Dasar Teori Praktikum Kerutan Usus

2
Dasar Teori Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan Untuk mendukung fungsinya sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mend kimus secara perlahan, usus halus mempunyai metode motilitas utama yait Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentu sepanjang usus halus. Di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat rileks mengandung sedikit bolus. Daerah yang rileks ini kemudian berkon dengan cara ini kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara merata. Kontraksi segmentasi dimulai oleh sel pemacu usus halus yang menghasilkan listrik basal (BER) membawa lapisan otot polos sirkular ke ambang. Tingkat kepek polos sirkular dan intensitas kontraksi segmentasi dapat dipengaruhi oleh per hormon gastrin, dan aktivitas sarafekstrinsik. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggeser potensial awal BER. Saraf ekstrinsik adalah serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf o sarafsimpatis dan sarafparasimpatis. Seratpraganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama yaitu asetilkolin (ACh). Namun k pascaganglion kedua saraf otonom ini berbeda. Serat pascaganglion simpatis yang disebutserat adrenergik mengeluarkan noradrenalin atau norepinefrin. Noradrenalin/norepinefrin secara kimiawisangat mirip dengan adrenalin/epinefrin. Terdapat dua kelas utama reseptor adrenergik: resept reseptor beta, yang dibagi lebih lanjut menjadi α1 dan α2, serta β1 dan β2. Pada otot polos usus halus terdapat reseptor α 2. Pengaktifan reseptor α 2 menyebabkan respon inhibitorik sehingga menyebabkan berkurangnya kontraksi segmentasi usus halus. Seratpascaganglion parasimpatis yang disebut serat kolinergik mengeluarkan asetilkolin, sama dengan neurotransmiter yang dikeluarkan serat praganglion-nya. cenderung meningkatkan kontraksi segmentasi usus halus. Usus halus dan semua mem sel efektor (otot polos, otot jantung, dan kelenjar) mempunyai reseptor muskarin ini berikatan dengan asetilkolin, berkaitan dengan protein G yang menga pembawa pesan kedua dan memicu respon sel sasaran.

description

Pengaruh asetilkolin dan epinefrin pada praktikum kerutan usus

Transcript of Dasar Teori Praktikum Kerutan Usus

Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung.
Untuk mendukung fungsinya sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mendorong
kimus secara perlahan, usus halus mempunyai metode motilitas utama yaitu segmentasi.
Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentuk cincin di
sepanjang usus halus. Di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang
rileks mengandung sedikit bolus. Daerah yang rileks ini kemudian berkontraksi sehingga
dengan cara ini kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara merata.
Kontraksi segmentasi dimulai oleh sel pemacu usus halus yang menghasilkan irama
listrik basal (BER) membawa lapisan otot polos sirkular ke ambang. Tingkat kepekaan otot
 polos sirkular dan intensitas kontraksi segmentasi dapat dipengaruhi oleh peregangan usus,
hormon gastrin, dan aktivitas saraf ekstrinsik. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi
eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggeser potensial awal BER.
Saraf ekstrinsik adalah serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf otonom yaitu
saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Serat praganglion simpatis dan parasimpatis
mengeluarkan neurotransmitter yang sama yaitu asetilkolin (ACh). Namun kedua ujung
 pascaganglion kedua saraf otonom ini berbeda.
Serat pascaganglion simpatis yang disebut serat adrenergik mengeluarkan
noradrenalin atau norepinefrin. Noradrenalin/norepinefrin secara kimiawi sangat mirip
dengan adrenalin/epinefrin. Terdapat dua kelas utama reseptor adrenergik: reseptor alfa dan
reseptor beta, yang dibagi lebih lanjut menjadi α1 dan α2, serta β1 dan β2. Pada otot polos
usus halus terdapat reseptor α2. Pengaktifan reseptor α2 menyebabkan respon inhibitorik
sehingga menyebabkan berkurangnya kontraksi segmentasi usus halus.
Serat pascaganglion parasimpatis yang disebut serat kolinergik mengeluarkan
asetilkolin, sama dengan neurotransmiter yang dikeluarkan serat praganglion-nya. Asetilkolin
cenderung meningkatkan kontraksi segmentasi usus halus. Usus halus dan semua membran
sel efektor (otot polos, otot jantung, dan kelenjar) mempunyai reseptor muskarinik. Reseptor
ini berikatan dengan asetilkolin, berkaitan dengan protein G yang mengaktifkan sistem
 pembawa pesan kedua dan memicu respon sel sasaran.