Delirium

26
BAB I PENDAHULUAN Delirium disebut kondisi bingung akut (Acute Confusional State). Delirium merupakan kelainan fungsi kognitif seseorang meliputi kemampuan dalam daya ingat (memory), bahasa (language), orientasi, daya nilai (judgement), dan pemecahan masalah. Kelainan fungsi kognitif menunjukkan gangguan atau kelainan pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut dan seringkali disertai gangguan kepribadian. Kelainan ini memperlihatkan keterkaitan yang kompleks antara sistem neurologis, psikiatri dan kondisi medis lainnya yang kemudian dihubungkan dengan ada tidaknya gangguan kepribadian. 1 Delirium adalah suatu sindrom bukan suatu sebutan untuk penyakit. Delirium diketahui mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian besar penyebab delirium terletak diluar sistem saraf pusat, sebagai contoh pada kasus gagal ginjal atau cirrhosis hepatis. Walaupun demikian, delirium merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang didiagnosis salah satunya akibat banyaknya sebutan untuk sindrom ini diantaranya keadaan konfusional akut, sindroma otak akut, ensefalopati metabolic, psikosis toksik, dan gagal otak akut. Maksud dari DSM – IV setelah beberapa revisi dari sebelumnya adalah untuk membantu menyatukan banyak istilah ke dalam tabel diagnostik tunggal. 1

Transcript of Delirium

Page 1: Delirium

BAB I

PENDAHULUAN

Delirium disebut kondisi bingung akut (Acute Confusional State). Delirium

merupakan kelainan fungsi kognitif seseorang meliputi kemampuan dalam daya

ingat (memory), bahasa (language), orientasi, daya nilai (judgement), dan

pemecahan masalah. Kelainan fungsi kognitif menunjukkan gangguan atau kelainan

pada salah satu atau beberapa fungsi tersebut dan seringkali disertai gangguan

kepribadian. Kelainan ini memperlihatkan keterkaitan yang kompleks antara sistem

neurologis, psikiatri dan kondisi medis lainnya yang kemudian dihubungkan dengan

ada tidaknya gangguan kepribadian.1

Delirium adalah suatu sindrom bukan suatu sebutan untuk penyakit. Delirium

diketahui mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang

sama yang berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif.

Sebagian besar penyebab delirium terletak diluar sistem saraf pusat, sebagai contoh

pada kasus gagal ginjal atau cirrhosis hepatis. Walaupun demikian, delirium

merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang didiagnosis salah

satunya akibat banyaknya sebutan untuk sindrom ini diantaranya keadaan

konfusional akut, sindroma otak akut, ensefalopati metabolic, psikosis toksik, dan

gagal otak akut. Maksud dari DSM – IV setelah beberapa revisi dari sebelumnya

adalah untuk membantu menyatukan banyak istilah ke dalam tabel diagnostik

tunggal.

Kepentingan untuk megenali delirium adalah kebutuhan klinis untuk

mengidentifikasi dan mengobati penyebab dasarnya, kebutuhan untuk mencegah

perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium.1

Delirim digolongkan menjadi beberapa subkategori berdasarkan beberapa

kasus yaitu: delirium yang diakibatkan kondisi medis umum, delirium yang berkaitan

dengan hubungan penggunaan zat, kasus multiple, delirium yang tidak dapat

dispesifikasi.

1

Page 2: Delirium

Delirium suatu kondisi yang tidak bisa diduga, di rumah sakit, diperkirakan 10

- 15% pasien medis mengalami delirium. Delirium biasanya ditemukan pada pasien

lanjut usia post pembedahan, khususnya mereka yang berusia diatas 50 tahun.

Faktor resiko menjadi delirium lainnya adalah demensia dini, patah tulang, infeksi

sistemik, penggunaan narkotik atau antipsikotik. Delirium dihubungkan dengan

angka kematian yang tinggi diperkirakan 40-50% dari pasien dengan delirium

meninggal dalam 1 tahun.

2

Page 3: Delirium

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Definisi

Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran,

gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi, khas

adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi.

Gangguan ini berlangsung pendek dan ber-jam hingga berhari, taraf hebatnya

berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat halusinasi visual &

gangguan perilaku meningkat. Biasanya reversibel. Penyebabnya termasuk

penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis biasanya klinis, dengan

laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk menemukan

penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan

suportif.

Tanda dari delirium adalah perubahan secara cepat dari disorientasi,

kebingungan, kerusakan kognitif menyeluruh. Walaupun gejala delirium

diantara pasien berbeda, beberapa menujukkan ciri khas gangguan kesadaran

ditandai dengan hilangnya kewaspadaan terhadap lingkungan, sulit

berkonsentrasi, perhatian terbagi, kerusakan kognisi, gangguan persepsi

(contoh ilusi). Pada suatu saat, pasien bisa tampak normal tapi kemudian

dalam beberapa hari menjadi disorientasi dan berhalusinasi. Gejala lainnya

yang khas dari delirium adalah gangguan siklus tidur-bangun, terjaga malam

hari, disorientasi tempat, tanggal, orang, inkoherens, cepat lelah, agitasi dan

somnolen. bercirikan adanya suatu gangguan kesadaran, rusaknya perhatian,

dan perubahan dalam kognisi. Gambarannya adalah suatu

ketidakwaspadaan/ketidakpedulian terhadap lingkungan yang merupakan

suatu konsekwensi dari kondisi medis yang dibuktikan dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, hasil laboratorium. Delirium berubah secara cepat dari waktu

ke waktu (tiap jam/tiap hari) dan berfluktuasi dalam sehari. Gejala tersebut

biasanya tanda suatu keadaan gawat darurat medis.1,2

3

Page 4: Delirium

II. 2. Etiologi

Penyebab utama dari delirium adalah penyakit sistem saraf pusat (sebagai

contoh abses otak, stroke, trauma kecelakaan, keadaan postictal ). Penyebab

lainnya yang sering didapat adalah gangguan sistemik ( sebagai contoh aritmia dini

pada pasien usia lanjut seperti fibrilasi atrium dan iskemia jantung ). Delirium sering

timbul pada orang yang mempunya riwayat medis serius, bedah, penyakit

neurologik, mereka yang berada dalam intoksikasi obat atau putus obat. Karena

perkembangan delirium dapat menjadi petunjuk pertama gangguan fisik, adanya

delirium mengharuskan pencarian penjelasan medisnya sesegra mungkin. Karena

delirium adalah suatu gejala bukan suatu penyakit, lebih baik delirium dilihat sebagai

jalan terakhir dari beberapa penyebab penyakit. Gangguan metabolik dengan

infeksi, panas, hipoksia, hipoglikemia, keadaan putus obat atau keracunan obat,

encephalopati hepatic, biasanya menyebabkan delirium. Delirium dapat dipengaruhi

oleh lingkungan, tetapi lingkungan tidak dapat mempengaruhi delirium.

Penyebab delirium

Penyebab intrakranial

Epilepsi atau keadaan pasca kejang

Trauma otak ( terutama gegar )

Infeksi

Meningitis

Emsefalitis

Neoplasma

Gangguan vaskular

Penyebab ekstrakranial

Obat – obatan ( ditelan atau putus ) dan racun

4

Page 5: Delirium

Obat antikolinergik

Antikonvulsan

Obat antihipertensif

Obat antiparkinson

Obat antipsikotik

Glikosida jantung

Cimetidine

Clonidine

Disulfiram

Insulin

Opiat

Phenocyclidine

Phenytoin

Ranitidine

Salisilat

Sedatif ( termasuk alkohol ) dan hipnotik

Steroid

Racun

Karbonmonoksida

Logam berat

Disfungsi endokrin

Hiposfisis

Pankreas

Adrenal

5

Page 6: Delirium

Paratiroid

Tiroid

Penyakit organ nonendokrin

Hati

Ensefalopati hepatik

Ginjal dan saluran kemih

Ensefalopati uremik

Paru – paru

Narkosis karbon dioksida

Hipoksia

Sistem Kardiovaskular

Gagal jantung

Aritmia

Hipotensi

Penyakit defisiensi

Defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau

asam folat

Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis

Ketidakseimbangan elektrolit dengan penyebab

apapun

Keadaan pascaoperatif

Trauma ( kepala atau seluruh tubuh )

Tabel 1. Penyebab Delirium Diperoleh dari Diagnostic and Statstical Manual of Mental

Disorder, 4th edition

6

Page 7: Delirium

II. 3.Patofisiologi

Neurotransmitter utama yang dihipotesiskan berperan pada delirium

adalah asetilkolin, dan daerah neuroanatomis utama adalah formasi retikularis.

Beberapa jenis penelitian telah melaporkan bahwa berbagai faktor yang

menginduksi delirium menyebabkan penurunan aktivitas asetilkolin di otak.

Selain itu, penyebab delirium lain yang sering adalah toksisitas dari banyak

medikasi yang diresepkan yang memiliki aktivitas antikolinergik.1,2,3

II. 4. Epidemiologi

Usia lanjut adalah faktor resiko utama untuk perkembangan delirium. Kita-

kira 30-40% pasien rawat di rumah sakit berusia lebih dari 65 tahun mempunyai

suatu episode delirium. Faktor predisposisi lainnya untuk perkembangan

delirium adalah usia yang muda (yaitu, anak-anak), cedera otak yang telah ada

sebelumnya (sebagai contohnya: demensia, penyakit kardiovaskular, tumor),

riwayat delirium, ketergantungan alkohol, diabetes, kanker, gangguan sensoris

(misalnya, kebutaan), dan malnutrisi. Adanya delirium merupakan tanda

prognostik yang buruk.Angka mortalitas tiga bulan pada pasien yang mempunyai

suatu episode delirium diperkirakan adalah 23 – 33 %. Angka mortalitas satu

tahun untuk pasien yang mempunyai suatu episode delirium mungkin mencapai

50%.4

II. 5. Manifestasi Klinis

Kesadaran (Arousal)

Gambaran kunci dari suatu delirium adalah suaru gangguan kesadaran

yang oleh DSM- IV digambarkan sebagai ”penurunan kejernihan kesadaran

terhadap lingkungan, dengan penurunan untuk memusatkan, mempertahankan

atau mengalihkn perhatian. Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan

pada pasien dengan delirium, satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang

berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan

kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan dengan putus zat

seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda

7

Page 8: Delirium

otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil

berdilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif

kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik, atau mengalami

demensia.

Orientasi

Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang

pasien dengan delirium. Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada

kasus delirium yang ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk

mengenali orang lain (sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga) mungkin

juga terganggu pada kasus yang berat. Pasien delirium jarang kehilangan

orientasi terhadap dirinya sendiri.

Bahasa dan Kognisi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa.

Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan, atau

membingungkan (inkoheren) dan gangguan kemampuan untuk mengerti

pembicaraan. Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien

delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum. Kemampuan untuk

menyusun, mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu,

walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Disamping

penurunan perhatian, pasien mungkin mempunyai penurunan kognitif yang

dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang karakteristik. Pasien

delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan

mungkin mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang-kadang paranoid.

Persepsi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum

untuk membedakan. Stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi

sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka. Halusinasi relatif sering pada

pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah visual atau auditoris walaupun

halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah sering

pada delirium.

8

Page 9: Delirium

Suasana Perasaan

Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana.

Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang

tidak beralasan. Kelainan suasana perasaan lain adalah apati, depresi, dan

euforia.

Gejala Penyerta

Gangguan tidur - bangun

Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah terganggu. Paling

sedikit mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di

tempat tidurnya atau di ruang keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-

bangun pasien dengan delirium semata-mata terbalik. Pasien seringkali

mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang

dikenal luas sebagai sundowning.

Gejala neurologis

Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis,

inkoordinasi, dan inkontinensia urin.

II. 6. Pemeriksaan dan diagnosis.

Evaluasi medis harus dilakukan, dimulai dari anamnesis yang terliti dan

pemeriksaan fisik lengkap. Sebaiknya bertanya pada orang yang mengenal

kondisi pasien karena pasien mungkin tidak dapat memberikan informasi

tentang dirinya. Perhatikan tanda-tanda neurologik fokal, termasuk lumpuh,

hilangnya kemampuan panca indera, papiledema, tanda kerusakan lobus frontal

sebagai petunjuk ada kemunduran keadaan umum.

Uji laboratorium yang dilakukan adalah darah rutin dan urine rutin.

Pemeriksaan lainnya seperti foto rontgen thoraks, CT Scan, MRI otak, EKG,

kebal gungsi (pada beberapa kasus), screening zat toksik, analisa gas darah,

EEG. Hasil laboratorium bervariasi tergantung dari penyebab delirium. Pasien

delirium cenderung terdapat peningkatan suhu yang dapat dilihat dengan

9

Page 10: Delirium

Proses akut dan berfluktuasi

Gangguan perhatian/ konsentrasi (inattention)

Perubahan kesadaranGangguan proses fikir

Sindroma delirium

adanya ketidak stabilan saraf otonom dan tanda adanya infeksi penyebab EEG

yang ditemukan sering tidak normal.

Berdasarkan DSM-IV telah disusun algoritme (disebut Confusion

Assessment Methode-CAM) untuk menegakkan diagnosis sindroma delirium.

Algoritme tersebut ditambah dengan uji status mental (Mini-mental State

Examination/MMSE, Delirium Rating Scale) yang lain dapat dipakai sebagai

baku emas diagnosis. 2

Gambar: Confusion assessment method untuk sindroma delirium

Masalah utama dalam diagnosis banding adalah membedakan delirium

dari suatu kondisi kebingungan yang ada pada pasien skizofrenia atau

gangguan mood pasien delirium lebih sering timbul dalam keadaan akut,

kebingungan menyeluruh dan ada gangguan dalam perhatian. Halusinasi pada

delirium terpecah dan tidak terorganisir dan cenderung menjadi halusinasi

visual atau taktil berlawanan dengan halusinasi dengan yang didapat pada

pasien dengan gangguan psikotik. Riwayat keluarga penderita delirium jarang

memiliki penyakit psikiatrik. Namun, penyakit psikiatri tidak menutup

kemungkinan disertai delirium.

10

Page 11: Delirium

Kriteria Diagnostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:

a. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap

lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan,

mempertahankan, atau mengalihkan perhatian.

b. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa)

atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan

demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang

sedang timbul.

c. Ganguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa

jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.

d. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan

laboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis

langsung dari kondisi medis umum.

Catatan penulisan :Masukkan nama kondisi medis umum dalam Aksis I, misalnya,

delirium karena ensefalopati hepatik; juga tuliskan kondisi medis umum pada Aksis

III.

Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan standar

Kimia darah (termasuk elektrolit, indeks ginjal dan hati, dan glukosa)

Hitung darah lengkap (CBC) dengan defensial sel darah putih

Tes fungsi tirod

Tes serologis untuk sifilis

Tes antibodi HIV (human Immunodeficiency virus)

Urinalisa

Elektrokardiogram (EKG)

Elektroensefalogram (EEG)

Sinar X dada

11

Page 12: Delirium

Skrining obat dalam darah dan urin

2. Tes tambahan jika diindikasikan

Kultur darah, urin, dan cairan serebrospinalis

Konsentrasi B12, asam folat

Pencitraan otak dengan tomografi komputer (CT) atau pencitraan resonansi

magnetik (MRI)

Pungsi lumbal dan pemeriksaan cairan serebrospinalis

II. 7. Diagnosis Banding

- Demensia

Penting untuk dapat membedakan delirium dengan demensia. Berbeda

dengan onset delirium yang tiba – tiba, onset demensia biasanya perlahan-

lahan. Walaupun kedua kondisi melibatkan gangguan kognitif, perubahan

demensia adalah lebih stabil dengan berjalannya waktu dan tidak berfluktuasi

selama perjalanan sehari. Kadang – kadang dalam delirium dapat terjadi pada

pasien yang menderita demensia, suatu keadaan yang dikenal sebagai

pengaburan demensia ( beclouded dementia ). Suatu diagnosis delirium dapat

dibuat pada pasien dengan beclouded dementia jika terdapat riwayat definitif

tentang demensia yang telah ada sebelumnya.

Gambaran Delirium Demensia

12

Page 13: Delirium

Gangguan daya ingat + + + + + +

Gangguan berpikir + + + + + +

Gangguan pertimbangan + + + + + +

Pengaburan kesadaran + + + -

Defisit atensi mayor + + + +*

Fluaktuasi selama sehari + + + +

Disorientasi + + + + +

Gangguan persepsi yang jelas + + +

Bicara inkoheren + + +*

Gangguan siklus tidur-bangun + + + + *

Eksaserbasi nokturnal + + + *

Tilikan + + + ♦

Onset akut atau subakut + + -҂

Tabel 2. Frekuensi Gambaran Klinis Delirium dibandingkan Demensia

+++ Selalu ada

++ Biasanya ada

+ Kadang – kadang ada

J̶ Biasanya tidak ada

* Lebih sering pada stadium lanjut dari demensia

♦ Ditemukan selama interval jernih ( interval lucid ), atau saat pemulihan dari

delirium, ditemukan selama stadium awal dari demensia

҂ Onset mungkin akut atau subakut pada beberapa demensia, misalnya, demensia

multi-infark, hipoksemsia, demensia reversibel tertentu.

Perbedaan klinis delirium dan Demensia

Gambaran Delirium Demensia

13

Page 14: Delirium

Riwayat Penyakit akut Penyakit kronik

Awal Cepat Lambat laun

Sebab Terdapat penyakit lain (infeksi, dehidrasi, guna/putus obat

Biasanya penyakit otak kronik (spt Alzheimer, demensia vaskular)

Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahun

Perjalanan sakit Naik turun Kronik progresif

Taraf kesadaran Naik turun Normal

Orientasi  Terganggu, periodic Intak pada awalnya

Afek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemas

Alam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnya

Bahasa Lamban, inkoheren, inadekuat Sulit menemukan istilah tepat

Daya ingat Jangka pendek terganggu nyata Jangka pendek & panjang terganggu

Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang kecuali sundowning

Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran Normal

Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklus tidurnya

Atensi & kesadaran Amat terganggu Sedikit terganggu

Reversibilitas Sering reversible Umumnya tak reversibel

Penanganan Segera Perlu tapi tak segera

Catatan: pasien dengan demensia amat rentan terhadap delirium, dan delirium yang bertumpang tindih dengan demensia adalah umum. 3

- Psikosis atau Depresi

Delirium juga harus dibedakan dari skizofrenia dan gangguan depresif.

Pasien dengan gangguan buatan mungkin berusaha untuk menstimulasi gejala

delirium, tetapi, mereka biasanya mengungkapkan sifat berpura – pura dari

gejalanya dengan inkonsistensi pada pemeriksaan status mentalnya, dengan EEG

dapat secara mudah memisahkan kedua diagnosis. Beberapa pasien dengan

gangguan psikotik, biasanya skizofrenia, atau episode manik mungkin mempunyai

episode perilaku yang sangat terdisorganisasi yang mungkin sulit dibedakan dari

delirium. Tetapi, pada umumnya, halusinasi dan waham pada skizofrenik biasanya

tidak mengalami perubahan dalam tingkat kesadaran atau orientasinya. Pasien

dengan gejala hipoaktif dari delirium mungkin tampak agak mirip dengan pasien

14

Page 15: Delirium

yang depresi berat tetapi dapat dibedakan atas dasar EEG. Diagnosis psikiatrik

lain yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding delirium adalah gangguan

psikotik.singkat, gangguan skizofreniform dan gangguan disosiatif.2,5

II. 8. Penatalaksanaan

Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan

delirium. Tujuan pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan

fisik, sensorik, dan lingkungan. Dua gejala utama dari delirium yang mungkin

memerlukan pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Obat

yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol ( Haldol ), suatu obat antipsikotik

golongan butirofenon, dosis awal antara 2 - 10 mg IM, diulang dalam satu jam

jika pasien tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam

cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai, dosis oral kira – kira 1,5 kali

lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral. Dosis harian efektif total haloperidol

5 - 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium. Droperidol (Inapsine) adalah

suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif,

monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini.

Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh

pendek, contohnya, hidroksizine (Vistaril) dosis 25 - 100 mg.2,3

Penatalaksanaan Klinis

Pertama, kondisi medis diperbaiki seoptimal mungkin. Sampai kondisi

baik, pemantauan harus tetap dilakukan untuk mempertahankan kesehatan

dan keselamatan pasien, termasuk observasi rutin, perawatan konsisten,

menenangkan dengan penjelasan sederhana secara berulang. Mengurangi

ketegangan jiwa diperlukan oleh pasien dengan agitasi tinggi meskipun

pengalaman menunjukkan bahwa pada beberapa pasien cenderung

mengalami peningkatan agitasi. Rangsangan eksternal diperkecil. Karena

bayangan atau kegelapan mungkin menakuti mereka. Pasien delirium sangat

sensitif terhadap efek samping obat, jadi pengobatan yang tidak perlu harus

dihentikan termasuk golongan hipnotik-sedatif (contoh benzodiazepin). Pasien

15

Page 16: Delirium

dengan agitasi tinggi ditenangkan dengan dosis rendah obat antipsikotik

potensi tinggi (contoh : haloperidol, thiothixene). Obat dengan efek

antikolinergik seperti klorpomazine, tioridazin di hindari karena dapat

memperburuk atau memperpanjang delirium. Kenyataannya, tingkat

antikolinergik plasma yang memicu delirium ditemukan pada pasien-pasien

bedah. Bila sedasi diperlukan gunakan dosis rendah benzodiazepin dengan

kerja singkat seperti oxazepam, lorazepam.

Rekomendasi untuk penatalaksanaan Delirium

Lingkungan rumah sakit yang tenang, penerangan yang baik adalah terapi yang

baik untuk pasien.

1. Pribadi yang konsisten menenangkan pasien delirium

2. Secara rutin pasien dilatih mengingat hari, tanggal, waktu dan situasi dalam ruangan

pasien

3. Pengobatan untuk penatalaksanaan tingkah laku harus di batasi

Hanya obat-obatan yang penting diberikan pada pasien, polifarmasi harus dihindari

Hipnotik-sedatif dan ansiolitik harus dihindari

Tingkah laku yang sulit dikoreksi diberikan neuroleptik dosis rendah, benzodiazepin

dengan kerja singkat

II. 9. Prognosis

Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan

ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala

delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan

ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari 1 minggu

setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam

periode 3 - 7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2

minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan

semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama waktu yang

16

Page 17: Delirium

diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Beberapa pada lanjut usia susah

untuk diobati dan bisa melanjut jadi kronik. Morbiditas dan mortalitas lebih

tinggi pada pasien yang masuk sudah dengan delirium dibandingkan dengan

pasien yang menjadi delirium setelah di Rumah Sakit. Beberapa penyebab

delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi, infeksi, faktor iatrogenik, toxisitas obat,

gangguan keseimbangan elektrolit biasanya cepat membaik dengan

pengobatan.

BAB III

PENUTUP

17

Page 18: Delirium

Delirium merupakan gangguan fungsi otak sementara dengan gejala yang

paling sering ditemui seperti gangguan kognitif global, perubahan aktivitas

psikomotor, perubahan siklus tidur, serta perubahan kesadaran yang terjadi akut dan

berfluktuatif. Gangguan ini berlangsung pendek dan berjam hingga berhari,

berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat halusinasi visual & gangguan

perilaku meningkat.

Delirium sering tidak terdiagnosis dengan baik karena berbagai sebab.

Evaluasi dan pengobatan delirium yang tepat adalah penting bukan hanya untuk

psikiater tetapi untuk semua dokter.

Keterlambatan diagnosis memperpanjang masa rawat dan meningkatkan

mortalitas. Penatalaksanaan pasien terutama ditujukan untuk mengidentifikasikan

serta menatalaksanakan faktor pencetus serta predisposisi dan ia melibatkan

penatalaksanaan farmokologik dan non farmakologik. 2

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Delirium

1. Sadock BJ, Sadock VA. Comprehensive textbook of psychiatry. 7th editon.

2000. Hal 75-80.

2. Soejono CH. Sindrom delirium. Buku ajar ilmu penyakit dalam fakultas

kedokteran Indonesia. Jilid 3 edisi 4. 2008. Hal 1423-6.

3. NN. Delirium. Diunduh dari http://www.idijakbar.com/prosiding/delirium , 12

April 2011.

4. NN. Delirium. diunduh dari www.emedicine.com, 12 April 2011.

5. NN. Delirium. diunduh dari www.medicastore.com, 12 April 2011.

6. NN. Delirium .diunduh dari www.nlm.nih.gov, 12 April 2011.

7. NN. Confusion assessment method. Diunduh dari

http://www.healthcare.uiowa.edu/igec/tools/cognitive/CAM.pdf , 12 April 2011.

19