DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH … · cukup besar, agar efektif dan sesuai...

37
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Dewas LPP TVRI dan Direktur Utama LPP TVRI Hari, Tanggal : Senin, 20 Mei 2019 Pukul : 13.55 WIB - 16.38 WIB Sifat Rapat : Terbuka Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Ketua Rapat : Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara : Terkait evaluasi terhadap isi Siaran Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019. Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Junico BP Siahaan 11. Yadi Srimulyadi 12. Drs. Ahmad Basarah, MH FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 13. Meutya Viada Hafid 14. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 15. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 16. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 17. Venny Devianti, S. Sos. 18. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn. FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 19. H. Ahmad Muzani 20. Martin Hutabarat 21. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 22. Rachel Maryam Sayidina

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH … · cukup besar, agar efektif dan sesuai...

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Dewas LPP TVRI dan Direktur Utama LPP TVRI

Hari, Tanggal : Senin, 20 Mei 2019

Pukul : 13.55 WIB - 16.38 WIB Sifat Rapat : Terbuka

Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Ketua Rapat : Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., M.SI., Kabag Sekretariat Komisi I DPR RI Acara :

:: Terkait evaluasi terhadap isi Siaran Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.

Hadir : PIMPINAN: 1. Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari (F-PKS) 2. Ir. Bambang Wuryanto, M.BA. (F-PDI Perjuangan) 3. Ir. H. Satya Widya Yudha, M.E., M.Sc. (F-PG) 4. Asril Hamzah Tanjung, S.IP. (F-Gerindra) 5. H.A. Hanafi Rais, S.IP., M.PP. (F-PAN) ANGGOTA: FRAKSI PDI-PERJUANGAN (F-PDIP) 6. Ir. Rudianto Tjen 7. Dr. Effendi MS Simbolon, MIPol. 8. Charles Honoris 9. Dr. Evita Nursanty, M.Sc. 10. Junico BP Siahaan 11. Yadi Srimulyadi 12. Drs. Ahmad Basarah, MH

FRAKSI PARTAI GOLKAR (F-PG) 13. Meutya Viada Hafid 14. Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., C.F.E. 15. Dave Akbarshah Fikarno, M.E. 16. Bambang Atmanto Wiyogo, S.E. 17. Venny Devianti, S. Sos. 18. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn.

FRAKSI PARTAI GERINDRA (F-GERINDRA) 19. H. Ahmad Muzani 20. Martin Hutabarat 21. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. 22. Rachel Maryam Sayidina

2

23. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. 24. Andika Pandu Puragabaya, S.Psi, M.Si, M.Sc. 25. Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 26. Teuku Riefky Harsya, B.Sc., M.T. 27. Dr. Sjarifuddin Hasan, S.E., M.M., M.B.A. 28. H. Darizal Basir 29. Ir. Hari Kartana, M.M. 30. KRMT Roy Suryo Notodiprojo FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 31. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. 32. Ir. Alimin Abdullah 33. Budi Youyastri 34. H.M. Syafrudin, S.T., M.M. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (F-PKB) 35. Drs. H.A. Muhamin Iskandar, M.Si. 36. Drs. H.M. Syaiful Bahri Anshori, M.P. 37. Arvin Hakim Thoha 38. Drs. H. Taufiq R. Abdullah

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F-PKS) 39. Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A. 40. Dr. H. Jazuli Juwaini, Lc., M.A. 41. H. Sukamta, Ph.D.

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP) 42. Moh. Arwani Thomafi 43. Dra. Hj. Lena Maryana 44. H. Syaifullah Tamliha, S.Pi., M.S. FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT (F-NASDEM) 45. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. 46. Prananda Surya Paloh 47. Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra 48. H. M. Ali Umri, S.H., M.Kn. FRAKSI PARTAI HATI NURANI RAKYAT (F-HANURA) 49. Drs. Timbul P. Manurung

Anggota yang Izin : 1. Andreas Hugo Pareira (F-PDI PERJUANGAN) 2. Dr. Jerry Sambuaga (F-PG)

Undangan

: 1. Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI, Drs. Arief Hidayat Thamrin, M.M.

2. Anggota Dewan Pengawas LPP TVRI, Pamungkas Trishadiatmoko.

3. Anggota Dewan Pengawas LPP TVRI, Supra Wimbarti. 4. Anggota Dewan Pengawas LPP TVRI, Drs. Maryuni

Kabul Budiono, M.Pd. 5. Direktur Utama LPP TVRI, Helmy Yahya, MPA, Ak.,

CPMA, CA.

3

6. Direktur Keuangan LPP TVRI, Isnan Rahmanto, Ak., MPA.

7. Direktur Umum LPP TVRI, Tumpak Pasaribu, S.E., Ak., M.Ak, Ca.

8. Direktur Teknik LPP TVRI, Supriyono, S.Kom., M.M. 9. Direktur Program dan Berita LPP TVRI, Apni Jaya Putra,

S.Sos. 10. Direktur Pengembangan dan Usaha LPP TVRI, Dra. Rini

Padmirehatta, M.M. Beserta Jajaran.

4

Jalannya Rapat: KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semuanya.

Saya ucapkan selamat datang kepada Ketua Dewas LPP TVRI beserta jajarannya, Dirut LPP TVRI beserta jajaran direksi, Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang sudah hadir pada hari ini Senin 20 Mei 2019 dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan Ketua Dewas dan Dirut LPP TVRI.

Berdasarkan informasi dari sekretariat, rapat ini sudah dihadiri oleh 10 (sepuluh) fraksi, dengan demikian kuorum telah terpenuhi.

Dengan mengucapkan bismillaahirrohmaanirrohiim rapat ini saya nyatakan dibuka dan bersifat terbuka untuk umum.

KETOK PALU : 1 KALI

(Rapat dibuka pukul: 13.55 WIB)

Bapak/Ibu/Saudara-saudara sekalian, Pada hari ini Komisi I DPR RI melaksanakan RDP dengan Dewas dan Direksi LPP TVRI dengan

agenda Evaluasi Terhadap Isi Siaran Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Tentunya tidak tertutup nanti agenda isu-isu lain yang mungkin berkembang.

Sebagaimana kita ketahui bahwa LPP TVRI sebagai lembaga penyiaran untuk publik diwajibkan menayangkan berita pemilu secara berkesinambungan terkait pelaksanaan pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif tahun 2019,; dan sudah berjalan. Hal ini mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang LPP bahwa isi siaran LPP TVRI wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mementingkan kepentingan golongan tertentu. Berkaitan dengan itu Komisi I DPR RI ingin mendapatkan penjelasan dari Ketua Dewas dan Dirut LPP TVRI terkait dengan hal tersebut.

Dapat kami sampaikan juga bahwa, mungkin belum ada satu jam yang lalu, sekretariat menerima satu tulisan ini, ini juga baru saya buka jadi belum sempat, tadi diterima sekretariat:

‘Kepada yang terhormat Ketua Komisi I DPR RI di tempat’. Kalau saya bacakan panjang sekali ini. ‘Perihal laporan perkembangan situasi LPP TVRI’. Jadi saya belum baca. Tapi ada poin-poin disampaikan, nanti mungkin akan saya sampaikan setelah presentasi.

Dari, sebentar saya baca dulu, panjang sekali suratnya soalnya. ‘Di bawah hormat kami yang setinggi-tingginya, Karyawan LPP TVRI’. Tidak ada nama, tidak ada tandatangan. Ada lampiran kronologi terjadinya mogok kerja. Penjelasan terkait intimidasi dan saksi terhadap karyawan. Penjelasan direksi terkait penunggakan honorarium. Penjelasan tentang biaya operasional menggunakan dana pribadi karyawan. Ini yang jelas belum saya baca, karena baru datang tadi. Saya kira ini saya sampaikan diawal, memang belum sempat kita baca.

Bapak/Ibu/Saudara sekalian,

Tiba saatnya untuk kita mendengarkan penjelasan dari Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI, dan

kemudian nanti disambung Dirut LPP TVRI untuk memberikan penjelasan terkait dengan agenda RDP kita pada hari ini.

Dimulai dari Ketua Dewas, silakan.

KETUA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. ARIEF HIDAYAT THAMRIN, M.M.):

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, selamat siang. Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam kebajikan. Alhamdulillaah wa syukurillaah, washsholaatu wassalaam ‘alaa Rosuulillaah. Yang saya hormati, Bapak Ketua/Pimpinan Sidang, Doktor Abdul Kharis dan Bapak/Ibu Anggota Komisi I yang saya hormati; Yang saya hormati, kolega Dewas dan Dirut beserta Direksi TVRI.

5

Selamat ibadah Ramadhan pertama-tama kami ucapkan. Ijinkan kami/Dewas menyampaikan

beberapa, hanya 4 slide saja, yang sifatnya sesuai tema adalah evalasi isi siaran pemilu legislatif dan pemilu presiden 2019. Pertamakali kami merujuk pada PP 13 Pasal 7 bahwa tugas kami adalah menetapkan kebijakan rencana induk dan kebijakan penyiaran. Kami sudah melakukan detailnya dan operasionalnya. Dan kami mengawasi rencana kerja dan anggaran yang ada dengan prinsip independen, netral, dan imparsial, khususnya terkait dengan pemilu.

Kedua, slide berikutnya, kebijakan pemilu adalah kami mengenai isi program kami melakukan panduan melalui kebijakan Dewan Pengawas Nomor 1 Tahun 2018. Isinya cukup detail mengatur bagaimana code of conduct dalam penyiaran, dalam pemberitaan, dalam bagaimana menetapkan netralitas, independen, dan imparsialnya kita.

Lalu Dewas secara reguler melakukan arahan, baik berupa rapat maupun pengawasan maupun pengarahan. Dan kami sejak 28 Mei 2018 sudah melakukan tindaklanjut berupa arahan agar sosialisasi tentang kebijakan ini tidak hanya pusat tapi semua stasiun daerah juga.

Kemudian kami juga mendampingi Komisi I untuk kunjungan kerja ke stasiun daerah. Dan ada beberapa masukan kami catat, dan ditugaskan kepada kepala stasiun untuk menindaklanjuti sesuai arahan dan masukan dari Komisi I.

Di slide berikutnya. Dewas sengaja cukup ketat mengawasi anggaran pemilu, karena jumlahnya cukup besar, agar efektif dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Kemudian memang terjadi persoalan tunggakan SKK di 2018 sekitar 7,6 miliar. Ini kita pesankan agar tidak mengganggu tagging nasional tentang anggaran pemilu 2019. Kemudian ternyata masih ada sisa anggaran yang cukup besar sehingga kami minta dijaga untuk hal-hal yang sifatnya mendukung siaran dan sesuai dengan perundangan dan di jaga kondisi yang kondusif. Dan kita tetap pada posisi independen, netral, dan imparsial.

Terakhir, kami juga mengarahkan ada pendekatan budaya, sehingga ada program ketoprak, wayang, dan sebagainya, untuk mengamankan dan mensosialisasikan pemilu.

Terakhir, kami minta TVRI sebagai media pemersatu bangsa untuk mengawal 22 Mei ini pengumuman, dan semuanya semoga berlangsung dengan lancar dan baik sampai kepada pelantikan presiden dan DPR di bulan Oktober 2019.

Demikian operasionalnya kami serahkan kepada Dirut untuk menjelaskan lebih detail tentang apa-apa yang dilakukan dalam hal pemilu dan perkembangan baru lainnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih Pak Ketua Dewas LPP TVRI. Selanjutnya langsung Pak Dirut LPP TVRI menyampaikan presentasinya.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Bismillaahirrohmaanirrohiim. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera. Yang saya hormati, Pimpinan sekaligus Ketua Komisi I; dan Anggota Komisi I yang sangat saya hormati.

Saya mohon ijin sesuai dengan permintaan untuk memaparkan tentang apa yang menjadi agenda

rapat hari ini. Jadi sebelum itu kami mohon ijin untuk menyampaikan, karena cukup lama tidak berlangsung RDP, apa yang sudah kami capai selama periode ini.

Ada beberapa quick win yang kami harus laporkan. Yang pertama tanggal 29 Maret lalu kami baru saja melakukan rebranding yang tidak hanya pergantian logo tetapi juga penggantian spirit dan pergantian budaya kerja. Alhamdulillaah memberikan energi positif yang sangat luar biasa, nanti saya akan laporkan.

Dan kemudian kami juga mendeklarasikan sebagai rumah bulutangkis. Karena kami tahu bahwa bulutangkis adalah olah raga kesenangan/favorit dari rakyat Indonesia. Alhamdulillaah kami mendapatkan kontrak 3 tahun dengan BWF. Sekarang saja kami menayangkan Piala Sudirman yang ditonton demikian banyak oleh rakyat.

Dan kemudian kami juga bekerjasama dengan Discovery. Bukan saja menayangkan program discovery, tetapi juga program TVRI sudah mulai akan didistribusikan oleh Discovery dan juga Joint Production.

Dan kami baru saja dalam rangka untuk memberantas hoax menayangkan Sitkom. Ini adalah karya drama Sitkom pertama di TVRI yang berjudul ‘Keluarga Medsos’.

6

Pimpinan Sidang dan Anggota Komisi I yang sangat saya hormati,

Kami perlu laporkan kinerja TVRI makin membaik. Kami tidak lagi di juru kunci pada saat kami

masuk. Kami sekarang berada di tir tengah, kadang nomor 10, nomor 11, nomor 12. Jadi tidak lagi nomor 15 seperti pada saat kami masuk.

Kita lihat quarter I 2018 ke quarter I 2019, kita naik lebih dari 50 persen untuk share. Jadi satu hal yang sangat kita upayakan dengan keras. Dan alhamdulillaah dengan strategi pemasangan program yang baik ini sudah bisa kita capai, sekaligus sebagai hasil dari kami melakukan peningkatan kualitas penayangan dengan mengganti atau memperbaiki pemancar di Joglo, dari 20 kilowatt menjadi 30 kilowatt.

Ini adalah logo kami yang baru, dan alhamdulillaah mendapatkan respon sangat luar biasa dari beberapa praktisi rebranding dan juga dari netizen. Kami ijin untuk menayangkan channel sting TVRI yang baru.

Kalau ditanyakan kenapa kami akhirnya memilih warna biru tua? Ini adalah sesuaui dengan keputusan Dewan Pengawas. Karena salah satu filosofinya karena Indonesia adalah di dominasi oleh lautan, dan kami percaya lautan adalah bukan pemerpisah tapi adalah pemersatu bangsa. Dan ada RI di tengah, karena RI adalah bagian dari bulatan atau global dunia. Jadi itu salah satu filosofinya.

Dan rebranding ini berhasil sangat luar biasa memompa semangat energi positif bagi seluruh insan karyawan TVRI di seluruh daerah. Dan sekarang program kami sangat membaik, dan mereka spirit kerjanya adalah sangat baik. Kami mohon ijin, inilah gambaran dari rebranding diberbagai daerah. Itu dia sekilas laporan dari rebranding yang sudah kami lakukan.

Dan seiring dengan rebranding, kami juga menobatkan diri sebagai rumah bulutangkis. Jadi berbagai program dari BWF (Badminton World Federation) sudah kami bekerjasama. Dan tahun ini kami baru saja menayangkan All England, dan sekarang sedang menayangkan Piala Sudirman. Inilah gambaranya.

Dan berikutnya kami sudah juga mendapatkan kepercayaan untuk bekerjasama dengan Discovery. Kami mendapatkan program-program dokumenter yang sangat baik, sangat edukatif, dan terbukti juga sangat disenangi oleh pemirsa di Indonesia, karena rating dan share-nya bagus sekali.

Dan bukan itu saja, Discovery juga akakn mendistribusikan karya-karya karyawan televisi yang juga makin membaik. Dan terakhir kita akan melakukan joint production beberapa karya yang merupakan hasil ide dari teman-teman di TVRI.

Yang mereka sangat senangi dan juga komit untuk didistribusikan ke negara-negara lain adalah yang pertama adalah ‘Jelajah Kopi’. Kita putarkan Discovery yang kami tayangkan di TVRI. Ini karya yang kami pilih. Itu program Discovery yang kami tayangkan.

Dan ini berikutnya adalah dua program TVRI yang sudah disetujui oleh Discovery untuk didistribusikan di luar Indonesia. Yang pertama adalah ‘Jelajah Kopi’, cerita kopi dari berbagai daerah.

Program kedua yang mereka setujui adalah Pesona Indonesia yang merupakan karya dari stasiun-stasiun TVRI di daerah. Jadi kami bisa menunjukkan bahwa tidak saja di pusat sudah melakukan perbaikan dalam kualitas produksi, tetapi juga yang di daerah pun sudah mengikuti. Kita lihat salah satu karya dari Nusa Tenggara Barat.

Mohon ijin untuk menayangkan, ini juga karya dari teman-teman Jawa Timur, tentang Gunung Lawu juga sangat baik.

Kami merasa sangat senang, bangga, terharu juga, karena daerah sudah menggeliat. Bukan saja kota-kota besar, sekarang Sulawesi Barat pun menunjukkan kemajuan yang sangat luar biasa, Sumatera Barat, dan berbagai kota kecil juga. Jadi tidak hanya selama ini Jogja, Bali, Sulsel, Kalsel, tetapi kota-kota kecil atau daerah-daerah kecil juga sudah berkarya sangat baik.

Dan kami baru saja menayangkan suatu sitkom. Yang membuat di Net TV, membuat waktu itu ‘Tetangga Masa Gitu’ dan ‘Ok Jek. Sekarang namanya Archi sutradaranya membuat untuk TVRI satu potret ‘Inilah Keluarga di Indonesia Sekarang’. Tiap hari bangun tidur belum subuh buka gadget dulu, ini ‘Keluarga Medsos’.

Selain itu, sebagai TV publik, kami juga sangat peduli dengan acara anak-anak. TVRI adalah paling konsern, oleh karena itu kami mendapatkan predikat dari KPI sebagai TV paling ramah anak. Sekarang kita mempunyai beberapa kartun-kartun edukatif hasil kerjasama dengan beberapa TV publik di luar negeri dari kunjungan-kunjungan kami, dan mereka memberikan program-program gratis ini. Yang pertama adalah Badanamo Kadets, itu dari Korea. Kemudian Panda Fun Fair dari Tiongkok. Dan kemudian satu lagi ada namanya The Train dari Rusia yang sangat edukatif.

Dan TVRI juga memproduksi Buah Hatiku Sayang, pendidikan anak, parenting, dan juga Ayo Bernyanyi. Jadi di TVRI banyak sekali. Kami juga pernah memproduksi Ayo Mengaji yang Insya Alloh juga mungkin akan sedang kita pikirkan untuk di produksi kembali.

Inilah program-program dalam rangka pemilu 2019 di TVRI. Kami membaginya ‘pra pencoblosan, hari pencoblosan, dan pasca pencoblosan’. Yang pra pencoblosan kami membuat banyak sekali iklan

7

layanan masyarakat, supaya masyarakat atau publik mencoblos. Karena wkatu itu kita banyak sekali diingatkan akan banyak yang tidak mau memilih, tapi alhamdulillaah ternyata partisipasi publik sangat luar biasa.

Ini salah satu iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh TVRI diantara beberapa versi lainnya. Perlu kami laporkan, kami membuat sekitar 15 versi PSA sebenarnya. Dan kemudian kami juga

membuat beberapa program, termasuk konser-konser. Tanggal 14 April pada hari pertama hari tenang kami membuat konser ‘Ayo Nyoblos’ di Bandung melibatkan banyak artis, termasuk Doel Sumbang dan lain-lain.

Dan kami juga membuat beberapa program budaya dengan campaign sama yang mensukseskan pemilu, dan ini salah satunya yaitu Ketoprak Spesial Pemilu. Dihadiri juga oleh Ketua KPI, dihadiri juga oleh Ketua KPU dan Ketua Bawaslu, dan memainkan berbagai beberapa tokoh terkenal di Indonesia. Ini bisa ditayangkan contohnya. Dan yang sangat membanggakan kami karena pementasan ini ditulis oleh Masyarakat Nino Leksono di halaman 1 Kompas beberapa hari kemudian.

Dan kami juga membuat talkshow ‘Rumah Demokrasi’. Ini sudah kami produksi lebih dari 190 jam yang membahas tentang serba-serbi pemilu, mengundang tokoh partai, tokoh politik, dan teman-teman dari KPU/Bawaslu untuk membahas semuanya tentang mensukseskan pemilu. Kami tayangkan dua kali, jam 08.00 sampai jam 09.00, dan jam 19.00 sampai jam 20.00.

Selain itu kami juga mempunyai acara kupas partai. Ini juga sangat menarik, ini adalah debat antara partai-partai yang kami undang, yang kami sudah buat beberapa episode. Dan Insya Alloh setelah ini juga akan kami bikin kembali atau produksi kembali.

Kemudian kami juga membuat acara ‘Kawal Demokrasi’. Ini juga talkshow. Ini lebih kepada talkshow menggambarkan bagaimana persiapan KPU, persiapan Bawaslu, dalam mensukseskan pemilu, dan juga melaporkan laporan-laporan dari seluruh Indonesia.

Dan program prapemilu ini juga kami menayangkan 5 debat capres dan cawapres. Dan yang perlu kami laporkan, kami adalah menjadi penyelenggara debat pertama, dimana TVRI dalam hal ini Dir. PB bertindak sebagai ketua panitianya, yang berlangsung di Bidakara. Dan debat ini menggunakan peralatan TVRI, baik kamera maupun Obivan. Jadi cukup mengagetkan bagi teman-teman broadcasting di tanah air bahwa TVRI mereka tidak sangka memiliki peralatan yang cukup canggih, termasuk Kamera 4k.

Dan yang sangat membanggakan juga host-nya adalah Ira Kusno, didampingi oleh presenter TVRI yaitu Imam Priyono. Barangkali ada video. Inilah gambaran waktu persiapan itu. Kamera TVRI semuanya 4k, teknologi terbaru. Dan yang membanggakan kami karena debat capres pertama ini menjadi benchmark bagi penyelenggara-penyelenggara berikutnya.

Dan selain itu kami juga membuat episode spesial ada program TV Jogja yang sangat terkenal, yaitu ‘Angkringan’, yang rating dan share-nya sangat tinggi yang akhirnya kami pergunakan untuk campaign mensukseskan pemilu dilengkapi dengan beberapa artis dan komedian dari nasional. Inilah laporannya.

Dan setelah ini kami akan membuat berbagai produksi dari seluruh daerah, tidak saja Jogja dengan campaign yang sama, yaitu supaya kita kembali bersatu, yang melibatkan kesenian-kesenian bertutur dari seluruh Indonesia. Mulai dari Aceh sampai Papua.

Dan, Pak Ketua/Pimpinan dan juga Anggota Komisi I yang sangat saya hormati, sebelum dan setelah debat kami juga membuat acara talkshow pra dan pasca debat yang selalu melibatkan baik dari 01 maupun 02 yang merupakan komitmen untuk kami agar menjadi stasiun yang netral, independen, dan imparsial. Dan ini sudah kami lakukan, dalam kelima debat kami membuatnya di studio TVRI di grand studio kami yang merupakan studio terbesar.

Dan kami juga membuat pemilu raya di luar negeri dengan mengirimkan berbagai kru laporan di 5 kota di dunia, Kuala Lumpur, Jeddah, kemudian Dubai, Korea Selatan, dan juga ada beberapa negara lain. Dan inilah laporannya.

Itu dia program-program yang pra pencoblosan. Dan berikutnya adalah program-program yang kami buat pada saat hari pencoblosan 17 April 2019 yang kita sebut sebagai pemilu raya. Dalam tanggal 17 ini kami bersiaran habis-habisan, 22 jam nonstop. Melibatkan 300 jurnalis, 29 stasiun produksi di seluruh Indonesia, dan beberapa laporan dari luar negeri. Dan inilah yang kami lakukan. Kami menggunakan juga berbagai teknologi untuk bisa interaktif dengan pemirsa di rumah, dan juga dengan publik, dengan para netizen. Kami menurunkan semua kekuatan untuk mensukseskan pemilu raya. Dimulai dari pagi hari kami membuat do’a untuk negeri yang kami buat dari 3 lokasi, yaitu di Aceh, kemudian di Jakarta, dan di Ambon, wakil dari berbagai wilayah di Indonesia. Inilah laporannya.

Dan setelah itu kami melanjutkan dengan laporan berbagai daerah tentang situasi di TPS-TPS, dan terutama antara jam 10.00 dan jam 12.00 mengingatkan agar pemirsa menggunakan hak pilihnya. Jadi kami melaporkan baik dari studio maupun dari 29 lokasi di seluruh Indonesia dalam program yang kami sebut dengan ‘Ayo Nyoblos’.

Setelah itu, siang, dan dimulai jam 15.00 kami melaporkan tentang hitung cepat. Dan untuk hitung cepat kami bekerjasama dengan tiga lembaga survei yang kami pilih, karena kami pertimbangkan kredibilitasnya. Yang pertama adalah litbang Kompas, yang kedua adalah SMRC, yang ketiga adalah Indo

8

Barometer. Dan hasil hitung cepat itu sesuai dengan arahan kita sudah lakukan mulai dari jam 15.00 sore hari.

Dan setelah itu kami juga membuat program antara jam 16.00 sampai jam 20.00 yang kami sebut ‘Siapa Unggul’ untuk meng-update bagaimana hasil dari quick count dari berbagai lembaga survei dimana kami bekerjasama.

Dan pada malamnya kami membuat program ‘Indonesia Keren’ antara jam 20.00 sampai 23.00. Ini lebih merupakan himbauan terima kasih kepada publik karena sudah menggunakan hak pilihnya dan berlangsung dengan tertib. Jadi ini juga kami buat program dengan menggunakan baik dari syuting di dalam studio maupun dari lokasi-lokasi. Dan pada malam harinya kami menutup dengan program ‘Pemilu Raya Hari Ini’, jadi merupakan update dari apa yang terjadi selama tanggal 17 April 2019.

Itulan program kami di hari pencoblosan. Dan berikutnya saya akan melaporkan program-program pasca pemilu. Kami membuat live event pasca pemilu. Kami membuat konser ‘Indonesia Bersatu’ di halaman luar dari stasiun pusat, menggunakan berbagai artis. Waktu itu beberapa artis dangdut, karena kita tahu penggemarnya banyak sekali.

Dan kemudian berbarengan dengan 21 April kami membuat konser perempuan yang menyatukan emak-emak, ibu-ibu, perempuan, dengan semangat Kartini agar kembali kita bersatu setelah melakukan pencoblosan.

Dan kami juga membuat pementasan wayang kulit dari dalang terkenal Ki Seno Nugroho. Temanya sama tentang itu bagaimana Indonesia kembali bersatu. Dan alhamdulillaah secara statistik di media sosial terkait pemilu kami juga mendapatkan respon yang sangat baik dari para netizen. Dan untuk ini saya persilakna Dir. PB (Pak Apni). Ini ahli medsos Pak.

DIREKTUR PROGRAM DAN BERITA LPP TVRI (APNI JAYA PUTRA, S.SOS.):

Ijin, Pimpinan. Dari data Nelson untuk pada saat tanggal 17 terjadi kenaikan 100 persen jumlah pemirsa TVRI

pada tanggal 17 saja. Kami juga menyiarkan seluruh konten pada tanggal 17 melalui sosial media, terutama melalui live streaming di youtube. Dan hasilnya pada tanggal 17 1,4 juta orang mampir ke laman TVRI. Dan yang bertahan lebih dari 5 menit sebanyak 160 ribu orang, dengan rata-rata menonton kalau dijumlahkan 544 ribu menit sekitar rata-rata jika dijumlahkan 4 sampai 6 menit satu orang stay di youtube TVRI selama 24 jam. Ini suatu jumlah yang signifikan, karena kenaikan ini lebih dari 100 persen dari rata-rata penonton youtube TVRI dimana kami bersiaran juga melalui sosial media.

Demikian, Pimpinan.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Tibalah saatnya kami juga melaporkan tentang serapan anggaran pemilu. Untuk itu saya minta

Pak Direktur Keuangan, Pak Isnan Rahmanto, untuk melaporkan.

DIREKTUR KEUANGAN LPP TVRI (ISNAN RAHMANTO, AK., MPA.): Mohon ijin, Pimpinan. Kami sampaikan bahwa untuk anggaran pemilu untuk kendaraan pendukung pemilu di kantor

pusat anggaran sebesar 4 koma setengah miliar, terealisasi 4,413, sisa sebesar 180 juta. Secara volume sudah 100 persen, secara rupiah tercapai 96,06 persen.

Kemudian siaran berita pemilu untuk anggaran sebesar 15,2 miliar. Realisasi berdasarkan SPM yang sudah kami sampaikan kepada KPPN 2,1 miliar. Sisa sebesar 13,056. Sedangkan kalau kami menggunakan realisasi yang sudah sampai kepada PPK angkanya menjadi 4,3 miliar. Ini yang sudah kita SPM kan Pak. Atau yang sudah kita SPM kan adalah 14,10 persen.

Kemudian 5155002 kendaraan pendukung pemilu di daerah 30 unit anggaran sebesar 10,1 miliar. Realisasi 9,9. Secara volume sudah terealisasi 100 persen. Dan secara rupiah tersisa 268 juta, atau 97,36. Total anggaran dari 29,9 miliar terealisasi 16,4 miliar, secara prosentase sebesar 54,93 persen.

Terima kasih, Pak Ketua, atas kesempatannya.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Kalau saya boleh ijin menyambung, Pak Ketua dan Anggota Komisi I yang sangat saya hormati.

Sisa anggaran akan kami pergunakan untuk program-program yang akan kami buat. Karena pemilu ini program kita adalah sampai kepada pelantikan.

Jadi antara lain rencana kami adalah membuat siaran ‘Pemilu 22 Mei 2019, kemudian ‘Pemimpin Terpilih’, pragma khusus siaran langsung jelang pengumuman KPU hasil hitung suara KPU dari pukul 08.00

9

sampai 12.00, dan 22.00 hingga selesai pengumuman. Jadi kami prinsipnya akan meng-cover semua. Dan mulai dari sekarang pun kita mulai persiapan untuk melakukan siaran tersebut.

Dan kedua kita akan memproduksi lagi ‘Kupas Partai’ setiap Senin jam 19.00 sampai 20.30, akan dimulai kembali pekan kedua bulan Juni hingga bulan Oktober 2019 memberikan kesempatan kepada partai-partai untuk menyampaikan kembali visi misinya dan program-programnya.

Nomor tiga, evaluasi dan sengketa pemilu jika ada Pemilu 2019. Ini adalah tentatib program. Nomor 4, siaran langsung pra dan pasca pelantikan legislatif Oktober 2019, siaran langsung

pelantikan legislatif Oktober 2019, siaran langsung pra dan pasca pelantikan presiden dan wapres terpilih Oktober 2019, siaran langsung pelantikan presiden dan wapres terpilih Oktober 2019.

Kemudian kami juga akan membuat ‘Jendela Budaya Nusantara’, yaitu sosialisasi menyatukan kembali Indonesia melalui program-program budaya dari 29 stasiun daerah yang ada di Indonesia. Mulai dari Aceh sampai ke Papua.

Dan kami akan membuat kuis ‘Siapa Berani’ dengan episode khusus Bhineka Tunggal Ika. Jadi soalnya dan pesertanya dikaitkan tentang itu.

Dan kemudian kami akan membuat konser ‘Merah Putih’ 27 Mei, bekerjasama dengan Lemhanas. Dan kemudian juga kami akan membuat ‘Orkestra Kebangsaan’ 17 Agustus. Juga temanya adalah

tentang kebangsaan, kebhinekaan, persatuan, yang akan kami buat live dari Solo, dari Colomadu. Kami kami akan membuat banyak sekali PSA bertema ‘Bersatu Kembali’. Dan juga kami akan membuat konser-konser lagu dari berbagai daerah yang bertemakan persatuan dan menggambarkan betapa besarnya kebhinekaan Indonesia.

Jadi inilah antara lain program-program yang kami siapkan untuk menyerap anggaran yang masih tersisa. Jadi alhamdulillaah kami bisa laporkan. Kami sudah berusaha untuk benar-benar menjadi sebuah stasiun televisi yang netral, independen, imparsial, melalui program-program dan berita yang kami sudah produksi dan tayangkan ke masyarakat Indonesia.

Demikian laporan saya, Pak Ketua.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih atas paparan yang sudah disampaikan oleh Dirut TVRI beserta beberapa direktur

tadi. Cukup menarik laporannya. Dan saya kira bisa lanjutkan dengan agenda selanjutnya, pendalaman, yang akan dilakukan oleh Anggota dan juga Pimpinan Komisi I. Kita mulai dari yang pertama, Bapak Elnino, kemudian nanti dilanjutkan Ibu Evita, Bapak Andi Rio, Ibu Lena Maryana.

Kita mulai dari Pak Elnino dulu, silakan Pak.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.SI.): Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Pak Ketua/Pimpinan, para Anggota Komisi I yang saya hormati; Bapak Ketua dan juga Anggota Badan Pengawas TVRI yang saya hormati; Pak Direktur Utama dan juga para Direksi serta jajaran TVRI yang saya hormati.

Mengenai yang telah dipaparkan tadi oleh Pak Direktur saya tidak terlalu masalah. Walaupun

bukan hanya sekedar iklan-iklan untuk bersatu yang dibutuhkan, tapi juga kita membutuhkan iklan-iklan untuk adanya keadilan/tegaknya keadilan dan kejujuran di negara ini. Itu juga penting Pak. Ngapain bersatu kalau tidak ada keadilan, kan begitu.

Yang kedua, anggaplah ini kita tidak terlalu tahu tentang yang telah dipaparkan tadi, kita anggap itu bagus saja. Di sisi lain ada juga masukan kepada kami masuk di WA, entah berapakali saya terima, 6 atau 7 kali dari tujuh nomor yang berbeda, surat yang dibikin oleh karyawan Bapak. Dan poin-poinnya ini kira-kira ada 10 poinnya:

1. Penunggakan honor SKK. Sudah terulang lagi, dulu pernah terjadi. 2. Adanya kriminalisasi terhadap karyawan yang melakukan aksi mogok dengan menyebut aksi

itu membolongkan siaran/sabotase. Padahal aksinya sudah dikasih tahu 6 hari sebelumnya.

Lalu ada juga mogok kerja 10 Januari 2019. Ini penting ini, ini kepada Ketua Dewas, karena secara langsung hubungan DPR dengan TVRI ya Dewas, karena kita memilih mereka. Dewas yang mengontrol direksi. Kalau Dewas tidak mengontrol direksi, Dewas nya kita ganti. Dewas nya musti keras mengontrol direksinya supaya ada juga keadilan di dalam internal TVRI.

10

Ngapain TVRI bikin kebersatuan Indonesia didalamnya sendiri tidak bersatu, lucu. TVRI nya dulu dibersatukan, baru nasional dibersatukan.

3. Ada juga keluhan, bagaimanapun juga kita harus ngomong ini, Pak Ketua Dewas sudah menjamin tidak ada sanksi pada Januari 2019 kalau ada orang mogok kerja. Tapi toh di sanksi juga. April 2019 ada yang di sanksi di putus kontrak, dan Pak Ketua Dewas tidak memberikan klarifikasi apapun.

4. Honor karyawan yang di tunggak. Sementara TVRI nya di rebranding tapi honor karyawannya juga di re-honor. Brand-nya TVRI semakin bagus tapi honor karyawannya semakin jelek. Berasanya Bapak-bapak.

Keluhan ini bukan hanya masuk sama saya saja. Mungkin di semua Anggota Komisi I, termasuk

yang tidak hadir. Jadi disini juga Pak Andi Rio juga mungkin menerima, Ibu Meutya juga menerima, Ibu Lena, Ibu Evita, Pak Nico, semua kita juga menerima keluhan yang sama.

Jadi inilah, Pak Ketua, jangan sampai kita ada paradoks lagi, baik keluar tapi di dalam tidak. Kita ingin Indonesia bersatu tapi kita sendiri di dalam TVRI tidak bersatu. Bikin tegas lah.

Puasa ini Pak, jadi marah juga tidak bisa. Ini bukan marah, tapi memperjuangkan keadilan. Kami butuh suara Dewan Pengawas untuk tegas kepada direksi kalau ada hal-hal kebijakan yang kurang. Tegas lah. Bapak-bapak adalah persambungan perwakilan rakyat yang ada di TVRI. Bapak-bapak lah yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Bapak lah yang menjadi Dewan Pengawas, Bapak mengawas disana atas nama rakyat. Kalau bicara dengan Direktur Utama kan itu biarlah Dewas yang bicara sama mereka. Kita paling dengar saja kalau di TVRI.

Kira-kira begitu, Pak Ketua, terima kasih. Bukan di klarifikasi disini, tapi diperbaiki disana. Terima kasih.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Wa’alaikumsalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Terima kasih Pak Elnino. Selanjutnya, Ibu Evita Nursanti, silakan.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Baik, terima kasih Bapak Pimpinan.

Dewas dan Direksi TVRI beserta jajaran yang hadir pada sore hari ini yang saya hormati, Terima kasih atas paparannya yang diberikan. Saya cukup lengkap dari isu yang ingin kita bahas

pada hari ini bisa memberi gambaran kepada kita sebenarnya apa program-program yang dilakukan oleh TVRI before during and after, itukan tadi yang digambarkan.

Tapi kalau saya melihat, itukan program, saya melihatnya sekarang ini peraturan, sepertinya TVRI harus membuat peraturan internal. Saya juga akan katakan kepada KPI, untuk pemilu depan ya KPU, aturan yang ada sekarang ini di P3SPS atau aturan yang dibuat oleh KPU itu hanya aturan ketika before and during-nya, tapi after-nya ini tidak ada aturan. Padahal yang namanya kisruh, yang namanya tidak ada kesesuaian, kita melihat dinamikanya justru after ini tidak ada ini yang mengatur ini bagaimana siaran TV ini untuk after. KPI membentuk satu aturan dengan KPU dan KPI, tapi pada saat kampanye dan pada saat pencoblosan. Siapa ini/aturan apa yang dipakai setelah pencoblosan itu tidak ada. Oleh karena itu saya minta TVRI membuat aturan sendiri. Jadi apapun aturan yang dibuat itu sesuai dengan motonya TVRI ‘Pemersatu Bangsa’, itu yang menjadi tolak ukur atas acara.

Sebenarnya kan TVRI ini kita tahu sekarang ini bagaimana masyarakat kita begitu terpecah dengan isu sara dan lain-lain. Saya tidak minta TVRI memihak pada salah satu calon atau salah satu partai atau memihak kepada pemerintah. Tapi TVRI harus ke depan ketika kita bicara NKRI. Kita tidak bicara memihak kepada siapa. Kita membicarakan peranan TVRI terhadap ancaman kepada NKRI kita. Ini peranan dari TVRI ini kita harapkan, ini belum kelihatan peranan itu.

Bukan berarti meluruskan berita-berita yang ada di masyarakat ini sekarang caranya dengan tampilan program-program itu mengatakan TVRI berpihak kepada salah satu paslon, tidak. Bagaimana kita mencerdaskan bangsa. Jangan sampai rakyat kita ini yang polos begitu mudahnya teradu domba, terpropaganda. Ini menjadi tanggungjawab TVRI karena berkaitan dengan motonya TVRI itu sendiri

11

‘Pemersatu Bangsa’. Ini tolong dipikirkan ini, Pak Dirut. Dari paparan yang ada saya tidak melihat ke arah situ.

Kemudian saya melihat di tampilan dari TVRI memang ada aturan yang netralitas. Saya mau tanya, menurut pandangan anda itu apa yang dimaksud dengan netralitas ini sekarang ini? Jadi seperti gamang dalam membuat program. Takut kalau tampilkan narasumber ini sensitif, tampilkan ini sensitif. Itu tergantung bagaimana kita memaknai yang namanya netralitas. Tapi ketika itu menyangkut kepada NKRI dan keamanan pertahanan kita itu TVRI tidak bisa mengatakan netralitas di dalam hal itu. Saya tidak usah gamblang, saya harap Direktu dan Dewas bisa memahami apa yang saya maksudkan di dalam hal ini.

Kemudian tadi mengenai kerjasama Discovery Channel. Saya mau bertanya sebenarnya, apa memang harus dapat ijin mereka ketika kita melakukan program itu? Ini program kita sendiri, kenapa kita harus ijin dari Discovery Channel. Dan programnya biasa-biasa saja saya lihat, untuk kopi, untuk ini. What is the relationship with Discovery Channel? Kalau dapat ijin dari Discovery Channel itukan kalau misalnya programnya Discovery Channel kita tayangkan di TVRI. Tapi ketika program itu produksi kita sendiri kenapa kita harus minta ijin kepada Discovery Channel, itu menjadi pertanyaan saya.

Sebenarnya program-program seperti inilah yang saya harapkan. Kita boleh meniru konsep Discovery Channel. Discovery Channel itu mengenai animal, mengenai ini. Kita ambil konsep itu memproduksi sendiri dengan apa yang kita miliki di Indonesia. Kalau soal discovery binatang-binatang, hutan kita banyak yang lebih lebat dari mereka. Mereka untuk meng-cover story harus pergi ke Kalimantan, harus pergi ke negara-negara lain. Tapi di negara kita banyak yang bisa kita discover yang tidak diketahui oleh rakyat kita. Konsepnya kita ambil, tapi we make our on program yang namanya discovery itu. Tapi kalau untuk tadi kita mau bikin ini mungkin bisa dijelaskan. Mungkin saya salah tangkap tadi bahwa musti ijin Discovery Channel, apa hubungannya?

Kemudian tadi ditayangkan mengenai PSA-PSA. Tadi mengenai ‘Rumah Masa Kini’ yang medsos bahwa everybody itu sibuk dengan medsosnya masing-masing. Justru yang saya harapkan TVRI itu bisa mengambil apa yang ditayangkan oleh TV luar. Bukan mengecam inilah buktinya rumah tangga sekarang bahaya daripada HP. Itu PSA-PSA bahwa dalam berkendaraan satu detik saja kita ambil HP itu fatal akibatnya. Lagi jalan satu detik saja ada lubang di depan kita itu dijadikan story. Jadi bahaya dari penggunaan HP karena kita asyik bermedsos terhadap security/keamanan. Ini kalau di luar negeri itu banyak sekali yang seperti itu saya lihat me-warning masyarakatnya, ini loh bahayanya. Justru ini tidak ada di kita.

Ini kita harapkan TVRI juga membuat program-program seperti itu, bukan program-program yang PSA tadi itu. Kita sudah tahulah yang namanya di rumah-rumah semua sudah pakai medsos. Tapi bahayanya itu, mulai dari anak kecil itu bahayanya apa. Kepada orang tua keasyikan medsos tidak tahunya anaknya sudah main kompor di belakang yang kita tidak tahu. Hal-hal seperti ini yang bisa diinikan kepada masyarakat.

Karena suka tidak suka budaya medsos ini sudah sampai ke daerah sekarang. TVRI inikan bisa diterima oleh seluruh masyarakat kita dari Sabang sampai Merauke, Myangas sampai Pulau Rote. Kita mulai kasih early warning ini kepada masyarakat-masyarakat di desa, medsos memang teknologi ini berkembang, tapi ada ancaman terhadap teknologi yang berkembang ini. Ini mereka harus waspadai secara dini.

Tadi saya dengar paparannya bahwa TVRI ini mendapat award/penghargaan ramah anak. Tapi kalau saya baca di media, TVRI inikan pernah mendapat teguran dari KPI bulan Desember karena mewawancarai anak kecil mengenai tsunami. Itu melanggar peraturan.

Coba, inikan award sudah diterima ini, hati-hati ini program ini ketika menayangkan sesuatu jangan sampai justru melanggar. Yang satu dapat award, yang satu kan aneh dapat penghargaan tapi dapat award. Ini tidak bisa, kita harus benar-benar jaga dalam hal ini.

Kemudian tadi yang disampaikan oleh Pak Elnino, saya juga dapat surat cintanya. Kita kan tidak bisa mendengar dari satu sisi saja. Surat sudah kita terima, ini forum kita beri kesempatan kepada Dewas dan Direksi untuk menjelaskan apa ini.

Tapi saya mengingatkan kembali Pak Dirut. Pada rapat sebelumnya saya dengan jelas meminta kepada TVRI untuk menyelesaikan tunggakan SKK ini. Saya katakan jelas, saya masih ingat apa yang saya sampaikan. Ini kerikil-kerikil ini ke depan nanti akan runcing. Saya masih ingat, itu kata-kata saya, tolong segera diselesaikan.

Kenapa, inikan kita sudah berapa bulan yang lalu waktu itu rapat, kenapa kita masih terima aduan ini? Berarti kan belum ada penyelesaian. Ada hasil rapat Komisi I dengan Dirut TVRI waktu itu untuk menyelesaikan. Yang tahun lalu sudah diselesaikan. Laporannya tahun ini belum di bayar. Sebenarnya aturan pembayaran itu seperti apa? Apakah ini dibayar harian, apakah ini dibayar mingguan, apakah ini dibayar bulanan? Bagaimana aturannya sehingga terjadi penunggakan. Kan kita tidak tahu ini aturan terhadap pembayaran ini seperti apa.

12

Kemudian juga tolong dijelaskan. Ini tadi di surat ini juga ada yang bahwa disini yang namanya orang curhat panjang. Curhatnya minta naik gaji, minta beli mobil baru, macam-macam lah disini, ke luar negeri. Saya berusaha bersifat netral disini awalnya sebelum mendengar penjelasan dari Dewas dan Dirut.

Ke luar negeri saya tidak larang ke luar negeri. Ketika kita akan menjalin kerjasama dengan TVRI dengan televisi-televisi lain, itu merupakan perluasan networking kita/jaringan kita. Tapi memang dimanfaatkan yang sebenar-benarnya, pergi ke luar negeri itu tujuannya apa itu jelas. Soalnya disini dibilang main golf, jadi juri lah, apa itu benar apa tidak saya tidak tahu, inikan namanya surat cinta yang kita terima. Penjelasannya Bapak-bapak nanti yang akan memberikan penjelasan kepada kita.

Namun demikian, Pak Dewas, saya melihat disini ada masalah. Ketika adanya surat masuk ini dan informasi-informasi lain yang kita terima ada permasalahan di TVRI sekarang. Saya melihatnya itu berbeda. Kalau periode saya yang pertama yang kita pecat itu Dewas. Periode kita kedua yang kita pecat itu Dewas. Ini periode ketiga kita di TVRI maupun di RRI yang bermasalah itu Direksi, ini kenapa bisa begini?

Permasalahan itukan saya tidak tahu sebabnya apa. Saya tidak bisa menjadi hakim. Cuma saya minta mungkin Dewas ini perlu membentuk komite audit. Dewas yang bentuk. Sekarang ini audit itu adanya di Direksi dengan SPI nya. Sekarang Dewas membentuk komite audit, apa sih permasalahan yang ada sekarang ini. Ada masalah, tindak tegas. Ada yang melanggar, pecat. Karena Dewas ini punya power sebenarnya. Jangan Dewas takut dengan direksi.

Maaf, yang di atas tidak comment, anda diam. Disini adalah diskusi antara kita/Komisi I dengan Direksi dan Dewas. Yang di atas mohon tidak ada tepuk tangan, tidak ada comment-nya.

Jadi tolong Pak Dewas ini dibikin, permasalahannya apa sih sebenarnya. Dan Dewas seharusnya Anda punya level itu di atas direksi loh. Wong direksi ini yang angkat Anda. Jadi sebenarnya permasalahan-permasalahan ini tidak harus meruncing, ada krikil sedikit Dewas bisa tegur Direksi, Dewas bisa memperingatkan Direksi. Jadi semuanya tidak menjadi berat dulu permasalahannya baru diselesaikan.

Saya rasa demikian, Bapak Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih Ibu Evita. Dan sekaligus juga ini peringatan kedua untuk yang di balkon untuk tidak menambah suara, baik

tepuk tangan maupun komentar yang lain yang tidak perlu. Sebelum peringatan yang ketiga berarti anda tahu sendiri kalau peringatan ketiga. Biarkan kami yang ada di forum yang bertugas dan bekerja.

Giliran yang ketiga adalah Bapak Andi Rio, silakan.

F-PG (H. ANDI RIO IDRIS PADJALANGI, S.H., M.KN.): Terima kasih Pimpinan.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Saya hanya tambahan saja Pak. Seperti dengan teman-teman yang lain Anggota Dewan Yang

Terhormat juga menerima surat cinta. Mudah-mudahan surat ini silakan Bapak sampaikan di forum ini, di jawab saja, karena ini adalah forum terhormat. Dan saya mengatakan apakah surat ini benar atau tidak. Jadi isinya pun juga sama.

Ini kejadian-kejadian ini saya tidak tahu ini untuk khususnya kepada Ketua Dewas maupun Direktur Umum. Disini ada beberapa permasalahan tentang saat mogok kerja pada 10 Januari 2019 dimana Dewas menjumpai karyawan dan memberikan jaminan supaya karyawan tersebut tidak kena sanksi. Ternyata karyawan tersebut kena sanksi. Karyawan tersebut bernama Satya Yoga Pratama. Ini forum, jadi ini curhat dari keluarga besar Bapak. Oleh karenanya tapi ternyata karyawan tersebut di putus kontrak, padahal janjinya untuk tidak diberikan sanksi.

Macam-macam juga, ada honor karyawan terus tertunggak sementara rebranding merupakan pemborosan yang diluncurkan dan acara-acara khusus diberi anggaran yang besar. Yang kedua, anggaran miliaran spesial even Pemilu Raya TVRI tidak masuk dalam rating 10 besar, padahal anggarannya terlalu besar.

Ada juga curhat disini, uang operasional memakai pesawat pribadi karyawan. Sampai uang parkir, uang tol, make up, dan wardrobe penyiar masih ditanggung dengan uang pribadi karyawan.

Ada juga disini Direktur Umum mengkriminalisasi karyawan, justru telah terbukti melakukan penyalahgunaan wewenang dan tidak diberikan sanksi tegas.

Lanjut lagi, para pejabat yang terkena tuntutan ganti rugi tetap menjabat, bukannya dikenakan sanksi. Seperti Kepala Seksi, mereka yang tunduk pada Direksi dan ikut secara aktif bermain tidak diberi sanksi.

13

Itu Bapak bongkar saja di forum ini benar tidak ini surat. Sekian.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Wa’alaikumsalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Terima kasih Pak Andi Rio. Kemudian yang keempat, Ibu Lena Maryana. Nanti dilanjut Pak Supiadin, Pak Nico, dan Pak

Timbul Manurung. Ibu Lena, silakan.

F-PPP (DRA. HJ. LENA MARYANA): Terima kasih Pak Ketua.

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Pertama-tama ijinkan kami memberikan apresiasi kepada Dewas dan juga Dirut beserta seluruh

jajaran TVRI yang sudah memaparkan hasil kerja yang luar biasa yang terlihat bahwa seluruh jajaran di TVRI ini melakukan kerja-kerja yang cukup perlu kita berikan apresiasi. Hanya saja ada beberapa catatan-catatan yang ingin kami sampaikan yang mudah-mudahan ini bisa menjadi perbaikan ke depan bagi TVRI sebagai lembaga penyiaran publik.

Di tangan kami ini ada hasil yang sudah kami siapkan terkait dengan berapa banyak pemirsa yang menonton TVRI. Ini sudah kami lakukan berdasarkan apa yang kami lihat di media massa dan juga dari berbagai pemberitaan. Kami mendapati bahwa ternyata TVRI dari 14 lembaga penyiaran swasta, dan kemudian TVRI masuk sebagai lembaga penyiaran publik, itu angkanya dibawah 1 persen dari 14 lembaga penyiaran swasta yang ada. TVRI menempati angka di bawah 1 persen, Pak Helmi. Dan ini mungkin juga nanti bisa dikonfirmasi.

Juga terkait dengan pemberitaan-pemberitaan di pemilu. Jadi apa yang sudah disiapkan oleh TVRI yang disajikan pada hari ini membuat kami berpikir programnya bagus tapi bagaimana meng-outrage penontonnya. Jadi jangan sampai program yang sudah dibuat dengan anggaran yang sedemikian besar kemudian tidak ditonton oleh publik. Ini yang menjadi catatan kami adalah outrage/penonton. Ini sudah bagus, apa yang disajikan ini sudah bagus. Tapi tidak ada artinya, Pak Helmi dan seluruh Ibu/Bapak sekalian, kalau ini tidak menjangkau ke publik.

Dan sebagai lembaga penyiaran yang diberikan amanah yang cukup besar, dan juga diberikan anggaran oleh negara, ini tanggungjawab untuk meng-outrage/meraih jangkauan pemilih yang besar ini adalah juga bagian dari mission TVRI. Rebranding yang dilakukan, kemudian kerjasama-kerjasama dengan tadi terobosan-terobosan yang dilakukan, dengan Discovery Channel misalnya, karena saya memahaminya kerjasama dengan Discovery Channel program yang disiarkan TVRI itu bisa ditayangkan oleh Discovery Channel ke seluruh dunia. Dan ini kami juga ingin juga mendengar apakah ada kerjasama TVRI dengan Menpar (Kementerian Pariwisata) terkait misalnya dengan apa yang disebut dengan 10 Bali Baru. Jadi ada target dari Menpar akan memberikan semacam sosialisasi maupun kampanye mengenai destinasi wisata di dalam negeri yang disebut dengan 10 Bali Baru. Ini bagaimana mission TVRI sebagai lembaga penyiaran publik yang dibiayai oleh APBN linkage-nya dengan kementerian-kementerian lain yang bisa mendorong, tadi ya kunjungan wisatawan, mendorong tumbuhnya perekonomian, percepatan perekonomian, pertumbuhan perekonomian yang luar biasa di tanah air. Itu yang menjadi pertanyaan kami. Jadi mudah-mudahan ini apa yang menjadi terobosan-terobosan ini bisa lebih diperbaiki.

Dan kita tahu sekarang kita masuk ke dalam Industri 4.0, dan sebentar lagi akan masuk 5.0, dan tentunya TVRI harus punya terobosan-terobosan. Walaupun tadi sudah ada yang dijelaskan soal Keluarga Medsos dan lain-lain, tetapi tayangan-tayangan ke depan inikan sudah diambil oleh flog, kemudian youtube, belum lagi yang media-media online. Saingan TVRI tentunya nanti di youtube. Seringkali kami tidak menonton tayangan-tayangan televisi, tetapi kemudian kami melihat di youtube. Ini juga mungkin harus dipikirkan, mungkin juga harus ada ahli yang diajak bicara untuk bagaimana TVRI bisa memanfaatkan kemajuan dari teknologi 4.0, dan masuk nanti ke 5.0.

14

Dan sebagai lembaga penyiaran publik ini kami ingin dengar terobosan dan inovasi apa yang dilakukan TVRI dalam menghadapi perubahan era digital ini. Termasuk nanti soal belanja, soal industri, dan lain sebagainya, itu pasti nanti akan masuk ke media-media online.

Yang selanjutnya adalah tentu saja menyangkut soal Pemilu 2019. Kampanye yang paling efektif itu adalah kampanye di media penyiaran. Saya mencatat disini bahwa TVRI ini pada awal data per Oktober 2018 TVRI itu menerima pesanan iklan dari salah satu partai peserta pemilu, padahal partai peserta pemilu itu sudah dapat teguran dari Bawaslu karena begitu banyaknya tayangan-tayangan yang disiarkan oleh partai yang bersangkutan di media televisi maupun di TVRI.

Ini kami ingin juga mendapat penjelasan dari Bapak soal kita ikuti bahwa rekapitulasi inikan sedang berjalan, bahkan untuk pilpres sendiri masuk ke 90 persen lebih, dan pileg juga sudah hampir 50 persen. Dan pada tanggal 22 Mei ini kita akan mendengar bersama-sama KPU menjelaskan kepada publik hasil dari pemilu. Dan kemudian 3 hari bila tidak ada sengketa pemilu itu akan dilakukan penetapan pilpres dan pileg.

Sebagai lembaga penyiaran publik yang berkewajiban untuk memberikan penjelasan informasi kepada masyarakat yang akurat, yang benar, dan berimbang, apa yang dilakukan oleh LPP TVRI dalam nanti penayangan 22 Mei. Karena sebagaimana kita ketahui kan ada ketidakpuasan, baik itu oleh pasangan calon presiden maupun pileg, dan TVRI harus mampu berdiri di tengah-tengah.

Tadi program TVRI yang saya lihat salah satunya ‘Angkringan’. Tapi jam tayangnya sudah jam tayang tidur, karena ditayangkan pada pukul 23.30 sampai 24.00. Karena saya lihat tadi presentasinya itu 23.30. Ini padahal programnya cukup baik dan bisa memberikan pencerahan semacam edukasi pemilih.

Kemudian juga ada tadi kami berbincang dengan Ibu Evita menggunakan bahasa yang mirip bahasa Melayu ‘Pemilu Raya’, padahal kita menggunakan Pemilihan Umum. Kalau di Malaysia persisnya adalah ‘Pilihan Raya’, general election terjemahan melayunya itu adalah ‘Pilihan Raya’, dan Pak Helmi ini menggunakan ‘Pemilu Raya’. Ini istilah yang mirip-mirip dengan negara tetangga, padahal sudah cukup baik kalau menggunakan ‘Pemilihan Umum’ misalnya. Tapi ini pilihan-pilihan kata yang tidak terlalu menjadi masalah, hanya menimbulkan pertanyaan saja.

Apa yang sudah disampaikan oleh para Anggota tadi, terus terang ketika Pak Helmi pertamakali menayangkan tadi paparan kami agak merasa ada barrier, karena ada pengaduan yang dilakukan oleh saudara-saudara Bapak sendiri di TVRI kepada kami. Dan tentu saja kami berharap apa yang diadukan ini betul-betul menjadi perhatian dari tentunya Dewas juga untuk bisa ikut memperbaiki kinerja, mekanisme, maupun soal reward and punishment di TVRI. Karena saya lihat bahwa TVRI inikan di bawah Pak Helmi Yahya inikan ingin tampil bukan saja keterbatasan programnya bisa ditangani, juga keterbatasan alat. Yang tadi dijelaskan ternyata juga membuat heran dari media televisi lainnya, ternyata TVRI yang selama ini kita duga alatnya adalah alat yang kurang canggih itu ternyata juga bisa menghadirkan siaran yang cukup bagus, sangat bagus bahkan.

Tetapi kembali ke yang saya sampaikan, ketika Pak Helmi memaparkan itu perasaan saya seperti teraduk-aduk. Karena di satu sisi brand-nya ini luar biasa, disisi yang lain saudara-saudara Pak Helmi ini mengalami tindakan-tindakan yang itu mungkin mencederasi rasa keadilan dari saudara-saudara Pak Helmi dan Ibu/Bapak sekalian di TVRI. Dan oleh karena itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Anggota yang lain, ini sudah berkali-kali ya soal SKK yang terlambat, dan yang lain-lain.

Dan saya juga heran, kemarin ini saya tampil di TVRI Januari, terus kemudian dapat berita “Ibu, transferan sudah masuk ya”. Jadi Januari sampai bulan Mei baru masuk. Padahal kalau mengisi televisi swasta, saya tidak melihat angkanya, tapi manajemen bisa mengisi televisi swasta bisa langsung tandatangan, dan ada yang transfer. Transfernya tidak lebih dari seminggu. Persoalan-persoalan yang seperti ini yang perlu kami ingatkan adalah, bulan Januari baru kemarin saya belum lama di apa, saya juga agak heran-heran Pak. Kemudian kalau dalam Islam, Pak Helmi, sebelum saudaramu kering keringatnya jangan tidak dibayar Pak. Jadi untuk persoalan-persoalan SKK ini, Pak Helmi, mohon ini dapat dibicarakan secara kekeluargaan. Karena persoalan-persoalan ini nantinya akan mengganggu. Untung saya bisa berdamai dengan hati saya sehingga saya bisa juga ikut menyuarakan apresiasi kepada Pak Helmi. Tapi di sisi lain apresiasi itu akan berkurang nilainya kalau persoalan di internal TVRI sendiri itu tidak selesai.

Saya do’akan Pak Helmi bersama Dewas yang lain, Bapak/Ibu sekalian juga yang ada di TVRI, bisa menyelesaikan persoalan ini dengan sebaik-baiknya, dan TVRI akan muncul sebagai lembaga penyiaran publik yang membanggakan.

Terima kasih.

Billaahitaufiq Wal Hidaayah Wssalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Wa’alaikumsalaam.

15

Jadi terlambat ya. Mungkin kalau tidak di transfer juga tidak menanyakan kan. Selanjutnya, Pak Supiadin, silakan Pak.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Terima kasih Pimpinan.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Pimpinan, Direksi, dan Dewan Pengawas TVRI yang saya hormati,

Dua hal saja saya Pak, karena sudah dibahas, saya juga ikut nimbrung. Pertama berkaitan dengan permasalahan di dalam organisasi. Dimanapun di dunia ini tidak ada

organisasi yang tidak punya masalah, itu biasa. Yang luar biasa itu adalah bagaimana menyelesaikannya, itu yang paling penting. Persoalan itu biasa, tapi yang luar biasa bagaimana menyelesaikan.

Saya hanya ingin mengingatkan, dalam sebuah organisasi pertama tidak boleh ada yang merasa lebih hebat dari yang lain, yang kedua jangan ada yang merasa lebih penting dari yang lain. Karena organisasi itu sebuah kesatuan yang utuh. Pimpinan tidak bisa mengatakan dirinya pimpinan kalau tidak punya bawahan. Dia tidak bisa mengatakan bawahan ketika dia tidak punya pimpinan. Ini prinsip. Saya sering katakan kalau dalam manajemen militer, saya panglima sama dengan kamu pentingnya. Panglima tidak bisa melakukan tugasnya tanpa mengerahkan prajurit. Berarti prajurit itu penting. Saya juga tidak merasa lebih hebat, Pak Helmi. Kenapa? Kalau saya jadi panglima hebat kenapa saya tidak nyupir sendiri, kenapa ruangan kerja saya tidak saya pel sendiri, kenapa surat-surat itu tidak saya ketik sendiri. Ternyata saya tidak hebat. Tetap si anak buah juga jangan bilang “ah kalau tidak ada saya surat Bapak tidak akan selesai, surat Panglima”. Saya bilang bilang sama si tukang ngetik, “kalau saya juga tidak kasih konsep apa yang mau kamu ketik, paling komputer kamu jadikan untuk main game tiap hari, karena tidak konsep surat yang kamu ketik”. Inilah letaknya bahwa kita tidak bisa merasa yang satu lebih hebat dari yang lain, yang satu merasa lebih penting dari yang lain.

Oleh karena itu menurut saya kita berbagai pengalaman bagaimana problem solving itu harus dilakukan. Kalau kita punya masalah maka problem solving-nya adalah kenali masalahnya menurut saya, ini teori umum. Setelah kita kenali masalahnya apa, cari penyebabnya. Bagaimana supaya masalahnya hilang, hilangkan penyebabnya. Selama penyebabnya tidak hilang maka masalah itu tidak akan hilang.

Saya kira tidak ada bawahan kita yang tidak ingin organisasinya sukses. Oleh karena itu saya pikir bangun kebersamaan. Suasana yang sudah-sudah kita bangun kebersamaan, saling mau mendengar. Karena pada dasarnya kalau bahasa kepemimpinan, pemimpin atau atasan itu adalah pribadi yang dikorbankan. Jadi memang dia dikorbankan jadi pemimpin untuk bawahannya, bukan untuk dirinya. itulah pemimpin, pribadi yang dikorbankan. Dia mengorbankan dirinya untuk bawahannya. Jadi masalah pribadi dia itu sudah selesai. Pemimpin harus sudah selesai dengan masalah pribadinya. Kalau dia belum selesai dengan masalah pribadinya maka dia tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan dibawahnya.

Jadi saya pikir tidak ada persoalan yang tidak bisa kita selesaikan sepanjang kita mau mendengar. Dan kesimpulannya bahwa dalam persoalan ini adalah tidak boleh dalam problem solving menimbulkan masalah baru, itu prinsip saya kira, kita sepakat. Cuma kadang-kadang kita inikan kalau lagi marah itu emosi suka tidak terkendali, lupa hal-hal yang bersifat wise itu.

Saya kira itu titipan saya, Pak Helmi. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Dan saya kira tidak ada bawahan yang ingin memusuhi pemimpinnya, dia ingin hidup bersama. Karena ini adalah sebuah organisasi, bagaimana TVRI ini menjadi hebat.

Yang kedua kaitan dengan program-program. Saya sering katakan, saya tiap itu patroli Pak. Kerja di Indovision itu mulai channel 78 saya. Mulai channel 78 saya patroli sampai di channel TVRI yang terakhir, kalau tidak salah 116 itu kalau di Indovision. 116 itu channel-nya. Mulai 78 Pak saya lihati satu-satu. Yang tanda tanya saya berhenti sebentar, nonton. Itu saya lakukan, jadi saya tahu persis progress dari TVRI ini program siarannya kualitasnya.

Oleh karena itu saya berharap kita sambil menunggu Undang-Undang Penyiaran yang juga belum tuntas sampai hari ini dimana nanti TVRI menjadi LPP sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran, maka saya pikir harus sejak dini kualitas manajemen harus menjadi lebih baik, sehingga pada waktunya TVRI menjadi LPP tidak menjadi keluhan dari LPS yang lainnya. Karena intinya LPS itu kami ingin berbagi. Tetapi kan Undang-Undang Penyiaran sudah jelas mengatakan. Karena itu saya pikir LPP harus terus membangun dirinya.

16

Yang kedua adalah persoalan besarnya adalah persoalan anggaran. Kalau LPS dia bisa dengan iklan segala macam. LPP kan anggaran. Oleh karena itu saya pernah sampaikan bagaimana membangun anggaran LPP ini.

Waktu kami kunjungan ke Italia dan ke BBC, sumber anggaran itu dua. Satu dari pajak pembelian TV, yang kedua adalah dari listrik. Jadi kan semua rakyat itu nonton televisi pakai listrik. Listrik negara itu harus menyisihkan anggarannya berapa persen untuk diberikan kepada TVRI. Begitu juga pajak TV, mereka beli TV kena pajak. Pertanyaannya, memungkinkan tidak untuk di Indonesia kita memanfaatkan rekening listrik itu, pembayaran listrik, persentase, dan pajak pembelian TV.

Saya kira ini dua hal yang saya pikir. Karena kalau tidak nanti pastilah TVRI akan kalah terus dalam bersaing, berkualitas, karena tidak punya anggaran yang sangat cukup untuk mengembangkan dirinya.

Saya kira itu, Pimpinan, masukan dari saya. Terima kasih, Pak Helmi.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih Pak Supiadin. Selanjutnya, Pak Timbul Manurung, silakan Pak.

F-HANURA (DRS. TIMBUL P. MANURUNG):

Terima kasih Pimpinan Rapat.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam sejahtera bagi kita. Bapak Direksi dan Bapak Dewas serta staf seluruhnya,

Kami hanya menambah apa yang disampaikan oleh teman-teman yang tadi bahwa masalah

internal ini memang gambaran tadi yang disampaikan rekan-rekan yang tadi bahwa memang gampang-gampang susah masalah internal, karyawa lagi. Yang penting saya kira disini adalah, apa yang tadi disampaikan oleh kawan-kawan tadi sudah ada yang mendapat surat cinta, mudah-mudahan itu tidak mengandung kebenaran seluruhnya. Kalaupun itu betul, mungkin disinilah peran dari Dewas dan jajaran Direksi untuk bisa mengajak karyawan itu secara baik.

Maksud saya begini Pak, kita sering mengenal ada istilah, dan ini mungkin di dalam organisasi pasti itu selalu didengang-dengungkan, bagaimana supaya karyawan kita itu juga memiliki rasa turut memiliki, sense of belonging terhadap suatu dimanapun kita berada bertugas. Ini mungkin yang salah satu. Jadi tidak merasa sebagai pimpinan ini hanya milik sendiri, tapi bagaimana juga karyawan itu juga merasa memiliki tempat dia bekerja. Katakanlah ini suatu perusahaan/lembaga ini. Kita tahu ini lembaga panyiaran ini yang sangat didamba-dambakan oleh kita. Karena di dalam sejarah kita tahu negara kita berdiri yang pertama sekali untuk lembaga siaran televisi adalah TVRI untuk di Indonesia. Baru menyusul lembaga-lembaga penyiaran swasta yang lain. Yang saya ingat itu, saya masih ingat pada waktu kita masih SMA, bahkan SMP, pertamakali kita menonton TV untuk nasional adalah hanya satu-satunya Televisi Republik Indonesia. Jadi dengan perkembangan sekarang ini kita lihat bahwa sudah 14 stasiun nasional swasta, ditambah lagi dengan siaran-siaran dari luar negeri, memang ini suatu tantangan bagi lembaga penyiaran TVRI.

Jadi tidak panjang saya sampaikan disini, adalah bagaimana sekarang Pimpinan TVRI ini, baik sebagai jajaran Dewan Pengawas maupun Direksi untuk menyelesaikan masalah intern ini secara baik. Mudah-mudahan ini tidak berlarut-larut, tidak menjadi lebih keluar lagi karena tidak selesai-selesai, tapi intinya itu adalah saran itu tolong nanti, salah satu ya mungkin, bagaimana pimpinan lembaga ini untuk berpikir mengajak semua karyawan itu “mari” bahwa ini adalah milik kita. Ini sawah ladang kita, mari kita perbaiki. Termasuk memang ada kekurangan-kekurangan dari jajaran Direksi ini juga perlu dilihat, mungkin Dewan Pengawas yang lebih tajam untuk melihat masalah-masalah ini.

Itu saja Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih Pak Timbul. Selanjutnya, Pak Nico Siahaan, silakan.

F-PDIP (JUNICO BP. SIAHAAN, S.E):

Terima kasih Ketua.

17

Rekan-rekan Komisi I, Dirut TVRI, Dewan Pengawas, dan seluruh jajaran yang sudah hadir,

Saya membahas sedikit mengenai apa yang sudah dipaparkan, karena Pak Dirut memang sudah

memaparkan dengan sangat baik mengenai program-program yang ada di TVRI. Harus saya akui, Pak Dirut, kualitas siaran dari TVRI semakin hari semakin baik. Kualitas gambar, kemudian dengan adanya rebranding ini, kita melihat bahwa brand TVRI sendiri sekarang menurut saya, dan apa yang sempat saya tanyakan di beberapa teman-teman, membaik. Para pelaku juga tampak senang diluar dan menyaksikannya.

Dan memang Ibu Lena tadi menyampaikan betul, tapi outrage-nya masih belum. Inilah PR. Jadi sebagai pemersatu bangsa menurut saya musti banyak program-program lagi yang banyak melibatkan publik sebagai lembaga penyiaran publik mengajak orang untuk terlibat mengisi acara. Kalau menurut saya mereka sedikit-sedikit.

Seperti dulu saya ingat saya ini dulu pertamakali masuk TV bukan membawakan acara di RCTI, tapi menyanyi di TVRI. Saya ini penyanyi Pranajaya, hati-hati suara saya memang dari kecil sudah bagus. Jadi saya masuk kesitu karena saya nyanyi di TVRI. Jadi saya sebagai warga terlibat secara langsung sehingga saya mulai menyaksikan TVRI, walaupun memang mungkin itu satu-satunya pada saat itu. Tapi artinya ada keterlibatan publik, sehingga dengan semakin banyak yang terlibat semakin banyak yang mencintai TVRI, karena memang ini adalah salah satu alat pemersatu bangsa kita.

Program ‘Jendela Budaya Nusantara’ itu bagus sekali, Mas Helmi. Dan itu menurut saya perlu di duplikasi banyak di seluruh TVRI di seluruh Indonesia. Karena salah satu kekuatan bangsa kita adalah begitu banyaknya budaya yang saya yakin tidak ada satu negara pun yang bisa punya jumlah maupun kualitas budaya seperti Indonesia. Jadi kalau itu kita terus perkuat saya yakin TVRI bisa menjadi salah satu juga barometer budaya dunia karena mampu menjadi sebuah showroom dari begitu maraknya/begitu kuatnya budaya di Indonesia. Itu masukan dari saya, dan itu nanti bisa masuk ke pariwisata dan sebagainya.

Dan kemudian juga saya mendengar dari permasalahan keuangan sudah membaik, dari mulai disclaimer, kemudian juga menjadi WDP. Harapan kita bisa segera menjadi WTP.

Dan kemudian kualitas ini kalau saya lihat secara kualitas sudah baik. Tetapi kami mendapat surat ini, sayang sekali. Harapan saya di tempat ini di rapat yang sangat baik ini kita bisa mendengarkan keduabelah pihak untuk menyampaikan, supaya jangan hanya surat ini saja yang menjadi sumber kami. Jelaskan secara segamblang-gamblangnya.

Tapi sebenarnya juga menyambung tadi apa yang dikatakan Ibu Evita, harusnya permasalahan keuangan yang kemarin terjadi Pak Dirut juga mestinya laporkan perkembangannya disini. Jangan hanya program saja, tapi laporkan yang kemarin.

Ada permasalah mengenai anggaran atau biaya-biaya yang belum dibayarkan itu disampaikan disini/dilaporkan juga sudah sampai dimana, sehingga kita tidak selalu rapat begini dalam keadaan sudah sangat runcing. Baik antara Karyawan dengan Direksi, antara Direksi mungkin Dewas kok tidak seperti saling mengingatkan sehingga sampai disini sudah ada yang teriak-teriak seperti di atas. Mudah-mudahan kedepannya kita perlu koordinasi lebih baik lagi. Jangan kami hanya mendengar one sided, kami juga perlu mendengarkan. Kalau ada yang ingin disampaikan silakan datang kepada kami ingin menyampaikan sesuatu supaya kualitas yang sudah bagus dicapai ini tidak rusak oleh permasalahan-permasalahan, yang seperti Ibu Evita bilang tadi kerikil-kerikil yang lama-lama menjadi batu yang sangat besar dan meruntuhkan semua prestasi yang semua Direksi sudah kerjakan selama ini yang kurang dalam 2 tahun bisa membuat sebuah pencapaian yang sangat baik.

Kalau dari saya kira-kira demikian, terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Selanjutnya, Pak Hidayat, silakan Pak.

F-PKS (DR. H. M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A.): Terima kasih Pak Ketua.

Rekan-rekan Komisi I yang saya hormati, Rekan-rekan dari Dewas LPP TVRI dan Direksi TVRI yang semuanya saya hormati, Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semuanya.

18

Saya melanjutkan saja yang disampaikan rekan-rekan semuanya, pastilah ada apresiasi atas prestasi yang sudah dikerjakan oleh TVRI. Tapi sama dengan yang lain-lain, kita semuanya juga teraduk-aduk dengan surat cinta ini.

Tadi Ibu Evita sudah menyampaikan dan mengingatkan hal yang sangat mendasar, yaitu beragam hal yang menjadi keputusan di Komisi I ini adalah untuk dilaksanakan. Termasuk penyelesaian masalah tunggakan keuangan dan sebagainya. Bila itu sudah menjadi keputusan disini, itu adalah untuk dilaksanakan. Sama juga dengan keputusan-keputusan yang lain. Keputusan tentang masalah dukungan terhadap anggaran itu kemudian akan dilaksanakan. Jadi kalau kemudian ada hal yang tidak terlaksana dan kemudian sampai berlarut-larut sampai kemudian menimbulkan surat ini datang kemari dan kemudian kita rapat kembali, saya kira ini memang memerlukan. Suatu pihak klarifikasi disini, tapi di pihak yang lain yang lebih utama adalah semacam perbaikan ke internal di dalam pengelolaan keuangan maupun juga pengelolaan kegiatan di TVRI sendiri.

Karena pada hakekatnya tentang masalah keuangan dan untuk kegiatan itukan sesungguhnya semuanya merujuk pada aturan. Kalau aturannya sudah jelas. Dan rekan-rekan dari SKK berhak untuk mendapatkan gajinya ataupun tunjangannya ya mestinya sudah segera bisa dikeluarkan. yang dikeluarkan juga lagi-lagi bukan uang pribadi, tentu ini adalah uang yang dari APBN yang nanti akan semua dipertanggungjawabkan. Jadi mestinya tidak ada keberatan apapun untuk hal semacam ini bisa segera diselesaikan.

Kalau memang ada kendala kan harusnya itu juga semuanya sudah terselesaikan di dalam. Kalau ada masalah kenapa sampai telat. Kemudian di dalam ada mekanisme untuk kemudian melalui Dewas semuanya ini bisa dibicarakan atau bisa diselesaikan secara sebaik-baik dengan semangat persatuan Indonesia. Saya kira saya mendukung kawan-kawan kalau kita ingin menyatukan Indonesia. Wasilah komitmen menyatukan didalamnya menjadi hal yang sangat dipentingkan. Menyatukan itu tentu bukan persatuan itu tentu bukan ‘persatean’, persatean bisa ditusuk-tusuk. Persatuan tentu adalah untuk menghadirkan yang terbaik, yang paling maslahat, dengan semuanya mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya.

Saya kira itu yang pertama. Yang kedua, tentang program yang tadi disampaikan tentu bagus. Termasuk menge-tweet ketika

waktu itu disampaikan bahwa TVRI sudah akan mulai menyiarkan siaran event international badminon, termasuk waktu itu adalah All England. Karena saya penyuka badminton saya sambut dengan gegap gempita. Ternyata itu siaran hanya bukan TV berbayar. Jadi di TV berbayar kami tidak ketemu. Akibatnya kan kami juga menjadi agak kesusahan. Ini bagaimana solusinya. Karena saya pikir badminton itu adalah olahraga yang membanggakan bangsa dibanding dengan cabang olahraga yang lain, inilah salah satu yang membanggakan Indonesia kita dari dulu sampai sekarang. Entah bagaimana caranya saya pikir ini perlu ada solusi.

Disini saya baca tentang program anak. Ada empat jenis program yang ditampilkan. Saya mohon maaf tidak nonton program ini. Tapi kalau dari jenis dan judul yang ada disini saya ingin mengusulkan satu program yang sesungguhnya menjadi amat sangat dipentingkan. Kalau kita bicara tentang NKRI, kita bicara tentang bahaya terhadap NKRI, kita bicara tentang masa depan anak-anak kita, saya usulkan ada satu program untuk anak-anak ini, yaitu program ‘Aku Bangga Jadi Anak Indonesia’.

Jadi Aku Bangga Jadi Anak Indonesia nanti isinya adalah inspirasi dari anak-anak Indonesia yang berprestasi dalam beragam bidangnya. Atau tentang Indonesia dengan segala unggulannya, dengan keindahan budayanya, keindahan alamnya, sehingga sejak kecil itu TVRI akan berperan untuk membikin anak-anak kita bangga dengan Indonesia nya, dengan kebhinekatunggalikaannya, dengan khasanah yang luar biasa kaya raya ini. Sehingga bila demikian maka anak-anak tidak hanya sekedar mendapatkan hiburan, tapi sekaligus juga ideologi yang buat mereka berbangga dengan Indonesia kita.

Saya kira dari saya demikian, terima kasih Bapak.

Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Wa’alaikumsalaam Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Tersisa satu, Ibu Meutya. Tidak? Tunggu jawaban. Terima kasih Bapak/Ibu sudah melakukan pendalaman. Dari saya juga sebenarnya begini, kita tidak ingin sebenarnya membahas masalah-masalah

karyawan seperti ini, karena harapannya tidak muncul masalah. Atau kalau ada masalah itu sudah selesai oleh Dewas. Tapi karena kita adalah representasi atau wakil dari rakyat tentunya ada masalah seperti ini, apalagi sampai rapih sekali ditulis, artinya ini bisa dipertanggungjawabkan.

19

Bukan sekedar isu, karena disampaikan kepada kami secara resmi. Maka tidak mungkin tidak kami bahas dengan serius. Tapi kami tetap menekankan sebagaimana disampaikan oleh para pembicara terdahulu, Dewas jangan hanya jadi moderator dari penyelesaian masalah. Karena tidak maksimal dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di TVRI, nanti toh lompat ke Komisi I, biar nanti diatasi Komisi I. Saya tidak berharap demikian.

Ada beberapa yang masuk ke saya juga, kalau tadi sudah disampaikan ada yang belum terbahas, yaitu saya ingin tahu nanti tentang program-program kerjasama kita dengan Discovery. Kadang kerjasama inikan bisa kerjasama yang seimbang, tapi kerjasama juga bisa tidak seimbang. Misalnya, saya tidak tahu karena jarang nonton TV, Discovery ini tayang seminggu berapakali Pak? 5 hari? Taruhlah misalnya 5 hari satu program itu dibutuhkan biaya berapa. Terus apakah kemudian dibarter dengan program jelajah kopi yang itu kita kesana sehingga kita tidak perlu bayar Discovery. Atau sesungguhnya beli? Kalau nanti dari TVRI juga menghasilkan sesuatu akan ditayangkan oleh Discovery.

Juga mungkin perlu di lihat. Nanti kan berarti ada pendapatan kan. Kita orang akutansi begitu ngomong ada kerjasama berarti ada pendapatan yang kita dapatkan dari program yang kita buat dan ditayangkan oleh Discovery. Seberapa jauh program yang TVRI buat sudah ditayangkan oleh Discovery. Kalau 5 hari 5 kali seminggu, sebulan berarti kira-kira ada 20 program, 20 kali siaran Discovery kita ambil, kita bayar berapa, dan seterusnya. Ini menjadi sesuatu yang harus kita kaji. Tapi kalau memang nanti kemudian respon dari masyarakat bagus saya kira Insya Alloh pasti bagus kalau yang dari Discovery.

Itu mungkin tambahan dari saya. Selanjutnya kita minta tanggapan atau jawaban dari Dewas LPP TVRI dulu, kami persilakan.

KETUA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. ARIEF HIDAYAT THAMRIN, M.M.):

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Yang saya hormati, Bapak Ketua Komisi I.

Dan Bapak/Ibu yang sudah bertanya kami catat satu persatu, mohon ijin untuk kami jawab hal-hal

yang terkait dengan Dewas. Pertama dari Pak Elnino, dan saya kaitkan dengan Ibu Evita, tentang fungsi Dewas dan bagaimana

tentang SKK. Pertama, SKK ini masalah klasik bahwa di TVRI kita sudah mengingatkan pertamakali bulan Mei 2018 dengan adanya dialog bersama karyawan. Lalu Dewas secara berkala mengingatkan, ada suratnya 29 Agustus 2018, kemudian 14 September 2018, lalu 17 Oktober 2018, surat Dewas sudah 3-4 atau 5 kali. Terakhir kami bersurat dan mengingatkan, baik dalam rapat maupun pengawasan langsung, Nopember-Desember, bahwa sudah sangat menjelang akhir tahun. bahkan kami kasih deadline untuk minggu kedua di bulan Nopember harus sudah tuntas.

Jadi peringatan preemtive Dewas sebagai pengawas sudah kami lakukan. Tapi yang terjadi sampai saat akhir Desember gagal bayar senilai 7,6 miliar. Kemudian kami

lakukan tindakan tegas, 11 Januari, surat teguran kepada Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur Umum, dan Direktur Program dan Berita. Jadi empat direktur kami berikan surat teguran tertulis terkait dengan masalah ini. Yang antara lain tegurannya adalah terjadinya kegagalan pembayaran SKK, dan terjadinya pengambilan sikap oleh karyawan. Terutama pada tanggal 10 Januari dimana Direksi tidak melakukan langkah proaktif antisipatif untuk meredam dan melakukan pendekatan kepada karyawan.

Lalu Direksi juga ada dalam hal pengajuan anggaran kepada DPR berbeda dengan yang kepada Pemerintah. Ini juga kami jadikan satu dalam satu surat. Kemudian kurang diperhatikannya saran dari Dewas ke Direksi terkait perencanaan anggaran dan revisinya. Jadi empat direksi ini kami berikan teguran dengan empat poin tersebut yang detailnya sudah diterima.

Dan kami lakukan dialog. Jadi tidak sekedar surat, kami lakukan dialog, lakukan pembinaan. Lakukan juga penilaian KPI, karena tiap enam bulan kami melakukan penilaian KPI.

Kemudian masukan dari Pak Elnino tentang bahwa Dewas harus tegas. Kami sampaikan bahwa pada tanggal 10 Januari kami melakukan pendekatan kepada karyawan. Kami sendiri datang ke lapangan dan menemui karyawan di belakang, karena kami kaget pada tanggal 10 Januari itu sudah ada polisi di TVRI. Sehingga kami selaku Dewas, seperti seorang Bapak, kami yang datang ke belakang untuk melakukan persuasi dan mediasi kepada karyawan. Sehingga dalam tempo satu jam, karyawan akhirnya yang tadinya tidak siaran di Indonesia Semangat Pagi siangnya sudah siaran kembali normal.

Kemudian hal kedua menjawab Pak Elnino. Kami sudah lakukank briefing kepada Direksi bahwa pendekatannya adalah harus bijaksana, dan tidak dalam bentuk pendekatan yang sifatnya menumpas. Harus ada dialog. Tetapi ketika operasional ada hal yang sifatnya kita di tata hubungan Dewas dan Direksi adalah merupakan tugas operasional, sehingga disanalah ada beberapa perkembangan ternyata tidak sesuai dengan arahan kami bahwa harus ada bijaksana, dan kami sebut adalah memimpin dengan hati nurani bahwa TVRI ini harus dipimpin dengan bijaksana, tidak dengan tindakan-tindakan yang akhirnya

20

menimbulkan counter attack daripada karyawan. Itu arahan dari kami dan sudah ada arahan tertulis maupun dalam bentuk rapat maupun dapat bentuk dialog.

Kedua, kami menjawab dari Ibu Evita, bahwa kami berbuat sesuai dengan tugas Dewas secara profesional, mengawasi. Jadi kami pegangannya adalah undang-undang. Kami profesional mengawasi, sementara Direksi melakukan operasional.

Dan kami melakukan proporsional. Jadi sudah ada dua Direksi yang dapat teguran dua kali. Jadi proporsional. Kalau mungkin tiga kali mungkin harus dipecat atau bagaimana. Itu adalah sesuai dosis dan sesuai aturan. Jadi kami selalu berusaha profesional, proporsional, dan sesuai aturan. Dan bertahap melakukan dialog dan melakukan pembinaan, karena tugas Dewas adalah mengawasi dan melakukan pembinaan.

Saya terima kasih usulan dan saran dari Ibu Evita bahwa Komite Audit harus dibentuk. Ini adalah kesulitan kami selama ini, karena kami hanya punya staf ahli. Sedangkan SPI (Satuan Pengawas Internal) ada di bawah Dirut, jadi kurang begitu obyektif. Sehingga kami akan bentuk komite audit, dan kita akan menelaah apa-apa yang ada di surat daripada karyawan maupun tindakan-tindakan apa yang perlu kita lakukan sesuai aturan yang berlaku.

Kemudian soal ke luar negeri kami juga sudah mengeluarkan dalam bentuk surat bahwa dalam setahun alokasinya Direksi adalah dua kali ke luar negeri dengan urgensi dan soal output yang optimal. Sehingga kalau lebih dari dua kali musti ada pengajuan khusus dan output yang kita tuntut harus lebih optimal. Jadi sifat kami adalah preentif/mengingatkan dan melakukan secara tertulis sehingga semua ada dasarnya.

Kemudian dari Pak Andi Rio tadi ada masukan tentang teguran. Kami sudah sudah melakukan secara proporsional dan bertahap. Sudah ada dua tahap, ada yang satu tahap, dan kami akan tindaklanjuti kalau ada temuan dengan tindakan yang lebih tegas lagi sesuai aturan yang berlaku.

Dan kami pun selalu ketika menegur melakukan dialog. Ada catatan, ada rekaman, dan ada notulis, sehingga semua tidak bersifat fitnah atau hanya sekedar menjelekkan, tapi kami betul-betul pegang fakta. Jadi kalau nanti ada karyawan juga memberikan fakta kepada kami, dan komite audit akan menginvestigasi, maka dasar tindakan kami adalah fakta dan data yang valid.

Kemudian dari Ibu Lena. Informasi tentang masalah internal ini memang karyawan itu kalau Ibu enam bulan dibayar adalah honornya, sementara karyawan itu memang misalnya dia 1,2 juta dia baru dapat dibayar 6 bulan, artinya kan cukup panjang yang dia musti pinjam ataupun lama prosesnya. Kami sudah berikan arahan, kalau perlu pakai sistem aplikasi, pakai sistem IT, tadi Ibu Lena bilang sudah 4.0-5.0

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Pak Dewas, mohon diperjelas, karyawan dibayarkan 6 bulan apa maksudnya?

KETUA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. ARIEF HIDAYAT THAMRIN, M.M.): Pada proses SKK yang bulan Mei 2018 ternyata ada bertahap sudah dibayarkan di Juni 2018,

karena waktu itu mau lebaran. Setelah itu sempat lagi tertunda dari sekitar bulan Juli sampai kepada Bulan Desember yang akhirnya secara akumulatif 7,6 M SKK gagal bayar, sehingga tertunda sekitar ada yang 3 bulan, 5 bulan, variatif. Sehingga kami bersurat lagi di bulan Januari, dan memberikan surat teguran, sehingga semua baru tuntas pada bulan Maret 2019. Itu periode 2018.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Semua berupa honor ya.

KETUA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. ARIEF HIDAYAT THAMRIN, M.M.): Iya, SKK. Dan sekarang adalah periode yang dari Januari kepada bulan April dan Mei. Sehingga kami sudahi

bersurat juga, sebelum lebaran Direksi berjanji akan menuntaskan persoalan SKK ini lagi. Tapi kami sudah sangat keberatan bahwa ini terlalu berulang sehingga kami minta pakai sistem aplikasi dan teknologi IT sehingga tidak terlalu lama berjenjang dan banyak birokrasi yang sifatnya adalah membuat proses ini jadi berlarut-larut.

Kemudian Pak Supiadin tadi juga tentang bagaimana mengatasi masalah tanpa menimbulkan masalah. Kami belajar banyak, bahwa dari sekian banyak kepemimpinan di TVRI ternyata tidak bisa pakai power dan arogansi. Karena banyak Direksi dan Dewas sebelumnya memakai power dan arogansi. Kami memperkenalkan pendekatan memimpin dengan hati nurani sehingga kami mengutamakan dialog, baik kepada karyawan maupun Direksi. Tapi ternyata dari Direksi ada hal-hal yang sifatnya adalah tindakan

21

tegas, operasional, dan teknis. Barangkali tergantung dosisnya, ada yang bisa kami salahkan, ada yang tidak, tergantung nanti temuan komite audit, karena disini kami tidak bisa melakukan justifikasi tanpa adanya data yang lebih detail dan faktual.

Itu masukan kami dari jawaban kami. F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA):

Sebentar, Dewas, saya hanya mau tanya saja satu. Ada tidak masalah-masalah aturan internal

yang menimbulkan masalah? Akibat dari sebuah aturan, bukan akibat kebijakan. Tolong kalau memang ada aturan-aturan itu yang memang dikeluhkan, menimbulkan masalah, ini tolong dipelajari. Mungkin itu aturan lama bukan jaman Bapak. Ini tolong semua aturan-aturan ini yang menyangkut karyawan, penggajian, segala macam, itu di cek kembali. Kan beda pemimpin beda jaman beda kebijakan, sangat situasional kalau seperti itu. Oleh karena itu perlu dilihat kembali aturan-aturan itu. Bila memang perlu di revisi kita revisi untuk membuat aturan yang lebih bisa diterima oleh semua pihak.

Terima kasih.

KETUA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. ARIEF HIDAYAT THAMRIN, M.M.): Memang kami mengejar WDP dan WTP dengan sistem cashless, sehingga banyak semua

dokumen pembayaran kepada narasumber yang sebelumnya cash, diubah menjadi transfer dengan penggunaan aplikasi dan sebagainya. Tapi ternyata ada kendala dari segi aplikasi maupun operasoinal aplikasinya. Itu yang kewenangan Direksi disana pembenahannya belum tuntas, karena dari manual ke aplikasi ternyata aplikasi masih ada hal-hal yang masih belum tuntas.

Terima kasih, Pak Supiadin. Terakhir dari kami ada input juga permintaan dari Direksi tentang kenaikan gaji. Kami secara

Dewas juga surat tersebut tembus kepada Komisi I dan Presiden. Kami sudah melakukan meeting dengan Direktorat Jenderal dan Anggaran, dan kami sudah dapat masukan. Dan kami juga sudah bersurat menjawab resmi kepada Direksi bahwa kami akan sesuai komitmen bahwa Direksi menjanjikan tunjangan kinerja, sehingga tunjangan kinerja inilah yang menjadi salah satu syarat dan kondisi untuk memperbaiki kesejahteraan Direksi.

Kemudian terakhir dari Pak Ketua juga ada. Bahwa Dewas sebetulnya kami berupaya proporsional dan akan lebih optimal. Karena sebetulnya kita tidak hanya menjadi moderator, kami sering sekali menjadi mediasi dan melakukan apa-apa yang dialog kurang tuntas dengan karyawan. Kami punya forum dan melakukan teguran-teguran yang keras.

Kemudian kami juga sudah ada teguran yang cukup keras dengan fakta dari teman-teman berupa teguran ke beberapa Direksi. Dan ada juga teguran yang bersifat pelanggaran etika dan pelanggaran integritas oleh Direktur Umum, juga sudah dilakukan teguran secara tertulis. Dan kami sudah melakukan dialog dan pembinaan kepada Direktur yang bersangkutan.

Kemudian dari Pak Hidayat Nurwahid bahwa lagi-lagi bagaimana menyatukan. Ini juga kita sangat perhatikan bahwa TVRI ini betul-betul banyak stake holder, dan bagaimana diantara teman-teman karyawan ini kita perlu bijaksana dan melakukan dialog. Tapi dalam hal-hal tertentu kita juga menegakkan aturan yang ada.

Kemudian Pak Nico tadi penjelasan bahwa hal-hal yang perlu diperbaiki ini secara operasional kita akan memberikan aturan dan arahan kepada Direksi agar tuntas. Karena yang sangat mengecewakan adalah SKK ini sudah hampir setahun belum terlalu tuntas, itu yang kami berkali-kali tekankan kepada Dirut, Direktur Keuangan, Direktur Umum, dan Direktur PB untuk menuntaskakn hal ini dengan solusi teknologi maupun solusi aplikasi yang lebih baik sehingga tidak terulang di masa yang akan datang.

Dan terakhir, kami mohon dukungan Komisi I juga, dan kami berusaha keras untuk tunjangan

kinerja bisa segera terealisasi, sehingga teman-teman karyawan dapat menikmati kesejahteraan yang lebih baik.

Sekian dan terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih. Ada tambahan dari Anggota Dewas yang lain? Cukup? Selanjutnya kita dengarkan tanggapan dan jawaban dari Dirut LPP TVRI. tidak tertutup

kemungkinan nanti dibantu dengan direktur-direktur yang lain.

22

Silakan Pak.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Terima kasih Pimpinan.

Anggota Komisi I yang sangat saya hormati, Saya senang hari ini dibuka masalah ini, supaya tidak ada dusta diantara kita. Jadi jangan hanya

satu sisi. Jadi terus terang karena ‘surat cinta’ itu kami tidak terima Pak. Jadi kami juga tidak tahu mana yang harus kami klarifikasi. Tapi kami akan coba satu persatu.

Yang jelas, kalau saya flashback sedikit, 29 Nopember 2017 pada saat saya dilantik TVRI dalam kondisi yang sangat menyedihkan, pada peringkat nomor 15, tata kelola keuangan parah karena tiga kali disclaimer berturut-turut, sehingga kami harus melakukan penertiban-penertiban dan penegakkan sistem, dan tidak boleh melanggar aturan. Itu prinsip. Tata kelola SDM nya juga parah, karena orang banyak tidak tahu 15 TVRI itu di moratorium tidak terima PNS. Dan kemudian pembinaan PNS nya saya pikir juga tidak dilakukan. Terbukti dengan kami pernah di tentang gara-gara memindahkan PNS. Padahal PNS itukan terikat kontrak harus bersedia ditempatkan dimana saja. Kami di protes keras. Jadi banyak sekali PR nya. TVRI dianggap jadul. Kemudian praktek-praktek tidak sehat terjadi dimana-mana. Itu yang harus kami atasi.

Dan PR saya yang paling penting waktu itu saya minta kepada Direksi mari kita tingkatkan public trust, stake holder trust. Yang pertama kami harus mengejar keluar dari disclaimer. Alhamdulillaah kita sudah WDP. Dan sebenarnya beberapa hari yang lalu saya sudah dipanggil, tahun ini TVRI WTP. Jadi tanpa Direksi bekerja keras melakukan penertiban-penertiban tidak mungkin ini bisa dilakukan.

Dan kami sudah melakukan reformasi birokrasi yang juga habis-habisan. Baru dimulai pada saat kami menjabat. Dan alhamdulillaah tunkin tiap hari, saya dan Dirum, sampai Dirum ini saya panggil Pak ‘Tunkin’ Pasaribu, karena saya tahu betapa pentingnya tunkin turun. Saya juga prihatin dengan karyawan TVRI. Dan alhamdulillaah berkat saya lobi ke menteri, ke deputi. Kemarin saya diterima Pak Jokowi pun saya sampaikan “Pak, tolonglah tunkin pegawai TVRI”. Dan Beliau bilang, kalau suratnya sampai di saya pasti saya tandatangan. Dan tunkin itu sekarang berkasnya sudah di Mensesneg, jadi tinggal tahap akhir. Saya berharap segera tunkin itu turun.

Jadi saya tahu betul bahwa kami diminta untuk sesuai amanat Dewas dengan elegan mengatakan harus menjadi TVRI jaman now, tidak boleh tertinggal. Kami harus keluar dari nomot 15. Sekarang kami sudah nomor 10, nomor 11, nomor 12, dengan anggaran yang sama, dengan karyawan yang sama. Kami melakukan pembinaan habis-habisan.

Kami sudah melakukan berbagai macam gaya kepemimpinan. Kami memimpin langsung Pak. Kami bukan pemimpin berenam yang katanya-katanya saja. Kami turun langsung. Kalau tidak, tidak mungkin karya teman-teman TVRI demikian luar biasa, sampai Discovery pun tertarik untuk mendistribusikan. Dan layar berbicara, masyarakat berbicara. Saya mendengarkan masyarakat/ publik mengatakan “TVRI sudah berubah”, itu merupakan reward yang sangat luar biasa.

Saya tahu kami adalah berenam ini diminta untuk melakukan transformasi perubahan besar. Saya selalu mengatakan kepada karyawan saya “kita harus mengejar ketertinggalan”. Kalau kita bekerja seperti jaman dulu, kita akan tetap nomor 15. Saya tahu dengan cara seperti ini, meminta karyawan berlari, saya tahu pasti banyak resistensi. Saya tahu betul, saya sadar. Saya bukan pertamakali melakukan change, tetapi setiap change, apalagi tanpa kenaikan remonerasi, resistensinya luar biasa. Dan saya bersyukur dengan kondisi yang demikian sulit, anggaran tidak ditambah, peralatan kami tidak terlalu dibantu, kemudian SDM kami cuma ditambah 50, itupun semuanya dalam bidang keuangan, TVRI sudah bisa berubah cepat.

Jadi kami mohon pengertian. Saya tahu banyak yang tidak paham, banyak yang tidak mengerti. Saya senang sekarang Anggota Dewan hanya menerima dari satu sisi, saya senang kami kali ini bisa mendapatkan kesempatan untuk mengklarifikasi.

Perkara SKK, nanti saya minta Direktur Keuangan menjelaskan, lebih dari memprihatinkan untuk kami. Kami tahu kami ditegur-tegur. Kami sudah melakukan berbagai macam cara. Tapi kita tidak mau melanggar aturan. Saya tahu bahwa menerapkan cashless, menerapkan cash management system, seperti diminta dalam amanat reformasi birokrasi berdampak adanya orang-orang tertentu yang kehilangan mainan, terjadi pelambatan-pelambatan. SKK itu tidak mungkin bisa.

SKK itu adalah honor yang diberikan kepada tim produksi dan tim teknik setiap kali melakukan pekerjaan. Hanya bisa keluar kalau pertanggungjawabannya dibuat. Apa yang bisa kita bayar kalau pertanggungjawabnya tidak dibuat atau dilambat-lambatkan? Ini yang terjadi.

Saya perlu klarifikasi. Yang di akhir tahun semuanya sudah terbayar. Jadi kalau dibilang ada yang berbulan-bulan, tidak. Yang menjelang ini yang dari Januari kesini ada yang sudah juga mulai dibayar, asal pertanggungjawabannya sudah diselesaikan. Kami tidak mau melanggar aturan.

23

Yang terjadi, ada pekerjaan di TVRI itu namanya UM (Unit Manager) yang bertanggungjawab melakukan membuat pertanggungjawaban. Kalau saya mereka buat pertanggungjawabannya cepat, kami akan bayar cepat. Termasuk tadi honornya Ibu Lena. Kalau pertanggungjawabannya sudah disusun pasti, tidak ada alasan kami untuk menahan, karena adalah ini uang negara. uangnya sudah ada, yang ada itu adalah pertanggungjawabannya tidak disusun atau dilambat-lambatkan. Atau dibuat tetapi ada kesalahan. Nomor rekening dibikin salah lah.

Saya ini adalah auditor, tiga direksi adalah auditor, kami paham betul dengan permainan seperti ini. Tapi kami tidak boleh mundur. Kalau tidak, kami mundur lagi, barangkali kita tidak WTP. Jadi kami mohon ijin untuk menegakkan ini.

Memang di awal-awal pastilah sebuah change pasti ada resistensi. Tapi percayalah, kalau saya melakukan kesalahan saya bersedia mundur. Insya Alloh saya akan mematuhi aturan. Saya ini adalah bekas auditor, Pak Isnan adalah auditor, Pak Tumpa adalah auditor. Kami berusaha bekerja sesuai dengan aturan.

Kami paham betul bahwa kami harus melakukan pembinaan kepada karyawan-karyawan TVRI. Dan percayalah, tidak mungkin TVRI membaik tanpa pembinaan yang kami lakukan. Sekarang seluruh Indonesia sudah membaik, karyanya baik-baik. Tidak mungkin karya baik tanpa di support oleh manajemen yang baik dibelakang.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Maaf, pendalaman saja, Pak Dirut. Saya juga belum mengerti proses SKK ini. Jadi rupanya SKK ini dibayarkan ketika

pertanggungjawaban sudah selesai. Pertanggungjawaban ini tadi yang membuat adalah unit manajer yang Bapak katakan tadi, berarti ini adalah keterlambatan dan lain-lain ini adalah kesalahan dari unit manajer antara lain. Berarti kan disini wewenang daripada direksi untuk mengganti unit manajer yang tidak perform. Jadi ini jangan klaim itu datangnya ke direksi padahal itu karena kelalaian daripada unit manajer-unit manajer yang dibawahnya. Kalau memang mereka tidak perform ya mereka diganti Pak. Karena tadi seperti dikatakan oleh Pak Helmy bahwa kita ini dikejar oleh target. Luar biasa kalau kita sudah sampai kepada WTP nantinya kalau memang WTP, itu suatu prestasi menurut saya. Tapi ini ada kerikil-kerikil. Jadi sayang juga bahwa laporan ini tidak diterima oleh Dirut.

Maksudnya inilah yang saya katakan, jadinya Dewas dan Direksi ini tolong komunikasinya ini lebih erat. Jadi jangan sudah numpuk baru masalah itu diselesaikan. Seperti temanlah.

Tadi tunkin, kan ada di bagian laporan ini ‘tunkin’. Kan terjawab ya bahwa tunkin itu memang dananya belum cair. Jadi juga pegawai TVRI juga harus diinformasikan. Bukan Direksi yang tidak mau bayar, dana tunkin itu belum cair. Sekarang masalahnya di SKK sekarang ini. Cobalah Pak Dirut dicarilah mekanismenya seperti apa, jangan supaya ke depan ini tidak terjadi lagi. Ini ada Direktur Keuangan, yang unit manajernya tidak benar ganti, supaya semuanya smooth, kerikil-kerikil ini tidak akan ada lagi ke depan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Sebelum dilanjut Pak Dirut, Ibu Meutya akan menanggapi dulu. Silakan.

F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Pak Ketua. Dari tadi saya mengikuti dulu dengan seksama. Dan pada akhirnya saya mungkin

menyimpulkannya begini. Kalau dari Komisi I yang kami tahu persis, karena kami analisa luar dalam itu teman-teman Dewas yang milih kita. Lalu kemudian Dewas menunjuk teman-teman Direksi. Sayangnya hal ini yang dikatakan Dewas bertentangan dengan presentasi yang disampaikan oleh teman-teman Direksi. Kalau tadi penjelasan dari Mas Helmy selaku Dirut sepertinya tidak ada masalah yang terlalu signifikan, tanpa mengecilkan masalah SKK sepertinya kalau dari penjelasan Direksi. Tapi kenapa Dewas bisa mengeluarkan surat teguran berkali-kali.

Sebetulnya kan intinya, meskipun disampaikan dengan suara yang mungkin tidak berapi-api, tapi ada surat-surat teguran yang cukup banyak yang disampaikan ini tidak nyambung. Jadi yang Dewas yang memang untuk TVRI memang fungsi pengawasan itu tidak hanya di DPR RI, karena mungkin semangat dulu reformasi kita tidak ingin lembaga-lembaga, baik pemerintah maupun legislative, untuk mengawasi langsung. Supaya teman-teman TVRI independen maka dibentuklah Dewas. Bagaimana bisa

24

pengawasnya mengatakan tidak baik sehingga banyak teguran, tapi yang diawasi merasa baik-baik saja. Jadi disitu ada missed.

Yang kedua, saya belum pelajari ini aturan mengenai SKK, kalau memang demikian bahwa perlu pertanggungjawaban, ya kita harus lihat dulu ya mungkin dari sisi audit, tapi apakah ini berlaku juga sama terhadap para Direksi. Artinya kalau karyawan harus membuat pertanggungjawaban yang jelas, apakah Direksi juga melakukan hal yang sama dalam hal misalnya kunjungan luar negeri ataupun program-program lainnya yang itu banyak masukan yang kami terima. Jadi pertanggungjawabannya harus sama leveling-nya antara karyawan biasa dengan Direksi.

Yang ketiga, saya ingin tahu saja apa yang terjadi, karena kebetulan masih hubungannya dengan dapil saya, terkait dengan kunjungan dari direksi di Medan dan kemudian ini ada permasalahan yang menimbulkan keresahan di stasiun TVRI Medan. Karena saya juga banyak datang kesana kelihatannya baik-baik saja, saya juga agak kaget ketika diberitahu bahwa ada keresahan disana. Dan ada satu yang saya dengar, kebetulan karena saya kenal juga, ada karyawan yang penyandang disabilitas. Menurut saya itu bagus. Lalu saya dengar ada permasalahan disitu, saya juga kurang paham apa, mungkin tolong ini dijelaskan sebetulnya ada apa.

Tiga poin itu dari saya, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih Ibu Meutya. Sebelum ke Pak Dirut, ada yang mengganjal juga di saya. Kita sama-sama auditor Pak.

Bagaimana mungkin sebuah laporan pertanggungjawaban tidak selesai dalam 6 bulan. Apakah memang sedemikian ruwet bentuk pertanggungjawaban untuk agar bisa comply. Atau memang tidak dikerjakan? Kalau ruwet tentunya pendesain sistem ini harus mencari terobosan agar semudah mungkin seorang karyawan jangan sampai terhambat haknya hanya karena sistem yang berbelit. Saya kira harus dicari terobosan. Jika sudah sederhana sistemnya, sistem pelaporannya/sistem pertanggungjawabannya, mungkin perlu sosialisasi diajarkan bagaimana caranya membuat pelaporan atau pertanggungjawabannya.

Terus terang saya jadi agak pusing ketika melihat kok bisa 6 bulan terhambat pertanggungjawaban. Sedemikian ruwet-nya kah form atau sistem yang ada di TVRI sehingga seorang karyawan sampai nyaris tidak bisa membuat laporan secepat mungkin. Padahal pasti mereka ingin cepat karena duitnya ingin segera didapat. Apalagi duit sudah ada, hanya masalahnya pertanggungjawabannya ini yang belum selesai.

Sesama auditor kita pusing terus terang Pak. Jadi terus terang ini tolong dijelaskan kepada kami agar tidak missed match antara apa yang disampaikan oleh Dewas dengan apa yang disampaikan oleh Direksi.

Silakan Pak. F-PPP (DRA. HJ. LENA MARYANA):

Sebelum Dirut, boleh pendalaman lagi? Yang terakhir tadi yang disampaikan oleh Pak Ketua, ikut bingung Pak walaupun bukan auditor.

Pertanyaannya menjadi sama, karena serumit apakah dan ada niat apakah sampai kemudian pertanggungjawaban begitu lama. Apakah itu disengaja atau tidak.

Saya sendiri itu hampir lupa dengan honor itu. Itu honornya 950 ribu kalau tidak salah. Itu tayang live 19 Januari, baru di transfer pada 12 Mei 2019, hampir 6 bulan. Dan saya sendiri juga sudah tidak ingat, karena biasanya kalau tampil di TV ya tampil saja, tidak lihat honornya. Dan beberapa televise yang transfer juga saya tidak tahu apa masuk atau tidak, tidak pernah di cek. Jadi tampil dengan program, kemudian baru di transfer pada bulan Mei. Inikan serumit apa sampai seperti itu. Kebetulan narasumbernya dari Komisi I tidak mempermasalahkan itu. Tapi kalau kebetulan itu narasumbernya dari luar? Inikan juga menyangkut soal integritas dan kredibilitas dari TVRI.

Yang menyangkut soal Medan ini yang disampaikan oleh yang menamakan dirinya perwakilan pegawai itu katanya persekusi, isu sara. Ada keresahan di stasiun TVRI Medan. Karena tadi diangkat oleh Mbak Meutya, jadi saya sesungguhnya bertanya-tanya terhadap poin-poin yang disampaikan. Dan kalau yang memberikan ini tidak keberatan seharusnya disampaikan juga kepada Dirut, supaya Dirut bisa kalau memang perlu introspeksi-introspeksi, kalau perlu klarifikasi ya klarifikasi. Karena jangan sampai ini meng-awang-awang, tidak jelas persoalannya.

Dan terakhir saya harapkan bahwa persoalan-persoalan ini tidak terulang dengan tadi membangun sistem yang baik sehingga tidak terjadi persalahan yang sama.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

25

Silakan, Pak Dirut.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Terima kasih Pak. Jadi saya merasa senang karena Bapak dan Ibu sudah mulai mengerti mapping. Siapa sih yang

mau di tegur. Bukan uang kita, uang sudah ada. Tapi saya memberi highlight sedikit. Tidak gampang melakukan sebuah perubahan dari kebiasaan yang ada. Yang kami lakukan kan

membuat perubahan. Dari teman-teman TVRI pegang cash, tidak boleh lagi mereka memegang cash. Karena kalau memegang cash segalanya bisa terjadi. Oleh karena itu kami sesuai dengan permintaan Kemenpan agar melakukan reformasi birokrasi, salah satunya dengan melakukan cashless dan cash management system. Menerapkan aturan Pak, it’s very loud and clear kita tidak boleh membayar tanpa pertanggungjawaban.

Saya juga malu, teman-teman saya seniman ada yang 4 bulan tidak dibayar. Begitu saya cek kenapa, karena UM nya belum menyelesaikan pertanggungjawaban. Kenapa, diperlambat atau tidak dikerjakan, mungkin itu tadi Pak karena tidak gampang melakukan sebuah perubahan.

Tadi Ibu Evita pertanyaannya bagus sekali, kenapa tidak diganti saja. UM itu sudah berkali-kali kita ajak bicara. Direktur Keuangan saya inikan ustadz Pak, dengan caranya. Kemudian dibantu juga dengan Dewas, sudah diterangkan, pertama alasannya aplikasi. Diterangkan lagi, kemudian alasannya internet untuk meng-input. Internetnya sudah diperkuat. Berbagai upaya dilakukan dengan penuh kesabaran. Beliau menunggu sampai jam 10 untuk pembayaran, ternyata pertanggungjawabannya tidak diselesaikan dengan baik.

Kami tidak pernah tidak membayar kalau pertanggungjawabannya sudah. Itu sangat clear. Kami tahu ada titik kerikis lagi, dan Dewas sudah mengingatkan saya, yaitu hari raya. Saking kami tidak mau begitu saja disalahkan, kami sudah umumkan Pak. Ada screen di depan/di lobby kami, ini loh berkas-berkas yang belum diselesaikan oleh UM. Malah tadi saya perintahkan Beliau kirimi surat kepada calon penerima SKK bahwa ini siap dibayar, asal pertanggungjawabannya diselesaikan. Malah besok saya perintahkan Dirkeu untuk mengumumkan itu supaya disosialisasikan dengan baik bahwa tidak ada isu Direksi untuk menahan SKK, tidak ada kepentingannya.

Dan kenapa UM nya tidak bisa diganti? Barangkali Direktur Keuangan bisa menjelaskan.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.SI.): Interupsi, Pimpinan. Kita ingin clear ini, dan kita ingin fokus, jangan sampai terganggu dengan hal-hal yang di luar sini.

Kalau di atas sana masih berisik menurut saya kita tidak fokus. Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Ini peringatan terakhir, jika terjadi suara lagi dengan terpaksa yang ada di atas kita kosongkan.

Karena yang di atas sudah mengganggu kami. Kami perjuangkan anda tapi kemudian kami dikacaukan dengan suara-suara itu, dan sampai ada usulan dari anggota untuk menutup balkon. Kami berusaha agar anda bisa menyaksikan bahwa kita sampaikan semua yang anda berikan kepada kami, kepada dirut, dan dijawab juga. Kalau soal tentang sistem yang dibuat, cashless dan sebagainya, saya kebayanglah. Saya kira memang budaya memang harus dirubah pelan-pelan, tapi pasti. Jadi sekali lagi ini peringatan terakhir, dan setelah ini jika terjadi suara-suara yang cukup mengganggu kita akan kosongkan di balkon.

Silakan Pak Dirut dilanjut Pak. Direktur Keuangan, silakan.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Sebelum ke Dirkeu, saya juga menambahkan sedikit. Mohon maaf, Dirkeu. Dan bukannya kami tidak berusaha. Kami kemarin sudah bertemu juga dengan salah satu anak

perusahaan Telkom yang jago sekali dalam IT aplikasi, yaitu Telkom Mitra, dalam hal ini Infomedia. Dan kami berikutnya akan menggunakan aplikasi untuk mengurangi orang dan menyederhanakan prosedur. Jadi yang kami lakukan adalah berikutnya melakukan simplifikasi prosedur.

Termasuk untuk honor narasumber, kami sedang mengupayakan cara. Barangkali mereka begitu perform, kan buktinya sudah ada bukti perform, mungkin kita langsung bisa transfer. Jadi mohon Pak Dirkeu memberikan penjelasan.

26

DIREKTUR KEUANGAN LPP TVRI (ISNAN RAHMANTO, AK., MPA.):

Mohon ijin, Pak Ketua Komisi I/Pak Ketua Sidang. Kami menambahkan bahwa untuk tunggakan tahun 2018, SKK, itu sudah kami selesaikan di 28

Pebruari 2019. Jadi sudah tidak ada lagi tunggakan untuk tahun 2018. Kemudian berkaitan dengan sistem kami perlu menjelaskan bahwa ada dua dilema yang kami

hadapi. Yang pertama dengan kualitas laporan keuangan kami yang belum sampai kepada taraf WTP, dan kemudian kebijakan direksi yang lalu yang cukup longgar di dalam memberikan katakan uang muka kerja dan seterusnya, yang itu menyumbang kepada kualitas laporan keuangan kami sehingga di tahun 2017 kemarin kami masih WDP, yaitu ada uang muka kerja yang belum dipertanggungjawabkan. Inilah makanya kami agak sedikit memperketat. Dan jumlahnya itu cukup besar, yaitu 36 miliar yang uang muka kerja ini. Kami membuat suatu kebijakan di 2018, yaitu adalah dengan cashless dan menggunakan sistem informasi yang kita bangun.

Tetapi yang kami hadapi adalah pegawai yang dengan sistem informasi yang kami bangun ini mereka tidak cukup siap untuk menerima. Berbagai sosialisasi sudah kita laksanakan, tetapi yang namanya UM ini tetap saja mereka menghendaki untuk dilaksanakan secara manual dengan berbagai hal. Ini puncaknya pada lebaran tahun yang lalu kami setengahnya dipaksa untuk lus program sehingga kami mengalah kepada tuntutan karyawan, yang pada waktu itu mereka juga melalui Dewas, untuk kami aplikasi ataupun sistem ini dilonggarkan. Cashless juga kita minta dibatasi saja untuk hal-hal tertentu.

Jadi kami lakukan dan kami adaptasi apa yang diinginkan oleh karyawan, sehingga kami membayar masih gelondongan kepada UM dan juga kepada berbagai vendor yang kita bayar melalui aplikasi ini. Akibatnya, kita ke belakang kita tidak bisa kontrol berapa jumlah uang yang sudah kita keluarkan melalui pagu-pagu anggaran tertentu, sehingga pada akhir periode kita mempunyai tunggakan yang belum kita selesaikan di 2018 itu adalah sebesar 7 miliar. Dan itu sekali lagi, mohon ijin, tunggakan itu terjadi karena pertanggungjawaban datang kepada kami di akhir periode ketika ijin dari KPPN sudah sampai pada deadline-nya, yaitu tanggal 21 Desember. Begitu datan bertubi-tubi pertanggungjawaban itu bersama-sama sehingga kami tidak bisa mengalokasikan anggaran dan tidak bisa melakukan revisi lagi sehingga tertumpuk menjadi tunggakan di 2018 tadi.

Oleh karena itulah sebagai sikap kami tunggakan ini kita selesaikan dengan merevisi anggaran di 2019, dan kemudian telah kita selesaikan di 2019 pada bulan Pebruari tanggal 28 tadi.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Sebelum dilanjut. Yang dulu itu ketika sebelum cashless itu menggunakan sistemnya seperti apa? Biar kami jelas.

Tolong diperjelas, tapi singkat ya, penjelasannya singkat saja. DIREKTUR KEUANGAN LPP TVRI (ISNAN RAHMANTO, AK., MPA.):

Menggunakan Uang Muka Kerja. Jadi diberikan uang muka kepada karyawan, kemudian mereka

mempertanggungjawabkan belakangan. Sehingga pada akhir periode sebelumnya menjadi panjer yang belum dipertanggungjawabkan.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Ini yang SKK ini?

DIREKTUR KEUANGAN LPP TVRI (ISNAN RAHMANTO, AK., MPA.): SKK Pak. Semua pertanggungjawaban adalah melalui Uang Muka Kerja, termasuk SKK, yang

akhirnya menjadi panjer yang belum dipertanggungjawabkan pada akhir periode menjadi temuan BPK dan menyebabkan laporan keuangan kita menjadi WDP di tahun yang lalu. Sebelumnya disclaimer.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Sebenarnya tentang Uang Muka Kerja sepanjang itu masanya pendek dengan sistem ya. Sistem

kan memindahkan beban kerja manual yang ruwet itu dengan sistem komputerisasi itu jadi simple, jadi ringan beban kerjanya. Bukankah laporan akan menjadi lebih cepat?

DIREKTUR KEUANGAN LPP TVRI (ISNAN RAHMANTO, AK., MPA.):

27

Secara teknis memang begitu Pak pada saat semua karyawan sudah memahami SOP, dan dia

juga memiliki kapabilitas untuk melaksanakan pertanggungjawaban secara maksimal/secara umum. Tetapi kita tadi, mohon ijin, kita menghadapi karyawan yang boleh dikatakan ‘gatek’ tadi. Kemudian kita membangun sebuah sistem, penerimaan mereka terhadap sistem ini istilahnya sudah kita rayu dan sebagainya. Dan bahkan untuk memperbaiki performance kami secara khusus melakukan assessment kepada UM-UM ini, kita memberikan semacam penilaian kepada mereka, boleh dikatakan separuh daripada mereka ini yang bisa dikatakan lulus di dalam assessment ini secara jumlah hanya 42 saja. Kemudian sisa-sisa mereka ini sebenarnya mereka boleh dikatakan untuk melaksanakan tugas sebagai unit manajer sebaiknya mereka tidak digunakan lagi. Tetapi karena kita seperti yang disampaikan Pak Dirut sekian tahun moratorium tidak ada lagi yang bisa kita gunakan orang lain, sementara kita masih menggunakan mereka-mereka ini juga di dalam melaksanakan pertanggung-jawaban.

Secara umum, Pak Ketua, bagi mereka yang rajin mempertanggungjawabkan normal, artinya tidak terlalu lama. Tapi bagi mereka yang kurang rajin didalam menyampaikan pertanggungjawaban kepada kami itulah yang terlambat. Kami sudah mencoba untuk merayu, memberikan user support, dan seterusnya, ini yang terjadi sekarang ini pelambatan-pelambatan tersebut adalah karena kondisi SDM kami yang memang perlu secara structural untuk di upgrade tadi.

Barangkali itu tambahan dari kami Pak. KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Sebentar Pak. Masalah assessment apakah murni melulu administrasi atau harus ada skill yang sangat tinggi

sehingga tadi kok kelihatannya rumit sekali. Sebenarnya administratif sekali, atau diperlukan skill yang sangat tinggi sehingga orang tidak mempunyai kapasitas untuk itu.

DIREKTUR KEUANGAN LPP TVRI (ISNAN RAHMANTO, AK., MPA.):

Mohon ijin Pak. Saya melihat yang terjadi di TVRI ini adalah sesuatu hal yang perlu kita lihat dibaliknya. Seperti

kita bicara ‘sewa’, katakan ada belanja sewa atau belanja bahan. Ini belanja sewa atau belanja bahan ini kadang-kadang kenapa lama kembali kepada kita, karena kita menduga sewa ataupun belanja bahan adalah kepada kawan-kawan yang ada di lapangan juga. Jadi pada waktu kita mempertanggung-jawabkan ini kuitansi-kuitansi ini tidak segera datang. Kita sudah mencoba untuk mendapatkan dari kawan-kawan, itu tadi Pak, hitungannya belum jelas dan sebagainya. Ini yang perlu kita dalami lebih lanjut. Kalau kita sebenarnya mendapatkan itu betul-betul dari pihak ketiga sudah barang tentu mereka akan memberikan dengan cepat. Tapi karena kawan-kawan kita ini rata-rata berkutat di belanja-belanja itu juga, ini yang perlu kita assessment lebih cermat lagi.

Barangkali begitu Pak.

F-PPP (DRA. HJ. LENA MARYANA): Pak Ketua. Pertanyaan saya, dimana peran Dewas ini untuk mengurai benang kusut yang tadi disampaikan

ini?

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Nanti kesitu. Tapi ini menarik, karena sudah sangat teknis di orang-orang auditor ini. Tapi saya

pikir mungkin forum ini bukan untuk sampai detail sekali saya kita. Saya menangkap pesannya, dan saya kira nanti mungkin kita perlu lihat lebih dalam lagi. Bukan masalah setengah kamar, bukan masalah tidak mau diketahui. Tapi kita-kita kebayang ketika sistem pengendalian intern dalam audit yang memang menjadi satu yang sangat penting tidak bisa diterapkan, ya mau tidak mau bagaimana juga sulit.

Silakan Pak Elnino.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.SI.): Ini sifatnya interupsi, Pimpinan.

28

Jadi yang pertama bahwa, karena ini sudah jam empat (16.00) kita musti sholat Ashar. Bulan puasa kita saling mengerti. Ini kalau mau dituntaskan, kira-kira kita bicara seperti ini bisa 7-14 hari baru tuntas sampai semuanya, selesai itu masalah.

Menurut saya dengan kondisi seperti ini, saya memahami apa yang dipaparkan oleh Dewas, saya memahami apa yang dipaparkan oleh Direksi, usul saya adalah yang pertama nanti di kesimpulan kita menugaskan Dewas untuk membereskan masalah ini. Itu yang pertama. Yang kedua adalah, jika memungkinkan dan disetujui oleh forum pleno Komisi I ini kita bikin panja soal TVRI. Atau kalau memang sudah ada diaktifkan lagi panjanya.

Karena inikan Pak Ketua sudah bilang ini terlalu teknis, maka panjanya musti datang, bicaralah dengan karyawan yang ada dimana-mana itu, bicaralah dengan direksi, bicaralah dengan Dewas, cari dimana missed-nya. Supaya apa, jangan lagi masalah ini sama dengan yang periode yang lalu Pak, periode yang lalu itu amburadul, ampun. Kita baru dilantik 2014, masih ada KMPKIH waktu itu, masalah TVRI sudah masuk. Sudah macam-macam masalahnya, pusing kita. Seakan-akan ini jadi kita itu mikirnya cuma TVRI saja.

Inilah maksud saya, Pak Ketua, bikinlah panjanya. Ada Ibu Evita disini yang ahlinya, ada Ibu Meutya ahli TV, ada Nico Siahaan yang sangat TVRI, ada Ibu Lena yang sangat rajin, konsern.

Kira-kira itu saran saya, Pimpinan, terima kasih.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Ketua, ijin sebentar. Panja yang hadir ini-ini juga. Cuma saya melihatnya begini, inikan isu yang diangkat sebenarnya beda ini, tidak sama isunya.

Kalau mengenai isu keuangan, keterlambatan dari tunkin jawabannya sudah ada. Clear, memang uangnya belum turun. Isu mengenai SKK sudah ada penjelasan, ini keterlambatan di administrasi. Sekarang ini uangnya ada.

Saya merasakan suatu kebijakan baru itu ketika di implementasi ada yang happy, ada yang tidak happy. Itu wajar. Ini yang terganggu tidak happy sekarang ini. Kita tahu memang masalah di TVRI ini dari aspek keuangan itu dari dulu. Saya ini dua periode di Komisi I, bermitra dengan TVRI. Sampai kita sudah putus asa, “kita bubarkan saja”, dulu sampai begitu. Begitu masalahnya itu tidak selesai-selesai, tidak pernah selesai masalah TVRI ini. “Kita bubarkan kemudian kita bangun lagi dari awal”, stress-nya sudah sampai begitu kita. Kan memang tidak pernah selesai.

Ini ada direksi baru yang ingin mengimplementasi suatu sistem sekarang ini kalau saya lihat. Kalau saya, saya beri kesempatan untuk mengimplementasikan sistem itu. Kita lihat, kita targetkan “menurut anda berapa lama anda bisa menyelesaikan sistem ini. Ketika mereka tidak mampu berarti kita anggap mereka tidak mampu. Tapi memang untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang menyalahgunakan karena cashless, itu banyak sekali TVRI problem-nya di masa lalu. Ini yang berusaha di limitasi oleh direksi yang baru.

Sekarang saya mau tanya Pak Dirkeu, sistem yang baru dibentuk ini kira-kira kapan ini bisa jadinya? Sudah berapa lama menjabat direksi baru ini? 18 bulan. Jadi 18 bulan dengan complexity yang begitu besar di TVRI ini, terutama di bidang keuangan, sekarang berapa lama targetnya?

Kalau memang masalahnya si UM-UM ini yang bikin masalah ya mbok diganti. Pertanyaan saya sama dengan Pak Ketua, apa sulitnya mendidik seorang UM. Apa memang dia harus seorang yang mempunyai speciality yang bagaimana untuk jadi UM. Saya rasa itukan cuma administrasi saja UM itu sebenarnya, pertanggungjawaban. Hanya memperlambat ini karena tidak ada, manfaatnya itu tidak ada, mau dipercepat/diperlambat tidak ada untuk dianya.

Sekarang sistem ini harus dibangun. UM nya kalau tidak bisa ini dengan bagus ya diganti, di training. Orang-orang yang bagus di bidik. Orang-orang yang bagus di TVRI bisa dijadikan UM. Di training yang tidak bagus. Kalau di kasih peringatan satu tidak mempan, peringatan dua tidak mempan, ya peringatan ketiga di ganti dengan orang-orang yang sudah kita persiapkan.

Tadi omongan Bapak selalu kembalinya ke UM lagi, berarti kan problem-nya ini ada di UM, si UM ini yang hrus kita selesaikan. Kalau tidak nanti kita datang lagi dengan masalah baru kalau kita tidak menyelesaikan si UM ini. Pak Dirut bicara sama, buntut-buntutnya ke UM. Pak Dirkeu sudah ngomong panjang lebar, masalahnya di UM lagi. Berarti masalah kita di UM. Masalah ini yang kita benerin dulu ini, UM ini.

Terima kasih.

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.SI.): Pimpinan, ijin.

29

Ini kayak orang dalam satu tim sepakbola. Kalau pemainnya tidak nyambung, satu pemain bisa di ganti, tiga pemain tidak nyambung ganti pemainnya tiga orang. Kalau sebelasnya tidak nyambung, pelatihnya yang ganti. Masa karena hanya bisa tiga yang di ganti pemain kalau dibolakakikan. Kira-kira begitu.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Pak Nino, sebentar. Tidak bisa seperti itu. Memang Pak Nino tahu berapa jumlah UM yang ada di TVRI? Terus posisi

dia ada di middle manajer atau dimana? Itukan kita juga tidak tahu, karena ktia tidak tahu struktur organisasi TVRI. Jangan-jangan kita under estimate, ternyata dia middle manajer, banyak sekali, membawahi semua karyawan, susah. Saya kira sistem yang harus ditegakkan, sistem harus dibangun sedemikian rupa. Berikan penjelasan, berikan garansi. Yakinkan dengan UM bahwa dengan cara sistem baru ini maka dia akan mendapatkan uang dengan lebih cepat. Dan akuntabel yang paling penting.

Sebenarnya, tadi mungkin disampaikan, karena sudah cukup jelas disampaikan, mungkin karena mengambil barang atau apa dari temannya sendiri, tidak ada masalah ketika memang comply dengan aturan. Apa comply aturan, dia harus ada badan usaha.

Misalnya beli bahan, kalau dari teman yang sudah lebih mengerti apa salahnya. Tapi ada badan usaha yang memang menjadi supplier atau apalah namanya sehingga comply terhadap aturan itu. Yang paling penting kan compliant. Bukan berarti kemudian badan usaha ini menjadi pihak ketiga sebagaimana yang dimaksudkan Bapak tadi, sah-sah saja.

F-PPP (DRA. HJ. LENA MARYANA):

Pak Ketua, saya ingin menambahkan sedikit. Tadi dua usulan yang disampaikan oleh Pak Nino yang pertama saya mendukung bahwa kita

serahkan kepada Dewas untuk sekali lagi memediasi/ membereskan apa yang sudah disampaikan tadi. Tapi tidak perlu panja.

Dan tadi dijelaskan oleh Direktur Keuangan, inikan juga dari UM yang dijelaskan inikan ada yang sudah mulai ikut dengan sistem yang dibangun, tapi ada yang belum. Itu saja yang diselesaikan menurut saya. Jadi persoalannya tidak akan rumit kalau ada Dewas disini, kemudian ada direksi, ada juga Komisi I. Komisi I disinikan menampung tadi yang sudah dikeluhkan, dan kita konfirmasi, dan ternyata ada klarifikasi, dan kita kemudian sedikit demi sedikit memahami persoalan yang ada di dalam ini. Jadi usulan Pak Nino bisa saya dukung yang pertama. Tapi tidak perlu panjang menurut saya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Pak Supiadin, silakan.

F-NASDEM (MAYJEN TNI (PURN) SUPIADIN ARIES SAPUTRA): Saran singkat saja. Ini kalau kita tanya jawab terus tidak akan habis waktunya. Menurut saya sekarang kita beri waktu

saja kepada TVRI berapa perlu waktu untuk menyelesaikan ini. Kemudian kita lakukan rapat tertutup dengan pihak direksi sehingga bisa terbuka betul masalah-masalahnya. Karena sebenarnya kita/Komisi I tidak mau terlalu ikut campur masalah-masalah satuan tiga ini. Kan masalah kebijakan ini.

Jadi menurut saya kita beri waktu kapan sanggupnya. Apakah minggu depan sebelum lebaran harus sudah selesai. Kemudian kita rapat kembali tertutup, supaya semuanya clear tidak berkepanjangan. Karena memang masalah TVRI ini sudah masalah panjang menurut saya. Jadi artinya Pak Helmi ini menerima kerak-kerak dari sana. Ada yang kerak sudah mutung, ada kerak yang baru.

Jadi saya pikir begitu usulan saya, terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Baik, saya kira tadi sudah masukkan/tanggapan-tanggapan sudah banyak sekali. Kita beri

kesempatan kepada Pak Dirut untuk merampungkan jawabannya. Silakan Pak.

30

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.):

Terima kasih Ketua. Terima kasih Anggota Komisi I yang sangat saya hormati. Sungguh suatu kebanggaan/kebahagiaan bagi saya mendapatkan perhatian yang demikian besar.

Kalau menurut saya kami siap melaksanakan apa yang diminta. Saya cuma minta bahwa berikanlah kami wewenang kekuasaan penuh sesuai dengan wewenang kami. Jadi itu inti Pak.

Kalau kami inikan menegakkan aturan Pak, melakukan pembinaan. Karena pembinaan itu adalah domain dari dewan direksi. Kami Insya Alloh akan tegak lurus. Kalau kami salah silakan tegur. Bila perlu kalau terlalu salah kami berenam siap mundur Pak, karena itu memang dari yang kami lakukan. Jadi itu yang komitmen kami. Kami berenam solid, saling menasehati, saling memotivasi.

Jadi ada berbagai hal Pak. Surat inikan cuma mengatasnamakan karyawan. Karyawan TVRI itu ada 5 ribu Pak. Jadi kami tidak ditembusin Pak, jangan-jangan ada fitnah disitu. Kami ke luar negeri tidak pernah bermain-main. Kami tidak ada yang bermain golf. Saya tidak pernah main golf. Saya tidak pernah macam-macam Pak ke luar negeri.

Kami inikan diminta Dewas untuk menjadi world class public broadcaster. Tahun ini TVRI akan TVRI Internasional, untuk itu kami memerlukan untuk berhubungan dengan lembaga internasional. Itulah yang membuat sebagian direksi, karena ada dua masih belum pernah ke luar negeri. Harus jemput bola memperkenalkan diri. Tahun lalu saya empat kali ke luar negeri. Tahun ini baru sekali, itupun karean saya tidak bisa menolak undangan dari Iran.

Dan kami selalu begitu pulang ada yang kami bawa Pak. Program gratis, itu banyak sekali program gratis kami dapatkan. Termasuk pembinaan karyawan. Kami menolak kalau kami dikatakan melakukan kriminalisasi pegawai. Kami melakukan sesuai aturan. Kalau tidak sesuai aturan, tuntutlah kami. Ada PTUN segala macam. Kami tidak pernah memutus kontrak, tidak. Yang kami lakukan adalah tidak memperpanjang kontrak. Dan kami punya alasan. Karena menurut kami TVRI adalah sebuah lembaga pelayanan publik, mogok adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan.

Dan kami sudah melakukan sosialisasi sesuai dengan arahan Dewas. Kami ajak bertemu orangnya. Dan sudah kami peringatkan “kamu tidak boleh mogok”. Yang terjadi tetap ada yang mogok. Dan orang yang disebut tadi sampai sekarang sudah bertemu tiga kali dipanggil Dir PB tidak pernah meminta maaf. Ada yang mogok minta maaf, tetap kami pekerjakan. Kami sudah memimpin dengan hati Pak.

Perkenankanlah kami untuk kewibawaan direksi kami harus menegakkan aturan. Pegawai TVRI itu, barangkali Ibu Evita sudah tahu sendiri kali ya, maki-maki direksi di depan umum. Itu tidak pernah saya temui. Saya ini 26 tahun pegawai negeri. Ini saya buka saja, Dir PB sudah pernah disiram air oleh pegawai kami yang mabuk. Tidak ada PNS model begini. Tapi saya paham, karena mereka tidak pernah dibina sebagai PNS seperti PNS-PNS lain. Inikan PNS semua Pak, Pak Isnan BPKP, Pak Tumpa BPKP. Saya mantan PNS 26 tahun.

Inilah kami mohon waktu untuk melakukan pembinaan-pembinaan. Dan kami percaya Pak, masih jauh lebih banyak yang baik. Kalau tidak, tidak mungkin kami bisa merubah TVRI. Layarnya berubah, PNBP naik. Sebentar lagi WTP.

Termasuk yang Medan. Medan itu kami menerima laporan pengaduan banyak sekali. Dan kami sedang melakukan klarifikasi supaya kalaupun terjadi pembinaan sudah merupakan sesuatu keputusan yang benar. Kami juga tidak mau salah. Dan performance dari stasiun Sumatera Utara itu termasuk yang tidak menggembirakan, padahal tipe A yang menyerap budget cukup besar. Jadi percayalah, kami 5 orang adalah bukan orang TVRI.

Kami tidak punya teman, tidak pernah punya musuh, tidak pernah punya masa lalu di TVRI. Yang kami lakukan adalah ingin membawa TVRI ke masa kejayaan. Dan sekarang track-nya sudah kelihatan, tahun depan pagu indikatif kami sudah dinaikkan, Insya Alloh kami makin perform.

Jadi sekali lagi, berilah kami kesempatan, kami akan perbaiki ini semua. Asal kami tidak dicampurtangani. Ini yang berat Pak. Termasuk ke kepegawaian, ke keuangan, menjadi PR kami. Dan saya akan turun langsung untuk melakukan itu. Kita akan melakukan simplifikasi. Dan termasuk pembinaan karyawan.

Ada resistensi, Pak Ketua. Ini ada aliran ingin membuat TVRI supaya balik lagi ke masa lalu, tidak cashless dan tidak cash management system. Ini yang sedang kita tertibkan walaupun pelan-pelan.

Jadi percayalah kami sangat memimpin dengan kebersamaan. Kami berenam tidak ada yang dibelakang meja Pak. Kami turun ke bawah. Saya dapat dari Yonan begitu saya seminggu jadi dirut, “bagaimana rahasianya anda mentransformasikan”. Dia bilang “leader has to be seen, bahwa pemimpin harus terlihat”. Kami terlihat dimana-mana Pak. Saya mengarahkan kameramen, saya memimpin kreatif, dan sebagainya. Jadi saya pikir itu yang bisa saya lakukan.

Terima kasih.

31

F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Interupsi, Ketua, interupsi sedikit saja. Jadi tanggapan Direksi terhadap masukan-masukan Dewas itu seperti apa? Karena jawabannya

terlihat sangat defensive seolah betul-betul tidak ada apa-apa, tapi dari Dewas berbeda. Saya ingin tahu pandangan Direksi terhadap masukan oleh Dewas.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.): Kami sangat perhatikan. Apa yang jadi konsern Dewas kami laksanakan. Masalah layar, masalah

pembinaan. Berbagai hal kami sangat perhatikan. Jadi kami tidak pernah juga tidak melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh Dewas. Tetapi kalau levelnya operasional menurut kami itu adalah, kepercayaan kan sudah diberikan kepada, kami akan melakukannya dengan baik. Kami berusaha sebaik mungkin. Karena Dewas memberikan kami visi misi yang juga sangat jelas, reformasi birokrasi, optimalisasi aset, world class broadcaster, semuanya kami lakukan. Dan tidak mungkin tujuan-tujuan besar itu bisa kami lakukan tanpa pembinaan karyawan, tanpa membereskan masalah tata kelola keuangan. Jadi saya bisa menjawab seperti itu.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Terima kasih. Ada tambahan dari direksi yang lain? Silakan.

DIREKTUR UMUM LPP TVRI (TUMPAK PASARIBU, S.E., AK., M.AK, CA.): Terima kasih Pak. Saya, Tumpak Pasaribu, Direktur Umum. Tadi ada beberapakali yang disebutkan nama saya,

mungkin juga perlu klarifikasi, dan mungkin menambah penjelasan yang disampaikan oleh Pak Dirut kaitannya dengan pembinaan SDM.

Jadi setelah kami dilantik kami melakukan beberapa langkah-langkah, terutama masalah penyerapan program-program reformasi birokrasi. Karena mustahil TVRI sejak diberhentikan tunjangan operasional, karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Negara, maka tunjangan operasional pegawai TVRI itu dihentikan, dan menggunakan pola PNBP. Jadi seluruh penerimaan-penerimaan dari jasa siaran dan non siaran itu langsung di setor ke kas negara. Kalau dulu bisa digunakan langsung, dan memang itu sangat potensial untuk disalahgunakan.

Ketika kami sudah jadi direksi, kami menggunakan program reformasi birokrasi untuk mendapatkan kesejahteraan pegawai melalui tunjangan kinerja.. dan kami melakukakn itu, dan alhamdulillaah sudah melalui proses. Dan saat ini sudah di Sekneg, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa turun sehingga kami bisa membayar tunjangan kinerja (tunkin) kepada pegawai.

Dampak dari reformasi birokrasi tentu ada Pak, terutama masalah penegakkan disiplin, penegakkan aturan, yang memang harus kami lakukan secara konsisten. Kami juga melakukan assessment dan pemetaan terhadap SDM. 53 persen pegawai TVRI itu memang diatas 50 tahun, jadi kalau kita bandingkan dengan industri broadcast memang ini sudah tidak ideal.

Dan kami juga sudah mempelajari bahwa sejak TVRI menjadi lembaga penyiaran publik, itu pembinaan pegawai itu hampir tidak pernah dilakukan. Jadi sebenarnya pegawai TVRI itu ada dua jenis, pegawai negeri dan PPNPNS. Pegawai negeri adalah pegawai Kominfo yang dipekerjakan di TVRI. Kami selaku direksi atau Direktur umum diberikan kewenangan hanya terbatas. Pembinaan yang sesungguhnya itu adalah dari Kominfo. Nyatanya apa, tidak pernah ada program-program pembinaan pegawai dari Kominfo untuk peningkatan karir maupun pembinaan SDM. Dan ini kami alami dan sangat sulit bagi kami memang untuk mengembalikan agar pegawai ini bisa sesuai dengan harapan reformasi birokrasi.

Sebagai contoh saja Pak, tingkat kedisiplinan pegawai itu sangat parah Pak. Ada pegawai yang tidak pernah masuk kantor. Sekarang setelah reformasi birokrasi kami siapkan yang namanya finger print. Dulu ada itu, tetapi tidak tertib. Sekarang sudah kita mulai tertibkan.

Ada 29 pegawai sekarang ancaman hukumannya adalah berat dan sedang. Karena ada yang tidak hadir lebih dari di atas 16 hari. Bahkan ada sampai diatas 100 hari dalam satu tahun. Ini sangat parah mengenai SDM TVRI. Ini kami lakukan. Dan kami sdah rapat juga dengan Kominfo dan BKN apa yang harus kami lakukan terhadap ini. Maka kami harus melakukan pemeriksaan dan klarifikasi. Dalam waktu dekat akan kami periksa Pak.

32

Yang kedua lagi adalah masalah pimpinan pegawai dan masalah mutasi. Banyak sekali pejabat/pegawai TVRI tidak pernah dimutasi, jabatannya kepala seksi lebih dari 10 tahun di tempat itu juga. Sehingga apa yang terjadi, lebih berkuasa dari kepala stasiunnya.

Yang kami lakukan kemarin idealnya adalah 2 sampai 5 tahun harus mutasi pegawai sebenarnya. Ketika itu kami lakukan banyak retensi Pak, banyak yang menolak. Bahkan ada beberapa pegawai yang kami angkat menjadi pejabat struktural tidak mau, tidak berangkat. Padahal ini dalam rangka pembinaan untuk karir yang bersangkutan.

Tadi Ibu Meutya ada menyinggung masalah di Medan. Terus terang saya kenal Pak Wisnu, dan saya dekat juga dengan beliau. Tapi kami tidak bisa membiarkan kepala stasiun dia itu pimpinan melakukan tindakan-tindakan yang merusak citra TVRI, baik masalah moral maupun masalah disiplin. Kami melihat bahwa kepala stasiun Medan absensinya sampai 17 kali tidak ada di tempat. Dan melakukan perjalanan dinas tanpa seijin direksi di luar dari wilayah itu. Itu aturan kita sudah ada, itu sudah kami lakukan pemeriksaan melalui satuan pengawasan internal. Jadi kalaupun terjadi disana keresahan saya kira bukan. Ini kita melakukan penegakkan disiplin. Dan ini tidak hanya kepada seseorang, ini berlaku kepada seluruh pegawai.

Termasuk tadi masalah penyiar yang mogok kemarin kita juga melakukan klarifikasi. Ada satu orang ini bukan pegawai sebenarnya, yaitu Pak Setya Yoga Pratama. Dia ini adalah tenaga kontrak. Dan salah satu klausul di kontrak itu adalah kami boleh perpanjang atau tidak.

Jadi masa kerjanya kan sampai dengan 31 Mei. Karena yang bersangkutan berdasarkan penilaian, ini juga bukan penilaian dari saya, tetapi dari penilaian dari satuan kerja memberikan nilai cukup. Dan ada rekomendasi agar tidak diperpanjang.

Inikan masalah perpanjangan kontrak, bukan pegawai. Kalau pegawai iya, artinya harus kita bina dia. Kalau inikan kontrak dengan orang lain, ada masanya. Kalau kami tidak suka boleh kami tidak memperpanjang itu.

Jadi itu yang ingin saya tambahkan. Kemudian, tadi karena saya menyinggung tadi ada main golf. Saya ke Medan akhir Desember

dalam rangka menghadiri ulang tahun stasiun TVRI Medan, dan menghadiri natal nasional, dan saya ada disana. Kebetulan saya ada waktu disana. Saya punya teman di bank daerah Sumatera Utara. Saya kesana itukan menghadiri acara ulang tahun TVRI yang acaranya adalah sore, saya gunakan pagi kebetulan saya diajak teman. Dan bahkan yang saya gunakan juga stick golf-nya kepala stasiun Medan. Saya kira saya tidak tahu apakah saya melanggar aturan disitu, rasanya tidak. Karena bukan dalam rangka yang lain saya kesana, tetapi dalam rangka menghadiri. Dan saya hadir, baik di acara ulang tahun TVRI maupun untuk natal nasional itu.

Jadi mohon ijin itu penjelasan tambahan dari kami. Mudah-mudahan Bapak Pimpinan dan seluruh Anggota Komisi I bisa memahami kondisi TVRI saat ini.

Terima kasih.

F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Maksudnya supaya enak, Ketua, tadi kan tanggapan terhadap masukan dari Dewas dan Direksi

mengatakan sudah mengikuti. Apakah Dewas sudah merasa masukannya diperhatikan oleh teman-teman Direksi?

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Langsung saja dari Dewas saya kira mau menambahkan tadi.

ANGGOTA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. MARYUNI KABUL BUDIONO, M.PD.):

Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Salam Sejahtera untuk kita semua.

Apa yang terjadi hari ini tentu akan menjadi bahan inspeksi, baik pun buat Direksi dan juga buat

Dewas. Karena memang kami itu dua pihak yang sama-sama mendapatkan amanah untuk membawa TVRI menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Insya Alloh. Karena itu yang terjadi pada hari ini tentu akan menjadi bahan pelajaran juga bagi kami selaku Dewas untuk dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik.

Mohon maaf, mohon ijin, Bapak Pimpinan dan juga Anggota, terkait dengan pertanyaan Ibu Meutya tadi bahwa kami sudah sampai membuat teguran kepada Direksi. Mungkin saya hanya menambahkan sedikit yang disampaikan oleh Pak Ketua tadi, bahwa apa-apa yang disampaikan oleh

33

Bapak/Ibu Anggota Komisi I ini mengenai soal bagaimana mengatasi masalah SKK. Sesungguhnya sudah menjadi bahan kami untuk melakukan pembinaan kepada Direksi.

Menjelang lebaran tahun lalu memang ada unsur karyawan yang kemudian menemui Dewas menyampaikan bahwa sudah menjelang lebaran, tiga minggu sebelum lebaran, SKK nya belum dibayarkan. Kami selaku Dewas bersedia untuk menerima karyawan di lantai 12. Lalu kami sampaikan nanti kita komunikasi dengan direksi. Keputusan akhirnya direksi tidak lagi menggunakan cashless untuk mengatasi menjelang lebaran itu memang keputusan direksi, tapi kami mengetahui.

Mengapa kemudian kami mengakomodir ini? Karena kami itu sesungguhnya menginginkan bahwa persoalan internal TVRI itu kita selesaikan di dalam saja, karena kan kita ingin memulai era baru dimana kemudian berbagai hal yang itu jangan sampai keluar. Karena kami mendapatkan amanah waktu tes di Komisi I seperti itu, karena itu kita berusaha memelihara situasi di dalam sehingga demikian baik, kondusif. Jangan sampai kemudian menjadi masalah. Karena itulah bahwa kemudian kita meminta direksi untuk menyelesaikan ini.

Jadi sesungguhnya ketika Pak Arif mengatakan ‘kami’ itu mengingatkan direksi untuk mencoba mengantisipasi jauh-jauh hari. Diantaranya kami juga kemudian memberikan permintaan kepada direksi agar kita setuju dengan aplikasi. Karena memang itu kebijakan Dewas cashless. Tetapi alangkah baiknya jika ini tidak serta merta diberlakukan secara menyeluruh. Tetapi mari kita coba misalnya membuat pilot project di lingkungan direktorat. Sehingga nanti kalau itu sudah jalan baik baru kita perlakukan secara menyeluruh. Tetapi kami memahami bahwa ketika direksi berusaha melaksanakan ini silakan. Tetapi itu tadi, harus disosialisasikan. Ternyata memang ketika lebaran terbayar dengan baik lalu kemudian berjalan lagi.

Untuk direksi mohon maaf ini, biar kita sama-sama enak di depan Anggota Dewan yang kita hormati, menjelang akhir tahun itu di bulan Oktober-Nopember kami sudah mengingatkan jangan sampai ini terulang kembali menjelang akhir tahun. Mengapa demikian, karena tutup anggaran di Kementerian Keuangan itu Nopember dan Desember. Kalau tidak kita cicil dari saat itu maka tentu nanti menimbulkan masalah.

Satu hal yang kemudian kami ingatkan adalah, untuk pekerjaan di pemberitaan misalnya, itu pekerjaan dari hari ke hari. Saya kira dengan demikian tentu mari kita antisipasi sejak awal. Jangan sampai ketika sudah tutup pertanggungjawaban keuangan sampai akhir tahun ternyata belum beres, nanti tertolak uangnya itu.

Kami mengundang direksi lalu membuat surat. Kemudian kami ulangi kembali, mohon maaf ini direksi, Oktober kami ingatkan kembali mari kita buat SOP yang jelas. Dan SOP ini sudah kita mintakan sejak awal agar menjadi bridging dari persoalan ini. Jadi kami sudah tahu bahwa ini antara lain itu UM. Tetapi kan tidak harus semua UM harus disalahkan, karena ada UM yang juga baik. Dan kami yakin komitmen teman-teman TVRI itu baik.

Mari Bapak dan Ibu bayangkan, kalau mereka tidak sabar dan baik, ketika PNBP keluar lalu tunjangan operasional diberhentikan sama sekali, mereka pasti memberontak tidak mau. Tapi ternyata mau juga. Persyaratannya untuk urusan keuangan mari kita selesaikan secara bersama-sama dengan baik. Ternyata memang akhirnya menjelang akhir tahun SKK tidak bisa diselesaikan, termasuk beberapa pembayaran yang kepada rekanan. Jumlahnya 13 miliar kalau tidak salah. Kami mengingatkan, harap diselesaikan dengan cepat. Mengapa, sebab kalau masuk tahun berikutnya kita belum menyelesaikan ini akan terkendala untuk tahun yang berikutnya lagi. Mari kita buat SOP, kia sosialisasikan dengan cara yang sangat baik. Kita undang orang-orang yang mungkin kita anggap bermasalah untuk memahami aturan baru untuk kebaikan TVRI ke depan. Bukan untuk merugikan siapapun.

Karena kita menginginkan TVRI itu harus trust worthy, kredibel. Lalu awal tahun kita ingatkan, jangan sampai menjadi masalah. Dan uang 13 miliar itu jangan sampai mengganggu yang lain. Karena itu kami mengundang direksi, perencanaan, antara pemrograman keuangan harus sinkron dilaksanakan. Jangan sampai tubrukan-tubrukan. Dan kami juga minta tiap bulan itu kami diberikan laporan berapa uang yang sudah kepakai dari bidang apa. Jadi kami sudah berusaha melakukan itu.

Lalu awal tahun kami ingatkan, kalau anda sibuk membayar tunggakan Januari sampai Maret misalnya.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Pak Kabul, saya stop dulu. Permintaan Mbak Meutya cuma apakah Dewas merasa sudah diikuti permintaannya tadi atau

belum. Jangan panjang-panjang, ini sudah setengah lima ini. Karena memang kita setting rapat ini sampai jam empat (16.00), jadi tidak disiapkan makan disana untuk buka puasa. Ini kita tuan rumahnya juga ketir-ketir ini. ANGGOTA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. MARYUNI KABUL BUDIONO, M.PD.):

34

Mohon ijin, Pak Pimpinan. Untuk menjawab ini tentu saya harus berkomunikasi dulu dengan Anggota Dewas yang lain. Tetapi

mungkin jawabnya begini, direksi sudah berusaha untuk melaksanakan apa yang diminta oleh Dewas dengan sebaik mungkin. Itu jawaban kami, itu saja.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Baik, jelas. Itu saja itu. Silakan, jangan panjang-panjang.

ANGGOTA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (PAMUNGKAS TRISHADIATMOKO): Ijinkan yang pertama, kami menerima terima kasih atas diingatkan kembali bahwa mandat akhir

dari TVRI itu pada Dewas. Baik the end of the day lima tahun pertanggungjawaban kami kepada Presiden dan Dewas bukan oleh Direksi, tapi oleh Dewas, sehingga kami akan bekerja lebih baik, bekerja lebih tepat bersama dengan Direksi.

Yang kedua, ijinkan kami memberikan perspektif lain. Saat Pak Ketua tadi menyampaikan ada teguran-teguran yang diikuti dengan sistem KPI (Key

Performance Indicator). Bagi kami/Dewas yang empat itu di luar TVRI. Dan direksi untungnya lima diantara enam direksi itu di luar TVRI. Dan kami sudah terbiasa dari lingkungan manajemen yang umum bahwa kami menganggap bahwa ini missed management harus diselesaikan dengan cara-cara manajemen yang lebih baik. Sehingga kami/Dewas menyepakati setiap enam bulan akan dilakukan performance apprecial. Bagi kami mudah. Kalau ternyata walaupun ada komunikasi ataupun cara-caranya kami ada yang di lihat pihak-pihak lain tidak sama ataupun tidak asimetri, namun kami sudah tegas bahwa seandainya tidak bisa mengikuti key performance indicator ya selesai, artinya bahwa kami akan menggunakan hak-hak kami. Karena kami harus bertanggungjawab pada DPR.

Kami biasanya setelah melakukan teguran, kami juga melakukan teguran. Dan kami lakukan rutin setiap enam bulan, sehingga pada ujungnya adalah sistem manajemen yang akan berlaku. Kalau mereka menyesuaikan apa yang menjadi mandat, dan sesuai dengan KPI tiap enam bulan, itulah prestasi mereka. Jadi bagi kami Dewas melakukan ini dengan cara yang sistematik, cara professional. Kami berteman semua dengan teman-teman ini semua. Buktinya kami sudah melakukan teguran.

Dan taat KPI tidak semuanya bagus. Ada yang hampir pemilihan terakhir ada sekian 50 persen kalau tidak salah cukup memuaskan. Bahkan cenderung menengah ke bawah. Bagi kami tool management ini akan kita gunakan untuk menilai apa yang telah dilakukan. Jadi performance itu adalah bagian dari salah satu sistem penilaian yang kita susun. Termasuk disitu ada leadership, dan sebagainya target-target lain.

Terima kasih, mudah-mudahan sedikit memberikan perspektif yang lain.

ANGGOTA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. MARYUNI KABUL BUDIONO, M.PD.): Pak Ketua, mohon ijin sedikit lagi. Karena tadi saya sudah diskusi dengan Ibu Heni, dengan Pak Arif, tentang jawaban saya. Maka

saya ingin mengatakan bahwa, Dewas sudah memberikan petunjuk seperlunya kepada Direksi. Tapi menurut kesimpulan kami Direksi belum dapat sepenuhnya melaksanakan harapan dan petunjuk dari Dewan Pengawas.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Terima kasih. Kata kunci tadi itu yang kita tunggu dari tadi. Saya kira demikian dari Direksi sudah disampaikan semuanya. Kita masuk pada kesimpulan rapat

hari ini.

Draft Kesimpulan Rapat Dengar Pendapat

Komisi I DPR RI dengan Dewas LPP TVRI dan Direksi LPP TVRI Senin, 20 Mei 2019

1. Komisi I DPR RI menerima penjelasan Dewas dan Direksi LPP TVRI terkait penayangan

siaran Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2019. Sehubungan dengan hal tersebut

35

Komisi I DPR RI memberikan apresiasi kepada LPP TVRI terkait program isi siaran pemilu dan kedepannya untuk dapat meningkatkan program siaran pemilu sesuai dengan perannya sebagai media pemersatu bangsa; Saya kira ini umum saja ya.

(RAPAT : SETUJU)

2. Komisi I DPR RI mendesak Dewas LPP TVRI untuk segera melakukan langkah-langkah strategis dalam menyelesaikan permasalahan di internal LPP TVRI, serta menindak tegas bila ditemukan pelanggaran terkait kinerja Direksi LPP TVRI yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sehubungan dengan hal tersebut Komisi I DPR RI meminta Dewas LPP TVRI untuk menyampaikan progress report penyelesaian masalah tersebut kepada Komisi I DPR RI;

F-GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, S.T., M.SI.): Pimpinan, Yang pertama adalah Komisi I mendesak Dewas LPP TVRI untuk melakukan langkah-langkah

strategis itu bukan hanya soal kinerja Direksi LPP. Tapi kinerja TVRI secara keseluruhan. Direksi TVRI dan jajarannya, tambah saja ‘dan jajarannya’ disitu, ‘yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku’. Kita juga sadar bahwa ada juga persoalan indisipliner diantara satu-dua oknum pegawai TVRI, itu juga harus diperhatikan juga oleh Dewas.

Terima kasih.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Saya menangkap apa yang dimaksudkan. Kalau disini seakan-akan kerisuhnya ini ada kesalahan

Direksi dari kesimpulan yang ada. Sebenarnya kita sudah mendengar juga laporan dari Direksi, ada yang karyawan itu tidak masuk 100 hari, tidak masuk sekian hari. Mereka melakukan pembenahan. Sekali lagi, perubahan ini ada yang suka, ada yang tidak suka, kan begitu. Jadi disini mungkin tidak disebut ‘Direksi LPP’, tapi pelanggaran terkait manajemen TVRI. Jadi manajemennya dari TVRI ini yang sebenarnya pelu di audit. Kalau memang kesalahannya itu di UM, diapain ini UM ini. Itu kebanyakan tadi disampaikan stafnya ada yang seenak-enaknya tidak absen, tidak apa. Disciplinary action harus diambil. Tidak suka ya tidak usah keja di TVRI. Jadi itu Direksi harus melakukan itu. Jadi disini seakan-akan nomor 2 ini yang salah itu Direksi saja, padahal ada juga karyawan yang harus juga kita rubah sistem kerjanya.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Sebentar. Memang kita tidak mungkin masuk sampai karyawan. Kalau sampai ada karyawan yang begitu

Direksi tidak mampu mengatasi, yang masalah ya direksinya.

F-PPP (DRA. HJ. LENA MARYANA): Sepakat, Pak Ketua. Itu diskresinya Direksi kepada semua tadi yang disampaikan.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Kita kan tidak mungkin ngomong karyawan ditindak dan seterusnya. Kita ngomongnya smapai di

Direksi saja. Kalau ada masalah dibawah kan tidak mungkin dibawa ke Komisi I. Kita tahunya bagaimana Direksi mengatasi permasalahan ini selesai, dan tujuan TVRI tercapai. Kita tidak mau dipusingkan dengan yang sangat teknis sekali, kita tidak mau lah.

F-PDIP (DR. EVITA NURSANTY, M.SC.): Dewas harus bekerjasama dan tegas terhadap Direksi, Direksi harus tegas terhadap karyawan.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Itu otomatis.

36

Sudah ya, saya kira tidak ada yang di revisi ya. Sepakat ya? Tidak usah saya bacakan lagi ya, karena tidak ada revisi.

(RAPAT : SETUJU)

3. Sehubungan dengan telah diterapkan sistem informasi tata kelola keuangan di LPP TVRI,

Komisi I mendesak Direksi LPP TVRI untuk terus melakukan sosialisasi yang lebih intensif dan langkah-langkah strategis guna memnimalkan adanya permasalahan yang dapat mengganggu kesejahteraan karyawan dan kinerja LPP TVRI; Ada revisi? Setuju?

(RAPAT : SETUJU)

Terus terang begini, dulu ketika kita rapat awal-awal itu betapa kita membayangkan mbok jangan disclaimer lah. Minimal WDP lah. Kalau masih WDP kita masih bisa terima WDP tercapai. Kita harapannya WTP. Tadi kalau ada informasi yang cukup baik, kemungkinan WTP ya kita harus apresiasi juga Dirut. Tapi kalau masih ada masalah karyawan yang tidak bisa diatasi kita kasih punishment juga Direksi ini.

Saya kira demikian, saya tidak perlu bacakan lagi. Mari kita dengarkan kata penutup dari yang pertama Dewas dulu. Silakan.

KETUA DEWAN PENGAWAS LPP TVRI (DRS. ARIEF HIDAYAT THAMRIN, M.M.):

Kami ucapkan terima kasih atas input, kritik, saran, dan resume yang ada dengan adanya langkah-

langkah strategis. Termasuk membentuk komite audit kami ada empowernment dari Komisi I. Terima kasih atas kepercayaan ini, kami akan perbaiki dan melaksanakannya dengan baik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI): Untuk masalah komite audit nanti rencana yang mau dilakukan harus disampaikan Komisi I dulu

agar sesuai tidak dengan usulan tadi. Sekarang kata penutup dari Dirut, silakan.

DIREKTUR UTAMA LPP TVRI (HELMY YAHYA, MPA, AK., CPMA, CA.):

Terima kasih Pak Ketua dan seluruh Anggota. Saya mengucapkan terima kasih atas segala masukan. Usul, saran, semuanya kami terima. Dan

kami akan mempertanggungjawabkan pekerjaan manajemen ini. Satu saja permintaan kami, berilah kami wewenang penuh. Dalam tiga kesimpulan itu terbersit agar kami bisa menertibkan yang tidak tertib. Jadi kami berharap ini adalah wewenang kami, territory kami, karena kami yang akan mempertanggungjawabkan demi TVRI yang lebih baik. Bahwa TVRI itu terdiri dari 5.000 karyawan yang sekarang sudah sangat menikmati transisi yang kita lakukan. Jadi kami mohon agar dilakukan secara fair. Jadi itu saja. Kami siap asal kami diberikan wewenang penuh.

KETUA RAPAT (DR. H. ABDUL KHARIS ALMASYHARI):

Terima kasih. Ini sebenarnya sudah kata penutup tidak mau saya komentari, tapi harus dikomentari. Karena tidak

pernah ada yang mengambil wewenang Bapak. Ketika Bapak dilantik diberi kewenangan penuh sudah. Kami belum pernah mencabut kewenangan itu sehingga tidak perlu kami kembalikan ke Bapak lagi.

Baik, saya kira demikian. Terima kasih pada Dewas TVRI dan Direksi TVRI yang sudah mengikuti rapat ini dengan baik. Kemudian terima kasih juga kepada Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI yang sudah mengikuti rapat ini dan memberikan sumbang saran/masukan, termasuk kritik yang sangat dinamis tadi. Dan akhirnya dengan mengucapkan alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin rapat ini saya nyatakan ditutup.

Wabillaahitaufiq Wal Hidayaah Wassalaamu'alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

KETOK PALU : 3 KALI (Rapat ditutup pukul: 16.38 WIB)

37

Jakarta, 20 Mei 2019 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.IP., M.Si. NIP. 19710106 199003 2 001