Blok 12 Dbd Anak
-
Upload
josephhalim -
Category
Documents
-
view
41 -
download
4
description
Transcript of Blok 12 Dbd Anak
Demam Berdarah Dengue pada Anak Umur 6 Tahun
Adrian Cristianto Yusuf
102010206
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Dengue ialah suatu infeksi Arbovirus. Arbovirus adalah singkatan dari arthropod-
borne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda, misalnya nyamuk,
sengkerit atau lalat.
Demam Berdarah Dengue merupakan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh hospes
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini umumnya terjadi di daerah tropis dimana pada
lingkungan ini hospes umumnya tumbuh dan berkembang biak. Penyakit ini dapat menyerang
setiap orang tanpa mengenal batas usia dan dapat terjangkit kembali pada orang yang
sebelumnya telah menderita penyakit ini.
Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang (infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap infeksi oleh serotipe lain). Sabin adalah
orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesa
selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengkap kemudian diikuti
1
dengan keluhan utama dan selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang
dikeluarkannya, kemudian ditanyakan riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan
penyakit dalam keluarga.
a. Identitas
Menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien,
keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.
b. Keluhan Utama
Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu termasuk
kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik,
memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten. Informasi harus dalam
susunan yang kronologis, termasuk test diagnostik yang dilakukan sebelum kunjungan
pasien. Riwayat penyakit dan pemeriksaan apakah ada demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis.
d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Pernahkah pasien sebelumnya dirawat di rumah sakit atau mengalami penyakit lain .
e. Riwayat Keluarga
Umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota
keluarga.
f. Riwayat psychosocial (sosial)
Stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup
(makan makanan sembarangan).
Kemungkinan pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut :
1. Jenis demam yang dialami. Apakah demamnya menetap atau naik-turun secara
tiba-tiba. Seperti yang diketahui kurva suhu pada demam berdarah ialah
bifasik.
2. Apabila pasien datang dengan suhu tubuh yang menurun, tanyakan apakah
saat panas ia mengalami ruam (kemerah-merahan) pada kulit dan apakah ruam
itu hilang pada saat suhu tubuhnya turun. Selain ruam juga dapat timbul bintik
pada tempat tersebut.
2
3. Apakah pasien mengalami myalgia (nyeri pada otot), terutama nyeri pada otot
perut dan matanya.
4. Apakah pasien mengalami gambaran klinis lain seperti sakit kepala yang
menyeluruh, mual ataupun muntah.
5. Apakah pasien pernah melakukan perjalanan ke tempat endemik penyakit
demam berdarah dalam kurun waktu masa inkubasi demam berdarah (5-8
hari).1
Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu
Untuk mengukur suhu tubuh, digunakan termometer demam. Tempat
pengukuran suhu meliputi rektum (2-5 menit), mulut (10 menit) dan aksia (15
menit). Suhu tubuh normal adalah 36˚-37˚C. Pada pagi hari suhu mendekati
36˚C, sedangkan pada sore hari mendekati 37˚C. Pengukuran suhu direktum
juga akan lebih tinggi 0,5˚-1˚C, dibandingkan suhu mulut, suhu mulut 0,5˚c
lebih tinggi dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan demam, suhu akan
meninggi, sehingga suhu dapat dianggap sebagai termostat keadaan pasien.
Suhu merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam tidak
cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus dicari apa etiologinya dan
bagaimana menghilangkan etiologi tersebut.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami demam
tinggi dengan mendadak dan terus – menerus selama 2-7 hari.4
Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter, yaitu dengan
cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1½ cm diatas fossa kubiti
anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut A.
Radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik, kemudian tekanan
di turunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa kubiti
anterior di atas A. Brakialis atau sambil melakukan palpasi pada A. Brakialis
3
atau A. Radialis. Dengan cara palpasi, hanya akan diadakan tekanan sistolik
aja. Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi korotkov.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami tekanan
darah menurun (tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
Nadi
Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan palpasi A.
Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di tempat lain, misalnya A.
Brakialis di fosa kubiti, A.femoralis di fosa inguinalis, A. Poplitea di fossa
poplitea atau A. Dorsaluis pedis di dorsum pedis. Pada pemeriksaan nadi,
perlu diperhatikan frekuensi denyut nadi, irama nadi, isi nadi, kualitas nadi
dan dinding arteri.
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami renjatan
yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang).
b. Palpasi pada paru dan hepar. Karena pada kasus DBD, sering sekali di jumpai
pembesaran hati. Pada paru di lakukan fremitus taktil dan melakukan perkusi.
c. Tes Tourniquet
Uji tourniquet merupakan tes yang sederhana untukm elihat gangguan pada
vaskuler maupun trombosit. Tes ini akan positif bila ada gangguan pada
vaskuler maupun trombosit. Di daerah endemis, uji
tourniquet merupakan pemeriksaan penunjang presumtif bagi diagnosis
DBD apabila dilakukan pada anak yangmenderita demam lebih dari 2 hari tanpa
sebab yang jelas. Sebagian orang mungkin menunjukkan hasil positif tergantung pada
tekstur, ketipisan, dan suhu kulit, sehingga uji touniquet ini bukan merupakan satu-
satunya pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis DBD. Untuk
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah. Prinsip yang
digunakan dalam uji torniquet adalah dimana terhadap kapiler diciptakan suasanan
anoksia dengan jalan membendung aliran darah vena. Anoksia merupakan ketiadaan
penyediaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah ke jaringan adekuat. Suasana
anoksia dan penambahan tekanan internal akan memperlihatkan kemampuan
ketahanan kapiler. Jika ketahan kapiler turun akan timbul petekie di kulit. Alat
4
dan bahan yang dibutuhkan dalam uji tourniquet adalah : tensimeter, stetoskop, timer.
L a n g k a h - l a n g k a h d a l a m m e l a k u k a n u j i tourniquet a d a l a h s e b a g a i
berikut : P a s a n g m a n s e t p a d a l e n g a n a t a s ( u k u r a n m a n s e t s e s u a i k a n
d e n g a n u m u r anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas) kemudian pompa
tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi ) dan tekanan
diastolik (pada saat relaksasi). Kemudian ambil rata-rata antara tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara
sistolik dan diastolik (rata-rata kedua tekanan tersebut) selama ± 5 menit. Kemudian
baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4 cm dibawah lipat siku dengan
penampang 5 cm, apakah timbul p e t e k i e s e b a g a i t a n d a p e r d a r a h a n .
N i l a i r u j u k a n y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e n e n t u k a n h a s i l u j i tourniquet
sebagai berikut : Abnormal (+) > 20 petekie ; Normal (-) < 10 petekie ; Dubia
(Ragu-ragu) 10-20 petekie.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit,
jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru.
Parameter laboratorium yang dapat diperiksa:
a. Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif
(> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
b. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi sumsum
tulang.
c. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥
20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3.
5
d. Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
e. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan anti-dengue IgG, IgM.
IgM
Terdetaksi mulai hari ke 3-5, menigkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG
Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.
f. Uji HI
Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. 3
Diagnosis Kerja
Pada infeksi dengue primer dan sekunder, ada kemunculan antibodi IgM
antidengue yang relatif sementara. Antibodi ini menghilang pada 6-12 minggu dan
dapat digunakan untuk menentukan saat infeksi dengue. Pada infeksi dengue
sekunder, kebanyakan antibodi adalah dari kelas IgG. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI)
menunjukkan kenaikan titer cepat atau tetap tinggi (1: 640 atau lebih besar) pada
serum.
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif
- Ptekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, tersering epitaksis atau perdarahan dari tempat
lain.
- Hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit<100.000/µl).
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma
sebagai berikut: peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar
sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
6
5. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
6. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan hipoproteinemia. 4
Spektrum
KlinisManifestasi Klinis
DD
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi
perdarahan, dan leucopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
Hari ke-3-5 fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
DBD
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke
rongga peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
DSS
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
Akral dingin, capillary refill turun.
Diuresis turun, hingga anuria.
Derajat penyakit demam berdarah dengue:5
7
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji
torniquet positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain (gusi
berdarah, perdarahan gastrointestinal, epistaksis).
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun
(<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita
menjadi gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
DHF : derajat I-II
DSS : derajat III-IV
Diagnosis Banding4
Penyakit Gejala Klinik Pem. Fisik
Tipoid Minggu 1 : demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah,
obstipasi/diare, perasaan tidak
enak di perut, batuk dan
epistaksis.
Minggu 2 : demam, bradikardi
relatif, lidah kotor ditengah tapi
dan ujung merah tremor,
hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan
kesadaaran berupa somnolen
sampai koma.
Suhu badan meningkat, sifat demam
adalah meningkat perlahan-lahan
dan terutama pada sore hingga
malam hari.
Anemia ringan, trombositopenia.
Hepatosplenomegali.
Malaria Trias malaria :
1. Periode dingin
Sekitar 15-60 menit,
menggigil, gigi
gemetaran, diikuti
Splenomegali, hepatomegali,
anemia, ikterus, asites.
8
peningkatan temperature.
2. Periode panas
Penderita muka merah,
nadi cepat, panas badan
tetapi tinggi beberapa
jam, diikuti keadaan
berkeringat.
3. Periode berkeringat
Penderita berkeringat
banyak, temperature
turun, penderita merasa
sehat.
ISPA Rhinitis :
Sering pada usia < 2 tahun
disebut common cold, 30-50%
rawat jalan, demam, rewel,
bersin, kongesti hidung, kadang
disertai batuk, diare dan
muntah. Pada anak yang lebih
besar : iritasi hidung/faring,
bersin, hidung tersumbat,
batuk, nyeri kepala dan
anoreksia.
Faringitis :
Jarang pada anak usia , 1 tahun,
sering usia 4-7 tahun.
Gejalanya : demam, serak, batu,
rinithis, nyeri tenggorokan,
kadang ada eksudat pada tonsil,
faring hiperemis. Gejala
faringitis bakterialis : akut,
mual demam, sakit
tenggorokan, faring hiperemis,
ada eksudat, KGB leher
Pneumonia berat :
Ditandai secara klinis oleh adanya
tarikan dinding dada kedalam.
Pneumonia :
Ditandai secara klinis oleh adanya
napas cepat.
Bukan pneumonia :
Ditandai secara klinis oleh batuk
pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa
napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia.
9
bengkak, ruam.
Laringitis :
Kelomopk yang dikenal dengan
istilah “croup” (batuk keras
sekali). Gejala : “barking
cough”, serak, stridor
isnspirator.
Campak Demam tinggi, bintik putih pada
bagian dalam pipi sebelah depan
gigi geraham, mata merah dan
berair, tenggorokan sakit, pilek,
batuk kering. Terkadang jika
penderitanya anak-anak akan
terjadi muntah-muntah, diare,
bintik di belakang telinga.
Ruam (bercak-bercak 7 hari) dimulai
sekitar dahi (sekitar garis
rambut), belakang
telinga, dan leher bagian atas sebagai
erupsi makulopapular merah.
Dengan timbulnya ruam, gejala-gejala
mulai mereda.
Chikungunya
Virus Chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari family
togaviridae. Virus ini menyebabkan gejala penyakit mirip dengue. Virus Chikungunya ini
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty dan Aedes africanus. Chikungunya tersebar di daerah
tropis dan sub tropis yang berpenduduk padat seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara. Masa
inkubasi Chikungunya ialah 1-6 hari. Virus ini masuk melalui gigitan nyamuk pada manusia
lalu menimbulkan gejala awal berupa demam mendadak, kemudian diikuti munculnya ruam
kulit dan limfadenopati, atralgia, myalgia, atau arthritis yang merupakan tanda khas
Chikungunya. Penderita merasakan ngilu bila berjalan karena serangan pada sendi-sendi.
Pendarahan jarang terjadi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya antibodi IgM dan IgG
dalam darah.5
Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Falvivirus merupakan virus dengan
diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal denga berat molekul 4x106.
10
Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan DD atau DBD. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-
3 merupatak serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encehphalitis dan West Nile virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus,
kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survei epidemilogi pada hewan ternak didapatkan
atibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda
menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan
Toxorhynchites.
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibis.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebarah di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.5
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus
dengue yaitu: 1). vektor: perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor
di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2). pejamu : terdapatnya
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin; 3). lingkungan ; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.3
Meningkatnya kasus DBD berkaitan erat dgn :
1. Urbanisasi.
2. Ditemukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor.
3. Masyarakat belum mendukung kebiasaan hidup bersih.
4. Letak geografi indonesia sebagai negara tropis, memungkinkan peningkatan
populasi nyamuk Aedes aegypti.
11
5. Pengetahuan masyarakat tentang DBD kurang, sehingga upaya
penanggulangan dan pencegahan tidak dapat dilaksanakan secara tuntas.
Patofisilogis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih di perdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.
Gambar 1. Manifestasi infeksi virus dengue .5
Respons imun yang diketahui berperan delam patogenesis DBD adalah: a), respons
humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis
yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap
virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut anti-body dependent enhancement (ADE); b), limfosit T baik T-helper
(CD4) dan T- sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.
Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin,
sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, I dan IL-10; c), monosit dan makrofag berperan
dalam fagositosis virus dengan optonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini
menyebabkan penigkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; d). Selain itu
aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.5
12
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection
yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan
tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain;
menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus be replikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyababkan aktivasi T-helper
dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan
mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1,
PAF9platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
sel endotel dan terjadi melalui kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1), Supresi sumsum
tulang, dan 2). destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang
pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposelular dan supresi megakariosit.
Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk
megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi
melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama
proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui
mekanisme gangguan pelepasan ADP, penigkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan petanda degrenulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktvasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik
(tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein Cl-inhibitoh complex). 5
Manifestasi Klinis
13
Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa inkubasi
demam dengue. Perjalanannya khas pada anak yang sangat sakit. Fase pertama yang
relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri kepala,
anoreksia dan batuk disertai sesudah 2-5 hari oleh deteriorasi klinis cepat dan
kollaps. Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin,
lembab, badan panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel dan nyeri mid-
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spotan
mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah
lazim. Ruam makular atau makulopapular mungkin muncul, dan mungkin ada
sianosis sekeliling mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah,
cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati makin membesar sampai 4-6 cm
dibawah tepi kosta dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10 % penderita
menderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa
syok yang tidak terkoreksi.
Sesudah 24-36 jam masa krisis, konvalensen cukup cepat pada anak yang
sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok. Bradikardi dan
ekstrasistol ventrikel lazim selama konvalensen. Jarang, ada cedera otak sisa yang
disebabkan oleh syok lama atau kadang-kadang karena pendarahan intrakranial.
Strain virus dengue 3 yang bersikulasi di daerah Asia Tenggara sejak tahun 1983
disertai dengan terutama sindrom klinis berat, yang di tandai dengan ensefalopati,
hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang mencolok dan kadang-kadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang ssakit berat, infeksi
dengue skunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar dari infeksi
yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernafasan atas yang tidak terdiferensiasi
atau penyakit seperti-dengue sampai penyakit yang serupa dengan penyakit yang
diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang jelas. 3
Gambar 4: Hubungan suhu tubuh dengan lamanya waktu demam
Penatalaksanaan
14
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3. Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan tetesan 20 cc / Kg
BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 – 1,5 liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc /
Kg BB / Jam atau 50 cc / Kg BB / 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai
kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik
4. Keadaan klinis dimonitor : TD, Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu ( minimal 2 kali
sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu pada status), jumlah urine perjam
(sebaiknya ≥ 50 cc / jam).
5. Rasa haus dan dehidrasi timbul akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah.
Penderita perlu di beri minum banyak, 1½-2 liter dalam 24 jam, berupa air teh
dengan gula, sirup atau susu.
6. Pada beberapa penderita di beri gastroenteritis oral solution (oralit). Minuman
diberi peroral, bila perlu satu sendok makan setiap 3-5 menit.
7. Hiperpireksia (suhu 40˚C atau lebih) diatasi dengan antipiretik dan bila perlu
surfae cooling dengan memberikan kompres es dan alkohol 70%.
8. Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti
parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh ≥ 38,50˚ C dan
Metoklopramide bila terjadi muntah-muntah.
9. Kejang yang mungkin timbul diberantas dengan antikonvulsan. Anak yang
berumur lebih dari 1 tahun diberikan luminal 75 mg secara intramuskular.
Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti pemberian luminal diulangi
dengan dosis 3 mg/kgBB. Anak yang di atas 1 tahun diberikan 50 mg dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital (pernafasan, jantung).
10. Pemberian intravenous fluid drip (IVFD) pada penderita tanpa renjatan
dilaksanakan apabila :
Penderita terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan
makanan peroral, sedangkan muntah-muntah itu mengancam terjadinya
dehidrasi dan asidosis.
Didapatkan nilai hematrokit yang cendrung terus meningkat.
11. Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi ≥ 110 x / menit, atau tekanan nadi
(TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau jumlah urine ≤ 40 cc / jam, pertanda
adanya kebocoran plasma (plasma leakage) → tambahkan cairan infus guyur 5 cc /
15
KgBB / Jam sampai keadaan kembali stabil. Setelah Tekanan darah dan nadi stabil,
kembali ke tetesan rumatan
12. Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan TD,
peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang berlanjut, atau terjadi
perdarahan masif, atau penurunan kesadaran, perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit.
Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis.
Dan bila diperlukan periksa Haemorrhagic test.
13. Bila selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin memberat atau
respons pemberian cairan minimal, maka penderita dinyatakan untuk dirujuk (bila
dirawat di Puskesmas atau klinik atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan
yang lebih intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
14. Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang menyolok
disertai dengan tanda-tanda perdarahan masif. Bila terjadi perdarahan yang masif
dengan penurun kadar Hb dan Ht, segera beri tansfusi Whole blood.
15. Bila keadaan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan yang cukup sesuai
perhitungan, tanda-tanda perdarahan tidak nyata, dan pemantauan laboratorium tidak
menunjukkan perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian FFP (Fresh Frozen
Plasma) atau Plasma biasa.
16. Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium pada fase
penyembuhan.4
Pencegahan
Pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) sangat tergantung dengan pengendalian
pada vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis, maupun secara
kimiawi, seperti :
1. Lingkungan
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada dasarnya merupakan
pemberantasan jentik atau mencegah agaar nyamuk tidak dapat lagi berkembang biak.
Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan dengan :
Menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali. Dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas sekitar 7-10 hari.
Menutup rapat tempat penampungan air. Supaya agar nyamu tidak
menggunakannya sebagai tempat berkembang biak.
16
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya semunggu
sekali.
Membersihkan perkarangan atau halaman rumah dari barang-barang yang dapat
menampung air hujan. Karena berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik-
jentik nyamuk.
Menutup lubang-lubang pada pohon, terutama pohon bambu ditutup dengan
menggunakan tanah.
Membersihkan air yang tergenang diatap rumah juga dapat mencegah
berkembangnya nyamuk tersebut.
Pembersihan selokan disekitar rumah supaya air tidak tergenang.
2. Biologis
Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk
dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan ikan
cupang pada kola/ sumur yang sudah tak terpakai atau menggunakan dengan bakteri
Bt H-14.
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian
nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Diantaranya adalah :
Pengasapan/togging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna
untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti dengan batas tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi
tempat penampungan air.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan tindakan untuk memutus
mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan
antaranya dengan 3M. Yaitu : Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat
yang sering dijadikan perkembangbiakan nyamuk. Semoga dengan beberapa cara
tersebut dapat membantu anda dalam pencegahan demam berdarah serta
pemberantasan sarang nyamuk.6
Prognosis
Bila penanganan DBD dilakukan dengan manajemen medis yang baik yaitu
pemantau kadar trombosit dan hematokrit maka mortalitasnya dapat diturunkan dan
prognosisnya baik. Namun bila kebocoran plasma tidak terdeteksi secara dini dan
tidak dilakukan penanganan yang tepat sehingga jumlah trombosit <100.000/uL dan
17
hematokrit meningkat, maka harus mewaspadai terjadinya syok yang dapat berakhir
dengan prognosis yang buruk.3
Kesimpulan
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegypti. Dibutuhkan berbagai
pemeriksaan untuk melakukan penegakan diagnosis. Penegakan diagnosis secara
cepat dan tepat tentunya akan membantu keberhasilan pengobatan DBD.
Daftar Pustaka
18
1. Makmun LH. Anamnesis . Edisi IV. Jilid I. Jakarta . Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI. 2007. Hal 20-21.
2. Setiyohadi B dan Imam S. Pemeriksaan fisik umum. Edisi IV. Jilid I. Jakarta.
Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal. 23-24.
3. Latief A, Partogi MN, Antonius P, Muhammad VG, Sukman TP. Ilmu
kesehatan anak FKUI. Jilid 2. Jakarta. Infomedika. 2007. Hal 607-621.
4. Suhendro, Leonard N, Khie C, Herdiman TP. Demam berdarah dengue. Edisi
IV. Jilid 2. Jakarta. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal 1709-
1713.
5. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak (Nelson textbook of pediatrics). Edisi 15.
Jilid 2. Jakarta.EGC. 2007. Hal 1134-1136.
6. Nadesul H. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta. Buku
kompas. 2007. Hal. 36-39.
19