3$1,7,$ 3(0%,1$ .(6(/$0$7$1 '$1 .(6(+$7$1 .(5-$ 3 . …....$7$ 3(1*$17$5 6HVXDL GHQJDQ 8QGDQJ 8QGDQJ...

31
1 PEDOMAN PENGAMANAN KEBAKARAN DI KAMPUS UNIVERSITAS TRISAKTI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3) UNIVERSITAS TRISAKTI 2016

Transcript of 3$1,7,$ 3(0%,1$ .(6(/$0$7$1 '$1 .(6(+$7$1 .(5-$ 3 . …....$7$ 3(1*$17$5 6HVXDL GHQJDQ 8QGDQJ 8QGDQJ...

1

PEDOMAN PENGAMANAN KEBAKARAN

DI KAMPUS UNIVERSITAS TRISAKTI

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3)

UNIVERSITAS TRISAKTI

2016

i

PEDOMAN PENGAMANAN KEBAKARAN

DI KAMPUS UNIVERSITAS TRISAKTI

DISUSUN OLEH :

Penasehat : 1. Prof. Dr. dr. H. A. Prayitno, Sp.KJ(K) 2. Prof. Dr. Itjang D. Gunawan, Ak, MBA 3. Ir. Hj. Asri Nugrahanti, MS, PhD Ketua : Dr. Ir. Hardi Utomo, MS Sekretaris : Dr. Wiratno, SH, MH Anggota : 1. H. Sofan, SH, MH 2. Budi Rahardjo, SE 3. Hj. Muriani, SH, MH 4. dr. Hans Utomo Sutanto, Sp.KK 5. Dr. Muhadi, SH, MM, MH 6. Wahyu Hasianta, ST 7. Djoko Pramono, SH

ii

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Kesehatan dan

Keselamatan Kerja dan mengingat bahwa Universitas Trisakti memiliki komitmen yang tinggi untuk mewujudkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi sivitas akademika dan para komunitas kampus. Dengan demikian, pada seluruh aktivitas di kampus Universitas Trisakti perlu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang terintegrasi.

Sebagaimana diketahui salah satu ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah risiko terjadinya kebakaran. Oleh sebab itu sebagai upaya mengatasi bahaya kebakaran tersebut tentunya diperlukan prosedur yang jelas secara tertulis untuk diketahui, dan dipelajari serta dilaksanakan oleh seluruh warga kampus di lingkup Universitas Trisakti.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan Pedoman Sistem Pengamanan

Kebakaran di kampus Universitas Trisakti maupun penyediaan sarana dan prasarananya. Pedoman ini disusun dan ditujukan khususnya untuk kepentingan seluruh Komunitas Kampus dengan tujuan untuk memastikan komitmen Universitas Trisakti dalam hal penerapan K3 dapat terlaksana secara rutin dan berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, Universitas Trisakti telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang diketuai oleh Direktur Badan Manajemen Kampus.

Mengingat kampus Universitas Trisakti sebagaian besar merupakan gedung bertingkat,

diperlukan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang dapat terjadi setiap saat sehingga kita dituntut untuk selalu waspada.

Untuk itu seluruh komunitas kampus maupun pihak-pihak terkait diwajibkan

melaksanakan dan mentaati ketentuan-ketentuan standar K3 yang disyaratkan dalam buku pedoman ini.

Atas perhatian dan kerjasama semua pihak, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 18 April 2016

Rektor

Prof. Dr. Thoby Mutis

iii

KOMITMEN KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA

DI UNIVERSITAS TRISAKTI

iv

DAFTAR ISI

Daftar Anggota Tim ad Hoc Penyusunan Pedoman Pengamanan Kebakaran di Kampus Usakti………. ...................................................................................................................... i Kata Pengantar .................................................................................................................... ii Komitmen K3...................................................................................................................... iii Daftar Isi .............................................................................................................................. iv Daftar Bagan ....................................................................................................................... v Daftar Lampiran .................................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN

A. Penjelasan Umum ….................................................................................... 1 B. Istilah dan Definisi ……………………………………………………..…… 2

BAB II PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP BAHAYA

KEBAKARAN

A. Pencegahan Kebakaran................... ........................................................... 5 B. Tindakan Apabila Terjadi Kebakaran ......................................................... 5 C. Tindakan Apabila Terjadi Kebakaran di Luar Jam Kerja ………………… 8 D. Tindakan Pasca Kebakaran ........................................................................ 9 E. Pusat Informasi ........................................................................................... 10

Bagan 1: Organisasi Penanggulangan Darurat Kebakaran di lingkungan Usakti ……..…. 11 Bagan 2: Alur Peringatan Dini dan Evakuasi Terhadap Penanggulangan Kebakaran …… 12 Lampiran A Petunjuk Penggunaan APAR ………………………………….…………. 13 Lampiran B Petunjuk Penggunaan Listrik yang Aman ………………………….......... 20 Lampiran C Beberapa contok Narasi Briefing ……………………………...…………. 23 Lampiran D Prosedur Evaluasi ………………………………………………………… 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENJELASAN UMUM

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa dalam upaya mengatasi bahaya kebakaran diperlukan prosedur yang jelas secara tertulis untuk diketahui, dan dipelajari serta dilaksanakan oleh seluruh warga kampus Universitas Trisakti. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwa kebakaran itu dapat dicegah, serta mengutamakan keselamatan dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan dan komunitas kampus dari bahaya kebakaran.

Berdasarkan hal tersebut dan dari pengalaman terjadinya kebakaran pada gedung bertingkat, maka Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) memandang perlu menyusun Pedoman Sistem Pengamanan Kebakaran di kampus Universitas Trisakti Kebakaran gedung pada umumnya disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik/korsleting (kortsluiting). Tetapi terdapat pula potensi lain yang dapat menimbulkan kebakaran, misalnya dapur (pantry), laboratorium, gudang dan panel listrik. Setiap orang yang berada di kampus Usakti wajib mencegah terjadinya kebakaran dan dilarang berbuat atau tidak berbuat yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran di kampus Usakti.

Pada setiap aktivitas belajar mengajar maupun bekerja di kampus terdapat potensi bahaya kebakaran. Beberapa contoh-contoh kasus kebakaran yang pernah terjadi antara lain:

1. Kebakaran di Gedung R, Kampus A Usakti. Penyebab kebakaran diduga akibat dari hubungan arus pendek (korsleting)

2. Korsleting listrik yang menyebabkan kebakaran di salah satu kantin di gedung L, dan satu ruangan lantai dasar gedung D

3. Terbakarnya lantai karpet akibat puntung rokok di ruang kemahasiswaan gedung A lantai 2

4. Kebakaran panel listrik di gedung C akibat masuknya binatang pengerat (terjebak/tersengat listrik)

5. Ledakan gardu listrik di Kampus A (area plaza, dan area samping gedung D) 6. Korsleting dan terputusnya instalasi kabel listrik bawah tanah di samping gedung M 7. Kejutan/sengatan listrik akibat panel yang tergenang banjir di basement gedung M

Pertimbangan utama diperlukannya upaya penanggulangan bahaya kebakaran adalah karena adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat. Kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Misalnya melalui pelatihan atau fire drilling secara berkala diharapkan pengguna gedung mampu mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di tempat kerjanya dan melakukan upaya pemadaman kebakaran secara dini.

Secara ilmiah kebakaran terjadi akibat bertemunya tiga unsur: bahan (yang dapat terbakar); suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah bertemunya salah satu dari dua unsur lainnya.

2

Berdasarkan pemahaman karakteristik kebakaran pada bangunan yang umumnya cellulosic fire maka pengamanan terhadap kebakaran mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pengendalian lewat perancangan bangunan yang diarahkan pada upaya minimasi timbulnya kebakaran dan intensitas terjadinya kebakaran, yang menyangkut minimasi beban api, rancangan sistem ventilasi, sistem kontrol asap, penerapan sistem kompartemenisasi dll yang dikenal sebagai sistem proteksi pasif.

2. Pengendalian lewat perancangan sistem supresi kebakaran untuk meminimasi dampak terjadinya kebakaran, melalui rancangan pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem pemadam basis air (sprinkler, slang kebakaran, hose reel), sistem pemadam basis kimia (APAR, pemadam khusus) dan sarana pendukungnya (disebut sistem proteksi aktif).

3. Pengendalian lewat tata kelola bangunan yang mengantisipasi terjadinya bahaya kebakaran didasarkan pada analisis potensi bahaya kebakaran, analisis resiko dan penaksiran bahaya kebakaran (fire hazard assessment) sesuai tahap-tahap pertumbuhan kebakaran dalam ruangan. Tata kelola ini sering disebut sebagai Fire Safety Management yang mencakup kondisi sebelum, pada saat dan setelah kejadian kebakaran.

Sebab-sebab kebakaran, antara lain:

1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuanpenanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati-hati menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.

2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.

3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar.

4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, menghilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.

B. ISTILAH DAN DEFINISI

1. Kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali

sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa dan harta benda. Kebakaran secara ilmiah dapat diartikan sebagai suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung cepat dari suatu bahan yang disertai dengan timbulnya nyala api atau penyalaan.

2. Ketua Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ketua P2K3) adalah Pejabat Universitas yang bertanggungjawab atas pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran serta mengorganisasikan dan melaksanakan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja, serta memberikan saran dan pertimbangan kepada Pimpinan Universitas mengenai masalah K3 dan penerapannya di lingkup Universitas.

3. Penanggungjawab Gedung: adalah Pejabat Universitas/Fakultas/Program Pascasarjana yang secara ex officio dijabat oleh Ka. BAUM di tingkat Universitas, Wakil Dekan II di tingkat Fakultas dan Asisten Direktur II Program Pascasarjana.

4. Pemimpin Lantai (floor captain) adalah Petugas yang ditunjuk oleh Pimpinan Fakultas/Program Pascasarjana/Unit untuk melakukan pencegahan dan

3

penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, keselamatan dan kesehatan kerja di tiap lantai yang menjadi tanggungjawabnya.

5. Petugas Lantai adalah Petugas yang ditunjuk oleh Pimpinan Fakultas/Program Pascasarjana/Unit yang disetujui oleh Pemimpin Lantai untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, keselamatan dan kesehatan kerja di tiap lantai yang menjadi tanggungjawabnya.

6. Koordinator Logistik dan Perlengkapan adalah petugas di setiap kampus yang ditunjuk oleh Pimpinan Universitas/Fakultas untuk menyiapkan dan menyediakan dukungan logistik dan perlengkapan pada saat terjadinya kebakaran , kebanjiran dan gempa.

7. APAR atau Alat Pemadam Api Ringan (fire extinguisher) adalah alat yang dipakai untuk memadamkan api/kebakaran pada tahap dini untuk mencegah kebakaran berskala besar.

8. Assembly point (titik kumpul) / muster point (tempat berkumpul) adalah tempat evakuasi sementara untuk tiap kejadian kebakaran, gempa bumi, tumpahan bahan kimia, bencana alam, huru hara dan lain-lain.

9. Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas kepada kehidupan masyarakat dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.

10. Pintu Darurat (Emergency exit) adalah pintu keluar darurat yang dapat diakses apabila terjadi keadaan darurat.

11. Jalur Darurat (Emergency route) adalah rute darurat yang digunakan apabila terjadi keadaan darurat.

12. Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal, terjadi tiba-tiba, menganggu kegiatan/organisasi/komunitas dan perlu segera ditanggulangi.

13. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

14. Tanda peringatan adanya keadaan bahaya adalah bunyi alarm panjang sebanyak satu kali. Bila keadaan telah aman akan diumumkan kembali dengan alarm pendek sebanyak tiga kali.

15. Komunitas kampus adalah seluruh dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan dan orang-orang yang aktif bekerja di kampus Universitas Trisakti.

Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan arahan yang jelas bagi seluruh warga

kampus dalam menangani bahaya kebakaran secara terorganisir dan terpadu dalam bertindak sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Pedoman sistem pengamanan kebakaran juga sebagai petunjuk kepada karyawan, mahasiswa dan komunitas kampus lainnya dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran.

Dengan memahami pedoman ini diharapkan dapat tercapai keterpaduan langkah dari semua unsur terkait dalam penanganan bahaya kebakaran di gedung bertingkat Universitas Trisakti, sehingga tercipta suasana aman dan selamat di kampus Usakti.

BAB II

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP

4

BAHAYA KEBAKARAN

A. PENCEGAHAN KEBAKARAN

1. Bagi Karyawan, Mahasiswa, dan Komunitas Kampus lainnya wajib mencegah

bahaya kebakaran dengan cara: a. Mematuhi peraturan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. b. Memberitahukan/melaporkan kepada petugas yang berwenang apabila

menemukan/mengetahui adanya indikasi sumber bahaya kebakaran. c. Tidak melakukan perbuatan yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran antara lain:

1) Tidak membuang puntung rokok yang masih menyala secara sembarangan 2) Menggunakan stop kontak sesuai dengan kapasitasnya (tidak lebih dari 1.500

watt untuk 1 stop kontak) 3) Selalu mencabut/mematikan peralatan elektronik dari stop kontak, setelah tidak

lagi mempergunakannya 4) Menjaga agar seluruh peralatan pemadam kebakaran ringan (APAR) yang

tersedia tidak terhalang barang apapun 5) Menjaga agar jalur menuju pintu darurat tidak terhalang meja, almari, filling

cabinet dan barang lainnya 6) Membebaskan ruang tangga darurat dari barang apa pun. 7) Tidak diperkenankan menggunakan kompor gas dan listrik 8) Tidak diperbolehkan menambahkan daya listrik termasuk alat-alat elektronik

tanpa izin tertulis dari Biro Administrasi Umum (Baum)

2. Bagi pengunjung/tamu a. Mematuhi peraturan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran b. Mencegah dan tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya

kebakaran c. Memberitahukan/melaporkan kepada karyawan yang berada di dekatnya apabila

mengetahui/menemukan adanya indikasi yang bisa menimbulkan kebakaran.

B. TINDAKAN APABILA TERJADI KEBAKARAN

1. Tanda-tanda apabila terjadi kebakaran a. Apabila timbul asap atau panas yang cukup banyak untuk smoke detector atau

sprinkler, maka alarm akan berbunyi secara otomatis pada lokasi/lantai yang bersangkutan, satu lantai di atasnya dan satu lantai di bawahnya.

b. Pada panel induk alarm akan menunjukkan lokasi/zona terjadinya kebakaran. Dengan demikian petugas teknik/panel dengan cepat bisa mendatangi lokasi kebakaran.

c. Ada kemungkinan bel alarm tidak/belum berbunyi meskipun telah terjadi kebakaran. Dalam keadaan demikian karyawan agar segera memecahkan kaca yang bertuliskan "Smash Glass" pada lantai yang mengalami kebakaran tersebut dan segera menginformasikan kepada Pemimpin Lantai (floor captain) dan piket mekanikal serta satpam atau menghubungi Biro Administrasi Umum pada ext 8153/8160

d. Petugas yang menerima laporan terjadinya kebakaran agar segera meneruskan atau menghubungi UPT Otorita Kampus di ext 8166/8167 atau TU Fakultas masing-masing.

5

2. Prinsip Penanggulangan Kebakaran

Apabila terjadi kebakaran, segera melakukan tindakan pertama yang cepat dan tepat: a. Memadamkan sumber api awal (api kecil) b. Memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam kebakaran ringan yang

tersedia (APAR) c. Seoptimal mungkin melokalisir area kebakaran d. Melakukan tindakan penyelamatan terhadap manusia, dokumen, uang dan barang-

barang/peralatan penting yang berada di dalam kampus Universitas Trisakti

3. Apabila terjadi kebakaran pada jam kerja a. Dosen, tenaga kependidikan, mahasiwa dan Komunitas Kampus lainnya yang

mengetahui terjadinya kebakaran segera melapor kepada Pemimpin Lantai (floor captain), selanjutnya petugas tersebut melakukan tindakan: 1) Berusaha memadamkan api dengan APAR yang ada, sementara petugas teknik

akan mematikan aliran listrik pada lantai tersebut. 2) Yang perlu diperhatikan petugas pada saat memadamkan api dengan

menggunakan APAR : a) Kebakaran pada barang-barang yang dialiri listrik dipadamkan dengan

menggunakan APAR Gas CO2 warna merah atau hijau terletak di setiap lantai

b) Kebakaran pada barang-barang lainnya menggunakan APAR Busa Kimia (Foam) warna merah.

3) Apabila api tidak bisa dipadamkan dengan menggunakan APAR, maka Petugas Lantai agar memadamkan api dengan menggunakan Hydrant Cabinet. Caranya adalah membuka Hydrant Cabinet, menarik selang air dan membuka kran dalam kabinet. Selanjutnya menyemprotkan semprotan air ke arah api. Penyemprotan ini dilakukan setelah yakin aliran listrik pada lantai tersebut sudah dipadamkan oleh petugas teknisi.

4) Petugas Lantai lainnya terutama yang berlokasi di lantai terdekat dengan lokasi kebakaran agar membantu memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam kebakaran yang tersedia

5) Apabila kebakaran tidak dapat dikendalikan, maka Pemimpin Lantai (floor captain) segera melapor kepada Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta.

b. Teknisi Biro Administrasi Umum, Subag Umum Setelah teknisi mengetahui adanya kebakaran di lantai tertentu, segera menuju lantai tersebut untuk: 1) Mematikan aliran listrik pada lantai yang bersangkutan (mematikan aliran

listrik keseluruhan bila perlu), bersamaan dengan itu petugas yang lain siap mengoperasikan: a) Genset b) Pompa-pompa instalasi sprinkler dan hydrant c) Smoke fan dan pressure fan

2) Teknisi tersebut harus selalu siap berkoordinasi/berhubungan dengan Pemimpin Lantai (floor captain) dan UPT Otorita Kampus.

3) Menurunkan secepat mungkin karyawan atau dokumen melalui lift apabila api masih dapat dikendalikan dan sepanjang lift masih dapat dipergunakan. Perlu diingat bahwa pada prinsipnya bila terjadi kebakaran kecil atau besar lift tidak boleh dipergunakan untuk evakuasi, evakuasi hanya dapat dilakukan melalui tangga darurat.

6

4) Apabila api semakin besar, petugas lift mematikan lift dimana kedudukan carlift berada di lantai dasar.

c. Petugas UPT Otorita Kampus Setelah diketahuinya terjadikebakaran pada lantai tertentu, maka: 1) Petugas Satpam yang sedang bertugas di dalam gedung segera naik ke lantai

yang mengalami kebakaran untuk ikut membantu memadamkan sumber api dan membimbing serta menertibkan karyawan, mahasiswa dan komunitas kampus lainnya dalam melaksanakan evakuasi melalui tangga darurat.

2) Ikut membantu menyelamatkan dan mengamankan manusia, dokumen, uang, peralatan/barang penting.

3) Apabila api semakin membesar, maka dokumen dibawa keluar gedung dan diamankan/dijaga.

4) Apabila kebakaran ternyata tidak terkendalikan, maka evakuasi karyawan secara besar-besaran akan terjadi. Dalam keadaan ini maka petugas Satpam yang sedang bertugas segera: a) Menjaga pintu halaman depan dan melarang masuk kendaraan kecuali mobil

pemadam kebakaran, mobil polisi dan mobil ambulans. b) Mengatur karyawan, mahasiswa dan komunitas kampus lainnya yang

dievakuasi setelah sampai di bawah dan mempersilakan mereka meninggalkan halaman agar tidak mengganggu jalannya pemadaman api.

c) Mengatur kendaraan yang ada pengemudinya untuk segera keluar halaman melalui pintu keluar.

d) Menjaga pintu masuk gedung dan melarang orang lain tidak berkepentingan memasuki lokasi kebakaran.

5) Mematuhi instruksi Pimpinan Otorita Kampus 6) Dalam hal ini peralatan yang harus disiapkan/disediakan antara lain:

a) Megaphone b) Handy Talky c) Peluit

d. Tim Pusat Medis Trisakti, berkewajiban untuk: 1) Menolong dan merawat apabila ada korban yang terluka karena kejadian ini. 2) Menyiapkan obat-obatan. 3) Menyiapkan tandu dan ambulans 4) Bilamana diperlukan menghubungi rumah sakit terdekat untuk minta bantuan. 5) Peralatan yang perlu dipersiapkan:

a) Obat-obatan dalam jumlah dan jenis yang mencukupi b) Tandu c) Ambulans

e. Humas Universitas Trisakti berkewajiban untuk: 1) Membantu memberikan informasi tentang terjadinya kebakaran kepada

dosen,tenaga kependidikan, mahasiswa dan komunitas kampus lainnya 2) Melakukan koordinasi dengan pimpinan Universitas/Fakultas/Program

Pascasarjana mengenai tindaklanjut atas dampak kebakaran f. Hal penting lain yang wajib diketahui dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan

Komunitas Kampus lainnya, apabila terjadi kebakaran: 1) Bersikap dan bertindak tidak panik 2) Membantu mematikan listrik 3) Mendengarkan pengumuman melalui pengeras suara

7

4) Mematuhi instruksi-instrusi yang diberikan oleh masing-masing atasan pada setiap lantai yang bersangkutan

5) Meninggalkan tempat/ruang kerja menuju pintu darurat yang terdekat (membawa dokumen-dokumen penting yang perlu diselamatkan bila memungkinkan).

6) Melakukan evakuasi sesuai dengan petunjuk: arah evakuasi, tidak menggunakan lift atau tangga penghubung (sangat berbahaya)

7) Masing-masing pejabat/atasan pada setiap lantai agar ikut menertibkan karyawan dalam proses evakuasi.

8) Perlu diketahui lampu penerangan pada tangga darurat selalu menyala pada setiap saat.

9) Perhatikan orang tua dan hamil berkumpul di tempat yang ditentukan. g. Tindak lanjut setelah Dinas Pemadam Kebakaran tiba di tempat.

Apabila kebakaran yang terjadi tidak dapat diatasi oleh unsur Satuan Internal diperlukan bantuan Dinas Pemadam Kebakaran setempat. Setelah Dinas Pemadam Kebakaran tiba di tempat, hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah: 1) Upaya pemadaman api dikoordinir/ditangani langsung oleh Petugas Dinas

Pemadam Kebakaran. 2) Dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan Komunitas Kampus lainnya tetap

membantu sesuai dengan fungsinya dan tidak bergerombol sehingga mengganggu jalannya pemadaman api.

C. TINDAKAN APABILA TERJADI KEBAKARAN DI LUAR JAM KERJA

1. Satuan Pengaman (Petugas Piket) yang sedang bertugas agar segera mengambil

tindakan seperti apa yang tercantum dalam BAB II.B di atas disesuaikan dengan kondisi yang ada.

2. Satuan Pengaman (Petugas Piket) segera melapor secara berjenjang kepada Pimpinan Otorita Kampus, Pimpinan P2K3 dan Pimpinan Universitas.

3. Komandan Regu Satuan Pengaman (Petugas Piket) bertindak sebagai Kepala Pemadam Kebakaran.

4. Apabila terjadi kebakaran besar, Satuan Pengaman (Petugas Piket) segera menghubungi semua petugas yang tercantum dalam organisasi penanggulangan keadaan darurat kebakaran dan pejabat yang ditunjuk serta menghubungi Dinas Kebakaran DKI Jakarta untuk meminta bantuan.

5. Apabila kebakaran besar telah dapat diatasi, Satuan Pengaman (Petugas Piket) membuat Berita Acara.

6. Satuan Pengaman (Petugas Piket) bertindak sebagai Pasukan Pemadam Inti dan segera melakukan pemadaman api dengan fasilitas yang ada (hydrant, tabung air dan lain sebagainya)

7. Apabila kebakaran kecil telahdapat diatasi, Satuan Pengaman (Petugas Piket) membuat Berita Acara.

8. Petugas-petugas jaga lainnya seperti petugas jaga keamanan, teknisi dan karyawan-karyawan yang sedang melaksanakan kerja lembur, diharapkan membantu kelancaran pelaksanaan usaha penanggulangan kebakaran.

D. TINDAKAN PASCA KEBAKARAN

8

Direktur Lembaga Manajemen Kampus selaku Ketua Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3) melaporkan secara tertulis kepada Rektor dengan tembusan kepada Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan mengenai korban manusia, kerugian harta benda dengan perkiraan biayanya.

E. PUSAT INFORMASI

1. Lembaga Manajemen Kampus (LMK) Usakti: Telp. (021) 5663232 ext 8200, Email: [email protected] Website: http://blog.trisakti.ac.id/smk3/ Facebook: @MANAJEMEN KAMPUS UNIVERSITAS TRISAKTI

2. Biro Sumber Daya Manusia (BSDM) Usakti: Telp (021) 5663232 ext 8121 Website:http://bsdm.trisakti.ac.id/

3. Biro Administrasi Umum (BAUM) Usakti: Telp (021) 5663232 ext 8148 Website: http://baum.trisakti.ac.id/

4. UPT Otorita Kampus Usakti: Telp (021) 5663232 ext 8169 5. Pusat Medis Trisakti: (021) 56971683 Fax. 56971684 6. Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan (FALTL) Usakti

Website: http://www.trisakti.ac.id/faltl/ 7. Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Trisakti

F. NOMOR TELEPON PENTING 1. Pemadam Kebakaran: 113

a. Sudin Jakarta Barat 568-2284/5607323 b. Sudin Jakarta Pusat 634-4215 c. Sudin Jakarta Selatan 7515054/769-4519 d. Sudin Kota Bekasi 889-57805 e. Sudin Kabupaten Bekasi 883-36732 f. Damkar Kab. Bogor 021-8753547

2. Ambulans: 118 (PMI DKI Jakarta 390-9422) 3. Polisi: 112

a. Polres Metro Jakarta Barat 530-0330 (Pelayanan Masyarakat 548-2371) b. Polsek Metro Tanjung Duren 566-4810 c. Pos Pol Grogol 567-1123 d. Pos Pol Tomang 567-1934 e. Polres Metro Jakarta Selatan 720-6004 (Pelayanan Masyarakat 720-6011) f. Polsek Metro Setia Budi 525-0072 g. Pos Pol Kuningan 570-3388 h. Polres Metro Jakarta Pusat 390-0440 (Pelayanan Masyarakat 390-9922) i. Polsek Metro Cempaka Putih 424-0963 j. Polres Kabupaten Bekasi 8911-3533 k. Polsek Metro Jagakarsa 786-4446 l. Pos Pol Ciganjur 787-2023

4. SAR Nasional: 115 (021 3521111/5501111/5501512) 5. PLN: 123 (Jakarta: 021 3511191/3443036/3863813/3860906) 6. PDAM Wilayah Barat (Palyja) 579-86555 dan PDAM Wilayah Timur (TPM) 577-

2010 7. RUMAH SAKIT

a. RS Sumber Waras Grogol 568-2011

9

b. RS Siloam Kebon Jeruk 567-7888 c. RS Harapan Kita Slipi 568-2424 d. RS Pelni Petamburan 548-0608 e. RSAL Dr. Mintohardjo 570-3081 f. RS MMC Kuningan 520-3435 g. RS Pertamina Pusat 720-0290 h. RSPAD Gatot Subroto 344-1008 i. RS Cipto Mangunkusumo 391-8301 j. RS St Carolus 390-4441 k. RS Islam Jakarta 424-4208

BAGAN I

ORGANISASI PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN

DILINGKUNGAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Ketua P2K3

10

Pemimpin Lantai)

UPT Otorita Kampus

DinasDamkar

Regu Pemadam

Koord Logistik dan Perlengkapan

Regu Evakuasi

Regu Penyelamat

Lantai

Pusat Medis Trisakti

UPT Humas

Petugas Lantai

Penanggungjawab Gedung

11

12

LAMPIRAN A

PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

1. Peralatan Pemadaman Kebakaran

Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perludisediakan peralatan pemadam

kebakaran yang sesuai dan cocok dengan bahan/benda yang terbakar. 2. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect),sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak air dekatdaerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.

b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya denganmenimbunkan pada benda yang terbakar menggunakansekop atau ember

c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektifuntuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran kecil, luasnya minimal 2 kali luaspotensi api.

d. Tangga, dan alat sejenis lainnya yg berfungsi sebagai alat bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dankonstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (drychemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.

4. Karakteristik APAR

a. APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan yang terbakar.

b. APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar

c. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8 detik.

d. Bila telah dipakai harus diisi ulang e. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

13

5. Alat Pemadam Kebakaran Besar

Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis. Alat pemadam besar dapat dikelompokkan menjadi: a. Sistem hidrant mempergunakan air sebagai pemadam api. Terdiri atas pompa, saluran

air, pilar hidran (di luar gedung), boks hidran (dalam gedung) berisi : slang landas, pipa kopel, pipa semprot dan kumparan slang

b. Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran.

c. Sistem pemadam dengan gas. 6. Pedoman Singkat Antisipasi Dan Tindakan Pemadaman Kebakaran

a. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.

b. Siagakan APAR selalu siap pakai.

Gambar: Contoh cara penggunaan alat pemadam api ringan

Prosedur penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR): 1) Ambil APAR pada tempatnya. 2) Berdirikan alat pengaman piringan miring kedepan. 3) Tarik tuas dan pin pengunci. 4) Angkat tegak lurus. 5) Tes dengan menyemprotkan ke udara. 6) Arahkanke api. 7) Tekan tombol penyemprot. 8) Semprot kan dari sisi ke sisi.

14

SOP penggunaan APAR 1) Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau 2) Bawa ke sumber api dan jaga jarak ± 3 m, dan jangan melawan arah angin 3) Bentangkan hose (selang penghantar media tabung) pada posisi lurus dan arahkan

ke sumber api dan semprotkan sampai padam

Hal lain yang perlu diperhatikan saat menggunakan APAR, yaitu: 1) Sebelum menggunakan APAR untuk pertama kalinya, tes jangkauan semprotan

APAR dengan menyemprotkannya ke udara. 2) Perhatikan arah angin, lakukan semprotan dari belakang arah angin, sehingga

lidah api tidak tertuju pada kita

Posisi kode penempatan APAR 1) Mudah dijangkau 2) Tidak terhalang/tertutup benda lain 3) Ditandai dengan rambu “APAR”

15

7. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai

Gambar: Jenis-jenis APAR

Karakteristik APAR: Berat:≤ 16 kg.Jenis: busa/foam, gas (CO2 dan BCP/hallon), dry chemical/powder

8. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk

pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.

9. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.

16

10. Fasilitas Penunjang

Keberhasilan pemadaman kebakaran juga ditentukan oleh keberadaan fasilitas penunjang yang memadai, antara lain :

a. Fire alarmsecara otomatis akan mempercepat diketahuinya peristiwa kebakaran. Beberapa kebakaran terlambat diketahui karena tidak ada fire alarm, bila api terlanjur besar maka makin sulit memadamkannya.

b. Jalan petugas, diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu

17

jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas : 1) Daun pintu dapat dibuka keluar 2) Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci 3) Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit

c. Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7 jam

Gambar: Prosedur Kebakaran

18

19

LAMPIRAN B

Petunjuk Penggunaan listrik Yang Aman 1. Penyebab Kebakaran Karena Listrik

Proses terjadinya energi panas karena listrik sehingga dapat menyebabkan kebakaran dapat terjadi dari beberapa sebab, yaitu:

a. Hubungan Singkat Langsung (Dead Short Circuits) b. Hubungan Singkat Tak langsung (Limited Short Circuit) c. Pembebanan & pemanasan lebih (Overloaded & Over heating Circuit) d. Arus Bocor (Leakage Current) e. Penyambungan dan pemutusan aliran listrik (Electrical Contacts & Spark)

Hubungan Singkat Langsung (Dead Short Circuits):Hubungan Singkat Langsung adalah hubungan singkat yang terjadi antara hantaran fasa dengan hantaran netral secara langsung.Kejadian ini umumnya berlangsung sangat singkat karena pengaman (fuse /MCB) bekerja dengan cepat sehingga tidak menimbulkan panas yang berlebihan. Persoalan akan muncul jika kapasitas pengamannya tidak sesuai (terlalu besar), maka penghantar akan mengalami pemanasan berlebihan yang dapat memicu terjadinya kebakaran awal. Hubungan Singkat Tak langsung (Limited Short Circuit): Hubungan Singkat Tak langsung adalah hubungan singkat yang terjadi karena adanya material yang menghubungkan hantaran fasa dan hantaran netral sehingga arus hubungan singkatnya belum mengaktifkan pengaman untuk bekerja. Oleh sebab itu percikan (spark) atau loncatan api (flash) yang terjadi berlangsung lama. Kejadian ini disusul terjadinya proses pemanasan berkelanjutan sehingga terjadi api (self-sustaining exothermic oxidation reaction or fire). Pembebanan & Pemanasan Lebih (Overloaded & Over heating Circuit): Pembebanan lebih adalah kejadian dimana suatu rangkaian dibebani arus cukup besar melebihi kemampuan hantaran arus (KHA). Pemanasan lebih adalah kejadian dimana suatu rangkaian dibebani arus tidak melebihi kemampuan hantaran arus (KHA) tetapi mengalami pemanasan melebihi batas yang diijinkan. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh: a. Pengaman cabang atau induk kapasitasnya melebihi besaran standar. b. Adanya arus harmonik yang besar. c. Sistem instalasi yang tidak benar. Meskipun kabel didesain cukup, tetapi karena lokasi

sirkit yang tidak memenuhi syarat dapat memicu terjadinya panas yang berlebihan (excess heat) yang bisa menyebabkan timbulnya api pemicu kebakaran awal. Sebagai contoh, kabel rol yang dibentang diatas lantai kemudian ditutup karpet. Karena ditutup karpet, panas yang terjadi akan berakumulasi sehingga isolasi rusak. Kabel rol, terdiri dari kabel serabut, karena panas yang berlebihan akhirnya satu persatu serabutnya putus dan pada kondisi tertentu akan terjadi ”spark and flashing” sehingga terjadi api kebakaran awal yang mengenai karpet dan api semakin membesar.

Arus Bocor (Leakage Current)Arus bocor terjadi jika ada degradasi kualitas isolasi dari komponen instalasi, misalnya kerusakan isolasi kabel. Sebagai contoh, misalnya kabel terkelupas kemudian terkena air, maka air akan mengalirkan arus listrik yang menimbulkan panas. Karena kontaminasi diudara bermacam-macam (garam) maka pada titik bocor tersebut akan terjadi lintasan panas (api).

20

Penyambungan Dan Pemutusan Aliran Listrik (Electrical Contacts & Spark) Penyambungan dan pemutusan aliran listrik (menyalakan lampu) dapat menimbulkan percikan api jika saklar kurang baik dan under capacity. Jika saklar tersebut berada pada ruangan yang mengandung gas yang mudahterbakar, maka selama lampu menyala, saklar akan mengalami sparking, selanjutnya apabila gas elpiji di dapur (pantry) mengalami kebocoran bisa menimbulkan kebakaran. Demikian juga sparkdan flashingdapat terjadi pada sambungan sambungan kabel instalasi. Kesalahan Tindakan Manusia (Human Error) Banyak lokasi kebakaran disebabkan oleh faktor human error. Hal ini karena sebagian masyarakat masih sangat awam dan kurang paham terhadap listrik sehingga sering kali bertindak sembrono atau teledor dalam menggunakan listrik, tidak mengikuti prosedur dan metode penggunaan listrik secara benar menurut aturan, sehingga terjadilah kebakaran yang tidak sedikit kerugiannya. Usaha yang bisa dilakukan untuk menekan terjadinya kebakaran adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna listrik untuk tidak melakukan tindakan illegalatau cerobohdalammempergunakan listrik.

2. Model Instalasi Listrik

a. Mendeteksi adanya api listrik Adanya percikan api listrik dapat dideteksi dengan beberapa cara antara lain: 1) a.Ultrasonik detektor. 2) b.Rangkaian elektronik (photo detektor). 3) c.Mendeteksi arus bocor dari percikan api listrik. Titik rawan terjadinya percikan api listrik umumnya pada sambungan sambungan kabel atau pada terminal. Mengingat jumlah titik sambung yang cukup banyak maka cara (a) dan (b) tentu akan sangat mahal biayanya. Alternatif yang cukup murah adalah memanfaatkan kotak sambung yang ada, dengan cara (c), yaitu dengan memanfaatkan box metal, dilengkapi dengan saluran pentanahan dan dikoordinasikan dengan ELCB (Earth Leak Circuit Breaker). Peletakan sambungan didalam box metal hendaknya diatur sedemikian rupa supaya jika ada percikan api (arus bocor) akan mengenai percikan api ini cukup besar tentunya arus bocor yang mengalir cukup besar (>30mA)sehingga LBC akan memutuskan suplai tegangan ke rangkaian tersebut dan percikan api terhenti. Model rangkaiannya seperti ditunjukkan pada Gambar berikut:

Gambar: Rangkaian deteksi dan pengaman percikan api listrik

21

Rangkaian deteksi dan pengaman percikan api listrik. Pemasangan ELCB harus diatur sedemikian rupa supaya pada saat ada gangguan tidak terjadi pemutusan total. Dengan dipasangnya ELCB yang peka, ini merupakan jaminan terhadap mutu instalasi dan keselamatan dari bahaya listrik, khususnya bahaya tegangan sentuh.

b. Pemilihan Jenis Kabel untuk menghambat penyebaran api

Api dapat tersebar dengan cepat melalui sejumlah kabel yang terletak pada riser shaftatau cable traykarena 50% dari kabel adalah berupa isolasi dan setiap jenis isolasi kabel mempunyai kandungan fuel elementyang berbeda. Oleh sebab itu, dalam pemilihan jenis kabel harus diperhatikan beberapa hal antara lain:Fuelelement, Heat release dan Toxicitykarena hal ini sangat menentukan kondisi yang akan terjadi pada saat terjadi kebakaran. Demikian pula sarana khusus seperti instalasi fire alarm, emergency lightingdan lift harus mendapat perhatian khusus Setiap pengguna gedung wajib meningkatkan kesadaran diri tentang budaya keamanan dan keselamatan dan menerapkan hal-hal berikut selama berada di dalam gedung dan lingkungan kerja : 1) Selalu mematikan peralatan listrik yang sudah tidak digunakan lagi. Jangan biarkan

kabel listrik, telepon, internet yang terjuntai ke lantai. 2) Penggunaan alat harus sesuai dengan petunjukpenggunaannya. Penggunaan alat

harus disesuaikan dengan daya atau kemampuan kerja alat tersebut. 3) Setiap orang yang menggunakan alat, telah memiliki keahlian dan

keterampilandalam mengoperasikannya. 4) Anda juga harus telah mengetahui kelebihan dan kelemahan dan bahaya yang

mungkin timbul sebagai akibat dari alat kerja yang digunakan. 5) Untuk menghindari timbulnya bahaya listrik, janganmembebani listrik secara

berlebihan. Periksalah secara rutin kondisi dari sambungan-sambungan kabel dan steker. Jagalah kabel-kabel listrik bebas dari daerah pejalan kaki.

LAMPIRAN C

22

BEBERAPA CONTOH NARASI SAFETY BRIEFING

Contoh 1 Narasi Safety Briefing (Bahasa Indonesia)

Untuk Auditorium Gedung D Lantai 8 Kampus A Usakti Safety Briefing siap dimulai Mohon perhatikan dengan seksama tayangan berikut ini. Sebelum kegiatan ini dimulai, kami akan menyampaikan tentang prosedur keselamatan di ruangan ini. Safety briefing ini dipersembahkan oleh Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti. Pertama, pastikan ponsel anda dalam keadaan non-aktif atau dalam keadaan silent. Tidak diperbolehkan merokok baik di dalam ataupun di luar auditorium. Saat ini kita berada di auditorium lantai 8 Gedung D, Universitas Trisakti. Auditorium ini mempunyai tiga pintu dan tiga tangga darurat yang disediakan untuk keadaan darurat. Pintu pertama berada di samping panggung sebelah kiri anda. Pintu kedua berada di samping panggung sebelah kanan anda Dan pintu ketiga berada di bagian tengah samping kanan anda. Jangan letakkan tas atau barang lainnya di depan pintu darurat. Tangga darurat pertama berada di depan ruangan auditorium. Tangga darurat kedua berada di samping auditorium. dan tangga darurat ketiga berada di belakang auditorium. Jika terjadi gempa bumi, kebakaran ataupun mendengar sirine, Panitia akan memberitahukan agar acara berhenti dan akan membimbing anda menuju pintu dan tangga darurat yang ada. Rute pertama, melalui Pintu pertama, menuju ke tangga darurat pertama. Rute kedua, melalui pintu kedua atau ketiga, menuju ke tangga darurat kedua. Rute ketiga, melalui pintu kedua dan ketiga, menuju ke tangga darurat ketiga. Jika anda berada di ruangan VIP, segera keluar dan langsung menuju tangga darurat kedua. Jangan panik, cari dan pastikan pintu dan tangga darurat yang terdekat dengan posisi anda. Jangan menggunan lift saat terjadi keadaan darurat. Titik kumpul berada di depan dan di samping kanan gedung D. Terima kasih atas perhatian anda dan selamat beraktivitas. Safety briefing ini dipersembahkan oleh Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti.

Contoh 2 Narasi Safety Briefing (Bahasa Inggris)

23

Auditorium 8th floor, D building, Trisakti University Safety Briefing ready to begin Please watch this video carefully before we start this event, let us enlighten you with safety procedure of this room. First, make sure your phone is turn off or in the silent mode Smoking is prohibited in or out of this room. Now, we are in the auditorium 8th floor, D building, Trisakti University. This auditorium has 3 doors and 3 emergency stairs for emergency situation. First door is located beside the stage on your left. Second door is located beside the stage on your right. And the third door is located at the center on you right. do not leave any your bag or the other thing in front of the emergency doors. First emergency stair is located in front of this auditorium. Second emergency stair is located beside of this auditorium and the third stair is located behind this auditorium. In case of earthquake, fire or hear the bell rings, comittees will stop this event and lead you to evacuation routes. If you're in the VIP room, go out and go to second emergency stair. Do not panic, make sure the emergency door and stair nearest of you Avoid using lift in emergency case. Muster point is located in front of ad on the right side of D Building. Thank you for your attention, we wish you enjoy your activity today. This safety briefing is proudly present by Faculty of Earth Technology & Energy, Trisakti University.

Contoh 3 Narasi Safety Briefing (Bahasa Indonesia)

24

Untuk Ruang Utama Lantai 12 Gedung M Kampus A Usakti Safety Briefing siap dimulai... Mohon perhatikan dengan seksama Sebelum kegiatan ini dimulai, kami akan menyampaikan tentang prosedur keselamatan di ruangan ini. Safety briefing ini dipersembahkan oleh Lembaga Manajemen Kampus Universitas Trisakti. Pertama, pastikan ponsel anda dalam keadaan non-aktif atau dalam keadaan silent. Tidak diperbolehkan merokok baik di dalam ataupun di luar ruangan utama. Saat ini kita berada di ruang utama lantai 12 Gedung M atauGedung Dr. Syarief Thayeb Universitas Trisakti. Ruang utama ini mempunyai dua pintu masuk/keluar ruangan serta dua pintu service dan dua tangga yang berfungsi berbeda sesuai namanya; Satu tangga darurat sebagai alternatif untuk naik/turun di tiap lantai gedung atau digunakan sekiranya lift sedang tidak berfungsi. Ditambah satu tangga kebakaran yang digunakan pada saat kebakaran. Perlu anda ketahui, tangga darurat gedung telah didesain sedemikian rupa, sehingga dapat berfungsi pula sebagai tangga kebakaran (kedua pintu disamakan berwarna kuning). Antara lain, dalam hal ketebalan dinding, material yang kuat terhadap kebakaran, diberi lampu emergency otomatis, memiliki pressure fan, dan pintu besi tahan api. Kami ulangi untuk menjadi perhatian... Pintu pertama berada di depan sebelah kanan anda. Pintu kedua berada di belakang sebelah kanan anda Dan pintu service (dgn material kaca). Posisinya di bagian depan sebelah kanan, dan sebelah kiri anda. Tangga darurat (berpintu kuning) berada di koridor depan pintu lift. Tangga kebakaran berada di dalam ruang utama, di belakang sebelah kiri anda (lihat pintu berwarna kuning).Jangan letakkan tas atau barang lainnya di depan pintu tangga darurat maupun pintu tangga kebakaran. Jika terjadi gempa bumi, kebakaran ataupun mendengar sirine, Panitia akan memberitahukan agar acara berhenti dan akan membimbing anda menuju pintu dan tangga darurat/tangga kebakaran yang ada. Rute pertama, melalui pintu pertama (di depan), menuju ke tangga darurat di depan lift (pintu kuning) Rute kedua, melalui pintu tangga kebakaran (pintu kuning) yang ada di belakang ruangan ini. Rute ketiga, melalui pintu kedua (di belakang), menuju ke tangga darurat di depan lift (pintu kuning) Ingat jangan panik, cari dan pastikan pintu dan tangga darurat/kebakaran yang terdekat dengan posisi anda. Jangan menggunan lift saat terjadi keadaan darurat. Buatlah barisan yang akan

25

dipandu oleh petugas, bertindaklah sesuai instruksi. Cukup berjalan cepat dan tertib, agar semua selamat. Selanjutnya berkumpul di muster point/titik kumpulyg berada di parkiran depan gedung M dan laporkan diri pada saat perhitungan orang (head count). Terima kasih atas perhatian anda dan selamat beraktivitas. Safety briefing ini dipersembahkan oleh Lembaga Manajemen Kampus, Universitas Trisakti.

LAMPIRAN D

26

PROSEDUR EVAKUASI

1. Segera tinggalkan gedung sesuai dengan petunjuk team evakuasi tanggap darurat atau ikuti arah jalur evakuasi/arah tanda keluar, jangan kembali untuk alasan apapun.

2. Turun atau berlarilah ikuti arah tanda keluar, jangan panik, saling membantu untuk memastikan evakuasi selamat.

3. Wanita tidak boleh menggunakan sepatu hak tinggi dan stoking pada saat evakuasi. 4. Beri bantuan terhadap orang yang cacat atau wanita sedang hamil. 5. Berkumpul di daerah aman (muster point) yang telah ditentukan, tetap berkumpul

sambil menunggu instruksi selanjutnya, pengawas team tanggap darurat dibantu atasan masing-masing mendata jumlah karyawan, termasuk yang hilang dan terluka lalu melaporkan kepada koordinator.

Koordinator akan mengumumkan keadaan aman berdasarkan hasil koordinasi dengan team tanggap darurat setelah segala sesuatunya dianggap aman

PROSEDUR EVAKUASI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN

Perhatikan langkah-langkah Prosedur Evakuasi Keadaan Darurat Kebakaran seperti berikut ini:

1. Tetap tenang dan jangan panik 2. Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan biasa dengan cepat

namun tidak berlari 3. Lepaskan sepatu hak tinggi karena menyulitkan dalam langkah kaki 4. Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan 5. Beritahu orang lain / tamu yang masih berada didalam ruangan lain untuk segera

melakukan evakuasi 6. Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap pada tembok atau

pegangan pada tangga, atur pernafasan pendek-pendek 7. jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda

dan menghambat evakuasi 8. Segeralah menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk menunggu instruksi

berikutnya