definisi Hordeolum

7
efinisi Hordeolum Berikut ini merupakan definisi hordeolum dari beberapa ahli, diantaranya: a. Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. ( Sidarta Ilyas, 2010: 92 ) b. Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material purulen yang menyebabkan nyeri tajam yang tumpul. ( Indriana Istiqomah, 2004: 91) c. Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra. ( Paul Riordan & John Whitcher, 2009: 98 ) Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri Hordeolum adalah infeksi supuratif akut kelenjar kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh stafilokokkus 2.3 Etiologi Hordeolum Hordeolum biasanya disebabkan oleh infeksi dari staphylococcus ( biasanya staphilococcus auresus) atau streptococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata. ( Sidarta Ilyas, 2004 ). Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokkus ). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara berulang. 2.4 Macam-macam Hordeolum Macam-macam hordeolum antara lain: a. Hordeolum eksternum Merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll, tempat keluarnya bulu mata ( pada batas palpebra dan bulu mata. Area infeksi berbatas tegas, merah, bengkak dan nyeri tekan pada permukaan kulit daerah

Transcript of definisi Hordeolum

efinisi HordeolumBerikut ini merupakan definisi hordeolum dari beberapa ahli, diantaranya: a. Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. ( Sidarta Ilyas, 2010: 92 )b. Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material purulen yang menyebabkan nyeri tajam yang tumpul. ( Indriana Istiqomah, 2004: 91) c. Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra. ( Paul Riordan & John Whitcher, 2009: 98 )Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteriHordeolum adalah infeksi supuratif akut kelenjar kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh stafilokokkus

2.3 Etiologi HordeolumHordeolum biasanya disebabkan oleh infeksi dari staphylococcus ( biasanya staphilococcus auresus) atau streptococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata. ( Sidarta Ilyas, 2004 ). Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokkus ). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara berulang.

2.4 Macam-macam HordeolumMacam-macam hordeolum antara lain:a. Hordeolum eksternumMerupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll, tempat keluarnya bulu mata ( pada batas palpebra dan bulu mata. Area infeksi berbatas tegas, merah, bengkak dan nyeri tekan pada permukaan kulit daerah batas. Ukuran lebih kecil dan lebih superficial daripada hordeolum internum. Lesi ikut bergerak saat kulit bergerak. Jika mengalami supurasi dapat pecah sendiri kearah kulit. ( Indriana Istiqomah, 2004 )b. Hordeolum internumMerupakan infeksi pada kelenjar Meibom sebasea yang terletak didalam tarsus. Area kecil seperti manic dan edematous terdapat pada konjugtiva palpebra pada perbatasan palpebra dan bulu mata. Lesi tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit. Dapat pecah kearah kulit atau permukaan konjungtiva. Namun, karena letaknya dalam tarsus, jarang mengalami pecah sendiri. ( Indriana Istiqomah, 2004 )

2.5 Faktor ResikoFaktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan hordeolum antara lain:a. Penyakit kronik.b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.d. Diabetese. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.f. Riwayat hordeolum sebelumnyag. Higiene dan lingkungan yang tidak bersihh. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik. ( Indriana Istiqomah, 2004 )

2.6 Manifestasi Klinis HordeolumTanda dan gejala hordeolum antara lain:a. Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan.b. Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar diangkat.c. Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikeld. Kadang mata berair dan peka terhadap sinare. Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya. ( Sidarta Ilyas, 2004 )

2.7 PatofisiologisHordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus aureus yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan konjungtiva biasanya disebut hordeolum internum. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.Apabila bakteri stafilokokkus menyerang kelenjar Zeis atau moll maka akan membentuk abses kearah kulit palbebra yang biasanya disebut hordeolum eksternum. Setelah itu terjadi pembentukan chalazion yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi. ( Indriana Istiqomah, 2004 )

2.8 PathwayTerlampir

2.9 Komplikasi HordeolumKomplikasi dari hordeolum antara lain:a. Selulitis preseptalb. KONJUNGTIVITISc. Granuloma pyogenik ( Sidarta Ilyas, 2004 )

2.10 Pemeriksaan PenunjangEversi ( pembalikan ) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah palpebra superior dapat dilakukan bersama slitlamp atau tanpa bantuan alat ini. Pemeriksaan ini harus selalu dilakukan bila diduga ada benda asing. Setelah diberi anestesi local, pasien duduk didepan slitlamp dan diminta melihat kebawah. Pemeriksaan dengan hati-hati memegang bulu mata atas dengan jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain meletakkan tangkai aplikator tepat diatas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik dengan sedikit menekan aplikator kebawah, serentak dengan pengangkatan tepian bulu mata. Pasien tetap melihat kebawah, dan bulu mata ditahan dengan menekannya pada kulit diatas tepian orbita superior saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva tarsal kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk mengembalikannya, tepian palpebra dengan lembut diusap kebawah sementara pasien melihat keatas. ( Paul Riordan & John Whitcher, 2009 )

2.11 Penatalaksanaan a. Medis1) Diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus dibagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama.2) Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah3) Pemberian salep antibiotic pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam. Antibiotic sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis.4) Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.5) Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.6) Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.7) Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.8) Dilakukan insisi hordeolum untuk mengeluarkan nanah pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar, jika keadan tidak membaik selama 48 jam. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anesthesia topical dengan patokain tetes mata. Dilakukan anesthesia filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila:a) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebrab) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotic. (Sidarta Ilyas, 2004 )b. Keperawatan1) Kompres hangat 3 kali sehari selama 10-15 menit sampai nanah keluar.2) Berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit, tanda gejala penyakit, pengobatan dan penatalaksanaannya pada pasien. (Sidarta Ilyas, 2004 )

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatana. Riwayat Kesehatan:1) Keluhan utama 2) Riwayat Kesehatan Sekarang 3) Riwayat Kesehatan Dahulu4) Kebiasaan Sosial: jarang melakukan perawatan mata dan kebersihan mata.b. Pemeriksaan Fisik1) Inspeksi:a) Mata tampak kemerahanb) Mata tampak bengkak atau edema, tampak warna kekuningan atau putih ditengah kulit atau kelopak mata yang bengkak2) Palpasi:a) Rasa nyeri timbul saat kelopak mata disentuh atau ditekanb) Ditemukan nodul kecil yang tak nyeri pada hordeolum internal.c. Pemeriksaan DiagnostikDitegakkan sesuai dengan gejala.

3.2 Diagnosa Keperawatana. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan penglihatan akibat edema pada kelopak matab. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata dan kemerahan.c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata. d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pembesaran kelopak mata

3.3 Intervensi dan Rasional Tindakana. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan penglihatan akibat edema pada kelopak mata1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan edema klien dapat teratasi.2) Kriteria Hasil:a) Edema hilangb) Mata tidak memerah 3) Intervensi :a) Kaji adanya kemerahan pada mata, cairan eksudat, atau ulserasiR: menentukan intervensi selanjutnyab) Instruksikan klien untuk tidak menyentuh matanyaR: terhindar dari iritasi mata berlanjutc) Pindahkan kontak lensa apabila klien memakainyaR: kontak lensa dapat merusak matad) Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian obat tetes mataR: mengurangi infeksi dan mencegah infeksi sekunder, dan membersihkan matab. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata dan kemerahan.1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien tidak dapat teratasi.2) Kriteria Hasil :a) Nyeri terkontrolb) Puss hilang3) Intervensi :a) Kaji nyeri klien seperti lokasi, karakteristic, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas serta factor presipitasinya.R: menentukan tingkat nyeri klienb) Observasi pada nyeri non verbalR: membantu klien mendapatkan intervensic) Anjurkan klien untuk mengkompres matanya dengan air hangatR: mengurangi nyerid) Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk menghilangkan nyeri pada matanya.R: mengurangi inflamasi yang mengakibatkan nyeri timbulc. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri2) Intervensi :a) Kaji pengetahuan klien tentang hordeolum, gejala, dan penyebabnyaR: mengetahui pengetahuan klien tentang penyakitnyab) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang sakit yang dialaminyaR: mengurangi rasa cemas, malu pada pasien karena penyakitnyac) Bantu klien untuk mengerti, memahami dan menerima keadaannyaR: menambah rasa percaya diri klien bahwa hordeolum bukan penyakit yang parahd. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pembesaran kelopak mata1) Kritera hasil :a) Cedera tidak terjadi.b) Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko cedera.c) Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah cedera.2) Rencana tindakan3) Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba tiba, menggaruk mata, membungkuk.Rasional : menurunkan resiko jatuh atau cidera.4) Orientasikan pasien terhadap lingkungan dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya. Rasional: mencegah cidera, meningkatkan kemandirian. 5) Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan.Rasional: meminimalkan resiko cedera, memberikan rasa nyaman bagi pasien.6) Awasi atau temani pasien saat melakukan aktivitas.Rasional: mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.