Definisi Emergency Dan Kasus Kasus Emergency

download Definisi Emergency Dan Kasus Kasus Emergency

of 7

description

tugas shinta

Transcript of Definisi Emergency Dan Kasus Kasus Emergency

8. Definisi Emergency dan kasus kasus emergencyKegawatdaruratan adalah suatu kejadian mendadak, tidak terduga serta tidak diharapkan, tetapi memerlukan penanganan segera secara cepat, tepat dan terarah. Kasus-kasus yang termasuk dalam kegawatdaruratan meliputi :SYSTEM CARDIOVASKULAR

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PAKREASSISTEM GINJAL DAN SALURAN KEMIH

SISTEM REPRODUKSI

Syok (septik, hipovolemik, kardiogenik, neurogenik) Angina pektoris Infark miokard Gagal jantung akut Cardiorespiratory arrest Takikardi: supraventrikular, ventricular Fibrilasi ventricular Atrial flutter Kor pulmonale akut

Lesi korosif pada esofagus Hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis) strangulata, inkarserata Peritonitis Apendisitis akut Abses apendiks Perdarahan gastrointestinal Botulisme Kolesistitis Intususepsi atau invaginasi kolon Torsio testis Ruptur uretra Ruptur kandung kencing Ruptur ginjal Priapismus

Abses tubo-ovarium Infeksi pada kehamilan: TORCH, hepatitis B, malaria Aborsi mengancam Aborsi spontan inkomplit Hiperemesis gravidarum Preeklampsia Eklampsia Distosia Partus lama Prolaps tali pusat Hipoksia janin Ruptur serviks Ruptur perineum tingkat 3-4 Retensi plasenta Inversio uterus Perdarahan post partum Endometritis Subinvolusio uterus Torsi dan ruptur kista

SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK DAN NUTRISISISTEM MUSKULOSKELETAL

SISTEM INTEGUMENT

Ketoasidosis diabetikum nonketotik Hiperglikemi hiperosmolar Hipoglikemia berat Tirotoksikosis Cushing's disease Krisis adrenal Sindrom metabolik Fraktur terbuka, tertutup Osteomielitis

Toxic epidermal necrolysis Sindrom Stevens-Johnson Angioedema Vulnus perforatum, penetratum Luka bakar derajat 3 dan 4 Luka akibat bahan kimia Luka akibat sengatan listrik

Refrensi : SKDI 2012

9. Manajemen kegawatdaruratanKeberhasilan dalam penanggulangan penderita Gawat Darurat (PPGD) sangat bergantung dari kecepatan dan kualitas pertolongan yang didapat penderita. Disini harus selalu diingat bahwa :a. Kematian oleh karena sumbatan jalan nafas akan lebih cepat daripada kematian karena kemampuan bernafasb. Kematian oleh karena ketidakmampuan bernafas akan lebih cepatdaripada kematian karena kehilangan darahc. Kematian berikutnya akan diikuti oleh karena penyebab intra cranialKarena itu dalam PPGD apapun penyebabnya urutan pertolongan adalah sebagai berikut : A : Air way, with cervical spine control B : Breathing and Ventilation C : Circulation with haemorrhage control D : Disability on neurologic status E : Exposure/Undress with temperature control

I. AIR WAY MANAGEMENTKetidakmampuan untuk memberikan oksigenasi ke jaringan tubuh terutama ke otak dan organ vital yang lain merupakan pembunuh tercepat pada pasien. Oleh karena itu airway yang baik merupakan prioritas pertama pada setiap penderita gawat darurat.Kematian-kematian dini karena masalah airway :1. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway2. Ketidakmampuan untuk membuka airway3. Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru4. Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang5. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi6. Aspirasi isi lambung, darahGangguan airway dapat timbul secara total & mendadak tetapi sebaliknya bisa secara bertahap dan pelan-pelan. Takhipnea merupakan tanda awal yang samar-samar akan adanya gangguan terhadap airway. Adanya ketakutan & gelisah merupakan tanda hipoksia oleh karena itu harus selalu secara berulang-ulang kita nilai airway ini terutama pada penderita yang tidak sadar. Penderita dengan gangguan kesadaran oleh karena cidera kepala obat-obatan atau alkohol, cedera toraks, aspirasi material muntah atau tersedak mungkin sekali terjadi gangguan airway. Disini diperlukan intubasi endotrakheal yang bertujuan :1. Membuka airway2. Memberikan tambahan oksigen3. Menunjang ventilasi4. Mencegah aspirasiTanda-tanda Obyektif Sumbata Airwaya) LookTerlihat pasien gelisah dan perubahan kesadaran. Ini merupakan gejala adanya hipoksia dan hipercarbia. Pasien terlihat cyanosis terutama pada kulit sekitar mulut, ujung jari kuku. Juga terlihat adanya kontraksi dari otot pernafasan tambahan.b) ListenDisini kita dengarkan apakah ada suara seperti orang ngorok, kumur-kumur, bersiul, yang mungkin berhubungan dengan adanya sumbatan partial pada farink/larink.c) FeelKita bisa rasakan bila ada sumbatan udara terutama pada saat ekspirasi bila kedudukan trackhea di linea mediaPengenalan adanya gangguan jalan nafas & ventilasi harus bisa dilakukan secara cepat & tepat. Bila memang ada harus secepatnya gangguan jalan nafas dan ventilasi ini untuk segera diatasi. Hal penting ini untuk menjamin oksigenasi ke jaringan. Haruslah diingat setiap tindakan untuk menjamin airway yang baik harus selalu dengan penekanan untuk selalu menjaga cervical spine terutama pada penderita dengan trauma dan cedera di atas clavikula. Pada setiap penderita dengan gangguan saluran nafas, harus selalu secara cepat diketahui apakah ada benda asing, cairan isi lambung, darah di saluran nafas bagian atas. Kalau ada harus segera dicoba untuk dikeluarkan bisa dengan jari, suction. Suatu saat bila dilapangan ada penderita dengan sumbatan jalan nafas misal tersedak makanan abdominal trust akan sangat berguna.1. Teknik-teknik mempertahankan airway :Pada penderita dengan kehilangan kesadaran mungkin sekali lidah akan jatuh ke belakang dan menutupi hipofarink dan menimbulkan sumbatan jalan nafas. Ini bisa ditolong dengan jalan :a) Chin liftb) Jaw thrustc) Orofaringeal tubed) Nasofaringeal tube

2. Airway definitiveDisini ada pipa dalam trakhea dengan balon yang dikembangkan, dimana pipa ini dihubungkan dengan alat bantu pernafasan yang diperkaya dengan oksigen. Cara : oratracheal, nasotracheal & surgical (krikotiroidotomi atau trakheotomi). Indikasi pemasangan airway definitif bila ditemukan adanya temuan klinis :a. Apnueb. Ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan cara yang lainc. Untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau muntahand. Adanya ancaman segera sumbatan airway oleh karena cidera inhalasi patah tulang wajah hematoma retropharyngealCidera kepala tertutup yang memrlukan bantuan nafas (GCS 8). Dari ketiga cara ini yang terbanyak dipakai adalah endotrakheal (naso/orotrakheal). Pemilihan naso/orotrakheal intubation tergantung pengalaman dokter. Kedua teknik ini aman dan efektif bila dilakukan dengan tepat. Haruslah diingat pada pemasangan endotrakheal tube ini harus selalu dijaga aligment dari columna vertebralis dengan cervikal.3. Airway definitif surgicalIni dikerjakan bila ada kesukaran atau kegagalan didalam memasang endotrakheal intubasi. Pada keadaan yang membutuhkan kecepatan lebih dipilih krikotireodektomi dari pada tracheostomi. Needle cricothyroidoktomiCara dengan menusukkan jarum lewat membran krikotiroid, ini hanya bisa memberikan oksigen dalam waktu yang pendek (30-45 menit). Disini dipakai jarum no 12-14 (anak 16-18 tahun) Surgical cricothyroidoktomiPenderita tidur posisi supinasi sesudah dilakukan anestesi lokal buat irisan kulit tranversal sampai membran cricothyroid lubang ini bisa dilebarkan dengan gagang pisau dengan cara memutar 90 derajad. Disini bisa dipakai tracheostomi tube atau endotracheal tube. Hati-hati dengan cartilago cricoid terutama pada anak-anak (teknik ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 12 tahun), hal ini dikarenakan cartilago cricoid merupakan penyangga trachea bagian atas. II. BREATHING AND VENTILATIONJalan nafas yang baik dan lancar belum tentu menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik sangat bergantung dari fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Penyebab gangguan breathing :a) Pleural effusionb) Pneumothoraks (open dan tension)c) Hemothoraksd) Traumatic wet lung syndrome

Pertolongan untuk memperbaiki breathing :1. Tension pneumothorax : Tusuk dengan jarum yang besar pada sela antar iga II Pemasangan chest tube pada sela antar iga IV2. Hemothorax dengan pemasangan chest tube3. Open pneumothorax segera ditutup dengan kasa vasein4. Fail chest diberi analgetika

III. CIRCULATION WITH HAEMORRAHAGE CONTROLPenyebab terbesar pasien yang mengalami shook dan berakhir dengan kematian adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Oleh karenanya pasien dengan trauma dan hipotensi, harus segera ditangani sebagai pasien hipovolemi sampai bisa dibuktikan bahwa hipotensinya disebabkan oleh sebab yang lain. Seperti diketahui, volume darah manusia dewasa adalah 7% dari berat badan, anak 8-9% dari BB. Terapi resusitasi cairan yang agresif harus segera dimulai begitu ada tanda dan gejala klinis adanya kehilangan darah muncul. Sangatlah berbahaya bila menunggu sampai tekanan darah menurun. Untuk menilai apakah resusitasi cairan yang diberikan sudah cukup atau belum :a. Tanda vitalb. Produksi urinec. CVPPenyebab hipovolemia adalah :d. Cidera rongga perute. Cidera rongga dadaf. Fraktur pelvisg. Fraktur femurh. Luka tembus pembuluh darah besari. Perdarahan diluar tubuh dari berbagai tempat

IV. DISABILITY (NEUROLOGIC EVALUATION)Evaluasi secara cepat dilakukan dan dikerjakan pada tahap akhir dan primary survey dengan menilai kesadaran dan pupil penderita. A : Alert V : Respon to vokal stimulation P : respon only to painful stimulation U : UnresponsiveGlasgow coma scale merupakan penilaian yang lebih rinci, bila ini tidak dikerjakan di primary survey bisa dikerjakan di secondary survey.V. EXPOSUREDisini semua pakaian pasien dibuka. Hal ini akan sangat membantu pemeriksaan lebih lanjut. Harus diingat disini pasien dijaga agar tidak jatuh ke hipotermia dengan jalan diberikan selimut.VI. SECONDARY SURVEYDikerjakan bila primary survey dan resusitasi selesai dilakukan. Disini dilakukan evaluasi yang lebih teliti mulai dari kepala sampai ujung kaki penderita, juga GCS bisa dikerjakan lebih teliti bila pada primary survey belum sempat dikerjakan. Pemeriksaan laboratorium, evaluasi, radiologi dan peritoneal lavage bisa dikerjakan.