DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

37
i DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews) PADA BERBAGAI PERSIAPAN BAHAN SETEK DAN DOSIS ROOTONE F Oleh : IR. I NYOMAN SUTEDJA., MS. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Transcript of DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

Page 1: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

i

DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia

Andrews) PADA BERBAGAI PERSIAPAN BAHAN SETEK

DAN DOSIS ROOTONE F

Oleh :

IR. I NYOMAN SUTEDJA., MS.

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

ii

RINGKASAN

Usaha budidaya tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) dalam

program perluasan dan peremajaan tanaman tersebut terutama dibatasai oleh

ketersediaan jumlah bahan setek setek panili yang mempunyai daya perakaran

yang baik. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan daya

perakaran setek panili yang paling baik dengan perlakuan waktu pemotongan

pucuk bahan setek sebelum penanaman dengan dosis rotone F .

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Pegok Fakultas Pertanian

Universitas Udayana. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap dan perlakuannya terdiri atas 2 faktor. Faktor berbagai persiapan bahan

setek terdiri atas 3 taraf, yaitu : pucuk dipotong saat penanaman setek (P1); pucuk

dipotong 4 hari sebelum penanaman setek (P2); pucuk dipotong 8 hari sebelum

penanaman setek (P3). Sedangkan faktor dosis Rootone F terdiri atas 4 taraf,

yaitu: 0 mg/0 ml air (D0); 50 mg/0,5 ml air (D1); 100 mg/1ml air (D2); 150

mg/1,5 ml air (D3). Dengan demikian diperoleh 12 perlakuan kombinasi yang

masing- masing di ulang 3 kali.

Hasil penelitian menunjukan interaksi antara perlakuan waktu pemotongan

pucuk bahan setek dengan dosis Rootone F (P X D) menunjukkan pengaruh yang

tidak nyata (P>0,05), terhadap peubah yang diamati. Perlakuan waktu

pemotongan pucuk bahan setek (P) dan perlakuan dosis Rootone F (D) juga

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati.

Perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek , ada kecendrungan waktu

pemotongan pucuk bahan setek 8 hari sebelum penanaman setek memberikan

bobot kering akar tertinggi, yaitu 0,28 g atau mengalami peningkatan berat 40 %

dibandingkan dengan waktu pemotongan pucuk bahan setek saat penanaman.

Perlakuan dosis rootone F 150 mg /1,5 ml air , ada kecendrungan memberikan

berat keringoven akar tertinggi, yaitu 0,27g atau mengalami peningkatan 50%

dibanding dengan tanpa pemberian dosis rootone F.

Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, penelitian ini perlu

dilanjutkan terhadap waktu pemotongan pucuk bahan setek yang lebih lama dari

saat penanaman dan dosis rotoone F yang lebih tinggi.

Page 3: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

iii

DAFTAR ISI

BAB ISI Halaman

JUDUL .................................................................................................................................. i

RINGKASAN ....................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 7

2.1 . Perbanyakan dengan Setek ............................................................................... 7

2.2. Zat Pengatur Tumbuh Rootone F....................................................................... 9

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Panili ...................................................................... 12

III. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 18

3.1. Hasil ................................................................................................................ 18

3.2. Pembahasan ...................................................................................................... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 25

5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 25

5.2. Saran ................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 28

Page 4: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu

komoditas ekspor yang bernilai ekonomi yang tinggi. Buah tanaman vanili

digunakan untuk bahan pengharum makanan, gula-gula, ice cream,

minuman dan obat-obatan. Bentuk produk yang dijual petani pada

umumnya berbentuk polong basah, sedangkan yang dijual oleh eksportir ke

pasaran internasional berbentuk polong kering.

Masyarakat dunia akhir-akhir ini terjadi perubahan dari

mengkonsumsi panili sintetis ke panili alam yang oleh karenanya

peningkatan konsumsi panili alam diperkirakan 2 % pertahun. Produksi

panili alam dunia 75 % berasal dari Madagaskar, 10 % masing masing

dari Indonesia dan Komoro, sedangkan 5% sisanya dari berbagai Negara

produsen lainnya (Sen,1985).Tanaman panili dapat diperbanyak secara

generatif dengan biji dan vegetatif dengan setek, karena perbanyakan

dengan biji memerlukan waktu untuk berbunga lebih lama, maka

perbanyakan panili untuk komersial dilakukan dengan cara setek.

Kebutuhan bibit/setek panili per tahun sekitar 16 juta bibit, sehingga

diperlukan kebun induk yang sangat luas (Sukarman, 2011).

Harahap (1987) menyatakan hanay sejumlah kecil dari sekian

banyak Negara di dunia yang komdisi lahan dan lingkungannya sesuai bagi

pertumbuhan yang baik dan hasil yang memuaskan dari pertanaman panili.

Oleh karena itu kurang pada tempatnya bila hal ini kita sia-siakan.

Page 5: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

2

Permasalahan yang dihadapi dalam perluasan tanaman panili di

Indonesia adalah terbatasnya ketersediaan bahan setek sebagai sumber bibit

sehingga menjadi faktor penghambat dalam perluasan lahan. Keterbatasan

tersebut disebabkan karena perbanyakan tanaman panili pada umumnya

masih menggunakan setek panjang. Rosman dan Tasma (1988)

menyatakan, petani umumnya menanam bibit sepanjang 1 meter yang

terdiri dari 8 – 10 buku tanpa melalui pembibitan. Hal ini dianggap kurang

ekonomis dalam penggunaan bahan tanaman terutama untuk daerah

pengembangan dengan bahan tanaman yang terbatas.

Dalam hal ini, penggunaan setek pendek satu buku diharapkan

dapat mengatasi masalah tersebut. Setek pendek 1-3 buku dapat

digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif (Dwiwarni, 1998).

Setiap buku dari setek panili mempunyai potensi mengeluarkan akar dan

tunas, sehingga dengan potensi tersebut memungkinkan panili dapat

diperbanyak dengan setek satu buku. Namun dalam penggunaan setek

pendek panili masalah yang dihadapi adalah cadangan makanan yang

relatif sedikit yang dapat mengakibatkan pertumbuhan setek akan kurang

baik.

Alternatif yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah

satunya adalah pemotongan pucuk bahan setek. Perlakuan ini bertujuan

agar bahan pembangun seperti karbohidrat, asam-asam amino, vitamin dan

zat pengatur tumbuh terakumulasi pada bahan setek yang akan ditanam,

sehingga daya tumbuh setek akan lebih baik. Selain itu pemotongan pucuk

Page 6: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

3

bahan setek panili juga akan merangsang mata tunas samping untuk

tumbuh atau sering disebut tunas lateral. Tanpa pemotongan pucuk

pertumbuhan tunas lateral akan terhambat hal ini disebabkan auksin yang

didistribusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas

lateral sehingga membuat konsentrasi auksin tinggi serta menghambat

pertumbuhan tunas lateral.

Perlakuan berbagai waktu pemotongan pucuk bahan setek yaitu

pucuk dipotong pada saat penanaman, pucuk dipotong 4 hari sebelum

penanaman dan pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman dilakukan

untuk mengetahui perbedaan masing- masing perlakuan, perbedaan lama

waktu pemotongan akan mempengaruhi jumlah assimilat yang tertimbun

pada bahan setek sehingga pada saat percobaan pembibitan bahan setek

tersebut akan menunjukan hasil yang berbeda. Pada perlakuan pucuk

dipotong 8 hari sebelum penanaman diharapkan belum tumbuhnya tunas

pada bahan setek sehingga bahan setek masih dapat digunakan.

Pembentukan dan pertumbuhan tunas umumnya akan terjadi jika

akar terbentuk dengan baik (Hartman dan Kester, 1978). Upaya untuk

merangsang inisiasi akar yang lebih cepat pada setek pendek sangat

penting untuk memulai pertumbuhan setek. Terangsangnya pembentukan

akar yang lebih cepat dan seragam akan dapat meningkatkan serapan unsur

hara dan air dari dalam tanah. Periode kritis penyemaian setek adalah saat

setek belum berakar dan pembentukan tunas tampaknya memerlukan

adanya pertumbuhan aktif dari akar (Leapold dan Kriedeman, 1975).

Page 7: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

4

Upaya dalam merangsang pertumbuhan akar dengan lebih cepat

pada setek pendek maka sangat diperlukan usaha untuk memulai

pertumbuhan setek, walaupun setek relatif mudah mengeluarkan akar

namun perlakuan dengan ZPT tetap dibutuhkan dalam mempercepat

proses fisiologis yang memungkinkan tersedianya bahan pembentuk akar

serta memperoleh keseragaman dalam perkembangan sistem perakaran.

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), penggunaan zat pengatur tumbuh

bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dan tunas setek. Perakaran

yang dihasilkan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh biasanya lebih

baik dari pada setek tanpa pemberian zat pengatur tumbuh.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan pemberian Rootone F dapat

merangsang terbentuknya akar setek tanaman Theobroma cacao dan

Eucalyptus sp pada konsentrasi 100 mg/ml air (Manurung, 1987). Pada

tanaman kopi dengan konsentrasi 250 mg/ml air (Gatut Supridjadji, 1985).

Pada setek cabang buah tanaman lada dengan konsentrasi 100 mg/ml air

(Darliana, 2006) dan pada setek pangkal panili menunjukkan hasil bahwa

konsentrasi yang optimal untk menghasilkan berat total kering oven

tanaman adalah 950,68 mg per liter dengan peningkatan sebesar 58,013

% dibandingkan tanpa Rootone F (Wiraatmaja, 1998).

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian dengan

perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek panili dan pemberian

berbagai dosis Rootone F sebagai salah satu upaya untuk merangsang

pertumbuhan akar setek pendek panili (Vanilla Planifolia Andrews).

Page 8: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

5

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mendapatkan daya perakaran setek pendek panili yang

paling baik dengan perlakuan berbagai persiapan bahan setek

panili dengan dosis Rootone F

2. Untuk mengetahui waktu pemotongan pucuk bahan setek

beberapa hari dari sebelum penanaman yang dapat memberikan

daya perakaran setek pendek panili yang paling baik

3. Untuk mengetahui dosis Rootone F yang dapat memberikan daya

perakaran setek pendek panili yang maksimal.

1.3. Rumusan Masalah

1. Apakah perlakuan persiapan bahan setek dan dosis Rootone F

mampu memberikan daya perakaran setek panili yang lebih baik?

2. Apakah perlakuan persiapan bahan setek mampu memberikan

daya perakaran setek panili yang lebih baik?

3. Apakah perlakuan berbagai dosis Rootone F mampu memberikan

daya perakaran setek panili yang lebih baik?

Page 9: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

6

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

4. Bahan setek panili yang pucuknya dipotong 8 hari sebelum

penanaman setek dengan dosis 100 mg/1 ml air akan memberikan

daya perakaran setek yang terbaik.

5. Pemotongan pucuk bahan setek panili 8 hari sebelum penanaman

akan memberikan daya perakaran setek yang terbaik.

6. Dosis Rootone F 100 mg/1 ml air akan memberikan daya

perakaran setek yang terbaik.

Page 10: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembiakan dengan Setek

Pembiakan tanaman dengan setek merupakan cara pembiakan

menggunakan potongan bagian vegetative yang apabila ditempatkan pada

keadaan yang sesuai dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru

yang serupa dengan induknya. Setek juga dapat mempersingkat waktu

penyediaan bahan tanaman dan waktu masa tidak produktif. Jenis tanaman

yang berbeda mempunyai kemampuan berakar yang berbeda.

Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan salah satu cara

pembiakan vegetatif yang sekarang ini sering dilakukan. Setek merupakan

pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun,

dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk suatu tanaman

yang utuh yang memiliki akar, batang, daun, dan bunga (Wudianti, 2004).

Perbanyakan dengan cara setek banyak dipilih orang karena

memiliki banyak keuntungan seperti penggunaan bahan yang hanya sedikit

tetapi dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam

waktu yang singkat. Selain itu,

perbanyakan dengan setek mempunyai sifat dan mutu yang sama dengan

induknya (ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, rasa buah,

warna dan keindahan bunga, dan sebagainya).

Bahan tanaman yang akan digunakan sebagai bibit, diambil dari

pohon induk terpilih (produksi tinggi dan bebas hama penyakit). Pada

Page 11: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

8

tanaman panili, sulur yang dijadikan setek adalah sulur yang belum pernah

berbunga dan berbuah, sehat dan kuat, serta mempunyai ruas yang relatif

pendek (Rismunandar, 1985).

Persayratan bahan setek panili yang baik diambil dari batang muda,

sehat, kuat, dan belum pernah berbunga atau berbuah (Dharmaputra, 1973),

pucuknya sepanjang 20 cm dihilangkan (Dirdjopranoto, 1970), warna

kehiau-hijauan menandakan mengandung karbohidrat dan nitrogen yang

cukup untuk memproduksi akar dan tunas (Rochiman dan Haryadi, 1973),

mempunyai akar udara baru keluar dari mata pangkal batang (Direktorat

Jendral Perkebunan, 1986), dan daunnya tidak perlu dibuang kecuali pada

batang yang akan ditanam.

Menurut Bowman (1950) pengambilan bahan setek dari pohon

induk dianjurkan pagi hari, agar persediaan nutrisi dan auksin sedang

banyak. Mengambil setek siang hari saat panas sedang terik harus

dihindarkan agar setek tidak cepat layu.

Hartman dan Kester (1978) menyatakan untuk tanaman yang

mudah dibiakkan secara vegetative dengan setek , umur bahan setek tidak

berpengaruh terhadap keberhasilan pembentukan akar. Umumnya setek

yang berasal dari bahan tanaman lebih muda lebih mudah membentuk akar

dibandingkan bahan tanaman yang lebih tua karena kegiatan pembelahan,

pemanjangan , dan defrensiasi sel lebih aktif.

Page 12: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

9

2.2. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Rootone F

Zat Pengatur tumbuh adalah senyawa organic selain hara yang

memiliki sifat-sifat seperti hormone tanaman yang dala jumlah yang kecil

dapat mendorong atau menghambat atau memodifikasi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Moore, 1979). Secara fisiologi zat pengatur

tumbuh dapat bertindak sebagao ko-enzim yang mendukung beberapa

enzim dalam tanaman itu sendiri untuk mengaktifkan plasma sel dengan

membentuk semacam jembatan yang menghubungkan protein enzim

dengan plasma sel (Suseno, 1974).

Senyawa yang terkandung dalam rootone F meliputi : 1-Naftaline

asetamida (N-AD), 2 – Methil-1-Naftalen asetamida (Me-NAd), asam 2

2-Metil-1-Naftalen asetat(Me-NAA), asam Indole-3-asetat (IBA), Thiram

dan Talc (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 1987).

Hasil penelitian tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan

sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotic dan

permeabelitas sel terhadap air. Akibatnya terjadi pengurangan tekanan pada

dinding sel, meningkatkan sintesis protein dan plastisitas serta

pengembangan diding sel (Moore, 1979). Setelah volume sel meningkat

dan dicapai keseimbngan baru, didin sel dijalin kembali di bawah kendali

IAA, yaitu melalui peningkatan aktivitas enzim selulase sintetasa

(Goodwin dan Mercer,1983)

Senyawa auksin merangsang biosintesa m-RNA khususnya dalam

sel yang memanjang, yang selanjutnya mempercepat sintesis baru, enzim

Page 13: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

10

pembentuk diding sel akhirnya menyebabkan pemanjangan sel (Patel et al

.,1978) RNA yang terbentuk terlibat dalam inisiasi primordial akar

(Hartman dan Kester, 1978). Auksin juga dikatakan oleh Audus (1963)

merangsang pembentukan, pemunculan,dan deferensiasi primordial akar

dan pengaturan sel-sel akar.

IBA bersifat lebih baik dan efektif karena kandungan kimia IBA

lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan kemungkinan berhasil lebih

besar dalam pembentukan akar. IBA yang diberikan pada setek akan tetap

ada pada tempat pemberian sehingga dapat diharapkan respon yang baiak

terhadap pembentukan akar. NAA mempunyai sifat memperkecil batas

konsentrasi optimal perakaran (Rochiman dan Haryadi,1973). NAA juga

diketahui oleh Audus (1963) bersifat merangsang pembentukan akardengan

stabilitas kimia yang lebih besar dan mobilitas rendah. Tetapi batas

konsentrasi optimalnya sangat kecil sehingga dapat menimbulkan kerugian

besar bila belum diketahui konsentrasi yang sebenarnya bagi suatu

tanaman.

Menrut audus (1963) IBA atau auksin dapat menyebabakan

pembentukan akar lebih panjang, lebih cepat, dan membentuk system

perakaran yang lebih kompak, kuat, serta menyerabut. IBA juga dikatakan

oleh Patel et al (1978) dapat mempercepat penggunaan karbohidrat akibat

peningkatan kegiatan enzim amylase. Pada minggu ketiga, setek yang

diberi IBA terbukti telah berakar, sedangkan control masih berkalus.

Zat pengatur tumbuh IBA dan NAA merupakan auksin sintetis yang

Page 14: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

11

efektif sehingga lazim dipergunakan untuk mendorong perakaran setek.

Campurab zat pengatur tumbuh IBA dan NAA atau IAA dengan NAA

untuk tujuan tertentu sering digunakan.

Ada tiga cara yang sering digunakan dalam pengaplikasian ZPT

yaitu : 1.) Commercial Powder Preparation (pasta); 2.) Dilute Solution

Soaking Method (perendaman); 3.) Concentrated Solution Dip Method

(pencelupan cepat). Pada pencelupan cepat konsentrasi yag digunakan

adalah 500-10000 ppm, pangkal batang dicelupkan dalan larutan ZPT selama

lima detik. Cara perendaman menggunakan konsentrasi 20-200 ppm, pangkal

batang direndam dalam larutan selama 24 jam. Kedua cara ini menggunakan

bahan pelarut alkohol. Bila menggunakan cara serbuk, konsentrasi yang

digunakan adalah 200-1000 ppm untuk setek berbatang lunak sedangkan setek

berbatang keras membutuhkan konsentrasi lima kali lebih tinggi (Weaver, 1972).

Metode perendaman adalah metode praktis yang paling awal ditemukan dan

sampai saat ini masih dipandang paling efektif. Pada setek yang berkayu lembut

(sotwood, herbaceus) jumlah larutan yang diabsorbsi akan tergantung pada jumlah

air yang diabsorbsi, karena itu metode perendaman sangat sesuai digunakan untuk

tanaman herbaceus guna mencegah terjadinya keracunan pada tanaman (Audus,

1963). Menurut Leopold (1963), biasanya konsentrasi auksin yang digunakan

berkisar antara 25-100 ppm, kemudian Hartmann dan Kester (1978),

menambahkan pada umumnya konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara

20 untuk spesies yang mudah berakar dan 200 ppm untuk spesies yang sulit

berakar.

Penggunaan metode tepung atau bubuk merupakan metode yang

paling sederhana, tidak memerlukan perendaman dan jumlah auksin yang

Page 15: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

12

diaplikasikan relatif konstan tetapi sifat fisik zat pembawa (carrier)

berpengaruh besar terhadap bahan aktif dan zat pembawa yang berbeda

dapat menyebabakan respon tanamanyang sangat berbeda walaupun pada

konsentrasi yang sama (Audus, 1963). Disamping itu, hasil yang seragam

sulit diperoleh mengingat adanya keragaman dalam jumlah tepung

atau bubuk yang dilekatkan pada setek (Weaver, 1972). Penggunaan

metode celup cepat memungkinkan aplikasi auksin dalam jumlah yang

konstan, kurang dipengaruhi kondisi lingkungan dan larutan yang sama

dapat digunakan berulang kali, namun karena metode celup cepat

menggunakan konsentrasi tinggi, sehingga apabila konsentrasinya tidak

tepat maka akan menimbulkan penghambatan tunas, daun menguning dan

jatuh ataupun kematian setek (Weaver, 1972).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Panili

Tanaman panili dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asalkan

tanah tersebut memiliki sifat fisik yang baik seperti mempunyai drainase

yang baik, bertekstur ringan, dan kaya bahan organik (Purseglove, 1981

dalam Zaubin dan Wahid, 1995). Tanah dengan bahan organik yang tinggi

sangat baik untuk tanaman panili karena sifat perakarannya yang dangkal

dan peka terhadap kemarau panjang. Bahan organik penting untuk

meningkatkan daya menahan air dan memperbaiki sifat fisik tanah. pH

tanah yang cocok untuk tanaman panili yaitu pH netral ( pH 6,5-7,0)

karena pada pH

ini mengandung hara dan aktivitas mikroba tanah yang optimal dan tanaman

Page 16: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

13

panili kurang terserang penyakit.

Panili dapat tumbuh dan berproduksi mulai dari daerah dengan

ketinggian 0- 1200 m dpl. Untuk tujuan komersial, tanaman panili

sebaiknya diusahakan pada ketinggian 0 – 600 m dpl ( Ruhnayat, 2003).

Tanaman panili merupakan tanaman yang peka terhadap sinar

matahari secara langsung, oleh karena itu diperlukan pohon naungan.

Pohon naungan yang dipakai sebaiknya pertumbuhannya cepat dan rimbun,

mempunyai perakaran yang dalam sehingga tidak bersaing dengan panili,

dan yang paling penting yaitu pohon yang daunnya tidak gugur pada

musim kemarau (Ruhnayat, 2003).

Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman panili

berkisar 1500-2000 mm/tahun. Bulan basah yang baik untuk pertumbuhan

tanaman panili, yaitu selama enam sampai tujuh bulan (Zaubin dan Wahid,

1995). Kelembaban udara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman

panili yaitu 65 – 75 %.

Page 17: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

14

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Percobaan pot yang ditempatkan di lapangan dilaksanakan di

Kebun Penelitian Fakultas Universitas Udayana selama tiga bulan (90

hari), yang terletak pada ketinggian 6-10 meter di atas permukaan laut.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini mencakup bahan setek

yang diambil dari tanaman yang telah dipersiapkan agardiperoleh setek

yang sehat dan sergam. Zat yang digunakan adalah Rootone F. Untuk

pengendalian penyakit digunakan fungisida Dhitane M-45. Sebagai

medium tumbuh digunakan tanah dicampur dengan pasir dan kompos

dengan perbandingan 3:1:1.

Alat yang digunakan meliputi : Polybag berukuran 30 x 12 cm,

gembor, jangka sorong, gunting potong, timbangan, cangkul, ember,

ayakan dengan diameter ayakan 2 mm, oven , paranet, bambu dan alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Pada percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial, dengan faktor pertama berbagai persiapan bahan setek panili

terdiri dari 3 taraf, yaitu

P1 : Pucuk panili dipotong saat penanaman setek

P2 : Pucuk dipotong 4 hari sebelum penanaman setek

P3 : Pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman setek

Page 18: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

15

Faktor kedua adalah faktor pemberian dosis Rootone F per setek yang

terdiri dari 4 taraf , yaitu :

D0 : 0 mg/0 ml air

D1 : 50 mg/0,5 ml air D2 : 100 mg/1 ml air

D3 : 150 mg/1,5 ml air

Kedua faktor tersebut menghasilkan 12 kombinasi

perlakuan yaitu: P1D0 P2D0 P3D0

P1D1 P2D1 P3D1

P1D2 P2D2 P3D2

P1D3 P2D3 P3D3

Masing-masing kombinasi diulang tiga kali, sehingga diperlukan 36

kantong pelastik . Setiap unit perlakuan terdiri dari 3 setek, maka

seluruhnya diperlukan 108 kantong pelastik , dengan ditanamai 3 tanaman

dalam tiap perlakuan, dipanen pada umur 90 hst.

3.4. Metode Pelaksanaan

3.4.1. Pembuatan Bedengan

Tanah dicangkul dan dibersihkan dari gulma serta diratakan,

kemudian dibuat bedengan. Bedengan dibuat sebanyak 3 dengan arah utara

– selatan dengan ukuran panjang 750 cm, lebar 100 cm, dan tingginya 25

cm. Tiang naungan dibuat dari bambu dengan tinggi 175 cm dibagian timur

dan 150 cm dibagian barat.

Page 19: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

16

3.4.2. Persiapan Medium Tumbuh

Medium tumbuh yang digunakan berupa campuran tanah, pasir dan

kompos yang masing-masing telah diayak dengan diameter ayakan 2 mm.

Perbandingan tanah, pasir dan kompos berturut-turut 3:1:1. Tiap kantong

pelastik diisi sebanyak 3 kg medium tumbuh. Untuk mencegah serangan

ulat tanah,semut dan rayap maka medium tumbuh diberikan Furadan 3 G

sebanyak 5 gram per polybag.

3.4.3. Perlakuan dan Penanaman Setek

Sebelum percobaan dilaksanakan , setek panili dibuat seragam atas

dasar nomor ruas ke 3 dari pucuk, jumlah 2 ruas, jumlah 3 buku, jumlah 2

daun dan bobot basah setek dengan penyimpangan maksimal 15% dsn

pengsmbilsn setek dilakuak pagi hari. Setek yang akan ditanam disesuaikan

dengan perlakuan waktu pemotongan setek dan diberi perlakuan dosis

Rootone F sesuai dengan perlakuan. Setek ditanam secara tegak dengan

posisi daun hampir meyentuh tanah.

3.4.4. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman selama percobaan berlangsung meliputi

penyiraman, penyiangan tanaman serta pencegahan hama dan penyakit.

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor halus pada pagi hari.

Penyiangan dilakukan seminggu sekali, untuk mencegah dan

memberantas serangan semut, rayap, dan ulat tanah, diberikan Furudan 3 G

sebanyak 1g/bulan disekitar kantong pelastik bila diperlukan, Sedangkan

Page 20: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

17

untuk mencegah dan memberantas serangan cendawan dilakukan

penyemprotan dengan Dhithane M-45

3.4.5. Peubah Pengamatan

Peubah pengamatan yang diamati, jumlah akar, panjang akar, berat

kering oven akar per tanaman.

1.Jumlah akar utama (buah)

2. Panjang akar (cm)

3. Berat kering oven akar tanah per tanaman (g)

Berat kering oven akar merupakan berat akar setelah dikeringkan

dengan oven pada suhu 800C sampai beratnya konstan.

3.4.6. Analisis Statistika

Data yang didapat kemudian dianalisis dengan analisis varian

sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila perlakuan berpengaruh

nyata terhadap variabel yang di amati maka dilanjutkan dengan uji BNT 5

%.

Page 21: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1. Jumlah Akar Utama (buah)

Hasil analisis statistik pada perlakuan waktu pemotongan pucuk

bahan setek (P), dosis Rootone F (D) dan interaksi antara perlakuan waktu

pemotongan pucuk bahan setek dengan dosis Rootone F ( P X D )

menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap variabel jumlah

akar utama (Tabel 4.1)

Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa perlakuan waktu pemotongan pucuk

bahan setek tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan namun ada

kecenderungan nilai rata-rata jumlah akar tertinggi pada perlakuan pucuk

dipotong saat penanaman setek (P1), yaitu sebesar 1,58 buah yang berbeda

tidak nyata dengan nilai rata-rata pada pucuk dipotong 4 hari sebelum

penanaman setek dan pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman setek

yang besarnya sama-sama 1,33 buah. Sedangkan pada perlakuan dosis

Rootone F menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan

dosis namun ada kecenderungan nilai rata-rata tertinggi diperoleh pada

perlakuan dosis 50 mg/ 0,5 ml air (D1) yaitu sebesar 1,66 buah yang

berbeda tidak nyata dengan dosis 50 mg/0,5 ml air, 100 mg/1 ml air dan

150 mg/ 1,5 ml air yang besarnya berturut-turut 1,33 buah, 1,44 buah dan

1,22 buah.

Page 22: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

19

Tabel 4.1

Perlakuan Waktu Pemotongan Pucuk Bahan Setek (P) dan Dosis Rootone F (D)

terhadap Jumlah Akar (buah) dan Panjang Akar (cm)

Perlakuan Jumlah akar (buah) Panjang akar (cm)

Waktu pemotongan

pucuk bahan setek (P) :

P1 1,58 a 25,20 a

P2 1,33 a 27,06 a

P3 1,33 a 33,70 a

BNT 5%

Dosis Rootone F :

D0 1,33 a 27,11 a

D1 1,66 a 24,30 a

D2 1,44 a 28,58 a

D3 1,22 a 34,63 a

BNT 5%

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada

kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata

berdasarkan uji BNT 5%

4.2. Panjang Akar (cm)

Hasil analisis statistik pada perlakuan waktu pemotongan

pucuk bahan setek (P), dosis Rootone F (D) dan interaksi antara

perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek dengan dosis

Rootone F ( P X D ) menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05)

terhadap variabel panjang akar (Tabel 4.1)

Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa perlakuan waktu pemotongan

pucuk bahan setek tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan namun

ada kecenderungan nilai rata-rata panjang akar tertinggi pada

perlakuan pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman setek (P3),

Page 23: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

20

yaitu sebesar 3,77 cm yang berbeda tidak nyata dengan nilai rata-rata

pada perlakuan pucuk dipotong saat penanaman dan pucuk dipotong

4 hari sebelum penanaman setek yang besarnya berturut-turut 25,20

cm dan 27,06 cm. Sedangkan pada perlakuan dosis Rootone F

menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan dosis

namun ada kecenderungan nilai rata-rata tertinggi diperoleh pada

perlakuan dosis 150 mg/ 1,5 ml air (D3) yaitu sebesar 34,63 cm yang

berbeda tidak nyata dengan dosis 0 mg/0 ml air, 50 mg/0,5 ml air dan

100 mg/ 1 ml air yang besarnya berturut-turut 27,11 cm, 24,3 cm dan

28,58 cm.

4.3. Berat Kering Oven Akar Pertanaman (g)

Hasil analisis statistik pada perlakuan waktu pemotongan pucuk

bahan setek (P), dosis Rootone F (D) dan interaksi antara perlakuan

waktu pemotongan pucuk bahan setek dengan dosis Rootone F ( P X D )

menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap variabel berat

kering oven akar pertanaman (Tabel 4.2).

Page 24: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

21

Tabel 4.2

Perlakuan Waktu Pemotongan Pucuk Bahan Setek (P) dan Dosis Rootone F (D)

terhadap Berat Kering Oven Akar (g)

Perlakuan Berat kering oven akar (g)

Waktu pemotongan

pucuk bahan setek (P) :

P1 0,20 a

P2 0,20 a

P3 0,28 a

BNT 5%

Dosis Rootone F (D) :

D0 0.18 a

D1 0,21 a

D2 0,26 a

D3 0,27 a

BNT 5%

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom

yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan

uji BNT 5%

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemotongan

pucuk bahan setek tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan namun ada

kecenderungan rata-rata berat kering oven akar pertanaman tertinggi

diperoleh pada perlakuan pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman setek

(P3) yaitu 0,28 g yang berbeda tidak nyata dengan nilai rata-rata pada

perlakuan pucuk dipotong saat penanaman setek dan pucuk dipotong 4 hari

sebelum penanaman setek dan dipotong pada sat nanam setek yang besarnya

sma- sama 0,20 g.

Sedangkan pada perlakuan dosis Rootone F (D) menunjukkan hasil

Page 25: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

22

tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan dosis namun ada kecenderungan

nilai rata- rata berat kering oven akar pertanaman tertinggi diperoleh pada

perlakuan dosis 150 mg/1,5 ml air (D3) yaitu sebesar 0,27 g yang berbeda

tidak nyata dengan nilai rata-rata pada dosis 0 mg/ 0 ml, 50 mg/ 0,5 ml dan

100 mg/ 1ml yang besarnya berturut-turut 0,18 g, 0,21 g dan 0,26 g.

4.2 Pembahasan

Berat kering oven akar ditentukan oleh jumlah akar dan panjang

akar. Menurut Deinum (1949) bahwa setek panili mulai berakar 2 sampai 3

minggu setelah tanam. Perlakuan dosis rootone F 150 mg/1,5 ml air

menghasil berat kering oven akar tertinggi. Berakarnya setek panili dapat

pula dipermudah karena pembibitan panili dengan setek mempunyai daun.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1983) yang mengatakan

bahwa daun menghasilkan auksin yang diperlukan untuk inisiasi akar.

Harman dan Kester (1978) menyatakan auksin yang dihasilkan oleh daun

dialirkan ke bawah ke ujung setek tempat terjadinya inisiasi akar. Inisiasi

akar dan semua aktivitas pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh auksin

, akan tetapi diengaruhi pula oleh interaksi diantara berbagai zat pengatur

tumbuh yang terdapat dalam tanaman tersebut dan yang berasal dari luar

tanaman itu meskipun auksin mempunyai pengaruh terbesar dalam

pembentukan akar setek. Menurut Heddy (1986) senyawa auksin sangat

penting dalam proses pembentukan akar stump. Hormon tersebut bekerja

secara sinergis membentuk kelompok rizokalin yaitu kompleks antara auksin

Page 26: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

23

dengan kofaktor, untuk selanjutnya terlibat langsung dalam proses inisiasi

akar. Selain itu auksin juga dapat melonggarkan dinding sel korteks sehingga

mudah ditembus akar. Hal itu menunjukkan pemberian dosis Rootone F

mempengaruhi berat kering oven total dengan kata lain pemberian dosis

Rootone F mempengaruhi keberhasilan pembibitan tanaman dengan setek,

yaitu dapat meningkatkan persentase setek berakar, sehingga setek dapat

lebih cepat dipindahkan ke lapangan.

Bertambahnya umur tanaman sampai 90 hari setelah tanam

mengakibatkan pertambahan akar baru tertunda hal ini dikarenakan media

tumbuh bibit tersebut terbatas sehingga tidak dapat mengimbangi kecepatan

pertumbuhan akar pada bibit sehingga pada akhirnya kebutuhan bibit

terhadap unsur hara terus berkurang, faktor media tumbuh juga semakin tidak

seimbang dengan faktor lainnya seperti matahari, suhu, air dan udara

sehingga menyebabkan pertumbuhan bibit tidak maksimal. Namun tetap

terjadi perkembangan sel menjadi sel dewasa pada bagian- bagian vegetatif

seperti akar, batang dan tunas terus meningkat dikarenakan akumulasi dari

fotosintat.

Pertumbuhan akar setiap tanaman dengan perlakuan yang

berbeda menghasilkan berat kering oven akar yang sama. Hal ini di duga

karena jarak waktu pemotongan pucuk bahan setek cukup singkat sehingga

penimbunan asimilat pada setek yang akan digunakan tidak jauh berbeda.

Disamping itu juga yang menjadi penyebabnya adalah pemotongan pucuk

bahan setek dilakukan pada musim penghujan dimana tanaman induk panili

Page 27: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

24

tidak mendapatkan cahaya yang cukup sebagai sumber energi dalam proses

fotosintsis sehingga pembentukan asimilat tidak cukup maksimal dalam

kurun waktu itu, karena intensitas cahaya yang sedikit, akan mampu

menghambat pertumbuhan tanaman dan proses fotosintesis (Fachrurrozie,

2012).

Setek yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat

setek yang baik yaitu setek diambil dari pohon induk terpilih (produksi

tinggi dan bebas hama penyakit), sulur yang dijadikan setek adalah sulur

yang belum pernah berbunga dan berbuah, sehat dan kuat, serta mempunyai

ruas yang relatif pendek (Rismunandar, 1985) sehingga diharapkan pada

penelitian ini setek yang memiliki sifat yang baik tersebut akan

menghasilkan pertumbuhan akar setek dan daun tunas yang lebih baik jika di

berikan perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek dan dosis Rootone

F, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan akar setek dan

daun tunas yang diberikan perlakuan atau pun tidak semuanya menunjukkan

hasil nilai rata-rata pertumbuhan akar setek yang sama-sama baik.

Page 28: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di muka ternyata :

1. Perlakuan dosis rootone F menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Tetapi dosis rootone F 150 mg/1,5 ml air cendrung memberikan berat

kering oven akar tertinggi, yaitu 0,27 g atau mengalami peningkatan

50% dibandingkan dengan tanpa pemberian rootone F.

2. Perlakuan berbagai persiapan bahan setek memberikan pengaruh tidak

nyata. Tetapi perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek 8 hari

sebelum tanam memberikan daya perakaran yang cendrung paling baik

dicirikan oleh berat kering oven akar tertinggi ,yaitu 0,28 g atau

mengalami peningkatan 40% dibandingkan pemotongan pucuk bahan

setek saat tanam.

5.2. Saran

Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, terutama dalam

usaha peningkatan daya perakaran setek panili, penelitian ini perlu

dilanjutkan dengan interval waktu pemotongan pucuk bahan setek yang

lebih lama dan dosis rotone F yang lebih tinggi.

Page 29: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

26

DAFTAR PUSTAKA

Darliana. I(2006).Pengaruh Konsentrasi Rootone F terhadap Pertumbuhan Stek

Cabang Buah Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) Kultivar Bulok

Belantung.Fakultas Pertanian Unbar, Bandung.

Dharmaputra,T.S. 1973. Vanillarakyat di Kabupaten Malang dan Kemungkinan

Pengembangannya. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Tidak

dipublikasikan). 65 hal.

Direktonat Jenderal Perkebunan. 1986. Pedoman bercocok tanam panili.

Direktorat Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan .1987. Pestisida untuk pertanian dan

Kehutanan. 206 hal.

Dwiwarni, I. 1989. Pengaruh Penggunaan Urin Sapi dan Pupuk Daun Terhadap

Pertumbuhan Setek Panili. Pemberitaan Litri Bogor. Vol. XV, No. 3, Hal

79 -988.

Gatut Supridjadji, 1985. Pengaruh ZPT Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek

Tanaman Kopi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Goodwin ,T.W. and E.I. Mercer. 1983. Introduction to Plant Biochemestry.

Pergamon Press, Ofxford: 677 p.

Harahap,H. 1987. Potensi Pengembangan Panili di Indonesia. Seminar

Pengembangan PaniliMelalui Pola PIR di Denpasar, Bali. Paper.14 hal.

Hartman ,H.T., and D.E. Kester. 1978. Plant Propogation: Principel and Practice.

Prentice Hall of India Private, Ltd.New Delhi. 662p.

Koesriningrum, R. Harjadi, S.S. 1973. Pembiakan Vegetatif, Pengantar

Agronomi Fakultas Pertanian IPB.

Leopold, A.C.1963. Auxin and Plant Growth. University of California Press.

Berkeley and Los Angales. 358 p.

Leopold,A.C.and P.E.Kriedmann .1975. Plant Growth and Development.MC

Graw Hill, Inc.New York.545 p.

Manurung S. O., 1987. Status dan Potensi ZPT serta Prospek

PenggunaanRootone F dalam Perbanyakan Tanaman. Dirjen Reboisasi

Page 30: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

27

dan RehabilitasiLahan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

Moore,T.C. 1979. Biochemestry and Physiology of Plant Hormone. Springer-

Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 274 p.

Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

58 hal.

Rochiman, K. Dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen

Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal 1 -8.

Rosman , R dan M. Tasma. 1988. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Terhadap Pertumbuhan Setek Panili. Pemberitaan Litri Bogor. Vol. XIII,

No. 3 – 4. Hal 65 – 68.

Ruhnayat, A. 2003. Bertanam Vanili Si Emas Hijau nan Wangi. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Sen,L.K. 1985. Development Prospect and Export Potential of Indoinesian

Vanilla. Sudy in Gobal Context Harvard Institute for International

development. 185 hal.

Sukarman.2011.Pertumbuhan Empat Klon Harapan Panili (Vanilla planifolia

Andrews) pada Umur Fisiologis dan Posisi Ruas yang Berbeda. Littri

17(1):1–5.

Suseno, H. 1974. Fisiologi Tumbuhan: Metabolisme Dasar dan Beberapa

Aspeknya . Departemen Botani Fakulyas Pertanian IPB. Bogor. 277 hal.

Weaver, R.J. (1972). Planth Growth Substances in Agricultural. Wh. Freeman

and Co. San Francisco.

Wiraatmaja, I Wayan. 1998. Pengaruh Konsentrasi Rootone F terhadap

Pertumbuhan Setek Pangkal Panili (Vanilla planifolia Andrews) Majalah

Ilmiah Fakultas Pertanian Unud. Vol No 32 tahun 1998. Hal 1-6

Zaubin, R. dan P. Wahid.1995 Kesesuaian lingkungan tanaman panili. Prosiding

Temu Tugas Pemantapan Budidaya dan Pengolahan Panili di Lampung.

Bogor. Balai penelitian Tanaman Rempah dan Obat & Departemen

Perdagangan RI.

Page 31: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

28

Lampiran 1. Tabel Pengamatan dan Analisis Sidik Ragam Jumlah Akar Utama (buah)

Perlakuan Jumlah Akar Utama (buah)

Jumlah Rataan I II III

P1D0 4 3 1 8 2.67

P1D1 1 2 1 4 1.33

P1D2 2 1 1 4 1.33

P1D3 1 1 1 3 1

P2D0 1 1 2 4 1.33

P2D1 1 1 1 3 1

P2D2 1 2 1 4 1.33

P2D3 3 1 1 5 1.67

P3D0 1 1 1 3 1

P3D1 1 2 2 5 1.67

P3D2 2 1 2 5 1.67

P3D3 1 1 1 3 1

Jumlah 19 17 15 51

Rataan 1.58 1.42 1.25 1.42

SK JK DB KT F hit F Tabel

5% 1%

Ulangan 0,66 2 0,33 0,68 ns 3.443357 5.719022

Perlakuan

P 0,5 2 0,25 0,51 ns 3.443357 5.719022

D 0,97 3 0,32 0,66 ns 3.049125 4.816606

P X D 5,94 6 0,99 2,04 ns 2.549061 3.758301

Acak 10,66 22 0,48

Total 18,75 35

FK 72,25

KK 48,59 %

Keterangan

ns = non-significant

* = berbeda nyata

** = berbeda sangat nyata

Page 32: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

29

Lampiran 2. Tabel Pengamatan dan Analisis Sidik Ragam Panjang akar (cm)

Perlakuan Panjang Akar (cm)

Jumlah Rataan I II III

P1D0 19.4 13.5 23.5 56.4 18.80

P1D1 43.5 15.3 33.8 92.6 30.87

P1D2 23.9 11.6 19.7 55.2 18.40

P1D3 33.2 25.6 39.5 98.3 32.77

P2D0 46.4 30 14.7 91.1 30.37

P2D1 30.1 9.6 22.1 61.8 20.60

P2D2 30.5 29.1 8.7 68.3 22.77

P2D3 37.9 30.8 34.9 103.6 34.53

P3D0 13.9 51.7 30.9 96.5 32.17

P3D1 17 11.1 36.2 64.3 21.43

P3D2 59.9 39 34.9 133.8 44.60

P3D3 48.6 30.5 30.7 109.8 36.60

Jumlah 404.3 297.8 329.6 1031.7

Rataan 33.69 24.82 27.47 28.66

SK JK DB KT F hit

F Tabel

5% 1%

Ulangan 498.15 2 249.07 1.94 ns 3.44 5.72

Perlakuan

P 478 2 239.12 1.86 ns 3.44 5.72

D 513.84 3 171.28 1.33 ns 3.05 4.82

P X D 1236.81 6 206.13 1.61 ns 2.55 3.76

Acak 2841.19 22 127.91

Total 5541.26 35

FK 29.566,80

KK 39,42 %

Keterangan

ns = non-significant

* = berbeda nyata

** = berbeda sangat nyata

Page 33: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

30

Lampiran 3. Tabel Pengamatan dan Analisis Sidik Ragam Berat Kering Oven Akar (g)

Perlakuan Berat kering oven akar (g)

Jumlah Rataan I II III

P1D0 0.1 0.15 0.14 0.39 0.13

P1D1 0.28 0.14 0.27 0.69 0.23

P1D2 0.39 0.05 0.04 0.48 0.16

P1D3 0.14 0.42 0.38 0.94 0.31

P2D0 0.24 0.22 0.07 0.53 0.18

P2D1 0.29 0.02 0.12 0.43 0.14

P2D2 0.3 0.2 0.03 0.53 0.18

P2D3 0.41 0.22 0.37 1 0.33

P3D0 0.17 0.37 0.23 0.77 0.26

P3D1 0.25 0.17 0.36 0.78 0.26

P3D2 0.52 0.28 0.53 1.33 0.44

P3D3 0.29 0.1 0.15 0.54 0.18

Jumlah 3.38 2.34 2.69 8.41

Rataan 0.28 0.20 0.22 0.23

SK JK DB KT F hit

F Tabel

5% 1%

Ulangan 0.04 2 0.02 1.69 ns 3.44 5.72

Perlakuan

P 0.04 2 0.02 1.72 ns 3.44 5.72

D 0.04 3 0.01 1.10 ns 3.05 4.82

P X D 0.19 6 0.03 2.33 ns 2.55 3.76

Acak 0.3 22 0.01

Total 0.63 35

FK 1,96

KK 43,47 %

Keterangan

ns = non-significant

* = berbeda nyata

** = berbeda sangat nyata

Page 34: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

31

Lampiran 4. Bahan setek panili yang akan ditanam

Page 35: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

32

Lampiran 5. Pemberian dosis Rootone F pada setek panili

Page 36: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

33

Lampiran 6. Lahan percobaan

Page 37: DAYA PERAKARAN SETEK PANILI (Vanilla planifolia Andrews ...

34

Lampiran 7. Akar panili umur 90 hs