DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP...

of 166 /166
DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Oleh: Yustina Dwi Novitasari NIM. 151124016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Embed Size (px)

Transcript of DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP...

  • DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS

    BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN

    ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI

    HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA

    KUMETIRAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

    Oleh:

    Yustina Dwi Novitasari

    NIM. 151124016

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan kepada

    Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, mendampingi dan

    menuntun setiap langkah dan proses pendidikan serta hidup penulis

    Kedua orangtua penulis bapak Fransiscus Burgias Triyono

    dan ibu Yudith Lasiyem yang selalu setia mendoakan, mendukung

    dan memberikan semangat kepada penulis

    Mbak Katarina Puji Rahayu dan Adik Teodorus Satria Priambodo yang selalu

    setia dalam doa dan dukungan bagi penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    Bukan waktu yang penting, tetapi usaha yang penting. Percuma mempunyai

    banyak waktu tetapi tidak ada usaha.

    (Drakor Uncontrolably Fond)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA

    MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA

    DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA

    KUMETIRAN”. Judul ini dipilih untuk mengetahui dampak spiritualitas Bunda

    Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa

    Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran. Bunda Maria adalah sosok ibu yang luar

    biasa. Dalam kehidupannya, Bunda Maria selalu mencerminkan sikap beriman

    yang dilandasi oleh belas kasih ilahi. Inilah spiritualitas Bunda Maria. Spiritualitas

    Bunda Maria yang dihayati oleh anggota Legio Maria dapat membantu

    mendewasakan iman dan menggerakkan mereka pada pelayanan dalam kehidupan

    Gereja dan masyarakat. Persoalan dalam skripsi ini adalah menjawab pertanyaan

    bagaimana anggota Legio Maria menghayati spiritualitas Bunda Maria dan

    menemukan dampak bagi pelayanan mereka sebagai wujud kedewasaan iman.

    Menanggapi persoalan tersebut, penulis melakukan studi pustaka dan penelitian

    secara langsung di lapangan. Studi pustaka yang digunakan bersumber dari

    dokumen-dokumen Gereja dan berbagai pandangan dari para ahli yang berkaitan

    dengan spiritualitas Bunda Maria. Sedangkan penelitian yang digunakan oleh

    penulis adalah penelitian kualitatif melalui kuesioner dan diperkuat dengan

    wawancara terhadap anggota Legio Maria. Untuk memperoleh data, penulis

    memberikan kuesioner kepada 40 responden dan diperkuat dengan mewawancarai

    4 anggota Legio Maria. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa anggota Legio

    Maria telah menghayati spiritualitas Bunda Maria dengan baik. Para anggota Legio

    Maria juga menyadari bahwa spiritualitas Bunda Maria berdampak pada kehidupan

    mereka. Namun masih ada beberapa anggota Legio Maria yang belum terlalu

    menghayati spiritualitas Bunda Maria. Hal ini disebabkan oleh faktor keluarga

    ataupun orang lain. Oleh karena itu, penghayatan spiritualitas Bunda Maria masih

    perlu ditingkatkan lagi demi kedewasaan iman dan pelayanan mereka dalam hidup

    sehari-hari. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan

    kegiatan katekese sebagai upaya membantu para legioner untuk meningkatkan

    penghayatan spiritualitas Bunda Maria.

    Kata-kata Kunci: Spiritualitas Bunda Maria, kedewasaan iman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    The title of this thesis is “DESCRIPTION OF MOTHER MARY’S

    SPIRITUALITY IMPACTS TOWARD FAITH MATURITY OF LEGIO OF

    MARY MEMBERS AT PARISH HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK

    BERCELA KUMETIRAN”. The title was chosen in order to know an impact of

    Mother Mary’s spirituality on the faith maturity of Legio of Mary members. Mother

    Mary is an incredible mother. In her life, Mother Mary is always being faithful

    which based on a feeling of love. This is a spirituality of Mother Mary. Mother

    Mary’s spirituality is applied by members of Legio of Mary helping them to

    maturate their faith and to move them in servicing Church life and society. The

    concern of this thesis is that to answer the question: how could the members of

    Legio of Mary appreciate Mother Mary’s spirituality and find an impact for their

    servicing as a form of faith maturity. The writer did a literature study and a direct

    research in the location. The literature study was based on Church documents and

    point of view of the experts about Mother Mary’s spirituality. Whereas the research

    method used by the writer was qualitative research by way of questionnaire and

    also it was strengthened by an interview with the Legio of Mary members. In order

    to get the data, the writer gave questionnaires to 40 respondents and it was also

    strengthened by interviewing 4 members of Legio of Mary. The result of research

    shows that the members of Legio of Mary are appreciating Mother Mary’s

    spirituality in a good way. The members also realize that Mother Mary’s spirituality

    give an impact to their life. However, there are some members of Legio of Mary

    who do not fully appreciate Mother Mary’s spirituality. This is because of family

    factor or someone else. Because of that, appreciating Mother Mary’s spirituality

    needs to be improved for their servicing and daily life. In order to continue on the

    result of this research, the writer is suggesting the catechetical activity as an effort

    to help the members of Legio of Mary to improve their appreciation of Mother

    Mary’s spirituality.

    Keywords: Mother Mary’s spirituality, faith maturity

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

    rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

    DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA TERHADAP

    KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA DI PAROKI HATI

    SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN. Skripsi ini

    ditulis untuk menemukan gambaran para legioner paroki Hati Santa Perawan Maria

    Tak Bercela Kumetiran menghayati spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya bagi

    pelayanan mereka. Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini

    tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung

    maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati ingin

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed selaku dosen pembimbing utama

    yang dengan penuh kesabaran, membimbing, mendampingi, meluangkan

    waktu, memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Dr. B.A. Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Keagamaan

    Katolik sekaligus dosen penguji ketiga yang telah memberikan dukungan dan

    semangat serta izin bagi penulis untuk menyelasaikan skripsi ini.

    3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji kedua yang telah bersedia

    menguji, memberikan masukan dan saran serta semangat pada

    pertanggungjawaban skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

    yang selalu setia dalam membimbing, mendidik dan memberikan pelayanan

    kepada penulis sampai dengan menyelesaikan studi di kampus ini.

    5. Pastor Yohanes Dwi Harsanto, Pr selaku Pastor Paroki Hati Santa Perawan

    Maria Tak Bercela Kumetiran yang telah memberikan izin dan dukungan

    kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

    6. Ibu Risminah, ibu Erna, ibu Ngatini selaku pengurus Legio Maria dan seluruh

    anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela yang

    telah bersedia membantu, meluangkan waktu, mendukung dan bekerja sama

    dengan penulis untuk melaksanakan penelitian.

    7. Orang tua penulis bapak Fransiscus Burgias Triyono, ibu Yudith Lasiyem,

    mbak Katarina Puji Rahayu dan adik Teodorus Satria Priambodo yang selalu

    setia mendoakan, memberikan dukungan, perhatian dan motivasi bagi penulis

    hingga menyelesaikan studi.

    8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik angkatan 2015

    yang telah berdinamika dan belajar bersama serta memberikan pengalaman

    yang luar biasa kepada penulis selama proses perkuliahan sampai pada

    menyelesaikan studi.

    9. Teman terdekat penulis Robertus Sarmahalam Saragih yang telah banyak

    membantu, memberikan motivasi dan dukungan serta perhatian kepada penulis.

    10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan

    dukungan, mendoakan dan membantu penulis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………. vii

    ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1

    B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 5

    C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................ 6

    D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................ 6

    E. METODE PENULISAN ........................................................................... 7

    F. SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................. 7

    BAB II POKOK-POKOK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN

    KEDEWASAAN IMAN LEGIO MARIA …………………………………... 9

    A. Spiritualitas Bunda Maria .......................................................................... 9

    1. Pengertian Spritualitas Secara Umum ................................................... 9

    2. Sosok Bunda Maria ............................................................................... 11

    3. Spiritualitas Bunda Maria ..................................................................... 16

    B. Tahap-tahap Kedewasaan Iman ................................................................. 24

    1. Arti Kedewasaan Iman .......................................................................... 24

    2. Kedewasan Iman ................................................................................... 35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    C. Legio Maria ............................................................................................... 36

    1. Pengertian Legio Maria ......................................................................... 36

    2. Pendiri Legio Maria .............................................................................. 37

    3. Tujuan Legio Maria............................................................................... 38

    4. Semangat Legio Maria .......................................................................... 38

    5. Motivasi Menjadi Legioner ................................................................... 39

    6. Tugas-tugas Pokok Para Legioner ........................................................ 40

    7. Legio Maria Berkarya Di Paroki ........................................................... 41

    BAB III GAMBARAN KEHIDUPAN ANGGOTA LEGIO MARIA

    DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA

    KUMETIRAN MENGHAYATI SPIRITUALITAS BUNDA MARIA ……... 43

    A.Gambaran Umum Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela

    Kumetiran .................................................................................................. 44

    1. Profil Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran ......... 44

    2. Gambaran Kehidupan Anggota Legio Maria di Paroki Hati

    Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran ...................................... 49

    3. Gambaran Pelaksanaan Rapat Presidium Legio Maria ......................... 51

    B. Penelitian Deskriptif Dampak Spiritualitas Bunda Maria terhadap

    Kedewasaan Iman Anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan

    Maria Tak Bercela Kumetiran ................................................................... 57

    1. Metodologi Penelitian ........................................................................... 57

    2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 63

    3. Kesimpulan Penelitian .......................................................................... 85

    BAB IV PROGRAM KEGIATAN KATEKESE ANGGOTA

    LEGIO MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA

    TAK BERCELA KUMETIRAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

    PENGHAYATAN SPIRITUALITAS BUNDA MARIA …………………… 88

    A. Latar Belakang Kegiatan ........................................................................... 88

    B. Pokok-pokok Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman ....................... 90

    1. Pengertian Katekese .............................................................................. 90

    2. Katekese Model Berbagi Pengalaman Iman ......................................... 91

    C. Rumusan Tema dan Tujuan ....................................................................... 97

    D. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Katekese ............................................... 98

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    1. Peserta ................................................................................................... 98

    2. Model Pelaksanaan................................................................................ 98

    3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 99

    E. Matriks Program Kegiatan Katekese ......................................................... 100

    F. Contoh Persiapan Katekese ....................................................................... 103

    BAB V PENUTUP ............................................................................................ 115

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 115

    B. Saran .......................................................................................................... 116

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 119 LAMPIRAN ...................................................................................................... 121

    Lampiran 1: Surat Izin Penelitian .................................................................. (1)

    Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian .......................................... (2)

    Lampiran 3: Kuesioner Penelitian .................................................................. (3)

    Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden ...................................................... (7)

    Lampiran 5: Hasil Transkrip Wawancara ...................................................... (16)

    Lampiran 6: Daftar Anggota Legio Maria ..................................................... (25)

    Lampiran 7: Foto Donor Darah ...................................................................... (27)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    A. Singkatan Kitab Suci

    Singkatan nama-nama Kitab Suci disesuaikan dengan Alkitab

    Deuterokanonika terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (2016).

    B. Singkatan Dokumen Gereja

    LG :Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,

    21 November 1964

    MC :Marialis Cultus, Surat Apostolik Paus Paulus VI tentanf Mariologi, 02

    Februari 1974

    C. Singkatan Lain

    KLMTD : Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel

    SGA : Sekolah Guru Agama

    PGPM : Pengurus Gereja dan Papa Miskin

    SD : Sekolah Dasar

    SMP : Sekolah Menengah Pertama

    ASMI : Akademi Sekretari dan Manajemen Marsudirini

    ARDAS : Arah Dasar

    RI-KAS : Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang

    RW : Responden Wawancara

    dsb. : dan sebagainya

    dll. : dan lain-lain

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    SJ : Serikat Jesus

    Pr. : Projo

    PMY : Puteri Maria dan Yosef

    HUT : Hari Ulang Tahun

    MB : Madah Bakti

    WIB : Waktu Indonesia Barat

    KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

    hal. : halaman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1: Kisi-kisi Penelitian …………………………………………………... 51

    Tabel 2: Identitas Responden (N=40) …………………………………………. 53

    Tabel 3: Penghayatan Spiritutualitas Bunda Maria oleh Anggota Legio Maria

    (N=40) ………………………………………………………………. 54

    Tabel 4: Dampak Spiritualitas Bunda Maria bagi Anggota Legio Maria

    (N=40) ………………………………………………………………. 60

    Tabel 5: Usulan Kegiatan untuk Meningkatkan Penghayatan Spiritualitas

    Bunda Maria demi Kedewasaan Iman dan Kaitannya dalam

    Hidup Menggereja dan Bermasyarakat ……………………………… 66

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sabda Yesus (Yoh. 19:26-27) “Ibu, inilah anakmu…inilah ibumu”, sejak

    abad IV dipahami sebagai misi Maria dalam menjalankan perutusannya.

    Penyerahan ini melebihi perhatian seorang anak terhadap ibu yang ditinggalkannya.

    Bunda Maria ikut bersama Putranya “untuk mengumpulkan dan mempersatukan

    anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yoh 11:51-52). Karya ini biasanya disebut

    oleh orang Yahudi: kebapaan-keibuan rohani (Sabato, 2006: 49-50). Ibu adalah

    sosok wanita yang luar biasa yang telah mengandung selama sembilan bulan dan

    melahirkan seorang anak dengan taruhan nyawanya. Ibu telah mengorbankan

    seluruh jiwa dan raganya bagi anak yang dikasihinya, mulai dari waktu, tenaga, dan

    bahkan hidupnya. Oleh karena itu ibu adalah sosok yang luar biasa sehingga dapat

    menjadi panutan bagi anak-anaknya. Seperti halnya ibu-ibu yang ada di dunia,

    Bunda Maria adalah sosok ibu yang amat luar biasa. Bunda Maria adalah ibu dari

    semua anak manusia yang sekaligus merupakan ibu Tuhan kita Yesus Kristus.

    Sebagai umat Katolik kita mengimani Tuhan Yesus yang hadir dan

    menyertai hidup kita. Yesus lahir ke dunia melalui perantaraan Bunda Maria, tetapi

    tidak diperanakkan oleh seorang manusia lain (Groenen, 1988:42). Seperti yang

    dirumuskan dalam Mat 1:18 “kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: pada

    waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari

    Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. Ayat ini menyampaikan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    bahwa Ibu Yesus mengandung Dia dari Roh Kudus, Roh daya cipta Allah sendiri.

    Roh Kudus itu bukan ayah Yesus, tetapi Allah dari Roh-Nya, ialah daya penciptaan

    yang menciptakan Yesus dari ibu-Nya dan langsung melepaskan proses

    pembentukan anak yang biasanya dilepaskan oleh ayah anak itu (Groenen,

    1988:42).

    Oleh karena Maria adalah ibu dari Yesus, ia boleh disebut “Anthropo-

    tokos” (yang melahirkan manusia) atau “Khisto-tokos” (Bunda Kristus). Maka dari

    itu Konsili Efesus (tahun 431) menetapkan Bunda Maria sebagai “Theo-tokos”

    (Bunda Allah) yang menjadi teladan dan pembawa kedamaian bagi manusia dalam

    menjalani kehidupan (Groenen, 1988:41). Dapat dikatakan dalam rahim Bunda

    Maria yang terjadi adalah proses pembentukan menjadi manusia. Maka dalam

    rahim Bunda Maria kemanusiaan dan keilahian itu menjadi satu. Pribadi Yesus

    bukanlah pribadi manusia belaka tetapi Pribadi Yesus adalah pribadi manusia dan

    juga pribadi Sang Sabda Ilahi. Di sinilah arti proses perwujudan menjadi manusia

    dan proses ini berlangsung dalam kandungan Bunda Maria.

    Tentunya sebagai umat Katolik, kita tidak hanya mengenal dan meneladani

    sikap dan semangat Yesus Kristus, akan tetapi kita juga perlu mengenal sosok

    Maria yaitu Bunda Yesus Kristus yang kita imani. Maria merupakan Bunda-

    Perawan sebagai ibu yang pertama-tama melahirkan Yesus yang kemudian secara

    rohani menjadi ibu semua orang beriman. Maria disebut sebagai perawan karena

    telah menyerahkan diri secara total kepada Allah. Maka dari itu Bunda Maria

    merupakan sosok ibu yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia (Dister,

    2004:491).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Bunda Maria adalah bunda semua orang beriman. Hal ini tampak ketika

    Bunda Maria menyatakan kesanggupannya untuk menyerahkan dirinya secara total

    pada Tuhan dengan menjawab “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah

    padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Pernyataan tersebut menunjukkan

    bahwa ketaatan dan kekudusan Bunda Maria menjadi teladan bagi kita sebagai umat

    Allah yang beriman karena Bunda Maria telah memutuskan untuk menerima

    kehendak Allah.

    Spiritualitas adalah seluruh kenyataan hidup yang mencerminkan nilai-nilai

    hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap atau keutamaan-keutamaan

    hidup yang mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dan tingkah laku

    atau pilihan-pilihan konkrit beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-

    nilai hidup tersebut (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987:4).

    Spiritualitas adalah cara hidup dan berpikir berdasarkan bimbingan Roh Kudus

    untuk mewujudkan iman kita dalam hidup sehari-hari. Maka dapat dikatakan bahwa

    spiritualitas merupakan cara hidup yang berlandaskan pada Allah untuk terlibat

    dalam masyarakat dengan mendasarkan pada nilai-nilai Injili. Oleh karena relasinya

    yang mendalam dengan Allah, secara otomatis umat-Nya akan terlibat dalam

    pembangunan masyarakat sehingga menjadi lebih manusiawi.

    Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran adalah salah satu

    paroki yang berada di Keuskupan Agung Semarang. Paroki ini terletak cukup

    strategis di dalam Kota Yogyakarta. Paroki ini berdiri sejak tahun 1944 dan selalu

    mengalami perubahan setiap masanya, baik perubahan dalam pembangunan fisik

    maupun dalam perkembangan umat seturut dengan perkembangan Gereja. Di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Paroki ini terdapat berbagai macam komunitas-komunitas yang membangun iman

    dan persaudaraan antar umat. Salah satunya adalah komunitas Legio Maria.

    Legio Maria adalah salah satu paguyuban atau komunitas yang berkumpul

    dengan semangat Bunda Maria untuk berkarya dalam panggilannya sebagai rasul

    awam. Dalam hal ini, para anggota harus siap diutus ke dunia (masyarakat) untuk

    mewartakan kabar sukacita seperti halnya Bunda Maria. Menjadi salah satu bagian

    dari Legio Maria, tentu perlu menghayati dan meneladani sosok Maria tersebut.

    Misalnya bagaimana cara hidupnya dan bagaimana ia menanggapi imannya atas

    Yesus Kristus.

    Legio Maria yang ada di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela

    Kumetiran menjadi bagian utuh komunitas-komunitas beriman Paroki. Legio Maria

    yang berada di Paroki ini berdiri pada tahun 1982, yang pada saat itu dengan jumlah

    anggota sebanyak 20 orang. Pada umumnya, legioner didominasi oleh orang yang

    sudah lanjut usia. Legio Maria ini cukup terlibat aktif dalam kehidupan Gereja

    karena selalu diadakan pertemuan rutin pada setiap presidium. Pertemuan ini

    dilaksanakan selama 90 menit setiap satu minggu sekali. Adapun kegiatan rutin

    yang dilaksanakan oleh legioner adalah berdoa bersama, rapat untuk pembagian

    tugas yang dilaksanakan oleh 2 orang. Dalam rapat pun juga diberi kesempatan

    untuk menyampaikan tugas yang telah dilaksanakan, misalnya melayat,

    mengunjungi orang sakit, mengunjungi umat kurang aktif, penjara, dan kegiatan

    baik lainnya demi Kerajaan Allah. Para legioner meyakini bahwa seluruh hidupnya

    akan dipersembahkan kepada Allah melalui Bunda Maria. Hal ini ditunjukkan

    dengan kesetiaan mereka dalam karya pelayanan di Gereja dan masyarakat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Semangat mencintai Bunda Maria menjadi landasan yang kuat bagi para legioner

    untuk berkarya.

    Berdasarkan pemaparan diatas dan keingintahuan penulis, penulis ingin

    menggambarkan dampak spiritualitas Bunda Maria terhadap kehidupan anggota

    Legio Maria dan hubungannya dengan kedewasaan iman. Karena itu penulis

    memberi judul skripsi: “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS BUNDA

    MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO MARIA

    DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA

    KUMETIRAN”.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan Spiritualitas Bunda Maria dan kedewasaan iman?

    2. Bagaimana anggota Legio Maria Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela

    Kumetiran menghayati Spiritualitas Bunda Maria dan dampaknya bagi

    kedewasaan iman?

    3. Kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghayatan

    Spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di

    Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    C. TUJUAN PENULISAN

    1. Menggambarkan pemahaman akan spiritualitas Bunda Maria dan kedewasaan

    iman.

    2. Mengetahui bagaimana anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan

    Maria Tak Bercela Kumetiran menghayati Spiritualitas Bunda Maria dan

    dampaknya bagi kedewasaan iman.

    3. Memberikan usulan kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan penghayatan

    Spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman anggota Legio Maria di

    Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran.

    D. MANFAAT PENULISAN

    1. Bagi penulis

    Dapat memahami dan menambah wawasan akan spiritualitas Bunda Maria

    sehingga menjadi teladan untuk melayani ketika menjadi seorang katekis atau

    sebagai pendidik nantinya.

    2. Bagi anggota Legio Maria Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran

    Anggota Legio Maria dapat termotivasi sosok Bunda Maria supaya semakin

    menghayati panggilannya sebagai rasul awam yang berkumpul dalam semangat

    Bunda Maria.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    3. Bagi Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma

    Mengajak mahasiswa untuk mendalami spiritualitas Bunda Maria sebagai

    bekal dalam menjalani panggilannya menjadi seorang katekis.

    4. Bagi para pelayan umat atau Gereja

    Menyadari pentingnya dampak spiritualitas Bunda Maria sehingga mereka

    senantiasa bersemangat dan setia dalam melayani Tuhan dan sesama.

    E. METODE PENULISAN

    Metode yang dipakai penulis adalah deskriptif analitis. Deskriptif analitis

    adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh melalui

    studi pustaka atau dokumen-dokumen mengenai spiritualitas Bunda Maria dan

    diperkuat dengan adanya penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian

    kualitatif yang dilengkapi dengan instrumen berupa kuesioner.

    F. SISTEMATIKA PENULISAN

    Tulisan ini mengambil judul “DESKRIPSI DAMPAK SPIRITUALITAS

    BUNDA MARIA TERHADAP KEDEWASAAN IMAN ANGGOTA LEGIO

    MARIA DI PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA

    KUMETIRAN”. Kemudian dikembangkan menjadi 5 bab, yaitu:

    BAB I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

    identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,

    manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BAB II menyampaikan kajian pustaka tentang spiritualitas Bunda Maria dan

    kedewasaan iman. Pokok-pokok yang dibahas dalam bab ini, yang pertama adalah

    gambaran/arti spiritualitas secara umum, sosok Bunda Maria dan spiritualitas

    Bunda Maria. Bagian yang kedua adalah tahap-tahap kedewasaan iman. Sedangkan

    bagian terakhir adalah pengertian, pendiri, tujuan, semangat, motivasi, spiritualitas

    Legio Maria dan tugas-tugas pokok legioner serta Legio Maria berkarya di paroki.

    BAB III mengumpulkan data serta melakukan pembahasan data dan

    kaitannya dengan bagaimana anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan

    Maria Tak Bercela Kumetiran menghayati spiritualitas Bunda Maria.

    BAB IV mengemukakan usulan kegiatan sebagai upaya untuk

    meningkatkan penghayatan spiritualitas Bunda Maria terhadap kedewasaan iman

    anggota Legio Maria di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran

    sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

    BAB V menyampaikan kesimpulan dan saran dari penulis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB II

    POKOK-POKOK SPIRITUALITAS BUNDA MARIA DAN

    TAHAP-TAHAP KEDEWASAAN IMAN LEGIO MARIA

    Bab II adalah tindak lanjut dari bab sebelumnya dan akan menjawab

    permasalahan yang pertama yang terkait dengan pokok-pokok spiritualitas Bunda

    Maria dan tahap-tahap kedewasaan iman. Penulis akan mendeskripsikan pokok-

    pokok spiritualitas Bunda Maria dan tahap-tahap kedewasaan iman serta

    pengetahuan umum mengenai Legio Maria.

    Pada bab II ini, penulis akan membaginya ke dalam dua pokok bahasan.

    Pokok bahasan yang pertama mendeskripsikan pokok-pokok spiritualitas Bunda

    Maria meliputi: gambaran arti spiritualiitas Bunda Maria, sosok Bunda Maria dan

    spiritualitas Bunda Maria. Pokok bahasan kedua mendeskripsikan tahap-tahap

    kedewasaan iman. Sedangkan pokok bahasan ketiga mendeskripsikan tentang

    Legio Maria yang meliputi: pengertian, pendiri, tujuan, semangat, motivasi,

    spiritualitas Legio Maria dan tugas-tugas pokok para legioner serta Legio Maria

    berkarya di paroki.

    A. Spiritualitas Bunda Maria

    1. Pengertian Spritualitas Secara Umum

    Spiritualitas adalah seluruh kenyataan pribadi manusia yang mencerminkan

    nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang dihayati, sikap-sikap, tingkah laku, dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    pilihan-pilihan konkrit beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai

    hidup. Secara singkat, yang dimaksud dengan spiritualitas adalah kenyataan hidup

    yang mencakup keyakinan iman, keutamaan beserta perwujudannya. Spiritualitas

    juga dapat digambarkan dalam wujud keterlibatan kita pada kehidupan masyarakat.

    Pada intinya kita ingin bersama dengan berbagai pihak untuk mengusahakan

    terjadinya perubahan-perubahan hidup dan tata susunan sosial yang lebih adil dan

    dilandasi cinta kasih dengan sasaran kepada orang yang KLMTD (Konferensi

    Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 2004:4).

    Spiritualitas bukanlah teologi akademis melainkan relasi manusia dengan

    manusia serta relasi manusia dengan Tuhan. Banawiratma (2017:13)

    menyampaikan pandangan Gregorius dari Nyssa yang menyatakan spiritualitas

    merupakan cara umat beriman menempuh peziarahan menjadi sahabat Allah.

    Banawiratma juga menyampaikan kembali pandangan dari Fransiskus Asisi yang

    mengartikan spiritualitas bukan sebagai ajaran, yang bisa keluar dari mulut

    siapapun. Spiritualitas yang dikejar adalah Injil, pribadi Kristus, Anak Allah yang

    menjadi manusia, dan yang di dalam Roh-Nya berjalan bersama ibu bumi dan

    segenap isinya.

    Umat Katolik dipanggil dan menyanggupkan diri untuk melayani Kerajaan

    Allah yang hadir dalam kenyataan hidup manusia. Kerajaan Allah pada masa kini

    disadari sebagai daya kekuatan untuk mengubah situasi sosial manusia yang

    ditandai oleh ketidakadilan, dalam segala bentuknya. Oleh karena itu, bila ingin

    setia kepada pelayanan Kerajaan Allah, mau tidak mau harus ikut serta dalam usaha

    membangun situasi sosial yang lebih baik. Pelayanan kita kepada pertumbuhan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    perkembangan Kerajaan Allah dalam kenyataan sosial masyarakat itulah yang

    mendorong kita untuk mencoba merumuskan spiritualitas pelayanan. Spiritualitas

    pelayanan ini dimengerti dalam usaha kita bekerja sama dengan kekuatan Kerajaan

    Allah yang sedang bergulat untuk tumbuh dalam kenyataan sosial masyarakat

    Indonesia (Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, 1987:5).

    Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas penulis dapat menyatakan bahwa

    spiritualitas adalah cara hidup dan bertindak umat beriman yang dilandasi oleh

    peranan Roh Kudus atau Roh Ilahi yang bekerja dalam hidupnya. Dalam hal ini,

    orang yang berspiritualitas dapat membawa perubahan kehidupan atau tatanan

    masyarakat ke arah yang lebih baik.

    2. Sosok Bunda Maria

    Maria sebagai Bunda Allah ini tinggal di Nazaret. Ia menikah dengan

    seorang laki-laki yang bernama Yusuf. Ia mengurusi rumah, memintal bahan

    pakaian, menyalakan api, membuat roti, membersihkan kebun, mengasuh Anaknya

    dan melayani suaminya. Ia menyaksikan pertumbuhan Yesus dari anak kecil sampai

    anak belasan tahun, dari anak tukang kayu sampai Yang Diurapi Allah (Beckman,

    2009:15).

    Nazaret abad pertama hanyalah sebutir kerikil jika dibandingkan dengan

    kota besar Yerusalem di Yudea selatan. Di Yerusalem, kenisah baru dan megah

    dibangun oleh Herodes Agung yang berusaha mengambil hati orang Yahudi dengan

    membuat proyek pembangunan besar-besaran. Maria dan orang beriman Yahudi

    lainnya setiap tahun mengadakan ziarah iman untuk merayakan Paskah dan hari-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    hari raya lainnya. Maria juga melaksanakan banyak tata cara inisiasi dalam hidup

    bermasyarakat yakni lahirnya seorang anak laki-laki yang disunatkan dan

    dipersembahkan di kenisah, disapih dan dipersembahkan lagi di kenisah untuk

    terakhir kalinya pada usia 13 tahun (Beckman, 2009: 22).

    Maria adalah seorang gadis Yahudi yang masih muda dan penuh gairah

    yang memiliki iman yang mendalam. Perwujudan iman Maria dapat dibayangkan

    ketika ia melagukan kidung ratapan pada waktu melayat kematian seorang kawan

    dekat atau menari-nari dalam perarakan perayaan perkawinan ketika pengantin

    perempuan diarak melalui jalan-jalan ke rumah pengantin laki-laki. Kita pun dapat

    menduga bahwa Maria seperti perempuan-perempuan Yahudi lainnya yang

    merupakan ibu rumah tangga dan melaksanakan tugas meneruskan warisan

    imannya kepada Anaknya dengan menceritakan kisah-kisah besar (Beckman,

    2009:23).

    Maria disebut sebagai perawan dan suci. Maria juga adalah seorang pendoa

    dan perantara kepada Yesus Kristus. Maria terlibat secara bebas dan aktif dalam

    rencana dan pelaksanaan keselamatan. Dalam hal ini pula, Maria menjadi ikon,

    citra, dan teladan bagi Gereja menuju kepada Kerajaan Allah (Sabato, 2006:14-15).

    Sabato (2006:16) mengatakan bahwa Kitab Suci Perjanjian Baru memuat

    152 ayat yang berkaitan dengan Bunda Maria. Ke-152 ayat tersebut masing-masing

    terdapat dalam Paulus 1 ayat, Lukas 89 ayat, Kis. 1 ayat, dan sisanya terdapat pada

    Markus, Matius dan Yohanes. Inilah yang disebut keyakinan iman atas kedudukan

    dan peranan Maria.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Semua Injil menggambarkan Maria sebagai perempuan beriman mendalam.

    Hati Maria yang terbuka kepada Allah merupakan teladan bagi manusia yang

    ditandai dengan kesanggupan Maria secara penuh terhadap panggilan Allah. Ia

    adalah manusia pendoa yang menanggapi misteri Anaknya dengan menyimpan

    baik-baik setiap tanda keallahan Yesus dan merenungkannya di dalam hati. Maria

    adalah murid pertama yang bersedia mengikuti Yesus dan menunaikan

    pelayanannya dalam jemaat Kristen (Beckman, 2009:16).

    Bapa Konsili Vatikan II dalam dokumen LG bab VIII memandang Bunda

    Maria sebagai ikon, gambar dan teladan Gereja. Dalam bab VIII ini juga berbicara

    mengenai mariologi yang membahas keterlibatan Maria yang mendalam dalam

    karya keselamatan Putranya, peranan, fungsi, spiritnya dalam hubungan dengan

    Gereja, umat Allah, tubuh mistik, bait/kenisah Roh Kudus. Bunda Maria adalah

    teladan umat beriman dalam berkomunikasi dengan firman Allah yang selalu

    menuntut jawaban dan sikap bebas, tanggung jawab serta kerjasama atas rencana

    Ilahi. Maria adalah sosok guru dan sekaligus murid sebagai bentuk penyerahan diri

    kita kepada kehendak Ilahi (Sabato, 2006:75).

    Bunda Maria mewujudkan Gereja yang berziarah secara sempurna yakni

    bersatu dengan Putranya (koinonia), hamba dan pelayan Kerajaan Allah (diakonia),

    mempersembahkan Putranya kepada dunia (kristofania), mewujudkan dan

    menyatakan bagaimana keadaan manusia nanti (eskatologia). Gereja memandang

    Maria sebagai: perawan (utuh bagi Tuhan) taat kepada-Nya dan keibuan bagi

    seluruh manusia. Singkatnya, “Gereja seluruhnya adalah Marialis” (Sabato,

    2006:80-82).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Konsili Vatikan II meminta semua umat Allah memandang Maria secara

    demikian: “Bunda Allah adalah contoh Gereja, yaitu menurut iman, cinta kasih dan

    persatuan sempurna dengan Kristus” (LG, 63). Hal ini terjadi karena manusia

    merindukan suatu Gereja yang insani, suatu Gereja yang tidak lagi menyatakan diri

    terutama sebagai maskapai atau lembaga melainkan sebagai persekutuan semua

    orang yang beriman pada Kristus (Panitia Kehidupan Doa – F.I.C, 1970:37).

    Paus Paulus VI melalui Anjuran Apostolik “Marialis Cultus” membahas

    tema yang berkaitan dengan posisi Bunda Maria dalam ibadat Gereja. Gereja

    menghormati Maria dengan liturgi untuk mengingat peristiwa-peristiwa atau peran

    tertentu yang dimiliki olehnya. Maria dipandang Gereja sebagai teladan iman,

    kasih, dan kesatuan penuh dengan Kristus (MC 16). Maria diakui Gereja sebagai

    perawan yang mendengarkan Sabda Allah, yang pantas diteladani oleh Gereja

    dalam beriman (MC 17). Maria diakui Gereja sebagai perawan yang berdoa, yang

    pantas diteladan oleh Gereja dalam berdoa (MC 18). Maria juga diakui sebagai

    perawan yang mempersembahkan diri kepada Allah, yang harus diteladan oleh

    Gereja dalam mempersembahkan dirinya kepada Allah (MC 20). Gereja

    menghormati Maria sebagai pengajar hidup rohani setiap orang beriman (MC 21).

    Perlu digarisbawahi ajakan Konsili Vatikan II kepada semua orang beriman agar

    mereka “dengan murah hati memajukan penghormatan kepada Santa Maria,

    terutama dalam liturgi” (Hadiwardoyo, 2017:25-26).

    Pada akhir Anjuran Apostolik ini, Paus Paulus VI ingin menegaskan lagi

    bahwa Maria telah memainkan peran penting dalam karya penyelamatan dunia

    yang dilaksanakan oleh Putranya dan juga dalam hidup serta karya Gereja. Saat ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    pun, Maria masih berperan di dalam Gereja. Ia berperan sebagai penghibur yang

    berduka, penyembuh bagi yang sakit dan pelindung bagi yang berdosa

    (Hadiwardoyo, 2017:31).

    Paus Yohanes Paulus II menyatakan kembali pandangan Konsili di Efesus

    yang mengakui Maria sebagai Bunda Allah karena Yesus, Putranya, sungguh-

    sungguh ilahi. Konsili Vatikan II juga mengakui Maria sebagai Bunda Gereja,

    teladan Gereja dalam hal iman, kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus

    (Hadiwardoyo, 2017:32).

    Kepengantaraan Maria erat berkaitan dengan keibuannya. Perantaraan

    semacam ini adalah perantaraan yang membawahkan diri kepada perantaraan

    Kritus, Putranya. Dengan diangkatnya ke surga, peran Maria dalam karya

    penyelamatan dunia tidak berakhir melainkan terus berlangsung dan bahkan

    berlipat ganda. Menurut Konsili Vatikan II, Maria diakui sebagai Ratu Semesta

    Alam. Selain menjadi pola dan teladan Gereja, Maria juga ikut melahirkan dan

    membesarkan putra-putri Gereja. Keibuan Maria bagi Gereja itu didasarkan pada

    Sabda Tuhan yang menyerahkan ibu-Nya kepada para murid-Nya, sebagai ibu

    mereka. Oleh karena itu, Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, ibu

    dalam misteri penebusan. Karena itu pula, Gereja menghormatinya sebagai ibu

    rohani seluruh umat manusia (Hadiwardoyo, 2017:36).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    3. Spiritualitas Bunda Maria

    a. Maria dan Panggilan Kerasulan Umat Awam

    Panggilan dan kedudukan umat awam harus dipandang dari dua segi yaitu

    berkaitan dengan hidup keseharian dan dari segi teologi. Pandangan ini ditekankan

    Konsili Vatikan II dan refleksi teologi sesudahnya. Kesadaran akan peranan kaum

    awam semakin berkembang (Sabato, 2006:89).

    Panggilan Maria adalah adalah panggilan sebagai umat awam. Panggilan

    umat awam, seperti panggilan Maria disebut keibuan mesianis. Saat ini refleksi

    teologi berpusat pada panggilan keselamatan yaitu kesadaran bahwa hidup sebagai

    umat adalah panggilan keselamatan. Maria menjadi gambaran umat awam karena

    sudah menghayati tiga fungsi Yesus: imam, nabi, dan raja. Seluruh Gereja

    mengambil bagian dalam peran Yesus sebagai imam, nabi, dan raja berdasar

    pembaptisan dan pengurapan Roh Kudus (Sabato, 2006:90-91).

    Santa Perawan Maria dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk menjadi Bunda

    Tuhan kita Yesus Kristus juga melulu karena karunia Allah. Tidak ada sesuatu pun

    dalam diri Maria yang membuatnya layak sehingga Allah memilihnya sebagai ibu

    Yesus Kristus. Allah memanggil dan memilih Maria menjadi Bunda Penebus

    karena hal itu dikehendaki Allah sendiri (Martasudjita, 2003:15).

    Kehidupan Maria mencerminkan sikap penyembahan kepada Allah Putra-

    Nya dan Gereja. Bunda Maria adalah pewarta yang pertama yang diberi gelar

    sebagai bintang dan pelopor evangelisasi, pendengar dan pelaksana Sabda Ilahi. Hal

    tersebut tampak pada sikap dasar yang dimiliki oleh Bunda Maria. Umat diharapkan

    memiliki sikap dasar yang sama seperti Maria yakni tekun dalam doa, beriman,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    merenung atas kejadian yang dialami untuk memahaminya, sabar dalam

    menghadapi persoalan hidupnya (Sabato, 2006:91).

    b. Iman Maria

    Iman Maria adalah kegembiraan, tetapi juga usaha mencari dengan rendah

    hati dan penuh rindu akan kehendak Allah. Di dalam imannya, Maria dapat melihat

    tanda-tanda kehadiran Allah. Ia merupakan model bagi Gereja sebab ia memadukan

    rasa syukur atas anugerah Allah dengan kesediaan menjadi pelayan bagi orang lain.

    Melalui iman, Maria menjadi bahtera keselamatan bagi manusia karena olehnya

    Juruselamat dunia datang kepada semua manusia (Haring, 1992:33).

    Iman Maria memperkuat iman orang lain. Hal ini ditunjukkan ketika Maria

    tetap berdiri tegak di bawah salib Yesus sebagai orang yang imannya tak goyah.

    Sabtu Paska merupakan hari yang paling panjang bagi Maria. Ia berjaga dalam

    kekosongan. Karena imannya itu ia disebut sebagai putri yang sejati dari Ibrahim,

    Bapa segala orang beriman. Terlebih juga karena kebesaran cinta kasih Maria.

    Maka sebagai umat beriman dapat meneladani Maria dengan merenungkan

    imannya. Karena tak seorangpun dapat menghampiri Allah tanpa iman (Panitia

    Kehidupan Doa – F.I.C, 1970:34).

    Visi iman Maria adalah rahmat Allah yang meninggikan. Dengan

    mengalami ditinggikan oleh Allah yang berkunjung dalam kedinaannya, Maria

    melihat petunjuk bagaimana Allah yang melewati umat-Nya bertindak untuk

    mengubah keadaan umat-Nya. Kunjungan Allah dilihat oleh Maria dalam iman,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    sebagai saat penataan dan pemulihan tata kehidupan yang lebih bermartabat

    (Darminta, 1995:21).

    Perjalanan iman Maria yang dinyatakan menjadi hamba Allah yang total tak

    mudah dan lancar saja. Dengan nubuat Simeon bahwa hati Maria akan tertembus

    pedang, yang dinyatakan bahwa pengabdian Maria kepada Allah akan disertai oleh

    derita dan kesakitan. Terlebih pada saat ia melihat penderitaan Yesus sebelum

    wafat. Derita dalam penyerahan diri kepada kehendak Allah dalam diri Maria sering

    dilukiskan bahwa Maria mengalami tindakan yang tidak adil. Tetapi lewat itu

    terjadilah proses pemurnian iman yang sesungguhnya, sehingga Maria semakin

    mampu mengambil sikap yang benar terhadap karya Allah. Karena itu Bunda Maria

    juga semakin dijadikan mampu ikut serta secara efektif dalam karya keselamatan

    Allah dengan penuh iman dan kepasrahannya (Darminta, 1994:41-43).

    c. Kekudusan Maria

    Kekudusan Maria terungkap secara berangsur-angsur dipusatkan sekitar dua

    pokok utama yaitu bahwa Maria dibebaskan dari dosa asal oleh jasa Yesus Kristus

    pada saat ia dikandung dan berkembang dalam rahmat dan yang kedua kekudusan

    berkat kerja samanya dengan anurah-anugerah Roh yaitu iman, harapan dan kasih.

    Oleh karena itu, sepanjang hidupnya Maria tetap tanpa dosa dan kudus. Bagi Maria,

    kekudusan berarti berkembang dalam kesadaran bahwa Allah benar-benar

    mengelilingi dia dan menerobos sepenuhnya dalam dirinya. Ia harus mendorong

    kesadarannya menuju kuasa Roh Kudus, ke tingkat-tingkat kesadaran baru bahwa

    Allah adalah segalanya dan ia sendiri adalah kekosongan yang dipenuhi oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    anugerah kasih Allah (Maloney, 1990:98). Dalam hal ini, seluruh tindakan Maria

    merupakan dorongan dari Roh Kudus untuk bekerja sama dengan rahmat Allah

    selama hidup dalam karyanya di dunia.

    Salah satu ciri kekudusan Maria dapat diringkas dengan kata sederhana

    yaitu sikap pasrah. Sikap pasrah adalah kebalikan dari sikap gelisah secara jasmani,

    jiwani dan rohani. Biasanya sikap gelisah yang tidak pernah tenang disebabkan oleh

    hubungan yang kurang tepat antara manusia dan Allah. Sejak masa kanak-kanak,

    Maria memiliki sikap pasrah yang dilandasi oleh iman mendalam, kepercayaan dan

    kasih akan Allah yang dianugerahkan oleh Roh Kudus. Ia tahu bahwa dalam semua

    peristiwa dalam hidupnya, ia dibimbing oleh kekuatan tangan Allah Bapa yang

    penuh kasih (Maloney, 1990:114).

    Sebelum Putra Ilahinya berkhotbah tentang Bapa surgawi yang penuh

    perhatian dan kasih, Maria telah mengalami kedamaian dan kegembiraan memasuki

    kehidupannya karena ia menghayati hidup penuh penyerahan, kepercayaan dan

    kasih kepada Bapa surgawi. Kegembiraan Maria tidak tergantung dari keadaan-

    keadaan yang sedang dialaminya. Entah ia sedang melarikan diri dari pedang

    serdadu-serdadu Herodes yang dendam ke pembuangan di Mesir atau ia sedang

    dihina oleh orang-orang yang memperolok Putranya (Maloney, 1990:114).

    Maria tetap bersikap pasrah dan selalu dipenuhi kegembiraan, sebab

    kekuatannya berada dalam Allah. Dari hal tersebut, Maria mengajarkan kita untuk

    tidak lari dari keadaan yang membawa penderitaan melainkan menemukan sikap

    pasrah dengan keadaan tersebut. Sikap pasrah Maria tersebut dibangun atas dasar

    keyakinan bahwa Allah bekerja dalam semua peristiwa hidupnya. Pandangan inilah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    yang memperkembangkan dalam diri Maria suatu harapan yang mendalam. Bagi

    Maria, harapan pada Allah menghasilkan sikap hormat yang memberikan kepada

    Allah kebebasan sempurna untuk berbuat pada hamba-Nya, Maria, apapun yang

    dikehendaki-Nya (Maloney, 1990:115).

    d. Belas Kasih Spiritualitas Penyerahan Diri dan Pelayanan Maria

    Belas kasih merupakan salah satu spiritualitas Maria yang amat dominan,

    mulai dari kesediannya menjadi Bunda Yesus melalui kabar malaikat hingga tiba

    saatnya ia berada di kaki salib ketika ia diserahkan oleh Sang Putera menjadi Bunda

    Gereja. Gereja dari hari ke hari senantiasa mengalami belas kasih Maria. Cinta,

    perhatian dan kelembutan Maria mengalir terus dalam perjalanan Gereja karena dia

    adalah Bunda Gereja. Cinta, perhatian dan kelembutannya memporak-porandakan

    hati yang beku, egoisme dan kesombongan sehingga semua berubah menjadi

    keterbukaan, pelayanan dan persaudaraan (Talibonso, 1994:142-143).

    Di kaki salib, Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid yang dikasihi-

    Nya. Penyerahan ini melambangkan bahwa Maria secara resmi diserahkan kepada

    Gereja. Bunda yang menjadikan belas kasih sebagai spiritualitas pelayanannya

    kepada Sang Putera, kini mewujudkan belas kasih itu kepada Gereja. Bunda Maria

    adalah Bunda Gereja yang mewarnai gaya hidupnya dengan belas kasih. Oleh

    karena itu Gereja mengambil alih belas kasih tersebut dan menjadi salah satu

    spiritualitasnya dalam melayani umat (Talibonso, 1994:145).

    Talibonso (1994:145) juga menyampaikan bahwa belas kasih yang menjadi

    spiritualitas Bunda Maria juga nampak pada pelayanannya dalam keluarganya di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Nazaret yang patut diteladani oleh keluarga Kristiani. Dengan keibuan yang berakar

    dari belas kasih, Maria bersama Yusuf membina keluarga mereka dalam

    membesarkan Yesus. Dalam keluarga Kristiani, nilai-nilai luhur perkawinan

    dipegang amat teguh. Teladan Maria dan Yusuf ketika membesarkan Yesus perlu

    diperhatikan untuk mendidik anak-anak. Anak-anak adalah buah cinta, oleh karena

    itu orang tua wajib membimbing anak-anak dan memperhatikannya dari berbagai

    segi perkembangan anak.

    Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa Maria adalah

    teladan umat beriman. Dalam diri Maria nampak belas kasih yang menjadi

    spiritualitasnya. Hal ini pun menjiwai seluruh karya pelayanannya terhadap Yesus

    dan Gereja. Nilai-nilai keibuannya seperti ketenangan, kesabaran,

    kelemahlembutan serta belas kasih tidak pernah terpisah dalam hidupnya

    (Talibonso, 1994:147).

    Talibonso (1994:147) menyampaikan bahwa dalam pelayanannya, belas

    kasih yang menjadi spiritualitas Maria dapat digolongkan menjadi dua bagian.

    Pertama berupa belas kasih dalam aksi. Belas kasih dalam aksi adalah spiritualitas

    pelayanan Maria yang nyata dalam tindakannya mulai dari kesediannya

    mengandung Sang Putra hingga pada penyerahan dirinya oleh Sang Putra kepada

    Gereja di kaki salib. Kedua berupa belas kasih dalam kontemplasi. Ini adalah gaya

    hidup Maria, sikap batin yang terutama dijiwai oleh kelembutan dan keibuannya

    dimana ia selalu merenungkan peristiwa-peristiwa besar dalam hatinya untuk diolah

    dan menjadi kekayaannya yang sekaligus menjadi kekayaan Gereja.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    e. Butir-butir Spiritualitas Bunda Maria yang Dapat Diteladani

    Suparyanto (1994:150) menyampaikan bahwa kita perlu menyadari, Maria

    mengahayati hidupnya di tengah-tengah masyarakat yang memandang rendah

    wanita. Hidup Maria tidak bisa dilepaskan dari hidup Yesus. Dalam konteks

    tersebut, kita akan menggali nilai-nilai hidup Maria yang bisa diteladani. Berikut

    ini akan disampaikan beberapa pokok hidup Maria yang bisa diteladani oleh umat

    jaman sekarang:

    1) Terlibat dalam tata penyelamatan

    Allah merupakan misteri bagi kehidupan manusia. Allah yang adalah

    misteri itu membuka diri-Nya pertama-tama dengan memperkenalkan pribadi-Nya

    yang penuh kasih. Pernyataan tersebut dinyatakan melalui janji-janji-Nya. Jawaban

    terhadap janji tersebut adalah iman dan pengharapan (Suparyanto, 1994:150).

    Iman bagi Maria adalah menerima Yesus dalam kandungannya,

    memelihara-Nya dengan darahnya dan melindungi-Nya dengan hidupnya sendiri.

    Sebelum Sabda menjadi Manusia dalam kandungannya, Maria menerima Sabda itu

    dengan imannya. Dalam diri Maria, janji penyelamatan Allah menjadi konkret.

    Janji Allah untuk menyelamatkan manusia seluruhnya dipenuhi dalam totalitas

    hidup Yesus. Janji Allah terealisasi dalam diri Yesus. Dengan demikian, kesediaan

    Maria untuk menjadi Bunda Yesus merupakan keterlibatan dalam tata

    penyelamatan Allah (Suparyanto,1994:151).

    2) Taat dalam Iman

    Setelah malaikat membentangkan kepada Maria peranannya dalam tata

    penyelamatan, maka Maria merelakan diri menjadi hamba Tuhan. Sebagai hamba

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Tuhan, Maria hidup taat. Dasar ketaatan Maria yang merelakan diri untuk menjadi

    hamba Tuhan tampak pada saat Maria memberikan jawaban atas kesanggupannya

    untuk mengandung Yesus (Suparyanto, 1994:151).

    3) Percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi

    Suparyanto (1994:151) menyampaikan bahwa sikap iman Maria terungkap

    dalam penyerahan dan jawaban YA-nya terhadap tawaran warta gembira dari

    malaikat. Iman Maria dalam menerima kabar itu diungkapkan dengan nada

    gembira. Hal ini ditunjukkan melalui nyanyian pujian. Dengan demikian, dapat

    dikatakan bahwa Maria mengandalkan penyelenggaraan ilahi dan percaya kepada

    Allah. Kepercayaan itu mendorong dia untuk selalu berusaha mencari yang

    dikehendaki Allah bagi dirinya.

    4) Siap sedia selaku hamba

    Di hadapan Allah, Maria bukan manusia sempurna. Maria sering mengalami

    kegelapan iman. Namun Maria selalu terbuka kepada kehendak Allah sehingga

    dalam keterbatasannya pun dia selalu terarah pada tawaran Allah dan bisa

    mengatasi keterbatasannya yang menyesatkan. Kesiap-sediaan Maria ditunjukkan

    dengan meninggalkan segala-galanya demi kehendak Allah yang dicintai dan

    mencintainya. Dia tidak pertama-tama mencari kepentingan dirinya selain

    kehendak Allah (Suparyanto, 1994:152).

    5) Ibu yang Setia

    Suparyanto (1994:152) menyampaikan bahwa kesetiaan Maria sangat

    menonjol pada saat dibutuhkan. Pada saat banyak orang mulai ragu dan sangsi

    mengenai isi imannya kepada Yesus, Maria hadir. Kehadiran Maria menyentuh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Putranya yang tergantung pada kayu salib. Bagi Maria, dia menjadi setia karena dia

    terus-menerus menjalin relasi dengan Putra yang dikasihinya. Makin dekat dan

    personal hubungan itu makin menambah sikap untuk setia.

    6) Pelindung

    Dalam hidup menggereja, Maria sering dijadikan sebagai pelindung kota,

    gereja-paroki, kelompok doa, atau tarekat-tarekat religious. Menjadikan Maria

    sebagai pelindung merupakan salah satu cara untuk menghormatinya. Dalam

    penghormatan kepada Maria, perhatian pada peristiwa-peristiwa hidupnya atau

    segi-segi kepribadiaanya mendapat tekanan berbeda-beda. Penghormatan itu

    memperlihatkan bahwa Maria dekat dengan setiap orang yang berusaha hidup

    mengikuti Yesus (Suparyanto, 1994:152).

    Berdasarkan butir-butir diatas, Maria menjadi teladan bagi para pengikut

    Yesus Kristus. Maria menjadi pola dasar dalam beriman. Masing-masing orang

    sesuai dengan kedudukan dan perannya dapat menemukan teladannya. Semua

    wanita/ibu dapat melihat keteladanan Maria, khususnya sikap dasar Maria dalam

    berelasi dengan Allah (Suparyanto, 1994:153).

    B. Tahap-tahap Kedewasaan Iman

    1. Arti Kedewasaan Iman

    a. Pengertian Iman

    Supratiknya (1995:47) menyampaikan pandangan Cantwell Smith dan

    Fowler yang menyatakan perbedaan antara faith, belief dan religion. Menurutnya,

    faith dapat diuraikan sebagai sesuatu yang terpisah dari perwujudan konkret ajaran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    doctrinal, keyakinan-keyakinan dan pernyataan kepercayaan (beliefs). Sedangkan

    belief merupakan seluruh isi keyakinan dan pandangan religious yang diungkapkan

    dalam representasi tertentu dan dianggap benar sebagai ajaran resmi agama yang

    bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa belief adalah suatu tindakan pengetahuan

    yang didasarkan pada suatu tingkat evidensi yang rendah. Religion diartikan

    sebagai suatu kumpulan tradisi kumulatif yang semua pengalaman religius dari

    masa lalu dipadatkan dan diendapkan ke dalam seluruh sistem bentuk ungkapan

    tradisional yang bersifat kebudayaan dan lembaga.

    Faith adalah suatu tindakan percaya yang intens, fundamental dan sangat

    pribadi. Faith adalah “orientasi seluruh pribadi” dan “merupakan cara fundamental

    untuk percaya dan menanggapi hidup yang terjadi dalam bentuk keagamaan

    tradisional, seperti Kristen dan Islam atau tidak”. Jika faith merupakan suatu

    tindakan yang mendasar dari kepercayaan hidup dan kesetiaan eksistensional, faith

    dapat dipandang sebagai “kepercayaan hidup” atau “kepercayaan eksistensional”

    yang jauh lebih fundamental dan pribadi daripada religion dan belief (Supratiknya,

    1995: 48).

    Perlu ditekankan bahwa kepercayaan hidup harus dipandang sebagai suatu

    tindakan asli eksistensi manusia sebagai upaya mencari arti dan makna. Hal tersebut

    berarti bahwa human faith tidak boleh dipandang sebagai milik statis atau sebagai

    kata sifat, melainkan sebagai aktus dinamis atau sebagai kata kerja. Oleh karena itu

    Fowler menciptakan suatu istilah baru dalam bahasa bahasa Inggris yaitu faithing.

    Faithing dipandang sebagai suatu dinamika pemberian arti supaya manusia dapat

    menyingkapkan arti hidupnya (Supratiknya, 1995: 48-49).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    b. Tahap-tahap Perkembangan Iman

    Supratiknya (1995:95) menyampaikan kembali pandangan Fowler bahwa

    perkembangan iman mencerminkan suatu kesadaran diri yang semakin intens,

    sesuai dengan urutan tahap yang dilewati oleh setiap pribadi. Tahap-tahap tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1) Tahap Kepercayaan Awal dan Elementer (Primal Faith): Usia kanak-kanak, 0 – 2 tahun

    Tahap awal ditandai oleh cita rasa yang bersifat praverbal terhadap kondisi

    eksistensi yaitu rasa percaya dan setia yang elementer pada semua orang dan

    lingkungan yang mengasuh sang bayi dan pada gambaran kenyataan yang paling

    akhir dan mendasar. Kepercayaan eksistensial menyusun gambaran tentang

    kekuasaan akhir yang dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul

    dalam diri anak kecil sebagai akibat dari ancaman peniadaan hidup dan pemisahan

    dirinya dari para pengasuhnya. Karena berkat lingkungan pengasuh dan orang lain

    yang mencerminkannya secara berangsur-angsur, anak kecil belajar membedakan

    kebaikan yang dirasai sebagai hal yang dapat dipercaya dan kejahatan yang harus

    dicurigai dan dihindari sebagai sumber bahaya dan ancaman (Supratiknya, 1995:

    96-99).

    Fungsi kepercayaan elementer awal adalah menciptakan suatu jaringan kuat

    yang terjalin oleh sejumlah arti vital yang dapat diandalkan dan sejumlah relasi

    kepercayaan serta kesetiaan yang tidak dapat diragukan, demi menanggulangi

    ketakutan yang mendasar akan ketiadaan dan perasaan asli tentang rapuhnya segala

    sesuatu yang ada. Kepercayaan elementer adalah suatu rassa yang menyusun

    gambaran atau pragambaran. Pragambaran Allah dan lingkungan yang mendalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    dan akhir mempunyai matriks ontogenetiknya pada gambaran anak tentang

    pengasuhnya (Supratiknya, 1995: 99-100).

    Pengalaman kepercayaan akan suatu Allah telah digariskan dan

    dilambangkan oleh para pengasuh utama. Pada tingkat rendah ini Allah telah

    dialami dalam keselarasan-Nya sebagai kehadiran yang ramah sekaligus tegas yang

    mengarahkan kepada manusia sekaligus sebagai ketidakhadiran yang dirindukan

    dan menakutkan karena menolah untuk memperlihatkan wajah-Nya kepada

    manusia (Supratiknya, 1995: 101).

    2) Tahap Kepercayaan Intuitif-Proyektif: Masa kanak-kanak, umur 2 – 6 tahun)

    Jenis anak yang ditemukan pada tahap ini adalah anak yang didorong oleh

    rasa diri yang terbagi antara keinginan untuk mengekspresikan dorongan hatinya

    dan ketakutannya akan ancaman hukuman karena kebebasannya yang tanpa batas

    dan tanpa kekang. Kira-kira pada umur 2 tahun, suatu revolusi kognitif baru akan

    terjadi dalam hidup si anak. Tahap pertama yang preverbal diakhiri dengan

    timbulnya kesanggupan berbahasa. Anak belajar menguasai dan menggunakan

    bahasa menurut peraturan bahasa itu sendiri. Maka, ia memiliki suatu medium baru

    untuk menyusun, mengatur dan mengantarai seluruh relasinya dengan dunia, orang

    lain dan dirinya sendiri (Supratiknya, 1995: 104).

    Seandainya Allah dibayangkan sebagai Pencipta dan Sumber Hidup, maka

    anak pun memahami hal itu menurut pola pemikiran magi. Hal ini disebabkan

    karena dunia pengalaman anak praoperasional bercorak magi dan menonjolkan sifat

    berubah-ubah, kebetulan, penuh canda dan tidak dapat diramalkan. Dunia anak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    masih penuh dengan “jiwa”, “dijiwai” oleh bermacam-macam roh halus. Keadaan

    ini disebut “animisme” (Piaget) yaitu anak percaya pada roh-roh yang mendiami

    sekalian benda seperti pohon, batu, sungai, gunung dan sebagainya. Menurut

    pandangan animisme ini, awan-awan bisa tahu dengan tepat ke mana mereka mau

    menjatuhkan hujan sehingga anak dapat memanggil Allah agar Ia menciptakan

    keadaan tertentu dengan mengambil suatu tindakan magis. Tentu hal ini sesuai

    dengan keinginan si peminta (Supratiknya, 1995:110).

    Anak telah belajar berbahasa dan bercakap-cakap serta daya fantasinya

    menguasai seluruh orientasi mental. Maka seluruh dunia pengalaman dipercaya dan

    diperindah dengan cerita, simbol, isyarat dan perumpamaan konkret. Imajinasi,

    pengamatan dan perasaan dirangsang dan dijiwai oleh gambaran-gambaran kuat

    tentang makhluk dan kekuatan gaib yang melindungi atau mengancam hidup anak.

    Sikap hormat dan doa orang tua dan orang dewasa lain membuktikan bahwa pasti

    ada kekuatan tak kelihatan dengan kewibawaan lebih tinggi yang jauh melampaui

    kekuatan dan daya mereka. Dengan kata lain, melalui sikap dan isyarat orang tua,

    anak memperoleh dan memperkuat kesadaran mengenai adanya kekuatan gaib yang

    samar-samar namun amat berdaya yang menguasai hidup orang tua dan seluruh

    alam semeseta (Supratiknya, 1995:110).

    3) Tahap Kepercayaan Mitis-Harfiah: Masa kanak-kanak dan selanjutnya, umur 6-11 tahun)

    Pada tahap ini, dunia anak seusia ini sudah memasuki dunia pengalaman

    seorang anak usia sekolah. Pada usia ini, anak ingin memantapkan kemandirian dan

    mengokohkan rasa harga dirinya dengan mengembangkan dan mengokohkan rasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    harga dirinya dengan mengembangkan dan meperlihatkan potensi sosialnya. Ia

    sangat tahu bahwa apabila ia melaksanakan tugasnya secara mantap sesuai

    kompetensi maksimal, orang lain akan mengakui dan dan memujinya sebagai orang

    terampil yang dapat melaksanakan tugas tanpa bantuan dari orang lain. Dapat

    dikatakan bahwa anak dapat menyusun identitasnya berdasarkan rasa yang ingin

    diakui dan dimiliki oleh seluruh kelompok keanggotaannya (Supratiknya,

    1995:121).

    Alasan tahap ini ditandaskan dengan istilah “mitis” karena cerita “mitis”

    merupakan unsur pembentuk kognitif dan struktural utama dalam proses

    pembangunan identitas dari sosial dan hidup kepercayaan anak. Cerita mitos ini

    sungguh penting karena dapat menjadi kunci utama bagi anak untuk membuka

    rahasia dunia konkret yang terdalam serta menyediakan gambaran penuntun

    religius anak mengenai lingkungan yang paling akhir yaitu Allah. Sedangkan alasan

    tahap ini ditandaskan dengan istilah “harfiah” karena ternyata pada tahap ini anak

    sebagian besar menggunakan simbol dan konsep menuju rujukan konkret

    (Supratiknya, 1995: 127-128).

    Pada tahap mitis-harfiah, Allah tidak lagi digambarkan dalam konteks

    imajinasi pra-antropomorf, melainkan lebih dipahami menurut simbolisasi

    antropomorf. Allah dipandang semata-mata sebagai seorang pribadi, ibarat orang

    tua atau seorang penguasa yang bertindak dengan sikap memperhatikan secara

    konsekuen, tegas dan jika perlu keras. Singkatnya, Allag bagaikan raja yang

    membuat undang-undang. Allah semacam ini tidak hanya mempunyai kekuasaan

    mutlak untuk menciptakan, tetapi juga memiliki perasaan dan kehendak tertentu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    yang sungguh memperhatikan niat dan motivasi manusia. Dalam membuat

    keputusan, Allah bagaikan orang tua yang adil dan baik, terikat pada hokum

    “resiprositas”, dan “keadilan-kejujuran” (fairness) serta “peraturan permainan

    hidup sosial” yang menuntut bahwa Allah sendiri juga harus menenggang maksud

    dan upaya perjuangan orag lain (Supratiknya, 1995: 130).

    4) Tahap Kepercayaan Sintesis-Konvensional: Masa adolsen dan seterusnya, umur 12 – masa dewasa)

    Pada umur 12 atau 13 tahun suatu perubahan baru terjadi dalam struktur

    pengartian si remaja. Muncullah berbagai macam kemampuan kognitif yang

    berpolakan operasi formal dini sehingga anak secara terpaksan harus meninjau

    kembali pandangan hidupnya. Gaya kognitif baru ini memungkinkan terjadinya

    suatu cara interaksi sosial baru (Supratiknya, 1995: 134).

    Pertanyaan mengenai jati dirinya mulai menghantui pikirannya. Fungsi dan

    tugas kepercayaan adalah mensintesiskan dan mengintegrasikan bermacam-macam

    bayangan diri serta menjadikannya satu kesatuan diri atau identitas diri yang

    koheren dan yang dapat berfungsi baik. Di dalam sintesis identitas diri ini, berbagai

    bagian ego yang dipantulkan kembali oleh semua orang lain dalam bentuk

    bayangan diri serta aneka pengalaman dan keterlibatan sosial semuanya

    dipersatukan. Oleh karena itu Fowler menyebut tahap ini dengan istilah “sintesis”

    (Supratiknya, 1995: 135).

    Sintesis identitas diri global yang nonanalitis dan nonrefleksif biasanya

    didukung dan diperkuat secara ekstrinsik oleh suatu ideologi atau pandangan dunia

    yang masih bersifat implisit, tak terucapkan dan belum direfleksikan secara kritis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    pula. Akibatnya, sintesis dari berbagai macam pandangan dan nilai kepercayaan

    tersebut belum bersifat pribadi dan sebagian besar bersifat irefleksif. Visi global

    yang memperkuat kesatuan identitas diri menjadi mungkin karena remaja semakin

    sanggup untuk secara refleksif dan bersikap mengambil jarak mempersatukan

    sekian banyak cerita spontan menjadi satu sintesis konstruktif berupa “supra-cerita”

    (cerita utama) berdasarkan arti abstrak dan umum. Identitas diri dibangun

    berdasarkan rasa kesetiakawanan, kesetiaan dan kepercayaan kepada orang lain.

    Pola kepercayaan ini disebut “konvensional”, sebab secara kognitif, afektif dan

    sosial seorang remaja menyesuiakan diri dengan orang lain (Supratiknya, 1995:

    135).

    Apabila remaja mengalami ketegangan kognitif-sosial atau soal-soal yang

    mendua-arti lainnya, maka ia akan mencoba mengatasi segalanya itu berdasarkan

    autoritas ekstern yang dipandang sah, karena ia belum dapat mengandalkan

    perasaan dan pendapatnya secara pribadi yang belum mandiri dan masih terasa

    sedikit kacau-aneh. Oleh karena itu, semua ini perlu memainkan peranan dalam

    pergeseran yang terjadi pada gambarannya mengenai Allah. Allah dipandang

    menurut model “kepribadian” dan sifat “pribadi” yaitu sebagai Pribadi Lain yang

    penuh misteri dan daya pesona. Pribadi Lain yang ilahi ini terasa sangat penting

    bagi pribadi remaja karena Dialah yang menopang seluruh daya upaya hidup remaja

    tersebut (Supratiknya, 1995: 136).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    5) Tahap Kepercayaan Individuatif-Reflektif: Masa dewasa awal dan sesudahnya, umur 18 tahun dan seterusnya

    Usia 18 atau sekitar umur 20 tahun sekali lagi orang mengalami suatu

    perubahan yang mendalam dan menyeluruh dalam hidupnya. Pertama, Pada tahap

    ini muncul suatu kesadaran jelas tentang identitas diri yang khas dan otonomi

    tersendiri, diperjuangkannya suatu jenis kemandirian baru, yakni kesadaran diri dan

    refleksi yang mendalam. Perubahan penting yang kedua adalah bahwa berkat daya

    operasional formal dan sikap refleksivitas dirinya yang tinggi, orang dewasa muda

    mulai mengajukan pertanyaan kritis mengenai keseluruhan nilai, pandangan hidup,

    keyakinan kepercayaan dan komitmen yang sampai saat itu bersifat tak diucapkan

    serta diterima sebagai benar dan sah (Supratiknya, 1995: 160).

    Orang dewasa muda sendiri yang harus memikul tugas menentukan pilihan

    dan menyingkirkan sekian banyak alternatif lain menyangkut komitmen dalm hidup

    dan kepercayaan yang terbuka baginya. Ia tidak dapat bersandar lagi pada orang

    lain, tetapi dengan berani dan kritis ia sendiri harus memikul tanggungjawab

    terhadap pilihannya secara eksplisit mengenai ideologinya. Perubahan juga terjadi

    menyangkut pandangan dan sikapnya terhadap orang lain dan kelompok. Orang

    dewasa muda sanggup memahami dirinya dan orang lain tidak hanya menurut pola

    sifat “pribadi” atau “antarpribadi”, melainkan juga sebagai bagian dari suatu sistem

    sosial institusional (Supratiknya, 1995:161).

    Tahap ini juga menghasilkan sikap kritis terhadap seluruh simbol, mitos,

    dsb., sehingga dengan tepat bisa disebut sebagai tahap “demitologisasi”. Segala

    macam simbol dan mitos mulai diselidiki secara radikal-kritis. Ini berarti bahwa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    simbol tidak lagi dipandang identic dengan isi sakral yang dilambangkan,

    melainkan sebagai sarana ekstern (Supratiknya, 1995:161).

    Gambaran orang dewasa muda mengenai Allah memperlihatkan unsur-

    unsur individuatif-reflektif dan kritis-rasional. Dengan sikap kritis ia mencari dan

    menyusun suatu gambaran tentang Allah yang dapat dipertanggungjawabkan secara

    pribadi dan rasional. Sesuai dengan kecenderungan individuatifnya, kini Allah

    dicari dalam diri pribadi sendiri dan dikaitkan dengan ego eksekutif yang bersumber

    pada autoritasnya sendiri. Allah sering tampak dalam dirinya bahkan dihayati

    sebagai suara hatinya sendiri yang mendorong orang dewasa muda untuk memikul

    tanggungjawab, menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri. Oleh

    karena itu, gambaran Allah pun juga bergantung pada ego itu, bahkan mungkin

    merupakan sejenis proyeksi diri dari ego tersebut (Supratiknya, 1995: 180).

    6) Tahap Kepercayaan Konjungtif: Usia setengah baya dan selanjutnya, umur minimum sekitar 35/40 tahun)

    Dengan istilah konjungtif, Fowler hendak menjelaskan titik pandangan

    hidup yang khas pada tahap ini. Segala hal yang bersifat pertentangan dan

    kontradiksi kini dipersatukan dalam suatu kesatuan utuh yang lebih tinggi dan

    melampaui segala pertentangan tanpa meniadakannya. Pada tahap ini sang pribadi

    merasa sungguh-sungguh peka terhadap segala macam paradoks, pertentangan,

    kontradiksi yang ingin dipersatukannya (Supratiknya, 1995: 187).

    Pada tahap ini timbullah sejenis diri yang baru. Diri ini bukan lagi “diri

    eksekutif dan institutif” dan tidak identic dengan ego rasional yang memiliki control

    mutlak. Diri baru ini adalah “diri antarpribadi” dan merupakan suatu diri yang lebih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    utuh-integratif yang mengacu pada keutuhan keseluruhan pribadi. “Diri

    antarpribadi” tidak lagi berakar dan meresap di dalam ego eksekutif, sang

    pengontrol rasional, melainkan memiliki ego yang merupakan bagian dari seluruh

    diri kepribadian yang lebih mendalam dan luas. Di dalam diri yang utuh-integral,

    yang didorong oleh daya dan semangat keseluruhan dan keutuhan berbagai

    pertentangan dan ketegangan diintegrasikan ke dalam kesatuan diri yang lebih

    tinggi (Supratiknya, 1995: 191).

    Pada tahap kepercayaan konjungtif, iman untuk pertama kali secara pribadi

    dan kritis dirasakan sebagai kekuatan eksistensial yang paling benar dan paling

    penting, jauh melampaui segala daya manusia yang terbatas. Meskipun kekuatan

    itu bekerja dari dalam lubuk hati dan dasar terdalam eksistensi manusia,

    pengaruhnya sangat halus, sedikit tersembunyi dan hanya tampak secara perlahan-

    lahan. Cara kerja Allah terhadap manusia sungguh-sungguh halus dan niat-Nya itu

    ditunjukkan secara berangsur-angsur melalui dan di dalam proses hidup sang

    pribadi sendiri. Bukan melalui perintah-perintah yang ditetapkan dari luar atau atas.

    Kehendak Allah tampak dalam seluruh perjalanan pengalaman hidup yang

    berproses. Seluruh pribadi menanggapi undangan Allah untuk menjadi partner-Nya

    dalam usaha bersama mewujudkan “Kerajaan Allah” (Supratiknya, 1195: 213).

    7) Tahap Kepercayaan yang Mengacu pada Universalitas: Usia pertengahan dan selanjutnya, sekitar 30 tahun)

    Kepercayaan yang mengacu pada Universalitas sebenarnya jarang terjadi.

    Jika terjadi, biasanya berkembang sesudah umur 30 tahun. Tahap kepercayaan ini

    terutama muncul pada tokoh-tokoh besar di sejarah agama. Perubuhan kognitif,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    afektif dan sosial tampak dalam bentuk reorientasi diri pribadi. Pribadi melepaskan

    diri sebagai pusat istimewa proses konstitusi kepercayaan dan semakin mundur ke

    belakang. Pribadi mengosongkan diri, tetapi sekaligus mengalami diri sebagai

    makhluk yang berakar dalam Allah dan daya kesatuan Adanya yang menjadi

    inspirasi utama, pusat tunggal dan satu-satunya perspektif baginya (Supratiknya,

    1995:218).

    Pribadi yang berada dalam pola kepercayaan yang mengacu pada

    universalitas ini mampu mengatasi seluruh ketegangan dan paradoks. Tahap ini

    melampaui paradoks dengan cara hidup yang disiplin etis dan mati raga yang tinggi

    mengaktualisasikan visi dan pemahaman universalitas konkret. Seluruh

    pertentangan dan paradoks ini dihayati sebagai bagian hakiki dari seluruh kesatuan

    utuh Adanya. Namun kini seluruhnya disatupadukan dalam suatu pemahaman

    terhadap kesatuan dari seluruh yang ada, yang sifatnya tidak lagi paradoksal

    (Supratiknya, 1995: 221).

    2. Kedewasan Iman

    Menjadi dewasa dalam iman berarti manusia dibentuk menurut Kristus yang

    sebagai modelnya. Sebab Dialah Tuhan yang mewahyukan diri dan perwujudan

    sempurna atas jawaban yang menanggapi panggilan Allah. Yesuslah perwujudan

    kesempurnaan religious dan moral (Fuster, 1985: 14).

    Dewasa dalam iman juga dapat diartikan bahwa manusia dengan bantuan

    rahmat Allah mewujudkan kemampuan batin yang diterima sewaktu dibaptis untuk

    menjadi serupa dengan Yesus. Namun, bukan berarti manusia kehilangan identitas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    diri dalam kesatuannya dengan Yesus. Justru Kristus hidup dalam diri manusia

    dengan segala keunikannya dan Ia hadir untuk membantu manusia mewujudkan

    identitasnya yang unik sesuai dengan kehendah Allah (Fuster, 1985: 14).

    Fuster (1985: 15) menyatakan bahwa menjadi dewasa dalam iman berarti

    manusia secara perlahan-lahan semakin terlibat dalam perutusan Yesus. Yesus

    diutus oleh Bapa-Nya ke dunia untuk mewahyukan Allah kepada manusia dan

    membawa umat manusia kembali kepada Allah. Kedewasaan dalam iman dapat

    bertumbuh kembang jika umat manusia bekerja sama dengan Kristus dalam

    membangun Tubuh-Nya dan menyatukan seluruh umat manusia dengan Dia.

    Kedewasaan iman yang tumbuh dan berkembang dapat menghasilkan buah-

    buah yang bisa dilihat dan dialami oleh setiap manusia. Misalnya, seorang pemuda

    tekun meresapkan Sabda Tuhan dalam hidupnya, ia menjadi lebih bertanggung

    jawab dalam menyiapkan masa depannya, menjujung tinggi nilai-nilai moral, suara

    hatinya lebih dipertajam, melihat kebutuhan orang lain, sabar, setia, giat

    memperkembangkan iman rekan-rekannya (Fuster, 1985:15).

    C. Legio Maria

    1. Pengertian Legio Maria

    Legio Maria adalah perkumpulan orang Katolik yang telah mendapat

    pengesahan Gereja dan berdiri kuat di bawah pimpinan kuat Bunda Maria untuk

    bertempur dalam peperangan abadi antara Gereja melawan dunia dan kekuatan

    jahatnya. Legio dapat disebut sebagai pejuang cinta kasih. Maria dan para umat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    berkumpul untuk mewujudkan cinta kasih kepada semua umat (Rahman Tamin,

    1960:7).

    Penerimaan anggota pertama para legioner Maria dilaksanakan di Myra

    House, Francis Street, Dublin, Irlandia pada tanggal 7 September, pukul 8 petang

    tahun 1921 menjelang hari raya kelahiran Bunda Maria. Pada awalnya perkumpulan

    ini dikenal sebagai “Puteri Kerahiman” dan kemudian perkumpulan ini dikenal

    sebagai “Perkumpulan Puteri Kerahiman”. Berdasarkan penerimaan anggota

    pertama, ditetapkanlah tanggal 7 September sebagai hari kelahiran Legio Maria

    (Rahman Tamin, 1960:9).

    2. Pendiri Legio Maria

    Frank Duff adalah pendiri Legio Maria.Ia lahir di Dublin, Irlandia pada

    tanggal 7 Juni 1889. Ia menjadi pegawai pemerintah pada usia 18 tahun. Pada saat

    umur 24 tahun ia bergabung dengan Serikat Santo Vincentius dimana ia dibina

    menuju penghayatan iman Katolik yang lebih dalam dan bersamaan dengan itu ia

    memperoleh kepekaan tinggi akan kebutuhan orang miskin (Pandoyoputro,

    1993:5).

    Bersama-sama dengan sekolompok wanita Katolik dan Pater Michael

    Toher, Uskup Agung Dublin, membentuk presidium Legio Maria yang pertama

    pada tanggal 7 September 1921. Sejak hari itu sampai akhir hayatnya, 7 November

    1980, ia membimbing perluasan Legio ke seluruh dunia dengan pengabdian gagah

    berani. Ia hadir dalam Konsili Vatikan II sebagai pengamat awam. Pengertiannya

    yang mendalam tentang peran “Perawan yang Terberkati” dalam rencana

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    penyelamatan, seperti juga tentang peran awam yang setia dalam tugas misi

    Gerejawi (Pandoyoputro, 1993:5).

    3. Tujuan Legio Maria

    Tujuan Legio Maria adalah kemuliaan Allah melalui pengudusan

    anggotanya yang dikembangkan dengan doa dan kerjasama aktif di bawah

    bimbingan Gereja. Dengan izin Konsilium dan peraturan-peraturan yang tercantum

    dalam buku pegangan resmi Legio, maka Legio Maria menyediakan diri untuk

    membantu Uskup setempat dan Pastor Paroki melaksanakan karya pelayanan sosial

    dan aksi Katolik yang dirasa pantas oleh pejabat Gereja. Para Legioner tidak boleh

    melakukan tugas-tugas di atas tanpa izin Pastor Paroki atau Uskup (Rahman Tamin,

    1960:10).

    4. Semangat Legio Maria

    Semangat Legio Maria adalah semangat Maria sendiri. Semangat Maria ini

    akan tampak pada kerendahan hati Maria yang luar biasa, ketaatannya yang

    sempurna, keindahannya yang laksana malaikat. Legio Maria juga mencerminkan

    sikap Maria yang berdoa terus-menerus, mati raga yang menyeluruh, kemurniannya

    yang tak bercela, ketaatannya yang gagah berani, kebijaksanaannya yang surgawi,

    pengorbanannya untuk kasih akan Allah dan di atas segala imannya bahwa

    kebajikan tanpa batas hanya ada pada dirinya dan tidak ada duanya. Oleh karena

    dijiwai oleh kasih dan iman Maria, maka para legioner sanggup melaksanakan tugas

    apa saja yang diberikan dan tidak akan mengeluh (Pandoyoputro, 1993:13).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    5. Motivasi Menjadi Legioner

    Senatus Legio Maria (2011: 5) menyampaikan bahwa dalam usaha

    membangun dan menumbuhkembangkan motivasi menjadi legioner perlu

    memahami dan menghayati karya Legio Maria dengan baik. Alasan dasar yang

    keluar dari niat yang murni dan tulus inilah yang membuat seseorang akan punya

    komitmen terhadap keputusan yang diambil. Motivasi yang diharapkan menjadi

    Legioner adalah:

    a. Ingin menghayati sakramen baptis

    Dalam Gal 3:27 disebutkan bahwa semua umat beriman yang telah dibaptis

    telah mengenakan Kristus. Maksudnya adalah umat yang telah dibaptis hidupnya

    harus berpola pada Kristus, yakni berlandaskan kasih, hidup dalam kebenaran,

    tekun melayani, menciptakan kerukunan dan kedamaian meskipun semua itu harus

    disertai dengan pengorbanan (Senatus Legio Maria, 2011:5).

    b. Memenuhi himbauan Kristus dalam sabda-Nya (Mat 28:18-20)

    Yesus mendekati mereka dan berkata, “KepadaKu telah diberikan segala

    kuasa si surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-

    Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah

    kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman”. Ayat

    tersebut menegaskan bahwa para murid Yesus diundang untuk mewartakan kabar

    sukacita atau keselamatan. Inilah yang harus menjadi alasan para legioner masuk

    dalam Organisasi Kerasulan Awam Legio Maria, mau membantu karya Kristus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    untuk mewartakan ajaran-Nya dan menyebarluaskan Kerajaan-Nya (Senatus Legio

    Maria, 2011:6).

    c. Menjadikan Kerasulan Legio Maria sebagai persembahan hidup kepada Tuhan dan Gereja-Nya

    Merasul melalui Legio Maria ini merupakan persembahan kepada Kristus

    dan Gereja-Nya. Persembahan kepada Kristus dan Gereja harus dilaksanakan

    dengan baik dan sepenuh hati. Oleh karena itu, para legioner perlu ditegaskan untuk

    menyadari dan memahami bahwa rapat dan tugas bukan sebagai beban melainkan

    sebagai sarana untuk memperoleh rahmat (Senatus Legio Maria, 2011:6).

    6. Tugas-tugas Pokok Para Legioner

    Menjadi penjuang cinta kasih Maria diharapkan untuk melaksanakan tugas-

    tugas pokok legioner. Tugas pokok ini dapat dilaksanakan dengan cara hadir teratur

    dan tepat waktu dalam rapat mingguan presidium, melakukan tugas mingguan,

    melengkapi rapat dengan laporan lisan tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan,

    kewajiban menyimpan rahasia yang didiskusikan selama rapat, kewajiban memiliki

    buku catatan, kewajiban berdoa khas Legio Maria setiap hari (Rantai Doa Legio).

    Para legioner juga wajib menjaga hubungan antar anggota dan rekan kerja. Di

    samping itu, para legioner mempunyai tugas untuk merekrut anggota-anggota baru

    supaya anggota Legio Maria semakin banyak. Menjadi legioner juga memiliki

    kewajiban mempelajari buku pegangan, harus senantiasa bertugas, tekun berdoa

    dan berbakti pada Ekaristi suci (Rahman Tamin, 1960:186-209).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    7. Legio Maria Berkarya Di Paroki

    Legio Maria dapat dibentuk bila ada ijin dari Pastor Paroki dan Uskup

    setempat. Apabila Legio Maria berdomisili di suatu paroki maka sudah selayaknya

    Legio Maria berkarya di dalam paroki untuk kepentingan kedua belah pikah. Selain

    itu, para legioner dapat bekerja sama dengan Pastor Paroki dan para imam di paroki

    tersebut (Senatus Legio Maria, 2011:63).

    Legio Maria diharapkan untuk bekerjasama dalam mensejahterakan rohani

    umat. Dalam berkarya dan bekerjasama, para legioner diharapkan memiliki rasa

    dedikasi dan tanggung jawab. Meskipun demikian, para legioner ditegaskan untuk

    tetap memperhatikan kaidah-kaidah dan sistem Legio Maria supaya yang

    bertentangan dengan sistem Legio Maria harus dihindari. Di sisi lain Legio Maria

    juga mempunyai hak untuk mendapat pelayanan dan bimbingan dari Pastor Paroki

    atau