dbd pada anak 1

37
Demam Berdarah Dengue pada Anak Balita Risma Lestari Siregar 102012426 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Pendahuluan Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,limfadenopati,trombositopenia, diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari 1

description

dbd anak

Transcript of dbd pada anak 1

Page 1: dbd pada anak 1

Demam Berdarah Dengue pada Anak Balita

Risma Lestari Siregar

102012426

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

Pendahuluan

Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue

dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia,

ruam,limfadenopati,trombositopenia, diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan

plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan

cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam

berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan

tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan

dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar

pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang

dikeluhkan oleh pasien. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa

hal mengenai hal-hal berikut.

1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan

diagnosis)

2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan

pasien (diagnosis banding)

3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor

predisposisi dan faktor risiko)

4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)

1

Page 2: dbd pada anak 1

5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor

prognostik, termasuk upaya pengobatan)

6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan

diagnosisnya

Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai

kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya

untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya

mencakup semua data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat

berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.

Melalui keluhan pasien yang terdapat pada scenario didapatkan informasi bahwa

seorang anak laki-laki 6 tahun menderita panas mendadak sejak 3 hari yang lalu, demam

tidak turun meskipun sudah mium obat panas.

Dari pemeriksaan laboratorium terdapat hasil Hb = 14 g/dL, Ht = 42%, Leukosit =

3000/μL, Trombosit = 90.000/μL.

Kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39oC, RR 24x/menit, Nadi

110x/menit,TD 100/70 mmHg.

Dengan Rumple Leed test hasil nya positif terdapat bintik merah dan lidah pasien bewarna

putih.

Dari keluhan-keluhan tersebut dan dasar teori dari anamnesis, maka dapat kita ketahui

data-data sebagai berikut.

1. Keluhan utama

Demam tinggi yang tidak kunjung turun

2. Riwayat penyakit sekarang

Demam sejak 3 hari yang lalu, dan lidah putih

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh (hasil: 39oC),

tekanan darah (hasil: 110/70 mmHg), nadi (hasil: 110x/menit) dan respiratory rate

(24x/menit). Kemudian lidah bewarna putih dan di uji Rample Leed hasilnya positif.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh yang tinggi (normal: 36,5-37,5 oC), tekanan darah normal (120/80 mmHg) , denyut nadi normal (98x/ menit) , respiratory

rate normal (18x/menit), Tourniquet test dubia dengan hasil 12 petechiae. Hasil tourniquet

2

Page 3: dbd pada anak 1

negatif apabila muncul kurang dari 10 petechiae. Jika hasilnya 10-20 petechiae maka dubia

(ragu-ragu), kemudian jika hasilnya lebih dari 20 petechiae maka dinyatakan positif.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue

adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan

darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambarn limfosit plasma biru.1

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi

antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transciptase Polymersae Chain

Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini test serologis yang mendeteksi

adanya antibody spesifik terhaap dengue berupa antibodi total, IgM, maupun IgG.1

Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:1

Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat dietmui limfositosis

relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari

jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8

Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya penigkatan hematokrit

≥20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.

Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, ataua FDP pada

keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

SGOT/SGPT (serum lain aminotarnsferase) : dapat meningkat

Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal

Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan

Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : bila akan diberikan transfuse darah

atau komponen darah

Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue

- IgM : terdeteksi muali hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke -3 , menghilang

setelah 60-90 hari

- IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi

sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke2

3

Page 4: dbd pada anak 1

Uji HI : dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama, serta saat pulang dari perawatan,

uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.

Pemeriksaan Serologi

Diagnosis pasti DBD ditegakkan dengan pemeriksaan serologis. Pemeriksaan serologi adalah

salah satu alat untuk membantu membuat konfirmasi diagnosis infeksi virus dengue. Yang

dibahas kali ini hanya 2 macam pemeriksaan serologi yang banyak dipakai dalam praktek

sehari-hari yaitu Hemaglutinasi Inhibisi dan Eliza. Namun kedua tes ini cukup mahal

harganya.2

Hemaglutinasi Inhibisi

Sampai sekarang ini uji H.I. masih menjadi patokan baku WHO untuk konfirmasi dan

klasifikasi infeksi virus Dengue. Dilakukan berdasarkan metode Clark & Cassal , yang

memerlukan serum sepasang, yang serumnya diambil saat akut, yaitu pada waktu penderita

datang dan saat konvalesence, yaitu 2 sampai 3 minggu dari saat sakit, dengan interval

minimal 1 minggu dari pengambilan serum yang pertama. Karena harus melakukan

pemeriksaan serum sepasang ini, maka dalam praktek sering kali menimbulkan kesulitan

Prinsip metode ini adalah mengukur kadar IgM dan IgG melalui kemampuan antibodi

antidengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus Dengue.2

Dalam menafsirkan hasil pemeriksaan uji Hemaglutinasi Inhibisi, WHO ( 1986 ) memberikan

pedoman sebagai berikut:2

RESPONSE

ANTIBODI

INTERVAL

S1 dan S2

TITER

KONVALESEN

INTERPRETASI

Kenaikan 4 x

Kenaikan 4 x

Kenaikan 4 x

Kenaikan -

Kenaikan -

Kenaikan -

-

7 hari

Berapa saja

7 hari

Berapa saja

7 hari

7 hari

Hanya 1 serum

1 / 1280

1 / 2560

1 / 1280

1 / 2560

1 / 1280

1 / 1280

1 / 1280

Infeksi primer

Infeksi sekunder

Infeksi primer / sekunder

Diduga infeksi sekunder

Bukan infeksi dengue

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

4

Page 5: dbd pada anak 1

Keterangan :

S1 dan S2 adalah Serum pengambilan pertama dan pengambilan kedua

Uji E LISA anti dengue

Dikatakan bahwa uji Elisa anti dengue ini mempunyai sensitivitas yang sama dengan

uji HI, bahkan ada yang mengatakan bahwa uji Elisa lebih sensitif dari pada uji HI.2

Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibodi IgM dan IgG dalam serum

penderita dengan cara menangkap antibodi yang beredar dalam darah penderita.

Uji Elisa ini tidak mengadakan reaksi silang dengan golongan flavi virus yang lain,

sehingga IgM dan IgG anti dengue dapat terdeteksi kira-kira pada hari kelima timbulnya

demam. Ada dua pola respons imunitas yang terjadi pada seseorang yang terinfeksi virus

dengue,yaitu respons imunitas primer (pada saat terinfeksi virus dengue pertama kali) dan

sekunder.

Jika seseorang belum pernah terinfeksi oleh virus famili flaviviridae,dan juga belum

pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin flavivirus(misalnya vaksin untuk penyakit

demam kuning,ensefalitis jepang,dsb) akan menunjukkan respons imun primer ketika

terinfeksi virus dengue untuk pertama kalinya. Namun,jika orang tersebut terinfeksi oleh

virus dengue tipe lainnya,respons imun sekunder akan memainkan perannya. Respons imun

primer ditandai dengan kadar IgM antidengue yang tinggi dan IgG antidengue yang rendah.

IgM antidengue mulai terdeteksi pada hari ketiga penurunan suhu tubuh. Sebesar 80% IgM

antidengue terdeteksi pada hari kelima panas badan dan 99% pada hari kesepuluh demam.2

Deferential Diagnosis

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai

sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam

demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, patekial dan biasanya muncul dulu

pada bagian bawah badan-pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti

hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit

di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak

demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. 1

5

Page 6: dbd pada anak 1

2. Demam Tifoid

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala

serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing,

nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,

batuk, dan epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat.

Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam

hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia

relative, lidah yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan

mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseola jarang terjadi

pada orang Indonesia.1

3. Malaria

Malaria mempunyai gambaran karateristik demam periodic, anemia dan

splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan

prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit

kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam

ringan anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.1

Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode

dingin (15-60 menit): mulai menggigil, diikuti dengan periode panas: penderita muka

merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan

berkeringat; kemudian periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan

temperature turun, dan penderita merasa sehat. Anemia dan splenomegali juga

merupakan gejala yang sering dijumpai pada malaria.1

4. Chikungunya

Chikungunya adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti. Penyakit ini terdapat di daerah tropis, khususnya di perkotaan wilayah Asia,

India, dan Afrika Timur. Masa inkubasi diantara 2-4 hari dan bersifat self-limiting

dengan gejala akut (demam onset mendadak (>40°C,104°F), sakit kepala, nyeri sendi

(sendi-sendi dari ekstrimitas menjadi bengkak dan nyeri bila diraba, mual, muntah,,

nyeri abdomen, sakit tenggorokan, limfadenopati, malaise, kadang timbul ruam,

perdarahan juga jarang terjadi) berlangsung 3-10 hari. Gejala diare, perdarahan saluran

cerna, refleks abnormal, syok dan koma tidak ditemukan pada chikungunya. Sisa

arthralgia suatu problem untuk beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah fase

6

Page 7: dbd pada anak 1

akut. Kejang demam bisa terjadi pada anak. Belum ada terapi spesifik yang tersedia,

pengobatan bersifat suportif untuk demam dan nyeri (analgesik dan antikonvulsan)1

Tabel 1.1 Deferential Diagnosis

DBD Leptospirosis Malaria Tifoid Chikungunya

Demam tinggi

tiba-tiba

Demam tiba-

tiba

‘Trias

malaria’

(dingin-

panas-

berkeringat)

demam meningkat

bertahap (terutama

sore/malam hari)

Demam tiba-

tiba (>40 o C)

Nyeri otot Nyeri tekan

otot

Nyeri otot Nyeri otot Nyeri sendi

Pusing Sakit kepala

bagian frontal

Pusing Pusing Limfadenopati

Trombositopeni

a

Bilirubin

direk

meningkat

Splenomegali Trombositopenia Sakit kepala

Peningkatan

Hematokrit

hepatomegali ikterus LED meningkat Sakit

tenggorokan

Peningkatan Hb LED

meningkat

nyeri sendi Diare Insomnia

Leukositopenia Mata merah Anemia Leukositopenia/normal/

leukositosis

Ruam

petechiae

Torniquet test Isolasi

leptospira dari

cairan tubuh

dan serologi

(PCR,ELISA)

Blood smears

tebal dan tipis

Widal Test Isolasi virus

dan serologi

(PCR,ELISA)

Nyeri tekan

epigastrica

Ruam petechiae

7

Page 8: dbd pada anak 1

Working Diagnosis

Pada analisis deferential diagnosis sebelumnya, didapatkan berbagai ciri-ciri klinik.

Ciri-ciri tersebut lalu dicocokan dengan kasus yang ada pada skenario. Sehingga dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa diagnose pada kasus dalam skenario tersebut adalah demam

berdarah dengue.

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Penyakit ini ditunjukkan

melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan

otot (myalgias dan arthralgias) dan ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah

terang dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar

hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan

kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak

demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Gejala klinis demam berdarah

menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi .

Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat

kematian tinggi.

Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai Ruam-ruam

makulopapular. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam

ringan atau demam tinggi (>39 derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung selama 2 - 7 hari,

disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan

ruam-ruam. Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-

bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.

Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang

rusuk kanan dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-410C dan terjadi

kejang demam pada bayi. Perlu diperhatikan bahwa terjangkitnya Demam Berdarah Dengue

tidak selalu ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Mendiagnosis secara

dini dapat mengurangi resiko kematian daripada menunggu akut.

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala

prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan persaaan lelah.

Demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan criteria WHO tahun 1997 diagnosis

ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi:1

8

Page 9: dbd pada anak 1

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

Terdapat minimal 1 dari manifestasi pendarahan berikut:

- Uji bending positif

- Petekie, ekimosis, purpura.

- Perdarahan mukosa ( tersering epitaksis, atau pendarahan gusi), pendarahan dari tempat

lain

- Hematemesis atau melena

Trombositoprenia (jumlah trombosit < 100.000/mikroliter)

Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:

- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis

kelamin.

- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan niali

hematokrit sebelumnya.

- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Dari keterangan di atas terlihat bahwa, perbedaan utama antara DD dan DBD adalah

pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.3 Selain itu perbedaan yang paling utama

adalah pada demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit

pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien

demam berdarah dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit,

penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus

dan lain lain.

Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:1

1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain

yang tidak spesifik, dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket yang positif

atau mudah memar.

2. Derajat II (sedang), gejala yang ada pada tingkat I ditambah pula dengan perdarahan kulit

dan manifestasi perdarahan lain dengan ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah,

hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.

3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda renjatan dan pendarahan spontan Pendarahan bisa

terjadi di kulit atau tempat lain.

4. Derajat IV, syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat

diperiksa, hal ini biasa disebut dengue shock syndrome atau biasa disingkat DSS. Fase

kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam selama 2 - 7 hari,

penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita

9

Page 10: dbd pada anak 1

berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah

dan denyut nadi.

Diagnosis klinis perlu disokong pemeriksaan serologi. Serologi dan reaksi berantai

polymerase tersedia untuk memastikan diagnose demam berdarah jika terindikasi secara

klinis.

Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang dapat dibedakan menjadi 4 strain

yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod

borne viruses (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae

(1,13).

Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Virus ini hidup (survive) di alam lewat

dua mekanisme yaitu:1

1. Melalui transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat ditularkan oleh

nyamuk betina dan telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat

ditularkan dari nyamuk jantan kepada nyamuk betina melalui kontak seksual.

2. Melalui transmisi virus yang berasal dari nyamuk masuk ke dalam tubuh vertebrata seperti

manusia dan kelompok kera tertentu atau sebaliknya.

Nyamuk mendapatkan virus pada saat menggigit manusia yang terinfeksi virus dengue.

Virus yang berada di lambung nyamuk akan mengalami replikasi, kemudian akan bermigrasi

dan akhirnya sampai ke kelenjar ludah. Virus masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk

yang menembus kulit, kemudian masuk sirkulasi darah dengan cepat.

Reaksi tubuh terhadap virus dengue dapat berbeda. Sehingga manifestasi gejala klinis

dan perjalanan penyakitpun akan berbeda. Bentuk reaksi tubuh terhadap adanya virus dengue

itu adalah seperti:

1. Mengendapnya bentuk netralisasi komplek Ig serum pada pembuluh darah kecil di kulit

berupa gejala ruam (rash).

2. Gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas

faktor koagulasi yang menimbulkan manifestasi perdarahan.

3. Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma

menuju ke ruang ekstravaskuler dengan manifestasi asites dan efusi pleura.

Jika tubuh manusia hanya memberi reaksi pertama dan kedua, orang itu akan menderita

demam dengue. Sementara, jika ketiga reaksi terjadi, orang itu akan mengalami DBD.

10

Page 11: dbd pada anak 1

Pada tahun 1944 Sabin berhasil mengisolasi 2 jenis virus yang berkaitan namun secara

imunologis menimbulkan reaksi yang berbeda yakni yang dikenal sekarang sebagai DEN-1

dan DEN-2 dari pasien yang secara klinis terdiagnosis DBD. Kemudian pada tahun 1956

Hammon dkk, telah mengisolasi dua serotipe baru virus dengue yang dinamakan sebagai

DEN-3 dan DEN-4 selama epidemi DBD di Philipina.

Survei virologi penderita DBD yang telah dilakukan di beberapa rumah sakit Indonesia

sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1995 melaporkan keempat serotipe virus dengue yang

berhasil diisolasi baik dari penderita DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun,

serotipe yang mendominasi ialah DEN 2 atau 3 namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan

dengan kasus DBD berat.

Vektor

Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk kebun Aedes (Ae.)

dari subgenus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun

spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex,

dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae. aegyti

semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun

mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan

vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti. Vektor potensialnya adalah Aedes

albopictus.4

Morfologi Daur Hidup

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk

rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih

terutama pada kakinya. Morfologinya khas yaitu mempunyai gambaran lira (lyre-form) yang

putih pada punggungnya (mesonotum). Telur Ae. Aegypti mempunyai dinding yang bergaris-

garis dan menyerupai gambaran kain kasa. Larva Ae. Aegypti mempunyai pelana yang

terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.4

Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1-2cm di atas

permukaan air. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata100 butir telur tiap kali

bertelur. Setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan

kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai dewasa

memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Tempat perindukan utama Ae. Aegypti adalah tempat-

tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak

11

Page 12: dbd pada anak 1

melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan

buatan manusia; seperti tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot

bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang

berisi air hujan, juga berupa tempat perindukan alamiah; seperti kelopak daun tanaman

(keladi, pisang), tempurung kelapa, tongak bamboo, dan lubang pohon yang berisi air hujan.

Di tempat perindukan Ae.aegypti seringkali ditemukan larva Ae. Albopictus yang hidup

bersama-sama.4

Ae. Aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia. Species ini ditemukan di kota-kota

pelabuhan dimana penduduknya padat, Nyamuk ini juga ditemukan di pedesaan. Penyebaran

Ae. Aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan larva Ae.Aegypti terbawa melalui

transportasi. Walaupun umurnya pendek yaitu kira-kira sepuluh hari. Ae. Aegypti dapat

menularkan virus dengue yang masa inkubasinya antara 3-10 hari.4

Perilaku Nyamuk Betina

Nyamuk betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di

dalam rumah ataupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang

dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit(08:00-12:00) dan sebelum matahari

terbenam (15:00-17:00). Tempat istirahat Ae. Aegypti berupa semak-semak atau tanaman

rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman / kebun / pekarangan rumah. Juga

berupa benda-benda yan tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah, dan lain

sebagainya. Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira 10 hari, sedangkan di

laboratorium mencapai 2 bulan. Ae.aegypti mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun

umumnya jarak terbangnya adalah pendek yaitu kurang lebih 40 meter.4

Mekanisme Penularan

Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini

mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit Demam Berdarah

Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang

didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam

berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam.

Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap

masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar

diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu

setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain

12

Page 13: dbd pada anak 1

(masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang

hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu

menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiapkali

nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat

tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus

dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Epidemiologi

Demam berdarah dengue telah menjadi endemis di 112 negara di wilayah tropis dan

subtropis yang meliputi benua Amerika, Eropa Selatan,Timur Tengah, Afrika Utara, Asia,

dan Australia serta pada beberapa pulau di Samudera Hindia, Pasifik dan Karibia. Distribusi

geografis DBD tersebar luas dan jumlah kasusnya terus meningkat selama 3 dekade terakhir.

Empat puluh persen dari populasi dunia (2.5-3 milyar orang) memiliki risiko terinfeksi, dan

diprediksikan terjadi 50 juta infeksi pertahun.

Setiap tahun diperkirakan 250.000-500.000 kasus DBD dengan mortalitas sekitar 5%

atau 25.000 kematian dilaporkan oleh World Health Organization (WHO).

Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada

anak di negara tropis dan subtropis. Sekitar 95% kasus DBD terjadi pada anak usia <15 tahun

dan 5% terjadi pada bayi.

Epidemi pertama kali di wilayah Asia Tenggara terjadi pada tahun 1954 di

Manila,Philipina. Selanjutnya secara berangsur-angsur menyebar ke negara yang berdekatan.

Pada tahun 2005 jumlah kasus DBD di Asia Tenggara cenderung meningkat 19% dan

mortalitas meningkat sekitar 43% dibandingkan tahun 2004 dan Indonesia merupakan

penyumbang terbesar kasus DBD untuk wilayah Asia Tenggara.

Demam berdarah dengue masuk wilayah Indonesia tahun 1968. Kasus di Indonesia

pertama kali di laporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak

24 orang. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan

Incidence Rate (IR) 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR 2 %.

Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko terjangkit DBD karena virus penyebab dan

vektornya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum. Laporan yang

ada sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue sudah menjadi masalah yang endemis

pada 122 daerah tingkat II, 605 daerah kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia.

Morbiditas DBD cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sebaliknya mortalitas cenderung

menurun. Akhir tahun 60-an atau awal tahun 70-an sebesar 41,3% menjadi berkisar antara 3-

13

Page 14: dbd pada anak 1

5% pada saat ini. World Health Organization pada tahun 2004 merekomendasikan kepada

negara endemis DBD agar dapat menurunkan Case Fatality Rate (CFR) menjadi kurang 1%.

Epidemi demam berdarah dengue dilaporkan di Kalimantan Selatan pada tahun 1974.

Berdasarkan data kasus DBD Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2005

terdapat 341 kasus dan 9 diantaranya meninggal, dengan IR per 100.000 penduduk sebesar

9,3 dan CFR 2,6%. Pada tahun 2006 jumlah kasusnya mengalami peningkatan menjadi 457

kasus dan 7 diantaranya meninggal, dengan IR per 100.000 penduduk sebesar 12,45 dan CFR

1,53%.

Demam berdarah dengue dapat terjadi pada semua usia kehidupan, di Asia Tenggara

yang merupakan wilayah hiperendemis DBD seringkali terjadi pada anak di bawah usia 15

tahun, di Indonesia penderita DBD terbanyak adalah anak usia 5-11 tahun. Secara

keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita tetapi kematian lebih banyak

pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Demam berdarah dengue juga dapat terjadi

pada semua ras.

Faktor yang berkaitan dengan kembalinya epidemi DBD antara lain pertumbuhan

penduduk, urbanisasi, pengolahan limbah dan persediaan air, distribusi vektor, kepadatan

vektor dan transportasi.1

Patogenesis

Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai

vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat

memberi gejala sebagai DD. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus

dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila

seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue

lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain,

terutama ke system retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh

akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi

system komplemen yang berakibat akan dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga

permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang

melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas

kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskuler.

Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktorXII) akan menyebabkan pembekuan intravascular

yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.

14

Page 15: dbd pada anak 1

Dua perubahan patofisiologi utama yang terjadi yaitu peningkatan permeabilitas

vaskuler dan hemostasis yang abnormal. Permeabilitas vaskuler yang meningkat

mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemi dan syok. Kebocoran plasma dapat

menyebabkan asites. Gangguan homeostasis dapat menimbulkan vaskulopati, trombositopeni

dan koagulopati, sehingga memunculkan manifestasi perdarahan seperti petekie, ekimosis,

perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena.

Gejala klinik

Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD

dengan manifestasi demam akut perdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat

berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang

hebat pada otot dan tulang, mual, kadang muntah, dan batuk ringan.2

Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital atau retroorbital. Nyeri di

bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan

pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa

pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada,

berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke 3-6 berupa bercak petekie

di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan

cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat

ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak

ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih

lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa

penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD

dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis,

hematemesis, melena, dan epitaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang

tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit

yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung,

jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi

pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dan hari ke-7.2

Penatalaksanaan

Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan

ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan

15

Page 16: dbd pada anak 1

terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal

terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris.

Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari

ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan

berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada

kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah

pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya

kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif perlu selalu

diwaspadai.1

Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada trombositopenia

yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup, lunak dan tidak

mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis,

dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi

keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya

dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas

(lambung/duodenum).

Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa

mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori,

sebagai berikut.

1. Penanganan pasien DBD tanpa syok.

2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.

3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%.

4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.

5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa.

Berikut ini pembahasannya secara rinci;

1. Penanganan penderita DBD dewasa tanpa syok

Jika Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100000-150000,pasien dapat

dipulangkan(rawat jalan) dengan syarat menjaga volume cairan sirkulasi dengan cara

menjaga asupan cairan oral pasien lewat makanan.Makanan yang dianjurkan adalah

makanan yang lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter susu,air gula

dalam 24 jam atau minum air tawar ditambah garam.selain itu pasien harus banyak

beristirahat atau tidur.(lakukan pemeriksaan HB,HT,trombosit tiap 24 jam),jika

memburuk,langsung bawa ke instalasi gawat darurat.

16

Page 17: dbd pada anak 1

Hb,Ht normal,tetapi trombosit <100000 dianjurkan untuk dirawat

Hb,Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat

2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa diruang rawat

Pasien yang tersangka DBD tanpa pendarahan spontan dan massif dan tanpa syok

maka diruang rawat diberikan cairan infuse kristaloid, dengan rumusan Volume =

1500+(20x(BB dalam Kg-20))

Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb,Ht tiap 24 jam:

Bila Hb,Ht meningkat 10-20% dan trombosit<100000 jumlah pemberian cairan seperti

rumusan diatas.

Bila Hb,Ht meningkat >20% dan trombosit<100000,maka pemberian cairan sesuai

dengan protocol pelaksanaan DBD dengan peningkatan Ht>20%

3. Penanganan DBD dengan peningkatan Ht>20%

Peningkatan Ht>20% artinya tubuh terjadi deficit cairan sebanyak 5%.pada keadaan

ini maka terapi awalnya dengan memberikan infuse kristaloid sebanyak

6-7ml/kg/jam.setelah 3-4 jam,maka lakukan pemeriksaan.jika Ht menurun,tekanan darah

stabil,freekuensi nadi menurun,produksi urin meningkat,maka cairan infuse dikurangi

sampai 5ml.setelah 2jam,lakukan pemeriksaan kembali,jika ada perbaikan lagi,maka

infuse dikurangi sampai 3ml.jika ketika dilakukan pemantauan kembali,dan tetap

membaik,maka setelah 24-48 jam,infuse dapat dihentikan.

Namun bila setelah pemberian infuse 6-7ml diatas tidak mengalami perbaikan,malah

justru menurun,maka infuse dinaikan sampai 10ml.2jam kemudian lakukan

pemantauan,dan bila hasil membaik,maka infuse diturunkan sampai 5ml,namun jika

tambah buruk,maka infuse dinaikkan sampai 15ml.jika dalam perkembangannya kondisi

semakin memburuk,bahkan muncul tanda-tanda syok,maka pasien ditangani sesuai dengan

penanganan sindrom syok dengue pada dewasa.bila syok teratasi,maka pemberian cairan

dimulai lagi seperti terapi awal.

4. Penanganan pendarahan spontan pada DBD dewasa

Pendarahan spontan contohnya pendarahan hidung saluran cerna, saluran kencing,

otak atau pendarahan sebanyak 4 – 5 ml/kg bb/jam. Pada keadaan ini jumlah dan

kecepatan pemberian cairan tetap seperti pada keadaan DBD tanpa shock lainnya.

Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan jumlah urine dilakukan sesering

mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis serta hemostase harus segera

dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht, dan thrombosis sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

17

Page 18: dbd pada anak 1

Pemberian heparim diberikan jika ada tanda-tanda koagulasi intravascular di

seminata. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. FFP diberikan bila

didaptakan defisiensi fakta-fakta pembekuan, PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10

gr/dl. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan pendarahan spontan

dan massif dengan jumlah trombosit kurang dari 100 ribu / mm3 disertai atau tanpa KID.

5. Penanganan sindrom shock DBD pada dewasa

Hal pertama adalah penggantian cairan intravascular yang hilang. Pada kasus SSD

cairan kristaloit adalah pilihan utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita

juga diberikan oksigen 2 – 4 liter / menit. Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah

pemeriksaan darah perifer lengkap, hemostasis, analisis gas darah, kadar natrium, kalium

dan klorida serta ureum dan kreatinin.

Pada fase awal cairan kristaloit diberikan sebanyak 10 – 20 ml. Kemudian di evaluasi

15 – 30 menit. Bila serangan telah teratasi ( ditandai dengan tekanan darah sistolik 100

mmHg, tekanan nadi > 20 mmHg, frekuensi nadi < 100 kali / menit, kulit tidak pucat serta

diuresis 0,5 – 1 ml / kg bb / jam ). Jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml. Bila dalam 60 –

120 menit keadaan tetap stabil, pemberian cairan menjadi 5 ml. Bila dalam waktu 60 – 120

menit kemudian keadaan tetap stabil, pemberian cairan menjadi 3 ml. Bila 24 – 48 jam

setelah serangan teratasi, tanda – tanda vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis

cukup maka pemberian cairan per infus harus dihentikan ( karena jika reabsorpsi cairan

plasma yang mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit,

cairan infus terus diberikan maka keadaan hiperfolemi, edema paru atau gagal jantung

dapat terjadi ).

Pengawasan harus dilakukan terutama pada 48 jam pertama sejak terjadi serangan

(karena selain proses pathogenesis, penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloit

hanya sekitar 20 % saja yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat

pemberian). Untuk mengetahui apakah serangan sudah teratasi, diperlukan pemantauan

tanda vital, yaitu status kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi jantung dan

nafas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah hipokondrium kanan dan epigastrik, serta

jumlah diuresis. Diuresis diusahakan 2 ml. Pemantauan kadar hemoglobin, hemotokrit dan

jumlah trombosit dapat dipergunakan untuk pemantauan perjalanan penyakit.

Bila setelah fase awal pemberian cairan, serangan belum teratasi, maka pemberian

kristaloit dapat ditingkatkan menjadi 20 – 30 ml, kemudian di evaluasi setelah 20 – 30

menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka lihat nilai hemtokrit. Bila nilai hematokrit

meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid

18

Page 19: dbd pada anak 1

merupakan pilihan, tetapi bila nilai hematokrit menurun, berari terjadi pendarahan maka

penderita diberikan transfuse darah segar sebanyak 10 ml dan diulang sesuai kebutuhan.

Pemberian koloid mula – mula dengan tetesan cepat 10 -20 ml dan di evaluasi setelah

10 – 30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau kecukupan cairan

dilakukan pemasangan kateter venesentral, dan pemeberian koloid dapat ditambah hingga

jumlah maksimum 30 ml dengan sasaran tekanan venesentral 15 -18 cm H2O. Bila

keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan dan dilakukan koreksi terhadap gangguan

asam basa, elektrolit, hipoglekimia, anemia, KID, infeksi sekunder. Bila tekanan

venesentral penderita sudah sesuai dengan target, tetapi serangan belum dapat teratasi

maka dapat diberikan obat inotropik atau vasopresor.

Penatalaksanaan pada anak yang dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,

untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.

Fase demam

Umur (tahun) Parasetamol (tiap kali pemberian)

Dosis (mg) Tablet (1 tab=500mg)

<1 60 1/8

1-3 60-125 1/8 -1/4

4-6 125-250 1/4 -1/2

7-12 250-500 ½-1

Penggantian volume plasma

Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi Sedang ( defisit cairan 5-8% )

BB waktu masuk RS Jumlah cairan Ml/kgBB/hari

<7 220

7-11 165

19

Page 20: dbd pada anak 1

12-18 132

>18 88

Kebutuhan cairan rumatan

Berat badan (kg) Jumlah Cairan

10 100 per kg BB

10-20 1000 + 50 x kg

>20 1500 + 20 x kg

Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk

aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu:5

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat

perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak

berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:

1. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-kurangnya seminggu

sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar

berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.

2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain

dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut.

3. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali.

4. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang

berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng,

botol pecah, dan ember plastik.

5. Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dangan menggunakan tanah.

6. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali

jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.

20

Page 21: dbd pada anak 1

b. Biologis

Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya

dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam

atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14.

c. Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk

serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain

dengan:

Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk

mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti sampai batas tertentu.

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti

gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu

dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air

sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-lubang

pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga

dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-

jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memesang kasa,

menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memesang obat nyamuk,

memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi

setempat.5

Pengendalian Vektor

Pemberantasan sarang nyamuk, merupakan tindakan upaya untuk mengendalikan vektor

dari penyakit demam berdarah dengue, yaitu nyamuk aedes aegypti. Untuk memutus mata

rantai perkembangan nyamuk tersebut, maka dapat dilakukan berbagai cara. Tindakan

tersebut terdiri atas beberapa kegiatan antara lain:5

a. 3 M

3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan

menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:

1. Menguras

21

Page 22: dbd pada anak 1

Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas

bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.

2. Menutup

Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan lain-

lain.

3. Mengubur

Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat

menampung air hujan.

b. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk

c. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:

1. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit

air dengan menaburkan bubuk Temephos (abate) atau Altosoid 2-3 bulan sekali dengan

takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram Altosoid untuk 100 liter air.Abate

dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotik.

2. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.

3. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.

4. Memasang kawat kasa dijendela dan di ventilasi

5. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.

6. Gunakan sarung klambu waktu tidur.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul pada penderita DBD adalah timbulnya sindrom

renjatan dengue atau dengue shock syndrome (DSS), ensefalitis, dan komplikasi iatrogenik.

DSS akan muncul pada banyak kasus pada anak – anak diakibatkan daya tahan tubuh yang

masih rendah atau dapat muncul pada fase akut. Pada penderita DBD dengan DSS,

kondisinya dengan segera akan memburuk, hal ini ditandai dengan nadi cepat dan lemah,

tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmHg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin

dan lembab, penderita mula – mula terlihat mengantuk kemudian gelisah adalah ciri lainnya.

Bila tidak segera ditangani, maka penderita akan meninggal dalam 12 – 24 jam. Pemberian

cairan pengganti pada pasien akan membuatnya segera membaik. Pada syok yang berat

sekalipun, penderita akan membaik dalam 2 – 3 hari, ditandai dengan jumlah urine yang

cukup dan kembalinya nafsu makan. Syok yang tidak dapat diatasi biasanya berhubungan

dengan keadaan yang lain seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau

22

Page 23: dbd pada anak 1

organ lain. Perdarahan yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh

dalam keadaan koma. Ensefalitis dapat muncul pada penderita DBD akibat intoksikasi air

akibat dari pemberian cairan isotonik yang berlebihan untuk mengatasi pasien DBD dengan

hiponatremia atau bisa juga berasal dari koagulasi intravaskular diseminata. Komplikasi

iatrogenik terdiri dari sepsis, pneumonia, infeksi luka, dan hidrasi berlebihan. Penggunaan

jalur intravena terkontaminasi dapat mengakibatkan sepsis bakteri gram negatif yang disertai

dengan demam, syok, dan perdarahan berat. Pneumonia dan infeksi lain dapat menyebabkan

demam dan menyulitkan pemulihan. Hidrasi berlebihan dapat menyebabkan gagal jantung

atau pernapasan. Selain itu juga masih terdapat komplikasi lainnya seperti gagal ginjal,

sindrom uraemik hemolitik yang ditemukan pada pasien dengan defisiensi glukosa 6P DH

(G6PD) dan hemoglobinopati, terdapat pula infeksi bersamaan seperti leptospirosis, hepatitis

B, demam tifoid, cacar, dan melioidosis.6

Daftar Pustaka

1. Sudoyo W A, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta: Departemen IPD FK

UI; 2009. H 2773-9

2. Ginanjar G . Demam berdarah. Jakarta: PT.Mizan Publika;2007. H 38-40

23

Page 24: dbd pada anak 1

3. Riswan. Korelasi nilai trombosit dan hematokrit derajat demam berdarah dengue (DBD).Banjarbaru:

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat;2008

4. Sutanto E, et al. Buku ajar parasitologi kedokteran. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2011. H 250-3

5. Pencegahan Demam Berdarah Melalui Metode PemberantasanSarang Nyamuk (PSN).

2008. Novitasari Sherly, et al

24