DETERMINAN PENGUNGKAPAN MODAL …lib.unnes.ac.id/22576/1/7211411022-s.pdf · Ummi, Tirta, Gilang,...
Transcript of DETERMINAN PENGUNGKAPAN MODAL …lib.unnes.ac.id/22576/1/7211411022-s.pdf · Ummi, Tirta, Gilang,...
DETERMINAN PENGUNGKAPAN MODAL
INTELEKTUAL BERDASARKAN VARIABEL
KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing
di BEI Tahun 2011-2013)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Suci Yuli Priyanti
NIM 7211411022
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan; Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”
(QS. Al –Insyirah 94: 6-7).
“Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah 2: 286).
“Tak perlu tunggu hebat untuk berani memulai apa yang kau impikan, hanya
perlu memulai, untuk menjadi hebat raih yang kau impikan” (Tehebat, CJR).
Persembahan:
Allah SWT untuk setiap kasih sayang dan
Kuasa-Nya;
Super parents Bapak Cipto Sumaryo dan Ibu
Salimah tercinta yang selalu memberikan
kasih sayang, mengiringi dengan segala usaha
dan doa;
Pemerintah Republik Indonesia yang telah
memberikan program beasiswa Bidikmisi
(Kemendikbud);
Kakakku Mbak Titi dan Mas Muji terima kasih
atas doa dan dukungannya;
Adekku Sahwa dan keponakanku Devan, yang
selalu menghibur, semoga ini bisa menjadi
penyemangat belajar dan jadilah lebih baik
dari Mba Uci;
Mbah Buyut Amad yang senantiasa
mendoakan dan menanti kelulusan ini;
Segenap Keluarga Besar terimakasih atas
segala doa
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan, keberkahan,
kekuatan dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Determinan Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan
Variabel Keuangan dan Non Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan
Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011-2013)“ sebagai tugas akhir guna
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan rasa hormat penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono., M.M. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Agus Wahyudin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Badingatus Solikhah., SE., M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
vii
Semarang, Maret 2015
Penulis
7. Kiswanto, SE., M.Si selaku Dosen Wali Akuntansi A 2011 yang memberikan
bimbingan dan motivasi selama menimba ilmu di Universitas Negeri
Semarang.
8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang atas
bimbingan, bantuan dan kesabaran dalam memberikan ilmu yang tak terhitung
jumlahnya.
9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah membantu dalam proses perkuliahan.
10. Ummi, Tirta, Gilang, Adel, Jundhi, Faisal, Defy, Lusi, Ajeng, teman-teman
Akuntansi A 2011, Shinta Kost dan teman-teman KKN PPM 2014 Dusun
Manggung atas bantuan dan semangatnya.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Berbagai upaya telah penulis lakukan agar skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik sesuai dengan kaidah karya ilmiah. Namun penulis menyadari bahwa
karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang menjadi
perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari.
viii
SARI
Priyanti, Suci Yuli. 2015. “Determinan Pengungkapan Modal Intelektual
Berdasarkan Variabel Keuangan dan Non Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011-2013”. Skripsi. Jurusan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr.
Agus Wahyudin, M.Si.
Kata Kunci : Pengungkapan Modal Intelektual, Tingkat Utang,
Pertumbuhan Laba, Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Umur
Perusahaan, Kompleksitas Bisnis.
Modal intelektual merupakan kekayaan tidak berwujud perusahaan yang
mampu meningkatkan nilai perusahaan. Modal intelektual melekat dalam
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang merupakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Namun, dewasa ini pengungkapan modal intelektual
masih sangat rendah. Penyebabnya antara lain adalah sifat pengungkapan yang
masih sukarela, sulitnya mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan modal
intelektual, serta belum adanya standar atau peraturan terutama untuk perusahaan
yang sudah go public. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
variabel keuangan yang terdiri dari tingkat utang, pertumbuhan laba, ukuran
perusahaan dan variabel non keuangan yang terdiri dari ukuran dewan komisaris,
umur perusahaan dan kompleksitas bisnis terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perbankan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listing di BEI
tahun 2011 sampai 2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling dan diperoleh 90 unit analisis yang menjadi objek pengamatan. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda SPSS 21 dengan
pemenuhan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat utang, ukuran dewan
komisaris, dan kompleksitas bisnis berpengaruh signifikan positif terhadap
pengungkapan modal intelektual. Pertumbuhan laba berpengaruh signifikan tetapi
dengan arah hubungan yang negatif. Sedangkan ukuran perusahaan dan umur
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Simpulan dari penelitian ini yaitu tingkat utang, ukuran dewan kimisaris,
kompleksitas bisnis terbukti mampu meningkatkan pengungkapan modal
intelektual. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu menggunakan teknik lain
seperti kuesioner yang langsung diberikan kepada perusahaan dalam mencari
tingkat pengungkapan modal intelektual pada perusahaan.
ix
ABSTRACT
Priyanti, Suci Yuli. 2015. “Determinants of Intellectual Capital Disclosure Based
on Financial and Non Financial Variable (Empirical Study in Banking Companies
Listed in Indonesia Stock Exchange in 2011-2013)”. Final Project. Accounting
Department. Economic Faculty. Semarang State University. Advisor Dr. Agus
Wahyudin, M.Si.
Keywords: Intellectual Capital Disclosure, Leverage, Earning Growth,
Company Size, Board of Commissioner Size, Company Age, Business
Complexity.
Intellectual capital is an intangible asset which is capable to increase
company’s value. Intellectual capital attached to skill, knowledge and experience
is a competitive advantage for company. Nevertheless, nowadays, intellectual
capital disclosure is still inadequate. The causes are disclosure is voluntary,
difficulties to identify, measure and report intellectual capital, and also neither
standard nor regulation exist. The purposes of this study is to analyze the effect of
financial variable consisting of leverage, earning growth, company size, and non
financial variable consisting of board of commissioner size, company age, and
business complexity on intellectual capital in banking industry.
The population of this study is banking companies listed in Indonesia
Stock Exchange from 2011 until 2013. Samples are selected using purposive
sampling method, and obtained 90 unit analyses as observations’ objects.
Analyses tool uses SPSS 21 multiple regression analyses complying classical
assumption test.
The study results show that leverage, board of commissioner, and business
complexity effect positively significant on intellectual capital disclosure. Earning
growth has significantly influenced but in negative way. While company size and
company age has no effect on intellectual capital disclosure.
The conclusion from this study is leverage, board of commissioner size, and
business complexity evidently adequate to increase intellectual capital disclosure.
The recommendation for further study is to use the other techniques such as
questionnaires that is directly given to company for discovering the level of
company’s intellectual capital disclosure.
.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
SARI ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 11
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12
1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 13
BAB II TELAAH TEORI .............................................................................. 15
2.1 Legitimacy Theory .............................................................................. 15
2.2 Agency Theory .................................................................................... 17
2.3 Signalling Theory ............................................................................... 18
2.4 Modal Intelektual .............................................................................. 19
xi
2.4.1Definisi Modal Intelektual ......................................................... 19
2.4.2Komponen Modal Intelektual .................................................... 21
2.5 Pengungkapan Modal Intelektual ....................................................... 24
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Modal Intelektual ............................................................................... 28
2.7 Tingkat Utang ..................................................................................... 32
2.8 Pertumbuhan Laba .............................................................................. 33
2.9 Ukuran Perusahaan ............................................................................. 35
2.10 Ukuran Dewan Komisaris .................................................................. 37
2.11 Umur Perusahaan .............................................................................. 38
2.12 Kompleksitas Bisnis .......................................................................... 39
2.13 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 40
2.14 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 44
2.15 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 47
2.15.1 Pengaruh Tingkat Utang terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual.................................................................... 47
2.15.2 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual.................................................................... 50
2.15.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual.................................................................... 53
2.15.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual.................................................................... 56
2.15.5 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual ............................................................................... 59
2.15.6 Pengaruh Komplesitas Bisnis terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual.................................................................... 63
xii
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 67
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 67
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 67
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 68
3.3.1 Variabel Dependen ................................................................... 68
3.3.2 Variabel Independen ................................................................. 69
1. Tingkat Utang................................................................................. 69
2. Pertumbuhan Laba ......................................................................... 70
3. Ukuran Perusahaan......................................................................... 70
4. Ukuran Dewan Komisaris ............................................................. 71
5. Umur Perusahaan .......................................................................... 71
6. Kompleksitas Bisnis ...................................................................... 72
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 74
3.5 Metode Analisis Data ......................................................................... 74
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 74
3.5.2 Uji Asusmsi Klasik ................................................................... 75
1. Uji Normalitas ........................................................................... 75
2. Uji Autokorelasi ........................................................................ 75
3. Uji Multikolinieritas .................................................................. 76
4. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 77
3.5.3 Pengujian Hipotesis .................................................................. 77
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 78
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................................ 79
xiii
3. Uji Signifikansi Paramenter Individual
(Uji Statistik t) .......................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 80
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 80
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................... 81
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif…………………………………… 81
1. Pengungkapan Modal Intelektual (ICD) ..................................... 81
2. Tingkat Utang (Lev) .................................................................... 83
3. Pertumbuhan Laba (EG).............................................................. 85
4. Ukuran Perusahaan (Size)............................................................ 86
5. Ukuran Dewan Komisaris (Comm)............................................. 87
6. Umur Perusahaan (Age) .............................................................. 89
7. Kompleksitas Bisnis (Complex) .................................................. 90
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................. 91
1. Uji Normalitas ............................................................................. 91
2. Uji Autokorelasi .......................................................................... 94
3. Uji Multikolinieritas .................................................................... 95
4. Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 97
4.2.3. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 98
4.2.4. Uji Hipotesis ............................................................................. 100
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .......................................... 100
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................. 102
3. Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik t) ................... 103
xiv
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 105
4.3.1 Pengaruh Tingkat Utang terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual ...................................................................... 106
4.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual ...................................................................... 108
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual ...................................................................... 110
4.3.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual ...................................................................... 112
4.3.5 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual ..................................................................... 113
4.3.6 Pengaruh Kompleksitas Bisnis terhadap Pengungkapan
Modal Intelektual ...................................................................... 117
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 120
5.1 Simpulan .................................................................................................. 120
5.2 Saran ......................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 123
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema Modal Intelektual .................................................................. 22
Tabel 2.2 Framework Modal Intelektual ......................................................... 23
Tabel 2.3 Penelitian-penelitian Empiris tentang Modal Intelektual.................. 41
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 72
Tabel 3.2 Nilai Durbin-Watson ......................................................................... 76
Tabel 4.1 Ikhtisar Pemilihan Sampel ................................................................ 80
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Pengungkapan Modal Intelektual ........ 81
Tabel 4.3 Hasil Analisis Frekuensi Pengungkapan Modal Intelektual pada
Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ........................................ 82
Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Tingkat Utang ...................................... 83
Tabel 4.5 Hasil Analisis Frekuensi Tingkat Utang pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013 ............................................................ 84
Tabel 4.6 Analisis Statistik Deskriptif Pertumbuhan Laba ............................... 85
Tabel 4.7 Hasil Analisis Frekuensi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013 ............................................................ 85
Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan .............................. 86
Tabel 4.9 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Perusahaan pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013 ............................................................ 87
Tabel 4.10 Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris ................. 87
Tabel 4.11 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Dewan Komisaris pada
Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ...................................... 88
xvi
Tabel 4.12 Analisis Statistik Deskriptif Umur Perusahaan ............................... 89
Tabel 4.13 Hasil Analisis Frekuensi Umur Perusahaan pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013 ......................................................... 89
Tabel 4.14 Analisis Statistik Deskriptif Kompleksitas Bisnis .......................... 90
Tabel 4.15 Hasil Analisis Frekuensi Kompleksitas Bisnis pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013 ......................................................... 90
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorv Smirnov (K-S) ......... 94
Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 95
Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Coefficients Correlations ........ 96
Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Collinearity Statistics .............. 96
Tabel 4.20 Hasil Persamaan Regresi Berganda ................................................ 99
Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 101
Tabel 4.22 Hasil Uji Signifikansi Simultan ...................................................... 102
Tabel 4.23 Simpulan Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 105
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Teoritis ............................................................................... 46
Gambar 2.2 Model Empiris ............................................................................... 66
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan ICD ............................................................ 83
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ....................................... 92
Gambar 4.3 Hasil Uji Normal p-plot................................................................. 93
Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 98
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan sampel ............................................................. 128
Lampiran 2 Item Pengungkapan Modal Intelektual .......................................... 129
Lampiran 3 Pengungkapan Modal Inteletual (ICD).......................................... 134
Lampiran 4 Pengungkapan Modal Inteletual (ICD).......................................... 152
Lampiran 5 Tingkat Utang (Lev)....................................................................... 153
Lampiran 6 Pertumbuhan Laba (EG) ................................................................ 154
Lampiran 7 Ukuran Perusahaan (Size) .............................................................. 155
Lampiran 8 Ukuran Dewan Komisaris (Comm) ............................................... 156
Lampiran 9 Umur Perusahaan (Age) ................................................................. 157
Lampiran 10 Kompleksitas Bisnis (Complex) .................................................. 158
Lampiran 11 Hasil Pengolahan Data Statistik .................................................. 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengungkapan informasi adalah salah satu cara pemenuhan tanggung
jawab suatu perusahaan terhadap pemegang kepentingan. Dewasa ini baik pemilik
perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan bahkan masyarakat menuntut adanya
keterbukaan informasi terkait dengan operasional perusahaan. Transparansi
informasi baik informasi keuangan maupun non keuangan menjadi aspek yang
penting guna mengetahui pelaksanaan dan kinerja perusahaan. Informasi
keuangan tersaji dalam laporan keuangan yaitu seperti laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, neraca, dan arus kas. Lain halnya dengan informasi non
keuangan yaitu segala hal yang mendukung aktivitas perusahaan seperti
pengetahuan, karyawan, pelanggan, merek, paten, teknologi yang merupakan
bagian dari modal intelektual dimana informasi ini tidak tersaji dalam laporan
keuangan namun biasanya dijabarkan dalam laporan tahunan (annual report)
perusahaan dan sulit untuk dikuantifikasikan.
Perkembangan ekonomi dunia semakin meningkat. Perubahan ekonomi
bisnis dari ekonomi bisnis berdasarkan tenaga kerja (labor-based business)
menuju ekonomi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business)
dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan (Sawarjuno, 2003). Perubahan
tersebut merupakan tanda bahwa modal intelektual merupakan aset penting pada
suatu perusahaan. Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka
2
modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset
fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis
pada pengetahuan dan teknologi (Sawarjuno, 2003). Proses menciptakan nilai
(value creation) telah bergeser dari pemanfaatan aset berwujud menjadi
pemanfaatan aset tidak berwujud yaitu modal intelektual yang melekat dalam
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman (Purnomisidhi, 2005).
Modal intelektual mempunyai berbagai macam definisi, salah satu definisi
yang komprehensif adalah definisi dari Chartered Institute of Management
Accountants (CIMA) dalam Bhasin (2008) modal intelektual adalah kepemilikan
dari pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan profesional dan keahlian,
hubungan yang baik dan kapasitas penguasaan teknologi, yang jika diterapkan
akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Belum adanya standar
atau peraturan tentang pengidentifikasian, pengukuran dan pengungkapan modal
intelektual menyebabkan sulitnya mendefinisikan modal intelektual yang ada pada
perusahaan.
Menurut Sveiby dalam Punomoshidi (2005) komponen modal intelektual
terbagi menjadi tiga kategori yaitu internal structure, external structure, dan
employee competence. Internal structure menjabarkan tentang operasional
perusahaan yaitu budaya perusahaan, proses manajemen, sistem informasi,
penelitian dan pengembangan, dan perangkat lunak. External structure merupakan
informasi mengenai aset luar perusahaan yaitu pelanggan, loyalitas pelanggan,
brand, rantai distribusi, dan lisensi. Sedangkan employee competence terkait
dengan sumber daya manusia perusahaan sebagai penggerak atau pelaksana
3
operasional perusahaan meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional
yang merupakan penghasil utama pendapatan.
Ho et al (2012) menyatakan perusahaan dapat memutuskan jenis dan
jumlah informasi modal intelektual yang akan dipublikasikan. Hal ini
memperjelas fenomena yang terjadi bahwa pengungkapan modal intelektual
masih bersifat sukarela (voluntary). Abeysekera dan Guthrie (2005) menyebutkan
bahwa sumber daya manusia (yang merupakan salah satu komponen modal
intelektual) merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan namun
pengukuran dan pelaporannya belum mendapatkan ruang dalam laporan tahunan
perusahaaan. Hal ini juga membuktikan bahwa pengungkapan modal intelektual
pada perusahaan masih sangat kecil. Belum adanya standar item-item apa saja
yang termasuk dalam modal intelektual, sifat pengungkapan yang masih voluntary
(sukarela), dan juga tidak ada kewajiban bagi perusahaan terutama perusahaan
yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan beberapa
penyebab sulitnya pengungkapan modal intelektual.
PriceWaterhouseCoopers melakukan survey terhadap organisasi-
organisasi untuk mengetahui tipe kebutuhan informasi investor ( Eccles et al
(2001) dalam Bozzolan et al (2003). Di antara sepuluh tipe informasi hanya tiga
yang merupakan tipe informasi keuangan (cash flow, earnings, gross margin) dan
sisanya yaitu tujuh yang terdiri dari data internal perusahaan (strategic direction
dan competitive landscape) dan lima tipe lainnya yang dipertimbangkan adalah
intangible (market growth, quality/experience of the management team, market
size and market share, speed to market). Dari survey tersebut tipe informasi yang
4
dipertimbangkan oleh investor lebih banyak masuk dalam komponen modal
intelektual. Namun pada kenyataannya tipe informasi ini tidak diungkapkan oleh
manajer, dan hal ini menyebabkan adanya “information gap” (Bozzolan et al,
2003).
Bozzolan et al (2003) lebih lanjut menyatakan bahwa terjadi peningkatan
ketidakpuasan atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuan menyediakan
ketercukupan informasi bagi pemegang kepentingan untuk menciptakan
kemakmuran. Pelaporan keuangan tradisional tidak secara khusus
mempertimbangkan informasi pengungkapan modal intelektual (IC) yang
merupakan persentase yang signifikan dari nilai perusahaan (Guthrie et al, 2006
dalam Haji dan Ghazali, 2013). Bagi perusahaan yang sebagian besar asetnya
dalam bentuk modal intelektual seperti perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi (contoh Microsoft), Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak adanya
informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan, karena dapat
mempengaruhi kebijakan perusahaan (Sawarjuno, 2003). Oleh karena itu laporan
keuangan harus mampu menyajikan informasi modal intelektual dan besarnya
nilai yang diakui.
Salah satu kasus terkait dengan pentingnya pengungkapan modal
intelektual diulas dalam situs berita online pada bulan Desember 2013 mengenai
demo pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Cahya, 2013: 4).
Perusahaan ini dituntut untuk menyelesaikan kewajibannya kepada pensiunan
seperti uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak.
Kasus ini mengindikasikan kurangnya pegungkapan informasi yang menyeluruh
5
mengenai aktivitas dan operasional perusahaan. Informasi-informasi mengenai
kasus tersebut dapat diungkapkan secara sukarela pada annual report sebagai
informasi pendukung demi memenuhi kebutuhan informasi para stakeholder.
Perusahaan dapat melakukan penjelasan tentang jumlah pengeluaran atau biaya
yang dibelanjakan untuk karyawan seperti biaya pendidikan dan pelatihan,
pensiun, pengembangan kompetensi karyawan, dan biaya lainnya terkait dengan
peningkatan kualitas karyawan.
Selama lebih dari satu dekade para peneliti, lembaga akuntansi dan
pengguna profesional menekankan bahwa pelaporan keuangan tradisional tidak
memiliki kemampuan untuk menangkap informasi pada modal intelektual (Elliot,
1992; American Institute of Certified Public Accountants, 1994; Wallman, 1995,
1996, 1997; Beattie, 1999; Lev and Zarowin, 1999; Eustace, 2001; Financial
Accounting Standards Board, 2001; Lev, 2001; Institute of Chartered Accountants
in England andWales, 2003;Gu and Lev, 2004 dalam Rimmel et al, 2009).
Dengan adanya peningkatan ketidakpuasan pelaporan keuangan menandakan
bahwa laporan keuangan kehilangan relevansinya dalam melaporkan dan
menggambarkan kinerja perusahaan.
Fenomena ini menjadi faktor pendorong perusahaan untuk melakukan
pengungkapan secara penuh termasuk pengungkapan modal intelektual.
Pengungkapan modal intelektual sangat penting bagi investor dan pemegang
kepentingan lainnya untuk melihat prospek dan nilai masa depan perusahaan. Dan
juga untuk mengurangi adanya asimetri informasi antara manajemen dengan
pemilik perusahaan dan pemegang kepentingan lainnya.
6
Penelitian ini menguji kemampuan determinan variabel keuangan yang
terdiri dari tingkat utang (leverage), pertumbuhan laba (earning growth), ukuran
perusahaan (firm size) dan determinan non keuangan yang terdiri dari ukuran
dewan komisaris (board of commissioner size), umur perusahaan (firm age) dan
kompleksitas bisnis (business complexity) pada perusahaan perbankan yang listing
di BEI. Pengukuran pengungkapan modal intelektual (ICD) menggunakan indeks
yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) yang terdiri dari 78 item. Item-item
ini dicari pada laporan tahunan (annual report) perusahaan. Penggunaan dan/atau
penambahan variabel baru yaitu pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis.
Alasan penambahan dua variabel pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis yaitu
pertumbuhan laba perusahaan yang positif atau meningkat dari tahun ke tahun
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik. Pertumbuhan laba yang positif
merupakan aspek penting terutama bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Sedangkan perusahaan yang kompleks rentan terjadi kesenjangan
informasi. Sehingga penting kiranya jika perusahaan yang pertumbuhan labanya
positif dan operasinal bisnisnya kompleks mempertimbangkan pengungkapan
modal intelektual untuk diperoleh pengungkapan informasi yang lengkap dan
menyeluruh.
Penggunaan annual report dikarenakan menyediakan informasi yang dapat
dipercaya (reliable) secara komprehensif tentang operasional perusahaan,
kebijakan, kinerja perusahaan dan informasi keuangan maupun non keuangan.
Pemilihan sektor perbankan dikarenakan merupakan salah satu industri IC Intensif
yaitu industri yang mempunyai kekayaan modal intelektual yang tinggi (Firrer dan
7
Williams, 2003). Penelitian Talliyang et al (2011) juga menemukan bahwa
industri keuangan yang di dalamnya termasuk perbankan mempunyai
pengungkapan modal intelektual yang lebih tinggi dibanding dengan industri lain
seperti information, consumer product, dan trading/ services. Pengambilan waktu
tiga tahun dianggap sudah memenuhi jumlah sampel dan pemilihan tahun 2011,
2012, dan 2013 karena merupakan tahun terbaru penelitian.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan pengungkapan informasi pada
annual report yang diaplikasikan pada pengungkapan modal intelektual adalah
legitimacy theory, agency theory dan signalling theory. Teori-teori ini
menjelaskan hubungan antara manajer perusahaan dengan para pemegang
kepentingan. Legitimacy theory adanya kontrak sosial antara perusahaan dengan
masyarakat menyebabkan perusahaan harus meyakinkan masyarakat bahwa
aktivitas perusahaan sesuai dengan nilai dan batas-batas yang ditentukan dan juga
perusahaan akan berusaha mewujudkan harapan-harapan yang berkembang di
masyarakat. Agency theory mendefinisikan adanya hubungan keagenan antara
manajemen perusahaan (agents) dengan pemilik kepentingan (principal). Pemilik
perusahaan mendelegasikan kewenangan untuk mengelola perusahaan kepada
manajemen perusahaan. Manajemen perusahaaan tidak selalu mematuhi atau
bekerja sesuai dengan harapan pemilik perusahaan sehingga terjadilah
kesenjangan informasi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan.
Sedangkan signaling theory menjelaskan bahwa dengan melakukan
pengungkapan yang menyeluruh dapat memberikan sinyal positif atau sinyal baik
kepada pasar.
8
Tingkat utang diprokiskan dengan rasio total hutang dibagi dengan total
modal (debt to equity ratio). Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi berarti
bahwa modal perusahaan sebagian dari utang yang diperoleh dari pihak eksternal
yang dalam hal ini yaitu kreditur. Kondisi ini akan menyebabkan perusahaan
untuk melakukan lebih banyak pengungkapan untuk mengurangi cost of debt (
Jensen dan Mecling, 1976).
Pertumbuhan laba mewakili kinerja perusahaan secara umum.
Pertumbuhan laba adalah besarnya kenaikan laba tahun sekarang dibanding
dengan tahun lalu. Pertumbuhan laba yang meningkat akan memberikan sinyal
positif kepada pasar untuk melakukan investasi. Banyaknya pihak yang
berinvestasi menuntut adanya pengungkapan informasi menyeluruh demi
mencukupi kebutuhan informasi pemegang kepentingan.
Ukuran perusaahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Ukuran
perusahaan yang semakin besar menunjukkan perusahaan mengalami
perkembangan. Purnomosidhi (2005) menyebutkan semakin besar ukuran
perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan agency
theory yang menyatakan bahwa biaya keagenen (agency cost) yang harus
ditanggung perusahaan yang berukuran besar jauh lebih besar dibanding dengan
perusahaan yang berukuran kecil sehingga untuk menurunkan biaya tersebut,
perusahaan perlu mengungkapkan informasi yang lebih banyak.
Dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian atas kinerja manajemen perusahaan.
9
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan.
Keberadaan dewan komisaris mampu mengefektifkan pengawasan dan
pengendalian aktivitas manajemen perusahaan.
Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan dalam dunia bisnis yaitu
dari awal pendidirian sampai perusahaan masih eksis dalam dunia bisnis. Umur
perusahaan yang semakin lama menandakan bahwa perusahaan mampu
memenuhi harapan masyarakat dan mematuhi norma dan batas-batas yang telah
ditetapkan. Umur perusahaan juga menunjukkan bahwa aktivitas dan produk
perusahaan diterima oleh masyarakat.
Kompleksitas bisnis adalah jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Perusahaan dengan struktur bisnis yang kompleks membutuhkan
adanya sistem informasi yang efektif untuk memonitoring dan mendorong lebih
banyak pengungkapan informasi (Hossain dan Hammami, 2009).
Penelitian terkait modal intelektual sudah dilakukan pada peneliti-peneliti
sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh White et al (2007) menemukan bahwa tingkat utang berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Namun, pada penelitian
yang dilakukan oleh Ousama (2012), Artinah (2013) dan Setiono dan Rudiarwani
(2012) menemukan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan modal intelektual.
Penelitian Ousama (2012) yang meneliti tentang ukuran perusahaan, tipe
industri, tingkat utang dan tipe audit pada perusahaan yang listing di Malaysia
membuktikan hanya ukuran perusahaan dan tipe industri yang merupakan
10
determinan pengungkapan modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada
penelitian Bruggen et al (2009) dengan meneliti ukuran perusahaan, tipe industri
dan asimetri informasi membuktikan bahwa tipe industri dan ukuran perusahaan
merupakan determinan pengungkapan modal intelektual. Berbeda dengan hasil
penelitian penelitian Rimmel et al (2009) yang membuktikan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Penelitian Cahya (2013) dengan sampel perusahaan perbankan
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan modal intelektual. Sedangkan penelitian Arifah (2012) dengan
sampel perusahaan IC Intensive menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual.
Penelitian yang dilakukan oleh Rimmel et al (2009) menemukan bahwa
umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil
yang berbeda pada penelitian Artinah (2013) yang menemukan bahwa umur
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Penelitian Hossain dan Hammami (2009) yang meneliti karakteristik
perusahaan yaitu umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas,
kompleksitas bisnis dan asset in place terhadap pengungkapan sukarela pada
laporan tahunan perusahaan di Qatar. Menemukan bahwa variabel umur
perusahaan, ukuran perusahaan, kompleksitas bisnis dan assets in place signifikan
dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Sedangkan pada penelitian
11
Jindal dan Kumar (2012) yang meneliti determinan pengungkapan sumber daya
manusia pada perusahaan India menemukan bahwa kompleksitas bisnis tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sumber daya manusia perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dengan adanya fenomena gap dan
inkonsistensi dari hasil penelitian terdahulu (research gap) mengenai hal-hal yang
mempengaruhi pengungkapan modal intelektual maka penelitian ini penting untuk
diteliti kembali guna meningkatkan kesadaran atas pentingnya pengungkapan
modal intelektual bagi perusahaan. Penelitian ini diteliti kembali dengan judul
“Determinan Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan Variabel Keuangan
dan Non Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di
BEI Tahun 2011-2013)”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah kebanyakan penelitian terdahulu melakukan penelitian tentang pengaruh
mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan modal
intelektual. Pada penelitian ini menguji determinan pengungkapan modal
intelektual dari segi variabel keuangan dan non keuangan. Penggunaan variabel
baru yaitu pertumbuhan laba perusahaan dan kompleksitas bisnis dengan proksi
jumlah anak perusahaan yang dimiliki.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah tingkat utang berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
12
2. Apakah pertumbuhan laba berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
5. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
6. Apakah kompleksitas bisnis berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh tingkat utang terhadap
pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia;
2. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pertumbuhan laba terhadap
pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia;
3. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap
pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia;
4. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran dewan komisaris
terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di
Indonesia;
13
5. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh umur perusahaan terhadap
pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia;
6. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kompleksitas bisnis
terhadap pengungkapan modal intelektual pada perbankan di Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan di atas diharapkan penelitian ini
dapat digunakan sebagai referensi pengembangan ilmu akuntansi, pertimbangan
dalam pengambilan keputusan, dan juga penyusunan suatu kebijakan. Pelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi ilmu dalam menambah wawasan pembaca
tentang modal intelektual perusahaan. Dewasa ini, masyarakat cenderung tidak
menyadari bahwa dalam operasionalnya perusahaan tidak hanya mengandalkan
modal berwujud tetapi juga digerakkan oleh pengetahuan dan teknologi,
kompetensi sumber daya manusia yang tinggi yang termasuk dalam modal
intelektual.
Penelitian ini dapat membantu pengguna laporan keuangan seperti investor
dan kreditur untuk menambah bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi maupun keputusan pemberian pinjaman dengan melihat modal
intelektual pada perusahaan. Karena sebaik apapun sumber daya atau kekayaan
perusahaan tanpa didukung dengan modal intelektual seperti sumber daya
manusia yang kompeten, teknologi dan pengetahuan yang tinggi tidak akan
mendapatkan output yang maksimal. Bagi pembuat kebijakan dan peraturan
seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Bapepam-LK dapat dijadikan sebagai
14
pertimbangan pembuatan peraturan tentang pengukuran dan pengungkapan
modal intelektual sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan yang sudah go public.
15
BAB II
TELAAH TEORI
2.1 Legitimacy Theory
Mathews (1993) dalam Deegan (2002) menyatakan bahwa:
The social contract would exist between corporations (usually limited companies)
and individual members of society. Society (as a collection of individuals)
provides corporation with their legal standing and attributes and the authority to
own and use the natural resources and to hire employees. …
Pernyataan Mathew di atas menunjukkkan adanya ‘social contract’ antara
perusahaan dengan masyarakat. Kontrak sosial ini berisi pemberian izin pendirian
perusahaan yang legal, kewenangan kepemilikan, menggunakan sumber daya
alam, dan membayar pekerja. Ketika masyarakat tidak puas bahwa perusahaan
yang berdiri di lingkungannya melakukan operasional yang tidak sah maka
masyarakat dapat menarik kembali kontrak sosial yang telah dibuat. Pendapat ini
konsisten dengan Lindblom (1994) dalam Deegan (2002) yang menyatakan
bahwa:
… a condition or status which exists when an entity’s value system is congruent
with the value system of the larger social system of which the entity is a part.
When a disparity, actual or potential, exist between the two values systems, there
is a threat to the entity’s legitimacy.
Lindblom menyatakan ketika terdapat kesesuaian antara sistem nilai
perusahaan dengan sistem nilai yang berkembang di masyarakat maka aspek
legitimasi tercapai. Perusahaan harus meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas
perusahaan sesuai dengan harapan atau nilai yang berkembang di masyarakat.
Perusahaan akan melakukan pengungkapan informasi demi memenuhi harapan
tersebut.
16
Deegan (2004 :254) beranggapan legitimacy theory adalah adanya kontrak
sosial (social contract) antara organisasi dan masyarakat dimana organisasi itu
berada. Kontrak sosial ini memang sulit untuk didefinisikan. Deegan
mendefinisikannya dengan menggunakan harapan-harapan yang berkembang di
masyarakat tentang pelaksanaan operasi usaha. Meskipun harapan tersebut
senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Legitimacy theory berkaitan dengan
membangun, memelihara dan memperbaiki kontrak sosial antara organisasi dan
masyarakat (Suchman, 1995; Campbell et al, 2003 dalam Whiting dan Woodcock,
2011). Sehingga perusahaan akan berusaha untuk memastikan bahwa operasi dan
aktivitas mereka dianggap sah (Deegan, 2004:256).
Teori ini mengemukakan bahwa perusahaan berusaha memastikan bahwa
kegiatan operasinya sesuai dengan batas-batas dan norma sosial, mendapatkan
persetujuan dari masyarakat dalam melakukan tindakan dan memastikan bahwa
kegiatan usahanya dianggap sah (Whiting dan Woodcoock, 2011). Dan juga
menekankan bahwa organisasi tidak hanya mementingkan investor, tetapi juga
harus mempertimbangkan hak masyarakat umum (Deegan, 2004 : 256). Dengan
demikian, perusahaan akan melaporkan secara sukarela aktivitas tertentu yang
telah dilaksanakan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengungkapkan informasi
tertentu (misalnya sosial, lingkungan, modal intelektual) secara sukarela untuk
meyakinkan masyarakat bahwa kegiatan mereka diperbolehkan dan telah memberi
kontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Organisasi juga harus menyesuaikan
harapan masyarakat jika ingin sukses (Deegan, 2004: 258).
17
Legitimacy theory sangat mampu menunjukkan pelaporan modal
intelektual dengan penggunaan metode content analysis untuk mengukur keluasan
pelaporan modal intelektual. Perusahaan akan melaporkan modal intelektual jika
memang dibutuhkan oleh masyarakat meskipun pelaporannya tidak seperti aset
berwujud yang langsung tertera pada laporan keuangan dan menggambarkan
keberhasilan perusahaan (Purnomosidhi, 2005).
2.2 Agency Theory
Agency theory adalah hubungan keagenan sebagai kontrak di mana salah
satu pihak atau lebih principal mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan
kepada agent (Jensen dan Meckling, 1976). Agency theory menunjukkan adanya
hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu manajemen yang dalam hal ini biasa
disebut agent dan pemilik perusahaan yaitu principal. Pihak principal
mendelegasikan pekerjaan kepada pihak agent untuk mengelola perusahaan
dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pihak manajemen lebih mengetahui
informasi perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Hal ini dikarenakan
pihak manajemen setiap hari berinteraksi dengan kegiatan perusahaan sehingga
pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih lengkap tentang perusahaan
yang dikelolanya.
Berbeda dengan pemegang saham dimana pemegang saham tidak
berinteraksi secara langsung dalam kegiatan perusahaan sehingga hanya
mengetahui informasi dalam bentuk laporan yang diberikan oleh manajemen.
Manajemen seolah-olah berperilaku bahwa dia akan memaksimalkan
18
kesejahteraan pemilik perusahaan (Jensen dan Mecling, 1976). Tetapi manajemen
perusahaan ingin memaksimalkan dirinya dengan mendapatkan insentif atau
keuntungan dari perusahaan. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan
yang akan menimbulkan biaya agensi. Jensen dan Mecling (1976) mendefinisikan
biaya agensi sebagai jumlah dari :
1. Pengeluaran monitoring oleh principal
2. Pengeluaran ikatan oleh agen
3. Kerugian residual
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa masalah agensi dapat
terkurangi jika persentase saham yang dimiliki oleh manajer besar. Jensen dan
Meckling (1976) menggunakan hutang sebagai pengganti dari kepemilikan
manajerial yang bertujuan untuk mengurangi konflik agensi antara manajemen
dengan pemilik perusahaan. Adanya pendelegasian wewenang dari pemilik
perusahaan atau pemegang saham kepada manajermen perusahaan menimbulkan
konflik kepentingan. Untuk mengurangi konflik kepentingan ini, pemilik
perusahan dapat menuntut kepada manajemen perusahaan untuk melakukan
pengungkapan yang menyeluruh termasuk modal intelektual demi memenuhi
kebutuhan informasi para stakeholder guna pengambilan keputusan.
2.3 Signalling Theory
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi
menggunakan informasi keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar (Spence,
19
1973). Perusahaan akan selalu berusaha memberikan sinyal berupa informasi
positif kepada investor dan pemegang saham dengan menggunakan mekanisme
pengungkapan, salah satunya adalah laporan tahunan perusahaan ( Oliveira 2006
dalam Cahya 2013:15). Pengungkapan informasi yang lengkap akan
meningkatkan nilai perusahaan dan manajemen juga akan mendapatkan sorotan
atas kinerjanya. Oleh karena itu manajemen akan mengungkapkan informasi
secara menyeluruh meskipun tidak diwajibkan atau bersifat sukarela (voluntary).
Ketika perusahaan memberikan sinyal positif yaitu berupa informasi yang
baik maka pasar juga akan memberikan respon yang positif sehingga nilai
perusahaan menjadi baik di mata pasar. Signalling theory menunjukkan
pentingnya informasi perusahaan bagi keputusan investasi pihak luar.
Pengungkapan informasi perusahaan yang menyeluruh mampu menjelaskan
kinerja perusahaan baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang.
Penyajian informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu sangat berguna
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pada teori ini perusahaan
akan menggunakan mekanisme pengungkapan informasi untuk memberikan
sinyal kepada pasar guna mengevaluasi nilai perusahaan.
2.4 Modal Intelektual
2.4.1 Definisi Modal Intelektual
Perkembangan teknologi dan pengetahuan menuntut perusahaan untuk
mempunyai keuanggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan global.
20
Keunggulan kompetitif ini biasanya berupa pengetahuan, teknologi, karyawan dan
lain sebagainya yang termasuk dalam modal intelektual.
Terdapat berbagai definisi modal intelektual dari para ahli. Menurut
Chartered Institute of Managemnt Accountants (CIMA) dalam Bhasin (2008)
modal intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan
professional, hubungan dan kerjasama yang baik, serta kapasitas kemampuan
teknologi. Bukh et al (2001) dalam Bukh et al (2005) mendefinisikan modal
intelektual sebagai sumber pengetahuan yang berbentuk karyawan, pelanggan,
proses atau teknologi yang perusahaan dapat menggunakannya untuk proses
penciptaan nilai. Dalam praktiknya modal intelektual terdiri dari informasi
keuangan dan non keuangan seperti tingkat perputaran karyawan dan kepuasan
pekerjaan, pelatihan, tingkat perputaran pelanggan, kepuasan pelanggan, dan
sebagainya.
Purnomosidhi (2005) menyatakan modal intelektual pada tataran
individual meliputi pengetahuan, keterampilan dan bakat. Sebaliknya pada tataran
organisasional modal intelektual meliputi database, teknologi, metode-metode,
prosedur-prosedur, dan budaya organisasional. PSAK No. 19 (revisi 2009)
menyebutkan bahwa entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun
menciptakan liabilitas dalam perolehan, pengembangan atau peningkatan sumber
daya tidak berwujud, seperti, ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan
implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual,
pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang.
21
Menurut Ho et al (2012) Istilah "modal intelektual" mengacu pada semua
sumber daya berwujud yang menentukan nilai dan daya saing perusahaan. Dalam
hal ini merupakan sumber pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan,
proses, dan teknologi, perusahaan yang dapat memobilisasi dalam proses
penciptaan nilai. Abeysekera dan Guthrie (2005) menyebutkan bahwa modal
intelektual perusahaan dapat didefinisikan sebagai bentuk unaccounted capital
pada sistem akuntansi tradisional. Dengan demikian, menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki modal intelektual yang mewujud pada aset tidak berwujud.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal
intelektual adalah kekayaan tidak berwujud yang meliputi pengetahuan, teknologi,
karyawan, manajemen proses dalam perusahaan yang merupakan keuanggulan
kompetitif perusahaan dan berguna dalam aktivitas operasional serta penciptaan
nilai perusahaan.
2.4.2 Komponen Modal Intelektual
Modal inteleketual terdiri dari beberapa komponen yang dapat dijadikan
dasar perusahaan untuk menghadapi persaingan ekonomi dan menciptakan nilai
perusahaan. Menurut Purnomosidhi (2005) terdapat tiga skema yang sering
diusulkan dalam penelitian, yaitu skema yang diusulkan Sveiby (1997), Stewart
(1997) serta Edvinsson dan Sullivan (1996). Ketiga skema tersebut memiliki
elemen yang sama, yaitu modal intelektual pada manusia, modal intelektual yang
melekat pada perusahaan, dan modal intelektual yang terkait dengan pihak
eksternal. Ketiganya dapat diringkas pada tabel 2.1 berikut ini.
22
Tabel 2.1. Skema Modal Intelektual
Elemen
Modal intelektual
yang melekat pada
manusia
Modal intelektual
yang melekat pada
organisasi
Modal intelektual
yang melekat
pada hubungan
Edvinsson Human Capital Organizational
Capital Customer Capital
Stewart Human Capital Structure Capital Customer Capital
Sveiby Employee
Competence Internal Structure External Structure
Sumber : Purnomosidhi, 2005
Menurut Sawarjuno (2003), intellectual capital terdiri dari tiga element
utama yaitu :
1. Human Capital. Merupakan sumber inovasi dan pengembangan.
Mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang
yang ada dalam perusahaan tersebut.
2. Structural Capital atau Organizasional Capital. Merupakan kemampuan
organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan
dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan
kinerja intelektual yang optimal, misalnya: sistem operasional perusahaan,
proses manufaktur budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua
bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.
3. Relational Capital atau Customer Capital. Merupakan hubungan yang
harmonis yang dimiliki perusahaan kepada mitra. Seperti pemasok,
pelanggan, pemerintah maupun masyarakat.
23
Dalam penelitian ini digunakan framework dari Sveiby (dalam
Punomosidhi, 2005). Sveiby mengklasifikasikan modal intelektual ke dalam tiga
kategori yaitu internal structure, external structure dan employee competence.
Komponen-komponen dari ketiga kategori tersebut diringkas dalam tabel 2.2
berikut ini.
Tabel 2.2 Framework Modal Intelektual
Internal Structure External Structure Employees Competence
Internal Property
a. Patents
b. Copyrights
c. Trademarks
Infrastructure Assets
a. Management
Philosophy
b. Corporate
Culture
c. Information
System
d. Management
Process
e. Networking
Systems
f. Research
Projects
a. Brands
b. Customers
c. Customer
Loyalty
d. Company
Names
e. Distribution
Channels
f. Bussiness
Collaborationn
g. Favourable
Contracts
h. Finacial
Contacs
i. Licensing
Agreements
j. Franchising
Agreement
a. Know-how
b. Education
c. Vocational
qualification
d. Work-related
Knowledge
e. Work-related
Competence
f. Entrepreneurial
Spirit
Sumber : Punomosidhi, 2005
Dari tabel 2.2 di atas internal structure terdiri dari karakteristik pada
perusahaan, external structure mencakup merk dagang dan hubungan perusahaan
dengan pelanggan dan pemasok, sedangkan employee competence meliputi
pendidikan dan pelatihan bagi staf atau karyawan perusahaan yang menjadi
penggerak utama aktivitas. Dengan memahami komponen modal intelektual,
24
perusahaan mampu menyusun strategi untuk menghadapi persaingan ekonomi dan
menciptakan nilai perusahaan.
2.5 Pengungkapan Modal Intelektual
Pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Apabila dikaitkan dengan data pengungkapan berarti memberikan data yang
bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Menurut Ghozali dan Chariri (2007:
378), tiga konsep pengungkapan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap
(full). Cukup artinya pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi
tidak menyesatkan. Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar
dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai
laporan keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian
semua informasi yang relevan. Pengungkapan yang dilakukan secara transparan
dan jujur akan memenuhi kebutuhan informasi stakeholder. Sehingga kesenjangan
informasi antara pihak manajemen dengan stakeholder dapat diminimalisir.
Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2008:
580). Sedangkan secara khusus tujuan pengungkapan yaitu:
1. Tujuan melindungi. tidak semua pemakai cukup canggih sehingga
pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi
yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah
25
informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos
laporan keuangan.
2. Tujuan informatif. Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi
yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai.
3. Tujuan kebutuhan khusus. Apa yang harus diungkapka kepada publik
dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai sedangkan
untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada
badan pengawas berdasarkan peraturan yang menuntut pengungkapan
secara rinci.
Jika dikaitkan dengan pengungkapan informasi, Suwardjono (2008:583)
membedakan pengungkapan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah
pengungkapan yang diharuskan oleh standar atau peraturan yang berlaku yang
ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan yang tidak diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Kedua jenis
pengungkapan ini bisa ditemukan pada laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan.
Pengungkapan modal intelektual sampai saat ini merupakan pengungkapan
sukarela (voluntary). Belum adanya standar atau peraturan resmi yang mengatur
tentang pengungkapan modal intelektual menyebabkan sulitnya mengidentifikasi
item-item apa saja yang merupakan komponen modal intelektual. Hal ini juga
menyebabkan masih rendahnya kesadaran perusahaan untuk mengungkapkan
modal intelektual yang dimiliki sebagai keuanggulan kompetitif perusahaan.
26
Menurut Bruggen et al (2009) pengungkapan modal intelektual mampu
mengurangi asimetri informasi untuk menurunkan biaya modal dan meningkatkan
citra perusahaan serta mampu meningkatkan nilai relevansi laporan keuangan.
Sulitnya pengindentifikasian, pengukuran dan pelaporan modal intelektual
menyebabkan berkembanglah indeks yang mampu mengidentifikasi item-item apa
saja yang merupakan kekayaan intelektual perusahaan yang disebut ICDIndex. Di
antaranya yaitu indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) dan White et al
(2007).
Indeks yang dikembangkan Bukh et al (2005) terdiri dari 78 item yang
dibagi menjadi 6 kategori yaitu employees (27 item), customer (14 item),
information technology (5 item), processes (8 item), research and development (9
item), dan strategic statement (15 item). Sedangkan indeks yang dikembangkan
oleh White et al (2007) terdiri dari 56 item yang terbagi menjadi 5 kategori yaitu
employees (24 item), customers (8 item), information technology (5 item),
processes (8 item), dan strategic statement (11 item).
Modal intelektual tidak dapat dikuantifikasikan pada neraca, karena sulit
untuk diukur. Sehingga pengungkapan modal intelektual dituangkan dalam
informasi tambahan berupa laporan tahunan perusahaan yang sudah
dipublikasikan. Dengan melakukan pengungkapan modal intelektual perusahaan
dapat mengurangi adanya asimetri informasi antara agent dan principal;
meningkatkan kepercayaan para stakeholder yaitu ketika perusahaan melakukan
pengungkapan secara penuh maka akan meningkatkan kepercayaan para
stakeholder tentang kinerja perusahaan karena kepercayaan stakeholder
27
merupakan investasi jangka panjang perusahaan dan juga sebagai media
pemasaran perusahaan.
Jenkin’s Report (dalam Bozzolan et al, 2003) mengusulkan kerangka kerja
pengungkapan sukarela berdasarkan kebutuhan informasi investor dan kreditur.
Laporan tersebut menyajikan luas pengungkapan informasi diurutkan ke dalam
lima kategori yaitu:
1. Data keuangan dan non keuangan;
2. Analisis manajemen data keuangan dan non keuangan;
3. Informasi masa depan;
4. Informasi tentang manajer dan pemegang kepentingan; dan
5. Latar belakang perusahaan.
Analisis empiris dari praktik pengungkapan laporan keauangan (FASB,
2001) menambahkan dimensi modal intelektual ke dalam lima kategori dari
Jenkins report. Era ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis pengetahuan dan
teknologi, dalam aktivitasnya perusahaan lebih tergantung pada modal tidak
berwujud dibandingkan dengan modal berwujud dalam menciptakan nilai
(Abeyysekera, Indra 2006). Pengungkapan informasi secara menyeluruh baik
informasi keuangan maupun non keuangan menjadi sangat penting guna
pengambilan keputusan. FASB menyebutkan pelaporan keuangan mencakup tidak
hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang
berkaitan langsung atau tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh
28
sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber ekonomi, hutang, laba periodik
dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007: 382).
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Modal Intelektual
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu, penulis merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan
modal intelektual, di antaranya yaitu:
1. Tingkat utang, perusahaan dengan tingkat utang tinggi memiliki kewajiban
untuk memenuhi kewajiban para stakeholder terutama kreditur. Hal ini
dikarenakan adanya risiko yang tinggi atas proporsi utang yang besar.
Sehingga kreditur menuntut adanya keterbukaan informasi untuk
memastikan keamanan dan keterjaminan dana yang telah dipinjamkan
(Williams, 2001; Purnomosidhi, 2005; White, 2007).
2. Ukuran Perusahaan, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin
besar tuntutan atas keterbukaan informasi dibanding dengan perusahaan
yang lebih kecil. Karena perusahaan yang besar lebih terlihat dan diawasi
oleh masyarakat maupun pemerintah (Purnomosidhi, 2005; White et al,
2007; Yau et al, 2009; Hossain dan Hammami, 2009; Ousama, 2012;
Setiono dan Rudiawarni, 2012; Artinah, 2013; Lina, 2013).
3. Kinerja Modal Intelektual, perusahaan dengan kinerja modal intelektual
yang tinggi merupakan keunggulan kompetitif perusahaan. Sehingga
perusahaan dengan kinerja modal intelektual yang tinggi harus
29
mengungkapkan informasi yang menyeluruh guna meningkatkan nilai
perusahaan dan menaikkan nilai saham (Purnomosidhi, 2005).
4. Profitabilitas, semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin
banyak pengungkapan informasi dalam rangka memberikan sinyal kepada
pasar tentang keberhasilan perusahaan, bagaimana dan dari mana laba
perusahaan diperoleh (Yau et al, 2009; Wardhani, 2009; Ousama, 2012;
Setiono dan Rudiawarni, 2012).
5. Tipe industri, perusahaan yang memiliki teknologi yang tinggi lebih
banyak mengungkapkan informasi dibanding dengan perusahaan yang
berteknologi rendah (Ousama, 2012).
6. Corporate governance, perusahaan dengan corporate governance yang
baik maka memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap praktik
pengungkapan modal intelektual (Meizaroh dan Lucyanda, 2012; Haji dan
Ghazali, 2013).
7. Pertumbuhan Perusahaan (MTBV), perusahaan dengan pertumbuhan
perusahaan yang tinggi akan lebih banyak mengungkapkan modal
intelektual guna memberikan informasi positif kepada pasar tentang
kinerja perusahaan (Talliyang et al, 2011).
8. Umur perusahaan, perusahaan dengan umur yang lama akan
mengungkapkan modal intelektual yang lebih banyak dibanding dengan
perusahaan yang lebih muda (White et al, 2007; Hossain dan Hammami,
2009; Lina, 2013).
30
9. Konsentrasi kepemilikan, semakin besar kepemilikan saham oleh
pemegang saham maka semakin tinggi wewenang dalam pengambilan
keputusan (Artinah, 2013; Puasanti, 2013).
10. Komisaris independen, semakin banyak komisaris indepeden dalam
dewan, maka semakin berperan dalam mempengaruhi pengungkapan. Hal
ini demi menyelaraskan kepentingan para stakeholder (White et al, 2007,
Puasanti, 2013).
11. Ukuran dewan komisaris, semakin besar ukuran dewan komisaris maka
semakin tinggi pengawasan yang dilakukan untuk mengurangi adanya
asimetri informasi dan menyelaraskan kepentingan manajer dengan
pemilik perusahaan (Cahya, 2013).
12. Jumlah rapat dewan komisaris, semakin banyak frekuensi rapat dewan
komisaris maka semakin baik mekanisme pengawasan dan pengevaluasian
dalam mendorong dan menekan manajer untuk melakukan pengungkapan
modal intelektual yang lebih banyak dan relevan (Cahya, 2013).
13. Ukuran komite audit, semakin besar ukuran komite audit maka semakin
tinggi pengawasan kepada manajemen untuk tidak melakukan kecurangan.
Sehingga semakin mendorong manajemen untuk melakukan
pengungkapan modal intelektual yang lebih luas (Ariyudha, 2010; Cahya,
2013).
14. Tipe Audit, perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four lebih tinggi
dalam mengungkapkan modal intelektual dibanding dengan perusahaan
yang tidak diaudit oleh KAP Big Four (Whiting dan Woodcock, 2011).
31
15. Listing status, perusahaan yang listing di luar negeri mengungkapkan
informasi modal intelektual yang lebih banyak dibanding dengan
perusahaan yang listing di dalam negeri (Williams, S.Mitchel, 2001).
Pada penelitian ini hanya fokus pada variabel tingkat utang dan ukuran
perusahaan (sebagai variabel keuangan) serta ukuran dewan komisaris dan umur
perusahaan (sebagai variabel non keuangan). Hal dikarenakan keempat variabel
tersebut merupakan hal yang paling mendasar bagi perusahaan untuk melakukan
pengungkapan sukarela termasuk pengungkapan modal intelektual. Dan juga
adanya inkonsistensi pada hasil penelitian sehingga peneliti ingin membuktikan
kembali pengaruh variabel tersebut. Penelitian ini juga menggunakan variabel
baru yaitu pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis dengan proksi jumlah
entitas anak yang dimiliki perusahaan.
Laba merupakan indikator umum perusahaan. Perusahaan dengan
pertumbuhan laba yang positif maka memberikan sinyal baik kepada pasar
terutama investor untuk melakukan investasi. Bertambahnya investor
menyebabkan tuntutan informasi yang lebih menyeluruh demi memenuhi
kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan. Begitu juga dengan
kompleksitas bisnis yang menimbulkan tuntutan cakupan informasi yang semakin
luas.
32
2.7 Tingkat Utang
Tingkat utang yang dihitung dengan debt to equity ratio menjelaskan
proporsi total hutang dibagi dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan
perusahaan untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur
dalam membiayai aktivitas atau aset perusahaan. Semakin besar tingkat utang
menunjukkan bahwa modal perusahaan sebagian besar dibiayai dari hutang.
Sehingga kreditur menuntut adanya keterbukaaan informasi untuk menjamin
utang yang telah diberikan kepada perusahaan.
Ada beberapa macam rasio tingkat utang antara lain debt to total assets,
debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan time interested earned.
Namun, pada penelitian ini menggunakan debt to equity ratio. Debt to equity ratio
menunjukkan seberapa besar persentase penyediaan dana oleh para pemegang
saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Brigham et al (2013:140) menyebutkan alasan di balik dampak penggunaan
leverage yaitu:
1. Bunga dapat menjadi pengurang pajak. Penggunaan utang akan
mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi yang lebih
besar bagi investor.
2. Jika laba operasi sebagai persentase terhadap aset melebihi tingkat
bunga atas utang seperti pada umumnya yang diharapkan, maka
perusahaan dapat menggunakan utang untuk membeli aset, membayar
bunga, atau utang dan bonus bagi pemegang saham.
33
Jensen dan Mecling (1976) dalam Purnomosidhi (2005) mengemukakan
bahwa terdapat suatu potensi untuk mentransfer kekayaan dari debthholders
kepada pemegang saham dan manajer pada perusahaan-perusahaan yang tingkat
ketergantungannya kepada utang sangat tinggi sehingga menimbulkan biaya
keagenan (agency cost) yang tinggi. Untuk mengatasi biaya keagenan, manajer
dapat melakukann pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) termasuk
informasi mengenai modal intelektual. Dalam konteks teori agensi tradisional,
manajer perusahaan diperkirakan memiliki kebijakan akuntansi (termasuk
pengungkapan sukarela), karena kewajiban kepada pemberi pinjaman dalam
perjanjian hutang yang ada (Dhaliwal et al., 1982 dalam White et al, 2010).
2.8 Pertumbuhan Laba
Laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajemen
dan operasional suatu perusahaan. laba merupakan pendapatan perusahaan setelah
dikurangi biaya-biaya. Laba bersih (net profit) adalah pendapatan perusahaan
perusahaan setelah dikurangi bunga dan pajak. Setiap perusahaan mencoba untuk
memperoleh laba yang maksimal. Karena laba yang semakin meningkat
memberikan sinyal peningkatan kinerja perusahaan secara umum kepada investor
sedangkan laba yang menurun memberikan sinyal penurunan kinerja perusahaan
kepada investor.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefiniskan laba sebagai kenaikan
manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
34
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Ghozali dan Chariri,
(2007 : 350) menyebutkan informasi tentang laba perusahaan berguna untuk:
1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
peruahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return
on invested capital)
2. Sebagai pengukur prestasi manajemen
3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu
ekonomi
5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus
6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran
8. Sebagai dasar pembagian deviden
Melihat kegunaan laba di atas tentulah berbagai pihak menginginkan
adanya keterbukaan informasi dari perusahaan. Penyajian laba melalui laporan
keuangan menunjukkan kinerja perusahaan dengan mengorbankan berbagai
sumber daya.
Salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan adalah pertumbuhan
laba. Rasio ini menggambarkan tingkat pertumbuhan laba di setiap tahunnya.
Pertumbuhan laba perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan akan
eksistensi usahanya dalam perkembangan ekonomi. Menurut Angkoso (2006)
dalam Simarmata (2010) pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu antara lain:
35
1. Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka
pertumbuhan laba diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki
pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih
rendah.
3. Tingkat utang. Jika perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi,
maka manajemen cenderung memanipulasi laba sehingga dapat
mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin
tinggi pula pertumbuhan laba.
5. Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.9 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengukur besar kecilnya
perusahaan. Ada beberapa cara pengukuran ukuran perusahaan yaitu total aset, log
size, total penjualan, nilai pasar saham, total modal. Namun yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan dengan proksi logaritma natural total
aset. Karena perusahaan dengan total aset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki prospek yang baik. Aset juga digunakan dalam aktivitas
operasional perusahaan sehari-hari. Hackstone dan Milne (1996) dalam
Purnomosidhi (2005) menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel
independen menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan melakukan
36
aktivitas yang lebih banyak dan memiliki banyak unit usaha sehingga mampu
menciptakan nilai perusahaan untuk jangka panjang.
Peneltian Ousama et al (2012) yang meneliti determinan pelaporan modal
intelektual pada perusahaan yang listing di Malaysia menemukan bahwa ukuran
perusahaan merupakan determinan pengungkapan modal intelektual. Sedangkan
penelitan Rimmel et al (2009) yang meneliti pengungkapan sukarela modal
intelektual pada perusaaan yang melakukan IPO di Jepang pada tahun 2003
menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dalam
pengungkapan modal intelektual. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang
penting dalam mengungkapkan informasi laporan tahunan perusahaan termasuk
pengungkapan modal intelektual. Ousama (2012) menyebutkan beberapa alasan
kenapa perusahaan yang berskala besar perlu mengungkapkan modal intelektual
yaitu:
1. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih besar;
2. Dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, perusahaan besar
cenderung memiliki sistem informasi manajemen internal yang baik
karena berbagai macam aktivitas yang dilakukan;
3. Terjadinya kesenjangan yang lebih besar antara nilai pasar dan buku.
Sehingga dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut dalam
pengungkapan modal intelektual;
Beberapa alasan Ousama di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang
berskala besar harusnya melakukan pengungkapan modal intelektual yang lebih
banyak dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil.
37
2.10 Ukuran Dewan Komisaris
Menurut UU No. 40 Tahun 2007, dewan komisaris adalah organ perseroan
yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris
bertugas melakukan pengendalian dan pengawasan atas tindakan manajer dalam
mengelola perusahaan agar tidak bertindak curang. Di Indonesia, dewan
komisaris ditunjuk oleh RUPS. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 pasal 108 ayat 5
perusahaan perseroan terbatas wajib memiliki sedikitnya dua anggota dewan
komisaris. Sedangkan menurut Pedoman Umum GCG Indonesia (KNKG, 2006),
jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan
keputusan. Menurut Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), agar pelaksanaan
tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipatuhi prinsip-prinsip
berikut:
1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak
independen.
2. Anggota dewan komisaris harus professional, yaitu berintegrasi dan
memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan
baik termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan
kepentingan semua pemangku kepentingan.
38
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup
tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian
sementara.
Dewan komisaris merupakan alat pengendali internal yang memastikan
bahwa perilaku manajer atau dewan direksi sesuai dengan keinginan pemilik
perusahaan dan pemangku kepentingan. Haji dan Ghazali (2013) menyatakan
ukuran dewan komisaris yang lebih besar mampu meningkatan pengawasan dalam
organisasi perusahaan. Fungsi pengendalian (control) dewan komisaris dapat
mengurangi biaya agensi yaitu mampu menyelaraskan perbedaan kepentingan
antara pihak agen dengan pihak principal dengan melakukan pengungkapan
informasi modal intelektual.
2.11 Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan bentuk eksistensinya di dunia bisnis dalam
menghadapi tantangan persaingan dan memanfaatkan peluang bisnis. Dengan
mengetahui umur perusahaan maka akan diketahui pula sejauh mana perusahaan
tersebut dapat survive (Artinah, 2013). Umur perusahaan menandakan
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Seiring berjalannya waktu aset
perusahaan akan meningkat, perusahaan private akan tumbuh dan berkembang
menjadi perusahaan public, investor semakin bertambah dan lain sebagaimya.
Keberhasilan untuk mencapai umur yang panjang menandakan bahwa
perusahaan mampu memanfaatkan peluang dan menangani tantangan bisnis
dengan baik. Umur perusahaan menunjukkan juga bahwa produk dan layanan
39
yang diberikan diterima oleh pasar atau masyarakat. Semakin lama umur
perusahaan maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat sehingga
semakin mampu mengungkapkan informasi keuangan.
2.12 Kompleksitas Bisnis
Kompleksitas organisasi atau operasi merupakan akibat dari pembentukan
departemen dan pembagian pekerjaan yang memiliki fokus terhadap jumlah unit
yang berbeda (Ariyani dan Budiartha, 2014). Perusahaan dengan struktur bisnis
yang kompleks membutuhkan sistem informasi manajemen yang efektif dalam
memonitoring dan mendorong lebih banyak informasi yang diungkapkan (Courtis,
1978 dan Cooke,1989 dalam Hossain dan Hammami, 2009).
Perusahaan akan mengalami perkembangan bisnis dalam menjalankan
usahanya. Sehingga ada kemungkinan bagi perusahaan untuk mengembangkan
daerah pemasaran dengan membuka cabang atau anak perusahaan. Kompleksitas
bisnis dikaitkan dengan jumlah entitas anak yang dimiliki oleh perusahaan.
Pendirian entitas anak perusahaan sebagai bentuk upaya untuk memperluas
pemasaran dan mencukupi kebutuhan masyarakat akan produk dan layanan
perusahaan. Entitas anak ini biasanya dilakukan dengan diversifikasi produk dari
perusahaan induknya. Seperti PT. Bank Negara Indonesia memiliki beberapa
anak perusahaan diantaranya yaitu BNI Life Insurance, Obligasi BNI Securities,
BNI Remittrance Ltd, BNI Multi Finance.
Kompleksitas bisnis menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai unit-unit
usahan yang aktivitasnya harus diawasi lebih ketat. Entitas anak perusahaan harus
40
menyediakan informasi yang akurat dan menyeluruh. Banyaknnya anak
perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan juga menunjukkan bahwa perusahaan
mempunyai ukuran atau skala usaha yang besar. Biasanya sebagian besar modal
pada anak perusahaan merupakan modal para pemegang saham di perusahaan
induk. Sehingga tuntutan akan keterbukaan informasi akan lebih luas.
2.13 Penelitian Terdahulu
Sejalan dengan meningkatnya pemberdayaan intangible asset terutama
setelah dikeluarkannya PSAK No. 19 (Revisi 2009) tentang aset tidak berwujud,
penelitian tentang modal intelektual di Indonesia mulai berkembang.
Purnomosidhi (2005) dengan sektor perusahaan publik dan metode pengumpulan
datanya menggunakan content analysis menunjukkan bahwa leverage, size, dan
kinerja modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal
intelektual sedangkan tipe industri, foreign listing status, kinerja perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual.
Rimmel et al (2009) dengan metode pengumpulan data content analysis
membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan modal intelektual, industri yang berteknologi tinggi lebih banyak
mengungkapkan modal intelektual dibanding dengan industri yang berteknologi
rendah, sedangkan kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan. Yau et al (2009) membuktikan ukuran perusahaan,
perusahaan yang berlink dengan pemerintah, pertumbuhan perusahaan dan
profitabilias berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela modal
41
inntelektual. Tabel 2.3 di bawah ini menunjukkan ringkasan penelitian terdahulu
tentang pengungkapan modal intelektual.
Tabel 2.3 Penelitian-penelitian Empiris tentang Modal Intelektual
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
1. Bambang
Purnomosidhi
(2005)
Analisi Empiris
terhadap
Determinan
Praktik
Pengungkapan
Modal
Intelektual pada
Perusahaan
Publik di BEJ
Dependen:
Pengungkapan
Modal
Intelektual.
Independen:
Ukuran
Perusahaan
(Size), Tipe
Industri,
Foreign Listing
Status,
Kinerja
Perusahaan,
Ketergantungan
pada Utang
(leverage),
Kinerja Modal
Intelektual.
Content
Analysis,
Regresi
Berganda
Leverage, Size,
dan Kinerja
Modal Intelektual
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
modal intelektual
sedangkan tipe
industri, foreign
listing status,
performance tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
modal intelektual.
2. Budi Artinah
(2013)
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pengungkapan
Intelektual
Capital pada
Lembaga
Keuangan yang
Terdaftar di
BEI.
Dependen:
Pengungkapan
Modal
Intelektual.
Independen:
Konsentrasi
Kepemilikan,
leverage,
Komisaris
Independen,
Ukuran
Perusahaan,
Umur
Perusahaan.
Content
Analysis,
Regresi
Berganda
Dari lima variabel
independen yaitu
konsentrasi
kepemilikan,
leverage,
komisaris
independen umur
perusahaan dan
ukuran pe-
rusahaan yang
dimasukkan ke-
dalam regresi,
hanya konsentrasi
kepemilikan dan
ukuran
perusahaan yang
signifikan.
3. Meizaroh dan
Jurica Lucyanda
(2012)
Pengaruh
Corporate
Governance,Kin
erja Perusahaan,
dan Umur
Perusahaan
terhadap
Pengungkapan
Dependen:
Pengungkapan
Modal
Intelektual.
Independen:
Corporate
Governance
(CGI), Kinerja
Content
Analysis,
Regresi
Berganda
Corporate
Governanve
berpengaruh
positif terhadap
pengungkapan
modal
intelektual;
Kinerja
42
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
Modal
Intelektual.
Perusahaan
(ROE), Umur
Perusahaan.
Perusahaan tidak
berpengaruh
terhadapa
pengungkapan
modal intelektual;
Umur Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
modal intelektual.
4. Mohammed
Hossain dan
Helmi
Hammami
(2009)
Voluntary
Disclosure in
the Annual
Reports of An
Emerging
Country: The
Case of Qatar
Dependen :
Pengungkapan
sukarela modal
intelektual
Independen:
Umur
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
kompleksitas
bisnis, asset in
place
Content
analysis,
ordinary
least
square.
Umur perusahaan,
ukuran
perusahaan,
kompleksitas
bisnis, dan asset
inplace signifikan
dalam
menjelaskan
pengungkapan
sukarela modal
intelektual
sedangkan
profitabilitas
tidak signifikan.
5. Dr. Gregory
White et al
(2007)
Drivers of
Voluntary
Intellectual
Capital
Disclosure in
Listed
Biotechnology
Companies
Dependen:
Pengungkapan
Modal
Intelektual
Independen:
Komisaris
Independen,
Konsentrasi
Kepemilikan,
Umur
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
leverage.
Korelasi
Bivariat,
Regresi
Berganda
Adanya korelasi
positif yang kuat
antara tingkat
pengungkapan
modal intelektual
sukarela dengan
komisaris
independen, umur
perusahaan,
ukuran
perusahaan, dan
leverage. Serta
tidak ada korelasi
antara
pengungkapan
modal intelektual
sukarela dengan
tingkat
konsentrasi
kepemilikan.
6. Foong Soon
Yau et al (2009)
Intellectual
Capital
Reporting and
Corporate
Characteristics
of Public Listed
Companies in
Malaysia
Dependen:
Pengungkapan
Sukarela Modal
Intelektual
Independen:
Ukuran
Perusahaan,
Perusahaan
Content
Analysis,
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
pengungkapan
sukarela modal
intelektual,
43
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
berlink
Pemerintah,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Profitabilitas
Perusahaan
Perusahaan yang
berlink dengan
pemerintah
berpengaruh
signifikan,
Pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan,
profitabilitas
berpengaruh
signifikan.
7. Talliyang et al
(2011)
TheDeterminant
s Of Intellectual
Capital
Disclosure
Among
Malaysian
Listed
Companies
Dependen:
Pengungkapan
modal
intelektual.
Independen:
Umur
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Tingkat Utang,
Konsentrasi
Kepemilikan,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan.
Content
analysis,
Multiple
Regressi
on.
Umur perusahaan,
ukuran
perusahaan,
konsentrasi
kepemilikan dan
pertumbuhan
perusahaaan
merupakan
determinan
pengungkapan
modal intelektual.
8. Ousama et al
(2012)
Determinants of
Intellectual
Capital
Reporting
Evidence from
Annual Reports
of Malaysian
Listed
Companies
Dependen:
Luas
Pengungkapan
Modal
Intelektual
Independen:
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Tingkat utang,
Tipe Audit
Perusahaan,
Tipe Industri
Correlati
on
Analysis,
Multiple
Regressi
on
Ukuran
perusahaan,
profitabilitas, tipe
industri
merupakan
determinan dalam
pengungkapan
modal intelektual
sedangkan tingkat
utang dan tipe
audit tidak
berpengaruh
signifikan.
9. Cahya (2013) Determinan
Luas
Pengungkapan
Modal
Intelektual pada
Perbankan
Dependen:
Pengungkapan
Modal
Intelektual.
Independen:
Tingkat utang,
kinerja modal
Content
analysis,
Regresi
Berganda
.
Ukuran dewan
komisaris, jumlah
rapat dewan
komisaris, ukuran
komite audit
berpengaruh
positif terhadap
luas
44
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis Hasil
intelektual,
ukuran dewan
komisaris,
jumlah rapat
dewan
komisaris,
ukuran komite
audit,
konsentrasi
kepemilikan
saham dan umur
listing.
pengungkapan
modal intelektual.
Kinerja modal
intelektual,
tingkat utang,
konsentrasi
kepemilikan
saham tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
modal intelektual.
2.14 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kesadaran perusahaan terhadap modal intelektual meningkat seiring
dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Informasi modal intelektual
dianggap penting oleh perusahaan demi memberikan ketercukupan informasi
kepada pemangku kepentingan, untuk menarik investor dan meningkatkan daya
saing yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dewasa ini perusahaan
cenderung lebih banyak mengungkapkan aset berwujud dibanding dengan aset
tidak berwujud. Hal ini dikarenakan aset tidak berwujud sulit untuk
dikuantifikasikan.
Pengungkapan modal intelektual pada penelitian ini dijelaskan dengan tiga
teori yaitu legitimacy theory, agency theory dan signaling theory. Pengungkapan
modal intelektual melengkapi pengungkapan informasi keuangan sebagai wujud
transparansi informasi perusahaan. Dalam operasionalnya perusahaan harus
memperhatikan batas-batas, nilai dan norma yang berlaku di lingkungan
perusahaan tersebut berdiri. Hal ini dikarenakan adanya kontrak sosial antara
perusahaan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar (legitimacy theory).
45
Kontrak sosial ini menuntut perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis sesuai
dengan batasan-batasan yang dianggap sah oleh masyarakat. Sebagai wujud
pemenuhan kontrak sosial ini perusahaan harus mengungkapkan informasi yang
menyeluruh termasuk informasi modal intelektual kepada masyarakat atau
lingkungan.
Dalam melaksanakan bisnisnya pemilik perusahaan mendelegasikan
kewenangan kepada pihak manajemen. Pendelegasian ini menimbulkan adanya
konflik kepentingan di kedua belah pihak. Kinerja perusahaan yang baik
mendorong manajemen untuk mendapatkan insentif guna memenuhi
kesejahteraan pribadi. Sedangkan pemilik perusaahaan yang tidak mengetahui
detail operasional perusahaan, seakan kekurangan informasi dibanding dengan
pihak manajemen yang terlibat dalam operasional perusahaan sehari-hari. Hal ini
menimbulkann adanya asimetri informasi.
Dari segi signalling theory, pengungkapan informasi yang lengkap dan
menyeluruh termasuk informasi aset tidak berwujud perusahaan berupa kekayaan
intelektual akan memberikan sinyal positif kepada pihak yang berkepentingan
seperti pemilik perusahaan, investor, karyawan, masyarakat, dan lain sebagainya
atas ketersediaan informasi untuk pengambilan keputusan. Sinyal positif ini akan
mendapatkan respon atau tanggapan positif sehingga mampu meningkatkan nilai
perusahaan.
Atas dasar ini pemilik perusahaan atau pemegang kepentingan menuntut
adanya keterbukaan informasi dengan melaporkan seluruh informasi baik
informasi keuangan maupun non keuangan, informasi aset berwujud maupun aset
46
tidak berwujud. Terlebih jika perusahaan sudah mempunyai tempat di masyarakat,
struktur bisnis perusahaan kompleks dan sebagian modal perusahaan berasal dari
pihak eksternal maka pihak manajemen harus lebih luas dan lengkap dalam
mengungkapkan informasi perusahaan. Berdasarkan uraian di atas kerangka
pemikiran teoritis dalam penelitian ini tersaji pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Model Teoritis
2.15 Pengembangan Hipotesis Penelitian
2.15.1 Pengaruh Tingkat Utang terhadap Pengungkapan Modal Intelektual
Tingkat utang merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan
bergantung pada dana dari kreditur dalam membiayai investasi. Tingkat utang
pada penelitian ini menggunakan rasio total hutang dibanding dengan total modal
Pengungkapan Modal
Intelektual (ICD)
Tingkat Utang
(LEV)
Pertumbuhan Laba
(EG)
Ukuran Perusahaan
(SIZE)
Ukuran Dewan
Komisaris (COMM)
Umur Perusahaan
(AGE)
Kompleksitas Bisnis
(COMPLEX)
Agency Theory
Signalling Theory
Agency Theory
Legitimacy Theory
Agency Theory
Agency dan
Legitimacy Theory
47
perusahaan (debt to equity ratio) yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi modalnya sendiri. Rasio ini menjelaskan struktur keuangan
perusahaaan terkait dengan bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya.
Aktivitas perusahaan didanai oleh hutang dan modal pemegang saham. Ketika
hutang lebih tinggi dari pada modal perusahaan maka pendanaan perusahaan
sangat bergantung pada pinjaman pihak eksternal yaitu hutang dari kreditur.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat utang rendah berarti bahwa
perusahaan lebih banyak menggunakan asetnya atau modal pemegang saham
untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Perusahaan menggunakan dana dari kreditur dengan tujuan untuk
memenuhi kecukupan modal yang digunakan untuk operasional perusahaan dan
untuk mebiayai investasi. Ketika kreditur meminjamkan dana kepada perusahaan,
tentulah kreditur akan melihat prospek atau kinerja perusahaan. Hal ini terkait
dengan keamanan dana yang diberikan.
Prospek perusahaan ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh.
Keuntungan perusahaan mempengaruhi keputusan kreditur. Ketika keuntungan
perusahaan tinggi maka kreditur yakin bahwa keamanan dan keterjaminan dana
yang dipinjamkan besar. Kreditur dapat memastikan bahwa dana tersebut akan
mampu dibayar atau dikembalikan oleh perusahaan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dengan menggunakan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu,
wajar kiranya jika kreditur menginginkan adanya keterbukaan informasi yang
dapat dilakukan dengan melakukan pengungkapan yang akurat dan menyeluruh
demi memastikan keamanan dan keterjaminan dana yang dipinjamkan.
48
Dalam memonitoring dana yang telah dipinjamkan, kreditur melihat
seberapa besar dana yang telah dipinjamkan kepada perusahaan. Jika dana yang
dipinjamkan jumlahnnya besar, maka kreditur akan cenderung melakukan
pengawasan yang ketat. Sebaliknya jika dana yang dipinjamkan tidak terlalu
besar, maka kreditur akan melakukan pengawasan yang tidak terlalu ketat.
Pengawasan ini didampingi dengan tuntutan keterbukan informasi perusahaan
baik informasi keuangan maupun non keuangan termasuk modal intelektual.
Alasan pentingnya informasi modal intelektual baik untuk kreditur
maupun pihak eksternal lainnya adalah modal intelektual mampu melengkapi
informasi perusahaan. Dewasa ini perusahaan cenderung hanya mengungkapkan
informasi tentang kinerja perusahaan tanpa memberikan sorotan tentang sumber
daya atau kekayaan lain peruahaan yang dijadikan sebagai penggerak dalam
akitivitas perusahaan. Contoh dari kekayaan ini seperti pengetahuan, teknologi
dan karyawan perusahaan. Tanpa disadari informasi ini juga sebenarnya berharga
bagi pihak eksternal. Terutama untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengetahuan. Dimana modal penggerak utamanya adalah pengetahuan dan
keterampilan karyawannya.
Pada penelitian ini tingkat utang dijelaskan dengan agency theory.
Pemberian wewenang oleh pemilik perusahaan kepada manajemen menimbulkan
adanya konflik kepentingan. Manajemen sebagai pengelola perusahaan yang
mengetahui operasional perusahaan cenderung ingin memaksimalkan dirinya
demi mendapatkan kesejahteraan tanpa memperhatikan keinginan pemilik
perusahaan. Disisi lain pemilik perusahaan menginginkan adanya keterbukaan
49
informasi atas aktivitas yang manajer lakukan. Keadaan seperti ini menimbulkan
adanya asimetri informasi antara manajer yang bertindak sebagai agent dengan
pemilik perusahaan yang disebut sebagai principal.
Berdasarkan agency theory, perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi
memiliki biaya agensi yang tinggi. Biaya agensi ini sebagai teknik pengendalian
dan pengawasan kreditur kepada perusahaan. Perusahaan dengan tingkat utang
yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi para
stakeholder, hal ini dikarenakan adanya risiko yang tinggi akibat proporsi utang
yang besar terutama bagi kreditur. Sebagai contoh ketika perusahaan pailit,
kecilnya modal pemegang saham tidak mampu menutupi utang yang dipinjam.
Sehingga dalam hal ini kreditor mentut adanya informasi yang penuh dan
menyeluruh termasuk modal intelektual. Hal ini rasional dilakukan karena
kreditur memiliki kewajiban untuk memastikan keamanan dan keterjaminan dana
yang dipinjamkan dapat dibanyar atau dilunasi pada waktu yang sudah ditentukan
dan dapat digunakan dengan baik untuk operasional perusahaan guna memperoleh
keuntungan.
Logika teori ini didukung dengan hasil penelitian Purnomosidhi (2005)
yang menyatakan bahwa tingkat utang dengan proksi long term debt to equity
ratio berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil
yang sama juga terdapat pada penelitian White el al (2007) yang menggunakan
proksi total liabilities to total assets, menghasilkan bahwa tingkat utang
merupakan salah satu key driver atau key factor dalam pengungkapan modal
intelektual. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara
50
tingkat utang dengan pengungkapan modal intelektual. Begitu juga dengan hasil
penelitian Williams (2001) yang menemukan bahwa tingkat utang berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Dengan demikian hipotesis
yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu:
H1 : Semakin tinggi tingkat utang maka semakin tinggi pengungkapan modal
intelektual.
2.15.2 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Laba adalah selisih antara pendapatan dengan beban-beban yang
ditanggung oleh perusahaan. Laba merupakan pengukuran kinerja perusahaan
secara umum. Laba yang besar menunjukkan bahwa perusahaan berhasil
menjalankan aktivitas usahanya. Baik dalam menghadapi tantangan seperti
pesaing maupun memanfaatkan peluang pasar. Sehingga hal yang lazim jika
perusahaan yang labanya tinggi akan mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Pertumbuhan laba (earning growth) menggambarkan tingkat kenaikan atau
penurunan laba perusahaan pada setiap tahunnya. Pertumbuhan laba yang positif
atau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun merupakan berita baik (good
news) bagi investor yang menandakan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang
baik. Besarnya laba yang diperoleh menunjukkan bahwa bahwa produk dan
layanan perusahaan dapat diterima oleh masyarakat.
Pertumbuhan laba yang naik dari tahun ke tahun memberikan sinyal positif
kepada pasar atau investor untuk melakukan investasi. Bertambahnya investor ini
51
menyebabkan adanya tuntutan transparasi kinerja dan informasi perusahaan
kepada manajemen. Hal ini dikarenakan, bagi investor dan pihak lainnya
informasi tentang perusahaan merupakan hal yang sangat penting guna
pengambilan keputusan. Sehingga manajemen harus mampu memenuhi
kebutuhan informasi untuk para investor dan pihak lainnya baik informasi
keuangan maupun non keuangan.
Pertumbuhan laba dijelaskan dengan signalling theory. Teori ini
menjelaskan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal-sinyal yang berguna
dalam pengambilan keputusan investor. Ketika pertumbuhan laba perusahaan
positif maka pasar juga akan memberikan respon positif terhadap perusahaan.
Semakin meningkat pertumbuhan laba maka investor akan mempertimbangkan
untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena mereka meyakini bahwa
perusahaan yang berkinerja baik dengan melihat angka pertumbuhan laba yang
positif, akan memberikan keuntungan pada investasi yang ditanam. Sedangkan
ketika pertumbuhan laba negatif maka akan memberikan sinyal kepada pasar
bahwa produknya tidak diterima masyarakat. Sehingga investor akan enggan
untuk melakukan invesatasi.
Dari segi karyawan terkait dengan gaji dan tunjangan, pertumbuhan laba
yang positif memberikan sinyal bahwa karyawan mendapatkan jaminan dan
keamanan dalam pekerjaaanya dan juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan bonus. Bagi pemerintah, pertumbuhan laba yang positif memberikan
sinyal terkait dengan kewajiban pajak yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Bagi
kreditur, mereka merasa aman bahwa dana yang diberikan akan mampu
52
dikembalikan oleh perusahaan pada waktu yang sudah ditentukan. Dan bagi
masyarakat, pertumbuhan laba yang positif mampu memberikan reward kepada
masyarakat dalam bentuk corporate social responsibility perusahaan.
Dari penjelasan tersebut didapat bahwa laba sangat berguna bagi berbagai
pihak terutama dalam pengambilan keputusan. Sehingga akan lebih bijak jika
perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang positif lebih mampu
mengungkapkan informasi yang menyeluruh termasuk informasi modal
intelektual yang dimiliki perusahaan.
Pertumbuhan laba diperkirakan berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan modal intelektual. Karena semakin meningkat pertumbuhan laba
perusahaan, dalam arti bergerak positif maka semakin tinggi pula pengungkapan
informasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik dan mampu menghadapi
tantangan yang ada. Atau dengan kata lain pertumbuhan laba yang meningkat
menunjukkan adanya prospek yang baik dari perusahaan. Untuk lebih
meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan
dapat melakukan pengungkapan informasi secara sukarela termasuk
pengungkapan informasi modal intelektual yang sangat diperlukan demi
memenuhi kecukupan informasi baik untuk pihak eksternal maupun internal.
Logika teori dimana semakin tinggi pertumbuhan laba maka semakin
banyak pengungkapan modal intelektual didukung atau terbukti pada hasil
penelitian Taliyang et al (2011). Namun pada penelitian Taliyang et al (2011)
menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan (growth) dengan proksi market to
53
book value of common share. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
modal intelektual. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu:
H2 : Semakin meningkat pertumbuhan laba perusahaan maka semakin tinggi
pengungkapan modal intelektual.
2.15.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang dapat
diukur dengan total aset, total penjualan, dan total karyawan. Ukuran perusahaan
pada penelitian ini adalah besarnya logaritma natural dari total aset yang dimiliki
oleh perusahaan. Semakin besar total aset yang dimilik oleh perusahaan maka
semakin besar pula ukuran perusahaan. Aset yang besar dapat digunakan untuk
memenuhi biaya operasional dan investasi perusahaan.
Alasan utama ukuran perusahaan digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang lebih besar mempunyai hubungan yang lebih kompleks dan
aktivitas yang lebih banyak dalam penciptaan nilai dibanding dengan perusahaan
yang lebih kecil. Besarnya sumber daya yang dimiliki perusahaan dan adanya
kesenjangan informasi merupakan kondisi yang memerlukan pengungkapan
informasi yang menyeluruh termasuk modal intelektual perusahaan. Seperti yang
kita ketahui bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan merupakan aset
penggerak jalannya operasional perusahaan. Keunggulan kompetitif perusahaan
54
terletak pada sumber daya yang dimilikinya. Keunggulan kompetitif ini akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan bisa tercermin dari sumber daya pengetahuan, yang dapat
berbentuk pelanggan, karyawan, dan teknologi. Perusahaan yang berskala besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai track record yang baik
dalam dunia bisnis. Sehingga hal yang rasional jika perusahaan berskala besar
lebih banyak mengungkapkan informasi termasuk modal intelektual demi
menjaga nilai perusahaan di mata pasar.
Hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual dapat dijelaskan dengan agency theory dan legitimacy theory. Dari
segi agency theory perusahaan yang besar memiliki aktivitas yang lebih banyak
dan hubungan yang lebih kompleks akibat dari pendelegasian wewenang. Pihak
manajemen (agent) dan pemilik perusahaan (principal) cenderung memiliki
konflik kepentingan sehingga meningkatkan biaya agensi. Dengan demikian untuk
mengurangi biaya agensi ini, perusahaan akan secara sukarela melakukan
pengungkapkan informasi yang lebih lengkap, termasuk informasi mengenai
modal intelektual (Ousama, 2012). Dengan mengungkapkan informasi yang lebih
banyak, perusahaan juga membuktikan bahwa telah menerapkan prinsip-prinsip
manajemen perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) terutama prinsip
transparansi. Dan hal ini juga akan menjadi poin positif bagi perusahaan yang
mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Dari segi legitimacy theory Ousama (2012) menyebutkan bahwa
perusahaan berskala besar menjadi lebih terlihat serta diawasi oleh masyarakat
55
dan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pemahaman legitimacy theory, dimana
perusahaan harus melaksanakan aktivitas operasional perusahaan yang sah serta
tidak merugikan lingkungan dan masyarakat. Sehingga perusahaan berskala besar
mempunyai kewajiban untuk mematuhi norma dan memenuhi harapan masyarakat
di sekitar perusahaan tersebut berada, salah satunya adalah dengan melakukan
pengungkapan sukarela.
Ukuran perusahaan yang semakin besar menunjukkan perusahaan
mengalami perkembangan sehingga investor merespon positif dan nilai
perusahaan meningkat (Soejoko dan Soebiantoro, 2007 dalam Cahya, 2013).
Sedangkan perusahaan berskala kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan
yang lebih lengkap. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar
dibanding dengan manfaat yang akan diperoleh. Karena pada umumnya
perusahaan kecil masih mengalami persaingan yang ketat dalam mengembangkan
bisnisnya.
Logika teori ini didukung dengan hasil penelitian Purnomosidhi (2005)
yang mengukur ukuran perusahaan dengan the natural log of total assets dengan
hasil bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang dapat menjelaskan
variasi pengungkapan sukarela modal intelektual dalam laporan tahunan.
Abeysekera dan Guthrie (2006) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan total asset merupakan determinan yang penting dalam
pengungkapan sukarela. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian White et al
(2007) yang mengukur ukuran perusahan dengan natural log of market
capitalization. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
56
antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual. Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian Singh et al (dalam White et al, 2007) yang
meneliti adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan modal
intelektual pada perusahaan gas dan minyak di Australia. Berdasarkan uraian di
atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H3 : Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan
modal intelektual.
2.15.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang menjalankan fungsi
pengawasan untuk memastikan pelaksanaan berbagai aktivitas dan mekanisme
sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada pada perusahaan. Dewan komisaris
bertugas untuk melakukan monitoring terhadap tindakan manajemen dalam
mengelola perusahaan agar tidak bertindak curang. Ukuran dewan komisaris
merupakan jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan.
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 jumlah anggota dewan komisaris pada
perusahaan terbuka sedikitnya dua orang dan menurut Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 jumlah anggota dewan komisaris
disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan
efektivitas perusahaan.
Dalam tugasnya, pengendalian dan pengawasan dewan komisaris dibantu
oleh komite-komite yang berada dibawahnya seperti komite audit, komite
57
pemantau risiko, komite remunerasi dan nominasi dan komite lain sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Setiap komite bertanggung jawab untuk melakukan review
dan melakukan pengawasan berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang telah
ditetapkan berdasarkan tugas dan wewenang masing-masing komite. Dewan
komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan yang dilakukan
oleh direksi. Dewan komisaris juga berkewajiban untuk memastikan bahwa
direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari auditor internal,
auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia. Kemudian laporan tersebut
disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan (Pedoman Umum
GCG Indonesia, 2006).
Laporan dewan komisaris berisi laporan pelaksanaan aktivitas usaha dan
kinerja perusahaan dalam tahun yang bersangkutan. Misalnya mengenai evaluasi
kebijakan strategis yang dilakukan terhadap sejumlah bidang diantaranya kinerja
bank, profil dan citra perusahaan, kebijakan manajemen risiko, tindak lanjut atas
hasil pemeriksaan audit eksternal/internal, sumber daya manusia, teknologi
informasi dan sebagainya. Laporan ini merupakan bagian dari laporan tahunan
perusahaan. Dewan komisaris mengawasi setiap jalannya aktivitas perusahaan
dari mulai pelaksanaan sampai dengan pelaporan.
Selain itu dewan komisaris juga memberikan tanggapan atas pelaporan
berkala dewan direksi terkait dengan tugasnya mengelola perusahaan. Sehingga
tentulah untuk menjadi dewan komisaris harus dipastikan memiliki integritas dan
kompetensi di bidang keuangan yang memadai dan bertanggung jawab. Ukuran
58
dewan komisaris yang efektif juga didukung dengan komunikasi dan koordinasi
yang baik antar anggota dewan komisaris sehingga menghasilkan kontrol yang
baik dalam peruahaan.
Asumsi utama digunakannya variabel ini adalah dewan komisaris
berfungsi sebagai alat pengendalian teritinggi bagi perusahaan. Tindakan
pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk mengurangi biaya agensi melalui
penekanan kepada manajer untuk melakukan pengungkapan informasi secara
lengkap dan akurat termasuk modal intelektual. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi adanya asimetri informasi demi menyelaraskan kepentingan
manajemen dan pemilik perusahaan. Semakin besar ukuran dewan komisaris
suatu perusahaan, maka kinerja pengawasan dan pengendalian menjadi lebih baik
dan efektif sehingga perusahaan akan melakukan pengungkapan penuh termasuk
modal intelektual demi memenuhi kebutuhan informasi pemilik perusahaan dan
pihak lain yang berkepentingan.
Tetapi ukuran dewan komisaris yang besar tanpa diimbangi dengan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tentunya akan menimbulkan
ketidaksepahaman. Sehingga seperti yang telah disebutkan di atas bahwa ukuran
dewan komisaris disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan dan dituntut juga untuk
dapat mengambil keputusan secara tepat dan cepat.
Penelitian Cahya (2013) yang meneliti karakteristik perusahaan dengan
variabel kontrol umur listing terhadap luas pengungkapan modal intelektual.
Hasilnya menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan
59
terhadap luas pengungkapan modal intelektual. Alasan yang mendasarinya adalah
dewan komisaris bertugas sebagai pengawas dan pengendali perusahaan sehingga
dalam kegiatannya dewan komisaris akan memastikan bahwa aktivitas
manajemen sesuai dengan harapan pemilik perusahaan dan pelaporan kinerja
disajikan secara benar, akurat, dan menyeluruh demi memenuhi ketercukupan
informasi bagi pihak yang berkepentingan. Berdasarkan uraian di atas hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini yaitu:
H4 : Semakin besar ukuran dewan komisaris maka akan semakin tinggi
pengungkapan modal intelektual.
2.15.5 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Keberhasilan perusahaan dalam bisnisnya tidak terlepas dari lingkungan
dimana perusahaan tersebut berada. Dukungan dari lingkungan akan
mempermudah perusahaan dalam menjalankan bisnis. Keberhasilan tersebut
ditandai dengan lamanya perusahaan berdiri atau bisa dikuantifikasikan dengan
umur perusahaan.
Umur perusahaan adalah rentan waktu pada awal pendirian sampai dengan
saat perusahaan masih beroperasi. Umur perusahaan menandakan kemampuan
eksistensinya dalam dunia bisnis dengan segala persaingan dan peluang usaha
yang ada. Kemampuan untuk mempertahankan eksistensi di tengah persaingan
bisnis dan ekonomi yang semakin kuat membutuhkan usaha yang tidak mudah.
Tentunya perusahaan melakukan berbagai usaha dengan meningkatkan kreativitas
60
dan inovasi agar produk dan layanannya tetap unggul dan diterima oleh
masyarakat.
Logika teori pada variabel ini dipayungi dengan teori legitimasi
(legitimacy theory). Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan akan melakukan
usahanya sesuai dengan batas-batas dan norma yang berlaku di lingkungan dan
masyarakat. Perusahaaan juga akan menjalankan usahanya sesuai dengan harapan
yang berkembang di masyarakat. Dan harapan tersebut senantiasa berubah dan
berkembang. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai kontrak sosial
dengan masyarakat yang harus dipenuhi (Deegan, 2002). Masyarakat menuntut
adanya keterbukaan informasi dari perusahaan yang beroprasi di lingkunganya.
Legitimacy theory sangat mampu mengungkapkan modal intelektual.
Perusahaan akan mengungkapan informasi secara sukarela ketika memang
dibutuhkan oleh masyarakat termasuk pengungkapan modal intelektual. Hal ini
dilakukan sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi perusahaan. Ketika
perusahaan melaporkan informasi secara akurat dan menyeluruh maka
masyarakat/lingkungan memberikan respon yang baik terhadap keberadaan
perusahan. Respon baik tersebut diwujudkan dalam bentuk loyalitas pelanggan
atau masyarakat. Dan ketika perusahaan menjalankan aktivitasnya tidak
memperhatikan norma dan batas-batas yang ada di masyarakat maka perusahaan
akan menciptakan image yang buruk di mata masyarakat. Sehingga dari hal ini
manajemen perusahaan akan mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan
kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak
diwajibkan (Suwardjono, 2008: 583).
61
Owusu-Ansah (1998) dalam Hossain dan Hammami (2012) menyatakan ada tiga
alasan kenapa perusahaan yang berusia lebih muda tidak mengungkapkan
informasi yang menyeluruh:
1. Perusahaan yang lebih muda mungkin akan menderita kerugian yang
cukup besar jika mereka mengungkapkan item-item tertentu seperti
informasi pengeluaran penelitian, belanja modal dan pengembangan
produk.
2. Manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan tidak seimbang.
Untuk perusahaan yang lebih muda biaya dan kemudahan pengumpulan ,
pengolahan dan menyebarluaskan informasi.
3. Perusahaan yang lebih muda dimungkinkan kurang berpengalaman atau
kurang memiliki track record terkait dengan kemampuan pengungkapan
informasi.
Dari tiga alasan di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang berumur
lebih muda menganggap bahwa pengungkapan informasi dianggap sebagai
pemborosan. Dan perusahaan yang lebih tua seharusnya mampu untuk
mengungkapkan informasi karena didukung dengan pengalaman yang telah
didapat. Dan juga akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan
biaya yang dikeluarkan karena dengan pengungkapan informasi yang menyeluruh
akan meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan.
Penelitian White et al (2007) yang meneliti pada perusahaan bioteknologi
menjelaskan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara umur perusahaan
dengan pengungkapan modal intelektual. Hasil ini juga didukung oleh Rimmel et
62
al (2009) menyatakan bahwa luas pengungkapan informasi berhubungan dengan
berapa lama perusahaan menjalankan bisnisnya. Hasil tersebut membuktikan
adanya pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan terhadap pengungkapan
modal intelektual.
Alasan yang mendasarinya adalah semakin lama perusahaan berdiri maka
semakin banyak pengalaman yang telah didapat karena perusahaan mengetahui
kebutuhan informasi dari pemegang kepentingan termasuk masyarakat sehingga
semakin luas dalam mengungkapkan informasi termasuk informasi modal
intelektual pada laporan tahunan. Hal ini dikarenakan perusahaan sudah
mengalami kedewasaan dalam berbisnis dengan banyaknya pengalaman dan
tingginya pemahaman dunia bisnis sehingga perusahaan memahami harapan dan
keinginan lingkungan dimana perusahaan berdiri. Berdasarkan uraian di atas
hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu:
H5 : Semakin lama umur perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan
modal intelektual.
2.15.6 Pengaruh Kompleksitas Bisnis terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Perusahaan akan mengalami perkembangan usaha dalam menjalankan
bisnisnya. Sehingga terdapat kemungkinan bagi perusahaan untuk
mengembangkan daerah pemasaran dengan membuka cabang atau anak
perusahaan. Didirikannya anak perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan
produk yang sama atau dengan diversifikasi produk dari perusahaan induk.
63
Adanya anak perusahaan akan menambah kompleksitas struktur bisnis
perusahaan. Dimana pada anak perusahaan tersebut akan terdapat pendelegasian
kewenangan yang berantai. Pendelegasian kewengan ini akan menyebabkan arus
informasi perusahaan yang semakin panjang. Sehingga menimbulkan adanya
biaya agensi.
Pendirian anak perusahaan bertujuan untuk memperluas jaringan
pemasaran untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Setiap anak perusahaan
tentulah mempunyai sumber daya dalam mendukung operasional perusahaan baik
sumber daya yang berwujud seperti aset maupun sumber daya yang tidak
berwujud yaitu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Semakin besar
sumber daya yang dimiliki menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan dan
semakin baik prospek perusahaan.
Banyaknya jumlah anak perusahaan yang dimiliki maka kompleksitas
bisnis juga semakin tinggi. Tingginya kompleksitas bisnis ini menimbulkan
hubungan keagenan yang semakin panjang. Manajemen yang ada pada anak
perusahaan juga harus melaporkan dan mengungkapakan informasi kinerjanya.
Kemudian manajemen perusahaan mengkonsolidasikan laporan tersebut untuk
diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Kompleksitas bisnis ini
menimbulkan cakupan pengungkapan yang semakin luas dan menuntut
manajemen perusahaan untuk mampu mengungkapkan informasi secara akurat
dan menyeluruh termasuk informasi pengungkapan modal intelektual. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk transparansi perusahaan.
64
Pada penelitian ini kompleksitas bisnis dijelaskan dengan menggunakan
agency theory. Asumsi utama yang mendasarinya adalah struktur bisnis yang
kompleks memerlukan sistem informasi manajemen yang efektif (Courtis, 1978
dan Cooke, 1989a dalam Hossain dan Hammami, 2009). Sistem informasi
manajemen yang efektif dapat dilakukan dengan melakukan pengungkapan. Dan
struktur bisnis yang kompleks juga menimbulkan banyaknya pihak yang
ditunjuk oleh pemilik perusahaan (principal) untuk menjalankan atau
mengoperasikan bisnisnya. Kondisi ini menyebabkan adanya hubungan keagenan
yang semakin panjang. Hubungan keagenan yang semakin panjang ini akan
menyebabkan asimetri informasi.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi asimetri informasi ini adalah
dengan melalui pengungkapan. Baik pengungkapan mandatory maupun
voluntary. Hal yang rasional jika perusahaan yang mempunyai struktur bisnis
yang kompleks melakukan pengungkapan informasi yang lebih banyak dibanding
dengan perusahaan yang tidak begitu kompleks atau tidak memiliki entitas anak.
Alasan yang mendasarinya adalah banyaknya entitas anak perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan mampu berkembang dan mempunyai pemasaran
yang luas. Perkembangan perusahaan ini merupakan tanda bahwa produk dan
layanan perusahaan diterima oleh pasar. Sehingga struktur bisnis yang kompleks
membutuhkan adanya sistem informasi yang efektif untuk mengawasi dan
mendorong lebih banyak pengungkapan informasi (Hossain dan Hammami,
2009). Termasuk pengungkapan informasi modal intelektual yang dimiliki
perusahaan.
65
Logika teori ini didukung dengan hasil penelitian Hossain dan Hammami
(2009) yang meneliti karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan
sukarela pada laporan tahunan perusahaan yang listing di Qatar. Karakteristik
perusahaan ini menggunakan variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan,
profitabilitas, kompleksitas operasi usaha, dan asset in place meghasilkan bahwa
umur perusahaan, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi usaha dan assets in
place signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela, sedangka
profitabilitas tidak signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H6 : Semakin kompleks operasi perusahaan maka semakin tinggi
pengungkapan modal intelektual.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas untuk memahami
bagaimana kemampuan variabel keuangan dan non keuangan dalam menjelaskan
variasi pengungkapan modal intelektual dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah
ini.
66
H1 +
H2 +
H3 +
H4 +
H5 +
H6 +
Gambar 2.2. Model Empiris
Pengungkapan Modal
Intelektual (ICD)
Tingkat Utang
(LEV)
Pertumbuhan Laba
(EG)
Ukuran
Perusahaan (SIZE)
Ukuran Dewan
Komisaris
(COMM)
Umur Perusahaan
(AGE)
Kompleksitas
Bisnis
(COMPLEX)
67
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang
digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari laporan tahunan yang
sudah dipublikasikan secara resmi pada www.idx.co.id serta diambil dari web
resmi perusahaan perbankan tahun 2011 sampai 2013. Laporan tahunan (annual
report) yang diterbitkan berfungsi sebagai sumber informasi yang penting bagi
para pemangku kepentingan yang ingin menilai kesehatan keuangan organisasi
(Bontis, 2002). Penggunaan annual report dikarenakan mampu mewakili fokus,
operasional dan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Bhasin (2008)
menyatakan bahwa laporan tahunan merupakan media yang ideal untuk
menerapakan kerangka modal intelektual karena kemudahan dalam
membandingkan posisi modal intelektual dan trend perusahaan, industri dan
negara.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
beroperasi di Indonesia yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Daftar
perusahaan perbankan di Indonesia yang telah listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dapat dilihat pada lampiran 1.
68
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik
pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu.
Adapaun kriteria tersebut yaitu :
1. Menerbitkan laporan tahunan berturut-turut tahun 2011-2013 yang
sudah diaudit dan dipublikasikan;
2. Tidak melakukan delisting pada tahun 2011-2013;
3. Menggunakan mata uang rupiah;
4. Tahun fiskal perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah pengungkapan modal
intelektual dalam laporan tahunan. Modal intelektual adalah kekayaan perusahaan
yang biasanya berupa pengetahuan, keterampilan, loyalitas, karyawan dan lain
sebagainya yang tidak ditampilkan di neraca dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks
pengungkapan modal intelektual atau dikenal dengan ICDIndex. ICDIndex
merupakan suatu metode pemberian skor 1 untuk informasi yang diungkapkan
pada laporan tahunan dan skor 0 untuk informasi yang tidak diungkapkan pada
laporan tahunan. Kemudian skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh
total skor pengungkapan di setiap perusahaan.
Penelitian ini menggunakan ICDIndex yang dikembangkan oleh Bukh et al
(2005) meskipun nanti hasilnya tidak sebaik dengan menggunakan indeks dari
69
White et al (2007). Hal ini karena item pembaginya lebih banyak dari White et al
(2007) yang hanya 56 item. Tetapi disisi lain ICDIndex Bukh et al (2005) item-
itemnya lebih lengkap dibandingkan dengan indeks yang dikembangkan oleh
White et al (2007). Dengan alasan itu peneliti menggunakan indeks yang
dikembangkan oleh Bukh et al (2005).
Score = ( Σdi/ M ) x 100%
Keterangan:
di (disclosure index) = 1 jika item ICD diungkapkan dalam laporan
tahunan dan 0 jika tidak diungkapkan dalam laporan tahunan.
M = Total jumlah item yang diungkapkan (78 item)
Adapun rincian item-item indeks pengungkapan modal intelektual yang
dikembangkan oleh Bukh et al (2005) dapat dilihat pada lampiran 2.
3.3.2 Variabel Independen
1. Tingkat Utang
Tingkat utang adalah perbandingan besarnya dana yang disediakan oleh pemilik
dengan dana yang diperoleh dari kreditur. Semakin tinggi tingkat hutang maka
semakin tinggi ketergantungan perusahaan kepada hutang. Sehingga semakin
tinggi pula pengungkapan informasi modal intelektual kepada kreditur. Hal ini
karena tuntutan dari keamanan dana yang diberikan kreditur kepada perusahaan.
Variabel ini diukur dengan rasio total hutang dengan total ekuitas.
Le v = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏 𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝒕
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏 𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝒕
70
2. Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba adalah besarnya persentase kenaikan laba perusahaan
pada setiap tahunnya. Pertumbuhan laba perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan akan eksistensi usahanya dalam perkembangan ekonomi. Kenaikan
laba perusahaan pada setiap tahun menunjukkan bahwa produk dan pelayanan
perusahaan diterima oleh masyarakat. Kenaikan laba ini memberikan sinyal
positif kepada investor dan pemegang kepentingan lain akan nilai perusahaan.
Pertumbuhan laba diukur dengan mengurangkan laba periode sekarang dengan
laba periode tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan laba periode sebelumnya.
EG = (EATt – EAT t-1/ EAT t-1) x 100%
Keterangan:
EG = Earning Growth (Pertumbuhan Laba)
EAT t = Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) tahun sekarang
EAT t-1 = Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) tahun sebelumnya
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan atau size merupakan variabel yang dapat diukur
dengan total aset, total penjualan, total modal dan total karyawan dari perusahaan
tersebut. Pada penelitian ini logaritma natural total aset dijadikan sebagai proksi
ukuran perusahaan karena total aset mencakup aset lancar dan aset tidak lanacar
yang digunakan oleh perusahaan, sehingga lebih mempresentasikan ukuran
perusahaan yang sebenarnya (Wardhani, 2009). Bentuk logaritma natural
digunakan karena pada umumnya nilai total aset perusahaan sangat besar,
71
sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai total aset
diubah ke dalam bentuk logaritma natural.
SIZE = LN (Total Aset)
Keterangan : LN = Logaritma Natural
4. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberi nasihat kepada direktur atau direksi yang dalam hal ini bertindak sebagai
manajemen perusahaan yang mengelola dan melakukan aktivitas perusahaan.
Aktivitas manajemen diawasi agar manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik perusahaan. Semakin besar jumlah dewan komisaris maka
diharapkan semakin baik pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen
sehingga mampu mengungkapkan modal intelektual yang semakin tinggi.
Pengukuran pada variabel ini yaitu dengan menghitung jumlah dewan komisaris
dalam laporan tahunan perusahaan.
Comm = ∑ Dewan komisaris pada perusahaan
Keterangan : Comm = Ukuran Dewan Komisaris
5. Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan awal perusahaan berdiri sampai dengan
perusahaan tetap eksis dalam dunia bisnis. Umur perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis. Semakin
lama umur perusahaan maka semakin berpengalaman dan terpercaya dalam
72
penyajian dan pengungkapan informasi termasuk pengungkapan modal
intelektual. Variabel ini diukur dengan menghitung awal perusahaan berdiri
sampai tahun penelitian.
AGE = Tahun penelitian - tahun awal perusahaan berdiri
6. Kompleksitas Bisnis
Kompleksitas bisnis adalah struktur bisnis perusahaan yaitu banyaknya entitas
anak perusahaan. Kompleksitas bisnis pada penelitian ini ditentukan dengan
jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak anak
perusahaan yang dimiliki maka semakin tinggi pengungkapan modal intelektual.
Pengukuran variabel ini yaitu:
COMPLEX = ∑ Entitas anak perusahaan
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
Data
1. Pengungkapa
n Modal
Intelektual
(ICD)
Pengungkapan item-
item modal intelektual
yang terdiri dari
internal structure,
external structure, dan
employees
competences.
Score = ( Σdi/ M ) x
100%
Ket :
di = 1 jika item ICD
diuangkapkan dalam
laporan tahunan dan 0
jika tidak diungkapkan
dalam laporan tahuna.
M = Total jumlah item
yang diungkapkan
(78 item)
Rasio
2. Tingkat
Utang (LEV)
Menunjukkan
persentase atas
penggunaaan utang
DER =
Rasio
73
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
Data
untuk membiayai
investasi perusahaan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3. Pertumbuhan
Laba (EG)
Besarnya persentase
kenaikan laba setiap
tahun yang diperoleh
perusahaan
Earning Growth =
(EATt – EAT t-1/ EAT t-
1) x 100%
Ket:
EAT t = Laba Setelah
Pajak (Earning After
Tax) tahun sekarang
EAT t-1 = Laba Setelah
Pajak (Earning After
Tax) tahun sebelumnya
Rasio
4. Ukuran
Perusahaan
(SIZE)
Skala yang
menunjukkan besar
kecilnya perusahaan.
Size = Ln (Total Aset)
Ket: Ln= Logaritma
natural
Rasio
5. Ukuran
Dewan
Komisaris
(COMM)
Banyaknya dewan
yang bertugas
melakukan
pengawasan dan
memberi nasihat
kepada direktur atau
direksi.
Comm = ∑ Dewan
Komisaris
Rasio
6. Umur
Perusahaan
(AGE)
Awal perusahaan
berdiri sampai
perusahaan tetap eksis
dalam dunia bisnis
Age = Tahun awal
pendirian – tahun
penelitian
Rasio
7. Kompleksita
s Bisnis
(COMPLEX)
Struktur bisnis
perusahaan yaitu
kepemilikan entitas
anak.
Complex = ∑ Entitas
anak perusahaan
Rasio
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014
74
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content
analysis, yaitu teknik pengumpulan data penelitian melalui observasi dan analisis
terhadap isi atau pesan dari suatu teks, kandungan (content) dari sepenggal tulisan
atau dokumen, kemudian digolongkan ke dalam berbagai kriteria yang telah
ditetapkan (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999 dalam Bambang
Purnomosidhi, 2005). Tujuan content analysis adalah melakukan mencari
informasi pengungkapan pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang
obyektif. Sedangkan data-data keuangan didapat dari laporan tahunan atau laporan
keuangan perusahaan sampel dengan menghitung menggunakan rumus atau sudah
tersedia pada laporan. Content analysis dilakukan dengan membaca dan mencari
informasi dalam laporan tahunan pada setiap perusahaan dan memberikan kode
informasi yang terkandung di dalamnya.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat
pengungkapan modal intelektual, tingkat utang, pertumbuhan laba, ukuran
perusahaan, ukuran dewan komisaris, umur perusahaan, dan kompleksitas bisnis
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang menerbitkan laporan
tahunan pada tahun 2011-2013. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.
75
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menghindari bias karena tidak semua data
dapat diolah dengan analisis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan uji
normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu (residual) mempunyai distribusi normal (Ghozali (2013: 160). Proses
uji normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, normal p-plot dan
Kolmogorov Smirnov (K-S), Adapun penjelasannya yaitu:
1. Grafik. Yaitu jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti
garis diagonal. Grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data
menyebar jauh dari diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika probabilitas signifikansi berada di atas
tingkat kepercayaan (5%).
2. Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
76
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui terjadi autokorelasi
atau tidak dapat dilakukan dengan pengujian nilai Durbin-Watson (DW) dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Nilai Durbit-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative No decision 4- du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber : Ghozali, 2013: 111
3. Uji Multikolinieritas
Ghozali (2013: 105) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinieritas atau adanya hubungan
yang sempurna di antara variabel-variabel independennya. Atau dengan kata lain
tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai coefficients correlations antar
variabel independen dan nilai tolerance dan Variance Inflation Faktor (VIF) yang
dihitung dengan rumus:
VIF = 1
𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒
Jika nilai coefficients correlations di atas 0,95 atau 95 % maka terjadi
multikolinieritas yang serius. Dan jika nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
77
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan
nilai VIF ≥ 10.
4. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2013:139) uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homokesdastisitas. Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik scatterplot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residulanya SRESID.
Dasar analisisnya yaitu jika grafik scatterplot membentuk pola-pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dengan menggunakan SPSS 21 (Statistical Packages for Social
Science). Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel independen yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel
78
dependen. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen pada
penelitian ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
ICD = β0 +β1Levi+ β2EGi + β3Sizei+ β4Commi+ β5Agei +β6Complexi + ε
Keterangan :
ICD = Pengungkapan Modal Intelektual
Lev = Tingkat utang
EG = Pertumbuhan Laba
Size = Ukuran Perusahaan
Comm = Ukuran Dewan Komisaris
Age = Umur Perusahaan
Complex = Kompleksitas Bisnis
β0 = Konstanta
β1-β6 = Koefisien 1-6 pada variabel independen
ε = Error
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai Adjusted R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 97)
79
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2013:98) uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%).
Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara bersama-sama variabel independen mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika signifikansi >
0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Yang berarti
bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2013:98) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel dependen. Cara untuk mengetahuinya yaitu menggunakan significance
level sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi (p value) > 0,05 maka secara individu
variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika nilai signifikansi (p value) < 0,05 maka secara individu
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
120
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data di muka, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa keenam variabel
independen yaitu tingkat utang, pertumbuhan laba, ukuran perusahaan,
ukuran dewan komisaris, umur perusahaan dan kompleksitas bisnis
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual.
2. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa tingkat utang
berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual.
Artinya setiap kenaikan tingkat utang diikuti dengan meningkatnya
pengungkapan modal intelektual.
3. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan laba
berpengaruh signifikan dengan arah hubungan yang negatif. Artinya
semakin meningkat pertumbuhan laba perusahaan pengungkapan modal
intelektual akan menurun. Hal ini dikarenakan adanya prinsip kehati-
hatian manajemen perusahaan terhadap pesaing, agar tidak mengetahui
celah peluang yang ada.
4. Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan variabel ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Perusahaan yang lebih besar
melakukan berbagai aktivitas komersial. Banyaknya aktivitas ini
121
menimbulkan biaya yang dikeluarkan besar. Manajemen merasa bahwa
pengungkapan modal intelektal tidak terlalu penting, mengingat hanya
akan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
5. Hasil pengujian hipotesis keempat dengan variabel ukuran dewan
komisaris mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
modal intelektual. Artinya setiap kenaikan ukuran dewan komisaris maka
pengungkapan modal intelektual juga akan meningkat.
6. Hasil pengujian hipotesis kelima dengan variabel umur perusahaan
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Semakin lama umur
perusahaan ternyata tidak menjamin akan lebih banyak pengungkapan
modal intelektual. Hal ini sesuai dengan kesadaran dan kebijakan
manajemen tentang penting tidaknya melakukan pengungkapan informasi
yang lebih menyeluruh.
7. Hasil pengujian hipotesis keenam dengan variabel kompleksitas bisnis
mempunyai pengaruh signifikan positif. Artinya semakin kompleks
operasional perusahaan maka akan meningkatkan pengungkapan modal
intelektual.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan di muka, maka saran yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini item pengungkapan modal intelektual menggunakan
indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) yang sesuai dengan
122
kondisi di luar negeri. Hal ini telah lazim dilakukan pada penelitian.
Namun demikian bahwa kiranya menarik jika dikembangkan indeks baru
yang lebih disesuaikan dengan kondisi nyata di Indonesia yang lebih
mampu mengidentifikasi item-item modal intelektual yang dimiliki
perusahaan di Indonesia terutama item pengungkapan modal intelektual
pada perusahaan perbankan.
2. Penelitian ini menggunakan content analysis dengan melihat isi atau
kandungan dari laporan tahunan. Hal ini tentu dipengaruhi oleh
subjektivitas peneliti. Penelitian selanjutnya akan lebih baik jika kiranya
menggunakan teknik lain seperti kuesioner yang langsung diberikan
kepada perusahaan. Sehingga mendapatkan hasil yang akurat atas modal
intelektual yang ada di perusahaan.
3. Upaya untuk mendorong optimalisasi pengungkapan modal intektual pada
perusahaan perbankan di Indonesia dapat dilakukan dengan mengelola
tingkat utang, ukuran dewan komisaris, dan kompleksitas bisnis.
Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat utang, ukuran
dewan komisaris, dan kompleksitas bisnis berpengaruh signifikan positif
terhadap pengungkapan modal intelektual.
4. Pada penelitian ini hipotesis ke-2, ke-3, dan ke-5 tidak terbukti
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal
intelektual. Riset selanjutnya dapat menggunakan proksi lain dalam
pengukurannya dan mempertimbangkan rujukan teori-teori lain yang bisa
menjelaskannya.
123
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, Indra dan J Guthrie. 2005. “An Empirical Investigation of Annual
Reporting Trends of Intellectual Capital in Sri Lanka”. Dalam Critical
Perspecives on Accounting, Volume. 16 No. 3. Hal 151- 163. Australia:
University of Wollongong.
Abeysekera, Indra. 2006. “The Project of Intellectual Capital Disclosure:
Researching the Research”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume
7 No. 1. Hal. 61-77. Australia : University of Wollongong.
Arifah, Dista Amalia. 2012. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
terhadap Pengungkapan Intellectual Capital : pada Perusahaan IC
Intensive”. Dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Volume 9
No. 2. Hal 189-210. Semarang : Universitas Islam Sultan Agung.
Ariyani, Ni Nyoman T.D dan I Ketut Budhiartha. 2014. “Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan, dan Reputasi KAP
terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur”. Dalam E-
Journal Akuntansi Universitas Udayana, Volume 8 No.2. Hal 217-230.
Bali : Universitas Udayana.
Ariyudha, Anantya. 2010. Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan terhadap
Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual.
eprints.undip.ac.id/26465/1/JURNAL.pdf. [14 November 2014]
Artinah, Budi. 2013. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Intellectual Capital pada Lembaga Keuangan yang Terdaftar di BEI”.
Dalam Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Volume 5 No.2. Hal 235-242.
Banjarmasin : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.
Bhasin, Madan Lal. 2008. “Intellectual Capital Reporting Sudy of IT Sector
Corporations in India”. Dalam Australian Journal of Business and
Management Research (AJBMR), Volume 1 No.1. Hal 16-26. Fiji Islands :
Fiji National University.
Bollen, Laury., Philip Vergauen and Stephanie Schnieders. 2005. ”Linking
Intellectual Capital and Intellectual Property to Company Performance”.
Dalam Management Decision, Volume 43 No. 9. Hal 161-185.
Bontis, Nick. 2002. “Intellectual Capital Disclosure in Canadian Corporation”.
Dalam Journal of Human Resource Costing & Accounting.
www.nickbontis.com/ic/.../BontisJHRCA.pdf [ 6 Desember 2014]
124
Bozzolan, S., Francesco Favotto and Federica Ricceri. 2003.”Italian Annual
Intellectual Capital Disclosure”. Dalam Journal of Intellectual Capital,
Volume 4 No.4. Hal 543-558.
Brigham, Eugene F and Joel F Houston. 2013. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Terjemahan Ali Akbar Yulianto. Jakarta : Salemba Empat.
Bruggen, A., Philip Vergauwen and Mai Dao. 2009. “Determinants of Intellectual
Capital Disclosure: Evidence from Australia”. Dalam Management
Decision, Volume 47 No. 2. Hal 233-245.
Bukh, Per Nikolaj et al. 2005. “Disclosure of Information on Intellectual Capital
in Danish IPO Prospectuses”. Dalam Accounting, Auditing &
Accountability Journal, Volume 18 No.6. Hal 713-732.
Cahya, Henggar M.P. 2013. “Determinan Luas Pengungkapan Modal Intelektual
pada Perbankan”. Dalam Accounting Analysis Journal, Volume 2 No. 4.
Hal 395-403. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Davis, James H., Schoorman, F David., and Donaldson, Lex. 1997. “Toward a
Stewardship Theory of Management”. Dalam Academy of Management,
Volume 22 No. 1. Hal 20-47 diakses pada
http://search.proquest.com/docview/210975871?accountid=25704
Deegan, Craig. 2002. “The Legitimising Effect of Social and Environmental
Disclosure - a Theoretical Foundation”. Dalam Accounting, Auditing &
Accountability Journal, Volume. 15 No. 3. Hal. 282-311.
2004. Financial Accounting Theory. Australia : Mc. Graw Hill-Australia Pty
Limited.
Firer, Steven and S. Mitchell Williams. 2003. “Intellectual Capital and Traditional
Measures of Corporate Performance. Dalam Journal of Intellectual Capital,
Volume 4 No. 3. Hal 348-360.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Haji, Abdifatah Ahmed and Nazli A. Mohd Ghazali. 2013. “A Longitudinal
Examination of Intellectual Capital Disclosure and Corporate Governance
Attributes in Malaysia”. Dalam Asian Review of Accounting, Volume 21
No.1. Hal. 27-52.
Ho, Horace., Kin Chau and Pauline Cheung. 2012. “Intellectual Capital and Initial
Public Offerings : Evidence from Hong Kong”. Dalam Journal of Applied
125
Economics and Business Research, Volume 2 No. 2. Hal 56-68. Hong
Kong: Hang Seng Management College.
Hossain, Mohammed and Helmi Hammami. 2009. “Voluntary Disclosure in the
Annual Reports of an Emerging Country: The Case of Qatar”. Dalam
Advances in Accounting, Incorporating Advances in International
Accounting, Volume 25. Hal 255-265. Qatar : Qatar University.
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-keuangan/sub-sektor-bank/ diakses 18
November 2014 pkl. 11.18 WIB
IDX. www.idx.go.id diakses tanggal 18 November 2014 pkl. 10.47 WIB
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Revisi
2009). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Studi Empiris pada Perusahaan
Non Keuangan yang Listing di BEI”. Tesis. Semarang : Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro.
Jensen, Michael C and William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm :
Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Dalam
Journal of Financial Economics 3, Hal. 305-306.
Jindal, Sonia and Manoj Kumar. 2012. “The Determinants of HC Disclosure of
Indian Firms”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 13 No. 2 .
Hal 221-247.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia. Jakarta.
Lina. 2013. “Faktor-faktor Penentu Pengungkapan Modal Intelektual”. Dalam
Media Riset Akuntansi, Volume 3 No. 1. Hal 48-64. Tanggerang:
Universitas Pelita Harapan.
Meizaroh dan Jurica Lucyanda. 2012. “Pengaruh Corporate Governance, Kinerja
Perusahaan dan Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual”. Dalam Media Riset Akuntansi, Volume 2 No.1. Hal 65-81.
Jakarta: Universitas Bakrie.
Ousama, Abdulrahman Anam., Abdul-Hamid Fatima dan Abdul Rashid Hafiz-
Majdi. 2012. “Determinants of Intellectual Capital Reporting Evidence
from Annual Reports of Malaysian Listed Company”. Dalam Journal of
Accounting in Emerging Economic, Volume 2 No.2. Hal 119-139.
126
Puasanti, Ariva. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Konsentrasi Kepemilikan, Komisaris Independen, dan Leverage terhadap
Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual”. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Purnomosidhi, Bambang. 2005. ”Analisis Empiris terhadap Determinan Praktik
Pegungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ”. Dalam
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6 No. 2. Hal 111-146.
Surabaya: Universitas Brawijaya.
Rimmel, Gunnar., Christian Nielsen and Tadanori Yosano. 2009. “Intellectual
Capital Disclosure in Japanese IPO prospectuses”. Dalam Journal of
Human Resource Costing & Accounting, Volume 13 No.4. Hal 316-337.
Sawarjuno, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. “Intellectual Capital :
Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Dalam
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 5 No. 1. Hal 35-57. Surabaya :
Universitas Airlangga.
Setiono, Isyana Ningsih dan Feliza A. Rudiawarni. 2012. “Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap Human Capital Disclosure pada
Perusahaan High IC Intensive Industries yang terdaftar di BEI Periode
2009-2011”. Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
Volume 1 No.1. Hal 1-16. Surabaya: Universitas Surabaya.
Simarmata, EM 2010. http: \\repository.usu.ac.idbitstream123456789180374
Chapter%20II.pdf (16 Desember 2014)
Spence, Michael. 1973. “ Job Market Signalling”. Dalam The Quarterly Journal of
Economics, Volume 87 No. 3. Hal 355-374.
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Taliyang, Siti M., Rohaida Abdul L, dan Nurul Huda M. 2011. “The Determinants
of Intellectual Capital Disclosure Among Malaysian Listed Companies”.
Dalam International Journal of Management and Marketing Research,
Volume 4 No. 3. Hal 25-33.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. 2007. Jakarta. http://www.bapepam.go.id/reksadana/files/
regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas.pdf(11 November
2014).
127
Wardhani, Mari. 2009. “Intellectual Capital Disclosure: Studi Empiris pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
White, Gregory., Alina Lee and Greg Tower. 2007. “Drivers of Voluntary
Intellectual Capital Disclosure in Listed Biotechnology Companies”.
Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 8 No. 3. Hal 517-537.
White, Gregory., Alina Lee and Yuni Yuningsih. 2010. “The Nature and Extend
of Voluntary Intellectual Capital Disclosure by Australian and UK
Biotechnology Companies”. Dalam Journal of Intellectual Capital,
Volume 11 No.4. Hal 519-536.
Whiting, Rosalind H dan James Woodcock. 2011. “Firm Characteristics and
Intellectual Capital Disclosure by Australian Company”. Dalam Journal of
Human Resource Costing & Accounting, Volume 15 No. 2. Hal 102-126.
Williams, S. Mitchell. 2001. “Is Intellectual Capital Performance and Disclosure
Practices Related?”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 2 No.
3. Hal 192-203.
Yau, Foong Soon., Loo Shin Chan and Rajewwary Balaraman. 2009. “Intellectual
Capital Reporting and Corporate Characteristics of Public-Listed
Companies in Malaysia”. Dalam Journal of Financial Reporting &
Accounting, Volume 7 No.1. Hal 17-35. Malaysia: Universiti Putra
Malaysia.
128
LAMPIRAN
129
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel
NO Kode
Saham Nama Perusahaan
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk
4 BBCA Bank Central Asia Tbk
5 BBKP Bank Bukopin Tbk
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
10 BCIC Bank Mutiara Tbk
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk
14 BKSW Bank Kesawan Tbk
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
19 BNLI Bank Permata Tbk
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk
21 BSWD Bank Swadesi Tbk
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk
23 BVIC Bank Victoria International Tbk
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk
27 MEGA Bank Mega Tbk
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Sumber:www. idx.co.id
130
Lampiran 2
Item-item Pengungkapan Modal Intelektual
Keterangan Kode Indikator dalam
Bahasa Inggris
Indikator dalam
Bahasa Indonesia
Employees
27 items
E1 Employee breakdown by
age
Breakdown Karyawan
berdasarkan usia
E2 Employee breakdown by
seniority
Breakdown Karyawan
berdasarkan senioritas
E3 Employee breakdown by
gender
Breakdown karyawan
berdasarkan gender
E4 Employee breakdown by
nationality
Breakdown Karyawan
berdasarkan kebangsaan
E5 Employee breakdown by
department
Breakdown Karyawan
oleh departemen
E6 Employee breakdown by
job function
Breakdown Karyawan
berdasarkan fungsi kerja
E7 Employee breakdown by
level of education
Breakdown karyawan
berdasarkan tingkat
pendidikan
E8 Rate of employees turn
over
Tingkat perputaran
karyawan
E9 Comments on changes in
number of employees
Penjelasan tentang
perubahan jumlah
karyawan
E10 Comments on employees
health and safety
Penjelasan tentang
kesehatan dan
keselamatan karyawan
E11 Employees absenteeisme
rate
Tingkat ketidakhadiran
karyawan
E12 Discussion of employee
interview
Diskusi wawancara
karyawan
E13 Statements of policy on
competence development
Pernyataan kebijakan
pengembangan
kompetensi karyawan
E14
Description of
competence development
program and activities
Deskripsi program
pengembangan
kompetensi dan kegiatan
E15 Education and training
expenses
Beban pendidikan dan
pelatihan
E16 Education and training
expenses by number of Beban pendidikan dan
pelatihan per karyawan
131
Keterangan Kode Indikator dalam
Bahasa Inggris
Indikator dalam
Bahasa Indonesia
employees
E17 Employee expenses by
number of employee Beban karyawan dengan
jumlah karyawan
E18 Recruitment policies of
the firm
Kebijakan rekruitmen
perusahaan
E19
Separate indication firm
has a HRM departmen,
division or function
Perusahaan memiliki
departemen, divisi atau
fungsi HRM
E20 Job rotation
opportunities
Kesempatan rotasi
pekerjaan
E21 Career opportunities Peluang karier
E22 Remuneration and
incentive systems
Sistem remunerasi dan
insentif
E23 Pensions Pensiun
E24 Insurance Policies Kebijakan asuransi
E25 Statements of dependence
on key personnel Laporan ketergantungan
pada personil kunci
E26 Revenues per employee Pendapatan per
karyawan
E27 Value added per
employee
Nilai tambah per
karyawan
Customers
14 items
C1 Number of customers Jumlah pelanggan
C2 Sales breakdown by
customer
Rincian penjualan
berdasarkan pelanggan
C3 Annual sales per segment
or product
Penjualan tahunan per
segmen atau produk
C4 Average purchase size by
customer
Ukuran rata-rata
pembelian oleh
pelanggan
C5 Dependence on key
customers
Ketergantungan pada
pelanggan utama
C6
Description of customer
involvement in firm's
operations
Deskripsi keterlibatan
pelanggan dalam operasi
perusahaan
C7 Description of customer
relations
Deskripsi hubungan
dengan pelanggan
C8 Education/ training of
customers
Pendidikan atau
pelatihan pelanggan
C9 Ratio of customers to
employees
Rasio pelanggan untuk
karyawan
C10 Value added per Nilai tambah per
132
Keterangan Kode Indikator dalam
Bahasa Inggris
Indikator dalam
Bahasa Indonesia
customer or segment pelanggan atau segmen
C11
Absolute market share
(per cent) of the firm
within its industry
Pangsa pasar absolut (%)
dari perusahaan dalam
industrinya
C12
Relative market share
(not expressed as
percentage) of the firm
Pangsa pasar relatif
(tidak dinyatakan
sebagai persentase) dari
perusahaan
C13
Market share (per cent)
breakdown by country/
segment/product
Pangsa pasar (%)
dibreakdown per
negara/segmen/produk
C14 Repurchase Pembelian kembali
IT
5 items
IT1 Description of
investment in IT
Deskripsi dari investasi
di bidang TI
IT2 Description of existing IT
systems
Deskripsi sistem TI
yang ada
IT3 Software assets held or
developed by the firm
Aset perangkat lunak
yang dimiliki atau
dikembangkan oleh
perusahaan
IT4 Description of IT
facilities Deskripsi fasilitas TI
IT5 IT expenses Biaya TI
Processes
8 items
P1 Efforts related to the
working environment Upaya yang berkaitan
dengan lingkungan kerja
P2
Information and
communication within the
company
Informasi dan
komunikasi dalam
perusahaan
P3 Working from home Bekerja dari rumah
P4
Internal sharing of
knowledge and
information
Sharing internal atas
pengetahuan dan
informasi
P5 Measure of internal or
external failures
Mengukur kegagalan
internal dan eksternal
P6
External sharing of
knowledge and
information
Sharing eksternal
pengetauan dan
informasi
P7
Discussion of fringe
benefits and company
sicial programs
Penjelasan mengenai
tunjangan dan program
sosial perusahaan
P8 Environmental approvals
and statement/policy Persetujuan lingkungan
dan
133
Keterangan Kode Indikator dalam
Bahasa Inggris
Indikator dalam
Bahasa Indonesia
pernyataan/kebihakan
R&D
9 items
RD1
Statements of policy,
strategy and/or objectives
of R&D activities
Pernyataaan kebijakan,
strategi dan objek dari a
ktivitas penelitian dan
pengembangan
RD2 R&D expenses Biaya penelitian dan
pengembangan
RD3 Ratio of R&D expenses to
sales
Rasio penelitian dan
pengmbangan untuk
penjualan
RD4 R&D invested in basic
research
Penelitian dan
pengembangan yang
diinvestasikan dalam
penelitian dasar
RD5 R&D invested in product
design/development
Penelitian dan
pengembangan yang
diinvestasikan dalam
desain atau
pengembangan produk
RD6 Details future prospects
regarding R&D
Rincian prospek masa
depan tentang penelitian
dan pengembangan
RD7 Details of existing
company patents
Rincian paten
perusahaan yang ada
RD8 Number of patents and
licenses, etc
Jumlah paten, lisensi dan
sebagainya
RD9 Informationon pending
patents
Informasi tentang paten
yang tertunda
Strategic
Statements
15 items
SS1 Description of new
production technology Deskripsi dari teknoligi
produksi baru
SS2 Statements of corporate
quality performance Pernyataan kinerja
kualitas perusahaan
SS3
Information abaout
strategic alliancesof the
firm
Informasi tentang
alliansi strategis
perusahaan
SS4 Objectives and reason
for strategic alliances Tujuan dan alasan aliansi
strategis
SS5 Comments on effect of the
strategic alliances Komentar dampak dari
aliansi strategis
SS6 Description of the
network of suppliers and Penjelasan jaringan
pemasok dan distributor
134
Keterangan Kode Indikator dalam
Bahasa Inggris
Indikator dalam
Bahasa Indonesia
distributors
SS7 Statements of image and
brand
Pernyataan dari citra dan
merek
SS8 Corporate culture
statements
Pernyataan budaya
perusahaan
SS9 Statement abaou best
Practise
Pernyataan tentang
praktik terbaik
SS10 Organisational structure
of the firm
Strutur organisasi
perusahaann
SS11
Utilisation of energy, raw
materials and other input
goods
Pemanfaatan energi,
bahan baku dan barang
lain
SS12 Investment in the
environment
Investasi pada
lingkungan
SS13 Description of community
involvement
Deskripsi keterlibatan
masyarakat
SS14
Information on corporate
social social
responsibility and
objective
Informasi tentang
tanggung jawab sosial
perusahanann dan
tujuannya
SS15
Description of employee
contracts/ contractual
issues
Deskripsi kontrak
karyawan/ masalah
kontrak
Sumber : Bukh et al (2005)
135
Lampiran 3
Pengungkapan Modal Intelektual
NoKode
PerusahaanTahun E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Jumlah
1 AGRO 2011 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 11
2 BACA 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6
3 BAEK 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8
4 BBCA 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7
5 BBKP 2011 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14
6 BBNI 2011 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 16
7 BBNP 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 10
8 BBRI 2011 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14
9 BBTN 2011 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 12
10 BCIC 2011 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 14
11 BDMN 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14
12 BEKS 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 9
13 BJBR 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14
14 BKSW 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 7
15 BMRI 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9
16 BNBA 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 10
17 BNGA 2011 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 15
18 BNII 2011 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15
19 BNLI 2011 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 13
20 BSIM 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 11
21 BSWD 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 9
22 BTPN 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
23 BVIC 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 9
24 INPC 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7
25 MAYA 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6
26 MCOR 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
27 MEGA 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12
28 NISP 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 12
29 PNBN 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 11
30 SDRA 2011 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 15
18 23 2 0 1 4 29 3 22 9 1 0 30 22 19 2 5 25 21 11 18 21 17 17 0 0 1 321TOTAL
136
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 Jumlah
1 AGRO 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 BACA 2011 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2
3 BAEK 2011 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
4 BBCA 2011 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
5 BBKP 2011 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
6 BBNI 2011 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
7 BBNP 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
8 BBRI 2011 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
9 BBTN 2011 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
10 BCIC 2011 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
11 BDMN 2011 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5
12 BEKS 2011 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
13 BJBR 2011 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
14 BKSW 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15 BMRI 2011 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
16 BNBA 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 BNGA 2011 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
18 BNII 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
19 BNLI 2011 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
20 BSIM 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 BSWD 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
22 BTPN 2011 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5
23 BVIC 2011 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
24 INPC 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 MAYA 2011 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
26 MCOR 2011 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
27 MEGA 2011 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2
28 NISP 2011 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
29 PNBN 2011 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
30 SDRA 2011 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
9 4 27 0 0 1 15 4 0 0 0 0 7 0 67TOTAL
137
Pengungkapan Modal Intelektual
No Nama
Perusahaan Tahun IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 Jumlah
1 AGRO 2011 0 0 1 1 0 2
2 BACA 2011 0 1 1 1 0 3
3 BAEK 2011 1 0 0 1 0 2
4 BBCA 2011 1 1 1 0 0 3
5 BBKP 2011 0 1 1 0 0 2
6 BBNI 2011 0 0 1 1 0 2
7 BBNP 2011 0 1 1 0 0 2
8 BBRI 2011 0 1 1 1 0 3
9 BBTN 2011 0 0 1 1 0 2
10 BCIC 2011 0 1 0 0 1 2
11 BDMN 2011 0 1 1 1 0 3
12 BEKS 2011 0 1 0 0 0 1
13 BJBR 2011 0 0 1 1 0 2
14 BKSW 2011 0 0 0 0 0 0
15 BMRI 2011 0 1 1 0 0 2
16 BNBA 2011 0 1 0 1 0 2
17 BNGA 2011 0 1 1 0 1 3
18 BNII 2011 0 1 1 1 0 3
19 BNLI 2011 0 1 1 0 0 2
20 BSIM 2011 0 0 1 0 0 1
21 BSWD 2011 0 0 1 0 0 1
22 BTPN 2011 0 1 1 1 0 3
23 BVIC 2011 0 0 0 1 1 2
24 INPC 2011 0 1 1 1 0 3
25 MAYA 2011 0 1 1 0 0 2
26 MCOR 2011 0 0 1 1 0 2
27 MEGA 2011 0 0 1 1 0 2
28 NISP 2011 0 1 1 0 1 3
29 PNBN 2011 0 1 1 0 0 2
30 SDRA 2011 1 1 1 0 1 4
TOTAL 3 19 24 15 5 66
138
Pengungkapan Modal Intelektual
No Nama
Perusahaan Tahun P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah
1 AGRO 2011 0 1 0 1 0 0 0 0 2
2 BACA 2011 1 1 0 1 0 1 1 0 5
3 BAEK 2011 1 1 0 0 0 1 1 0 4
4 BBCA 2011 1 1 0 1 0 1 1 0 5
5 BBKP 2011 0 1 0 1 0 0 1 0 3
6 BBNI 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
7 BBNP 2011 0 1 0 1 0 1 0 0 3
8 BBRI 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
9 BBTN 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
10 BCIC 2011 1 1 0 1 0 0 1 0 4
11 BDMN 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
12 BEKS 2011 0 1 0 1 0 1 0 0 3
13 BJBR 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
14 BKSW 2011 0 1 0 1 0 0 0 0 2
15 BMRI 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
16 BNBA 2011 0 0 0 1 0 0 0 0 1
17 BNGA 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
18 BNII 2011 0 1 0 1 0 0 1 0 3
19 BNLI 2011 1 1 0 1 0 1 1 0 5
20 BSIM 2011 0 0 0 1 0 1 0 0 2
21 BSWD 2011 0 1 0 0 0 0 1 0 2
22 BTPN 2011 0 1 0 1 0 0 0 0 2
23 BVIC 2011 0 1 0 1 0 0 0 0 2
24 INPC 2011 0 1 0 1 0 1 0 0 3
25 MAYA 2011 0 1 0 1 0 0 1 0 3
26 MCOR 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
27 MEGA 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
28 NISP 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
29 PNBN 2011 1 1 0 1 0 1 1 0 5
30 SDRA 2011 0 1 0 1 0 1 1 0 4
TOTAL 6 28 0 28 0 20 21 0 103
139
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun R&D1 R&D2 R&D3 R&D4 R&D5 R&D6 R&D7 R&D8 R&D9 Jumlah
1 AGRO 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BACA 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 BAEK 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 BBCA 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BBKP 2011 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
6 BBNI 2011 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2
7 BBNP 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 BBRI 2011 1 1 0 0 1 0 0 0 0 3
9 BBTN 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 BCIC 2011 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2
11 BDMN 2011 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
12 BEKS 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 BJBR 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 BKSW 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 BMRI 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 BNBA 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 BNGA 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 BNII 2011 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2
19 BNLI 2011 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
20 BSIM 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 BSWD 2011 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
22 BTPN 2011 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2
23 BVIC 2011 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
24 INPC 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 MAYA 2011 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
26 MCOR 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 MEGA 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 NISP 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 PNBN 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 SDRA 2011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 2 0 0 5 0 0 6 0 17TOTAL
140
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6 SS7 SS8 SS9 SS10 SS11 SS12 SS13 SS14 SS15 Jumlah
1 AGRO 2011 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
2 BACA 2011 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3
3 BAEK 2011 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5
4 BBCA 2011 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7
5 BBKP 2011 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6
6 BBNI 2011 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5
7 BBNP 2011 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
8 BBRI 2011 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7
9 BBTN 2011 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5
10 BCIC 2011 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 8
11 BDMN 2011 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 7
12 BEKS 2011 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5
13 BJBR 2011 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 4
14 BKSW 2011 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
15 BMRI 2011 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
16 BNBA 2011 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2
17 BNGA 2011 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
18 BNII 2011 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
19 BNLI 2011 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
20 BSIM 2011 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4
21 BSWD 2011 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
22 BTPN 2011 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4
23 BVIC 2011 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
24 INPC 2011 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
25 MAYA 2011 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
26 MCOR 2011 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
27 MEGA 2011 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 7
28 NISP 2011 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 5
29 PNBN 2011 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
30 SDRA 2011 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
3 24 17 4 1 0 9 22 21 25 0 0 0 27 0 153TOTAL
141
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Jumlah
1 AGRO 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 9
2 BACA 2012 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 8
3 BAEK 2012 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 9
4 BBCA 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8
5 BBKP 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 10
6 BBNI 2012 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 14
7 BBNP 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9
8 BBRI 2012 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16
9 BBTN 2012 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 11
10 BCIC 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 15
11 BDMN 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 12
12 BEKS 2012 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 11
13 BJBR 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 10
14 BKSW 2012 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 11
15 BMRI 2012 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 15
16 BNBA 2012 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 8
17 BNGA 2012 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 15
18 BNII 2012 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 17
19 BNLI 2012 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 10
20 BSIM 2012 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 14
21 BSWD 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6
22 BTPN 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 11
23 BVIC 2012 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 14
24 INPC 2012 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5
25 MAYA 2012 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7
26 MCOR 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 9
27 MEGA 2012 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7
28 NISP 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 12
29 PNBN 2012 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 10
30 SDRA 2012 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 12
17 22 1 0 2 2 28 5 25 7 0 0 30 27 15 4 4 28 26 7 21 20 14 13 1 0 6 325TOTAL
142
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 Jumlah
1 AGRO 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 BACA 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 BAEK 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4 BBCA 2012 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
5 BBKP 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
6 BBNI 2012 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
7 BBNP 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 BBRI 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
9 BBTN 2012 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
10 BCIC 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
11 BDMN 2012 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3
12 BEKS 2012 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
13 BJBR 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 BKSW 2012 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
15 BMRI 2012 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
16 BNBA 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 BNGA 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
18 BNII 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 BNLI 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 BSIM 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 BSWD 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 BTPN 2012 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
23 BVIC 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 INPC 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 MAYA 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 MCOR 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 MEGA 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 NISP 2012 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
29 PNBN 2012 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 SDRA 2012 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
5 5 28 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 48TOTAL
143
Pengungkapan Modal Intelektual
No Nama
Perusahaan Tahun IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 Jumlah
1 AGRO 2012 0 1 0 0 0 1
2 BACA 2012 0 1 1 1 0 3
3 BAEK 2012 0 1 1 1 0 3
4 BBCA 2012 0 1 1 1 0 3
5 BBKP 2012 0 1 1 0 0 2
6 BBNI 2012 0 1 1 0 0 2
7 BBNP 2012 0 1 1 1 0 3
8 BBRI 2012 0 0 1 1 0 2
9 BBTN 2012 1 0 1 1 0 3
10 BCIC 2012 0 1 1 1 0 3
11 BDMN 2012 0 1 1 1 0 3
12 BEKS 2012 0 0 1 1 1 3
13 BJBR 2012 0 1 1 0 0 2
14 BKSW 2012 0 0 1 0 0 1
15 BMRI 2012 0 1 1 1 0 3
16 BNBA 2012 0 0 1 1 0 2
17 BNGA 2012 0 1 1 0 0 2
18 BNII 2012 1 1 1 0 0 3
19 BNLI 2012 0 1 1 0 0 2
20 BSIM 2012 0 0 1 0 0 1
21 BSWD 2012 0 1 0 1 0 2
22 BTPN 2012 0 1 0 0 0 1
23 BVIC 2012 0 1 0 1 0 2
24 INPC 2012 0 0 1 1 0 2
25 MAYA 2012 0 1 1 0 0 2
26 MCOR 2012 0 1 0 0 0 1
27 MEGA 2012 0 0 1 1 0 2
28 NISP 2012 0 0 1 1 0 2
29 PNBN 2012 0 1 0 1 0 2
30 SDRA 2012 0 0 1 0 0 1
TOTAL 2 20 24 17 1 64
144
Pengungkapan Modal Intelektual
No Nama
Perusahaan Tahun P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah
1 AGRO 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
2 BACA 2012 0 0 0 1 0 1 1 0 3
3 BAEK 2012 1 1 0 1 0 1 1 0 5
4 BBCA 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
5 BBKP 2012 1 1 0 1 0 1 1 0 5
6 BBNI 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
7 BBNP 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
8 BBRI 2012 1 1 0 1 0 1 1 0 5
9 BBTN 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
10 BCIC 2012 1 1 0 1 0 1 1 0 5
11 BDMN 2012 1 1 0 1 0 1 1 0 5
12 BEKS 2012 0 1 0 1 0 1 0 0 3
13 BJBR 2012 0 1 0 1 0 1 0 0 3
14 BKSW 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
15 BMRI 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
16 BNBA 2012 0 1 0 1 0 1 0 0 3
17 BNGA 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
18 BNII 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
19 BNLI 2012 0 0 0 1 0 1 1 0 3
20 BSIM 2012 0 0 0 1 0 1 0 0 2
21 BSWD 2012 0 0 0 1 0 1 1 0 3
22 BTPN 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
23 BVIC 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
24 INPC 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
25 MAYA 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
26 MCOR 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
27 MEGA 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
28 NISP 2012 1 1 0 1 0 1 1 0 5
29 PNBN 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
30 SDRA 2012 0 1 0 1 0 1 1 0 4
TOTAL 6 26 0 30 0 30 26 0 118
145
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun R&D1 R&D2 R&D3 R&D4 R&D5 R&D6 R&D7 R&D8 R&D9 Jumlah
1 AGRO 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BACA 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 BAEK 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
4 BBCA 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BBKP 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
6 BBNI 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
7 BBNP 2012 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2
8 BBRI 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 BBTN 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 BCIC 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
11 BDMN 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
12 BEKS 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 BJBR 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 BKSW 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
15 BMRI 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
16 BNBA 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
17 BNGA 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 BNII 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
19 BNLI 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
20 BSIM 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 BSWD 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
22 BTPN 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
23 BVIC 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
24 INPC 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 MAYA 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 MCOR 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 MEGA 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 NISP 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 PNBN 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 SDRA 2012 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 14 0 15TOTAL
146
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6 SS7 SS8 SS9 SS10 SS11 SS12 SS13 SS14 SS15 Jumlah
1 AGRO 2012 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5
2 BACA 2012 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
3 BAEK 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
4 BBCA 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
5 BBKP 2012 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5
6 BBNI 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
7 BBNP 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
8 BBRI 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
9 BBTN 2012 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 6
10 BCIC 2012 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
11 BDMN 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
12 BEKS 2012 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 4
13 BJBR 2012 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
14 BKSW 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
15 BMRI 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
16 BNBA 2012 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3
17 BNGA 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
18 BNII 2012 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7
19 BNLI 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
20 BSIM 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 4
21 BSWD 2012 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 4
22 BTPN 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
23 BVIC 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
24 INPC 2012 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3
25 MAYA 2012 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 4
26 MCOR 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
27 MEGA 2012 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8
28 NISP 2012 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
29 PNBN 2012 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
30 SDRA 2012 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6
0 27 15 5 0 0 3 23 25 29 0 0 0 29 0 156TOTAL
147
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Jumlah
1 AGRO 2013 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 10
2 BACA 2013 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 8
3 BAEK 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8
4 BBCA 2013 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 12
5 BBKP 2013 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 14
6 BBNI 2013 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 15
7 BBNP 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 11
8 BBRI 2013 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 11
9 BBTN 2013 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 11
10 BCIC 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 11
11 BDMN 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 11
12 BEKS 2013 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8
13 BJBR 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 10
14 BKSW 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 10
15 BMRI 2013 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 14
16 BNBA 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8
17 BNGA 2013 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 14
18 BNII 2013 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 18
19 BNLI 2013 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 11
20 BSIM 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 11
21 BSWD 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7
22 BTPN 2013 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 13
23 BVIC 2013 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14
24 INPC 2013 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 7
25 MAYA 2013 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8
26 MCOR 2013 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8
27 MEGA 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10
28 NISP 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 12
29 PNBN 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10
30 SDRA 2013 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 15
23 23 4 0 3 2 28 9 23 8 0 0 30 30 14 3 0 25 26 12 23 17 13 11 0 1 2 330TOTAL
148
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10C11C12C13C14 Jumlah
1 AGRO 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 BACA 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 BAEK 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4 BBCA 2013 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
5 BBKP 2013 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
6 BBNI 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
7 BBNP 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 BBRI 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
9 BBTN 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 BCIC 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
11 BDMN 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 BEKS 2013 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
13 BJBR 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 BKSW 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 BMRI 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
16 BNBA 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 BNGA 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
18 BNII 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
19 BNLI 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
20 BSIM 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 BSWD 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 BTPN 2013 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
23 BVIC 2013 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 4
24 INPC 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 MAYA 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 MCOR 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 MEGA 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 NISP 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 PNBN 2013 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 SDRA 2013 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
4 2 27 0 0 0 3 1 0 0 1 1 4 0 43TOTAL
149
Pengungkapan Modal Intelektual
No Nama
Perusahaan Tahun IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 Jumlah
1 AGRO 2013 0 1 0 1 0 2
2 BACA 2013 0 0 1 1 0 2
3 BAEK 2013 0 1 1 1 0 3
4 BBCA 2013 0 1 1 1 0 3
5 BBKP 2013 0 1 1 0 1 3
6 BBNI 2013 0 1 1 1 0 3
7 BBNP 2013 0 1 0 1 0 2
8 BBRI 2013 0 1 1 1 0 3
9 BBTN 2013 0 0 1 1 0 2
10 BCIC 2013 0 1 1 1 0 3
11 BDMN 2013 0 1 1 1 0 3
12 BEKS 2013 0 1 0 0 0 1
13 BJBR 2013 0 1 1 0 0 2
14 BKSW 2013 0 1 1 0 0 2
15 BMRI 2013 0 1 1 1 1 4
16 BNBA 2013 0 0 1 0 0 1
17 BNGA 2013 0 0 1 1 1 3
18 BNII 2013 1 1 1 1 0 4
19 BNLI 2013 1 0 1 1 1 4
20 BSIM 2013 0 0 1 1 0 2
21 BSWD 2013 0 0 1 0 0 1
22 BTPN 2013 0 1 0 1 0 2
23 BVIC 2013 0 1 0 1 0 2
24 INPC 2013 0 0 1 1 0 2
25 MAYA 2013 0 1 1 0 0 2
26 MCOR 2013 0 1 0 0 0 1
27 MEGA 2013 0 1 0 1 0 2
28 NISP 2013 1 1 0 0 1 3
29 PNBN 2013 0 1 0 1 0 2
30 SDRA 2013 1 1 1 0 1 4
TOTAL 4 22 21 20 6 73
150
Pengungkapan Modal Intelektual
No Nama
Perusahaan Tahun P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah
1 AGRO 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
2 BACA 2013 0 0 0 1 0 1 1 0 3
3 BAEK 2013 1 0 0 1 0 1 1 0 4
4 BBCA 2013 1 1 0 1 0 1 1 0 5
5 BBKP 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
6 BBNI 2013 0 1 0 1 1 1 1 0 5
7 BBNP 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
8 BBRI 2013 1 1 0 1 0 1 1 0 5
9 BBTN 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
10 BCIC 2013 1 1 0 1 0 1 1 0 5
11 BDMN 2013 0 1 0 1 0 1 1 1 5
12 BEKS 2013 0 0 0 0 0 1 0 0 1
13 BJBR 2013 0 0 0 0 0 1 1 0 2
14 BKSW 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
15 BMRI 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
16 BNBA 2013 0 1 0 1 0 1 0 0 3
17 BNGA 2013 0 1 0 1 0 0 1 0 3
18 BNII 2013 0 1 0 1 0 0 1 0 3
19 BNLI 2013 1 1 0 1 0 0 1 0 4
20 BSIM 2013 0 1 0 1 0 0 1 0 3
21 BSWD 2013 0 0 0 1 0 1 1 0 3
22 BTPN 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
23 BVIC 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
24 INPC 2013 1 1 0 0 0 1 1 0 4
25 MAYA 2013 0 0 0 1 0 1 0 0 2
26 MCOR 2013 0 1 0 0 0 1 1 0 3
27 MEGA 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
28 NISP 2013 1 1 0 1 0 1 1 0 5
29 PNBN 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
30 SDRA 2013 0 1 0 1 0 1 1 0 4
TOTAL 7 24 0 26 1 26 27 1 112
151
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun R&D1 R&D2 R&D3 R&D4 R&D5 R&D6 R&D7 R&D8 R&D9 Jumlah
1 AGRO 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BACA 2013 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
3 BAEK 2013 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2
4 BBCA 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 BBKP 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
6 BBNI 2013 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2
7 BBNP 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
8 BBRI 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 BBTN 2013 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 BCIC 2013 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2
11 BDMN 2013 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2
12 BEKS 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 BJBR 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 BKSW 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
15 BMRI 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
16 BNBA 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
17 BNGA 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 BNII 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2
19 BNLI 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
20 BSIM 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 BSWD 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
22 BTPN 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
23 BVIC 2013 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
24 INPC 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 MAYA 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 MCOR 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 MEGA 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 NISP 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 PNBN 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 SDRA 2013 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 0 0 3 0 0 14 0 21TOTAL
152
Pengungkapan Modal Intelektual
NoNama
PerusahaanTahun SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6 SS7 SS8 SS9 SS10 SS11 SS12 SS13 SS14 SS15 Jumlah
1 AGRO 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 4
2 BACA 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
3 BAEK 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5
4 BBCA 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
5 BBKP 2013 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9
6 BBNI 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
7 BBNP 2013 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5
8 BBRI 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
9 BBTN 2013 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7
10 BCIC 2013 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8
11 BDMN 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5
12 BEKS 2013 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 7
13 BJBR 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5
14 BKSW 2013 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7
15 BMRI 2013 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 7
16 BNBA 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3
17 BNGA 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
18 BNII 2013 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7
19 BNLI 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
20 BSIM 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
21 BSWD 2013 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 7
22 BTPN 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5
23 BVIC 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
24 INPC 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
25 MAYA 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
26 MCOR 2013 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5
27 MEGA 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
28 NISP 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 6
29 PNBN 2013 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
30 SDRA 2013 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3
0 30 21 5 1 0 5 28 24 27 0 0 0 29 0 170TOTAL
153
Lampiran 4
Pengungkapan Modal Intelektual (ICD)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 25.64% 25.64% 26.92%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 24.36% 25.64% 25.64%
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 26.92% 32.05% 29.49%
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 33.33% 29.49% 35.90%
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 37.18% 32.05% 43.59%
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 41.03% 35.90% 41.03%
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 26.92% 29.49% 30.77%
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 43.59% 39.74% 32.05%
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 32.05% 35.90% 33.33%
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 41.03% 39.74% 38.46%
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 43.59% 38.46% 34.62%
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 25.64% 29.49% 24.36%
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 33.33% 25.64% 25.64%
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 20.51% 32.05% 30.77%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 32.05% 39.74% 41.03%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 20.51% 23.08% 21.79%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 38.46% 33.33% 35.90%
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 39.74% 42.31% 46.15%
19 BNLI Bank Permata Tbk 37.18% 29.49% 35.90%
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 24.36% 28.21% 28.21%
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 25.64% 21.79% 24.36%
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 26.92% 33.33% 37.18%
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 26.92% 35.90% 39.74%
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 25.64% 19.23% 25.64%
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 20.51% 23.08% 23.08%
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 24.36% 26.92% 21.79%
27 MEGA Bank Mega Tbk 34.62% 28.21% 29.49%
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 33.33% 33.33% 34.62%
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 30.77% 29.49% 26.92%
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 35.90% 32.05% 35.90%
154
Lampiran 5
Tingkat Utang (Lev)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 9.01 9.86 5.12
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 6.71 7.61 6.88
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 8.50 8.45 8.69
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 8.07 7.52 6.74
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 12.07 12.15 10.18
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 6.90 6.66 7.11
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10.28 11.42 8.49
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 8.43 7.50 6.89
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 11.17 9.87 10.35
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 12.10 11.25 9.60
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 4.49 4.42 4.84
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 11.94 10.74 11.54
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 8.74 10.28 9.06
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 3.03 4.38 6.31
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 7.20 6.78 6.72
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 5.22 5.67 6.17
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 8.08 7.72 7.45
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 10.93 10.98 10.33
19 BNLI Bank Permata Tbk 10.09 9.55 10.74
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 11.86 7.30 5.33
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 5.00 5.80 6.92
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 7.31 6.64 6.03
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 8.74 8.77 10.66
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 15.62 9.61 7.11
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 6.79 8.30 8.96
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 10.57 7.60 6.65
27 MEGA Bank Mega Tbk 11.70 9.41 9.86
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 8.08 7.84 6.23
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 6.85 7.43 7.22
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 9.75 13.17 13.24
155
Lampiran 6
Pertumbuhan Laba (EG)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 134.23% 23.86% 58.78%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 20.03% 71.59% 47.71%
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk -18.07% -20.98% 25.87%
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 27.58% 8.33% 21.66%
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 50.47% 12.58% 11.97%
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 41.55% 21.35% 28.51%
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 33.40% 25.36% 23.18%
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 31.52% 23.86% 14.27%
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 22.13% 21.93% 14.53%
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 19.49% -44.10% -880.28%
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 15.59% 21.01% 1.02%
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk -66.11% -131.83% 105.42%
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 8.14% 23.95% 15.34%
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 410.07% -577.18% -111.38%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 35.51% 26.37% 17.37%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 51.62% 34.00% -1.61%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 23.98% 33.77% 1.09%
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 26.35% 80.47% 29.66%
19 BNLI Bank Permata Tbk 14.42% 15.45% 26.15%
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 9.03% 102.31% -2.99%
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 36.99% 14.40% 48.18%
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 67.31% 41.35% 7.69%
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 75.47% 10.16% 27.76%
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 20.03% -37.15% 69.43%
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 122.57% 53.80% 46.36%
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 28.00% 159.79% -16.77%
27 MEGA Bank Mega Tbk 12.77% 28.33% -60.76%
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 79.78% 21.63% 24.83%
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 41.70% 10.97% 7.73%
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 50.22% 31.98% 4.06%
156
Lampiran 7
Ukuran Perusahaan (Size)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 15.06 15.21 15.45
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 15.36 15.55 15.78
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 17.00 17.05 17.17
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 19.76 19.91 20.02
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 17.86 18.00 18.06
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 19.52 19.62 19.77
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 15.70 15.92 16.12
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 19.97 20.13 20.26
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 18.31 18.53 18.69
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 16.39 16.54 16.49
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 18.77 18.86 19.03
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 15.61 15.85 16.01
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 17.81 18.08 18.08
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 15.09 15.35 16.22
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 20.13 20.27 20.41
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 14.90 15.06 15.21
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 18.93 19.10 19.20
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 18.37 18.57 18.76
19 BNLI Bank Permata Tbk 18.43 18.70 18.93
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 16.63 16.53 16.67
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 14.55 14.75 15.10
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 17.66 17.89 18.06
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 16.28 9.57 16.77
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 16.77 16.84 16.87
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 16.38 9.75 16.99
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 15.68 15.69 15.88
27 MEGA Bank Mega Tbk 17.94 17.99 18.01
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 17.91 18.19 18.40
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 18.64 18.82 18.92
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15.44 15.85 15.92
157
Lampiran 8
Ukuran Dewan Komisaris (Comm)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 4 4 5
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 3 3 3
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 4 4 2
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 5 5
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 5 5 6
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 7 7 7
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 5 4 4
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 6 8 8
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 6 6 6
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 4 3 3
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 8 8 8
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 3 4 3
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 5 6 5
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 6 6 6
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 7 8 7
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 3 3 3
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 8 8 8
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 7 7 6
19 BNLI Bank Permata Tbk 9 9 8
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 1 3 3
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 4 5 5
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 6 6 6
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 3 4 4
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 6 5 5
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 3 6 5
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 3 4 3
27 MEGA Bank Mega Tbk 3 3 4
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 7 8 8
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 4 4 4
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 4 3 3
158
Lampiran 9
Umur Perusahaan (Age)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 22 23 24
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 22 23 24
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 22 23 24
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 54 55 56
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 41 42 43
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 65 66 67
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 39 40 41
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 116 117 118
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 114 115 116
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 21 22 23
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 55 56 57
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 19 20 21
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 50 51 52
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 98 99 100
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 13 14 15
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 44 45 46
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 56 57 58
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 52 53 54
19 BNLI Bank Permata Tbk 9 10 11
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 22 23 24
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 43 44 45
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 53 54 55
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 19 20 21
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 38 39 40
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 22 23 24
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 37 38 39
27 MEGA Bank Mega Tbk 42 43 44
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 70 71 72
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 40 41 42
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 18 19 20
159
Lampiran 10
Kompleksitas Bisnis (Complex)
NO Kode
Saham Nama Perusahaan 2011 2012 2013
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 0 0 0
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 0 0 0
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 0 0 0
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 4 4 5
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 2 2 2
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 5 5 5
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 0 0 0
8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 3 3 3
9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 0 0 1
10 BCIC Bank Mutiara Tbk 0 0 0
11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 3 3 3
12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 0 0 0
13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 1 0 3
14 BKSW Bank Kesawan Tbk 0 0 0
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 10 10 10
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 0 0 0
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 2 2 2
18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 2 2 2
19 BNLI Bank Permata Tbk 2 1 5
20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 0 0 0
21 BSWD Bank Swadesi Tbk 0 0 0
22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 0 0 0
23 BVIC Bank Victoria International Tbk 1 1 1
24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 0 0 0
25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 0 0 0
26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 0 0 0
27 MEGA Bank Mega Tbk 2 2 2
28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 0 0 0
29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 0 4 3
30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 0 0 0
160
Lampiran 11
Hasil Pengolahan Data Statistik
1. Statistik Deskriptif
1.1. Pengungkapan Modal Intelektual (ICD)
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengungkapan Modal Intelektual
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ICD 90 19.23% 46.15% 31.3675% 6.48103%
Valid N (listwise) 90
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.3
Hasil Analisis Frekuensi Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 19,23% - 24,23% Sangat rendah 10 11%
2 24,24% - 29,24% Rendah 25 28%
3 29,25% - 34,25% Cukup 23 26%
4 34,26% - 39,26% Tinggi 18 20%
5 >39,27% Sangat Tinggi 14 16%
TOTAL 90 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan ICD
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
161
1.2. Tingkat Utang (Lev)
Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Tingkat Utang
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Lev
Valid N (listwise)
90
90
3.026356388 15.62025000 8.459321411 2.351465429
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.5
Hasil Analisis Frekuensi Tingkat Utang pada Perusahaan Perbankan Tahun
2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 3,026356388 - 5,54513511 Sangat rendah 9 10%
2 5,55513511 - 8,073913832 Rendah 34 38%
3 8,083913832 - 10,602692554 Cukup 28 31%
4 10,612692554 - 13,131471276 Tinggi 17 19%
5 > 13,141471276 Sangat Tinggi 2 2%
TOTAL 90 100%
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
1.3. Pertumbuhan Laba (EG)
Tabel 4.6 Analisis Statistik Deskriptif Pertumbuhan Laba
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
EG 90 -880.28% 410.07% 12.6435% 128.50763%
Valid N (listwise) 90
Sumber : Data yang diolah, 2014
162
Tabel 4.7
Hasil Analisis Frekuensi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan
Tahun 2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 -880,28% – (-622,21%) Sangat rendah 1 1.11%
2 -622,22% - (-364,15%) Rendah 1 1.11%
3 -364,16% - (-106,08%) Cukup 1 1.11%
4 -106,09% - 151,99% Tinggi 85 94.44%
5 >152,00% Sangat Tinggi 2 2.22%
TOTAL 90 100%
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
1.4. Ukuran Perusahaan (Size)
Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Size
Valid N
(listwise)
90
90
9.571644584 20.41279235 17.24775061 1.982648966
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.9
Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Perbankan
Tahun 2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 9,571644584 - 13,185360506 Kecil 2 2.22%
2 13, 195360506 - 16,809076428 Menengah 35 38.89%
3 > 16,819076428 Besar 53 58.89%
TOTAL 90 100%
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
1.5. Ukuran Dewan Komisaris (Comm)
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Comm 90 1.0 9.0 5.122 1.8592
Valid N (listwise) 90
163
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.11
Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Dewan Komisaris pada Perusahaan
Perbankan Tahun 2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 1 - 2,6 Sangat Kecil 2 2.22%
2 2,61 - 4,21 Kecil 37 41.11%
3 4,22 - 5,82 Cukup 30 33.33%
4 5,83 - 7,43 Besar 19 21.11%
5 > 7,44 Sangat Besar 2 2.22%
TOTAL 90 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
1.6. Umur Perusahaan (Age)
Tabel 4.12 Analisis Statistik Deskriptif Umur Perusahaan
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Age 90 9.0 118.0 44.867 27.1596
Valid N (listwise) 90
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.13
Hasil Analisis Frekuensi Umur Perusahaan pada Perusahaan Perbankan
Tahun 2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 9 - 45,3 Baru 56 62.22%
2 45,31 - 81,61 Menengah 25 27.78%
3 > 81,62 Lama 9 10.00%
TOTAL 90 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
1.7. Kompleksitas Bisnis (Complex)
Tabel 4.14 Analisis Statistik Deskriptif Kompleksitas Bisnis
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Complex
Valid N (listwise)
90
90
.0 10.0 1.367 2.2105
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
164
Tabel 4.15
Hasil Analisis Frekuensi Kompleksitas Bisnis pada Perusahaan Perbankan
Tahun 2011-2013
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1 0 - 3,33 Rendah 79 87.78%
2 3,34 - 6,67 Cukup 8 8.89%
3 > 6,68 Tinggi 3 3.33%
TOTAL 90
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
2. Uji Asumsi Klasik
2.1. Uji Normalitas
Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
165
Gambar 4.3 Hasil Uji Normal p-plot
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov (K-S)
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.73077204
Most Extreme Differences Absolute .075
Positive .075
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .710
Asymp. Sig. (2-tailed) .695
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
166
2.2. Uji Autokorelasi
Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi
Model Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 4.89878% 1.928
a. Predictors: (Constant), Complex, Age, EG, Lev, Comm, Size
b. Dependent Variable: ICD
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
2.3. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.18 Hasil Uji multikolinieritas dengan Coefficients Correlation
Model Complex Age EG Lev Comm Size
1
Correlations
Complex 1.000 .405 -.011 .230 -.260 -.599
Age .405 1.000 .037 .275 -.328 -.377
EG -.011 .037 1.000 .047 -.066 .017
Lev .230 .275 .047 1.000 .095 -.237
Comm -.260 -.328 -.066 .095 1.000 -.212
Size -.599 -.377 .017 -.237 -.212 1.000
Covariances
Complex .117 .003 -1.574E-005 .019 -.033 -.082
Age .003 .001 3.643E-006 .002 -.003 -.004
EG -1.574E-005 3.643E-006 1.649E-005 4.548E-005 -9.836E-005 2.777E-005
Lev .019 .002 4.548E-005 .057 .008 -.023
Comm -.033 -.003 -9.836E-005 .008 .135 -.031
Size -.082 -.004 2.777E-005 -.023 -.031 .159
a. Dependent Variable: ICD
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
167
4.19 Uji Multikolinieritas dengan Collinearity Statistics
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 7.490 5.999 1.248 .215
Lev .733 .239 .266 3.069 .003 .856 1.169
EG -.010 .004 -.203 -2.525 .013 .990 1.010
Size .591 .398 .181 1.485 .141 .432 2.313
Comm 1.120 .367 .321 3.053 .003 .579 1.726
Age .019 .024 .080 .795 .429 .638 1.567
Complex .745 .342 .254 2.178 .032 .471 2.121
a. Dependent Variable: ICD
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
2.4. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
168
3. Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.20 Hasil Persamaan Regresi Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 7.490 5.999 1.248 .215
Lev .733 .239 .266 3.069 .003
EG -.010 .004 -.203 -2.525 .013
Size .591 .398 .181 1.485 .141
Comm 1.120 .367 .321 3.053 .003
Age .019 .024 .080 .795 .429
Complex .745 .342 .254 2.178 .032
a. Dependent Variable: ICD
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
3.1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimated
1 .684a .467 .429 4.89878%
b. Predictors : (Constant), Complex, Age, EG, Lev, Comm, Size
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.22 Hasil Uji Pengaruh Simultan
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1746.492 6 291.082 12.129 .000b
Residual 1991.838 83 23.998
Total 3738.330 89
a. Dependent Variable: ICD
b. Predictors: (Constant), Complex, Age, EG, Lev, Comm, Size
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014