melaksanakan program pengembangan

kompetensi SDM yang bermuatan Syariah.

Jadi disini terdapat program Pendidikan

Akidah Akhlak (PAA) yang wajib diikuti

oleh semua staff Hotel Sofyan Betawi

maupun Hotel Sofyan Tebet, jadi seperti

pengajian didalam ruangan kelas, itu tetap

di anggap masuk kerja meskipun bukan ke

hotel tapi ke kelas. Sekelas itu bisa 25-30

orang karena digabung dengan staff Hotel

Sofyan Tebet. Itu biasa nya dari jam 7-3

sore, ada 2 materi yang disampaikan.

Untuk tingkat manager juga ada pengajian,

Pak Hafidz yang mengajar. Kelas nya itu

ada di gedung daerah Cikini. Tujuan di

adakan PAA ini untuk menciptakan nilai-

nilai Syariah pada diri karyawan agar dapat

menjadi karyawan yang kompeten sesuai

yang kita harapkan dan inginkan. Di Hotel

Sofyan Betawi khusus karyawati muslimah

menggunakan seragam sesuai dengan cara

berpakaian wanita dalam Islam yaitu

menggunakan jilbab dan pakaian yang

tertutup.

Berdasarkan wawancara dari

penjabaran hasil checklist diatas dapat

diberi kesimpulan:

Tabel Hasil Jawaban Checklist

No Jawaban Mutlak Tidak

Mutlak

1 Iya 50 9

2 Tidak 0 5

3 Tidak

Tersedia

10 0

Sumber: Penulis, 2017

Bahwa sudah hampir 100% Hotel

Sofyan Betawi telah mengimplementasikan

Kriteria Hotel Syariah Hilal 2 menurut

Permen Parekraf No. 2/2014

S t r a t e g i d a l a m m e n j a l a n k a n K o n s e p H o t e l S y a r i a h p a d a H o t e l S o f y a n B e t a w i s e h i n g g a m e n d a p a t k a n p e n g h a r g a a n s e b a g a i W o r l d ’ s B e s t F a m i l y F r i e n d l y H o t e l .

Menurut kebutuhan Muslim Hotel

Sofyan Betawi sebenarnya sudah memasuki

kriteria hilal ke 3. Tentu tambahan hilal

tersebut belum ada di Peraturan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik

Indonesia Nomer 2 Tahun 2014. Dan

tentu nya perlu strategi atau pendorong dari

konsep hotel Syariah yang diterapkan pada

Hotel Sofyan Betawi terhadap pilihan

wisatawan untuk menginap disini. Ini

berguna untuk mengetahui cara yang

diterapkan oleh Hotel Sofyan Betawi dalam

menjalankan aktivitas perhotelannya dan

juga untuk mengetahui apakah konsep

hotel Syariah di Hotel Sofyan Betawi

Page 147: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

364 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

menjadi faktor pendorong wisatawan untuk

menginap. Sehingga Hotel Sofyan Betawi

bisa mendapat voting tertinggi dalam

penghargaan World’s Best Family Friendly

Hotel pada ajang World Halal Travel

Awards 2015 itu.

Berdasarkan wawancara dengan

Bapak Rahmat pada tanggal 26 Juli 2017,

Bapak Rahmat menjelaskan strategi-strategi

Hotel Sofyan Betawi dalam menjalankan

konsep hotel Syariah yang diambil dari 3

Aspek Kriteria Hilal 2 pada Permen

Parekraf No. 2/2014. Pada Aspek Produk,

tentu strategihotelakan terusmemenuhi dan

menjalankan kebutuhan wisatawan muslim

sepertisetiap kamar di dalam hotel sudah

disediakan sajadah, Al Quran, dan arah

kiblat yang bukan di taruh di laci namun

dipasang di langit-langit. Saluran TV yang

tersedia di dalam kamar juga bersifat bebas

dari pornografi, dan bentuk dekorasi di

dalam kamar pun tidak bersifat hiasan,

seperti gambar manusia dan binatang

karena itu tidak di perbolehkan melainkan

kita hanya memberikan hiasan berupa

tulisan kaligrafi, serta posisi kasur dan

kamar mandi juga harus berlawanan arah

dengan arah Mekkah.

Kemudian kamar mandi sudah

dilengkapi keran urinoir, semprotan wasser

yang bisa digunakan untuk bersuci dan

peralatan mandi yang bersifat halal dan

ramah lingkungan. Musholla hotel pun juga

ditempatkan dilantai 1 yang biasanya di

tempat lain Musholla ditempatkan di

basement.Ruang Musholla di hotel juga

terpisah antara laki-laki dan perempuan.

Pihak hotel juga selalu menjaga kondisi

Musholla serta perlengkapan sholat agar

tetap bersih dan terawat dan Musholla di

hotel pun juga selalu mengumandangkan

adzan pada saat jam waktu sholat tiba.

Pada Aspek Pelayanan, disini strategi hotel

yaitu untuk terus menjamin dan menjaga

makanan yang tersedia disini adalah

makanan yang halal, tidak mengandung

babi, dan tidak menyediakan minuman

beralkohol, serta menyediakan area makan

khusus wanita dan keluarga. Pihak hotel

juga sangat menekankan bahwa tidak boleh

ada pasangan yang bukan mahram untuk

check in disini. Para staff Hotel Sofyan

Betawi juga memiliki pengetahuan yang

luas untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan para tamu. Fasilitas Gym yang

hotel punya meski kecil juga diatur dan

dibedakanpembagian waktu untuk laki-laki

dan perempuan. Sapaan

Assalammu’alaikum selalu menjadi ciri

khas para staff Hotel Sofyan Betawi dalam

menyapa para tamunya.

Pada Aspek Pengelolaan, tentu

Hotel Sofyan Betawi harus melaksanakan

segala kegiatan operasionalnya sesuai

dengan SOP hotel Syariah yang telah ada.

Para staff hotel harus memakai seragam

yang bersih dan rapi, dan bagi wanita wajib

menggunakan seragam yang sesuai dengan

syariat Islam yaitu dengan memakai jilbab

dan pakaian yang tertutup. Pihak hotel juga

menyediakan waktu untuk staff melakukan

shalat berjamaah dan membuat batasan

waktu kerja saat bulan Ramadhan. Semua

staff hotel juga diberikan pendidikan akidah

akhlak yang wajib diikuti agar dapat

menciptakan nilai-nilai Syariah pada diri

karyawan dan juga agar dapat menjadi

karyawan yang kompeten sesuai yang hotel

harapkan. Dan strategi hotel itu yaitu untuk

terus mendeklarasikan Sistem Jaminan

Halal pada produk makanan yang ada di

restoran hotel yang sudah pasti terjamin

halal.

D a m p a k P e n g h a r g a a n W o r l d ’ s B e s t F a m i l y F r i e n d l y H o t e l p a d a H o t e l S o f y a n B e t a w i

Peneliti kembali melanjutkan wawancara

dengan Bapak Rahmat untuk mengetahui

dampak pada Hotel Sofyan Betawi setelah

memenangkan penghargaan World’s Best

Family Friendly Hotel di ajang

internasional tersebut.Dampak pada

Page 148: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

365 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

Management Hotel terlihat dapat

memberikan citra positif dan

melambungkan nama Hotel Sofyan Betawi

ke mancanegara, karena dengan

penghargaan ini dapat menajamkan nama

Hotel Sofyan Betawi sebagai hotel halal

berkelas dunia dan juga dapat

membuktikan bahwa di Indonesia memiliki

hotel berkonsep halal yang diakui

keberadaannya oleh dunia. Karena itu

penghargaan ini patut disyukuri,

dipertahankan, dan harus ditingkatkan

kualitasnya oleh Management Hotel. Selain

itu dapat memacu pertumbuhan wisata

halal ke depannya karena membawa

dampak positif bagi pengembangan wisata

halal di Tanah Air. Karena setelah

menyabet pengharaan ini, Hotel Sofyan

Betawi dikunjungi beberapa perwakilan

travel agent besar dari Timur Tengah untuk

kerjasama.

Untuk tamu-tamu hotelpun, terlihat

mengalami peningkatan, banyak tamu dan

sejumlah pihak asing yang datang karena

tertarik untuk mengetahui hotel ini lebih

jauh, termasuk rahasia kemenangan kita di

ajang berkelas internasional itu. Dan juga

tamu ingin merasakan dan melihat secara

langsung pantaskah Hotel Sofyan Betawi

mendapat penghargaan sebagai World’s

Best Family Friendly Hotel.Tamu merasa

senang dan bangga karena dapat

mengunjungi bahkan menginap di hotel

Syariah yang telah diakui dunia karena

memiliki keramahtamahan serta fasilitas

untuk memenuhi kebutuhan wisatawan

Muslim yang baik. Tidak hanya itu, tamu

pun merasa sangat aman dan nyaman sekali

ketika menginap di Hotel Sofyan Betawi

karena nuansa Islami nya itu, membuat

tamu merasa seperti berada di rumah

sendiri.

Para karyawan hotelpun tentu saja

merasa bangga karena Hotel Sofyan Betawi

dapat memenangkan penghargaan di ajang

internasional World Halal Travel Awards

2015itu.Karyawan juga semakin percaya

diri karena dapat bekerja di Hotel Sofyan

Betawi yang sudah dikenal oleh pariwisata

halal dunia, dan tentu saja kualitas kerja

karyawan semakin meningkat dalam

memberikan pelayanan dan fasilitas yang

terbaik untuk tamu dalam menjaga

penghargaan yang telah di raih oleh Hotel

Sofyan Betawi itu.

Masyarakatpun akhirnya

mengetahui bahwa Hotel Sofyan adalah

perusahaan hotel Syariah terbaik yang ada

di Indonesia. Terbukti Hotel Sofyan Betawi

dapat memenangkan penghargaan di ajang

internasional yang diselenggarakan di Abu

Dhabi pada tahun 2015 itu.Masyarakat juga

memiliki pandangan positif terhadap Hotel

Sofyan Betawi dengan konsep pariwisata

halal yang sudah semakin berkembang saat

ini.

Keberhasilan hotel ini juga

memberikan dampak bagi pemerintah

dengan tingginya animo wisatawan

khususnya dari negara Muslim, untuk

datang ke Indonesia.Karena secara

psikologis, wisatawan yang berasal dari

negara-negara Islam akan lebih nyaman

datang ke Indonesia apalagi berwisata ke

daerah dengan predikat wisata halal. Dan

itu akan menguntungkan pemerintah

pariwisata.Dengan penghargaan ini juga

akan memudahkan Indonesia menjaring

pasar wisata Timur Tengah yang sangat

potensial.

Dengan adanya ajang pariwisata

halal dunia ini, pemerintah menjadi tahu

bahwa masih banyak juga yang harus

dibenahi oleh pemerintah dan pihak-pihak

terkait dalam mengembangakan wisata halal

di Tanah Air, karena masih banyak pihak

yang belum memahami apa itu wisata halal.

Sehingga solusi nya pemerintah harus terus

mensosialisasikan wisata halal agar pihak-

pihak terkait dapat menjadi lebih paham

dan bisa terus berbenah.

Page 149: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

366 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

P E N U T U P

Berdasarkan hasil penelitian penulis

mengenaiAnalisis Konsep Hotel Syariah

pada Hotel Sofyan Betawi Jakarta Sebagai

World’s Best Family Friendly Hotel dalam

World Halal Travel Awards 2015, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Dari

Permen Parekraf No. 2/2014, terdapat dua

jenis Kriteria Hotel Syariah yaitu Kriteria

Hotel Syariah Hilal 1 dan Kriteria Hotel

Syariah Hilal 2. Hotel Sofyan Betawi sudah

memenuhi Kriteria Hotel Syariah Hilal 2

yang terbagi dalam 3 Aspek. Aspek Produk

terdapat 40 Subunsur, Aspek Pelayanan

terdapat 28 Subunsur, dan Aspek

Pengelolaan terdapat 6 Subunsur dengan

total keseluruhan nya ada 74 Sub-unsur.

Dari hasil jawaban checklist, terdapat

jawaban Iya sebanyak 50 untuk kriteria

mutlak dan 9 untuk kriteria tidak mutlak.

Lalu terdapat jawaban Tidak sebanyak 5

untuk kriteria tidak mutlak. Dan terdapat

jawaban Tidak Tersedia sebanyak 10 untuk

kriteria mutlak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hampir 100% Hotel

Sofyan Betawi sudah memenuhi Kriteria

Hotel Syariah Hilal 2.; 2) Strategi yang

dijalankan pada Hotel Sofyan Betawi yaitu

dengan menerapkan Konsep Hotel Syariah

Hilal 2 dari Permen Parekraf No. 2/2014

dengan memberikan strategi terhadap 3

Aspek yaitu Aspek Produk, Aspek

Pelayanan dan Aspek Pengelolaan. Karena

strategi tersebut lah Hotel Sofyan Betawi

dapat memenangkan penghargaan sebagai

World’s Best Family Friendly Hotel.3)

Adanya dampak yang diterima oleh Hotel

Sofyan Betawi setelah mendapatkan

penghargaan sebagai World’s Best Family

Friendly Hotel, yang terdiri Dampak Positif

dan Dampak Negatif. Narasumber

menjawab bahwa terdapat 2 Dampak

Positif untuk Management Hotel, 3

Dampak Positif untuk Tamu, 3 Dampak

Positif untuk Karyawan, 4 Dampak Positif

untuk Masyarakat, 2 Dampak Positif untuk

Pemerintah dan 1 Dampak Negatif untuk

Pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat

dikemukakan beberapa saran yang

sekiranya dapat dijadikan bahan masukan

dan bermanfaat bagi pihak hotel, yaitu : 1)

Memberikan tanda dilarang merokok

disetiap kamar; 2) Menyediakan mukena

dan sarung disetiap ruang kamar untuk

menunjang kebutuhan tamu dalam

beribadah di kamar; 3) Diharapkan

kedepan Hotel Sofyan Betawi sudah

menyediakan nasehat keislaman di dalam

kamar agar tamu dapat bermuhasabah diri

dan lain sebagainya. Adapun secara

akademis, perlu mengadakan penelitian

lanjutan mengenai bagaimana Dampak dari

implementasi konsep Hotel Syariah yang

lebih spesifik terhadap karyawan di Hotel

Sofyan Betawi, dengan melibatkan seluruh

karyawan menjadi responden.

D A F T A R P U S T A K A

Ardianto. (2010). Metode Penelitian untuk

Public Relations Kuantitatif dan

Kualitatif. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Basalamah, Anwar. (2011). Hadirnya

Kemasan Syariah Dalam Bisnis

Perhotelan di Tanah Air. Binus

Business Review, Vol. 2 No. 2 : 763-

769.

Eid, Riyad dan El-Gohary Hatem. (2016).

Muslim Tourist Perceived Value in

Page 150: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 3, p. 354-367

@STPS 2017, All Rights Reserved

367 J-STP Vol.2 No. 3 | Oktober 2017

the Hospitality and Tourism

Industry. Journal of Travel Research,

54 No.6.

Jaelani, Aan. (2017). Halal tourism industry

in Indonesia: Potential and prospects.

Munich Personal RePEC Archive.

Kriyantono. (2006).Teknik Praktis Riset

Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Mabruroh. (2016). Analisis Keputusan

Menginap Di Hotel Syariah

Berdasarkan harga, Kualitas

Pelayanan, Dan Lokasi Pada

Pelanggan Hotel Syariah Di

Surakarta. Jurnal Unmuh Jember.

Manna Al Qathtan.Pengertian Syariah.

Sumber Hukum Islam.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono

(2007). Teknik Analisis Data

Kualitatif.

Moleong. (2011). Metodologi penelitian

kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif. (2014). Pedoman

Penyelenggaraan Usaha Hotel

Syariah, No.2, 17/1/204.

Saad, Ali, dan Abdel Ati. (2014). Sharia-

Compliant Hotels In Egypt: Concept

And Challenges. An International

Journal of Akdeniz University

Tourism Faculty. Advances in

Hospitality and Tourism Research

(AHTR), 2(1): 1-15.

Sabri, Fahruddin Ali. (2010).

Perkembangan Hotel Syari’ah di

Indonesia: Mengonsep Pariwisata

Islami. Karsa, Vol. XVIII No. 2.

Seltiiz, Wrightsman, dan Cook dalam

Ardianto. (2010). Metode Deskriptif-

Kualitatif.

Sofyan. (2011). Bisnis Syariah Mengapa

Tidak. Jakarta: Penerbit PT. Kompas

Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis

(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Warits. (2010). Pengaruh Kualitas

Pelayanan Dan Penerapan Prinsip-

Prinsip Syari’ah Terhadap Minat

Konsumen Hotel Syari’ah.

Widawati, dan Setiyorini. (2014). Perspektif

Sosiolinguistik: Dialog antara Islam

dan Non-Islam tentang Standardisasi

Pariwisata Islami. Jurnal Manajemen

Resort and Leisure, Vol. 11, No. 2.

Widyarini. (2013). Pengelolaan Hotel

Syariah di Yogyakarta. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.

VI1I, No. 1, Desember: 2.

Widyarini., dan Kartini, Fitri. (2014).

Variabel Yang Mempengaruhi

Keputusan Pemilihan Hotel Syariah.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam.

Vol. IX, No. 1, Desember: 88.

Page 151: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Pedoman Penulisan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP)

1. Naskah a. Naskah yang dikirim belum pernah di publikasikan di media lain. Hal ini di

buktikan dengan surat pernyataan di atas meterai bahwa naskah tersebut belum pernah di publikkasikan di media lain.

b. Naskah di ketik mengunakan program Microsoft Words dengan mengunakan huruf Times New Roman,ukuran Font 12,di atas kertas A4 berjarak satu spasi dengan panjang 13 - 20 halaman (termasuk gambar atau grafik atau tabel).

c. Naskah di tulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris.Sistematika penulis mencakup: nama penulis serta abstrak disertai kata kunci,pendahuluan,metodologi,hasil dan pembahasan,simpulan dan daftar rujukan.

d. Nama penulis di cantumkan tanpa gelar akademik,di sertai nama dan alamat lembaga asal,dan di tempatkan di bawah judul naskah.

e. Naskah di serahkan dalam bentuk print out (hard copy)1 eksemplar dan cakram padat (CD) dapat di kirim melalui pos ke alamat : Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Tlp. (021) 7402329, Fax (021) 7428152, atau di kirimkan melalui pos elektronik (e-mail) sabagai lampiran (attachment) ke alamat:[email protected]

2. Judul

Judul tidak boleh lebih dari 12 kata dan di ketik dengan huruf kapital di tengah-tengah dengan huruf kapital ukuran 14.Judul naskah dapat meliputi tema: a. Kepariwisataan b. Perhotelan c. Hospitaliti d. Gastronomi e. Manajemen Pariwisata (Tourism Management) f. Ekonomi dan pariwisata berbasis masyarakat g. Tema lain yang memiliki hubungan dangan pariwisata

3. Abstrak

Naskah abstrak dibuat dalam bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris.Panjang masing-masing abstrak 200 kata dan minimal berisi judul artikel, tujuan, metode dan hasil penilitia.

4. Kata Kunci (Key Word) Kata kunci maksimum terdiri dari 6 kata atau gabungan kata dan cara pengurutannya dari spesifik ke yang umum.

Page 152: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

5. Pendahuluan Pendahuluan berisi tentang latar belakang,konteks penelitian,hasil kajian pustaka dan tujuan penelitian.

6. Metodologi Metodologi berisikan mengenai paparan mengenai rancangan penelitian,sumber data,teknik pengumpulan data,serta analisis data yang di lakukan oleh penulis.

7. Hasil dan pembahasan Hasil penelitian berisikan tentang paparan hasil analisis berkaitan dangan tujuan penelitian.pembahasan juga meliputi pemaknaan hasil dan perbandingan dengan teori dan /atau hasil penelitian sejenis maupun dengan penelitian sebelumnya.

8. Simpulan Bagian simpulan berisikan temuan hasil penelitian berupa jawaban atas pertanyaan penelitian maupun intisari hasil pembahasan.Simpulan di sajikan dalam bentuk paragraf.

9. Pengutipan Pengutipan atau perujukan mengunakan teknik rujukan berkurung (Nama akhir,tahun: halaman).Contoh: (Wiweka,2010:6)

10. Daftar Rujukan Daftar rujukan memuat sumber-sumber yang di rujuk.Jurnal ini mengikuti APA (American Psychological Association) format dengan contoh sebagai berikut: Buku oleh satu penulis Ismayati. (2010). Pengantar Pariwisata.Jakarta: Grasindo. Buku oleh dua penulis: Beck, C. A. J., & Sales, B. D. (2001).Family mediation: Fact, myths,and

future prospects. Washington DC: American Psychology Association. Lebih dari satu buku dengan penulis yang sama pada tahun yang sama: Roy, A. (1998a). Chaos Theory. New york: Macmillan Publishing Enterprises. Roy, A (1998b). Classic Chaos. San Francisco, CA:Jossey Bamar. Buku yang telah diedit: Mitchell, T. R.& Larson, J. R. (Eds.). (1987). People in organizations: An intoduction to organizational behavior. New York: McGraw-Hill.

Page 153: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Buku tidak di sertai nama penulis dan editor: Merriam-Webster’s collegiate dictionary (10 ed. ). (1993). Springfield,

MA: Meriam-Webster. Buku yang di revisi: Beck, C. A. J., Sales, B. D. (2001). Family mediation: Fact, myths, and future

prospects (Rev. Ed.). Washington, DC: American Psychology Association. Dokumen Resmi Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. (1978).Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:Depdikbud. Skripsi, Tesis,Disertai dan laporan Penelitian Agitari, E. (2011). Pengembangan Kawasan Terpadu Dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Perkebunan Bukit Tinggul. Skripsi tidak di terbitkan. Bandung: STIEPAR Yapari-Aktripa Bandung.

Jurnal satu penulis: Bryan, H. (1977). Leisure value system and recretion specialization: The

Case of trout fisherman. Journal of leisure Researech, 9,174-87. Jurnal dua penulis: Klimoski, R., & Palmer, S. (1993). The ADA and the hiring process in

organizations. Consulting Psychology Journal: Practic and Research, 45,10-36.

Majalah dan koran: Kandel, E. R., & Squire, L. R (2000, November 10). Neurosee : Breaking down scientific barriers to the study of brain and mind. Science,290,1113-1120. Ensiklopedia atau kamus: Sadie,S. (Ed.) (1980).The new Grove dictionary of music and musicians (6 ed. , Vols. 1 − 20).London: Macmillan. Media audio visual: Scorsese, M. (Prosedure), & Lonergan, K. (Writer/Director). (2001). You Can count on me [Motion pikture]. United States: Paramount Pictures. Rekaman suara: Costa, P. T., Jr. (Seaker).(1988). Personality, continuity, and changes of

adult life (Cassette Recording No.207-433-88A-B).Washington, DC: Smerican Psycological Association.

Page 154: DGL GDQ $OGLQL .DLKDWX

Internet World Trade Organization.Diakses tanggal 7 mei 2011.Dari http://www. Unwto.org./facts/eng/htm