Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

29
BAB I PREVIEW Buku ini dibagi atas 4 (empat) modul dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: I. Preview Bab ini berisikan tetang Pendahuluan yang berisi bahasan tentang sisi darat dan udara lapangan terbang, fasilitas yang terdapat dalam lapangan terbang dan beberapa istilah yang dikenal, ilustrasi beberapa airport yang terkenal di dunia, karakteristik pesawat terbang, dan konfigurasi landasan pacu (runway) yang secara umum diaplikasikan dalam disain lapangan terbang. II. Airprot Master Plan Meliputi pembahasan tentang filosofi dasar pembangunan airport,tujuan dan pengembangan master plan (rencana induk) yang berhubungan dengan tinjauan kebijakan, ekonomi, fisik, lingkungan, dan finansial, ditinjau juga beberapa pendekatan forecasting pada perencanaan airport dan pemilihan lokasi ideal bandara. III. Pengaruh Prestasi Pesawat terhadap Panjang Runway (Landasan Pacu) 1

Transcript of Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Page 1: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

 

BAB I

PREVIEW

Buku ini dibagi atas 4 (empat) modul dengan sistematika pembahasan

sebagai berikut:

I. Preview

Bab ini berisikan tetang Pendahuluan yang berisi bahasan tentang sisi

darat dan udara lapangan terbang, fasilitas yang terdapat dalam lapangan

terbang dan beberapa istilah yang dikenal, ilustrasi beberapa airport yang

terkenal di dunia, karakteristik pesawat terbang, dan konfigurasi landasan

pacu (runway) yang secara umum diaplikasikan dalam disain lapangan

terbang.

II. Airprot Master Plan

Meliputi pembahasan tentang filosofi dasar pembangunan

airport,tujuan dan pengembangan master plan (rencana induk) yang

berhubungan dengan tinjauan kebijakan, ekonomi, fisik, lingkungan, dan

finansial, ditinjau juga beberapa pendekatan forecasting pada perencanaan

airport dan pemilihan lokasi ideal bandara.

III. Pengaruh Prestasi Pesawat terhadap Panjang Runway (Landasan Pacu)

Membahas tipe mesin pesawat dalam hubungannya dengan panjang

landasan pacu, perhitungan panjang landasan pacu yang dipengaruhi kondisi

local, dan jarak pandang, kemiringan dan lebar landasan pacu.

IV. Gedung Terminal

Membahas kriteria bagunan terminal, system sirkulasi lalu-

lintas,system bongkar-muat dan daerah-daerah bangunan yang

1

Page 2: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

meliputigedung terminal, daerah penerbangan utama, kargo, parkir dan

daerahkhusus.

1.1.PENDAHULUAN SISI DARAT & UDARA

Suatu bandara mencakup suatu kumpulan kegiatan yang luas yang

mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dan terkadang saling

bertentanganantara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Misalnya

kegiatan keamananmembatasi sedikit mungkin hubungan (pintu-pintu)

antara sisi darat ( land side ) dan sisi udara (air side), sedangkan kegiatan

pelayanan memerlukan sebanyak mungkin pintu terbuka dari sisi darat ke

sisi udara agar pelayanan berjalan lancar. Kegiatan-kegiatan itu saling

tergantung satu sama lainnya sehingga suatu kegiatan tunggaldapat

membatasi kapasitas dari keseluruhan kegiatan.

Sebelum tahun 1960-an rencana induk bandara dikembangkan

berdasarkan kebutuhan-kebutuhan penerbangan lokal. Namun sesudah

tahun 1960-an rencanatersebut telah digabungkan ke dalam suatu rencana

induk bandara yang tidak hanyamemperhitungkan kebutuhan-kebutuhan di

suatu daerah, wilayah, propinsi ataunegara. Agar usaha-usaha perencanaan

bandara untuk masa depan berhasil dengan baik, usaha-usaha itu harus

didasarkan kepada pedoman-pedoman yang di buat berdasarkan pada

rencana induk dan sistem bandara yang menyeluruh, baik  berdasarkan

peraturan FAA, ICAO ataupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan dan Kepmen Perhubungan

No. KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.

Beberapa istilah kebandarudaraan yang perlu diketahui adalah

sebagai berikut(Basuki, 1996; Sartono, 1996 dan PP No. 70 thn 2001):

2

Page 3: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Airport : Area daratan atau air yang secara regular dipergunakan

untuk kegiatan take-off and landing pesawat udara. Diperlengkapi

denganfasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat,

bongkar muat penumpang dan barang, dilengkapai dengan fasiltas

keamanandan terminal building untuk mengakomodasi keperluar

penumpang dan barang dan sebagai tempat perpindahan antar moda

transportasi.

Kebandar udaraan: meliputi segala susuatu yang berkaitan

dengan pennyelenggaraan nadar udara (bandara) dan kegiatan

lainnya dalangmelaksanakan fungsi sebgaia bandara dalam

menunjang kelancaran,keamanan dan ketertiban arus lalulintas

pesawat udara, penumpang, barang dan pos.

Airfield: Area daratan atau air yang dapat dipergunakan untuk

kegiatan take-off and landing  pesawat udara. fasilitas untuk

pendaratan, parkir  pesawat, perbaikan pesawat dan terminal building

untuk mengakomodasi keperluar penumpang pesawat.

Aerodrom : Area tertentu baik di darat maupun di air

(meliputi bangunan sarana-dan prasarana, instalasi infrastruktur, dan

peralatan penunjang) yang dipergunakan baik sebagian maupun

keseluruhannyauntuk kedatang, keberangkatan penumpang dan

barang, pergerakan pesawat terbang. Namun aerodrom belum tentu

dipergunakan untuk  penerbangan yang terjadwal.

Aerodrom reference point : Letak geografi suatu aerodrom.

Landing area : Bagian dari lapangan terbang yang dipergunakan

untuk take off dan landing . Tidak termasuk terminal area.

3

Page 4: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Landing strip : Bagian yang bebentuk panjang dengan lebar

tertentuyang terdiri atas shoulders dan runway untuk tempat tinggal

landas danmendarat pesawat terbang.

Runway (r/w) : Bagian memanjang dari sisi darat aerodrom yang

disiapkan untuk tinggal landas dan mendarat pesawat terbang.

Taxiway(t/w) : Bagian sisis darat dari aerodrom yang dipergunakan

pesawat untuk berpindah (taxi) dari runway ke apron atau

sebaliknya.

Apron : Bagian aerodrom yang dipergunakan oleh pesawat terbang

untuk  parkir, menunggu, mengisis bahan bakar, mengangkut

danmembongkar muat barang dan penumpang. Perkerasannya

dibangun berdampingan dengan terminal building.

 

Holding apron: Bagian dari aerodrom area yang berada didekat

ujunglandasan yang dipergunakan oleh pilot untuk pengecekan

terakhir dari semua instrumen dan mesin pesawat sebelum take off.

Dipergunakan juga untuk tempat menunggu sebelum take off.

Holding bay: Area diperuntukkan bagi pesawat untuk

melewati pesawat lainnya saat taxi, atu berhenti saat taxi.

Terminal Building: Bagian dari aeroderom difungsikan

untuk memenuhi berbagai keperluan penumpang dan barang, mulai

daritempat pelaporan ticket, imigrasi, penjualan ticket, ruang

tunggu,cafetaria, penjualan souvenir, informasi, komunikasi, dan

sebaginnya.

Turning area: Bagian dari area di ujung landasan pacu yang

dipergunaka oleh pesawat untuk berputar sebelum take off.

4

Page 5: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Over run (o/r): Bagian dari ujung landasan yang dipergunakan

untuk mengakomodasi keperluan pesawat gagal lepas landas. Over

run biasanya terbagi 2 (dua) :

(i) Stop way: bagian over run yang lebarnyasama dengan

run way dengan diberi perkerasan tertentu, dan

(ii) Clear way: bagian over run yang diperlebar dari stop

way, dan biasanyaditanami rumput.

Fillet: Bagian tambahan dari pavement yang disediakan

pada persimpangan runmway atau taxiway untuk menfasilitasi

beloknya pesawat terbang agar tidak tergelincir keluar jalur

perkerasan yang ada.

Shoulders: Bagian tepi perkerasan baik sisi kiri kanan maupun muka

dan belakang runway, taxiway dan apron.

Bagian-bagian dari bandara diperlihatkan pada Gambar 1.1. Bandara

dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sisi udara dan sisi darat . Gedung-

gedung termina lmenjadi perantara antara kedua bagian tersebut.

5

Page 6: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Gambar 1.1 Bagian-bagian dari sistem bandara

Sumber: Horonjeff (1994) dan Basuki (1986)

6

Page 7: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

  1.2. FASILITAS

Secara umum fasilitas pada suatu bandara terbagi dalam 3 bagian

yaitu;Landing Movement (LM), Terminal Area, dan Terminal Traffic Control

(TCC).

 1.2.1. Landing movement (LM)

 Landing movement merupakan suatu areal utamadari bandara yang

terdiri dari; runway, taxiway dan apron .Didalam skripsi ini pembahasan

landing movement juga dibatasi pada 3 bagian utama diatas yakni; runway,

taxiway dan apron.

.

Gambar 1.2. Landing Movement Cengkareng Airport, Jakarta

Sumber : Dokumentasi Penulis

1.2.2. Terminal Area (TA)

Terminal area adalah merupakan suatuareal utama yang mempunyai

interface Antara lapangan udara dan bagian-bagian dari bandara yang lain.

Sehingga dalam hal ini mencakup fasilitas-fasilitas pelayanan penumpang

(passenger handling system), penanganan barang kiriman (cargo handling ),

perawatandan administrasi bandara.

7

Page 8: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Gambar 1.3. Terminal Building Changi Airport, Sinagapore

Sumber : Dokumentasi Penulis

1.2.3. Terminal Traffic Control (TTC)

Terminal traffic control  merupakanfasilitas pengatur lalu lintas udara

dengan berbagai peralatannya seperti sistem radar dan navigasi.

Gambar 1.4. TCC, Simpang Tiga Airport, Pekanbaru

Sumber : Dokumentasi Penulis

Untuk lebih jelas mengenai fasilitas bandara tersebut dapat dilihat

padaGambar 1.5 berikut:

8

Page 9: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

 Runway

LM

      Taxiway

 Apron

Terminal building 

TA  Parking area TTC

Gambar 1.5 Sketsa umum fasilitas bandara

Sumber: Indrayadi, 2004

1.2.4. Beberapa Bandara di Dunia

Urutan beberapa Airport tersibuk di Dunia seperti yang tertera pada

website. http://geography.about.com/library/misc/blairports.ht   m  

Ada 20 bandara tersibuk di dunia menurut catatan yang dikeluarkan

oleh  Airpor   t  Council International di tahun 2000. Dari tahun 1998, tercatat

Atlanta airport adalah bandara tersibuk di dunia dikunjungioleh 78 juta

penumpang pesawat terbang, kemudian menyusul Chichago Ohara

International dan Los Angeles di urutan 2 (dua) dan 3 (tiga) dengan 73 juta

dan 64 juta penumpang. Sedangkan Heathrow London Airport di Inggris

menempati urutanke 4 dengan 62 juta penumpang.

1.3. KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG

9

Page 10: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Gambaran dari berbagai pesawat terbang yang membentuk armada

perusahaan penerbangan dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah. Pada tabel

tersebut diterangkansecara singkat karakteristik utama dari pesawat terbang

jenis komuter (commuter ) jarak pendek yang dinyatakan dalam ukuran,

berat, kapasitas dan kebutuhan panjanglandasan pacu. Adalah penting untuk

menyadari bahwa karakteristik-karakteristik seperti berat operasi kosong,

kapasitas penumpang dan panjang landasan pacu tidak dapat dibuat secara

tepat dalam pentabelan karena terdapat banyak variabel yangmempengaruhi

besaran-besaran tersebut, baik internal variable yang berhubungandengan

jenis dan mesin pesawat, maupun external variable yang berhubungan

dengankeadaan lokal seperti arah dan kecepatan angin, temperatur,

ketinggian lokasi dankemiringan memanjang landasan.

1.3.1. Klasifikasi Airport, Disain GroupPesawat dan Jenis Pesawat 

Menurut Horonjeff (1994) berat pesawat terbang penting untuk

menentukantebal perkerasan runway, taxiway dan apron, panjang runway

lepas landas dan pendaratan pada suatu bandara. Bentang sayap dan panjang

badan pesawatmempengaruhi ukuran apron parkir, yang akan

mempengaruhi susunan gedung-gedung terminal. Ukuran pesawat juga

menentukan lebar runway, Taxiway dan jarak antara keduanya, serta

mempengaruhi jari-jari putar yang dibutuhkan pada kurva-kurva

perkerasan. Kapasitas penumpang mempunyai pengaruh penting

dalammenentukan fasilitas-fasilitas di dalam dan yang berdekatan dengan

gedung-gedungterminal. Panjang Runway mempengaruhi sebagian besar

daerah yang dibutuhkan disuatu bandara. Panjang landas pacu yang terdapat

pada Tabel 1.2 adalah pendekatan panajang landasan pacu minimum yang

dipakai setelah beberapa kali tes yang dilakukan oleh pabrik pembuat

pesawat terbang yang bersangkutan.

Table 1.2. Klasifikasi Airport, Disain GroupPesawat dan Jenis Pesawat

10

Page 11: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Sumber ; Manual of Standards Part 139—Aerodromes Chapter 2: Application of

Standardsto Aerodromes, Civil Aviation Safety Authority, Australian Government

Table 1.2. Klasifikasi Airport, Disain GroupPesawat dan Jenis Pesawat (lanjutan)

11

Page 12: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Tabel 1.3. Aerodrom Reference Code

12

Page 13: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Sumber ; Manual of Standards Part 139—Aerodromes Chapter 2: Application of

Standardsto Aerodromes, Civil Aviation Safety Authority, Australian Government.

Menurut Sartono (1992) karakteristik pesawat terbang yang berhubungan

dengan perancangan lapis keras bandara antara lain:

1)Beban pesawat

2)Konfigurasi roda pendaratan utama pesawat

1.3.2. Beban Pesawat 

Beban pesawat diperlukan untuk menentukan tebal lapis keras

landing movement  yang dibutuhkan. Beberapa jenis beban pesawat yang

berhubungandengan pengoperasian pesawat antara lain:

a) Berat kosong operasi (Operating Weight Empty = OWE )

Adalah beban utama pesawat, termasuk awak pesawat dan

konfigurasi roda pesawat tetapi tidak termasuk muatan (payload )

dan bahan bakar.

b) Muatan (Payload)

13

Page 14: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Adalah beban pesawat yang diperbolehkan untuk diangkut oleh

pesawatsesuai dengan persyaratan angkut pesawat. Biasanya beban

muatanmenghasilkan pendapatan (beban yang dikenai biaya). Secara

teoritis bebanmaksimum ini merupakan perbedaan antara berat

bahan bakar kosong dan berat operasi kosong.

c) Berat bahan bakar kosong (Zero Fuel Weight = ZFW)

Adalah beban maksimum yang terdiri dari berat operasi kosong,

beban penumpang dan barang.

d) Berat Ramp maksimum (Maximum Ramp Weight = MRW)

Adalah beban maksimum untuk melakukan gerakan, atau berjalan

dari parkir  pesawat ke pangkal landas pacu. Selama melakukan

gerakan ini, maka akanterjadi pembakaran bahan bakar sehingga

pesawat akan kehilangan berat.

e) Berat maksimum lepas landas (Maximum Take Off Weight = MTOW)

Adalah beban maksimum pada awal lepas landas sesuai dengan

bobot pesawat dan persyaratan kelayakan penerbangan. Beban ini

meliputi berat operasi kosong, bahan bakar dan cadangan (tidak

termasuk bahan bakar yangdigunakan untuk melakukan gerakan

awal) dan muatan (payload).

f) Berat maksimum pendaratan (Maximum Landing Weight = MLW)

Adalah beban maksimum pada saat roda pesawat menyentuh lapis

keras(mendarat) sesuai dengan bobot pesawat dan persyaratan

kelayakan penerbangan.

1.3.3. Konfigurasi Roda Pendaratan Utama

Selain berat pesawat, konfigurasi roda pendaratan utama sangat

berpengaruhterhadap perancangan tebal lapis keras. Pada umumnya

konfigurasi roda pendaratanutama dirancang untuk menyerap gaya-gaya

14

Page 15: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

yang ditimbulkan selama melakukan pendaratan (semakin besar gaya yang

ditimbulkan semakin kuat roda yang digunakan), dan untuk menahan beban

yang lebih kecil dari beban pesawat lepaslandas maksimum. Dan selama

pendaratan berat pesawat akan berkurang akibatterpakainya bahan bakar

yang cukup besar.

Konfigurasi roda pendaratan utama, ukuran dan tekanan pemompaan

tipikal untuk  beberapa jenis pesawat dirangkum dalam Tabel 1.5 berikut:

Tabel 1.5. Tipikal konfigurasi roda pesawat dan tekanan angin

(Sumber: Tabel 1.2 hal 5. Heru Basuki, 1986)

1.4. LANDING MOVEMENT

15

Page 16: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

1.4.1 Landas Pacu (Runway)

Runway adalah jalur perkerasan yang dipergunakan oleh pesawat

terbanguntuk mendarat (landing ) atau lepas landas (take off ). Menurut

Horonjeff (1994)system Runway di suatu bandara terdiri dari perkerasan

struktur, bahu landasan(shoulder), bantal hembusan (blast pad ), dan daerah

aman Runway (runway end  safety area) (lihat Gambar 2.4). Uraian dari

system Runway adalah sebagai berikut:

1) Perkerasan struktur mendukung pesawat sehubungan dengan beban

struktur,kemampuan manuver, kendali, stabilitas dan kriteria dimensi

dan operasilainnya.

2) Bahu landasan (shoulder) yang terletak berdekatan dengan pinggir

perkerasanstruktur menahan erosi hembusan jet dan menampung

peralatan untuk  pemeliharaan dan keadaan darurat.

3) Bantal hembusan (blast pad) adalah suatu daerah yang dirancang

untuk mencegah erosi permukaan yang berdekatan dengan ujung-

ujung Runway yang menerima hembusan jet yang terus-menerus atau

yang berulang. ICAOmenetapkan panjang bantal hembusan 100 feet

(30 m), namun dari pengalamanuntuk pesawat-pesawat transport

sebaiknya 200 feet (60 m), kecuali untuk  pesawat berbadan lebar

panjang bantal hembusan yang dibutuhkan 400 feet (120m). Lebar

bantal hembusan harus mencakup baik lebar runway maupun

bahulandasan (Horonjeff , 1994).

4) Daerah aman Runway (runway end safety area) adalah daerah yang

bersih tanpa benda-benda yang mengganggu, diberi drainase, rata dan

mencakup perkerasanstruktur, bahu landasan, bantal hembusan dan

daerah perhentian, apabiladisediakan. Daerah ini selain harus mampu

untuk mendukung peralatan pemeliharaan dan dalam keadaan

16

Page 17: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

darurat juga harus mampu mendukung pesawat seandainya pesawat

karena sesuatu hal keluar dari landasan.

 

 

Blast pad  Perkerasan struktur  Blast pad 

Bahu landasan Daerah aman Runway

Gambar 1.6. Tampak atas unsur-unsur runway

Sumber: Horonjeff (1994)

1.4.2 Konfigurasi Runway

Terdapat banyak konfigurasi runway. Kebanyakan merupakan

kombinasi darikonfigurasi dasar. Bentuk bentuk Runway dapat dilihat pada

Gambar 2.5. Adapunuraian beberapa bentuk dari konfigurasi dasar runway

(Horonjeff, 1994) adalahsebagai berikut:

Runway tunggal 

Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana.

Kapasitas Runway jenis ini dalam kondisi VFR berkisar diantara 50 sampai

100 operasi per jam,sedangkan dalam kondisi IFR kapasitasnya berkurang

menjadi 50 sampai 70 operasi,tergantung pada komposisi campuran pesawat

terbang dan alat-alat bantu navigasiyang tersedia.

  Gbr.1.7. Single runway parallel concept aerial view

(sumber ICAO, 1984)

Runway sejajar 

17

Page 18: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Kapasitas sistem ini sangat tergantung pada jumlah Runway dan

jarak  diantaranya. Untuk  runway sejajar berjarak rapat, menengah dan

renggangkapasitasnya per jam dapat bervariasi di antara 100 sampai 200

operasi dalamkondisi-kondisi VFR, tergantung pada komposisi campuran

pesawat terbang.Sedangkan dalam kondisi IFR kapasitas per jam untuk yang

berjarak rapat berkisar diantara 50 sampai 60 operasi, tergantung pada

komposisi campuran pesawat terbang. Untuk Runway sejajar yang berjarak

menengah kapasitas per jam berkisar antara 60sampai 75 operasi dan untuk

yang berjarak renggang antara 100 sampai 125 operasi per jam.

Gbr 1.8. Open parallel concept – Aerial view

(sumber ICAO 1984)

 Runway dua jalur 

  Runway dua jalur dapat menampung lalu lintas paling sedikit 70

persen lebih banyak dari Runway tunggal dalam kondisi VFR dan kira-kira 60

persen lebih banyak dari Runway tunggal dalam kondisi IFR.

Gbr 1.9. Open parallel concept – top view

(sumber ICAO, 1984)

Runway bersilangan

18

Page 19: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Kapasitas Runway yang bersilangan sangat tergantung pada letak

persilangannya dan pada cara pengoperasian runway yang disebut strategi

(lepas landas atau mendarat). Makin jauh letak titik silang dari ujung lepas

landas Runway dan ambang (threshold) pendaratan, kapasitasnya makin

rendah.

Kapasitas tertinggi dicapai apabila titik silang terletak dekat dengan

ujung lepaslandas dan ambang pendaratan (Gambar 1.16). Untuk strategi

yang diperlihatkan pada Gambar 1.17 kapasitas per jam adalah 60 sampai 70

operasi dalam kondisi IFR dan 70 sampai 175 operasi dalam kondisi VFR

yang tergantung pada campuran pesawat. Untuk strategi yang diperlihatkan

pada Gambar 1.18, kapasitas per jamdalam kondisi IFR adalah 45 sampai 60

operasi dan dalam kondisi VFR dari 60sampai 100 operasi. Untuk strategi

yang diperlihatkan pada Gambar 1.19, kapasitas per jam dalam kondisi IFR

adalah 40 sampai 60 operasi dan dalam kondisi VFR dari50 sampai 100

operasi.

Gbr 1.10. Intersecting runways

(sumber ICAO, 1984)

Gbr 1.11. Intersecting runways – top view

(sumber ICAO, 1984)

Runway V terbuka

19

Page 20: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

Runway V terbuka merupakan Runway yang arahnya memencar

(divergen) tetapi tidak berpotongan. Strategi yang menghasilkan kapasitas

tertinggi adalahapabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi V (Gambar

1.20). Dalam kondisiIFR, kapasitas per jam untuk strategi ini berkisar antara

50 sampai 80 operasitergantung pada campuran pesawat terbang, dan dalam

kondisi VFR antara 60sampai 180 operasi. Apabila operasi penerbangan

dilakukan menuju V (Gambar 1.21), kapasitasnya berkurang menjadi 50 atau

60 dalam kondisi IFR dan antara 50sampai 100 dalam VFR.

Gbr 1.12. Non-intersecting divergent runways

(sumber ICAO 1984)

Gbr 1.13. Non-intersecting divergent runways- Top View

(sumber ICAO, 1984)

 

 

20

Page 21: Dasar2 Prncanaan Lpngn Terbang

DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki, Heru, (1990), Merancang dan Merencana Lapangan Terbang,

Penerbit Alumni, Bandung.

2. Horonjeff, Robert and McKelvey, F.X, (1994), Planning & Design of Airport,

3th.ed, McGraw-Hill Inc, New York.

3. ICAO. (1983), Aerodrome Design Manual Part 2. Taxiway, Apron &

Holding  Bay, International Civil Aviation Organization, Montreal.

4. ICAO. (1984), Aerodrome Design Manual Part 1. Runway, InternationalCivil

Aviation Organization, Montreal.

5. ICAO. (1990), Aerodromes Annex 14 vol. 1. Aerodromes Design

&Operations, International Civil Aviation Organization, Montreal.

6.Indrayadi, 2003, Perhitungan Dimensi dan Perkerasan Landing Movement 

dengan Metoda ICAO dan FAA (Studi Kasus: Bandara Tempuling di

Tembilahan).Skripsi, Fakultas Teknik, UNRI.

7.Kepmen Perhubungan No. KM 44 Tahun 2002 tentang

TatananKebandarudaraan Nasional.

8.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001

tentangKebandarudaraan

9. Sartono, Wardani., (1992), Airport Engineering, pt.1: Geometric Design,

Literature, Yogyakarta.

http://geography.about.com/library/misc/blairports.htm

http://www.angkasa-online.com/13/05/horizon/horizon1.ht   m

http://www.angkasapura2.co.id/cabang/cgk   /http://www.atlanta-

airport.com. 

http://www.changi.airport.com.sg/changi/index.jsp?bmLocale=en

http://www.pitairport.com/redirect.js 

21