Demensia Untuk Lansia

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut. Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-teriak, 1

Transcript of Demensia Untuk Lansia

Page 1: Demensia Untuk Lansia

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan

komunikasi. Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya.Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaandemikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut.

Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari perhatian orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-teriak, gelisah, mau lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang lembut.Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap melakukan komunikasi dengan pasien.

Pasien pada demensia lansia sedikit susah untuk mengatur sehari-harinya di karenakan seorang lansia yaitu lupa dalam

1

Page 2: Demensia Untuk Lansia

kegiatannya.dan dia juga berbeda pendapat. Jadi perawat harus sabar menghadapinya.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskanpermasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi antara perawat dengan pasien demensia lanjut usia “

2

Page 3: Demensia Untuk Lansia

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebihmengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaiankomunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat.Empat keharusan tersebut yakni:1. Pengetahuan2. Ketulusan3. Semangat4. Praktek

PengetahuanMengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalampenyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harusmempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakantugasnya setiap hari.Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhankeperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya danmengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalamproses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatanyang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktorpengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedarmenghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari caraberkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan

3

Page 4: Demensia Untuk Lansia

penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari wargamasyarakat akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut,daripada menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugassaja oleh karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memilikipengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasanpengetahuannya terbatas.

KetulusanSekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapikepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja.Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana,mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untukmelecehkannya atau mencemoohnya.Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat seringberhadapan denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat.Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantumeringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu denganpasien yang lainnyaMeskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun seorang perawatmemperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasipenyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baikoleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sedikit pula yangmerasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberikan, sehinggamuncul istilah suster judes.“sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin karena cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau minum obat

4

Page 5: Demensia Untuk Lansia

atau melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi lama kelamaankalau kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir” ungkap suster “H” yangbekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di Bandung.Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat, sosokmanusia yang bisa khilaf. Sedangkan yang membedakannya karena keahlian danketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berhubungandengan penyakitnya.

SemangatDalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusanseorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapatmempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh pasienlebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter ditaatisepenuhnya oleh pasien.Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pulamelatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursiroda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangatyang terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besarlagi.Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasamakarena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat disebabkankurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan. Menghadapisituasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan haruslah bijaksanaterutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberikandorongan. Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam bekerja juga memberikansemangat kepada pasien.

5

Page 6: Demensia Untuk Lansia

PraktekUntuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedarteori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yangtampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkunganmenuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sementarakepribadian perawat juga mendapat porsi yang sama.Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicaramaka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan dalam rangkapraktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencapai kondisiyang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkankonsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga denganmenghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hinggamencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktekberbicara di depan umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku danberani tampil.Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak adakesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun dipuskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.

6

Page 7: Demensia Untuk Lansia

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Pengertian Demensia

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapatmempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkanbeberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioralsymptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004)menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkankumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentusehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secaraabnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakitotak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emositerjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orangdari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidakterdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menanganigejala-gejala boleh diperolehi. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembangsecara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dankemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemundurankepribadian.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkanhancurnya sel-sel otak.Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal.Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisamenyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) danpenurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidakmempengaruhi fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari

7

Page 8: Demensia Untuk Lansia

demensia maupun penyakit Alzheimer stadium awal.Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yangmakin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahunadalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angkakejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidupsuatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia danmeningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlahdemensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan DemensiaVaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negaramaju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab keduasekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang danCina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakitAlzheimer.

8

Page 9: Demensia Untuk Lansia

3.2 Klasifikasi untuk menderita demensia

Menurut Umur: Demensia senilis (>65th) Demensia prasenilis (<65th) Menurut perjalanan penyakit: Reversibel Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb. Menurut kerusakan struktur otak Tipe Alzheimer

Tipe non-Alzheimer Demensia vaskular Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia) Demensia Lobus frontal-temporal Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS) Morbus Parkinson Morbus Huntington Morbus Pick Morbus Jakob-Creutzfeldt Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker Prion disease Palsi Supranuklear progresif Multiple sklerosis Neurosifilis

Tipe campuran Menurut sifat klinis: Demensia proprius Pseudo-demensia Etiologi Demensia

9

Page 10: Demensia Untuk Lansia

3.3 Gejala dari demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkantimbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakitdapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace,N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwapenyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakitvascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dansepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakitAlzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehinggamembuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala Klinis Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler. Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibatgangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yangmassif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurunwaktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yangmenyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjutdengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakanbarang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguankognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampaimenuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran ataupenglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makandan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

10

Page 11: Demensia Untuk Lansia

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :Stadium IBerlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguanmemori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang tergangguadalah memori baru atau lupa hal baru yang dialamiStadium IIBerlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanyaantara lain,Disorientasigangguan bahasa (afasia)

penderita mudah bingungpenurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukankegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudahmelakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat dilingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejalaklinisnya antara lain:Penderita menjadi vegetatiftidak bergerak dan membisudaya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganyasendiritidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecilkegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lainkematian terjadi akibat infeksi atau trauma

Demensia Vaskuler

Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasidarah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibatterjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibatgangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagaidemensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler

11

Page 12: Demensia Untuk Lansia

daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap dirisendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.

Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya: Kelainan sebagai penyebab Demensia :

penyakit degenaratif penyakit serebrovaskuler keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO trauma otak infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis) Hidrosefaulus normotensif

Tumor primer atau metastasis Autoimun, vaskulitif Multiple sclerosis Toksik kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi Gangguan psiatrik :

DepresiAnxietasPsikosis

Obat-obatan :

PsikofarmakaAntiaritmiaAntihipertensiAntikonvulsanDigitalis

Gangguan nutrisi: Defisiensi B6 (Pelagra)Defisiensi B12Defisiensi asam folatMarchiava-bignami diseaseGangguan metabolisme :Hiper/hipotiroidiHiperkalsemiaHiper/hiponatremiaHiopoglikemiaHiperlipidemia

12

Page 13: Demensia Untuk Lansia

HipercapniaGagal ginjalSindromk CushingAddison’s disesseHippotituitariaEfek remote penyakit kankerTanda dan Gejala Demensia

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahankepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari..Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enampuluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejalayang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnyamengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan olehpenderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupameletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulaidirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasakhawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagikeluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyakistirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balikpenurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka. Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti inidapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparahkondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutanbahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderitademensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokuspemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikanseseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan

13

Page 14: Demensia Untuk Lansia

penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu,pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagaipenunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia.Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikapempati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengansabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapatterjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi,depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuanmelakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harisecara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,tempat penderita demensia beradaPenurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata ataucerita yang sama berkali-kaliEkspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuahdrama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasatakut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengertimengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:Pembedaan antara delirium dan demensiaBagian otak yang terkena

14

Page 15: Demensia Untuk Lansia

Penyebab yang potensial reversibelPerlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebutMengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payahPemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EECPencitraan otak amat penting CT atau MRI

15

Page 16: Demensia Untuk Lansia

3.4 Peran Keluarga dan tingkah laku demensia Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderitademensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia. Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggotakeluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia. Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupunsetiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia. Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapatmenghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawatLansia dengan demensia.Tingkah Laku Lansia Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnyadan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan

16

Page 17: Demensia Untuk Lansia

minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali. Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidakmemahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas. Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatuyang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.

Pencegahan & Perawatan DemensiaHal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensiadiantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasamengoptimalkan fungsi otak,seperti :Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol danzat adiktif yang berlebihanMembaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiaphari.Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktifKegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memilikipersamaan minat atau hobiMengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalamkehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

17

Page 18: Demensia Untuk Lansia

3.5 Asuhan keperawatan pasien demensia

Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahundan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranyaadalah alzeimer. Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.

Pengkajian

Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunankemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran.Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia seringterjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat inidiperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.

Tanda dan Gejala

* Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari* Pelupa* Sering mengulang kata-kata* Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan* Cepat marah dan sulit di atur.* Kehilangan daya ingat* kesulitan belajar dan mengingat informasi baru* kurang konsentrasi* kurang kebersihan diri* Rentan terhadap kecelakaan: jatuh* Mudah terangsang* Tremor* Kurang koordinasi gerakan.

Cara melakukan pengkajian Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia

18

Page 19: Demensia Untuk Lansia

Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tamasaudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagaiberikut:Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore /malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikanbahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitastersebut.

Bersikap empati dengan cara:

Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkanperhatianBicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawabPerawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baikBersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindaripenggunaan kata atau kalimat jargon)Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggurespon pasienTanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata yang sama.Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volumeditingkatkan, nada harus direndahkan.Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baikSikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks danterbuka

Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:• Tidak berisik atau ribut

19

Page 20: Demensia Untuk Lansia

• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.

Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengandemensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien danwawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudaralakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasiprilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

Kurang konsentrasi

Kurang kebersihan diri

Rentan terhadap kecelakaan: jatuh

Tidak mengenal waktu, tempat dan orang

Tremor

Kurang kordinasi gerak

Aktiftas terbatas

Sering mengulang kata-kata.

Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansiamengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atautidak sesuai.Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melaluiwawancara:

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan:

Gangguan Proses PikirRisiko Cedera: jatuhTindakan KeperawatanDiagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”

20

Page 21: Demensia Untuk Lansia

Tindakan keperawatan untuk pasien:Tujuan agar pasien mampu:a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapatb. Melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.Tindakan dan aktiftas sehari-hari.Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempatpada pasienAnjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besarDiskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasienBantu keluarga memilih kemampuan yBeri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnyatempat tidur, lemari, pakaian dll.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakanjam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggotakeluarga terdekatBeri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hariBeri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnyaBeri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.Tindakan untuk keluargaTujuanKeluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempatMenyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitasMembantu pasien dalam melakukang dilakukan pasien saat ini.Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuanterhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh pasienAnjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan

21

Page 22: Demensia Untuk Lansia

yang dimilikiAnjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai denganjadwal yang telah dibuat.Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masihdimiliki pasien

Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuaikemampuan yang dimilikiAnjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuaidengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat.

Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”Tindakan pada pasien.TujuanPasien terhindar dari cederaPasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.TindakanJelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yangsederhanaAjarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriakminta tolongBerikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegahcedera.Tindakan untuk keluargaTujuan: Keluarga mampu:Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasienKeluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cederaTindakanDiskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera padapasienAnjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumahtidak licin, jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan peneranganyang cukup, lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika

22

Page 23: Demensia Untuk Lansia

pasien merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkanalat-alat listrik lainnya dari jangkauan klien, sediakan tempat tidur yang rendahMenganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantauaktivitas harian yang dilakukan

23

Page 24: Demensia Untuk Lansia

3.6 Evaluasi Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:

1. Gangguan proses pikir: bingung Kemampuan pasien: Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan Kemampuan keluarga Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan

besar dan jam besar Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan

harian

2.Risiko cedera Kemampuan pasien: Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan Kemampuan keluarga Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkancedera pada pasien Menyediakan pengaman di dalam rumah Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien Selalu menemani pasien di rumah

24

Page 25: Demensia Untuk Lansia

BAB IVPENUTUP

Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individudan mahluk sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil dibidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankansegala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutandan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat,senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.

Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadappasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik iniakan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalamkomunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman..

25

Page 26: Demensia Untuk Lansia

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku KedokteranEGC.Jakarta;1999Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia. Jakarta : Professional Book.Djuarsa, sasa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas TerbukaPurwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGC

26