DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP...
Embed Size (px)
Transcript of DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP...
-
DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS
BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN
ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI
HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
Yustina Dwi Novitasari
NIM. 151124016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, mendampingi dan
menuntun setiap langkah dan proses pendidikan serta hidup penulis
Kedua orangtua penulis bapak Fransiscus Burgias Triyono
dan ibu Yudith Lasiyem yang selalu setia mendoakan, mendukung
dan memberikan semangat kepada penulis
Mbak Katarina Puji Rahayu dan Adik Teodorus Satria Priambodo yang selalu
setia dalam doa dan dukungan bagi penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
Bukan waktu yang penting, tetapi usaha yang penting. Percuma mempunyai
banyak waktu tetapi tidak ada usaha.
(Drakor Uncontrolably Fond)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA
MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN”. Judul ini dipilih untuk mengetahui dampak spiritualitas Bunda
Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa
Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Bunda Maria adalah sosok ibu yang luar
biasa. Dalam kehidupannya, Bunda Maria selalu mencerminkan sikap beriman
yang dilandasi oleh belas kasih ilahi. Inilah spiritualitas Bunda Maria. Spiritualitas
Bunda Maria yang dihayati oleh anggota Legio Maria dapat membantu
mendewasakan iman dan menggerakkan mereka pada pelayanan dalam kehidupan
Gereja dan masyarakat. Persoalan dalam skripsi ini adalah menjawab pertanyaan
bagaimana anggota Legio Maria menghayati spiritualitas Bunda Maria dan
menemukan dampak bagi pelayanan mereka sebagai wujud kedewasaan iman.
Menanggapi persoalan tersebut, penulis melakukan studi pustaka dan penelitian
secara langsung di lapangan. Studi pustaka yang digunakan bersumber dari
dokumen-dokumen Gereja dan berbagai pandangan dari para ahli yang berkaitan
dengan spiritualitas Bunda Maria. Sedangkan penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah penelitian kualitatif melalui kuesioner dan diperkuat dengan
wawancara terhadap anggota Legio Maria. Untuk memperoleh data, penulis
memberikan kuesioner kepada 40 responden dan diperkuat dengan mewawancarai
4 anggota Legio Maria. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa anggota Legio
Maria telah menghayati spiritualitas Bunda Maria dengan baik. Para anggota Legio
Maria juga menyadari bahwa spiritualitas Bunda Maria berdampak pada kehidupan
mereka. Namun masih ada beberapa anggota Legio Maria yang belum terlalu
menghayati spiritualitas Bunda Maria. Hal ini disebabkan oleh faktor keluarga
ataupun orang lain. Oleh karena itu, penghayatan spiritualitas Bunda Maria masih
perlu ditingkatkan lagi demi kedewasaan iman dan pelayanan mereka dalam hidup
sehari-hari. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan
kegiatan katekese sebagai upaya membantu para legioner untuk meningkatkan
penghayatan spiritualitas Bunda Maria.
Kata-kata Kunci: Spiritualitas Bunda Maria, kedewasaan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is “DESCRIPTION OF MOTHER MARY’S
SPIRITUALITY IMPACTS TOWARD FAITH MATURITY OF LEGIO OF
MARY MEMBERS AT PARISH HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK
BERCELA KUMETIRAN”. The title was chosen in order to know an impact of
Mother Mary’s spirituality on the faith maturity of Legio of Mary members. Mother
Mary is an incredible mother. In her life, Mother Mary is always being faithful
which based on a feeling of love. This is a spirituality of Mother Mary. Mother
Mary’s spirituality is applied by members of Legio of Mary helping them to
maturate their faith and to move them in servicing Church life and society. The
concern of this thesis is that to answer the question: how could the members of
Legio of Mary appreciate Mother Mary’s spirituality and find an impact for their
servicing as a form of faith maturity. The writer did a literature study and a direct
research in the location. The literature study was based on Church documents and
point of view of the experts about Mother Mary’s spirituality. Whereas the research
method used by the writer was qualitative research by way of questionnaire and
also it was strengthened by an interview with the Legio of Mary members. In order
to get the data, the writer gave questionnaires to 40 respondents and it was also
strengthened by interviewing 4 members of Legio of Mary. The result of research
shows that the members of Legio of Mary are appreciating Mother Mary’s
spirituality in a good way. The members also realize that Mother Mary’s spirituality
give an impact to their life. However, there are some members of Legio of Mary
who do not fully appreciate Mother Mary’s spirituality. This is because of family
factor or someone else. Because of that, appreciating Mother Mary’s spirituality
needs to be improved for their servicing and daily life. In order to continue on the
result of this research, the writer is suggesting the catechetical activity as an effort
to help the members of Legio of Mary to improve their appreciation of Mother
Mary’s spirituality.
Keywords: Mother Mary’s spirituality, faith maturity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP
KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI HATI
SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN. Skripsi ini
ditulis untuk menemukan gambaran para legioner paroki Hati Santa Perawan Maria
Tak Bercela Kumetiran menghayati spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya bagi
pelayanan mereka. Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama
yang dengan penuh kesabaran, membimbing, mendampingi, meluangkan
waktu, memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. B.A. Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan
Katolik sekaligus dosen penguji ketiga yang telah memberikan dukungan dan
semangat serta izin bagi penulis untuk menyelasaikan skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji kedua yang telah bersedia
menguji, memberikan masukan dan saran serta semangat pada
pertanggungjawaban skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
yang selalu setia dalam membimbing, mendidik dan memberikan pelayanan
kepada penulis sampai dengan menyelesaikan studi di kampus ini.
5. Pastor Yohanes Dwi Harsanto, Pr selaku Pastor Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran yang telah memberikan izin dan dukungan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Ibu Risminah, ibu Erna, ibu Ngatini selaku pengurus Legio Maria dan seluruh
anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela yang
telah bersedia membantu, meluangkan waktu, mendukung dan bekerja sama
dengan penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Orang tua penulis bapak Fransiscus Burgias Triyono, ibu Yudith Lasiyem,
mbak Katarina Puji Rahayu dan adik Teodorus Satria Priambodo yang selalu
setia mendoakan, memberikan dukungan, perhatian dan motivasi bagi penulis
hingga menyelesaikan studi.
8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik angkatan 2015
yang telah berdinamika dan belajar bersama serta memberikan pengalaman
yang luar biasa kepada penulis selama proses perkuliahan sampai pada
menyelesaikan studi.
9. Teman terdekat penulis Robertus Sarmahalam Saragih yang telah banyak
membantu, memberikan motivasi dan dukungan serta perhatian kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan, mendoakan dan membantu penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………. vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................ 6
D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................ 6
E. METODE PENULISAN ........................................................................... 7
F. SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................. 7
BAB II POKOK-POKOK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN
KEDEWASAAN IMAN LEGIO MARIA …………………………………... 9
A. Spiritualitas Bunda Maria .......................................................................... 9
1. Pengertian Spritualitas Secara Umum ................................................... 9
2. Sosok Bunda Maria ............................................................................... 11
3. Spiritualitas Bunda Maria ..................................................................... 16
B. Tahap-tahap Kedewasaan Iman ................................................................. 24
1. Arti Kedewasaan Iman .......................................................................... 24
2. Kedewasan Iman ................................................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
C. Legio Maria ............................................................................................... 36
1. Pengertian Legio Maria ......................................................................... 36
2. Pendiri Legio Maria .............................................................................. 37
3. Tujuan Legio Maria............................................................................... 38
4. Semangat Legio Maria .......................................................................... 38
5. Motivasi Menjadi Legioner ................................................................... 39
6. Tugas-tugas Pokok Para Legioner ........................................................ 40
7. Legio Maria Berkarya Di Paroki ........................................................... 41
BAB III GAMBARAN KEHIDUPAN ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN MENGHAYATI SPIRITUALITAS BUNDA MARIA ……... 43
A.Gambaran Umum Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran .................................................................................................. 44
1. Profil Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran ......... 44
2. Gambaran Kehidupan Anggota Legio Maria di Paroki Hati
Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran ...................................... 49
3. Gambaran Pelaksanaan Rapat Presidium Legio Maria ......................... 51
B. Penelitian Deskriptif Dampak Spiritualitas Bunda Maria terhadap
Kedewasaan Iman Anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran ................................................................... 57
1. Metodologi Penelitian ........................................................................... 57
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 63
3. Kesimpulan Penelitian .......................................................................... 85
BAB IV PROGRAM KEGIATAN KATEKESE ANGGOTA
LEGIO MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA
TAK BERCELA KUMETIRAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
PENGHAYATAN SPIRITUALITAS BUNDA MARIA …………………… 88
A. Latar Belakang Kegiatan ........................................................................... 88
B. Pokok-pokok Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman ....................... 90
1. Pengertian Katekese .............................................................................. 90
2. Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman ......................................... 91
C. Rumusan Tema dan Tujuan ....................................................................... 97
D. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Katekese ............................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
1. Peserta ................................................................................................... 98
2. Model Pelaksanaan................................................................................ 98
3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 99
E. Matriks Program Kegiatan Katekese ......................................................... 100
F. Contoh Persiapan Katekese ....................................................................... 103
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 115
A. Kesimpulan ................................................................................................ 115
B. Saran .......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 119 LAMPIRAN ...................................................................................................... 121
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian .................................................................. (1)
Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian .......................................... (2)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian .................................................................. (3)
Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ...................................................... (7)
Lampiran 5: Hasil Transkrip Wawancara ...................................................... (16)
Lampiran 6: Daftar Anggota Legio Maria ..................................................... (25)
Lampiran 7: Foto Donor Darah ...................................................................... (27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Singkatan nama-nama Kitab Suci disesuaikan dengan Alkitab
Deuterokanonika terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (2016).
B. Singkatan Dokumen Gereja
LG :Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,
21 November 1964
MC :Marialis Cultus, Surat Apostolik Paus Paulus VI tentanf Mariologi, 02
Februari 1974
C. Singkatan Lain
KLMTD : Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel
SGA : Sekolah Guru Agama
PGPM : Pengurus Gereja dan Papa Miskin
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
ASMI : Akademi Sekretari dan Manajemen Marsudirini
ARDAS : Arah Dasar
RI-KAS : Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang
RW : Responden Wawancara
dsb. : dan sebagainya
dll. : dan lain-lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
SJ : Serikat Jesus
Pr. : Projo
PMY : Puteri Maria dan Yosef
HUT : Hari Ulang Tahun
MB : Madah Bakti
WIB : Waktu Indonesia Barat
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
hal. : halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Kisi-kisi Penelitian …………………………………………………... 51
Tabel 2: Identitas Responden (N=40) …………………………………………. 53
Tabel 3: Penghayatan Spiritutualitas Bunda Maria oleh Anggota Legio Maria
(N=40) ………………………………………………………………. 54
Tabel 4: Dampak Spiritualitas Bunda Maria bagi Anggota Legio Maria
(N=40) ………………………………………………………………. 60
Tabel 5: Usulan Kegiatan untuk Meningkatkan Penghayatan Spiritualitas
Bunda Maria demi Kedewasaan Iman dan Kaitannya dalam
Hidup Menggereja dan Bermasyarakat ……………………………… 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sabda Yesus (Yoh. 19:26-27) “Ibu, inilah anakmu…inilah ibumu”, sejak
abad IV dipahami sebagai misi Maria dalam menjalankan perutusannya.
Penyerahan ini melebihi perhatian seorang anak terhadap ibu yang ditinggalkannya.
Bunda Maria ikut bersama Putranya “untuk mengumpulkan dan mempersatukan
anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yoh 11:51-52). Karya ini biasanya disebut
oleh orang Yahudi: kebapaan-keibuan rohani (Sabato, 2006: 49-50). Ibu adalah
sosok wanita yang luar biasa yang telah mengandung selama sembilan bulan dan
melahirkan seorang anak dengan taruhan nyawanya. Ibu telah mengorbankan
seluruh jiwa dan raganya bagi anak yang dikasihinya, mulai dari waktu, tenaga, dan
bahkan hidupnya. Oleh karena itu ibu adalah sosok yang luar biasa sehingga dapat
menjadi panutan bagi anak-anaknya. Seperti halnya ibu-ibu yang ada di dunia,
Bunda Maria adalah sosok ibu yang amat luar biasa. Bunda Maria adalah ibu dari
semua anak manusia yang sekaligus merupakan ibu Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebagai umat Katolik kita mengimani Tuhan Yesus yang hadir dan
menyertai hidup kita. Yesus lahir ke dunia melalui perantaraan Bunda Maria, tetapi
tidak diperanakkan oleh seorang manusia lain (Groenen, 1988:42). Seperti yang
dirumuskan dalam Mat 1:18 “kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: pada
waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. Ayat ini menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
bahwa Ibu Yesus mengandung Dia dari Roh Kudus, Roh daya cipta Allah sendiri.
Roh Kudus itu bukan ayah Yesus, tetapi Allah dari Roh-Nya, ialah daya penciptaan
yang menciptakan Yesus dari ibu-Nya dan langsung melepaskan proses
pembentukan anak yang biasanya dilepaskan oleh ayah anak itu (Groenen,
1988:42).
Oleh karena Maria adalah ibu dari Yesus, ia boleh disebut “Anthropo-
tokos” (yang melahirkan manusia) atau “Khisto-tokos” (Bunda Kristus). Maka dari
itu Konsili Efesus (tahun 431) menetapkan Bunda Maria sebagai “Theo-tokos”
(Bunda Allah) yang menjadi teladan dan pembawa kedamaian bagi manusia dalam
menjalani kehidupan (Groenen, 1988:41). Dapat dikatakan dalam rahim Bunda
Maria yang terjadi adalah proses pembentukan menjadi manusia. Maka dalam
rahim Bunda Maria kemanusiaan dan keilahian itu menjadi satu. Pribadi Yesus
bukanlah pribadi manusia belaka tetapi Pribadi Yesus adalah pribadi manusia dan
juga pribadi Sang Sabda Ilahi. Di sinilah arti proses perwujudan menjadi manusia
dan proses ini berlangsung dalam kandungan Bunda Maria.
Tentunya sebagai umat Katolik, kita tidak hanya mengenal dan meneladani
sikap dan semangat Yesus Kristus, akan tetapi kita juga perlu mengenal sosok
Maria yaitu Bunda Yesus Kristus yang kita imani. Maria merupakan Bunda-
Perawan sebagai ibu yang pertama-tama melahirkan Yesus yang kemudian secara
rohani menjadi ibu semua orang beriman. Maria disebut sebagai perawan karena
telah menyerahkan diri secara total kepada Allah. Maka dari itu Bunda Maria
merupakan sosok ibu yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia (Dister,
2004:491).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Bunda Maria adalah bunda semua orang beriman. Hal ini tampak ketika
Bunda Maria menyatakan kesanggupannya untuk menyerahkan dirinya secara total
pada Tuhan dengan menjawab “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa ketaatan dan kekudusan Bunda Maria menjadi teladan bagi kita sebagai umat
Allah yang beriman karena Bunda Maria telah memutuskan untuk menerima
kehendak Allah.
Spiritualitas adalah seluruh kenyataan hidup yang mencerminkan nilai-nilai
hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap atau keutamaan-keutamaan
hidup yang mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dan tingkah laku
atau pilihan-pilihan konkrit beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-
nilai hidup tersebut (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987:4).
Spiritualitas adalah cara hidup dan berpikir berdasarkan bimbingan Roh Kudus
untuk mewujudkan iman kita dalam hidup sehari-hari. Maka dapat dikatakan bahwa
spiritualitas merupakan cara hidup yang berlandaskan pada Allah untuk terlibat
dalam masyarakat dengan mendasarkan pada nilai-nilai Injili. Oleh karena relasinya
yang mendalam dengan Allah, secara otomatis umat-Nya akan terlibat dalam
pembangunan masyarakat sehingga menjadi lebih manusiawi.
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran adalah salah satu
paroki yang berada di Keuskupan Agung Semarang. Paroki ini terletak cukup
strategis di dalam Kota Yogyakarta. Paroki ini berdiri sejak tahun 1944 dan selalu
mengalami perubahan setiap masanya, baik perubahan dalam pembangunan fisik
maupun dalam perkembangan umat seturut dengan perkembangan Gereja. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Paroki ini terdapat berbagai macam komunitas-komunitas yang membangun iman
dan persaudaraan antar umat. Salah satunya adalah komunitas Legio Maria.
Legio Maria adalah salah satu paguyuban atau komunitas yang berkumpul
dengan semangat Bunda Maria untuk berkarya dalam panggilannya sebagai rasul
awam. Dalam hal ini, para anggota harus siap diutus ke dunia (masyarakat) untuk
mewartakan kabar sukacita seperti halnya Bunda Maria. Menjadi salah satu bagian
dari Legio Maria, tentu perlu menghayati dan meneladani sosok Maria tersebut.
Misalnya bagaimana cara hidupnya dan bagaimana ia menanggapi imannya atas
Yesus Kristus.
Legio Maria yang ada di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran menjadi bagian utuh komunitas-komunitas beriman Paroki. Legio Maria
yang berada di Paroki ini berdiri pada tahun 1982, yang pada saat itu dengan jumlah
anggota sebanyak 20 orang. Pada umumnya, legioner didominasi oleh orang yang
sudah lanjut usia. Legio Maria ini cukup terlibat aktif dalam kehidupan Gereja
karena selalu diadakan pertemuan rutin pada setiap presidium. Pertemuan ini
dilaksanakan selama 90 menit setiap satu minggu sekali. Adapun kegiatan rutin
yang dilaksanakan oleh legioner adalah berdoa bersama, rapat untuk pembagian
tugas yang dilaksanakan oleh 2 orang. Dalam rapat pun juga diberi kesempatan
untuk menyampaikan tugas yang telah dilaksanakan, misalnya melayat,
mengunjungi orang sakit, mengunjungi umat kurang aktif, penjara, dan kegiatan
baik lainnya demi Kerajaan Allah. Para legioner meyakini bahwa seluruh hidupnya
akan dipersembahkan kepada Allah melalui Bunda Maria. Hal ini ditunjukkan
dengan kesetiaan mereka dalam karya pelayanan di Gereja dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Semangat mencintai Bunda Maria menjadi landasan yang kuat bagi para legioner
untuk berkarya.
Berdasarkan pemaparan diatas dan keingintahuan penulis, penulis ingin
menggambarkan dampak spiritualitas Bunda Maria terhadap kehidupan anggota
Legio Maria dan hubungannya dengan kedewasaan iman. Karena itu penulis
memberi judul skripsi: “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA
MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA
DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Spiritualitas Bunda Maria dan kedewasaan iman?
2. Bagaimana anggota Legio Maria Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela
Kumetiran menghayati Spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya bagi
kedewasaan iman?
3. Kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan
Spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menggambarkan pemahaman akan spiritualitas Bunda Maria dan kedewasaan
iman.
2. Mengetahui bagaimana anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran menghayati Spiritualitas Bunda Maria dan
dampaknya bagi kedewasaan iman.
3. Memberikan usulan kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan penghayatan
Spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di
Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis
Dapat memahami dan menambah wawasan akan spiritualitas Bunda Maria
sehingga menjadi teladan untuk melayani ketika menjadi seorang katekis atau
sebagai pendidik nantinya.
2. Bagi anggota Legio Maria Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
Anggota Legio Maria dapat termotivasi sosok Bunda Maria supaya semakin
menghayati panggilannya sebagai rasul awam yang berkumpul dalam semangat
Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
3. Bagi Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma
Mengajak mahasiswa untuk mendalami spiritualitas Bunda Maria sebagai
bekal dalam menjalani panggilannya menjadi seorang katekis.
4. Bagi para pelayan umat atau Gereja
Menyadari pentingnya dampak spiritualitas Bunda Maria sehingga mereka
senantiasa bersemangat dan setia dalam melayani Tuhan dan sesama.
E. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai penulis adalah deskriptif analitis. Deskriptif analitis
adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh melalui
studi pustaka atau dokumen-dokumen mengenai spiritualitas Bunda Maria dan
diperkuat dengan adanya penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif yang dilengkapi dengan instrumen berupa kuesioner.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Tulisan ini mengambil judul “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS
BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO
MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA
KUMETIRAN”. Kemudian dikembangkan menjadi 5 bab, yaitu:
BAB I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
BAB II menyampaikan kajian pustaka tentang spiritualitas Bunda Maria dan
kedewasaan iman. Pokok-pokok yang dibahas dalam bab ini, yang pertama adalah
gambaran/arti spiritualitas secara umum, sosok Bunda Maria dan spiritualitas
Bunda Maria. Bagian yang kedua adalah tahap-tahap kedewasaan iman. Sedangkan
bagian terakhir adalah pengertian, pendiri, tujuan, semangat, motivasi, spiritualitas
Legio Maria dan tugas-tugas pokok legioner serta Legio Maria berkarya di paroki.
BAB III mengumpulkan data serta melakukan pembahasan data dan
kaitannya dengan bagaimana anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan
Maria Tak Bercela Kumetiran menghayati spiritualitas Bunda Maria.
BAB IV mengemukakan usulan kegiatan sebagai upaya untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman
anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran
sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V menyampaikan kesimpulan dan saran dari penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB II
POKOK-POKOK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN
TAHAP-TAHAP KEDEWASAAN IMAN LEGIO MARIA
Bab II adalah tindak lanjut dari bab sebelumnya dan akan menjawab
permasalahan yang pertama yang terkait dengan pokok-pokok spiritualitas Bunda
Maria dan tahap-tahap kedewasaan iman. Penulis akan mendeskripsikan pokok-
pokok spiritualitas Bunda Maria dan tahap-tahap kedewasaan iman serta
pengetahuan umum mengenai Legio Maria.
Pada bab II ini, penulis akan membaginya ke dalam dua pokok bahasan.
Pokok bahasan yang pertama mendeskripsikan pokok-pokok spiritualitas Bunda
Maria meliputi: gambaran arti spiritualiitas Bunda Maria, sosok Bunda Maria dan
spiritualitas Bunda Maria. Pokok bahasan kedua mendeskripsikan tahap-tahap
kedewasaan iman. Sedangkan pokok bahasan ketiga mendeskripsikan tentang
Legio Maria yang meliputi: pengertian, pendiri, tujuan, semangat, motivasi,
spiritualitas Legio Maria dan tugas-tugas pokok para legioner serta Legio Maria
berkarya di paroki.
A. Spiritualitas Bunda Maria
1. Pengertian Spritualitas Secara Umum
Spiritualitas adalah seluruh kenyataan pribadi manusia yang mencerminkan
nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap, tingkah laku, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
pilihan-pilihan konkrit beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai
hidup. Secara singkat, yang dimaksud dengan spiritualitas adalah kenyataan hidup
yang mencakup keyakinan iman, keutamaan beserta perwujudannya. Spiritualitas
juga dapat digambarkan dalam wujud keterlibatan kita pada kehidupan masyarakat.
Pada intinya kita ingin bersama dengan berbagai pihak untuk mengusahakan
terjadinya perubahan-perubahan hidup dan tata susunan sosial yang lebih adil dan
dilandasi cinta kasih dengan sasaran kepada orang yang KLMTD (Konferensi
Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 2004:4).
Spiritualitas bukanlah teologi akademis melainkan relasi manusia dengan
manusia serta relasi manusia dengan Tuhan. Banawiratma (2017:13)
menyampaikan pandangan Gregorius dari Nyssa yang menyatakan spiritualitas
merupakan cara umat beriman menempuh peziarahan menjadi sahabat Allah.
Banawiratma juga menyampaikan kembali pandangan dari Fransiskus Asisi yang
mengartikan spiritualitas bukan sebagai ajaran, yang bisa keluar dari mulut
siapapun. Spiritualitas yang dikejar adalah Injil, pribadi Kristus, Anak Allah yang
menjadi manusia, dan yang di dalam Roh-Nya berjalan bersama ibu bumi dan
segenap isinya.
Umat Katolik dipanggil dan menyanggupkan diri untuk melayani Kerajaan
Allah yang hadir dalam kenyataan hidup manusia. Kerajaan Allah pada masa kini
disadari sebagai daya kekuatan untuk mengubah situasi sosial manusia yang
ditandai oleh ketidakadilan, dalam segala bentuknya. Oleh karena itu, bila ingin
setia kepada pelayanan Kerajaan Allah, mau tidak mau harus ikut serta dalam usaha
membangun situasi sosial yang lebih baik. Pelayanan kita kepada pertumbuhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
perkembangan Kerajaan Allah dalam kenyataan sosial masyarakat itulah yang
mendorong kita untuk mencoba merumuskan spiritualitas pelayanan. Spiritualitas
pelayanan ini dimengerti dalam usaha kita bekerja sama dengan kekuatan Kerajaan
Allah yang sedang bergulat untuk tumbuh dalam kenyataan sosial masyarakat
Indonesia (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987:5).
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas penulis dapat menyatakan bahwa
spiritualitas adalah cara hidup dan bertindak umat beriman yang dilandasi oleh
peranan Roh Kudus atau Roh Ilahi yang bekerja dalam hidupnya. Dalam hal ini,
orang yang berspiritualitas dapat membawa perubahan kehidupan atau tatanan
masyarakat ke arah yang lebih baik.
2. Sosok Bunda Maria
Maria sebagai Bunda Allah ini tinggal di Nazaret. Ia menikah dengan
seorang laki-laki yang bernama Yusuf. Ia mengurusi rumah, memintal bahan
pakaian, menyalakan api, membuat roti, membersihkan kebun, mengasuh Anaknya
dan melayani suaminya. Ia menyaksikan pertumbuhan Yesus dari anak kecil sampai
anak belasan tahun, dari anak tukang kayu sampai Yang Diurapi Allah (Beckman,
2009:15).
Nazaret abad pertama hanyalah sebutir kerikil jika dibandingkan dengan
kota besar Yerusalem di Yudea selatan. Di Yerusalem, kenisah baru dan megah
dibangun oleh Herodes Agung yang berusaha mengambil hati orang Yahudi dengan
membuat proyek pembangunan besar-besaran. Maria dan orang beriman Yahudi
lainnya setiap tahun mengadakan ziarah iman untuk merayakan Paskah dan hari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
hari raya lainnya. Maria juga melaksanakan banyak tata cara inisiasi dalam hidup
bermasyarakat yakni lahirnya seorang anak laki-laki yang disunatkan dan
dipersembahkan di kenisah, disapih dan dipersembahkan lagi di kenisah untuk
terakhir kalinya pada usia 13 tahun (Beckman, 2009: 22).
Maria adalah seorang gadis Yahudi yang masih muda dan penuh gairah
yang memiliki iman yang mendalam. Perwujudan iman Maria dapat dibayangkan
ketika ia melagukan kidung ratapan pada waktu melayat kematian seorang kawan
dekat atau menari-nari dalam perarakan perayaan perkawinan ketika pengantin
perempuan diarak melalui jalan-jalan ke rumah pengantin laki-laki. Kita pun dapat
menduga bahwa Maria seperti perempuan-perempuan Yahudi lainnya yang
merupakan ibu rumah tangga dan melaksanakan tugas meneruskan warisan
imannya kepada Anaknya dengan menceritakan kisah-kisah besar (Beckman,
2009:23).
Maria disebut sebagai perawan dan suci. Maria juga adalah seorang pendoa
dan perantara kepada Yesus Kristus. Maria terlibat secara bebas dan aktif dalam
rencana dan pelaksanaan keselamatan. Dalam hal ini pula, Maria menjadi ikon,
citra, dan teladan bagi Gereja menuju kepada Kerajaan Allah (Sabato, 2006:14-15).
Sabato (2006:16) mengatakan bahwa Kitab Suci Perjanjian Baru memuat
152 ayat yang berkaitan dengan Bunda Maria. Ke-152 ayat tersebut masing-masing
terdapat dalam Paulus 1 ayat, Lukas 89 ayat, Kis. 1 ayat, dan sisanya terdapat pada
Markus, Matius dan Yohanes. Inilah yang disebut keyakinan iman atas kedudukan
dan peranan Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Semua Injil menggambarkan Maria sebagai perempuan beriman mendalam.
Hati Maria yang terbuka kepada Allah merupakan teladan bagi manusia yang
ditandai dengan kesanggupan Maria secara penuh terhadap panggilan Allah. Ia
adalah manusia pendoa yang menanggapi misteri Anaknya dengan menyimpan
baik-baik setiap tanda keallahan Yesus dan merenungkannya di dalam hati. Maria
adalah murid pertama yang bersedia mengikuti Yesus dan menunaikan
pelayanannya dalam jemaat Kristen (Beckman, 2009:16).
Bapa Konsili Vatikan II dalam dokumen LG bab VIII memandang Bunda
Maria sebagai ikon, gambar dan teladan Gereja. Dalam bab VIII ini juga berbicara
mengenai mariologi yang membahas keterlibatan Maria yang mendalam dalam
karya keselamatan Putranya, peranan, fungsi, spiritnya dalam hubungan dengan
Gereja, umat Allah, tubuh mistik, bait/kenisah Roh Kudus. Bunda Maria adalah
teladan umat beriman dalam berkomunikasi dengan firman Allah yang selalu
menuntut jawaban dan sikap bebas, tanggung jawab serta kerjasama atas rencana
Ilahi. Maria adalah sosok guru dan sekaligus murid sebagai bentuk penyerahan diri
kita kepada kehendak Ilahi (Sabato, 2006:75).
Bunda Maria mewujudkan Gereja yang berziarah secara sempurna yakni
bersatu dengan Putranya (koinonia), hamba dan pelayan Kerajaan Allah (diakonia),
mempersembahkan Putranya kepada dunia (kristofania), mewujudkan dan
menyatakan bagaimana keadaan manusia nanti (eskatologia). Gereja memandang
Maria sebagai: perawan (utuh bagi Tuhan) taat kepada-Nya dan keibuan bagi
seluruh manusia. Singkatnya, “Gereja seluruhnya adalah Marialis” (Sabato,
2006:80-82).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Konsili Vatikan II meminta semua umat Allah memandang Maria secara
demikian: “Bunda Allah adalah contoh Gereja, yaitu menurut iman, cinta kasih dan
persatuan sempurna dengan Kristus” (LG, 63). Hal ini terjadi karena manusia
merindukan suatu Gereja yang insani, suatu Gereja yang tidak lagi menyatakan diri
terutama sebagai maskapai atau lembaga melainkan sebagai persekutuan semua
orang yang beriman pada Kristus (Panitia Kehidupan Doa – F.I.C, 1970:37).
Paus Paulus VI melalui Anjuran Apostolik “Marialis Cultus” membahas
tema yang berkaitan dengan posisi Bunda Maria dalam ibadat Gereja. Gereja
menghormati Maria dengan liturgi untuk mengingat peristiwa-peristiwa atau peran
tertentu yang dimiliki olehnya. Maria dipandang Gereja sebagai teladan iman,
kasih, dan kesatuan penuh dengan Kristus (MC 16). Maria diakui Gereja sebagai
perawan yang mendengarkan Sabda Allah, yang pantas diteladani oleh Gereja
dalam beriman (MC 17). Maria diakui Gereja sebagai perawan yang berdoa, yang
pantas diteladan oleh Gereja dalam berdoa (MC 18). Maria juga diakui sebagai
perawan yang mempersembahkan diri kepada Allah, yang harus diteladan oleh
Gereja dalam mempersembahkan dirinya kepada Allah (MC 20). Gereja
menghormati Maria sebagai pengajar hidup rohani setiap orang beriman (MC 21).
Perlu digarisbawahi ajakan Konsili Vatikan II kepada semua orang beriman agar
mereka “dengan murah hati memajukan penghormatan kepada Santa Maria,
terutama dalam liturgi” (Hadiwardoyo, 2017:25-26).
Pada akhir Anjuran Apostolik ini, Paus Paulus VI ingin menegaskan lagi
bahwa Maria telah memainkan peran penting dalam karya penyelamatan dunia
yang dilaksanakan oleh Putranya dan juga dalam hidup serta karya Gereja. Saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
pun, Maria masih berperan di dalam Gereja. Ia berperan sebagai penghibur yang
berduka, penyembuh bagi yang sakit dan pelindung bagi yang berdosa
(Hadiwardoyo, 2017:31).
Paus Yohanes Paulus II menyatakan kembali pandangan Konsili di Efesus
yang mengakui Maria sebagai Bunda Allah karena Yesus, Putranya, sungguh-
sungguh ilahi. Konsili Vatikan II juga mengakui Maria sebagai Bunda Gereja,
teladan Gereja dalam hal iman, kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus
(Hadiwardoyo, 2017:32).
Kepengantaraan Maria erat berkaitan dengan keibuannya. Perantaraan
semacam ini adalah perantaraan yang membawahkan diri kepada perantaraan
Kritus, Putranya. Dengan diangkatnya ke surga, peran Maria dalam karya
penyelamatan dunia tidak berakhir melainkan terus berlangsung dan bahkan
berlipat ganda. Menurut Konsili Vatikan II, Maria diakui sebagai Ratu Semesta
Alam. Selain menjadi pola dan teladan Gereja, Maria juga ikut melahirkan dan
membesarkan putra-putri Gereja. Keibuan Maria bagi Gereja itu didasarkan pada
Sabda Tuhan yang menyerahkan ibu-Nya kepada para murid-Nya, sebagai ibu
mereka. Oleh karena itu, Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, ibu
dalam misteri penebusan. Karena itu pula, Gereja menghormatinya sebagai ibu
rohani seluruh umat manusia (Hadiwardoyo, 2017:36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
3. Spiritualitas Bunda Maria
a. Maria dan Panggilan Kerasulan Umat Awam
Panggilan dan kedudukan umat awam harus dipandang dari dua segi yaitu
berkaitan dengan hidup keseharian dan dari segi teologi. Pandangan ini ditekankan
Konsili Vatikan II dan refleksi teologi sesudahnya. Kesadaran akan peranan kaum
awam semakin berkembang (Sabato, 2006:89).
Panggilan Maria adalah adalah panggilan sebagai umat awam. Panggilan
umat awam, seperti panggilan Maria disebut keibuan mesianis. Saat ini refleksi
teologi berpusat pada panggilan keselamatan yaitu kesadaran bahwa hidup sebagai
umat adalah panggilan keselamatan. Maria menjadi gambaran umat awam karena
sudah menghayati tiga fungsi Yesus: imam, nabi, dan raja. Seluruh Gereja
mengambil bagian dalam peran Yesus sebagai imam, nabi, dan raja berdasar
pembaptisan dan pengurapan Roh Kudus (Sabato, 2006:90-91).
Santa Perawan Maria dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk menjadi Bunda
Tuhan kita Yesus Kristus juga melulu karena karunia Allah. Tidak ada sesuatu pun
dalam diri Maria yang membuatnya layak sehingga Allah memilihnya sebagai ibu
Yesus Kristus. Allah memanggil dan memilih Maria menjadi Bunda Penebus
karena hal itu dikehendaki Allah sendiri (Martasudjita, 2003:15).
Kehidupan Maria mencerminkan sikap penyembahan kepada Allah Putra-
Nya dan Gereja. Bunda Maria adalah pewarta yang pertama yang diberi gelar
sebagai bintang dan pelopor evangelisasi, pendengar dan pelaksana Sabda Ilahi. Hal
tersebut tampak pada sikap dasar yang dimiliki oleh Bunda Maria. Umat diharapkan
memiliki sikap dasar yang sama seperti Maria yakni tekun dalam doa, beriman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
merenung atas kejadian yang dialami untuk memahaminya, sabar dalam
menghadapi persoalan hidupnya (Sabato, 2006:91).
b. Iman Maria
Iman Maria adalah kegembiraan, tetapi juga usaha mencari dengan rendah
hati dan penuh rindu akan kehendak Allah. Di dalam imannya, Maria dapat melihat
tanda-tanda kehadiran Allah. Ia merupakan model bagi Gereja sebab ia memadukan
rasa syukur atas anugerah Allah dengan kesediaan menjadi pelayan bagi orang lain.
Melalui iman, Maria menjadi bahtera keselamatan bagi manusia karena olehnya
Juruselamat dunia datang kepada semua manusia (Haring, 1992:33).
Iman Maria memperkuat iman orang lain. Hal ini ditunjukkan ketika Maria
tetap berdiri tegak di bawah salib Yesus sebagai orang yang imannya tak goyah.
Sabtu Paska merupakan hari yang paling panjang bagi Maria. Ia berjaga dalam
kekosongan. Karena imannya itu ia disebut sebagai putri yang sejati dari Ibrahim,
Bapa segala orang beriman. Terlebih juga karena kebesaran cinta kasih Maria.
Maka sebagai umat beriman dapat meneladani Maria dengan merenungkan
imannya. Karena tak seorangpun dapat menghampiri Allah tanpa iman (Panitia
Kehidupan Doa – F.I.C, 1970:34).
Visi iman Maria adalah rahmat Allah yang meninggikan. Dengan
mengalami ditinggikan oleh Allah yang berkunjung dalam kedinaannya, Maria
melihat petunjuk bagaimana Allah yang melewati umat-Nya bertindak untuk
mengubah keadaan umat-Nya. Kunjungan Allah dilihat oleh Maria dalam iman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
sebagai saat penataan dan pemulihan tata kehidupan yang lebih bermartabat
(Darminta, 1995:21).
Perjalanan iman Maria yang dinyatakan menjadi hamba Allah yang total tak
mudah dan lancar saja. Dengan nubuat Simeon bahwa hati Maria akan tertembus
pedang, yang dinyatakan bahwa pengabdian Maria kepada Allah akan disertai oleh
derita dan kesakitan. Terlebih pada saat ia melihat penderitaan Yesus sebelum
wafat. Derita dalam penyerahan diri kepada kehendak Allah dalam diri Maria sering
dilukiskan bahwa Maria mengalami tindakan yang tidak adil. Tetapi lewat itu
terjadilah proses pemurnian iman yang sesungguhnya, sehingga Maria semakin
mampu mengambil sikap yang benar terhadap karya Allah. Karena itu Bunda Maria
juga semakin dijadikan mampu ikut serta secara efektif dalam karya keselamatan
Allah dengan penuh iman dan kepasrahannya (Darminta, 1994:41-43).
c. Kekudusan Maria
Kekudusan Maria terungkap secara berangsur-angsur dipusatkan sekitar dua
pokok utama yaitu bahwa Maria dibebaskan dari dosa asal oleh jasa Yesus Kristus
pada saat ia dikandung dan berkembang dalam rahmat dan yang kedua kekudusan
berkat kerja samanya dengan anurah-anugerah Roh yaitu iman, harapan dan kasih.
Oleh karena itu, sepanjang hidupnya Maria tetap tanpa dosa dan kudus. Bagi Maria,
kekudusan berarti berkembang dalam kesadaran bahwa Allah benar-benar
mengelilingi dia dan menerobos sepenuhnya dalam dirinya. Ia harus mendorong
kesadarannya menuju kuasa Roh Kudus, ke tingkat-tingkat kesadaran baru bahwa
Allah adalah segalanya dan ia sendiri adalah kekosongan yang dipenuhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
anugerah kasih Allah (Maloney, 1990:98). Dalam hal ini, seluruh tindakan Maria
merupakan dorongan dari Roh Kudus untuk bekerja sama dengan rahmat Allah
selama hidup dalam karyanya di dunia.
Salah satu ciri kekudusan Maria dapat diringkas dengan kata sederhana
yaitu sikap pasrah. Sikap pasrah adalah kebalikan dari sikap gelisah secara jasmani,
jiwani dan rohani. Biasanya sikap gelisah yang tidak pernah tenang disebabkan oleh
hubungan yang kurang tepat antara manusia dan Allah. Sejak masa kanak-kanak,
Maria memiliki sikap pasrah yang dilandasi oleh iman mendalam, kepercayaan dan
kasih akan Allah yang dianugerahkan oleh Roh Kudus. Ia tahu bahwa dalam semua
peristiwa dalam hidupnya, ia dibimbing oleh kekuatan tangan Allah Bapa yang
penuh kasih (Maloney, 1990:114).
Sebelum Putra Ilahinya berkhotbah tentang Bapa surgawi yang penuh
perhatian dan kasih, Maria telah mengalami kedamaian dan kegembiraan memasuki
kehidupannya karena ia menghayati hidup penuh penyerahan, kepercayaan dan
kasih kepada Bapa surgawi. Kegembiraan Maria tidak tergantung dari keadaan-
keadaan yang sedang dialaminya. Entah ia sedang melarikan diri dari pedang
serdadu-serdadu Herodes yang dendam ke pembuangan di Mesir atau ia sedang
dihina oleh orang-orang yang memperolok Putranya (Maloney, 1990:114).
Maria tetap bersikap pasrah dan selalu dipenuhi kegembiraan, sebab
kekuatannya berada dalam Allah. Dari hal tersebut, Maria mengajarkan kita untuk
tidak lari dari keadaan yang membawa penderitaan melainkan menemukan sikap
pasrah dengan keadaan tersebut. Sikap pasrah Maria tersebut dibangun atas dasar
keyakinan bahwa Allah bekerja dalam semua peristiwa hidupnya. Pandangan inilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
yang memperkembangkan dalam diri Maria suatu harapan yang mendalam. Bagi
Maria, harapan pada Allah menghasilkan sikap hormat yang memberikan kepada
Allah kebebasan sempurna untuk berbuat pada hamba-Nya, Maria, apapun yang
dikehendaki-Nya (Maloney, 1990:115).
d. Belas Kasih Spiritualitas Penyerahan Diri dan Pelayanan Maria
Belas kasih merupakan salah satu spiritualitas Maria yang amat dominan,
mulai dari kesediannya menjadi Bunda Yesus melalui kabar malaikat hingga tiba
saatnya ia berada di kaki salib ketika ia diserahkan oleh Sang Putera menjadi Bunda
Gereja. Gereja dari hari ke hari senantiasa mengalami belas kasih Maria. Cinta,
perhatian dan kelembutan Maria mengalir terus dalam perjalanan Gereja karena dia
adalah Bunda Gereja. Cinta, perhatian dan kelembutannya memporak-porandakan
hati yang beku, egoisme dan kesombongan sehingga semua berubah menjadi
keterbukaan, pelayanan dan persaudaraan (Talibonso, 1994:142-143).
Di kaki salib, Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid yang dikasihi-
Nya. Penyerahan ini melambangkan bahwa Maria secara resmi diserahkan kepada
Gereja. Bunda yang menjadikan belas kasih sebagai spiritualitas pelayanannya
kepada Sang Putera, kini mewujudkan belas kasih itu kepada Gereja. Bunda Maria
adalah Bunda Gereja yang mewarnai gaya hidupnya dengan belas kasih. Oleh
karena itu Gereja mengambil alih belas kasih tersebut dan menjadi salah satu
spiritualitasnya dalam melayani umat (Talibonso, 1994:145).
Talibonso (1994:145) juga menyampaikan bahwa belas kasih yang menjadi
spiritualitas Bunda Maria juga nampak pada pelayanannya dalam keluarganya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Nazaret yang patut diteladani oleh keluarga Kristiani. Dengan keibuan yang berakar
dari belas kasih, Maria bersama Yusuf membina keluarga mereka dalam
membesarkan Yesus. Dalam keluarga Kristiani, nilai-nilai luhur perkawinan
dipegang amat teguh. Teladan Maria dan Yusuf ketika membesarkan Yesus perlu
diperhatikan untuk mendidik anak-anak. Anak-anak adalah buah cinta, oleh karena
itu orang tua wajib membimbing anak-anak dan memperhatikannya dari berbagai
segi perkembangan anak.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa Maria adalah
teladan umat beriman. Dalam diri Maria nampak belas kasih yang menjadi
spiritualitasnya. Hal ini pun menjiwai seluruh karya pelayanannya terhadap Yesus
dan Gereja. Nilai-nilai keibuannya seperti ketenangan, kesabaran,
kelemahlembutan serta belas kasih tidak pernah terpisah dalam hidupnya
(Talibonso, 1994:147).
Talibonso (1994:147) menyampaikan bahwa dalam pelayanannya, belas
kasih yang menjadi spiritualitas Maria dapat digolongkan menjadi dua bagian.
Pertama berupa belas kasih dalam aksi. Belas kasih dalam aksi adalah spiritualitas
pelayanan Maria yang nyata dalam tindakannya mulai dari kesediannya
mengandung Sang Putra hingga pada penyerahan dirinya oleh Sang Putra kepada
Gereja di kaki salib. Kedua berupa belas kasih dalam kontemplasi. Ini adalah gaya
hidup Maria, sikap batin yang terutama dijiwai oleh kelembutan dan keibuannya
dimana ia selalu merenungkan peristiwa-peristiwa besar dalam hatinya untuk diolah
dan menjadi kekayaannya yang sekaligus menjadi kekayaan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
e. Butir-butir Spiritualitas Bunda Maria yang Dapat Diteladani
Suparyanto (1994:150) menyampaikan bahwa kita perlu menyadari, Maria
mengahayati hidupnya di tengah-tengah masyarakat yang memandang rendah
wanita. Hidup Maria tidak bisa dilepaskan dari hidup Yesus. Dalam konteks
tersebut, kita akan menggali nilai-nilai hidup Maria yang bisa diteladani. Berikut
ini akan disampaikan beberapa pokok hidup Maria yang bisa diteladani oleh umat
jaman sekarang:
1) Terlibat dalam tata penyelamatan
Allah merupakan misteri bagi kehidupan manusia. Allah yang adalah
misteri itu membuka diri-Nya pertama-tama dengan memperkenalkan pribadi-Nya
yang penuh kasih. Pernyataan tersebut dinyatakan melalui janji-janji-Nya. Jawaban
terhadap janji tersebut adalah iman dan pengharapan (Suparyanto, 1994:150).
Iman bagi Maria adalah menerima Yesus dalam kandungannya,
memelihara-Nya dengan darahnya dan melindungi-Nya dengan hidupnya sendiri.
Sebelum Sabda menjadi Manusia dalam kandungannya, Maria menerima Sabda itu
dengan imannya. Dalam diri Maria, janji penyelamatan Allah menjadi konkret.
Janji Allah untuk menyelamatkan manusia seluruhnya dipenuhi dalam totalitas
hidup Yesus. Janji Allah terealisasi dalam diri Yesus. Dengan demikian, kesediaan
Maria untuk menjadi Bunda Yesus merupakan keterlibatan dalam tata
penyelamatan Allah (Suparyanto,1994:151).
2) Taat dalam Iman
Setelah malaikat membentangkan kepada Maria peranannya dalam tata
penyelamatan, maka Maria merelakan diri menjadi hamba Tuhan. Sebagai hamba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Tuhan, Maria hidup taat. Dasar ketaatan Maria yang merelakan diri untuk menjadi
hamba Tuhan tampak pada saat Maria memberikan jawaban atas kesanggupannya
untuk mengandung Yesus (Suparyanto, 1994:151).
3) Percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi
Suparyanto (1994:151) menyampaikan bahwa sikap iman Maria terungkap
dalam penyerahan dan jawaban YA-nya terhadap tawaran warta gembira dari
malaikat. Iman Maria dalam menerima kabar itu diungkapkan dengan nada
gembira. Hal ini ditunjukkan melalui nyanyian pujian. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Maria mengandalkan penyelenggaraan ilahi dan percaya kepada
Allah. Kepercayaan itu mendorong dia untuk selalu berusaha mencari yang
dikehendaki Allah bagi dirinya.
4) Siap sedia selaku hamba
Di hadapan Allah, Maria bukan manusia sempurna. Maria sering mengalami
kegelapan iman. Namun Maria selalu terbuka kepada kehendak Allah sehingga
dalam keterbatasannya pun dia selalu terarah pada tawaran Allah dan bisa
mengatasi keterbatasannya yang menyesatkan. Kesiap-sediaan Maria ditunjukkan
dengan meninggalkan segala-galanya demi kehendak Allah yang dicintai dan
mencintainya. Dia tidak pertama-tama mencari kepentingan dirinya selain
kehendak Allah (Suparyanto, 1994:152).
5) Ibu yang Setia
Suparyanto (1994:152) menyampaikan bahwa kesetiaan Maria sangat
menonjol pada saat dibutuhkan. Pada saat banyak orang mulai ragu dan sangsi
mengenai isi imannya kepada Yesus, Maria hadir. Kehadiran Maria menyentuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Putranya yang tergantung pada kayu salib. Bagi Maria, dia menjadi setia karena dia
terus-menerus menjalin relasi dengan Putra yang dikasihinya. Makin dekat dan
personal hubungan itu makin menambah sikap untuk setia.
6) Pelindung
Dalam hidup menggereja, Maria sering dijadikan sebagai pelindung kota,
gereja-paroki, kelompok doa, atau tarekat-tarekat religious. Menjadikan Maria
sebagai pelindung merupakan salah satu cara untuk menghormatinya. Dalam
penghormatan kepada Maria, perhatian pada peristiwa-peristiwa hidupnya atau
segi-segi kepribadiaanya mendapat tekanan berbeda-beda. Penghormatan itu
memperlihatkan bahwa Maria dekat dengan setiap orang yang berusaha hidup
mengikuti Yesus (Suparyanto, 1994:152).
Berdasarkan butir-butir diatas, Maria menjadi teladan bagi para pengikut
Yesus Kristus. Maria menjadi pola dasar dalam beriman. Masing-masing orang
sesuai dengan kedudukan dan perannya dapat menemukan teladannya. Semua
wanita/ibu dapat melihat keteladanan Maria, khususnya sikap dasar Maria dalam
berelasi dengan Allah (Suparyanto, 1994:153).
B. Tahap-tahap Kedewasaan Iman
1. Arti Kedewasaan Iman
a. Pengertian Iman
Supratiknya (1995:47) menyampaikan pandangan Cantwell Smith dan
Fowler yang menyatakan perbedaan antara faith, belief dan religion. Menurutnya,
faith dapat diuraikan sebagai sesuatu yang terpisah dari perwujudan konkret ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
doctrinal, keyakinan-keyakinan dan pernyataan kepercayaan (beliefs). Sedangkan
belief merupakan seluruh isi keyakinan dan pandangan religious yang diungkapkan
dalam representasi tertentu dan dianggap benar sebagai ajaran resmi agama yang
bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa belief adalah suatu tindakan pengetahuan
yang didasarkan pada suatu tingkat evidensi yang rendah. Religion diartikan
sebagai suatu kumpulan tradisi kumulatif yang semua pengalaman religius dari
masa lalu dipadatkan dan diendapkan ke dalam seluruh sistem bentuk ungkapan
tradisional yang bersifat kebudayaan dan lembaga.
Faith adalah suatu tindakan percaya yang intens, fundamental dan sangat
pribadi. Faith adalah “orientasi seluruh pribadi” dan “merupakan cara fundamental
untuk percaya dan menanggapi hidup yang terjadi dalam bentuk keagamaan
tradisional, seperti Kristen dan Islam atau tidak”. Jika faith merupakan suatu
tindakan yang mendasar dari kepercayaan hidup dan kesetiaan eksistensional, faith
dapat dipandang sebagai “kepercayaan hidup” atau “kepercayaan eksistensional”
yang jauh lebih fundamental dan pribadi daripada religion dan belief (Supratiknya,
1995: 48).
Perlu ditekankan bahwa kepercayaan hidup harus dipandang sebagai suatu
tindakan asli eksistensi manusia sebagai upaya mencari arti dan makna. Hal tersebut
berarti bahwa human faith tidak boleh dipandang sebagai milik statis atau sebagai
kata sifat, melainkan sebagai aktus dinamis atau sebagai kata kerja. Oleh karena itu
Fowler menciptakan suatu istilah baru dalam bahasa bahasa Inggris yaitu faithing.
Faithing dipandang sebagai suatu dinamika pemberian arti supaya manusia dapat
menyingkapkan arti hidupnya (Supratiknya, 1995: 48-49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
b. Tahap-tahap Perkembangan Iman
Supratiknya (1995:95) menyampaikan kembali pandangan Fowler bahwa
perkembangan iman mencerminkan suatu kesadaran diri yang semakin intens,
sesuai dengan urutan tahap yang dilewati oleh setiap pribadi. Tahap-tahap tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Tahap Kepercayaan Awal dan Elementer (Primal Faith): Usia kanak-kanak, 0 – 2 tahun
Tahap awal ditandai oleh cita rasa yang bersifat praverbal terhadap kondisi
eksistensi yaitu rasa percaya dan setia yang elementer pada semua orang dan
lingkungan yang mengasuh sang bayi dan pada gambaran kenyataan yang paling
akhir dan mendasar. Kepercayaan eksistensial menyusun gambaran tentang
kekuasaan akhir yang dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul
dalam diri anak kecil sebagai akibat dari ancaman peniadaan hidup dan pemisahan
dirinya dari para pengasuhnya. Karena berkat lingkungan pengasuh dan orang lain
yang mencerminkannya secara berangsur-angsur, anak kecil belajar membedakan
kebaikan yang dirasai sebagai hal yang dapat dipercaya dan kejahatan yang harus
dicurigai dan dihindari sebagai sumber bahaya dan ancaman (Supratiknya, 1995:
96-99).
Fungsi kepercayaan elementer awal adalah menciptakan suatu jaringan kuat
yang terjalin oleh sejumlah arti vital yang dapat diandalkan dan sejumlah relasi
kepercayaan serta kesetiaan yang tidak dapat diragukan, demi menanggulangi
ketakutan yang mendasar akan ketiadaan dan perasaan asli tentang rapuhnya segala
sesuatu yang ada. Kepercayaan elementer adalah suatu rassa yang menyusun
gambaran atau pragambaran. Pragambaran Allah dan lingkungan yang mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
dan akhir mempunyai matriks ontogenetiknya pada gambaran anak tentang
pengasuhnya (Supratiknya, 1995: 99-100).
Pengalaman kepercayaan akan suatu Allah telah digariskan dan
dilambangkan oleh para pengasuh utama. Pada tingkat rendah ini Allah telah
dialami dalam keselarasan-Nya sebagai kehadiran yang ramah sekaligus tegas yang
mengarahkan kepada manusia sekaligus sebagai ketidakhadiran yang dirindukan
dan menakutkan karena menolah untuk memperlihatkan wajah-Nya kepada
manusia (Supratiknya, 1995: 101).
2) Tahap Kepercayaan Intuitif-Proyektif: Masa kanak-kanak, umur 2 – 6 tahun)
Jenis anak yang ditemukan pada tahap ini adalah anak yang didorong oleh
rasa diri yang terbagi antara keinginan untuk mengekspresikan dorongan hatinya
dan ketakutannya akan ancaman hukuman karena kebebasannya yang tanpa batas
dan tanpa kekang. Kira-kira pada umur 2 tahun, suatu revolusi kognitif baru akan
terjadi dalam hidup si anak. Tahap pertama yang preverbal diakhiri dengan
timbulnya kesanggupan berbahasa. Anak belajar menguasai dan menggunakan
bahasa menurut peraturan bahasa itu sendiri. Maka, ia memiliki suatu medium baru
untuk menyusun, mengatur dan mengantarai seluruh relasinya dengan dunia, orang
lain dan dirinya sendiri (Supratiknya, 1995: 104).
Seandainya Allah dibayangkan sebagai Pencipta dan Sumber Hidup, maka
anak pun memahami hal itu menurut pola pemikiran magi. Hal ini disebabkan
karena dunia pengalaman anak praoperasional bercorak magi dan menonjolkan sifat
berubah-ubah, kebetulan, penuh canda dan tidak dapat diramalkan. Dunia anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
masih penuh dengan “jiwa”, “dijiwai” oleh bermacam-macam roh halus. Keadaan
ini disebut “animisme” (Piaget) yaitu anak percaya pada roh-roh yang mendiami
sekalian benda seperti pohon, batu, sungai, gunung dan sebagainya. Menurut
pandangan animisme ini, awan-awan bisa tahu dengan tepat ke mana mereka mau
menjatuhkan hujan sehingga anak dapat memanggil Allah agar Ia menciptakan
keadaan tertentu dengan mengambil suatu tindakan magis. Tentu hal ini sesuai
dengan keinginan si peminta (Supratiknya, 1995:110).
Anak telah belajar berbahasa dan bercakap-cakap serta daya fantasinya
menguasai seluruh orientasi mental. Maka seluruh dunia pengalaman dipercaya dan
diperindah dengan cerita, simbol, isyarat dan perumpamaan konkret. Imajinasi,
pengamatan dan perasaan dirangsang dan dijiwai oleh gambaran-gambaran kuat
tentang makhluk dan kekuatan gaib yang melindungi atau mengancam hidup anak.
Sikap hormat dan doa orang tua dan orang dewasa lain membuktikan bahwa pasti
ada kekuatan tak kelihatan dengan kewibawaan lebih tinggi yang jauh melampaui
kekuatan dan daya mereka. Dengan kata lain, melalui sikap dan isyarat orang tua,
anak memperoleh dan memperkuat kesadaran mengenai adanya kekuatan gaib yang
samar-samar namun amat berdaya yang menguasai hidup orang tua dan seluruh
alam semeseta (Supratiknya, 1995:110).
3) Tahap Kepercayaan Mitis-Harfiah: Masa kanak-kanak dan selanjutnya, umur 6-11 tahun)
Pada tahap ini, dunia anak seusia ini sudah memasuki dunia pengalaman
seorang anak usia sekolah. Pada usia ini, anak ingin memantapkan kemandirian dan
mengokohkan rasa harga dirinya dengan mengembangkan dan mengokohkan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
harga dirinya dengan mengembangkan dan meperlihatkan potensi sosialnya. Ia
sangat tahu bahwa apabila ia melaksanakan tugasnya secara mantap sesuai
kompetensi maksimal, orang lain akan mengakui dan dan memujinya sebagai orang
terampil yang dapat melaksanakan tugas tanpa bantuan dari orang lain. Dapat
dikatakan bahwa anak dapat menyusun identitasnya berdasarkan rasa yang ingin
diakui dan dimiliki oleh seluruh kelompok keanggotaannya (Supratiknya,
1995:121).
Alasan tahap ini ditandaskan dengan istilah “mitis” karena cerita “mitis”
merupakan unsur pembentuk kognitif dan struktural utama dalam proses
pembangunan identitas dari sosial dan hidup kepercayaan anak. Cerita mitos ini
sungguh penting karena dapat menjadi kunci utama bagi anak untuk membuka
rahasia dunia konkret yang terdalam serta menyediakan gambaran penuntun
religius anak mengenai lingkungan yang paling akhir yaitu Allah. Sedangkan alasan
tahap ini ditandaskan dengan istilah “harfiah” karena ternyata pada tahap ini anak
sebagian besar menggunakan simbol dan konsep menuju rujukan konkret
(Supratiknya, 1995: 127-128).
Pada tahap mitis-harfiah, Allah tidak lagi digambarkan dalam konteks
imajinasi pra-antropomorf, melainkan lebih dipahami menurut simbolisasi
antropomorf. Allah dipandang semata-mata sebagai seorang pribadi, ibarat orang
tua atau seorang penguasa yang bertindak dengan sikap memperhatikan secara
konsekuen, tegas dan jika perlu keras. Singkatnya, Allag bagaikan raja yang
membuat undang-undang. Allah semacam ini tidak hanya mempunyai kekuasaan
mutlak untuk menciptakan, tetapi juga memiliki perasaan dan kehendak tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
yang sungguh memperhatikan niat dan motivasi manusia. Dalam membuat
keputusan, Allah bagaikan orang tua yang adil dan baik, terikat pada hokum
“resiprositas”, dan “keadilan-kejujuran” (fairness) serta “peraturan permainan
hidup sosial” yang menuntut bahwa Allah sendiri juga harus menenggang maksud
dan upaya perjuangan orag lain (Supratiknya, 1995: 130).
4) Tahap Kepercayaan Sintesis-Konvensional: Masa adolsen dan seterusnya, umur 12 – masa dewasa)
Pada umur 12 atau 13 tahun suatu perubahan baru terjadi dalam struktur
pengartian si remaja. Muncullah berbagai macam kemampuan kognitif yang
berpolakan operasi formal dini sehingga anak secara terpaksan harus meninjau
kembali pandangan hidupnya. Gaya kognitif baru ini memungkinkan terjadinya
suatu cara interaksi sosial baru (Supratiknya, 1995: 134).
Pertanyaan mengenai jati dirinya mulai menghantui pikirannya. Fungsi dan
tugas kepercayaan adalah mensintesiskan dan mengintegrasikan bermacam-macam
bayangan diri serta menjadikannya satu kesatuan diri atau identitas diri yang
koheren dan yang dapat berfungsi baik. Di dalam sintesis identitas diri ini, berbagai
bagian ego yang dipantulkan kembali oleh semua orang lain dalam bentuk
bayangan diri serta aneka pengalaman dan keterlibatan sosial semuanya
dipersatukan. Oleh karena itu Fowler menyebut tahap ini dengan istilah “sintesis”
(Supratiknya, 1995: 135).
Sintesis identitas diri global yang nonanalitis dan nonrefleksif biasanya
didukung dan diperkuat secara ekstrinsik oleh suatu ideologi atau pandangan dunia
yang masih bersifat implisit, tak terucapkan dan belum direfleksikan secara kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
pula. Akibatnya, sintesis dari berbagai macam pandangan dan nilai kepercayaan
tersebut belum bersifat pribadi dan sebagian besar bersifat irefleksif. Visi global
yang memperkuat kesatuan identitas diri menjadi mungkin karena remaja semakin
sanggup untuk secara refleksif dan bersikap mengambil jarak mempersatukan
sekian banyak cerita spontan menjadi satu sintesis konstruktif berupa “supra-cerita”
(cerita utama) berdasarkan arti abstrak dan umum. Identitas diri dibangun
berdasarkan rasa kesetiakawanan, kesetiaan dan kepercayaan kepada orang lain.
Pola kepercayaan ini disebut “konvensional”, sebab secara kognitif, afektif dan
sosial seorang remaja menyesuiakan diri dengan orang lain (Supratiknya, 1995:
135).
Apabila remaja mengalami ketegangan kognitif-sosial atau soal-soal yang
mendua-arti lainnya, maka ia akan mencoba mengatasi segalanya itu berdasarkan
autoritas ekstern yang dipandang sah, karena ia belum dapat mengandalkan
perasaan dan pendapatnya secara pribadi yang belum mandiri dan masih terasa
sedikit kacau-aneh. Oleh karena itu, semua ini perlu memainkan peranan dalam
pergeseran yang terjadi pada gambarannya mengenai Allah. Allah dipandang
menurut model “kepribadian” dan sifat “pribadi” yaitu sebagai Pribadi Lain yang
penuh misteri dan daya pesona. Pribadi Lain yang ilahi ini terasa sangat penting
bagi pribadi remaja karena Dialah yang menopang seluruh daya upaya hidup remaja
tersebut (Supratiknya, 1995: 136).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
5) Tahap Kepercayaan Individuatif-Reflektif: Masa dewasa awal dan sesudahnya, umur 18 tahun dan seterusnya
Usia 18 atau sekitar umur 20 tahun sekali lagi orang mengalami suatu
perubahan yang mendalam dan menyeluruh dalam hidupnya. Pertama, Pada tahap
ini muncul suatu kesadaran jelas tentang identitas diri yang khas dan otonomi
tersendiri, diperjuangkannya suatu jenis kemandirian baru, yakni kesadaran diri dan
refleksi yang mendalam. Perubahan penting yang kedua adalah bahwa berkat daya
operasional formal dan sikap refleksivitas dirinya yang tinggi, orang dewasa muda
mulai mengajukan pertanyaan kritis mengenai keseluruhan nilai, pandangan hidup,
keyakinan kepercayaan dan komitmen yang sampai saat itu bersifat tak diucapkan
serta diterima sebagai benar dan sah (Supratiknya, 1995: 160).
Orang dewasa muda sendiri yang harus memikul tugas menentukan pilihan
dan menyingkirkan sekian banyak alternatif lain menyangkut komitmen dalm hidup
dan kepercayaan yang terbuka baginya. Ia tidak dapat bersandar lagi pada orang
lain, tetapi dengan berani dan kritis ia sendiri harus memikul tanggungjawab
terhadap pilihannya secara eksplisit mengenai ideologinya. Perubahan juga terjadi
menyangkut pandangan dan sikapnya terhadap orang lain dan kelompok. Orang
dewasa muda sanggup memahami dirinya dan orang lain tidak hanya menurut pola
sifat “pribadi” atau “antarpribadi”, melainkan juga sebagai bagian dari suatu sistem
sosial institusional (Supratiknya, 1995:161).
Tahap ini juga menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos,
dsb., sehingga dengan tepat bisa disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala
macam simbol dan mitos mulai diselidiki secara radikal-kritis. Ini berarti bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
simbol tidak lagi dipandang identic dengan isi sakral yang dilambangkan,
melainkan sebagai sarana ekstern (Supratiknya, 1995:161).
Gambaran orang dewasa muda mengenai Allah memperlihatkan unsur-
unsur individuatif-reflektif dan kritis-rasional. Dengan sikap kritis ia mencari dan
menyusun suatu gambaran tentang Allah yang dapat dipertanggungjawabkan secara
pribadi dan rasional. Sesuai dengan kecenderungan individuatifnya, kini Allah
dicari dalam diri pribadi sendiri dan dikaitkan dengan ego eksekutif yang bersumber
pada autoritasnya sendiri. Allah sering tampak dalam dirinya bahkan dihayati
sebagai suara hatinya sendiri yang mendorong orang dewasa muda untuk memikul
tanggungjawab, menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri. Oleh
karena itu, gambaran Allah pun juga bergantung pada ego itu, bahkan mungkin
merupakan sejenis proyeksi diri dari ego tersebut (Supratiknya, 1995: 180).
6) Tahap Kepercayaan Konjungtif: Usia setengah baya dan selanjutnya, umur minimum sekitar 35/40 tahun)
Dengan istilah konjungtif, Fowler hendak menjelaskan titik pandangan
hidup yang khas pada tahap ini. Segala hal yang bersifat pertentangan dan
kontradiksi kini dipersatukan dalam suatu kesatuan utuh yang lebih tinggi dan
melampaui segala pertentangan tanpa meniadakannya. Pada tahap ini sang pribadi
merasa sungguh-sungguh peka terhadap segala macam paradoks, pertentangan,
kontradiksi yang ingin dipersatukannya (Supratiknya, 1995: 187).
Pada tahap ini timbullah sejenis diri yang baru. Diri ini bukan lagi “diri
eksekutif dan institutif” dan tidak identic dengan ego rasional yang memiliki control
mutlak. Diri baru ini adalah “diri antarpribadi” dan merupakan suatu diri yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
utuh-integratif yang mengacu pada keutuhan keseluruhan pribadi. “Diri
antarpribadi” tidak lagi berakar dan meresap di dalam ego eksekutif, sang
pengontrol rasional, melainkan memiliki ego yang merupakan bagian dari seluruh
diri kepribadian yang lebih mendalam dan luas. Di dalam diri yang utuh-integral,
yang didorong oleh daya dan semangat keseluruhan dan keutuhan berbagai
pertentangan dan ketegangan diintegrasikan ke dalam kesatuan diri yang lebih
tinggi (Supratiknya, 1995: 191).
Pada tahap kepercayaan konjungtif, iman untuk pertama kali secara pribadi
dan kritis dirasakan sebagai kekuatan eksistensial yang paling benar dan paling
penting, jauh melampaui segala daya manusia yang terbatas. Meskipun kekuatan
itu bekerja dari dalam lubuk hati dan dasar terdalam eksistensi manusia,
pengaruhnya sangat halus, sedikit tersembunyi dan hanya tampak secara perlahan-
lahan. Cara kerja Allah terhadap manusia sungguh-sungguh halus dan niat-Nya itu
ditunjukkan secara berangsur-angsur melalui dan di dalam proses hidup sang
pribadi sendiri. Bukan melalui perintah-perintah yang ditetapkan dari luar atau atas.
Kehendak Allah tampak dalam seluruh perjalanan pengalaman hidup yang
berproses. Seluruh pribadi menanggapi undangan Allah untuk menjadi partner-Nya
dalam usaha bersama mewujudkan “Kerajaan Allah” (Supratiknya, 1195: 213).
7) Tahap Kepercayaan yang Mengacu pada Universalitas: Usia pertengahan dan selanjutnya, sekitar 30 tahun)
Kepercayaan yang mengacu pada Universalitas sebenarnya jarang terjadi.
Jika terjadi, biasanya berkembang sesudah umur 30 tahun. Tahap kepercayaan ini
terutama muncul pada tokoh-tokoh besar di sejarah agama. Perubuhan kognitif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
afektif dan sosial tampak dalam bentuk reorientasi diri pribadi. Pribadi melepaskan
diri sebagai pusat istimewa proses konstitusi kepercayaan dan semakin mundur ke
belakang. Pribadi mengosongkan diri, tetapi sekaligus mengalami diri sebagai
makhluk yang berakar dalam Allah dan daya kesatuan Adanya yang menjadi
inspirasi utama, pusat tunggal dan satu-satunya perspektif baginya (Supratiknya,
1995:218).
Pribadi yang berada dalam pola kepercayaan yang mengacu pada
universalitas ini mampu mengatasi seluruh ketegangan dan paradoks. Tahap ini
melampaui paradoks dengan cara hidup yang disiplin etis dan mati raga yang tinggi
mengaktualisasikan visi dan pemahaman universalitas konkret. Seluruh
pertentangan dan paradoks ini dihayati sebagai bagian hakiki dari seluruh kesatuan
utuh Adanya. Namun kini seluruhnya disatupadukan dalam suatu pemahaman
terhadap kesatuan dari seluruh yang ada, yang sifatnya tidak lagi paradoksal
(Supratiknya, 1995: 221).
2. Kedewasan Iman
Menjadi dewasa dalam iman berarti manusia dibentuk menurut Kristus yang
sebagai modelnya. Sebab Dialah Tuhan yang mewahyukan diri dan perwujudan
sempurna atas jawaban yang menanggapi panggilan Allah. Yesuslah perwujudan
kesempurnaan religious dan moral (Fuster, 1985: 14).
Dewasa dalam iman juga dapat diartikan bahwa manusia dengan bantuan
rahmat Allah mewujudkan kemampuan batin yang diterima sewaktu dibaptis untuk
menjadi serupa dengan Yesus. Namun, bukan berarti manusia kehilangan identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
diri dalam kesatuannya dengan Yesus. Justru Kristus hidup dalam diri manusia
dengan segala keunikannya dan Ia hadir untuk membantu manusia mewujudkan
identitasnya yang unik sesuai dengan kehendah Allah (Fuster, 1985: 14).
Fuster (1985: 15) menyatakan bahwa menjadi dewasa dalam iman berarti
manusia secara perlahan-lahan semakin terlibat dalam perutusan Yesus. Yesus
diutus oleh Bapa-Nya ke dunia untuk mewahyukan Allah kepada manusia dan
membawa umat manusia kembali kepada Allah. Kedewasaan dalam iman dapat
bertumbuh kembang jika umat manusia bekerja sama dengan Kristus dalam
membangun Tubuh-Nya dan menyatukan seluruh umat manusia dengan Dia.
Kedewasaan iman yang tumbuh dan berkembang dapat menghasilkan buah-
buah yang bisa dilihat dan dialami oleh setiap manusia. Misalnya, seorang pemuda
tekun meresapkan Sabda Tuhan dalam hidupnya, ia menjadi lebih bertanggung
jawab dalam menyiapkan masa depannya, menjujung tinggi nilai-nilai moral, suara
hatinya lebih dipertajam, melihat kebutuhan orang lain, sabar, setia, giat
memperkembangkan iman rekan-rekannya (Fuster, 1985:15).
C. Legio Maria
1. Pengertian Legio Maria
Legio Maria adalah perkumpulan orang Katolik yang telah mendapat
pengesahan Gereja dan berdiri kuat di bawah pimpinan kuat Bunda Maria untuk
bertempur dalam peperangan abadi antara Gereja melawan dunia dan kekuatan
jahatnya. Legio dapat disebut sebagai pejuang cinta kasih. Maria dan para umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
berkumpul untuk mewujudkan cinta kasih kepada semua umat (Rahman Tamin,
1960:7).
Penerimaan anggota pertama para legioner Maria dilaksanakan di Myra
House, Francis Street, Dublin, Irlandia pada tanggal 7 September, pukul 8 petang
tahun 1921 menjelang hari raya kelahiran Bunda Maria. Pada awalnya perkumpulan
ini dikenal sebagai “Puteri Kerahiman” dan kemudian perkumpulan ini dikenal
sebagai “Perkumpulan Puteri Kerahiman”. Berdasarkan penerimaan anggota
pertama, ditetapkanlah tanggal 7 September sebagai hari kelahiran Legio Maria
(Rahman Tamin, 1960:9).
2. Pendiri Legio Maria
Frank Duff adalah pendiri Legio Maria.Ia lahir di Dublin, Irlandia pada
tanggal 7 Juni 1889. Ia menjadi pegawai pemerintah pada usia 18 tahun. Pada saat
umur 24 tahun ia bergabung dengan Serikat Santo Vincentius dimana ia dibina
menuju penghayatan iman Katolik yang lebih dalam dan bersamaan dengan itu ia
memperoleh kepekaan tinggi akan kebutuhan orang miskin (Pandoyoputro,
1993:5).
Bersama-sama dengan sekolompok wanita Katolik dan Pater Michael
Toher, Uskup Agung Dublin, membentuk presidium Legio Maria yang pertama
pada tanggal 7 September 1921. Sejak hari itu sampai akhir hayatnya, 7 November
1980, ia membimbing perluasan Legio ke seluruh dunia dengan pengabdian gagah
berani. Ia hadir dalam Konsili Vatikan II sebagai pengamat awam. Pengertiannya
yang mendalam tentang peran “Perawan yang Terberkati” dalam rencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
penyelamatan, seperti juga tentang peran awam yang setia dalam tugas misi
Gerejawi (Pandoyoputro, 1993:5).
3. Tujuan Legio Maria
Tujuan Legio Maria adalah kemuliaan Allah melalui pengudusan
anggotanya yang dikembangkan dengan doa dan kerjasama aktif di bawah
bimbingan Gereja. Dengan izin Konsilium dan peraturan-peraturan yang tercantum
dalam buku pegangan resmi Legio, maka Legio Maria menyediakan diri untuk
membantu Uskup setempat dan Pastor Paroki melaksanakan karya pelayanan sosial
dan aksi Katolik yang dirasa pantas oleh pejabat Gereja. Para Legioner tidak boleh
melakukan tugas-tugas di atas tanpa izin Pastor Paroki atau Uskup (Rahman Tamin,
1960:10).
4. Semangat Legio Maria
Semangat Legio Maria adalah semangat Maria sendiri. Semangat Maria ini
akan tampak pada kerendahan hati Maria yang luar biasa, ketaatannya yang
sempurna, keindahannya yang laksana malaikat. Legio Maria juga mencerminkan
sikap Maria yang berdoa terus-menerus, mati raga yang menyeluruh, kemurniannya
yang tak bercela, ketaatannya yang gagah berani, kebijaksanaannya yang surgawi,
pengorbanannya untuk kasih akan Allah dan di atas segala imannya bahwa
kebajikan tanpa batas hanya ada pada dirinya dan tidak ada duanya. Oleh karena
dijiwai oleh kasih dan iman Maria, maka para legioner sanggup melaksanakan tugas
apa saja yang diberikan dan tidak akan mengeluh (Pandoyoputro, 1993:13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
5. Motivasi Menjadi Legioner
Senatus Legio Maria (2011: 5) menyampaikan bahwa dalam usaha
membangun dan menumbuhkembangkan motivasi menjadi legioner perlu
memahami dan menghayati karya Legio Maria dengan baik. Alasan dasar yang
keluar dari niat yang murni dan tulus inilah yang membuat seseorang akan punya
komitmen terhadap keputusan yang diambil. Motivasi yang diharapkan menjadi
Legioner adalah:
a. Ingin menghayati sakramen baptis
Dalam Gal 3:27 disebutkan bahwa semua umat beriman yang telah dibaptis
telah mengenakan Kristus. Maksudnya adalah umat yang telah dibaptis hidupnya
harus berpola pada Kristus, yakni berlandaskan kasih, hidup dalam kebenaran,
tekun melayani, menciptakan kerukunan dan kedamaian meskipun semua itu harus
disertai dengan pengorbanan (Senatus Legio Maria, 2011:5).
b. Memenuhi himbauan Kristus dalam sabda-Nya (Mat 28:18-20)
Yesus mendekati mereka dan berkata, “KepadaKu telah diberikan segala
kuasa si surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman”. Ayat
tersebut menegaskan bahwa para murid Yesus diundang untuk mewartakan kabar
sukacita atau keselamatan. Inilah yang harus menjadi alasan para legioner masuk
dalam Organisasi Kerasulan Awam Legio Maria, mau membantu karya Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
untuk mewartakan ajaran-Nya dan menyebarluaskan Kerajaan-Nya (Senatus Legio
Maria, 2011:6).
c. Menjadikan Kerasulan Legio Maria sebagai persembahan hidup kepada Tuhan dan Gereja-Nya
Merasul melalui Legio Maria ini merupakan persembahan kepada Kristus
dan Gereja-Nya. Persembahan kepada Kristus dan Gereja harus dilaksanakan
dengan baik dan sepenuh hati. Oleh karena itu, para legioner perlu ditegaskan untuk
menyadari dan memahami bahwa rapat dan tugas bukan sebagai beban melainkan
sebagai sarana untuk memperoleh rahmat (Senatus Legio Maria, 2011:6).
6. Tugas-tugas Pokok Para Legioner
Menjadi penjuang cinta kasih Maria diharapkan untuk melaksanakan tugas-
tugas pokok legioner. Tugas pokok ini dapat dilaksanakan dengan cara hadir teratur
dan tepat waktu dalam rapat mingguan presidium, melakukan tugas mingguan,
melengkapi rapat dengan laporan lisan tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kewajiban menyimpan rahasia yang didiskusikan selama rapat, kewajiban memiliki
buku catatan, kewajiban berdoa khas Legio Maria setiap hari (Rantai Doa Legio).
Para legioner juga wajib menjaga hubungan antar anggota dan rekan kerja. Di
samping itu, para legioner mempunyai tugas untuk merekrut anggota-anggota baru
supaya anggota Legio Maria semakin banyak. Menjadi legioner juga memiliki
kewajiban mempelajari buku pegangan, harus senantiasa bertugas, tekun berdoa
dan berbakti pada Ekaristi suci (Rahman Tamin, 1960:186-209).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
7. Legio Maria Berkarya Di Paroki
Legio Maria dapat dibentuk bila ada ijin dari Pastor Paroki dan Uskup
setempat. Apabila Legio Maria berdomisili di suatu paroki maka sudah selayaknya
Legio Maria berkarya di dalam paroki untuk kepentingan kedua belah pikah. Selain
itu, para legioner dapat bekerja sama dengan Pastor Paroki dan para imam di paroki
tersebut (Senatus Legio Maria, 2011:63).
Legio Maria diharapkan untuk bekerjasama dalam mensejahterakan rohani
umat. Dalam berkarya dan bekerjasama, para legioner diharapkan memiliki rasa
dedikasi dan tanggung jawab. Meskipun demikian, para legioner ditegaskan untuk
tetap memperhatikan kaidah-kaidah dan sistem Legio Maria supaya yang
bertentangan dengan sistem Legio Maria harus dihindari. Di sisi lain Legio Maria
juga mempunyai hak untuk mendapat pelayanan dan bimbingan dari Pastor Paroki
atau