6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

22

Transcript of 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

Page 1: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD
Page 2: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD
Page 3: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD
Page 4: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

203

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

MANAJEMEN SEKOLAH UNTUK MENCAPAI SEKOLAH UNGGUL YANGMENYENANGKAN: STUDI KASUS DI SMAN 1 SLEMAN YOGYAKARTASCHOOL MANAGEMENT TO ACHIEVE BEST AND FUN SCHOOL: A CASE STUDYAT A SENIOR SECONDARY SCHOOL IN YOGYAKARTA

Sabar Budi RaharjoPusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kemdikbud

Gedung E lantai 19, Jl. Jenderal Sudirman – Senayan - Jakarta Pusate-mail: [email protected]

Lia YulianaFakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

e-mail: [email protected] diterima tanggal: 18/9/2015, direvisi akhir tanggal: 22/3/2016, disetujui tanggal: 29/8/2016

Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui penyelenggaraan sekolah yangmenyenangkan di SMA Negeri I Pakem Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.Metode penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus.Teknik pengumpulan data melalui observasi langsung, dokumentasi, dan wawancaramendalam. Sumber data diperoleh dari kepala sekolah, guru, dan siswa. Validitas datamenggunakan teknik triangulasi, dan analisis data menggunakan analisis interaktif melaluilangkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan verifikasi atau penarikankesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Atas Negeri I PakemSleman merupakan sekolah yang menyenangkan baik dari segi kepemimpinan kepalasekolah, dukungan pendidik dan tenaga kependidikan, lingkungan sekolah, sarana danprasarana, kegiatan pembelajaran, layanan prima, dan iklim kelas. Pengelolaan sekolahterfokus pada hal-hal tersebut yang mengkondisikan Sekolah Menengah Atas Negeri I Pakemmenjadi sekolah favorit, unggulan, dan menyenangkan. Kajian ini menyimpulkan bahwakepemimpinan kepala sekolah merupakan indikator yang paling utama dalam mewujudkansekolah unggul yang menyenangkan.Kata Kunci: sekolah menyenangkan, kepemimpinan kepala sekolah, manajemen sekolah,SMA

MANAJEMEN SEKOLAH UNTUK MENCAPAI SEKOLAH UNGGUL YANGMENYENANGKAN: STUDI KASUS DI SMAN 1 PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA

SCHOOL MANAGEMENT TO ACHIEVE BEST AND FUN SCHOOL: A CASE STUDYAT A SENIOR SECONDARY SCHOOL IN 1 PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA

Abstract: The aim of this research is to find out the implementa�on of fun school at SMA Negeri 1 Pakem Sleman (a public senior secondary school) in Yogyakarta. The method of this research was descrip�ve qualita�ve with case study approach. The technique used in collec�ng data was by field study, documenta�on, and interview. The source of the data was the headmaster, teachers, and students. The data validity used triangula�on technique, while the data analysis used interac�ve data through some step, that is, data collec�on, data reduc�on, data presenta�on, and verifica�on or drawing the conclusion. The result shows that SMA Negeri 1 Pakem Sleman is one of fun schools in the aspect of headmaster’s leadership, educator support and educa�on manpower, school environment, infrastructure, learning ac�vity, excellent service, and class climate. The school management focuses on aspects that lead it to be a favorite, high-rank, and fun school. This research concludes that headmaster’s leadership is the main indicator to construct the fun best school.

Keywords: fun school, headmaster’s leadership, school management, senior secondary school

Page 5: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

204

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

PENDAHULUANDalam meningkatkan kualitas kehidupan makasalah satunya ditentukan oleh faktor pendidikanseseorang. Pendidikan bagi seseorang memilikiarti strategis untuk mencapai kesuksesan dalamkehidupan. Pendidikan dapat diperoleh melaluipendidikan formal atau nonformal. Permasalahanutama dalam pendidikan adalah bagaimanamenyelenggarakan pendidikan yang berkualitas.Faktor yang diduga dapat mempengaruhipenyelenggaraan pendidikan adalah keter-sediaan sarana dan prasarana pembelajaran,aktivitas dan kreativitas guru dan siswa dalamproses belajar mengajar. Kegiatan belajarmengajar akan berkualitas apabila didukung olehguru yang profesional memiliki kompetensiprofesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial(Republik Indonesia, 2005).

Secara garis besar, terdapat dua variabelyang dapat mempengaruhi keberhasilan belajarsiswa, yakni ketersediaan dan dukungan inputserta kualitas pembelajaran. Input terdiri darisiswa, guru, dan sarana serta prasaranapembelajaran (Darling & Hammond, 2010).Kualitas pembelajaran adalah ukuran yangmenunjukkan seberapa tinggi kualitas interaksiguru dengan siswa dalam proses pembelajarandalam rangka pencapaian tujuan tertentu.Kegiatan belajar mengajar tersebut dilaksanakandalam suasana tertentu dengan dukungansarana dan prasarana pembelajaran tertentupula. Karena itu, keberhasilan proses pembe-lajaran sangat tergantung pada guru, siswa,sarana pembelajaran, lingkungan kelas, danbudaya kelas. Semua indikator tersebut harussaling mendukung dalam sebuah sistem kegiatanpembelajaran yang berkualitas.

Untuk mengetahui tingkat kualitas pem-belajaran dalam kegiatan belajar mengajar, perludiketahui dan dirumuskan indikator-indikatorkualitas pembelajaran. Morrison, Mokashi &Cotter (2011) dalam risetnya telah merumuskan44 indikator kualitas pembelajaran yang direduksike dalam 10 indikator. Kesepuluh indikatorkualitas pembelajaran tersebut meliputi: 1)lingkungan fisik mampu menumbuhkan semangat

siswa untuk belajar; 2) iklim kelas kondusif untukbelajar; 3) guru menyampaikan pelajaran denganjelas dan semua siswa mempunyai keinginanuntuk berhasil; 4) guru menyampaikan pelajaransecara sistematis dan terfokus; 5) gurumenyajikan materi dengan bijaksana; 6)pembelajaran bersifat riil (autentik denganpermasalahan yang dihadapi masyarakat dansiswa); 7) ada penilaian diagnostik yangdilakukan secara periodik; 8) membaca danmenulis sebagai kegiatan yang esensial dalampembelajaran; 9) menggunakan pertimbanganyang rasional dalam memecahkan masalah; dan10) menggunakan teknologi pembelajaran, baikuntuk mengajar maupun kegiatan belajar siswa.

Penelitian oleh Bell & Kent (2010) yangberjudul The cultural jigsaw a case study theways I which sixth-form students perceiveschool culture menyimpulkan bahwa studi kasusmenggunakan pendekatan jigsaw pada analisisbudaya sekolah yang diperhatikan oleh pihaksekolah memiliki organisasi yang kuat ber-dasarkan prestasi akademik, subkultur jugamerupakan bagian dari dinamika organisasi yangmembentuk sebuah budaya. Model yang menjadifokus pada penelitian ini adalah a) organisasiinternal dalam kultur sekolah; b) pengaruhsubkultur; c) hubungan yang dinamis antarapemimpin, pembelajaran, dan budaya; d) kulturlain yang ada di sekitar sekolah; dan e)pengaruh perubahan kultur.

Terkait dengan penyelenggaraan sekolahunggul yang menyenangkan, SMA Negeri 1Pakem, Sleman DIY yang dianggap memenuhisyarat untuk studi kasus penyelenggaraansekolah yang menyenangkan. SMA Negeri IPakem, Sleman memiliki suasana dan kondisi yangmendukung sebagai sekolah yang menye-nangkan karena diduga adanya saranapendidikan yang relatif lengkap, suasana sekolahyang sejuk, dan manajemen sekolah relatif baik.Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanapenyelenggaraan sekolah yang menyenangkandi SMA Negeri I Pakem Kabupaten SlemanDaerah Istimewa Yogyakarta selama ini?Penelitian ini memfokuskan pada kepemimpinan

Page 6: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

205

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

kepala sekolah, dukungan pendidik dan tenagakependidikan, lingkungan sekolah, sarana danprasarana, kegiatan pembelajaran, layananprima, dan iklim kelas.

KAJIAN LITERATURPengelolaan SekolahDalam mencapai tujuan penyelenggaraansekolah yang efektif diperlukan pengelolaansekolah sesuai kondisi dan situasi tempat sekolahtersebut diselenggarakan. Untuk pengelolaansekolah, seorang kepala sekolah atau pemimpinharus memberi perhatian terhadap aspekinformal, aspek simbolik, dan aspek yang tidaktampak dari kehidupan sekolah yang telahmembentuk keyakinan dan tindakan tiap wargasekolah. Kepala sekolah mempunyai tugas dalammenciptakan atau membentuk dan mendukungkultur untuk menguatkan sikap efektif dalamsegala hal yang dikerjakan di sekolah. Denganmenggunakan 10 indikator organisasi yangsehat, Macneil, Prater, & Busch (2010)melakukan penelitian terhadap tiga jenis sekolahyaitu, sekolah unggulan, sekolah contoh, dansekolah kebanyakan. Penelitian tersebutmemperlihatkan bahwa sekolah contoh lebih baikdaripada sekolah kebanyakan, tidak ditemukanperbedaan yang signifikan antara sekolahcontoh dan unggulan, tetapi perbedaansignifikan terlihat pada sekolah unggulan yanglebih baik daripada sekolah kebanyakan dalamdimensi fokus dan adaptasi sekolah. Dengandemikian, suasana atau iklim budaya sekolahyang sehat akan mempengaruhi prestasi belajarsiswa di sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk membangun budaya dalampelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah.Bukan hanya dengan cara mengubah strukturdan fungsi sekolah beroperasi karena harusterlebih dahulu memahami budaya sekolah bukanhanya mengelolanya saja. Hal ini penting untukmenyadari budaya yang kompleks karenamemiliki cara yang sangat unik dan istimewadari bekerja.

Melihat peran kultur sekolah yang begitusignifikan dalam mempengaruhi proses pem-

belajaran yang dilakukan di sekolah, dibutuhkanadanya kerja sama antarsemua warga sekolah,mulai dari kepala sekolah, guru, dan semua staf.Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembentukankultur sekolah merupakan tanggung jawabsemua warga sekolah, yang dilakukan dengankesungguhan dan loyalitas tinggi. Kultur sekolahyang baik harus mencerminkan nilai-nilai yangbersahabat dan mendatangkan kesan yangpositif bagi siswa, baik di luar kelas maupun didalam kelas. Kultur diyakini mempengaruhiprilaku seluruh komponen sekolah, yaitu: guru,kepala sekolah, staf administrasi, siswa dan jugaorang tua siswa. Kultur yang kondusif bagipeningkatan mutu akan mendorong perilakuwarga ke arah peningkatan mutu sekolah.Sebaliknya, kultur yang tidak kondusif akanmenghambat upaya menuju peningkatan mutusekolah. Kultur yang kondusif akan mendorongsiapapun warga sekolah malu kalau tidak disiplin,siswa malu kalau tidak mengerjakan pekerjaanrumah, mendorong kepala sekolah untuk berbuatadil dan tegas (Siswanto, 2014).

Selama ini sering terjadi di sekolah, adasiswa yang kehilangan motivasi dan minat belajarketika masuk kelas. Dalam kegiatan pembe-lajaran, kemampuan peserta didik untukmemahami peran setiap tingkat representasi danmentransfer dari suatu tingkat menjadi tingkatlain merupakan aspek penting untuk meng-hasilkan penjelasan yang dapat dimengerti olehsiswa (Rahayu & Kita, 2009).

Salah satu cita-cita nasional yang harusdiperjuangkan oleh bangsa Indonesia adalahmenghasilkan sumber daya manusia yang ungguldan berkualitas. Untuk mencapai tujuanpendidikan yang berkualitas diperlukanmanajemen pendidikan yang dapat memobilisasisegala sumber daya pendidikan. Manajemenmutu terpadu di pendidikan (Total QualityManagement in Education) merupakanparadigma baru dalam menjalankan bisnis bidangpendidikan yang berupaya untuk memaksimalkandaya saing sekolah melalui perbaikan secaraberkesi-nambungan atas kualitas produk, jasa,manusia, proses dan lingkungan sekolah. Total

Page 7: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

206

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

Quality Management atau lebih dikenal diIndonesia manajemen mutu terpadu adalahmanajemen yang diterapkan dalam duniamanajemen perusahaan (bisnis) yang banyakdikembangkan para pakar insinyur, tetapi dalamperkembangannya banyak lembaga pendidikanmengembangkan sendiri konsep manajemenmutu terpadu.

Strategi yang dikembangkan dalampenggunaan manajemen mutu terpadu dalamdunia pendidikan adalah institusi pendidikanmemposisikan dirinya sebagai institusi jasa ataudengan kata lain menjadi industri jasa. Institusiyang memberikan pelayanan (service) sesuaidengan keinginan para pelanggan (customer).Oleh karenanya, dalam memposisikan institusipendidikan sebagai industri jasa harus memenuhistandar mutu. Pengertian ini tidak menekankansuatu komponen dalam sistem pendidikan, tetapimenyangkut seluruh komponen penyelenggaraanpendidikan yaitu input, proses, dan output. Totalquality management merupakan proses pening-katan mutu secara utuh, dan bila prosesnyadilakukan secara mandiri maka manajemen mututerpadu terdiri dari tiga tahap peningkatan mutusecara kontinu (three steps to continuousimprovement), yaitu: 1) perhatian penuhkepada pelanggan, baik pelanggan internalmaupun eksternal; 2) pembinaan proses; dan3) keterlibatan secara total. Manajemen mututerpadu merupakan salah satu ikhtiar agar dapatmeningkatkan mutu sekolah dengan melaluiperbaikan terus-menerus berkesinambunganatas kualitas produk, jasa manusia, proses danlingkungan organisasi. Dengan demikian,pengelolaan sekolah yang efektif harusmelibatkan semua komponen di sekolah untukbersama-sama mencapai visi sekolah dalammenuju sekolah yang berprestasi dan dapatmemberikan kepuasan pelanggan (Suryani,2013).

Kultur Sekolah yang MenyenangkanKultur sekolah adalah kualitas kehidupan yangmewujud dalam aturan-aturan atau norma, tatakerja, kebiasaan kerja, gaya kepemimpinan

seorang pemimpin maupun anggota yang adadi sekolah. Kualitas kultur di sekolah akan tumbuhdan berkembang berdasarkan nilai-nilai, spirit,dan aturan yang telah disepakati di sekolah.Kultur sekolah dapat dipahami dari dua sisi yaitu:1) sisi batiniah, dari sisi kultur sekolah adalahnilai, prinsip, semangat, dan keyakinan yangdianut oleh sekolah; dan 2) kultur lahiriah adalahaturan, prosedur, yang mengatur hubungananggota sekolah baik formal dan informal(Dapiyana, 2008).

Konsep kultur sekolah yang baik harusseimbang antara kultur yang bersifat batiniahdan lahiriah, sehingga sekolah menyenangkan.Sekolah akan berkualitas apabila kultur sekolahditumbuhkembangkan pada seluruh pihaksekolah yaitu dari kepala sekolah, para guru,para tenaga kependidikan, dan siswa. Kultursekolah baik yang batiniah maupun lahiriah harusdijadikan budaya bagi semua warga sekolah.Membahas masalah pendidikan di sekolah, tentutidak cukup hanya memperhatikan materipelajaran, ketersediaan buku, sarana danprasarana. Sekolah perlu memperhatikanbagaimana kultur yang baik harus dibangunbersama-sama warga sekolah. Oleh karena itu,pendidik harus mengembangkan program-program kurikuler dan pedagogis untukmembekali anak-anak dengan keterampilan lintasbudaya. Pendidikan yang dikembangkanselayaknya mengakomodasi nilai-nilai lokalmasyarakat (Hannerz, 2009).

Dalam mewujudkan sekolah yang bermutukarena pihak sekolah harus dapat membuatperencanaan dan kesepakatan antara pihaksekolah dan para pemangku kepentingan.Mencermati pendapat di atas dapat dijelaskanbahwa, setiap sekolah tentu harus memilikispirit, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, slogan-slogan atau moto, kebiasaan-kebiasaan danupacara-upacara yang baik. Sekolah harusmengembangkan spirit, nilai-nilai persaudaraan,kejujuran, kesederhanaan dan cara demokrasiyang baik. Kultur sekolah yang baik akanmempengaruhi pembuatan struktur sekolah,aturan-aturan sekolah, tata tertib sekolah,

Page 8: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

207

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

hubungan vertikal dan horizontal antarwargasekolah. Kultur sekolah yang baik juga akanmempengaruhi acara-acara ritual dan seremonialsekolah, misalkan dalam melakukan upacarasekolah yang dilaksanakan setiap hari Seninataupun pada hari-hari besar tertentu. Kultursekolah dari sifat kesederhanaan dapat dilihatdari cara berpakaian dan peralatan sekolah yangdipakai untuk belajar di dalam kelas. Kultursekolah yang didasari nilai kejujuran dankesederhanaan akan berdampak secaralangsung ataupun tidak secara langsung padasiswanya.

Kultur sekolah bersumber dari spirit dan nilai-nilai yang dianut oleh sekolah. Menurut Zamroni(2002) nilai-nilai tersebut menjadi sumberkualitas kehidupan sekolah dalam rangkamenumbuhkembangkan kecakapan hidup siswa,diantaranya sebagai berikut: 1) nilai-nilaikeimanan dan ketaqwaan; 2) nilai-nilai kejujuran;3) nilai-nilai keterbukaan; 4) nilai-nilai semangathidup; 5) nilai-nilai semangat belajar; 6) nilai-nilai menyadari diri sendiri dan keberadaan oranglain; 7) nilai-nilai untuk menghargai orang lain;8) nilai-nilai persatuan dan kesatuan; 9) nilai-nilai untuk selalu bersikap dan prasangka positif;10) nilai-nilai disiplin diri; dan 11) nilai-nilaikebersamaan.

Meningkatkan kultur sekolah yang baik perlukerja sama pihak sekolah dengan orang yangpeduli terhadap pendidikan dan butuh waktuyang cukup lama. Pendapat tersebut, dapatdiketahui bahwa kultur sekolah merupakan halyang sangat penting untuk diperhatikan dandikembangkan. Kultur sekolah dibagi menjaditiga, yaitu artifak di permukaan, nilai-nilai dankeyakinan di tengah, dan asumsi dasar. Artifakadalah lapisan kultur sekolah yang paling mudahdiamati seperti aneka ritual sehari-hari disekolah, berbagai upacara, benda-bendasimbolik di sekolah, dan aneka ragam kebiasaanyang berlangsung di sekolah. Keberadaan kulturini dengan cepat dapat dirasakan ketika orangmengadakan kontak dengan suatu sekolah.Aspek kultur ini kemudian dimanifestasikan dalamaspek kultur yang nyata dan diamati, yakni

artifak fisik maupun prilaku. Dengan demikiankeadaan fisik dan prilaku warga sekolah didasarioleh asumsi, nilai-nilai dan keyakinan (Zamroni,2002).

Kepala sekolah sebagai sentral pengem-bangan kultur sekolah harus dapat menjadicontoh dalam berinteraksi di sekolah. Kepalasekolah adalah figur yang memiliki komitmenterhadap tugas sekolah, jujur dalam kata danperbuatan dan selalu bermusyawarah dalammembuat kebijakan sekolah, rumah danmenghargai pendapat orang lain. Selain itu,kepala sekolah merupakan model bagi wargasekolah. Keadaan pemikiran di atas, peran gurudalam menciptakan kultur sekolah memberipengaruh yang besar terhadap prosespembelajaran yang dilakukan di sekolah. Gurumerupakan sosok yang harus bisa menjadipentransfer nilai-nilai dan ilmu pengetahuankepada siswa, sekaligus menjadi teladan dansosok yang dapat dijadikan figur untuk diteladanioleh siswa. Ini dilakukan guru untuk menciptakankultur sekolah yang mencerminkan nilai-nilaikultur sekolah termasuk diantaranya yaitu nilaikeyakinan akan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan, dilakukan untuk dapat menjadipegangan bagi siswa dalam menghadapiberbagai permasalahan yang dihadapi. Olehkarena itu, antara guru dan siswa harusbersinergi dalam melaksanakan kegiatanpembelajaran (Agus Supriyono, 2012).

Selain pembentukan kultur sekolah yangdilakukan di dalam kelas, semua warga sekolahjuga harus membentuk iklim sekolah yangkondusif di luar kelas. Kultur sekolah di luar kelasini seperti adanya pembentukan kebiasaan-kebiasaan positif yang harus diterapkan olehsemua warga sekolah, seperti membiasakansenyum ketika bertemu guru dan teman sebaya,membiasakan untuk menjaga kebersihanlingkungan sekolah, tidak berkata-kata kasar,dan tidak berbuat keributan. Kesemuanya itudiharapkan akan dapat membentuk mental positifsiswa dalam kehidupan sehari-hari, baik ketikaberada di lingkungan sekolah maupun ketikaberada di tempat tinggal siswa. Kultur sangat

Page 9: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

208

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

penting untuk dikembangkan di sekolah(Kumaris, 2014).

Hasil penelitian Siswanto (2014), menje-laskan penerapan kultur sekolah yang positif diluar kelas ini sangat penting, terutama untukmembiasakan siswa dalam berinteraksi denganorang lain. Siswa bisa memilih teman yang dapatmemberi motivasi belajar dan menghindari temanyang dapat memberi dampak negatif bagi dirisendiri. Contoh bergaul dengan teman yangmalas belajar, suka bermain game, temandengan gaya hidup mewah yang melupakanpendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-halnegatif seperti itu hanya akan membuat siswamenjadi lupa akan kepentingan belajar(Siswanto, 2014). Berdasarkan uraian di atas,budaya sekolah harus dibangun oleh semuawarga sekolah. Kepala sekolah dan guru harusdapat menjadikan sosok teladan yang dapatdijadikan sebagai panutan. Budaya sekolahdimulai dari pembiasaan perilaku harian sepertiperibadatan, kehadiran tepat waktu, membuangsampah pada tempatnya, berpakian rapi danlain-lain.

METODEMetode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode kualitatif deskriptifdengan pendekatan case study research(Sutopo, 1996), atau studi kasus di SMA NegeriI Pakem Kabupaten Sleman Propinsi DIY.Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mene-mukan makna-makna di balik fakta-fakta yangada secara teliti, tidak sekedar deskripsiideografis yang naratif. Teknik pengumpulan datamelalui observasi langsung, dokumentasi, danwawancara mendalam. Sumber data adalahkepala sekolah, Guru SMA Negeri 1 Pakem dansiswa serta realitas sekolah melalui prosesobservasi. Validitas data menggunakan tekniktriangulasi sumber, teori, dan metode, sampingmenggunakan teknik informant review.Sedangkan analisis data menggunakan analisisinteraktif melalui langkah-langkah pengumpulandata, reduksi data, sajian data, dan verifikasiatau penarikan kesimpulan. Pendalaman dan

pemaknaan dilakuakan oleh peneliti bagaimanasekolah yang menyenangkan di selenggarakandi SMA Negeri 1 Pakem terkait dengan kepe-mimpinan kepala sekolah, dukungan pendidik dantenaga kependidikan, lingkungan sekolah, saranadan prasarana, kegiatan pembelajaran, layananprima, dan iklim kelas. Penelitian ini dilakukanpada bulan Mei sampai dengan Juni 2015.

HASIL DAN PEMBAHASANHasilProfil SMA N I Pakem SlemanSMA Negeri 1 Pakem merupakan sekolah yangbernaung di bawah pembinaan KementerianPendidikan dan Kebudayaan. Sejak didirikan padatahun 1965, SMA Negeri 1 Pakem mengalamibanyak perubahan, mulai dari nama sekolahhingga sarana dan prasarana yang ada. Adapunsejarah perjalanan dan perkembangan SMANegeri 1 Pakem dari dahulu sampai sekarangadalah sebagai berikut: 1) tahun 1964 s.d 1965bernama SMA III FIP IKIP Yogyakarta; 2) tahun1966 s.d 1970 bernama SMA III IKIP Yogakarta;3) tahun 1971 s.d 1972 bernama SMA PercobaanIII IKIP Yogyakarta; 4) tahun 1973 s.d 1974bernama SM Pembangunan Yogyakarta 5) tahun1975 s.d 1986 bernama SMA Negeri III IKIPYogyakarta; 6) tahun 1987 s.d 1995 bernamaSMA Negeri Pakem Yogyakarta; 7) tahun 1996s.d 2003 bernama SMU Negeri 1 Pakem Yogya,dan mulai tahun 2003 s.d sekarang bernamaSMA Negeri 1 Pakem (Profil SMA N I Pakem2015). SMA Negeri 1 Pakem memperingati hariulang tahun setiap tanggal 13 Agustus. Sekolahtersebut letaknya strategis, karena mudahdijangkau oleh siswa dan letaknya dekat denganjalan raya. Hal ini merupakan potensi fisik yangdapat menunjang proses pembelajaran. LokasiSMA Negeri 1 Pakem tepatnya di Jl. KaliurangKm. 17,5 Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Profil SMA Negeri 1 Pakem memiliki visi, misi,dan tujuan yang jelas dan terukur. Adapun visiSMA Negeri 1 Pakem adalah unggul berprestasi,berakhlak mulia dengan memiliki wawasan globalyang berdasarkan akar budaya bangsa. MisiSMA Negeri 1 Pakem adalah: 1) menciptakan

Page 10: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

209

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

budaya belajar bagi semua warga sekolah; 2)menciptakan budaya dan kebanggaan ber-prestasi bagi seluruh warga sekolah; 3)menciptakan efisiensi dan efektivitas KBM; 4)meningkatkan prestasi dan peringkat sekolahdi tingkat nasional; 5) membentuk manusia yangberdisiplin, berdedikasi, jujur, dan menjunjungtinggi harkat dan martabat manusia; 6)membentuk manusia tertib menjalankan ajaranagamanya agar senantiasa bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa; 7) menciptakan budayabersaing di tingkat global bagi seluruh wargasekolah; 8) membentuk manusia yang kreatif,inovatif, dan kompetitif bagi seluruh wargasekolah dengan cara yang santun danbermartabat; 9) memperkokoh penemuan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk karakteranak bangsa serta membangun dan menghargaikearifan lokal; dan 10) menciptakan suasanakehidupan sekolah yang harmonis, selaras,serasi, dan seimbang (Profil SMAN I PakemSleman 2015).

Adapun tujuan SMA Negeri 1 Pakem adalah:1) mempersiapkan peserta didik yang bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlakmulia; 2) menciptakan peserta didik untukmencapai prestasi akademik tinggi; 3) mem-persiapkan peserta didik agar menjadi manusiayang berkepribadian, cerdas, berkualitas, danberprestasi dalam bidang olah raga dan seni;4) membekali peserta didik agar memilikiketerampilan teknologi informatika dankomunikasi serta mampu mengembangkan dirisecara mandiri; 5) menanamkan peserta didiksikap ulet dan gigih dalam berkompetensi,beradaptasi dengan lingkungan, dan mengem-bangkan sikap sportivitas; dan 6) membekalipeserta didik dengan ilmu pengetahuan danteknologi agar mampu bersaing dan melanjutkanke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

SMA Negeri 1 Pakem merupakan salah satuSMA unggulan yang keberadaannya sudahcukup lama dan terbukti mampu memberikansumbangsih dalam mencerdaskan kehidupanbangsa, berlokasi di Jl. Kaliurang Km. 17,5,Pakem, Sleman, Yogyakarta. Kondisi sekolah

cukup strategis dan kondusif sebagai tempatbelajar. Hal ini dapat dilihat dari lokasi yangterletak di dekat jalan raya sehingga mudahdijangkau menggunakan kendaraan umum.Selain itu, suasana yang tidak terlalu ramaisehingga memungkinkan pelaksanaan belajarmengajar berjalan dengan lancar dan tenang.SMA Negeri 1 Pakem sudah dilengkapi denganbeberapa sarana prasarana penunjang KBM.diantaranya gedung sekolah yang terdiri dariruang kelas atau ruang belajar, ruang kantor,ruang penunjang dan lapangan yang biasadigunakan untuk kegiatan upacara, olah ragadan untuk pelaksanaan ektrakurikuler.

Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki olehsekolah meliputi: 1) ruang kelas X terdiri dari 5ruang kelas (3 kelas IPA dan 2 kelas IPS), kelasXI terdiri dari (3 kelas IPA dan 2 kelas IPS),dan kelas XII terdiri atas (3 kelas IPA dan 3kelas IPS). Masing-masing kelas memilikikelengkapan fasilitas yang menunjang proseskegiatan belajar mengajar meliputi papan tulis,meja, kursi, speaker, jam dinding, lambangpancasila, foto presiden dan wakil presiden, alatkebersihan, papan pengumuman, dan kipasangin. Fasilitas yang ada dalam kondisi baik; 2)ruang perpustakaan. Ruang perpustakaanterletak di samping Laboratorium Kimia.Perpustakaan SMA Negeri 1 Pakem sudah cukupbaik. Perpustakaan sudah menggunakan sistemdigital, jumlah buku ada sekitar 2000 buku, minatsiswa untuk membaca tinggi dan paling ramaiketika hari senin dan sabtu, dalam perpustakaanini tedapat 1 pustakawan yang mengelola. Rak-rak sudah tertata rapi sesuai dengan klasifikasibuku dan klasifikasi buku di rak berdasarkan judulmata pelajaran. Di dalam perpustakaan jugadisediakan komputer dan juga mesin print dimanasiswa bisa mengeprint disitu dengan administrasiRp 300,00; 3) Ruang Tata Usaha (TU). Semuaurusan administrasi yang meliputi kesiswaan,kepegawaian, tata laksana kantor danperlengkapan sekolah, dilaksanakan olehpetugas Tata Usaha, diawasi oleh KepalaSekolah dan dikoordinasikan dengan Wakil KepalaSekolah urusan sarana dan prasarana.

Page 11: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

210

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

Pendataan dan administrasi guru, karyawan,keadaan sekolah dan kesiswaan jugadilaksanakan oleh petugas Tata Usaha; 4) RuangBimbingan Konseling (BK), yang secara umumkondisi fisik dan struktur organisasi sudah cukupbaik. Guru BK di SMA ini ada dua orang, dalammenangani kasus siswa yaitu dengan caramenanggapi kasus yang masuk diproses dankemudian ditindak lanjuti. Bimbingan Konselingini membantu siswa dalam menanganimasalahnya seperti masalah pribadi maupunkelompok, konsultasi ke perguruan tinggi; 5)Ruang Kepala Sekolah terdiri dari dua bagian,yaitu ruang tamu dan ruang kerja. Ruang tamuberfungsi untuk menerima tamu dari pihak luarsekolah, sedangkan ruang kerja berfungsi untukmenyelesaikan pekerjaan Kepala Sekolah. Selainitu ruang kerja Kepala Sekolah juga dugunakanuntuk konsultasi antara Kepala Sekolah denganseluruh pegawai sekolah. Keenam Ruang WakilKepala Sekolah yang dimanfaatkan untukmengadakan pertemuan/rapat dengan antarWaKa, yaitu WaKa Kurikulum, WaKa Kesiswaandan WaKa Sarpras (Sarana dan Prasarana).Ketujuh Ruang Guru yang digunakan sebagairuang transit ketika guru akan pindah jammengajar maupun pada waktu istirahat. Di ruangguru terdapat sarana dan prasarana sepertimeja, kursi, almari, white board yang digunakansebagai papan pengumuman, papan jadwal matapelajaran, tugas mengajar guru, dll. Meskipunruang guru tidak terlalu luas, namun sudah cukupuntuk para guru mengerjakan tugasnya. Disamping yang pokok-pokok itu, masih terdapatbanyak ruang-ruang lain yang sangat ber-manfaat yaitu: Ruang OSIS, Ruang UnitKesehatan Siswa (UKS), Laboratorium, Koperasi,Tempat Ibadah, Kamar Mandi untuk Guru danSiswa, Gudang, Tempat Parkir, Kantin, LapanganOlahraga dan Upacara, serta Ruang Perleng-kapan Olahraga (Observasi, 18 Mei 2015).

SMA Negeri 1 Pakem memiliki tenagapengajar sebanyak 36 orang yang sebagianbesar berkualifikasi S1 (Sarjana) dan beberapaguru berkualifikasi S2. Sebagian besar gurusudah berstatus sebagai PNS dan beberapa guru

masih berstatus Non PNS. Masing-masing gurumengajar sesuai dengan bidang keahliannya.Selain itu, juga terdapat beberapa guru yangmelakukan pembinaan terhadap siswa.Sedangkan karyawan di SMA Negeri 1 Pakemberjumlah sembilan orang yaitu Tata Usahasebanyak lima orang, bagian perpustakaan satuorang, pembantu umum (petugas kebersihan,parkir, dapur sekolah) sebanyak dua orang danpenjaga malam 1 orang.

Penyelenggaraan Sekolah yangMenyenangkanDalam penyelenggaraan sekolah yang menye-nangkan SMAN I Pakem Sleman telah memilikisuasana dan kondisi seperti dibawah ini.

Kepemimpinan Kepala SekolahDi SMAN I Pakem Sleman, kepala sekolah telahberperan sebagai pemimpin, pengelola,pengabdi, dan sebagai pelayan bagi seluruhwarga sekolah. Hal-hal yang menunjukkanbahwa kepemimpinan kepala sekolah di SMA NI Pakem ideal sebagai berikut: a) Kepala sekolahmemiliki kemampuan secara holistik yang baiksehingga mampu menggerakan seluruh komponensekolah sebagai sebuah sistem; b) Menyusunprogram-program pengembangan sekolah yangberkualitas dan berorientasi ke masa depan; c)Memiliki kompetensi kepribadian, manajerial,kewirausahaan, supervisi, dan sosial secara baiksehingga kepala sekolah benar-benar menjadicontoh bagi seluruh warga sekolah; c) Kepalasekolah mengayomi seluruh warga sekolahsehingga tercipta suasana kebatinan yang baikdan atsmosfir akademik yang baik pula; dan d)Kepala sekolah mampu memberi teladan,semangat, dan motivasi, bagi guru, tenagakependidikan, dan siswa.

Pendidik dan Tenaga KependidikanPendidik dan tenaga kependidikan di SMA N IPakem Sleman cukup baik, tidak saja me-nyangkut kualifikasi sebagaimana disarankan,melainkan juga mencakup kompetensi yangmemadai. Kompetensi tersebut mencakup hal-

Page 12: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

211

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

hal berikut: a) Guru memiliki kompetensiprofesional secara baik, bukan saja karena latarbelakang guru yang sesuai dengan tugasmengajarnya, melainkan pula selalu ada usahapeningkanan kompetensi akademik melaluiberbagai forum baik seminar, pelatihan, diskusi,dan forum-forum lain yang relevan sehinggakompetensi bidang studi para guru sudah tidakdiragukan; b) Guru memiliki kompetensipedagogik yang baik yang ditunjukkan padaimplementasi kegiatan pembelajaran yangmempu menyusun perencanaan, pelaksanaanmetodologi, dan pelaksanaan evaluasi secarabaik pula. Guru selalu ada usaha untukmeningkatkan kualitas pembelajaran melaluiberbagai usaha seperti pelaksanaan PenelitianTindakan Kelas; c) Memiliki kompetensi sosialdengan baik yang dibuktikan dengan adanyakemampuan menempatkan diri secara tepatdalam menjalin komunikasi dengan kepalasekolah, teman sejawat, para tenaga ke-pendidikan, dan siswa. Kegiatan pembelajaranmencerminkan suasana sosial yang baik yangmenjadikan siswa nyaman, aman, dan terlindungidari kekerasan intelektual dan sosial; d) Memilikikompetensi kepribadian baik yang dicerminkandari perilaku dan etika profesi yang menunjukkantugas profesionalnya sebagai pengajar, pendidik,pelatih, pembimbing, dan pelayan bagi siswa;dan e) Tenaga kependidikan baik kualifikasimaupun kompetensi juga mendukung kegiatanpendidikan, dan memiliki jiwa pelayanan primayang baik sehingga mampu menciptakansuasana akademik yang sehat, nyaman,menyenangkan, dan bermartabat. Tampaksuasana kebatinan sangat baik dan bersinergidengan berbagai komponen.

Lingkungan SekolahSMAN I Pakem berada pada lingkungan sekolahyang baik dan kondusif sangat mendukungkegiatan pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan akademik dan sosial lainnya. Letaksekolah cukup strategis selain udara yang cukupsejuk untuk kegiatan pembelajaran. Sekolahdengan kemampuan kepemimpinan kepala

sekolah yang baik juga mencitrakan sekolah yangbersih, sehat, dan nyaman untuk kegiatanpendidikan (Observasi, 18 Mei 2015). Lingkungan(environment) sebagai dasar pengajaran adalahfaktor situasional yang mempengaruhi tingkahlaku individu dan merupakan faktor yangpenting. Lingkungan belajar/pembelajaran/pendidikan terdiri dari: 1) lingkungan sosialadalah lingkungan masyarakat baik kelompokbesar atau kelompok kecil; 2) lingkunganpersonal meliputi individu-individu sebagai suatupribadi berpengaruh terhadap individu pribadilainnya; 3) lingkungan alam (fisik) meliputi semuasumber daya alam yang dapat diberdayakansebagai sumber belajar; 4) lingkungan kulturalmencakup hasil budaya dan teknologi yangdapat dijadikan sumber belajar dan dapatmenjadi faktor pendukung pengajaran. Dalamkonteks ini termasuk sistem nilai, norma, danadat kebiasaan. Pemanfaatan lingkungan sekitarmemungkinkan terjadinya proses belajar yanglebih bermakna (meaningfull learning) sebabanak dihadapkan pada keadaan dan situasi yangsebenarnya. Hal ini dapat memenuhi prinsippembelajaran kontektual, sebagaimanadimaksudkan dalam prinsip pembelajaran. Selainitu, pemanfaatan lingkungan sebagai mediapembelajaran akan mendorong pada peng-hayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupanyang ada di lingkungannya.

Sarana dan PrasaranaSekolah memiliki sarana dan prasarana yangmemadai untuk mendukung kegiatan pem-belajaran. Gedung sekolah cukup representatif,baik yang menyangkut ruang kelas, labo-ratorium, perpustakaan, kantor kepala sekolah,kantor guru, mesjid, ruang UKS, dan lapanganyang cukup luas dan mampu mendukungkegiatan pembelajaran. Sekolah juga memilikikelengkapan alat, media, dan sumber belajaryang cukup. Koleksi perpustakaan cukup lengkapuntuk kepentingan belajar siswa, demikian jugadengan alat pembelajaran seperti LCD, Laptop,peta, bagan-chart, film, peralatan laboratorium,dan buku-buku sumber belajar yang lengkap.

Page 13: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

212

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

Sekolah juga memiliki jaringan internet yangmudah untuk diakses oleh anak. Dengandukungan input berupa sarana dan prasaranayang memadai, alat pembelajaran yang lengkap,media yang cukup tersedia, serta sumber belajaryang lengkap baik buku cetak maupun elektronikmaka berimbas pada tingginya budaya akademikguru dan siswa dan akhirnya prestasi dapattercapai dengan baik (Observasi, 18 Mei 2015).

Alat dan media pembelajaran memiliki fungsiutama sebagai alat bantu mengajar, ber-pengaruh terhadap terciptanya suasana,kondisi, budaya, dan lingkungan belajar yangdikelola oleh guru. Penggunaan media pem-belajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkanmotivasi dan rangsangan kegiatan belajar siswa.Optimalisasi pemanfaatan media pembelajarandapat mempertinggi kualitas proses dan hasilbelajar siswa. Hal ini terjadi karena: a) penggu-naan media dalam kegiatan pembelajaran lebihmenarik perhatian siswa sehingga dapatmenumbuhkan motivasi belajar; b) bahanpembelajaran lebih jelas maknanya sehinggadapat lebih dipahami oleh siswa; c) metodemengajar lebih bervariasi, namun juga komunikasiverbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,sehingga siswa tidak bosan; d) siswa lebihbanyak melakukan kegiatan belajar, karena tidakhanya mendengarkan uraian guru, tetapi jugaaktivitas lain seperti mengamati, melakukan,mendemonstrasikan dan lain-lain (G-1, G-2,Wawancara 18 Mei 2015).

Kegiatan PembelajaranKegiatan pembelajaran di SMAN I PakemSleman, guru memiliki kemampuan didaktik-metodik yang baik. Guru mampu menyusunperencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secarakohern-integratif sehingga memiliki kinerja yangbaik dan berdampak pada prestasi siswa yangbaik pula. Dalam konsepsi ini, metode merupakancara yang dalam fungsinya merupakan alatuntuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlakubagi guru sebagai pengajar dan bagi siswasebagai pebelajar. Makin baik metode yang

digunakan, maka semakin efektif pula pen-capaian tujuan pembelajaran. Metode dibedakandengan teknik, yang bersifat prosedural,sedangkan teknik barsifat implementatif. Metodedan teknik pembelajaran, merupakan bagian daristrategi pembelajaran. Dalam pemilihan metodepembelajaran, harus mempertimbangkankriteria-kriteria yakni efisiensi, efektivitas, dantingkat keterlibatan siswa. Guru di SMAN I Pakemmenunjukkan kinerja yang baik dalam mengelolametodologi pembelajaran (Observasi, 18 Mei2015).

Kegiatan pembelajaran harus mampumenciptakan proses belajar mengajar yangdialogis, sehingga dapat memberi peluang bagianak untuk terselenggaranya proses belajarmengajar yang aktif. Melalui cara ini, pesertadidik akan mampu memahami materi dan konsepsecara lebih benar. Pemahaman konsep belajaryang demikian, memerlukan pendekatan danmetode pembelajaran yang lebih bervariasi, agarpeserta didik benar-benar dapat mengambilmanfaat dari pelajaran. Hasil belajar yangdimaksud adalah terjadinya perubahan danperbedaan dalam cara berpikir, merasakan, dankemampuan untuk mendapat pengalaman dalamproses belajar mengajar. Sistem penilaianmempengaruhi pola dan cara belajar siswa. Olehkarena itu, sistem penilaian harus direncanakandengan matang oleh guru. Penilaian sepertihalnya tes akhir sekolah sangat penting yangdapat digunakan sebagai alat ukur utamakeberhasilan sebuah kebijakan di sekolah.

Layanan PrimaLayanan prima adalah layanan kepadapelanggan yang mencerminkan adanya kepuasanpelanggan. Pemberi layanan prima adalah kepalasekolah, guru, dan tenaga kependidikan.Sedangkan siswa adalah pelanggan dalamorganisasi sekolah. Dalam hal ini, sekolah telahmembuktikan bahwa selama ini telah memberikanlayanan prima pada siswa. Siswa dilayanipengembangan intelektualnya, emosionalnya,keterampilannya, dan spiritualnya. Hal inidibuktikan bahwa dari tahun ke tahun sekolah

Page 14: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

213

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

ini semakin diminati oleh pendaftar dengan animopendaftar yang semakin meningkat. Dalambeberapa kesempatan korespondensi juga siswamenyampaikan bahwa sekolah di SMAN I Pakemsangat menyenangkan, dan berbudaya akademikyang baik (S-1, S-2, S-3 Wawancara 18 Mei2015).

Iklim KelasIklim kelas dalam pembelajaran di SMAN I PakemSleman cukup kondusif dan mendukung kegiatanpembelajaran. Iklim kelas merupakan salah satuindikator penting yang berpengaruh terhadappeningkatan kualitas pembelajaran, disampingfaktor-faktor pendukung lainnya. Iklimpembelajaran yang kondusif dan menyenangkan,antara lain dapat mendukung: 1) interaksi yangbermanfaat di antara peserta didik; 2)memperjelas pengalaman-pengalaman guru danpeserta didik; 3) menumbuhkan semangat yangmemungkinkan kegiatan-kegiatan di kelasberlangsung dengan baik; dan 4) mendukungsaling pengertian antara guru dan pesertadidik. Iklim kelas yang kondusif berpengaruhterhadap kepuasan peserta didik dalam belajar,dan dapat menumbuhkembangkan pribadi. Dengan demikian jelas bahwa iklim kelas sangatberpengaruh terhadap kualitas pembelajaran,dan pada gilirannya berpengaruh juga terhadaphasil pembelajaran.

Iklim kelas yang tertib dan kondusif untukbelajar mempunyai hubungan yang kuat denganprestasi belajar siswa. Menurut Sallis (2006),lebih dari 45 penelitian membuktikan adanyahubungan yang positif antara iklim kelas denganprestasi belajar peserta didik. Penelitian-penelitian itu menggunakan berbagai macam alatukur iklim kelas seperti Learning EnvironmentInventory (LEI), Classroom Environment Scales(CES), Individualized Classroom EnvironmentQuestionnaire (ICEQ), dan instrumen-instrumenlain yang digunakan di beberapa negara majumaupun berkembang.

Guru mengajar dengan penuh kehangatan,komunikatif, dan bersahabat dengan siswa,menghargai setiap pertanyaan dan perbedaan

karakteristik siswa, mampu menumbuhkankepercayaan diri siswa, sehigga pelajaranmenjadi lebih menarik dan siswa merasamenikmati (enjoy) dengan kegiatan pem-belajaran tersebut. Pembelajaran yang demikianmampu meningkatkan prestasi belajar siswa.Terdapat korelasi yang positif dan sifnifikanantara prestasi siswa di suatu kelas dengansuasana batin atau lingkungan psikososial yangtercipta di kelas tersebut. Iklim kelas yangditandai dengan kehangatan, demokrasi, dankeramahtamahan dapat digunakan sebagai alatuntuk memprediksi prestasi belajar peserta didik.Iklim kelas meliputi aspek kekompakan siswa(student cohesiveness) dalam kelas, keter-libatan siswa dalam proses belajar mengajar(student involvement), kepuasan siswa selamakegiatan pembelajaran (student satisfaction),dan dukungan guru (teacher support) dalamproses pembelajaran di kelas (Sallis, 2006).Kondisi ideal ini ditunjukkan dalam penciptaaniklim kelas di SMAN I Pakem Sleman.

PembahasanSekolah sebagai wadah pembentukan danpenumbuhan karakter siswa maka suasana dankondisi sekolah yang nyaman, bersih, rapih, danaman sangat penting dalam menunjangterwujudnya sekolah yang menyenangkan.Suasana dan kondisi tersebut menjadi tugasdan tanggungjawab semua komponen dilingkungan sekolah. Pda saat sedang banyakkerisauan di masyarakat terkait beberapa asumsiyang menyatakan bahwa “sekolah bukan lagitempat yang aman bagi anak”, dan juga koreksi-koreksi beberapa pemerhati pendidikan bahwasekolah adalah “penjara” bagi anak (Aman,2012) itu tidak lah benar. Sekolah adalah tempatanak berlindung dari kebodohan, tempat anakmengasah intelektualitasnya, dan tempat anakbersosialisasi secara baik dalam rangkapengembangan kepribadian. Sekolah merupakantempat kedua sebagai tempat bersosialisasisecara normal dalam rangka mengembangkandiri. Jadi sekolah adalah benteng peradabanbukan “penjara”, dan karena itulah se-

Page 15: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

214

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

sungguhnya sekolah adalah tempat yang palingmenyenangkan bagi anak dalam rangka bergauldengan sesama, belajar menghormati guru,belajar mematuhi aturan, dan belajar tentangseluk-beluk kehidupan.

SMA Negeri I Pakem Sleman berdasarkanpenelaahan secara holistik menunjukkan bahwasekolah ini termasuk kategori sekolahmenyenangkan karena hampir seluruh instrumensekolah mendukung kegiatan pendidikan danpembelajaran secara harmoni, menempatkansiswa tidak hanya sebagai objek pembelajaran,melainkan sebagai subjek pembelajaran.Kegiatan pendidikan di sekolah ini menempatkansiswa sebagai pelanggan yang harus diberikanpelayanan oleh sekolah secara prima. Kepalasekolah adalah pelayan, guru adalah pelayan,dan tenaga kependidikan adalah pelayan yangharus mampu menciptakan situasi yangmenyenangkan bagi siswa, sehingga siswamerasa “betah” tinggal di sekolah. Sekolahadalah rumah kedua bagi siswa setelah rumahtempat tinggal mereka, dan guru adalah orangtua kedua yang harus dihargai dan menjadisebuah keluarga dalam konteks warga sekolah.Untuk itu semua penciptaan kultur sekolahmenjadi penting untuk keberlangsunganpelaksanaan pendidikan yang menyenangkan.Hal ini diperkuat dengan hasil penelitianSiswanto (2014), bahwa penerapan kultursekolah yang positif di dalam dan luar kelassangat penting, terutama untuk membiasakansiswa dalam berinteraksi dengan orang lain.Siswa bisa memilih teman yang dapat memberimotivasi belajar dan menghindari teman yangdapat memberi dampak negatif bagi diri sendiri.

Sebagaimana pendapat Zamroni (2002)bahwa dalam meningkatkan kultur sekolah yangbaik perlu kerjasama dengan pihak sekolahdengan orang yang peduli terhadap pendidikandan butuh waktu yang cukup lama. Pendapattersebut, dapat diketahui bahwa kultur sekolahmerupakan hal yang sangat penting untukdiperhatikan dan dikembangkan. Keadaan fisikdan prilaku warga sekolah didasari oleh asumsi,

nilai-nilai dan keyakinan. Ini sangat jelas bahwakesatuan sub system sangat menting dalammengkonstruk kultur baik itu menyangkutkepemimpinan kepala sekolah, dukunganpendidik dan tenaga kependidikan, lingkungansekolah, sarana dan prasarana, kegiatanpembelajaran, layanan prima, dan iklim kelas.

Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuleryang dikelola oleh pihak sekolah dan OSIS yangsifatnya wajib, semi wajib, dan pilihan bagi kelasX dan XI. Ekstrakrikuler tersebut meliputi:Pramuka, Pendalaman Materi, Peleton Inti, SeniVokal, Seni Instrumentalia, Seni Budaya Jawa,Jurnalistik, Karya Ilmiah Remaja (KIR),Agrobisnis, Kewirausahaan/ Koperasi Siswa,Olimpiade, Seni Tari, Debat, Seni Desain Grafis,Menjahit, Futsal, Palang Merah Remaja (PMR),Basket, Photografi. Kegiatan ekstrakurikulerdilaksanakan pada hari Senin-Sabtu setelahkegiatan belajar mengajar berakhir. Melaluiekstrakurikuler inilah potensi peserta didik dapatdisalurkan, hal ini dibuktikan melalui berbagaimacam kejuaraan yang berhasil diraih oleh parasiswa. Kejuaraan tersebut berasal dari berbagaimacam bidang lomba yang aktif diikuti olehSMAN 1 Pakem seperti lomba keagamaan (MTQ,Kaligrafi), seni suara, lomba tonti, pramuka,basket, dan debat Bahasa Inggris. KegiatanOSIS secara umum berjalan dengan baik,organisasi OSIS aktif dalam kegiatan rutinsekolah seperti MOPDB, perekrutan anggotabaru, bakti sosial di sekolah. Anggota OSISmengadakan pertemuan rutin di perpustakaanatau menggunakan ruang kelas setelah pulangsekolah (KS, Wawancara 18 Mei 2015).

Sekolah unggul dan menyenangkanditunjukkan melalui kegiatan pembudayaan danpembiasaan di sekolah seperti dalam kebiasaan-kebiasaan sebagai berikut.a. Kebiasaan Umum, meliputi: 1) Memberi

salam, senyum, dan sapa; 2) Membersihkanlingkungan sekolah; 3) Bersikap santundalam perilaku; 4) Berpakaian sopan dansesuai; 5) Menyiapkan tempat sampah danmembuang pada tempat yang telah

Page 16: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

215

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

disediakan; dan 6) Membersihkan sanitasiseperti toilet, wastafel, kamar mandi, danatau saluran air.

b. Kebiasaan Harian, meliputi: 1) Peserta didikmencium tangan dan atau memeluk orangtua/wali sebelum berangkat ke sekolah; 2)Pendidik dan tenaga kependidikan datanglebih awal untuk menyambut peserta didikdengan bersalaman; 3) Peserta didikberbaris menjelang masuk kelas yangdipimpin oleh satu orang peserta didiksecara bergantian; Peserta didik meng-ucapkan salam pada saat masuk kelas; 5)Peserta didik membaca doa sebelum dansesudah belajar; 6) Peserta didik melak-sanakan piket kebersihan kelas secarabergantian; 7) Warga sekolah menunaikanSholat Dzuhur secara berjamaah; dan 7)Setiap peserta didik dapat menjadi pemimpindalam setiap kegiatan bersama, sepertiberbaris menjelang masuk kelas, membacadoa sebelum dan sesudah belajar, piketkelas, dan kerja bakti.Dengan demikian model pengelolaan sekolah

menyenangkan seperti SMAN I Pakem ini,memberikan jawaban bahwa istilah sekolahadalah “penjara” bagi anak, tidak benarmelainkan sekolah adalah rumah yangmemberinya segala kehangatan, kenyamanan,dan proses pendidikan yang bermartabat. Jadisekolah menyenangkan punya peran untukmenjauhkan persepsi sekolah sebagai “Penjara”bagi anak.

SIMPULAN DAN SARANSimpulanHasil penelitian menunjukkan bahwa penye-lenggaraan sekolah menyenangkan di SMAN IPakem Sleman menitikberatkan pada hal-halsubstansi menyangkut: a) kepemimpinan kepalasekolah telah menunjukkan perannya denganbaik sebagai pemimpin, pengelola, pengabdi, dansebagai pelayan bagi seluruh warga sekolah.Kepala sekolah dengan kemampuannya tersebuttelah dapat memberdayakan potensi sekolah

sehingga penyelenggaraan sekolah dalamsuasana menyenangkan; b) pendidik dantenaga kependidikan di SMAN I Pakem Slemancukup baik, tidak saja menyangkut kualifikasilatarbelakang pendidikan, melainkan jugamencakup kompetensi guru yang memadai.Dalam kegiatan pembelajaran, guru SMAN IPakem Sleman memiliki kemampuan didaktik-metodik yang baik. Guru mampu mendesainperencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secarakohern-integratif sehingga memiliki kinerja baikdan berdampak pada prestasi siswa yang baikpula. Dampak kinerja guru itulah sehingga SMANegeri 1 Pakem merupakan salah satu SMAunggulan di Kabupaten Sleman; c) lingkungansekolah baik dan kondusif sangat mendukungkegiatan pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan akademik dan sosial lainnya. Letaksekolah cukup strategis di samping udara yangcukup sejuk untuk kegiatan pembelajaran; d)sekolah memiliki sarana dan prasarana yangmemadai untuk mendukung kegiatan pem-belajaran. Gedung sekolah cukup mamadai,yakni ruang kelas, laboratorium, perpustakaan,kantor kepala sekolah, kantor guru, masjid,ruang UKS, dan lapangan yang cukup luas danmemadai untuk mendukng kegiatan pem-belajaran. Sekolah juga memiliki kelengkapanalat, media, dan sumber belajar yang cukup;e) layanan prima adalah layanan kepadapelanggan yang mencerminkan adanya kepuasanpelanggan. Layanan prima ini telah dilakukanoleh kepala sekolah, guru, dan tenagakependidikan lainnya kepada siswa sehinggasiswa menjadi nyaman dalam mengikuti prosesbelajar siswa; dan f) iklim kelas merupakan salahsatu indikator penting yang berpengaruhterhadap peningkatan kualitas pembelajaran, disamping faktor-faktor pendukung lainnya.Kepemimpinan kepala sekolah terfokus pada hal-hal substantif yang mengkondisikan sekolahSMAN I Pakem menjadi sekolah pavorit,unggulan, dan menyenangkan. Iklim kelas dalampembelajaran di SMAN I Pakem Sleman cukupkondusif dan mendukung kegiatan pembelajaran.

Page 17: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

216

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

SaranBerdasarkan simpulan di atas maka dapatdirumuskan saran-saran sebagai berikut.Pertama, kepala sekolah perlu melakukanevaluasi secara periodik untuk mendapatmasukan dari guru maupun siswa tentang kondisidan suasana sekolah yang diharapkan.Masukkan tersebut sebagai umpan balik dariguru dan siswa untuk membuat perubahankondisi dan suasana sekolah yang menye-nangkan yang menyangkut aspek-aspeksubstantive yaitu: kepemimpinan kepala sekolah,pendidik dan tenaga kependidikan, lingkungansekolah, sarana dan prasarana, layanan prima,dan iklim kelas. Kedua, dalam kegiatan belajarmengajar guru harus aktif untuk membuat siswasenang dalam mengikuti proses belajar. Suasanaini hanya bisa diciptakan oleh guru. Oleh karena

itu, guru selalu memberikan perhatian danevaluasi diri untuk menciptakan perubahan yangdapat disenangi oleh siswa. Ketiga, upayapenumbuhan nilai-nilai religius, kejujuran, disiplin,tertib/rapi dan tanggungjawab pada diri wargasekolah dalam mewujudkan sekolah menye-nangkan menjadi kunci keberhasilan sekolahdalam mencapai visi dan misi sekolah. Keempat,dalam mewujudkan sekolah yang menye-nangkan, pelibatan komite sekolah sangatdiperlukan. Dengan melibatkan komite sekolahdapat menggali sumberdaya yang ada darimasyarakat. Disamping itu, sekolah memperolehmasukan berupa pemikiran-pemikiran dalammemajukan sekolah. Pelibatan semua komponenwarga sekolah akan memberikan daya dorongbagi sekolah untuk bekerjasama mencapaisekolah yang menyenangkan.

PUSTAKA ACUANAman. 2012. Reformulasi Pembelajaran. Yogyakarta: Pujangga Press.Bell, L & Kent, P. 2010. The Cultural Jigsaw a Case Study The Ways in Which Sixth-Form

Students Perceive School Culture, Belmas, Journal of the Britsh Educational Leadership,Management & Administration Society, 16(2) 38-44.

Darling, L. & Hammond. 2010. Teacher Quality and Student Achievement: A Review of StatePolicy Evidence. Journal Education Policy Analysis Archives. 8(1) 72-89.

Dapiyana. 2008. Peran Guru Sebagai Model dalam Pembelajaran Karakter dan Kebajikan MoralMelalui Pendidikan Jasmani. Jurnal Ilmiah Pendidikan. Cakrawala Pendidikan. IkatanSarjana Pendidikan Indonesia Bekerja Sama dengan LPM UNY, 37(1) 112-126.

Hannerz, U. 2009. Cosmopolitans and Local in World Culture. Journal Theory, Culture, andSociety, 7(2) 79-88.

Kumaris, V. 2014. Soft Skills and Teacher Accountability in The Context of Quality Education.Journal of Education and Psychological Research, (3) 79-80.

Macneil, J.A., Prater, D.L., & Busch, S. 2010. The Effects of School Culture and Climate onStudent Achievement. Journal Leadership in Education, 12(2) 197-209.

Morrison, D.M. & Mokashi K. & Cotter, K. 2011. Instructional quality indicators: Researchfoundations. Cambridge University.

Rahayu, S & Kita, M. 2009. An Analysis of Indonesian and Japenese Students Understanding ofMacroscopic and Submicroscopic Level of Representing Matter and Changes.International Journal of Sciences and Mathematics Education, 8(1) 126-133.

Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen.

Page 18: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

217

Sabar Budi Raharjo dan Lia Yuliana, Manajemen Sekolah untuk Mencapai Sekolah Unggul yang Menyenangkan: Studi Kasus di SMAN 1 SlemanYogyakarta

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016

Sallis, E. 2006. Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu Pendidikan,(Terjemahan Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi). Yogyakarta: IRCiSoD.

Siswanto. 2014. Pengembangan Model Kultur Sekolah. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,18(1) 220-237.

SMA N I Pakem. 2015. Profil SMA Negeri I Pakem Sleman Tahun 2015. Yogyakarta: SMA N IPakem Sleman.

Supriyono, A. 2012. Membentuk Kultur Pembelajaran yang Mendidik. Jurnal Paramita, 22(2) 219-227.

Suryani, N. 2013. Manajemen Pembelajaran Berbasis Kultur di Sekolah. Jurnal Paramita, 23(2)208-219.

Sutopo. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial Budaya. Surakarta: UNSPress.

Zamroni. 2002. Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah. Jakarta: Direktorat pendidikan umum.

Page 19: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD
Page 20: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

Pedoman Penulisan Artikel Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Balitbang Kemdikbud

1. Naskah belum pernah dimuat/diterbitkan di media lain.

2. Naskah diketik dengan memperhatikan kaidah Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

3. Naskah diketik 1,5 spasi pada kertas A4 dengan huruf Verdana berukuran 9, sebanyak

15-30 halaman.

4. Judul artikel maksimal 14 kata (tidak termasuk sub judul dan kata penghubung) ditulis

dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

5. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris antara 150-200 kata dengan

3-5 kata kunci.

6. Naskah yang dimuat dalam jurnal ini meliputi artikel hasil penelitian dan artikel

pemikiran/gagasan yang berhubungan dengan kebijakan pendidikan dan kebudayaan.

7. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, alamat e-mail penulis, abstrak dan

kata kunci (dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris), dan isi. Isi artikel mempunyai

struktur dan sistematika serta persentase jumlah halaman sebagai berikut:

a. Pendahuluan meliputi: latar belakang, perumusan masalah, kajian literatur yang

mencakup kajian teori serta hasil penelitian yang relevan, dan tujuan penelitian

(25%)

b. Metode berisi rancangan/model, populasi dan sampel, data, tempat dan waktu,

teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data (10%)

c. Hasil dan Pembahasan (50%)

d. Simpulan dan Saran (15%)

e. Pustaka Acuan, pada artikel hasil penelitian minimal berjumlah 10. Dari jumlah

tersebut 80% berasal dari sumber primer yaitu artikel yang diterbitkan pada

jurnal/majalah ilmiah, disertasi, dan tesis terbitan 10 tahun terakhir, kecuali

pustaka acuan klasik (tua) yang memang dimanfaatkan sebagai bahan kajian

historis.

8. Artikel kajian/pemikiran/gagasan memuat: judul, nama penulis, alamat e-mail penulis,

abstrak dan kata kunci (dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris), dan isi. Isi artikel

mempunyai struktur dan sistematika serta persentasenya dari jumlah halaman sebagai

berikut.

Page 21: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan

(10%)

b. Kajian literatur dan pembahasan serta pengembangan teori/konsep (70%).

c. Simpulan dan saran (20%)

d. Pustaka Acuan pada artikel kajian/pemikiran/gagasan minimal berjumlah 25. Dari

jumlah tersebut 80% berasal dari sumber primer yaitu artikel yang diterbitkan pada

jurnal/majalah ilmiah, disertasi, dan tesis terbitan 10 tahun terakhir, kecuali

referensi klasik (tua) yang memang dimanfaatkan sebagai bahan kajian historis.

9. Khusus naskah hasil penelitian yang disponsori oleh pihak tertentu harus ada

pernyataan (acknowledgement) yang berisi informasi sponsor yang mendanai dan

ucapan terima kasih kepada sponsor tersebut.

10. Naskah dikirim ke Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan dengan alamat

- email: [email protected] dan [email protected].

- redaksi: Gedung E lantai 2, Jalan Jenderal Sudirman - Senayan, Jakarta Pusat 10270

11. Tata cara penulisan Pustaka Acuan

Cara penulisan acuan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir pengarang,

tahun terbit)

Contoh Rujukan dari buku:

Dekker, N. 1992. Pancasila sebagai Ideology Bangsa: dari Pilihan Satu-satunya ke Satu-

satunya Azas. Malang: FPIPS IKIP Malang.

Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan

diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh huruf a, b,

c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad

judul buku-bukunya. Contoh:

Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans. Altanta GA: Career Ladder

Clearinghouse.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Planning Carrer Ladder: Lesson from the States. Altanta

GA: Career Ladder Clearinghouse.

Rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel (terdapat editornya). Ditambah dengan

ed jika satu editor, eds jika editornya lebih dari satu. Contoh:

Denzin, N.K., Lincoln, Y. S., eds. 2009. Handbook of Qualitative Research. Terj.

Daryatmo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rujukan dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editornya) contoh:

Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.).

Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang:

HISKI Komisariat dan YA3.

Rujukan dari buku yang ditulis lebih dari dua penulis et.al maupun dkk. ditulis lengkap

nama penulis lainnya.

Heo, K. H. G., Cheatham, A., Mary, L. H., & Jina, N. 2014. Korean Early Childhood

Educators’ Perceptions of Importance and Implementation of Strategies to

Address Young Children’s Social-Emotional Competence. Journal of Early

Intervention, 36 (1), hlm. 49-66.

Rujukan dari artikel dalam jurnal, contoh:

Page 22: 6DEDU %XGL 5DKDUMR GDQ /LD

Naga, D.S. 1998. Karakteristik Butir pada Alat Ukur Model Dikotomi. Jurnal Ilmiah

Psikologi, III (4), hlm. 34-42

Rujukan dari artikel dalam majalah atau koran, contoh:

Alka, D.K. 4 Januari 2011. Republik Rawan Kekerasan? Suara Karya, hlm. 11

Rujukan dari Koran tanpa penulis, contoh:

Kompas. 19 September 2011. Sosok: Herlambang Bayu Aji, Berkreasi dengan Wayang

di Eropa, hlm. 16

Rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa

pengarang dan tanpa lembaga, contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. 1990. Jakarta: diperbanyak oleh PT Armas Duta Jaya.

Rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut, contoh:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Rujukan dari karya terjemahan, contoh:

Sztompka, P. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial (Terj. Alimandan) Jakarta: Penerbit

Prenada.

Rujukan berupa skripsi, tesis, atau disertasi, contoh:

Indarno, J. 2002. Kontribusi Penerapan Berbasis Sekolah terhadap Kualitas

Penyelenggaraan Pendidikan Tingkat Dasar di Jawa Tengah. Tesis. Semarang:

Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Rujukan berupa makalah yang disajikan dalam seminar, penataran, atau lokakarya,

contoh:

Siskandar. 2003. Teknologi Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Makalah: Disajikan pada Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran pada

Tanggal 22-23 Agustus 2003 di Hotel Inna Garuda Yogyakarta.

Rujukan dari internet, contoh:

Jamhari, M. Pendekatan Antropologi dalam Kajiann Islam,

http://www.ditpertais.net/artikel/jamhari01.asp. diakses tanggal 15 Januari

2012.