DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah...

43
DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI DI KELURAHAN LALABATA RILAU KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG OLEH: DARMA O 111 10 135 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 SKRIPSI

Transcript of DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah...

Page 1: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI

DI KELURAHAN LALABATA RILAU KECAMATAN LALABATA

KABUPATEN SOPPENG

OLEH:

DARMA

O 111 10 135

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

SKRIPSI

Page 2: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI

DI KELURAHAN LALABATA RILAU KECAMATAN LALABATA

KABUPATEN SOPPENG

DARMA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 3: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,
Page 4: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa

segalapernyataan dalam skripsi saya yang berjudulDeteksi Parasit Darah Babesia

sp. pada Sapi Bali Di Kelurahan Lalabata Rilau,Kecamatan Lalabata,Kabupaten

Soppengkarya saya sendiri dengan bimbingan drh. Fika Yuliza Purba, M. Sc dan

drh. Hadi Purnama Wirawanserta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Februari 2015

Darma

O11110135

Page 5: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

INTISARI

DARMA. O11110135.Deteksi Parasit Darah Babesia sp. pada Sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.Dibimbing

oleh FIKA YULIZA PURBA dan HADI PURNAMA WIRAWAN.

Penyakit yang ditimbulkan akibat dari infeksi parasit Babesia sp. adalah

babesiosis.Penyakit ini bersifat patogen dan zoonosis serta dapat menimbulkan

kerugian ekonomi yang tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kejadian

infeksi parasit Babesia sp. pada sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan

Lalabata, Kabupaten Soppeng.Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 6 Januari

sampai 16 Januari 2015. Jumlah populasi sapi bali di Kelurahan Lalabata Rilau,

Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng sebanyak 771 ekor dan sampel darah

yang diambil yaitu sebanyak 21 sampel. Sampel dikumpulkan dengan

menggunakan metode Simple Random Sampling.Sediaan ulas darah dibuat di atas

gelas objek, difiksasi dalam metanol, diwarnai dengan Giemsa, dan diamati

dengan perbesaran 100 x menggunakan mikroskop.Analisis data yang digunakan

pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.Hasil pengujian menunjukkan bahwa

seluruh sampel negatif yang artinya tidak terdeteksi adanya infeksi parasit darah

Babesia sp. pada sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng.

Kata Kunci : Deteksi, Babesia sp., Sapi Bali, Lalabata Rilau, Soppeng

Page 6: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

ABSTRACT

DARMA. O11110135. Detection Blood Parasite Babesia sp. on Bali Cattle In the

Lalabata Rilau Rural District, Lalabata Sub District, Soppeng District.

Suvervised by FIKA YULIZA PURBA and HADI PURNAMA WIRAWAN.

Disease caused by parasitic infection Babesia sp. called babesiosis.This disease

are pathogenic and zoonotic and can cause high economic losses. Theaim of this

study is to detect the incidence parasitic infection Babesia sp. in Bali cattle in the

Lalabata Rilau rural district, Lalabata subdistrict, Soppeng district. This study was

conducted from 6th January 2015 to 16 th January 2015. The population of Bali

cattle in the Lalabata Rilau rural district, Lalabata Sub District, Soppeng District

is 771 cattles, and the blood samples were taken as much as 21 samples. The

samples were collected by using simple random sampling method. The

preparation of blood pillowcase was made on a glass object, fixed in methanol,

stained with Giemsa, and observed with a magnifications of 100x by using a

microscope. Analysis of the data that using in this study is a descriptive analysis.

The results show that all of the negative samples, which means that undetectable

blood parasite infection Babesia sp. on Bali cattle in the Lalabata Rilau Rural

District, Lalabata Sub District, Soppeng District.

Keywords : Detection, Babesia, Bali Cattle, Lalabata Rilau, Soppeng

Page 7: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Tajuncu pada tanggal 25Mei 1991,

merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, dari pasangan

Muh. Ini dan Sanna.

Penulis memasuki pendidikan formal sekolah dasar di

SD Negeri No. 181 Pincenge Kecamatan Donri-Donri,

Kabupaten Soppeng pada tahun 1999 dan tamat pada tahun

2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan

di tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Donri-Donri

dan tamat pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan

di sekolah SMK Mahardika Makassar dan tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis mendapatkan kesempatanuntuk melanjutkan

pendidikan kejenjang perguruan tinggi di Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.Selama menjadi mahasiswa di

Program Studi Kedokteran Hewan, penulis aktif pada organisasi internal maupun

eksternal kampus.Penulis menjabat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa

Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) selama dua periode (2010/2011 dan

2011/2012) pada devisi Kajian Strategis (Kastrat).Penulis juga aktif di berbagai

kegiatan kepanitiaan di dalam kampus.Selain itu, penulis juga pernah menjadi

asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner.

.

Page 8: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh

ALHAMDULILLAH, Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah

S.W.T karena atas berkat rahmat dan kehendak-Nya dalam memberikan hidayah

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Deteksi Parasit Darah Babesia sp. pada Sapi Bali di Kelurahan Lalabata

Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Hewan/S.KH dalam program pendidikan strata satu Program Studi Kedokteran

Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis merasa

sangat bersyukur mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin,

2. Prof. Dr. drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku Ketua Program Studi Kedokteran

Hewan Universitas Hasanuddin,

3. Drh. Fika Yuliza Purba selaku pembimbing utama dan drh. Hadi Purnama

Wirawan selaku pembimbing anggota atas dedikasi ilmu, waktu, motivasi, dan

kesabarannya dalam membimbing mulai dari usulan penelitian, pelaksanaan

penelitian, dan penyusunan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan,

4. Drh. Meriam Sirupang dan drh. Dedy Rendrawan, MP selaku dosen penguji

atas motivasi, saran, dan kritiknya kepada penulis,

5. Dinas Peternakan Kabupaten Soppengbeserta staf yang telah memberikan

fasilitas dan bantuan selama penelitian,

6. Seluruh dosen beserta staf pengelola pendidikan Program Studi Kedokteran

Hewan yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses

pendidikan,

7. Drh. Fitri Amaliah, St. Aminah, dan seluruh staf Balai Besar Veteriner Maros

yang telah membantu proses penelitian serta memberikan dukungan selama

proses penelitian,

8. Paramedik dan rekan-rekan satu tim di lokasi penelitian yang senantiasa

meluangkan waktu, memberikan bantuan, dan atas kerja samanya selama

penelitian,

9. Masyarakat Kelurahan Lalabata Rilau khususnya para peternak yang telah

membantu pengumpulan data penelitian serta informasi-informasi penting

yang dibutuhkan peneliti dan dengan rasa kekeluargaan menerima dan

membantu penulis selama penelitian berlangsung,

10. Seluruh rekan mahasiswa(i) Angkatan 2010 yang telah memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Program Studi

Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddindan membantu penulis secara

Page 9: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan penelitian dan

penyusunan skripsi ini,

11. Sahabat yang selalu memberikan semangat, motivasi dan bantuannya, para

“Chebee”, Melasari, Lilis Suryani, Sri Rahayu-Yhuyhu, Dzul Haerah, dan Sri

Rahayu-Tanro. Para “Princess Four”, Wildana Kasman, Dewi Irawati Mirda,

dan Oktavianty. Para “Beppa KaKaeNg”, Nurwahyda, Andi Dewi

Permatasari, Navira Araya Tueka, St. Hatija, Ashar, Mohammad Farandy,

Muhammad Ramadhan. Para “Poki”, Satrya Adi Pratama, Degi Prasetya, Ade

Andrew Pinontoan, Indra Sebastian, Andi Aswan Salam, Christine Adytia,

serta sahabat yang selalu setia mendengarkan, memberikan masukan dan

kritikan,

12. Terkhusus kedua orang tua tercinta Ayahanda Muh. Ini dan Ibunda Sanna atas

cinta kasih dan untaian kasih sayang serta doa yang tidak pernah putus.

Demikian pula saudara(i)ku tercinta kak Surya, kak Yuliana, kak Miswan, kak

Ramlan, kak Ahmar, dan adikku yang paling ganteng Edi Santoso serta

keluarga besar atas segala dukungan dan bantuannya, baik secara spiritual,

moral, maupun material.

Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang juga tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu atas segala bantuan dan kerja samanya. Harapan dan doa

penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena kemampuan penulis dan

sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.Oleh karena itu,

penulis senantiasa mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran yang konstruktif

sehingga penulis dapat berkarya dengan lebih baik lagi kedepannya. Aamiin

Makassar,Februari 2015

Penulis

Page 10: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN iii

PERNYATAAN iv

INTISARI v

ABSTRAK vi

RIWAYAT PENULIS vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.3.1 Tujuan Umum 2

1.3.2 Tujuan Khusus 2

1.4 Manfaat Penelitian 2

1.5 Hipotesis 2

1.6 Keaslian Penelitian 2

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Daerah 4

2.1.1 Kondisi Geografi 4

2.1.2 Keadaan Iklim 4

2.2 Sapi Bali 4

2.3 Babesiosis 5

2.3.1 Etiologi 6

2.3.2 Epidemiologi 9

2.3.3 Cara Penularan 10

2.3.4 Gejala Klinis 10

2.3.5 Diagnosis 11

2.3.6 Diagnosa Banding 11

2.3.7 Kekebalan Parasit Darah Babesia sp. 12

2.3.8 Pencegahan dan Kontrol 12

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 13

Page 11: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

3.2 Materi Penelitian 13

3.2.1 Sampel dan teknik Sampling 13

3.2.2 Bahan 13

3.2.3 Alat 14

3.1 Metode Penelitian 14

3.1.1 Desain Penelitian 14

3.1.2 Pengambilan Sampel Darah 14

3.1.3 Pemeriksaan Laboratorium 14

3.1.4 Analisis Data 14

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan 20

5.2. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Babesia sp. pada Sapi 7

Gambar 2 : Morfologi (a) Babesia bovis (b) Babesia bigemia 7

Gambar 3 : Siklus Hidup Babesia sp. 8

Gambar 4 : Diagram Penilaian Pendidikan Terakhir Peternak 16

Gambar 5 : Diagram Pengalaman Beternak 16

Gambar 6 : Diagram Penilaian Pola Pemeliharaan 17

Gambar 7 : Diagram Penilaian Cara Merawat Sapi 17

Gambar 8 : Diagram Penilaian Kondisi Sapi 18

Gambar 9 : Diagram Penilaian Letak Kandang Sapi 18

Gambar 10: Diagram Penilaian Kondisi Kandang Sapi 19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Informasi Dasar pada Peternak Sapi Bali terhadap

Parasit Darah Babesia sp. di Kelurahan Lalabata Rilau,

Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Parasit Darah Babesia sp. di

Laboratorium Parasitologi Balai Besar Veteriner (BBV) Maros.

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Proses Pengambilan Sampel dan

Pemeriksaan Sampel di Laboratorium.

Page 13: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,
Page 14: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa sapi asli Indonesia ini memiliki keunggulan berupa kemampuan

adaptasi dalam lingkungan dengan ketersediaan pakan kualitas rendah dan tingkat

fertilitas yang tinggi (Sulistyowati, 2002).Oleh karena itu, tingginya impor daging

dan sapi bakalan untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri, dapat

dijadikan pendorong untuk memperbaiki produktivitas dan pengelolaan sapi asli

Indonesia termasuk sapi Bali (Soeharsono, 2002).

Sapi Bali adalah plasma nutfah yang sangat potensial dan merupakan

komoditas andalan yang dapat menambah aset nasional, sekaligus menambah

pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, dan memperoleh devisa negara

melalui peningkatan populasi dan produksi ternak (Suswono, 2012). Sapi Bali

merupakan ternak sapi yang mempunyai konstribusi yang cukup besar dalam

pemenuhan daging di Indonesia. Menurut data statistik dari peternakan di

Indonesia, populasi sapi Bali mempunyai konstribusi sebanyak 26,92 persen

dibanding bangsa sapi lainnya. Namun demikian, kinerja sapi Bali dalam

menghasilkan daging belum maksimal sehingga diperlukan berbagai upaya untuk

mengoptimalkannya (Ditjennak, 2009).Peningkatan mutu peternakan sapi Bali

terus diupayakan oleh pemerintah maupun pihak swasta.Tujuannya adalah

mencapai swasembada daging sapi sebagai tulang punggung ketahanan pangan

hewani nasional (Wirawan, 2011).Beberapa kendala yang dialami oleh peternak

dalam beternak sapi Bali, diantaranya permasalahan pakan dan nutrisi,

pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penanggulangan limbah (Deptan,

2001).

Dalam upaya perkembangan populasi ternak terutama sapi, diperlukan

langkah pengendalian penyakit, yaitu tindakan pencegahan timbulnya patogenitas

dari agen penyakit ke inangnya (Bilgic et al., 2013). Salah satu penyakit ternak

yang cukup penting dan bersifat endemik adalah parasit darah karena penyakit

tersebut dapat menimbulkan kerugian berupa pertumbuhan terhambat, penurunan

berat badan, penurunan daya kerja, penurunan daya reproduksi (Nasution, 2007),

penurunan produksi susu, dan aborsi (Kocan et al., 2003). Kasus penyakit yang

disebabkan oleh parasit darah umumnya bersifat akut, namun terkadang dapat

menyebabkan kematian pada hewan yang terinfeksi (Soulsby, 1982).Jenis-jenis

penyakit parasit darah yang penting di Indonesia antara lain trypanosomiasis,

babesiosis, anaplasmosis, dan leucocytozoonosis (Solihat, 2002).Salah satu parasit

darah yang menginfeksi sapi adalah Babesia sp. Penyakit yang ditimbulkan akibat

dari infeksi parasit Babesia sp. adalah babesiosis (Oka, 2010). Menurut Sukamto

et al., (1988), rata-rata kejadian infeksi parasit Babesia sp. di Indonesia sekitar 95

% dari populasi ternak yang terdapat di daerah Aceh, Kalimantan Selatan,

Sulawesi Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sumba.

Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Soppeng,

kejadian penyakit Anaplasmosis pada ternak sapi mengalami peningkatan dalam

tiga tahun terakhir, yakni tahun 2011 sebanyak 5 kasus, tahun 2012 sebanyak 9

kasus, dan terakhir tahun 2013 sebanyak 17 kasus.Kejadian Anaplasmosis

tertinggi pada tahun 2013 terjadi di Kecamatan Lalabata.Laporan kejadian

Page 15: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

2

Anaplasmosis tersebut berdasarkan gejala klinis yang ditampakkan sehingga tidak

menutup kemungkinan bisa mengarah pada kejadian parasit darah lainnya yang

memiliki gelaja klinis yang sama seperti Babesiosis.

Dari hasil laporan yang dihasilkan bahwa masih minim dilaporkan kasus

terkait kejadian parasit pada sapi Bali, terutama mengenai kejadian pada penyakit

Babesiosis dimana bersifat sangat patogen dan zoonosis (dapat menular ke

manusia) pada hospes yang memiliki ketahanan tubuh yang rendah (Susan, 2011),

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Hal ini disebabkan

karena kurangnya pengetahuan akan dampak mengenai kejadian pada penyakit

babesiosis sehingga masyarakat cenderung acuh terhadap kasus tersebut. Dengan

memperhatikan hal tersebut, maka perlu dilakukan pendeteksian parasit darah

Babesia sp. pada sapi Bali sehingga dapat diambil suatu langkah kebijaksanaan

terutama untuk penanggulangannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka umusan masalah pada penelitian

ini adalah apakah terdapat infeksi parasit darah Babesia sp. pada sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendeteksi infeksi parasit darah Babesia sp. pada sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi parasit darah Babesia sp. pada sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

keberadaan kejadian parasit darah Babesia sp. pada peternak sapi Bali. Informasi

ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil

keputusan (Pemerintah Daerah, Balai Besar Veteriner Maros, dan peternak) dalam

upaya pencegahan dan pengendalian penyakit parasiter khususnya kejadian parasit

darah Babesia sp. di Kabupaten Soppeng.

Page 16: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

3

1.5 Hipotesis

Ditemukan parasit darah Babesia sp. pada sapi Bali di Kelurahan Lalabata

Rilau, Kecamatan Lalabata,Kabupaten Soppeng.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Deteksi Parasit Darah Babesia sp. pada Sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng belum

pernah dilaporkan. Penelitian terhadap keberadaan kejadian parasit darah Babesia

sp. di Indonesia telah banyak dilakukan, namun fokus, tujuan, dan lokasinya

berbeda, yakni Budiati (2002) melaporkan tingkat prevalensi parasit darah

(Babesia sp. dan Theileria sp.) pada ternak sapi rakyat di lima Kecamatan,

Kabupaten Lampung Tengah.

Page 17: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Daerah

2.1.1 Kondisi Geografi

Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak pada 4006

0 LS - 4

032

0 LS

dan antara 119047

018

0 BT - 120

006

013

0 BT, dengan batas wilayahnya sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Barru, Sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone, Sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Wajo, Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Bone. Ibukota Kabupaten Soppeng adalah Watansoppeng yang

memiliki luas 1.500 Km2

yang terbagi dalam 8 Kecamatan yang terdiri dari 49

Desa, 21 Kelurahan, 124 Dusun dan 39 Lingkungan. Salah satu kecamatan di

Kabupaten Soppeng adalah Kecamatan Lalabata yang berbatasan dengan

Kecamatan Donri - Donri di Sebelah Utara, Kecamatan Liliriaja di Sebelah Timur,

Kabupaten Barru di Sebelah Barat, dan Kecamatan Marioriwawo di Sebelah

Selatan. Adapun luas wilayahnya yaitu 278 km2 yang luas wilayah tersebut

merupakan 18,53 persen dari total luas daratan Kabupaten Soppeng (BPS, 2010).

2.1.2 Keadaan Iklim

Kabupaten Soppeng merupakan daerah dataran dan perbukitan dengan luas

daratan 700 Km2berada pada ketinggian rata-rata kurang lebih 60 M di atas

permukaan laut dan perbukitan yang luasnya 800 Km2 berada pada ketinggian

rata-rata 200 M di atas permukaan laut. Temperatur udara di Kabupaten Soppeng

berada pada sekitar 240C – 30

0C.Keadaan angin berada pada kecepatan lemah

sampai sedang (BPS, 2010).Secara umum, Sulawesi Selatan memiliki dua musim

yaitu musim kemarau (Mei - Oktober) dan musim hujan (November - April),

namun secara khusus ada perbedaan periode musim yang dimiliki setiap

Kabupaten / Wilayah, setidaknya ada lima pembagian karakteristik periode musim

untuk Sulawesi Selatan, salah satunya adalah Kabupaten Soppeng yang termasuk

dalam wilayah Sulawesi bagian Tengah. Wilayah Sulawesi Selatan bagian tengah

memiliki kesamaan dengan wilayah Sulawesi Selatan bagian timur dimana musim

hujan terjadi ketika wilayah Sulawesi Selatan bagian barat atau selatan sudah

memasuki periode akhir dari musim hujan atau awal musim kemarau, sehingga

seolah - olah hujan bergeser dari wilayah barat menuju wilayah timur Sulawesi

Selatan. Periode musim hujannya terjadi pada bulan Maret - Juli dan puncaknya

terjadi pada bulan Mei, hanya saja wilayah bagian tengah ini memiliki curah hujan

yang cenderung merata dan stabil tiap bulannya yakni curah hujan tidak terlalu

tinggi dan rendah (Sujarwo, 2014).

2.2 Sapi Bali

Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga

sebagai hasil domestikasi (perjinakan) dari banteng liar.Sebagian ahli yakin

bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi

Page 18: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

5

Bali.Sebagai keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk tubuh

persis seperti banteng liar (Guntoro, 2002). Secara taksonomi, sapi Bali dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Artiodactyla

Subordo : Ruminansia

Famili : Bovidae

Genus : Bos

Spesies : Bos sondaicus (Siregar, 2008)

Ciri khas sapi Bali adalah postur tubuh kecil, memiliki garis hitam pada

punggung yang sering disebut garis belut (sangat jelas pada pedet), bulu berwarna

coklat kekuningan (merah bata), pada jantan dewasa bulu akan berubah menjadi

coklat kehitaman, berwarna putih pada bagian tepi daun telinga bagian dalam,

kaki bagian bawah, bagian belakang pelvis, dan bibir bagian bawah (Feati, 2011).

Tanduk jantan dan betina berbeda ukuran besar maupun panjangnya dengan

bentuk yang bervariasi.Panjang tanduk jantan dapat mencapai 20-25 cm dan

bentuknya kokoh.Tanduk itu tumbuh mengarah latero-dorsal dan terus membelok

ke arah dorso-kranial.Sapi Bali betina mempunyai tanduk yang mengarah latero-

dorsal dan terus membelok ke arah dorso-medial (Siregar, 2008).

Sapi Bali telah tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia dengan

konsentrasi penyebaran terutama di Pulau Lombok, Sulawesi Selatan, Kalimantan,

Nusa Tenggara Timur, Sumbawa, dan Lampung. Sapi Bali mulai didatangkan ke

Sulawesi Selatan pada tahun 1923 dan sekarang ini Sulawesi Selatan sudah

merupakan salah satu daerah populasi sapi Bali terpadat di kawasan timur

Indonesia (Siregar, 2008). Sapi Bali berkembang cukup pesat di daerah karena

memiliki beberapa keunggulan.Sapi Bali mempunyai daya adaptasi yang baik

terhadap lingkungan yang buruk seperti daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan

yang rendah, dan lain-lain. Tingkat kesuburan (fertilitas) sapi Bali termasuk amat

tinggi dibandingkan dengan sapi lain, yaitu mencapai 83%, tanpa terpengaruh

oleh mutu pakan. Tingkat kesuburan (fertilitas) yang tinggi ini merupakan salah

satu keunikan sapi Bali (Guntoro, 2002).

2.3 Babesiosis

Babesiosis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh parasit protozoa

Babesia sp. dan terdistribusi di dalam sirkulasi darah.Penyakit ini tersebar luas di

seluruh dunia yang menyerang binatang liar dan ternak, terutama ternak sapi yang

dipelihara di daerah tropis dan subtropis (Aiello dan Moses, 2011).Babesiosis

ditularkan melalui gigitan caplak (Boophilus sp.) disebut juga tick fever atau

redwater (Lubis, 2006).

Penyebarannya dari berbagai generasi parasit mulai dari telur, larva, nimfa

hingga dewasa melalui perantara vektor caplak seperti Rhipicephalus microplus,

Rhipicephalus annulataus, Rhipichepalus decoloratus, Rhipichepalus geigyi dan

Rhipichepalus evertsi dari berbagai stadium (Bock et al. 2004). Vektor utama dari

B.bovis dan B. bigemina adalah Rhipicephalus spp. kutu dan ini tersebar luas di

Page 19: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

6

negara-negara tropis dan subtropis.Vektor arthropoda utama B.divergens adalah

Ixodes ricinus.

Kasus Babesiosis juga dilaporkan menyerang pada manusia sehingga

dimasukkan ke dalam penyakit zoonosis. Morbiditas dan mortalitas bervariasi dan

dipengaruhi oleh perawatan yang dilakukan, paparan spesies sebelumnya / strain

parasit, dan status vaksinasi yang berlaku di suatu daerah. Penyakit babesiosis

yang ditularkan berbagai caplak dapat menyebabkan mortalitas 5-10 % meskipun

ternak telah diobati.Adapun jika tidak dilakukan pengobatan, mortalitas 80-90%

pada sapi dewasa dan 10-15% pada ternak muda umur satu sampai dua

tahun.Hewan yang terinfeksi Babesia sp.dalam jumlah besar dan sekaligus dapat

menyebabkan kematian hewan tersebut dan mortalitas dapat mencapai 50-100 %

pada kasus yang disebabkan B. bovis (CFED, 2008; Nasution, 2007).Infeksi yang

disebabkan oleh Babesia bovis, Babesia bigemina,dan Anaplasma marginale juga

sangat berpotensi menyebar pada sapi saat ekspor ke negara Asia bagian timur

dan selatan yang endemik Babesiosis (Bock dan Vos, 2001).Infestasi parasit ini

dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar berupa pertumbuhan terhambat,

penurunan berat badan, penurunan daya kerja dan reproduksi, termasuk biaya

pembelian desinfektan serta vaksin.

2.3.1 Etiologi

Filum : Sporozoa (Apicomplexa)

Kelas : Sporozoea

Subkelas : Coccidia

Superordo : Eucoccidea

Ordo : Haemosporidia

Subordo : Aconoidina

Famili : Piroplasmidae

Genus : Babesia (Bock et al., 2004)

Sejauh ini dilaporkan terdapat lebih dari 100 spesies Babesia didunia tetapi

yang mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan hewan dan manusia antara

lain B. microti di Amerika Serikat, B. divergens dan B. bovis di Eropa. Adapun di

Indonesia, Babesia sp. yang banyak merugikan peternak sapi adalah B. bigemina,

B. divergens, dan B.bovis. Beberapa spesies Babesia, hanya ditemukan pada

hewan-hewan yang lain seperti B. mayor menginfeksi sapi, B. equi pada kuda, dan

B. canis pada anjing, B. felis pada tikus, dan B. microti pada binatang mengerat

(rodent), juga binatang menyusui kecil dan jenis kera, sedangkan B. divergens

pada tikus dan gerbil (sejenis tikus yang kaki belakang dan ekornya panjang)

(Lubis, 2006).

Morfologi

Morfologi Babesia sp. sangat khas, yaitu berbentuk seperti buah pir (the

pear shaped form) yang berada di dalam butir sel darah merah (intraerythrocytic)

inang yang terinfeksi (Aiello dan Moses, 2011).Secara umum, merozoit didalam

eritrosit berbentuk bermacam-macam (bulat, oval, piriform atau tidak teratur),

bentuk piriform secara khas berpasangan dengan sudut lancip, dengan pewarnaan

Page 20: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

7

giemsa, plasma parasit terlihat biru dan intinya berwarna merah. Ada dua bentuk

Babesia yaitu bentuk yang besar (sudutnya kecil) misalnya Babesia bigemina

danBabesia motasi ; dan bentuk yang kecil (sudutnya lebih besar dari bentuk yang

besar) misalnya Babesia divergens danBabesia bovis. Pada Babesia bovis

ditemukan bentuk “cincin signet” bervakuol yang mempunyai merozoit berukuran

kira-kira 1,5-2,4 µm dan terletak di bagian tengah eritrosit sedangkan Babesia

bigeminadidalam eritrosit berbentuk piriform, bulat, oval atau tidak teratur.

Merozoit yang piriform ditemukan secara khas berpasang-pasangan dan berbentuk

bulat dengan diameter 2-3 µm, panjang 4-5 µm. Babesia sp. berkembang secara

aseksual di dalam eritrosit dengan pembelahan ganda atau skizogoni (pembelahan

berlipat ganda), dan seksual di dalam tubuh caplak (Oka, 2010).

Gambar 1. Struktur Babesia sp.pada Sapi (Soulsby, 1982)

(a) (b)

Gambar 2. Morfologi (a) Babesia bovis (b) Babesia bigemina di dalam eritrosit sapi

(Aiello dan Moses, 2011)

Page 21: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

8

Siklus Hidup

Secara umum ada 3 tahap reproduksi yaitu (i) Gametogoni (formasi dan

fusi gamet di dalam usus caplak), (ii) Sporogoni (reproduksi aseksual dalam

kelenjar ludah), (iii) Merogoni (reproduksi aseksual pada inang vertebrata)

(Homer et al., 2000).

Siklus hidup Babesia sp. terdiri dari fase aseksual dan fase seksual

(Gambar.3), fase tersebut menentukan cara infeksi parasit tersebut menginfeksi

inangnya. Pada fase aseksual, Babesia sp. mengalami stadium merogoni yang

terjadi di dalam sel darah merah inang.Stadium merogoni diawali ketika caplak

berbagai tingkatan stadium yang mengandung sporozoit menginfeksi inang

melalui saliva akibat gigitan caplak.Sporozoit yang telah masuk ke dalam tubuh

inang kemudian akan melakukan penetrasi secara mekanik ke dalam pembuluh

darah. Dalam pembuluh darah sporozoitakan masuk ke dalam eritrosit dan

berubah menjadi tropozoit, selanjutnya mengalami pembelahan biner (bereplikasi

ganda) menjadi merozoit (Bock et al., 2004). Akibat pembelahan yang terus

menerus menyebabkan desakan mekanis sehingga terjadi ruptur eritrosit yang

mengeluarkan merozoit dan mencari eritrosit baru kemudian memenetrasinya

(Homer et al., 2000). Siklus ini akan terus berlanjut sampai infeksi yang terjadi

tidak terkontrol sehingga sapi mati. Ketika caplak menghisap darah inang yang

mengandung parasit, sebagian merozoitakan rusak di dalam saluran pencernaan

dan sebagian merozoit lain mengalami perubahan menjadi fase gametosit. Fase

inilah yang akan berperan dalam reproduksi seksual.

Gambar 3. Siklus Hidup Babesia sp. pada Sapi (Bock et al., 2004)

Fase seksual dimulai ketika fase pre-gametosit berubah menjadi fase

gametosit.Perubahan fase tersebut terjadi pada tubuh caplak yang menghisap

Page 22: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

9

darah inang yang terinfeksi (stadium gametogoni). Dalam tubuh caplak gametosit

akan menghasilkan mikrogamet dan makrogamet yang nantinya akan berfusi

menjadi zigot, atau dikenal sebagai fase seksual. Selanjutnya zigot mengalami

perkembangan menjadi ookinet atau vermiculus (Uilenberg, 2006). Selanjutnya

ookinetakan mengalami diferensiasi menjadi kinet dan akan masuk ke dalam

kelenjar saliva caplak. Jenis caplak besar seperti B. canis dan B. Divergens

memiliki kemampuan untuk bereplikasi.Hal ini menyebabkan berbagai tingkatan

stadium hidup caplak dari mulai larva, nimfa, dan dewasa dapat terinfeksi

ookinetBabesia sp. atau sering disebut dengan transmisi infeksi transtadial

(Homer et al., 2000).Penyebaran ookinet melalui larva dapat terjadi secara

transovari atau secara transmisi vertikal, hal tersebut mengakibatkan ookinet

mampu berakumulasi dan bereplikasi di ovarium caplak.

Kelenjar saliva yang terinfeksi selanjutnya akan berkembang menjadi sel

multinuklear sporoblast. Dalam sporoblast tersebut mengandung 5.000‒10.000

sporozoit.Melalui gigitan caplak inilah sporozoit bisa masuk ke dalam tubuh

inang hewan vertebrata. Patogenesis dari penyakit ini biasanya berjalan kronis,

akan tetapi pada fase akut bisa menimbulkan anemia, hemoglobinuria, ikterus,

splenomegali, hingga demam (Taylor et al.,2007). Waktu yang diperlukan

Babesia sp.dari mulai menginfeksi sampai terlihat diperedaran darah adalah 7-10

hari (Schuster, 2002).

2.3.2 Epidemiologi

Babesiosis berasal dari nama Victor Babes yang pertama kali

mengidentifikasi protozoa pada butir eritrosit pada tahun 1888. Babes menemukan

protozoa di dalam eritrosit pada sapi yang mengalami haemoglobinuria pada

tahun 1893. Smith dan Killbourne pada tahun 1893 menemukan protozoa tersebut

ditularkan oleh caplak dan merupakan penyebab Texas cattle fever.Pada tahun

1957 terjadi kasus pertama Babesiosis pada manusia yaitu peternak sapi di

Yugoslovakia.Kasus pertama yang dilaporkan di Amerika yaitu di

Massachussettes tahun 1969 (Cunha dan Barnett, 2006), ditemukan infeksi

Babesia microti pada manusia di kepulauan Nantucket (Massachusetts, Amerika

Serikat).Kejadian Babesiosis di Amerika sesuai dengan tempat penyebaran caplak

(tick) yaitu arthropoda pengisap darah yang endemis di daerah tersebut, serta di

sebelah selatan Connecticutt, juga pernah dilaporkan dari Wisconsin dan

Minnessota. Caplak biasanya menghisap darah rusa, manusia atau hewan lain,

caplak ini menularkan parasit Babesia selanjutnya akan memasuki butir eritrosit

(intraerythrocytic protozoa) seperti parasit malaria (Lubis, 2006).

Kejadian di Indonesia, Babesia bigemina pertama kali ditemukan tahun

(1896) pada kerbau di Tegal (Jawa Tengah), sapi (1906) di Sumatera. Babesia

divergens ditemukan pada tahun (1918) pada ternak yang diimpor dari Australia,

sehingga daerah tertular dan tersangka tertular adalah Aceh, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Jambi, Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,

Sulawesi Selatan, Sulawesi tengah, Halmahera, Irian Jaya, Lombok, Bali dan

Jawa (Oka, 2010).

Page 23: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

10

2.3.3 Cara Penularan

Babesiosis ditularkan melalui vektor caplak, caplak yang berinang satu

menularkan secara transovarial, sedangkan caplak berinang dua atau tiga

penularannya secara “stage to stage”.Parasit ini masuk ke dalam tubuh caplak

pada saat menghisap darah inang. Di dalam tubuh caplak, Babesia sp. akan

memperbanyak diri di dalam sel epitel saluran pencernaan, selanjutnya menyebar

ke seluruh tubuh dan melakukan invasi ke indung telur. Babesiaakan berada di

dalam telur caplak yang akan berkembang menjadi larva (transovarial

transmission) (Lubis, 2006).

Vektor yang mampu menularkan Babesia sp. pada ternak adalah

Boophilus microplus.Caplak ini dilaporkan menjadi vektor yang penting karena

terbukti mampu mentransmisikan Babesia bovis, Babesia bigemina termasuk

Anaplasma marginale (Jonsson et al., 2008). Adapun Boophilus annulatus dikenal

sebagai vektor Babesia bigemina di wilayah utara serta Boophilus calcaratus dan

Rhipichepalus bursa menjadi vektor Babesia bovis di wilayah Eropa, Rusia dan

Afrika. Caplak Haemaphysalis, Dermacentor, dan Rhipichephalus diketahui

menjadi vektor Babesia motasi yang menyerang domba dan kambing di Eropa,

Timur Tengah, Rusia, Indocina, dan Afrika.Babesia sp. juga dapat ditularkan

secara alamiah melalui gigitan caplak berkulit keras, yaitu Ixodes persucaltus dan

Ixodes ricinus.Manusia dapat tertular protozoa ini melalui transfusi darah atau

melalui caplak ketika berjalan diantara semak.Selain itu penularan juga bisa

terjadi secara mekanik melalui alat-alat kedokteran yang tidak steril pada saat

pengebirian, vaksinasi, pemotongan tanduk, dan sebagainya (Dirjen pertanian dan

keswan, 2012).

2.3.4 Gejala Klinis

Babesiosis sangat patogen terhadap sapi dewasa, tetapi patogenitasnya

banyak berkurang pada anak-anak sapi, anak sapi kurang dari setahun jarang

terserang hebat. Babesiosis dicirikan dengan fase akut yang menimbulkan anemia,

ikterus, hemoglobinuria, splenomegali, dan demam sampai 42ºC (Kaufmann,

1996; Rodostits et al., 2000; Saleh, 2009).Anemia terjadi karena adanya

kerusakan pada eritrosit yang tidak terinfeksi (non infected erytrocyte) yang

disebabkan oleh antibodi antieritrosit yang banyak ditemukan pada serum sapi

terinfeksi (Goes et al., 2007).Gejala lain yang nampak antara lain adalah bulu

kusam, lesu, tidak mau makan, ruminasinya terhenti, pernafasan cepat dan sesak,

kulit tipis, kadang-kadang teramati gejala syaraf (Oka, 2010).

Menurut Aiello dan Moses (2011), keterlibatan sistem saraf pusat (SSP)

karena adanya adhesi eritrosit yang terinfeksi di kapiler otak dapat terjadi dengan

infeksi B. bovis, adanya sembelit atau diare, sapi bunting yang jangka akhir

biasanya terjadi abortus, dan sapi jantan dapat mengalami kemandulan sementara

karena demam sementara. Dengan strain virulen B. bovis, sindrom syok hipotensi,

dikombinasikan dengan inflamasi nonspesifik, gangguan koagulasi, dan stasis

eritrosit di kapiler, berkontribusi terhadap patogenesis tersebut. Dengan sebagian

besar strain B.bigemina, efek patogen berhubungan lebih langsung kerusakan

eritrosit.

Page 24: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

11

Menurut Susan (2013), Babesiosis pada tahap yang sudah kronis, maka

akan terjadi anemia yang hebat dan kerusakan eritrosit disertai dengan

hemoglobinuria. Membran mukosa pada penderita akan memiliki warna yang

pucat kemudian mengalami ikterus. Kematian yang terjadi, tidak hanya

disebabkan oleh kerusakan eritrosit yang kemudian diikuti oleh anemia, edema

dan ikterus, namun penyebab yang paling utama adalah penyumbatan pembuluh

darah oleh sel yang terinfeksi parasit dan oleh parasit bebas itu sendiri pada

pembuluh kapiler di berbagai organ. Penyumbatan ini akan berakibat degenerasi

sel endothelial pada pembuluh darah yang kecil, anoxia, akumulasi produk

metabolis yang bersifat toksik, melemahnya dinding kapiler, dan keluarnya

eritrosit dari perivaskular serta hemorhagi makroskopik.

Menurut Benavides dan Sacco (2007) terdapat tiga macam gejala klinis

pada induk semang sapi (Bos taurus) akibat infeksi Babesia bovis yaitu :

1. Hewan rentan (susceptible) yaitu hewan dengan gejala klinis dan membutuhkan

pengobatan untuk menghindari kematian, dengan frekuensi 45,4%.

2. Intermediate yaitu hewan dengan gejala klinis parasitaemia, penurunan packed

cell volume (PCV) ≥ 21.5% dan suhu tubuh meningkat, tidak dilakukan

pengobatan dan hewan dapat sembuh dengan sendirinya, dengan frekuensi

26,7%.

3. Resistant yaitu hewan tanpa gejala klinis tetapi terdapat B. bovis pada ulas

darahnya, penurunan PCV <21.5% dengan kenaikan suhu tubuh hanya sedikit

atau tidak terjadi dan tidak membutuhkan pengobatan Babesiosis dengan

frekuensi 27,9%.

2.3.5 Diagnosis

Pemeriksaaan terhadap Babesia sp. dapat menggunakan pemeriksaan

mikroskopis yaitu dengan preparat ulas darah tipis yang diambil dari ujung telinga

sapi kemudian difiksasi dengan methyl alkohol dan diwarnai dengan pewarnaan

giemsa selama 45 menit.Cuci dengan air kemudian keringkan pada suhu ruang.

Periksa dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x. Metode

lain yang dapat digunakan yaitu Indirect Immunoflourescent Antibody Assay

(ELISA) yang belakangan ini digunakan untuk pemeriksaan pada manusia (Sevinc

et al., 2001; Lubis, 2006).

Pemeriksaan Polymerase Chains Reaction (PCR) dilakukan untuk

diagnostik penyakit tetapi tidak dapat membedakan infeksi kronis atau akut.Enzim

Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Immunoglobulin M (IgM), pemeriksaan

darah lengkap, fungsi hati, urinalisis, dan direct combs dilakukan untuk

membantu diagnosa (Hedayati, 2007).

2.3.6 Diagnosa Banding

Menurut Benavides dan Sacco (2007), Babesiosis merupakan penyakit

yang dapat menimbulkan demam dan anemia hemolitik.Diagnosa banding

Babesiosis meliputi anaplasmosis, trypanosomiasis, theileriosis, hemoglobinuria

basiler, leptospirosis, eperythrozoonosis, dan keracunan tembaga yang kronis.

Selain itu, penyakit rabies dan encephalitides juga mungkin menjadi pertimbangan

Page 25: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

12

penyakit pada sapi karena dengan adanya gejala klinis yang hampir sama pada

Babesiosis yaitu terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat.

2.3.7 Kekebalan Parasit Darah Babesia sp.

Anak sapi di daerah endemik mempunyai kekebalan terhadap infeksi

Babesia sp. sejak dilahirkan, karena antigen dapat melalui plasenta sehingga janin

bisa memproduksi antibodi fetal. Selain itu, ketahanan anak juga diperkuat oleh

antibodi maternal yang diperoleh melalui kolostrum induknya. Limpa memegang

peranan penting dalam mempertahankan kekebalan terhadap infeksi Babesia sp.,

kekebalan akan menurun bila dilakukan splenoctomi karena fungsi limpa sebagai

sumber antibodi dan menghancurkan eritrosit yang terinfeksi menjadi semakin

menurun. Kepekaan terhadap infeksi Babesia sp. berbanding lurus dengan umur,

semakin meningkat umur kepekaannya juga semakin meningkat. Kekebalan yang

terbentuk biasanya bersifat premunitas, dimana Babesia sp. masih dapat

ditemukan di dalam darah perifer, sehingga terjadi infeksi laten selama paling

sedikit setahun. Reinfeksi yang terjadi pada waktu kekebalan menurun

menghasilkan infeksi tanpa gejala, tetapi menaikkan tingkat parasitemia sehingga

menyebabkan hewan menjadi pembawa penyakit. Gejala klinis baru akan muncul

kalau hewan mengalami stres (Oka, 2010).

2.2.8 Pencegahan dan Kontrol

Kontrol terhadap Babesiosis yaitu dengan kombinasi antara kontrol

terhadap penyakit dan vektor caplak. Kontrol terhadap caplak dilakukan dengan

spray dan dipping yang banyak dilakukan di area endemik. Akarisida yang

digunakan seperti komponen pyrethoids, amitraz, dan beberapa

organophosphate.Dipping yang dilakukan pada area terinfeksi berat, pada periodik

4-6 minggu sekali.Pada area endemik caplak, peternak mengganti memelihara

bangsa sapi dengan Bos indicus karena jenis sapi ini lebih resisten terhadap

infeksi caplak.Vaksin terhadap Babesiosis juga dapat digunakan dan efektifitasnya

cukup tinggi (Anonim, 2000).Vaksinasi menggunakan parasit hidup yang

dilemahkan berhasil dilakukan pada beberapa negara seperti Argentina, Brazil,

Israel, Afrika Selatan, dan Uruguay (Tannesan, 2005).

Berbagai obat telah digunakan untuk mengobati Babesiosis di masa lalu,

tetapi hanya diminazene aceturate dan imidocarb dipropionat masih umum

digunakan.Obat ini tidak tersedia di semua negara endemik, atau penggunaannya

dapat dibatasi.Untuk mengobati ternak, diminazene diberikan secara IM dengan

dosis 3-5 mg / kg BB. Untuk pengobatan, imidocarb diberikan SC dengan dosis

1,3 mg / kg BB. Pada dosis 3,0 mg / kg BB, imidocarb memberikan perlindungan

dari Babesiosis untuk 4 minggu dan juga akan menghilangkan B. bovis dan B.

bigemina dari hewan pembawa. Long-acting tetrasiklin (20 mg / kg BB) dapat

mengurangi keparahan Babesiosis jika pengobatan dimulai sebelum atau segera

setelah infeksi.Terapi suportif disarankan, terutama pada ternak piaraan diberikan

penggunaan obat anti-Inflamasi, antioksidan, dan kortikosteroid (Aiello dan

Moses, 2011, 2011).

Page 26: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

13

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015.Pengambilan sampel

dilaksanakan di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng.Pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium Parasitologi, Balai Besar

Veteriner (BBVET) Maros.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Sampel dan Teknik Sampling

Populasi penelitian adalah semua sapi Bali yang terdapat di Kelurahan

Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng sebanyak 771 ekor

(Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Soppeng, 2013).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 21 ekor sapi Bali yang

tersebar di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.

Berdasarkan formulasi deteksi keberadaan penyakit (Martin et al., 1987):

Keterangan :

n : Besaransampel yang digunakan

a : Tingkat kepercayaan

D : Jumlahhewansakitdalampopulasi

N : Jumlahpopulasi

n = [1 – (1- a)1/D

] [N – (D – 1)/2]

n = [1 – (1- 0,99)1/154

] [771 – (154 – 1)/2]

n = [1 – 0,970] [771 – 76,5]

n = 0,03 x 694,5

n = 20,835 = 21 ekor

DenganasumsitingkatprevalensiBabesiasp. diKabupaten Barrusebesar 20%

(Wirawan, 2011), tingkat kepercayaan 99%, dan besaran populasi 771 ekor (Data

DinasPeternakandanPerikananKabupatenSoppeng, 2013), sehingga diperoleh

besaran sampel sebesar 21 ekor.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random

Sampling dengan mengambil sampel yang terdapat di Kelurahan Lalabata,

Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng.

3.2.2 Bahan

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah,

kapas, air, alkohol, methanol, cairan pewarnaan giemsa, dan minyak emersi.

n = [1 – (1- a)1/D

] [N – (D – 1)/2]

Page 27: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

14

3.2.3 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mikroskop, obyek

glass, cover glass, tissue, jarum steril dan kamera digital.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu

jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian mengenai kejadian

Babesiosis pada sapi bali. Keberadaan parasit darah Babesia sp. dapat dideteksi

dengan metode ulas darah tipis.

3.3.2 Pengambilan Sampel Darah

Metode pengambilan sampel darah yang digunakan pada penelitian ini

dengan menggunakan metode preparat ulas darah tipis.

Adapun cara pembuatan preparat ulas darah tipis yaitu :

Pengambilan sampel darah dilakukan dengan melalui vena auricularis di

telinga sapi dengan terlebih dahulu telinga dibersihkan dengan menggunakan

alkohol sampai kering. Kemudian vena auricularis dibendung dan ditusuk dengan

menggunakan jarum suntik yang sudah disterilkan. Setelah darah keluar dari

pembuluh darah maka dibuatlah preparat ulas yang tipis pada gelas obyek dengan

cara meneteskan setetes darah pada ujung dari obyek glass, kemudian tempatkan

salah satu ujung cover glass dan membuat sudut 30°C kemudian sentuh setetes

darah tersebut sehingga darah mengalir mengikuti bagian bawah dari cover glass,

kemudian dorong agak cepat cover glass kearah depan di sepanjang permukaan

obyek glass. Lalu keringkan apusan darah tersebut.Preparat darah yang kering

kemudian difiksasi dengan metanol selama 3-5 menit. Setelah itu diberi label

berisi keterangan nama sapi, tanggal, waktu pengambilan dan catatan lain yang

dianggap perlu. Setelah kering simpanlah pada kotak preparat untuk dilakukan

pemeriksaan laboratorium.

3.3.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ini merupakan kelanjutan dari pengambilan

sampel darah dengan melakukan metode preparat ulas darah tipis.Preparat ulas

darah yang kering diambil kemudian diwarnai dengan Giemsa dan didiamkan

selama ±45 menit.Setelah itu preparat dibilas dengan air mengalir kemudian

preparat dikeringkan.Lalu preparat ditetesi dengan minyak emersi kemudian

diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 x.

Pengamatan dilakukan untuk mengidentifikasi parasit yang ada di preparat

tersebut.

3.3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.

Page 28: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

15

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya infeksi parasit Babesia

sp. pada sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 6 Januari sampai 16 Januari

2015.Jumlah seluruh populasi sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau Kecamatan

Lalabata Kabupaten Soppeng sebanyak 771 ekor dan sampel yang diambil yaitu

sebanyak 21 sampel.

Berdasarkan sampel yang telah diperiksa, menunjukkan bahwa seluruh

sampel darah sapi Bali sebanyak 21 sampel yang dikumpulkan dengan metode

Simple Random Sampling tidak ditemukan adanya infeksi parasit darah Babesia

sp. pada sampel yang telah diperiksa (Lampiran 2). Hasil ulas darah tipis yang

diperiksa secara mikroskopis menunjukkan bahwa sel darah merah yang terdapat

pada sapi Bali terlihat normal.

Sampel darah sapi Bali yang diteliti berjumlah 21 sampel yang diambil

dari seluruh populasi di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng.Seluruh sampel ternak yang diambil kemudian dibuat

preparat ulas darah tipis di lokasi pengambilan sampel dan kemudian

diidentifikasi melalui pemeriksaan mikroskopis di Laboratorium Parasitologi,

Balai Besar Veteriner (BBV) Maros.Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa

seluruh sampel negatif yang artinya di dalam preparat ulas darah tipis tidak

ditemukan adanya parasit darah Babesia sp. didalam eritrosit.Ini menunjukkan

bahwa frekuensi kejadian parasit darah Babesia sp. di Kelurahan Lalabata Rilau,

Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng adalah 0%.

Menurut Aiello dan Moses (2011), secara umum morfologi parasit darah

Babesia sp. yang menunjukkan hasil positif yaitu bentuknya sangat khas seperti

buah pir (the pear shaped form) yang berada didalam butir sel darah merah

(intraerythrocytic) inang yang terinfeksi. Menurut Oka (2010), Babesia bovis

ditemukan bentuk “cincin signet” bervakuol yang mempunyai merozoit berukuran

kira-kira 1,5-2,4 µm dan terletak di bagian tengah eritrosit sedangkan Babesia

bigemina dalam eritrosit berbentuk piriform, bulat, oval atau tidak teratur.

Merozoit yang piriform ditemukan secara khas berpasang-pasangan dan berbentuk

bulat dengan diameter 2-3 µm, panjang 4-5 µm. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, seluruh sampel yang diidentifikasi seluruh sampel menunjukkan

eritrosit yang normal dan tidak menunjukkan adanya kelainan seperti yang

dikemukakan oleh Aiello dan Moses (2011) dan Oka (2010).

Berdasarkan hasil wawancara dari peternak dan pengamatan langsung

dilapangan, hal yang diduga memicu tidak timbulnya penyakit parasit tersebut

dikarenakan keadaan fisik ternak sapi yang baik, kondisi lingkungan ternak yang

kurang optimum bagi perkembangan dan ketahanan hidup vektor dan parasit, cara

pemeliharaan yang baik dan kondisi sapi yang berhubungan dengan kekebalan

tubuh sapi yang ada di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng.

Analisis univariate terhadap variabel kuesioner menunjukkan pendidikan

terakhir peternak sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng (Gambar 4) didominasi oleh SMP (65%) dan SMA (35 %).

Rendahnya tingkat pendidikan peternak tidak selaras dengan pengalaman peternak

dalam beternak sapi Bali. Pengalaman beternak sapi Bali (Gambar 5) yang terbagi

Page 29: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

16

atas peternak dengan pengalaman beternak sapi Bali lebih dari 5 tahun (95%) dan

peternak dengan pengalaman beternak sapi Bali kurang dari 5 tahun (5%).

Pengalaman beternak lebih dari 5 tahun selaras dengan penerapan prinsip

manajemen pemeliharaan yang baik, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor

yang diduga memicu tidak timbulnya kejadian infeksi parasit darah khususnya

Babesia sp. pada Sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng.

Gambar 4.1 Diagram Penilaian Pendidikan Terakhir Peternak

Gambar 4.2 Diagram Penilaian Pengalaman Beternak

Pola pemeliharaan (Gambar 4.3)terbagi atas pola pemeliharaan ekstensif

(0%), semi intensif (100%), dan intensif (0%). Pola pemeliharan sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng didominasi

oleh pola pemeliharaan semi intensif (100%). Sapi Bali yang dipelihara dengan

pola pemeliharaan semi intensifakan mencegah kondisi cekaman terhadap sapi,

sapi yang di gembalakan juga diduga dapat menekan kejadian stres sehingga pola

tersebut lebih banyak dilakukan oleh peternak. Selain itu,sapi Bali mempunyai

daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang buruk seperti daerah yang

bersuhu tinggi, mutu pakan yang rendah, dan lain-lain (Guntoro, 2002).

5%

95%

Pengalaman Beternak

< 5 Tahun

> 5 Tahun

Page 30: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

17

Gambar 4.3 DiagramPenilaian Pola Pemeliharaan

Faktor penyebab lain yaitu cara merawat sapi yang dibagi atas 2 kategori,

yakni sapi yang sering dimandikan (100%; Gambar 4.4) dan sapi yang jarang

dimandikan (0% ;Gambar4.4). Cara merawat sapi didominasi oleh sapi yang

sering dimandikan. Perawatan sapi yang sering dimandikan akan mengurangi

timbulnya infeksi parasit darah khususnya Babesia sp..Hal ini mungkin terjadi

karena sapi yang sering dimandikan kurang atau tidak adanya ektoparasit yang

menempel di tubuh sapi.

Gambar 4.4 Diagram variabel Penilaian Cara Merawat Sapi

Secara keseluruhan dari total sampel menunjukkan kondisi sapi (gambar

4.5) yang terlihat sehat (95%) dan (5%) terlihat sakit. Penggolongan sapi kategori

sehat ataupun sakit dinilai dari kondisi tubuh, ada tidaknya luka terbuka dan

nafsu makan serta manifestasi ektoparasit.

100%

0%

Cara Merawat Sapi

Sapi Sering

Dimandikan

Sapi Jarang

Dimandikan

Page 31: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

18

Gambar 4.5 Diagram variabel Penilaian Kondisi Sapi

Letak kandang didominasi oleh kandang dekat dengan kandang sapi lainnya

(100%; gambar 4.6).Letak kandang yang berdekatan dengan kandang sapi lainnya

merupakan faktor pemicu peningkatan manifestasi ektoparasit. Akan tetapi, pada

penelitian ini tidak ditemukan sampel yang terdapat manifestasi ektoparasit, hal ini

diduga karena sapi tersebut sering dimandikan sehingga mengurangi peluang kejadian

penyakit parasiter.

Gambar 4.6 Diagram variabel Penilaian Letak Kandang Sapi

Secara umum, kondisi kandang pemeliharaan ternak sapi Bali di

Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng dibagi atas 2

kategori, yakni kondisi kandang yang sering dibersihkan (80% : Gambar 4.6) dan

kondisi kandang yang jarang dibersihkan (20% ; Gambar 10). Pengaruh kondisi

kandang yang didominasi oleh kondisi kandang yang sering dibersihkan (80%)

diharapkan dapat menurunkan tingkat kejadian parasit khususnya Babesia sp.

pada sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng.

Page 32: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

19

Gambar 4.7 Diagram variabel Penilaian Kondisi Kandang Sapi

Selain dari faktor faktor tersebut, faktor iklim dan curah hujan juga

mempengaruhi tidak timbulnya infeksi karena pada saat pengambilan sampel

dilakukan pada awal bulan januari, dimana kondisi iklim di Kabupaten Soppeng

masih relatif cerah dengan intensitas hujan yang rendah. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Sujarwo (2014), bahwa wilayah Sulawesi Selatan bagian

tengah memiliki kesamaan dengan wilayah Sulawesi Selatan bagian timur dimana

musim hujan terjadi ketika wilayah Sulawesi Selatan bagian barat atau selatan

sudah memasuki periode akhir dari musim hujan atau awal musim kemarau,

sehingga seolah - olah hujan bergeser dari wilayah barat menuju wilayah timur

Sulawesi Selatan. Periode musim hujannya terjadi pada bulan Maret - Juli dan

puncaknya terjadi pada bulan Mei, hanya saja wilayah bagian tengah ini memiliki

curah hujan yang cenderung merata dan stabil tiap bulannya yakni curah hujan

tidak terlalu tinggi dan rendah.

Page 33: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

20

5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh

kesimpulan bahwa tidak ditemukan adanya kejadian infeksi parasit darah Babesia

sp. pada sapi Bali di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata, Kabupaten

Soppeng.

5.2Saran

Infeksi parasit darah Babesia sp. yang tidak ditemukan pada kelurahan

lalabata rilau kecamatan lalabata kabupaten soppeng bukan berarti peternak bebas

dari ancaman penyakit.Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk perlu

dilakukan penelitian yang lebih luas terhadap kejadian parasit darah Babesia sp.

pada sapi Bali ditingkat Kecamatan / Kabupaten dengan menggunakan sampel

yang lebih banyak.

Page 34: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

21

DAFTAR PUSTAKA

Aiello SE, Moses MA. 2011. Babesiosis. Di dalam: Jorgensen WK, editor. The

Merk Veterinary Manual.Ed ke-10[Internet]. [diunduh 2014 September

06].http://www.merckmanuals.com/vet/circulatory_system/blood_parasite

s/babesiosis.html.

Anonim. 2000. Tick Fever (Bovine Babesiosis) [Internet]. [diunduh 26 September

2014]. http://www.petalia.com.

Benavides MV, Sacco MS. 2007. Differential Bos Taurus cattle response to

Babesia bovis infection.Vet. Parasitology150:54-64.

Bock R, Jackson L, De Vos A, Jorge W. 2004.Babesiosis or cattle.Parasitology.

124: 247-269.

Bock R,Vos AD. 2001. Immunity following use of Australian tick fever vaccine:a

review of the evidence. Tick Fever Research Centre, Animal and Plant

Health Service.Queensland Departement of Primary Industries.

[CFED] Committee on Foreign and Emerging Diseases of the United States

Animal Health Association. 2008. Foreign Animal Diseases. Ed ke-7.

Canada: Boca Publication Group, Inc.

Cunha BA, Barnett B. 2006. Babesiosis.Emedicine from WebMDD.

Deptan. 2001. Beberapa Penyakit Pada Ternak Ruminansia “Pencegahan dan

Pengobatannya”. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. NTB

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Manual Penyakit Hewan

Mamalia.Subdit Pengamatan Penyakit Hewan.Dirjen pertanian dan

keswan Republik Indonesia. Jakarta.

Ditjennak. 2009. BPS Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan,

Jakarta.

Feati.2011. Teknologi Penggemukan sapi Bali.-BPTP NTB it-2.pdf.

Goes TS, Goes VS, Ribeiro MFB, Gontijo CM. 2007. Bovine Babesiosis:

Antyerytrhrocyte Antibodies Purification from The Sera of Naturally

Infected Cattles. Vet. Immunology Immunopathology 116: 215-218.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta.

Hedayati T. 2007. Babesiosis.eMedicine Web MD [Internet]. [diunduh 14

September 2014]. http://www.emedicine/com/med/topic 195.htm.

Homer MJ, Delfin IA, Telford III SR, Krause PJ, Persing DH. 2000.

Babesiosis.Clin.Microbiol. Rev.. 13(3):45.

Jonsson NN, Bock RE, Jorgensen WK. 2008. Productivity and health effects of

anaplasmosis and babesiosis on Bos indicus cattle and their crosses, and

the effect of differing intensity of tick control in Australia.Vet.Parasitology

03(022):1-9.

Kaufmann J. 1996. Parasitic Infections of Domestic Animals-A Diagnostic

Manual. Berlin (DE): Birkhauser.

Kaufmann J. 2001. Parasitic infections of domestic animals-a diagnostic manual.

Berlin (GR): Birkhauser.

Kocan KM, Fuente , uglielmone AA, Mele nde D. 2003. Antigens and

alternatives for control of Anaplasma marginaleinfection in cattle.J

Clin.Microbiol.Rev. 16:698-712.

Page 35: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

22

Lubis FY. 2006. Babesiosis (Piroplasmosis). Cermin Dunia Kedokteran 152:27-

29.

Martin SW, Meek AH, Willeberg P. 1987. Veterinary Epidemiology. USA: Iowa

State University Press.

Nasution AYA. 2007. Parasit Darah pada Ternak Sapi dan Kambing di Lima

Kecamatan, Kota Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Oka, Ibm.2010. Ilmu Penyakit Parasitic Protozoa.Udayan press. Bali

Rodostits OM, Gay CC, Blood DC, Hinchcliff KW. 2000.Veterinary Medicine.Ed

ke-8.New York (US): Baillier Tindall. hal303–311.

Saleh MA. 2009. Erythrocytic oxidative damage in crossbred cattle naturally

infected with Babesia bigemina. J Vet Sci. 86(1):43–48.

Schuster FL. 2002. Cultivation of Babesia and Babesia-Like Blood Parasites:

Agents of an Emerging Zoonotic Disease. Clin. Microbiol Rev 15(3): 365-

373.

Sevinc F, Sevinc M, Bindane FM, Altinoz F. 2001. Prevalence of Babesia

bigemina in Cattle.Revue Med. Vet. 152, 5;395-398.

Siregar SB. 2008. Penggemukan Sapi. Depok (ID): Penebar Swadaya.

Soeharsono. 2002. Sapi Bali [Internet]. [diunduh 27 Mei 2014].

http://www.kompas.com/kompas Cetak/0408/18/ilpeng/12078116.htm.

Solihat, Lilis. 2002. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Pemeriksaan Sampel

Penvakit-penyakit Parasit Darah di Laboratorium Parasitologi

Balitvet.

Soulsby, E. J. L. 1982. Helmints, Arthopods and Protozoa of Domesticated

Animals, 7rd

ed. Bailliere Tindal, England.

Sujarwo.2014. Berkah Periode Iklim yang Bervariasi Menjadikan Sulawesi

Selatan Sebagai Lumbung Padi Nasional. Kasubid Pelayanan Jasa BBMKG

Wilayah IV Makassar [internet]. [diunduh20 Januari 2015].

http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Publikasi/Artikel/BERKAH_IKLIM_Y

ANG_BERVARIASI.bmkg.

Sukamto. I. P., R.C. Payne, S. Partoutomo, R. Agustini dan F. Politedy. 1988.

Babesia bovis di Indonesia. The Aplication of An Elisa to Determine the

Seroprevalence of Babesia bovis Antibodies in Cattle. Paper FAVA

CONGRESS the 6 th, Denpasar. Bali.

Sulityowati A. 2002. Upaya Mendongkrak Kembali Populasi Sapi Bali [Internet].

[diunduh].http://www.kompas.com/kompascetak/0606/16/ekor/2656300.ht

m.

Suswono. 2012. Kuota Impor Daging Sapi. Jakarta: Neraca Pertanian.

Tannesan. 2005. Dissertation Babesiosis in Africa. University of Preforia ets

[Internet]. [diunduh 16 November 2014].

http://upted.up.ac.za/thesis/available/etd.

Taylor MA, RL Coop, RL Wall. 2007. Veterinary Parasitology. 3th Edition.

Hongkong (HG): Graphicraft Limited.

Uilenberg G. 2006. Babesia Historical Overview.Veterinary Parasitology.

138:2‒10.

Wirawan PH. 2011. Data Hasil Uji Survey Internal dan Eksternal Parasit

(Kabupaten Bone, Kabupaten Barru – Sulawesi Selatan) : Balai Besar

Veteriner Maros.

Page 36: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

23

Wirawan PH. 2011. Laporan kegiatan survey internal dan eksternal parasit

(Kabupaten Barru, Poso, Bone dan Sigi) [Laporan Penelitian]. Maros:

Balai Besar Veteriner Maros.

Page 37: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

24

Page 38: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,
Page 39: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

Lampiran 1. Kuesioner Informasi Dasar pada Peternak Sapi Bali terhadap

Parasit Darah Babesia sp. di Kelurahan Lalabata Rilau, Kecamatan Lalabata,

Kabupaten Soppeng.

KUESIONER

DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI DI

KELURAHAN LALABATA RILAU KECAMATAN LALABATA

KABUPATEN SOPPENG

I. INFORMASI DASAR

II. MANAJEMEN PEMELIHARAAN 1. Bagaimana anda memelihara ternak?

a. Sapi dilepas atau digembalakan terus menerus (intensif)

b. Sapi dilepas atau digembalakan pada siang hari dan dikandangkan malam

hari (semi intensif)

c. Sapi dikandangkan (ekstensif)

2. Bagaimana anda merawat sapi ?

a. Sapi dimandikan sekali dalam seminggu

b. Sapi dimandikan dua kali dalam sebulan

c. Tidak dimandikan atau dibiarkan.

3. Bagaimana kondisi sapi anda?

a. Sapi terlihat sehat, tidak terdapat tanda-tanda sapi sakit.

b. Sapi terlihat sakit

c. Sapi dikerumuni ektoparasit (lalat, kutu, caplak, dan lain-lain)

IV. KONDISI KANDANG

1. Bagaimana letak kandang sapi Anda?

a. Kandang sapi dekat dengan ladang penggembalaan

b. Kandang sapi dekat dengan kandang sapi lainnya

c. ………………………………………………

2. Bagaimana kondisi kandang sapi Anda?

a. Kandang selalu dibersihkan

b. Kandang jarang dibersihkan

c. ………………………………

V. PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT BABESIOSIS PADA SAPI 1. Apakah anda pernah mendengar penyakit Babesiosis pada sapi?

a. Ya.

b. Tidak

1.

Nomor Kuesioner

: …………………

Tanggal : ………………

2. Nama Enumerator :………………………................................

3. Nama Peternak/Pengelola : ……………...…………………..………...

a. Jenis kelamin : ( Pria ) ( Wanita )

b. Umur : ………………..Tahun

c. Pendidikan : ( SD/SR ) / ( SMP ) / ( SMA ) / ( PT )

d. Pengalaman Beternak Sapi : …………….Tahun

4. Alamat : ……………………………………………

Page 40: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

Lampiran 2.Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Parasit Darah Babesia sp. di

Laboratorium Parasitologi Balai Besar Veteriner (BBV) Maros.

No. Kode

Hwn/Ras Umur ♂ ♀ Ulas

Darah Sampel

1. 01 Sapi Bali 2 Tahun

Negatif

2. 02 Sapi Bali 2 Tahun

Negatif

3. 03 Sapi Bali 3 Tahun

Negatif

4. 04 Sapi Bali 3 Tahun

Negatif

5. 05 Sapi Bali 1.5 Tahun

Negatif

6. 06 Sapi Bali 5 Tahun

Negatif

7. 07 Sapi Bali 5 Tahun

Negatif

8. 08 Sapi Bali 9 Tahun

Negatif

9. 09 Sapi Bali 4 Tahun

Negatif

10. 10 Sapi Bali 9 Tahun

Negatif

11. 11 Sapi Bali 5 Tahun

Negatif

12. 12 Sapi Bali 7 Tahun

Negatif

13. 13 Sapi Bali 8 Tahun

Negatif

14. 14 Sapi Bali 9 Tahun

Negatif

15. 15 Sapi Bali 7 Tahun

Negatif

16. 16 Sapi Bali 6 Tahun

Negatif

17. 17 Sapi Bali 7 Tahun

Negatif

18. 18 Sapi Bali 7 Tahun

Negatif

19. 19 Sapi Bali 1.5 Tahun

Negatif

20. 20 Sapi Bali 3 Tahun

Negatif

21. 21 Sapi Bali 2 Tahun Negatif

Page 41: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,
Page 42: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Proses Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan

Sampel di Laboratorium.

Page 43: DETEKSI PARASIT DARAH Babesia sp. PADA SAPI BALI … ·  · 2017-03-01asisten mata kuliah Parasitologi Veteriner. . KATA PENGANTAR AssalamuAlaikumWarahmatullahi Wabarakaatuh ALHAMDULILLAH,