Demensia Pada Lansia
-
Upload
rika-gusneri-part-ii -
Category
Documents
-
view
149 -
download
0
Transcript of Demensia Pada Lansia
“DEMENSIA PADA LANSIA”Di Bimbing Oleh: Ervandy, S. Kep.NsDisusun Oleh:Nama :miswarohTingkat :IIIANIM:0704032SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANPROGRAM DIII KEPERAWATANKABUPATEN MALANGTahun Akademik 2009-2010TINJAUAN PUSTAKAPengertian DemensiaDemensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.
EpidemiologiLaporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
Klasifikasi
Menurut Umur:
1. Demensia senilis (>65th)
2. Demensia prasenilis (<65th)
Menurut perjalanan penyakit:
1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma,
intoxikasi Pb.
Menurut kerusakan struktur otak
Tipe Alzheimer
1. Tipe non-Alzheimer
2. Demensia vaskular
3. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
4. Demensia Lobus frontal-temporal
5. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
6. Morbus Parkinson
7. Morbus Huntington
8. Morbus Pick
9. Morbus Jakob-Creutzfeldt
10. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
11. Prion disease
12. Palsi Supranuklear progresif
13. Multiple sklerosis
14. Neurosifilis
15. Tipe campuran
Menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensiaEtiologi DemensiaDisebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
Gejala KlinisAda dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.
1. Demensia AlzheimerGejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
Stadium IBerlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami
Stadium IIBerlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain,
Disorientasi
gangguan bahasa (afasia)
penderita mudah bingung
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai
selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga
mengulanginya lagi.
Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi
berat prevalensinya 15-20%,”.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara lain:
Penderita menjadi vegetatif
tidak bergerak dan membisu
daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri
tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
2. Demensia VaskulerUntuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:
1. Kelainan sebagai penyebab Demensia :
penyakit degenaratif
penyakit serebrovaskuler
keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
trauma otak
infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
Hidrosefaulus normotensif
Tumor primer atau metastasis
Autoimun, vaskulitif
Multiple sclerosis
Toksik
kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease
2. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi
1. Gangguan psiatrik :
Depresi
Anxietas
Psikosis
2. Obat-obatan :
Psikofarmaka
Antiaritmia
Antihipertensi
3. Antikonvulsan
Digitalis
4. Gangguan nutrisi :
Defisiensi B6 (Pelagra)
Defisiensi B12
Defisiensi asam folat
Marchiava-bignami disease
5. Gangguan metabolisme :
Hiper/hipotiroidi
Hiperkalsemia
Hiper/hiponatremia
Hiopoglikemia
Hiperlipidemia
Hipercapnia
Gagal ginjal
Sindromk Cushing
Addison’s disesse
Hippotituitaria
Efek remote penyakit kankerTanda dan Gejala DemensiaHal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama,
mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata
yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisahDiagnosisDiagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
Pembedaan antara delirium dan demensia
Bagian otak yang terkena
Penyebab yang potensial reversibel
Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
Pencitraan otak amat penting CT atau MRIPeran KeluargaKeluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.
Tingkah Laku LansiaPada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.
Pencegahan & Perawatan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang
berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
o Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
o Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari
dapat membuat otak kita tetap sehat.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIAMasalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.PengkajianDemensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.
Tanda dan Gejala
1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2. Pelupa
3. Sering mengulang kata-kata
4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5. Cepat marah dan sulit di atur.
6. Kehilangan daya ingat
7. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8. kurang konsentrasi
9. kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Mudah terangsang
12. Tremor
13. Kurang koordinasi gerakan.Cara melakukan pengkajian
1. Membina hubunga saling percaya dengan klien lansiaUntuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai
dengan konteks agama pasien.
2. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara
adalah perawat yang akan merawat pasien.
3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
6. Bersikap empati dengan cara:
o Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
o Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
o Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
o Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
1. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari penggunaan kata
atau kalimat jargon)
2. Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu respon pasien
3. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata yang sama.
4. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume ditingkatkan, nada harus
direndahkan.
5. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik
6. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka
7. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:
• Tidak berisik atau ribut
• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
Kurang konsentrasi
Kurang kebersihan diri
Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
Tremor
Kurang kordinasi gerak
Aktiftas terbatas
Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai.Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:Diagnosa KeperawatanBerdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir
2. Risiko Cedera: jatuhTindakan KeperawatanDiagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”
Tindakan keperawatan untuk pasien:
Tujuan agar pasien mampu:
a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat
b. Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
Tindakan
1. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya tempat
tidur, lemari, pakaian dll.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam besar,
kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga
terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
5. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.
6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.
8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
9. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tindakan untuk keluarga
Tujuan
Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat
Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas
Membantu pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.Tindakan
1. Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
4. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.
5. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan terhadap kemampauan
yang masih dimiliki oleh pasien
6. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat.
8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki pasien
9. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
10. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal
kegiatan yang sudah dibuat.Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”
Tindakan pada pasien.Tujuan
1. Pasien terhindar dari cedera
2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.Tindakan
1. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang sederhana
2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak minta tolong
3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah cedera.Tindakan untuk keluarga
Tujuan: Keluarga mampu:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien
2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cederaTindakan
1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah tidak licin,
jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan yang cukup, lampu tetap
menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika pasien merokok, tutup steker dan alat
listrik lainnya dengan plester, hindarkan alat-alat listrik lainnya dari jangkauan klien, sediakan
tempat tidur yang rendah
3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau aktivitas harian
yang dilakukanEvaluasiUntuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:1. Gangguan proses pikir: bingungKemampuan pasien:
1. Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar
2. Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal
3. Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini
4. Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual
5. Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatanKemampuan keluarga
1. Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang
2. Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan besar dan jam besar
3. Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat
4. Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian2.Risiko cederaKemampuan pasien:
1. Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera
2. Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera
3. Mengontrol aktivitas sesuai kemampuanKemampuan keluarga
1. Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada pasien
2. Menyediakan pengaman di dalam rumah
3. Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien
4. Selalu menemani pasien di rumah
5. Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien
4 Votes
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DEMENSIA
1. A. KONSEP DASAR PENYAKIT
2. 1. Pengertian
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global
yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh
pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing,
2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang terletak
pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang
terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi
degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana
terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa
terjadi kemunduran kepribadian. (http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)
1. 2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi
usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia
dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara
industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau
sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia
Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan
Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan
demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat
penyakit Alzheimer.
1. 3. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia
ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak
dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat
bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh
penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan peredaran
darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus
ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose – etiologi dapat
ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan
sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006)
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah
kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
1. 4. Klasifikasi
2. Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama kali
mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan
gejala :
Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif,
Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
Kehilangan inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun pemeriksaan
neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang
strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
1. Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat gejala-
gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
Peningkatan reflek tendon dalam,
Respontar eksensor,
Palsi pseudobulbar,
Kelainan gaya berjalan,
Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu
dibedakan dengan demensi Alzheimer.
Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ; hipertensi,
DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.
Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
Terdapat gejala demensia
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
1. 5. Tanda dan Gejala
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan
kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
1. 6. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab spesifik
penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori
lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari
aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi
biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan
pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga
penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer
terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi
kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih besar, protein
precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit
Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa
diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan
lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan
lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler
adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran
spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan
zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter
menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf. Tau
dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit
Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula
di tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang
menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak.
Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam
perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi,
dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy yang lama dan
parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun
setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya menderita demensia sedang
atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley, 2006)
1. 7. Pathway (terlampir)
1. 8. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
Pembedaan antara delirium dan demensia
Bagian otak yang terkena
Penyebab yang potensial reversibel
Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
1. 9. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional dapat
menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis
yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus
dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia
yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis
suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala
spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan
yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian
besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat,
terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah
medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal.
Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi,
kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus
diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia,
obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta
untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi
kognitif.
v Obat untuk demensia
1. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-
enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara
keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga
disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan
noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat
terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
1. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan
hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada
neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi
hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit
perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif,
walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam
cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
1. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat
memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa
gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki
keadaan umum.
1. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi demensia,
ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-
dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung,
serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati
dan perilaku.
1. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan
pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf
pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia
dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa
dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama
yang mengidap hipertensi esensial
1. 10. Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga
ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang
berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat
atau hobi
1. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
1. B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. 1. Pengkajian
Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien dengan demensia
adalah sebagai berikut :
1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2. Pelupa
3. Sering mengulang kata-kata
4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5. Cepat marah dan sulit di atur.
6. Kehilangan daya ingat
7. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8. Kurang konsentrasi
9. Kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Tremor
12. Kurang koordinasi gerakan.
1. 2. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan
stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi
sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas,
apatis, gelisah, halusinasi.
3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku
defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal
tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan
kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.
6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan
cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi
tempat, orang dan waktu.
8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa,
kemunduran hobi, perubahan sensori.
9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak
terkoordinasi, aktivitas kejang.
1. 3. Perencanaan
N
o
Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi
1 Perubahan
proses pikir
Setelah diberikan
tindakan
1. Kembangkan lingkungan
yang mendukung dan
berhubungan
dengan
perubahan
fisiologis
(degenerasi
neuron
ireversibel)
ditandai dengan
hilang ingatan
atau memori,
hilang konsentrsi,
tidak mampu
menginterpretasi
kan stimulasi dan
menilai realitas
dengan akurat.
keperawatan
diharapkan klien
mampu mengenali
perubahan dalam
berpikir dengan
KH:- Mampu
memperlihatkan
kemampuan
kognitifuntuk
menjalani
konsekuensi
kejadian yang
menegangkan
terhadap emosi dan
pikiran tentang diri
- Mampu
mengembangkan
strategi untuk
mengatasi
anggapan diri yang
negative
- Mampu
mengenali
perubahan dalam
berpikir atau tingkah
laku dan factor
penyebab
- Mampu
memperlihatkan
penurunan tingkah
laku yang tidak
diinginkan,
ancaman, dan
kebingungan
hubungan klien-perawat yang
terapeutik
1. Kaji derajat gangguan
kognitif, seperti perubahan
orientasi, rentang perhatian,
kemampuan berpikir.
Bicarakan dengan keluarga
mengenai perubahan
perilaku
1. Pertahankan lingkungan
yang menyenangkan dan
tenang
1. Lakukan pendekatan dengan
cara perlahan dan tenang
1. Tatap wajah ketika berbicara
dengan klien
1. Panggil klien dengan
namanya
1. Gunakan suara yang agak
rendah dan berbicara dengan
perlahan pada klien
1. Gunakan kata-kata pendek,
kalimat dan Ulangi instruksi
tersebut sesuai kebutuhan
1. Berhenti sejenak di antara
kalimat/pertanyaan. Beri
isyarat tertentu, gunakan
kalimat terbuka
1. Dengarkan dengan penuh
perhatian pembicaraan klien.
Interpretasikan pertanyaan,
arti, dan kata. Beri kata yang
benar
1. Hindari kritikan, argumentasi,
dan konfrontasi negative
1. Gunakan distraksi. Bicarakan
tentang kejadian yang
sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang
salah, jika tidak
meningkatkan kecemasan
1. Hindari klien dari aktivitas
dan komunikasi yang
dipaksakan
1. Gunakan hal yang humoris
saat berinteraksi pada klien
A. Mengurangi
kecemasan dan
emosional, seperti
kemarahan,
meningkatkan
pengembangan
evaluasi diri yang
positif dan
mengurangi konflik
psikologis
B. Memberikan dasar
perbandingan yang
akan datang dan
memengaruhi rencan
intervensi. Catatan:
evaluasi orientasi
secara berulang
dapat meningkatkan
respon yang
negative/tingkat
frustasi
C. Kebisingan
merupakan sensori
berlebihan yang
meningkatkan
gangguan neuron
D. Pendekatan terburu-
buru menyebabkan
klien bingung,
kesalahan
persepsi/perasaan,
terancam
E. Menimbulkan
perhatian, terutama
pada klien dengan
gangguan perceptual
F. Nama adalah bentuk
identitas diri dan
menimbulkan
pengenalan terhadap
realita dan klien
G. Meningkatkan
pemahaman.
Ucapan tinggi dank
eras menimbulkan
stress/marah yang
mencetuskan
konfrontasi dan
respons marah
H. Seiring
perkembangan
penyakit, pusat
komunikasi dalam
otak terganggu
sehingga
menghilangkan
kemampuan klien
dalam respons
penerimaan pesan
dan percakapan
secara keseluruhan
I. Menimbulkan
respons verbal,
meningkatkan
pemahaman. Isyarat
menstimulasi
komunikasi, memberi
pengalaman positif
J. Mengarahkan
perhatian dan
penghargaan.
Membantu klien
dengan alat bantu
proses kata dalam
menurunkan frustasi
K. Provokasi
menurunkan harga
diri dan merupakan
ancaman yang
mencetuskan agitasi
yang tidak sesuai
L. Lamunan membantu
dalam meningkatkan
disorientasi.
Orientasi pada realita
meningkatkan
perasaan realita
klien, penghargaan
diri dan kemuliaan
(kebahagiaan)
personal
M. Keterpaksaan
menurunkan
keikutsertaan dan
meningkatkan
kecurigaan, delusi
N. Tertawa membantu
dalam komunikasi
dan meningkatkan
kestabilan emosi
2 Perubahan
persepsi sensori
berhubungan
dengan
perubahan
persepsi,
transmisi atau
integrasi sensori
(penyakit
neurologis, tidak
mampu
berkomunikasi,
gangguan tidur,
nyeri) ditandai
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan
perubahan persepsi
sensori klien dapat
berkurang atau
terkontrol dengan
KH:-
Mengalami
penurunan
halusinasi
-
1. kembangkan lingkungan
yang suportif dan hubungan
perawat –klien terapeutik
2. Bantu klien untuk memahami
halusinasi
3. beri informasi tentang sifat
halusinasi ,hubungannya
dengan stresor/pengalaman
emosional yang
traumatic,pengobatan dan
cara mengatasi
4. kaji derajat sensori atau
gangguan persepsi dan
bagaimana hal tersebut
1.
dengan cemas,
apatis, gelisah,
halusinasi.
Mengembangkan
strategi psikososial
untuk mengurangi
stress atau
mengatur prilaku.
-
Mendemonstrasikan
respon yang sesuai
stimulasi
- Perawat
mampu
mengidentifikasi
factor eksternal
yang berperan
terhadap perubahan
- kemampuan
persepsi sensori
mempengaruhi klien
termasuk penurunan
penglihatan atau
pendengaran
1. ajarkan strategi untuk
mengurangi stress
2. anjurkan untuk
menggunakan kaca mata
atau alat bantu pendengaran
sesuai keperluan
3. Meningkatkan kenyamanan
dan menurunkan kecemasan
pada klien
4. Meningkatkan koping dan
menurunkan halusinasi
5. Untuk membantu klien dalam
memahami halusinasi
1.
2.
3 Sindrom stress
relokasi
berhubungan
dengan
perubahan dalam
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
ditandai dengan
kebingungan,
keprihatinan,
gelisah, tampak
cemas, mudah
tersinggung,
tingkah laku
defensive,
kekacauan
mental, tingkah
laku curiga, dan
tingkah laku
agresif.
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
dapat beradaptasi
dengan perubahan
aktivitas sehari- hari
dan lingkungan
dengan KH :-
Mengidentifikasi
perubahan
- Mampu
beradaptasi pada
perubahan
lingkungan dan
aktivitas kehidupan
sehari- hari
-
Mempertahankan
rasa berharga pada
1. Jalin hubungan saling
mendukung dengan klien
2. Orientasikan pada
lingkungan dan rutinitas baru
1. Kaji tingkat stressor (seperti
penyesuaian diri, krisis
perkembangan, peran
keluarga, akibat perubahan
status kesehatan)
2. Tempatkan pada ruangan
pribadi jika mungkin dan
bergabung dengan orang
terdekat dalam aktivitas
perawatan, waktu makan,
dan sebaginya
1. Tentukan jadwal aktivitas
yang wajar dan masukkan
dalam kegiatan rutin
1. Identifikasi kekuatan klien
diri dan identitas
pribadi yang positif
- Membuat
pernyataan positif
tentang lingkungan
yang baru
-
Memperlihatkan
penerimaan
terhadap perubahan
lingkungan dan
penyesuaian
kehidupan
- Mampu
menunjukan
tentang perasaan
yang sesuai/tidak
cemas dan rasa
takut berkurang
- Tidak
menyimpan
pengalaman
menyakitkan
-
Menggunakan
bantuan dari
sumber yang tepat
selama waktu
pengaturan pada
lingkungan baru
yang dimiliki sebelumnya
1. Berikan penjelasan dan
informasi yang
menyenangkan mengenai
kegiatan/peristiwa
1. Catat tingkah laku,
munculnya perasaan
curiga/paranoid, mudah
tersinggung, defensive
1. Pertahankan keadaan
tenang. Tempatkan dalam
lingkungan tenang yang
memberikan kesempatan
untuk “beristirahat”
1. Atasi tingkah laku agresif
dengan pendekatan yang
tenang
2. Gunakan sentuhan jika tidak
mengalami paranoid/sedang
mengalami agitasi sesaat
3. Rujuk ke sumber pendukung
perawatan diri
A. Untuk membangun
kepercayaan dan
rasa aman
B. Menurunkan
kecemasan dan
perasaan terganggu
C. Untuk menentukan
persepsi klien
tentang kejadian dan
tingkat serangan
D. Perawatan di rumah
sakit mengubah
aktivitas klien dan
meningkatkan
masalah tingkah
laku. Memberi
kesempatan
mengontrol
lingkungan dan
melindungi dari
kelainan tingkah laku
E. Konsistensi
mengurangi
kebingungan dan
meningkatkan rasa
kebersamaan
F. Memfasilitasi
bantuan dengan
komunikasi dan
manajemen dari
kekurangan
sekarang serta
selanjutnya
G. Menurunkan
ketegangan,
mempertahankan
rasa saling percaya
dan orientasi. Saat
klien mengetahui
secara perlahan
tentang apa yang
terjadi, koping klien
akan meningkat
H. Stress meningkat,
rasa tidak
nyaman/nyeri fisik
dan kelelahan
mencetuskan
penurunan tingkah
laku dan gangguan
komunikasi. Perilaku
katastropik ini
menimbulkan panic
dan rasa
bermusuhan
I. Menenangkan situasi
dan member klien
waktu untuk
memperoleh kendali
terhadap perilaku
dan emosinya
J. Rasa diterima
menurunkan rasa
takut, dan respons
agresif
K. Memberikan
keyakinan,
menuunkan stress,
dan meningkatkan
kualitas hidup
L. Meningkatkan
perasaan, dukungan
selama penyesuaian
4 Perubahan pola
tidur
berhubungan
dengan
perubahan
lingkungan
ditandai dengan
keluhan verbal
tentang kesulitan
tidur, terus-
menerus terjaga,
tidak mampu
menentukan
kebutuhan/
waktu tidur.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan tidak
terjadi gangguan
pola tidur pada klien
dengan KH :-
Memahami factor
penyebab
gangguan pola tidur
- Mampu
menentukan
penyebab tidur
inadekuat
- Mampu
memahami rencana
khusus untuk
menangani/mengor
eksi penyebab tidur
tidak adekuat
- Mampu
menciptakan pola
tidur yang adekuat
dengan penurunan
terhadap pikiran
yang melayang-
layang (melamun)
1. Jangan menganjurkan klien
tidur siang apabila berakibat
efek negative terhadap tidur
pada malam hari
2. Evaluasi efek obat klien
(steroid ,diuretik) yang
mengganggu tidur
1. Tentukan kebiasaan dan
rutinitas waktu tidur malam
dengan kebiasaan klien
(memberi susu hangat)
1. Memberika lingkungan yang
nyaman untuk meningkatkan
tidur (mematikan lampu,
ventilasi ruang adekuat, suhu
yang sesuai, menghindari
kebisingan)
1. Buat jadwal intervensi untuk
memungkinkan waktu tidur
lebih lama(memeriksa tanda
vital, mengubah posisi)
1. Berikan kesempatan untuk
tidur sejenak, anjurkan
latihan saat siang hari,
turunkan aktivitas mental/fisik
- Tampak atau
melaporkan dapat
beristirahat yang
cukup
pada sore hari
1. Hindari penggunaan
“pengikatan” secara terus
menerus
1. Evaluasi tingkat
stress/orientasi sesuai
perkembangan hari demi hari
1. Buat jadwal tidur secara
teratur. Katakan pada klien
bahwa saat ini adalah waktu
untuk tidur
1. Berikan makanan kecil sore
hari, susu hangat, mandi,
dan masase punggung
2. Turunkan jumlah minuman
sore. Lakukan berkemih
sebelum tidur
3. Putarkan musik yang lembut
atau “suara yang jernih”
4. Irama sirkadian (siklus tidur-
bangun)yang tersinkronisasi
disebabkan oleh tidur siang
yang singkat
5. Derangement psikis terjadi
bila terdapat penggunaan
kortikosteroid, termasuk
perubahan mood, insomnia
6. Mengubah pola yang sudah
terbiasa dari asupan makan
klien pada malam hari
terbukti mengganggu tidur
7. Hambatan kortikal pada
formasi reticular akan
berkurang selama tidur,
emningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap
suara meningkat selama tidur
8. Gangguan tidur terjadi
dengan seringnya tidur dan
mengganggu pemulihan
sehubungan dengan
gangguan psikologis dan
fisiologis, sehingga irama
sirkadian terganggu
9. Aktivitas fisik dan mental
yang lama mengakibatkan
kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan,
aktivitas yang terprogram
tanpa stimulasi berlebihan
meningkatkan waktu tidur
10. Risiko gangguan sensori,
meningkatkan agitasi dan
menghambat waktu istirahat
11. Peningkatan kebingungan,
disorientasi, tingkah laku
tidak kooperatif (sindrom
sundower) dapat mengurangi
tidur
12. Penguatan bahwa saatnya
tidur dan mempertahankan
kestabilan lingkungan.
Catatan : penundaan waktu
tidur diindikasikan agar klien
membuang kelebihan energy
dan memfasilitasi tidur
13. Meningkatkan relaksasi
dengan perasaan mengantuk
14. Menurunkan kebutuhan akan
bangun untuk berkemih
selama malam hari
15. Menurunkan stimulasi
sensori dengan menghambat
suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan
menghambat tidur
5 Kurang
perawatan diri
berhubungan
dengan
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
1. Identifikasi kesulitan dalam
berpakaian/ perawatan diri,
seperti: keterbatasan gerak
fisik, apatis/ depresi,
a. Memahami penyebab
yang mempengaruhi
intervensi. Masalah dapat
diminimalkan dengan
intoleransi
aktivitas,
menurunnya
daya tahan dan
kekuatan
ditandai dengan
penurunan
kemampuan
melakukan
aktivitas sehari-
hari.
dapat merawat
dirinya sesuai
dengan
kemampuannya
dengan KH :-
Mampu melakukan
aktivitas perawatan
diri sesuai dengan
tingkat kemampuan.
- Mampu
mengidentifikasi
dan menggunakan
sumber pribadi/
komunitas yang
dapat memberikan
bantuan.
penurunan kognitif seperti
apraksia.
1. Identifikasi kebutuhan
kebersihan diri dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan
dengan perawatan
rambut/kuku/ kulit, bersihkan
kaca mata, dan gosok gigi.
2. Perhatikan adanya tanda-
tanda nonverbal yang
fisiologis.
d. Beri banyak waktu untuk
melakukan tugas.
1. Bantu mengenakan pakaian
yang rapi dan indah.
menyesuaikan atau
memerlukan konsultasi
dari ahli lain.b.Seiring
perkembangan penyakit,
kebutuhan kebersihan
dasar mungkin dilupakan.
c. Kehilangan sensori dan
penurunan fungsi bahasa
menyebabkan klien
mengungkapkan
kebutuhan perawatan diri
dengan cara nonverbal,
seperti terengah-engah,
ingin berkemih dengan
memegang dirinya.
1.
e. Meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.
6. Koping individu
tidak efektif
berhubungan
dengan
pemecahan
masalah tidak
adekuat ditandai
dengan cepat
marah, curiga,
mudah
tersinggung.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
diharapkan koping
individu menjadi
efektif dengan
kriteria hasil :-
Mampu
menyatakan atau
mengkomunikasika
n dengan orang
terdekat tentang
situasi dan
perubahan yang
sedang terjadi
1. Kaji perubahan dari
gangguan persepsi dan
hubungan dengan derajat
ketidakmampuan
1. Dukung kemampuan koping
1. Pernyataan pengakuan
terhadap penolakan tubuh,
mengingatkan kembali fakta
kejadian tentang realitas
bahwa masih dapat
menggunakan sisi yang sakit
dan belajar mengontrol sisi
a. Menentukan bantuan
individual dalam
menyusun rencana
perawatan atau pemilihan
intervensib. Kepatuhan
terhadap program latihan
dan berjalan membantu
memperlambat kemajuan
penyakit. Dukungan dan
sumber bantuan dapat
diberikan melalui
ketekunan berdoa dan
penekanan keluar
terhadap aktivitas dengan
mepertahankan patisipasi
- Mampu
menyatakan
penerimaan diri
terhadap situasi
- Mengakui dan
menggabungkan
perubahan ke
dalam konsep diri
dengan cara yang
akurat tanpa haraga
diri yang negatif
yang sehat
1. Beri dukungan psikologis
secara menyeluruh
1. Bentuk program aktivitas
pada keseluruhan hari
1. Anjurkan orang yang terdekat
untuk mengizinkan klien
melakukan hal-hal untuk
dirinya semaksimal mungkin
1. Dukung perilaku atau usaha
seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi
1. Monitor gangguan tidur
peningkatan konsentrasi,
letargi, dan withdrawal
Kolaborasi
1. Rujuk pada ahli
neuropsikologi dan konseling
bila ada indikasi
aktif
c. Membantu klien untuk
melihat bahwa perawat
menerima kedua bagian
sebagai bagian dari
seluruh tubuh.
Mengizinkan klien untuk
merasakan adanya
harapan dan mulai
menerima situasi baru.
d.Klien Demensia sering
merasa malu, apatis,
tidak adekuat, bosan dan
merasa sendiri. Perasaan
ini dapat disebabkan
akibat keadaan fisik yang
lambat dan upaya yang
besar dibutuhkan
terhadap tugas-tugas
kecil. Klien dibantu dan
didukung untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan
(seperti meningkatnya
mobilitas)
e. Bentuk program
aktivitas pada
keseluruhan hari untuk
mencegha waktu tidur
yang terlalu banyak yang
dapat mengarah padda
tidak adanya keinginan
dari apatis. Setiap upaya
dibuat untuk mendukung
klien keluar darii tugas-
tugas yang termasuk
koping dengan kebutuhan
mereka setiap hari dan
untuk membentuk klien
mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk
keamanan sewaktu
mencapai tujuan dengan
meningkatnya
kemampuan koping.
1.
g. Klien dapat
beradaptasi terhadap
perubahan dan
pengertian tentang peran
individu masa
mendatang.
h. Dapat mengindikasikan
terjadinya depresi
dimana memerlukan
intervensi dan evaluasi
lebih lanjut
Kolaborasi
1.
7. Hambatan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
perubahan
persepsi ditandai
dengan
disorientasi
tempat, orang
dan waktu.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan,
diharapkan klien
tidak mengalami
hambatan
komunikasi verbal
dengan kriteria hasil
:- Membuat
teknik/metode
komunikasi yang
dapat dimengerti
sesuai kebutuhan
dan meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
1. Kaji kemampuan klien untuk
berkomunikasi.
1. Menentukan cara-cara
berkomunikasi seperti
mempertahankan kontak
mata, pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak,
menggunakan kertas dan
pensil/bolpoint, gambar, atau
papan tulis; bahasa isyarat,
penjelas arti dari komunikasi
yang disampaikan.
2. Letakkan bel/lampu
panggilan di tempat mudah
dijangkau dan berikan
penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan
segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan kepada klien
bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
wicara bahasa.
2. Untuk menentukan tingkat
kemampuan klien dalam
berkomunikasi.
3. Untuk membantu proses
berkomunikasi dengan klien,
dan agar tidak terjadi
miskomunikasi.
1.
Kolaborasi
1.
8. Risiko terhadap
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan mudah
lupa,
kemunduran
hobi, perubahn
sensori.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan klien
mendapat nutrisi
yang seimbang
dengan KH:-
Mengubah pola
asupan yang benar.
- Mendapat diet
nutrisi yang
seimbang.
-
Mempertahankan/
mendapat kembali
berat badan yang
sesuai.
- Ikut serta
dalam aktifitas yang
mempermudah
koping adaptif.
1. Kaji pengetahuan
klien/keluarga mengenai
kebutuhan makan
1. Usahakan/ berikan bantuan
dalam memilih menu
2. Berikan makanan kecil setiap
jam sesuai kebutuhan
1. Hindari makanan yang terlalu
panas
Kolaborasi :
1. Rujuk atau konsultasikan
dengan ahli gizi
2. Identifikasi kebutuhan untuk
membantu perencanaan
pendidikan
3. Klien tidak mampu
menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi
4. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan yang
sesuai
5. Makan panas mengakibatkan
mulut terbakar atau menolak
untuk makan
1.
9. Risiko terhadap
cedera
berhubungan
dengan kesulitan
keseimbangan,
kelemahan, otot
tidak
terkoordinasi,
aktivitas kejang.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan Risiko
cedera tidak terjadi
dengan KH :-
Meningkatkan
tingkat aktivitas
- Dapat
beradaptasi dengan
lingkungan untuk
mengurangi risiko
trauma/cedera
1. Kaji derajat gngguan
kemampuan,tingkah laku
impulsive dan penurunan
persepsi visual. Bantu
keluarga mengidentifikasi
risiko terjadinya bahaya yang
mungkin timbul
1. Hilangkan sumber bahaya
lingkungan
1. Alihkan perhatian saat
perilaku teragitasi
1. Gunakan pakaian sesuai
1.
- Tidak
mengalami
trauma/cedera
- Keluarga
mengenali potensial
di lingkungan dan
mengidentifikasi
tahap-tahap untuk
memperbaikinya
dengan lingkungan
fisik/kebutuhan klien
1. Kaji efek samping obat,
tanda keracunan (tanda
ekstrapiramidal,hipotensi
ortostatik,gangguan
penglihatan, gangguan
gastrointestinal)
1. Hindari penggunaan restrain
terus-menerus. Berikan
kesempatan keluarga tinggal
bersama klien selama
periode agitasi akut
2.
3.
4.
5.
6.
1. 4. Evaluasi
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi.
2) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol.
3) Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas.
4) Perubahan pola tidur tidak terjadi atau terkontrol.
5) Perawatan diri dapat terpenuhi.
6) Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
7) Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi
8) Nutrisi klien seimbang
9) Risiko cedera tidak terjadi.