CESTODA USUS

30
TUGAS TERSTRUKTUR PARASITOLOGI CESTODA USUS Disusun oleh : 1. Roffa Hijrani (G1B012007) 2. Lenny Rachmawati (G1B012008) 3. Alvianti Fatma Pratami S (G1B012009) 4. Rossita Kurnia Rahayu (G1B012015) 5. Leti Siana (G1B012016) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

description

Parasitologi

Transcript of CESTODA USUS

Page 1: CESTODA USUS

TUGAS TERSTRUKTUR PARASITOLOGI

CESTODA USUS

Disusun oleh :

1. Roffa Hijrani (G1B012007)

2. Lenny Rachmawati (G1B012008)

3. Alvianti Fatma Pratami S (G1B012009)

4. Rossita Kurnia Rahayu (G1B012015)

5. Leti Siana (G1B012016)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2013

Page 2: CESTODA USUS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakangCestoda merupakan salah satu kelas dari filum Platyhelminthes. Cacing kelas ini

mampu menyebabkan penyakit yang khususnya lebih menyerang usus hospes

definitif (manusia). Hospes perantara dari cacing ini sebagian besar berada di ikan,

anjing, tikus, dan lain-lain.

Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes

reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan ikan. Cacing dewasanya menempati

usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata.

Bentuk cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral,

tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam

segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif jantan

dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut

skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait.

Penyebaran cacing ini di Indonesia tidak terlalu banyak, karena masih sedikitnya

penggemar anjing, kucing, dan hewan mamalia lainnya yang berperan sebagai hospes

perantaranya sehingga di Indonesia sangat jarang ditemukan di Indonesia. Penyakit

ini dapat terdeteksi pada hati hospes karena ada kista di dalamnya. Gejala dari

penyakit ini umumnya diare karena cacing ini menginfeksi usus pada hospesnya.

Selain gejalanya, penyakit ini juga dapat diobati.

B. TujuanBerdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk

mengetahui klasifikasi, epidemiologi, distribusi geografis, morfologi, siklus hidup,

patologi, dan cara pencegahan serta pengobatannya dari masing-masing jenis cacing

kelas cestoda khususnya yang menginfeksi usus.

Page 3: CESTODA USUS

BAB II

PEMBAHASAN

Cacing dalam klas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang

panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun

pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan

segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina. Pada dasarnya morfologi

cacing dewasa terdiri dari :

- Kepala atau scoleks yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat. Dilengkapi dengan batil

isap atau lekuk isap.

- Leher, yaitu tempat untuk pertumbuhan badan.

- Strobila, adalah badan yang terdiri dari segmen proglotida. Tiap proglotida dewasa mempunyai

susunan alat kelamin jantan dan betina lengkap, keadaan ini disebut hemafrodit.

Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada cestoda

dikenal dua ordo yakni Pseudophylidea dan Cyclophylidea. Sedangkan yang menginfeksi

manusia ada dua bentuk fase cacing yaitu, bentuk cacing dewasa, bentuk larva ataupun

keduanya.

1. Cacing dewasa (manusia sebagai hospes definitif)

- Diphylobotrium latum

- Taeniarinchus saginatus

- Taenia solium

- Hymenolepis nana

- Hymenolepis diminuta

- Dipylidium caninum

2. Larva (manusia sebagai hospes intermedier)

- Diphylobotrium sp

- Taenia solium

- Hymenolepis nana

Page 4: CESTODA USUS

- Echinococcus granulosus

Makalah ini membahas mengenai spesies cestoda yang menyerang pada usus.

1. Diphyllobothrium latum

1.1 Klasifikasi

Kingdom :Animalia

Filum :Platyhelminthes

Kelas :Cestoda

Ordo :Pseudophylidea

Famili :Pseudophyllidea

Genus :Diphyllobothriidae

Spesies : Diphyllobothrium latum

1.2 Epidemiologi

Penyakit ini di Indonesia tidak ditemukan tetapi banyak dijumpai di Negara-negara

yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang. Banyak bintang seperti

anjing, kucing, dan babi bertindak sebagai reservoir dan perlu diperhatikan. Cacing pita

ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan, terutama di Eropa

Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang.

1.3 Distribusi geografis

D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir

100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak

dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Parasit ini juga ditemukan di Amerika,

Kanada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang,

Afrika, Malagasi, dan Siberia.

1.4 Morfologi

Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjangnya dapat

sampai 10 m dan terdiri dari 3000 – 4000 buah proglotid, tiap proglotid mempunyai alat

kelamin jantan dan betina lengkap, mempunyai sepasang celah penghisap (bothria)

Page 5: CESTODA USUS

dibagian ventral dan dorsal pada skoleks, telur mempunyai operculum, berukuran 70 x 45

mikron, dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid dan ditemukan dalam tinja.

1.5 Siklus hidup

Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan

berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari

sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan.

Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang

mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus

Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium

melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem

darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea

tersebut.

Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai

sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea

tersebut.

Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid

ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem

muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan

procercoid berkembang menjadi plerocercoid.

Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan

terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging

ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta

mulai memproduksi telur pada 7 – 14 hari kemudian.

Secara singkat dijelaskan bahwa telur menetas dalam air. Larva disebut korasidium

dan dimakan oleh hospes perantara pertama yaitu bintang yang termasuk copepoda

seperti Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes ini larva tumbuh menjadi proserkoid

berubah menjadi larva pleroserkoid atau disebut sparganum. Bila ikan tersebut dimakan

hospes definitive, misalnya manusia, sedangkan ikan itu tidak dimasak dengan baik,

maka sparganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa.

Page 6: CESTODA USUS

1.6 Patologi

Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan

mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala

umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diare, nausea dan kelemahan.

Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini

sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari

populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia

perniciosa.

Pada mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi

setelah diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing,

sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa

pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata

disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas

terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan

absorpsi vitamin B12 dalam usus).

Page 7: CESTODA USUS

1.7 Cara pencegahan serta pengobatannya

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah emasak ikan air tawar sampai betul-betul

matang atau membekukannya sampai -10°C selama 24 jam, mengeringkan dan

mengasinkan ikan secara baik. Selain itu dilarang membuang tinja di kolam air tawar,

serta memberikan penyuluhan pada masyarakat mengenai pola hidup bersih dan sehat.

Pengobatan yang dilakukan, penderita diberikan obat atabrin dalam keadaan perut

kosong, disertai pemberian Na-bikarbons, dosis 0,5 gram. Obat pilihan adalah Niclosamid

(Yomesan), diberikan 4 tablet ( 2 gram ) dikunyah sekaligus setelah makan hidangan

ringan. Obat lain yang juga efektif adalah paromomisin, yang diberikan dengan dosis 1

gram setiap 4 jam sebanyak 4 dosis. Selain daripada itu dapat dipakai prazikuantel dosis

tunggal 10 mgr/kg berat badan.

2. Taenia saginata

2.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Famili : Taeniidae

Genus : Taenia

Spesies : Taenia saginata

2.2 Epidemiologi

Cacing terssebut sering ditemukan di Negara yang penduduknya banyak makan

daging sapi atau kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut yaitu matang (well

done), setengah matang (medium) atau mentah (rare) dan cara memelihata ternak

memainkan peranan. Ternak yan dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi

cacing gelembung tersebut, daripada ternak yang dipelihara dan dirawat dengan baik di

kandang.

Page 8: CESTODA USUS

2.3 Distribusi geografis

Cacing tersebut adalah kosmopolit, didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika,

Asia, Amerika Utara, Amerika Latin, Rusia, dan juga Indonesia, yaitu daerah Bali,

Jakarta, dan lain-lain.

Parasit ini ditemukan di mana saja di mana daging sapi yang dimakan, bahkan di

negara-negara seperti Amerika Serikat di mana ada kebijakan sanitasi ketat federal. Di

AS insiden terinfeksi rendah, bagaimanapun, 25% sapi terinfeksi masih dijual.

2.4 Morfologi

Cacing pita Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan

panjang, terdiri dari kepala yang disebut skoleks, leher, dan strobila yang merupakan

rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak 1000 – 2000 buah. Panjang cacing 4 – 12 meter

atau lebih. Skoleksnya hanya berukuran 1 – 2 milimeter, mempunyai empat batil isap

dengan otot-otot yang kuat, tanpa kait-kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan

di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu. Strobila terdiri dari dari rangkaian proglotid

yang belum dewasa (imatur), yang dewasa (matur), dan mengandung telur atau disebut

gravid. Pada proglotid-proglotid yang dewasa terlihat struktur alat kelamin seperti folikel

testis yan berjumlah 300 – 400 buah, tersebar di bidang dorsal. Vasa eferens bergabung

untuk masuk ke rongga kelamin (genital atrium), yang berakhir di lubang kelamin

(genital pore). Lubang kelamin ini letaknya selang-seling pada sisi kanan atau kiri

strobila. Di bagian posterior lubang kelamin, dekat vas deferens, terdapat tabung vagina

yang berpangkal pada ootip.

Ovarium terdiri dari 2 lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak ovarium

di sepertiga bagian posterior dari proglotid. Vitelaria letaknya dibelakang ovarium dan

merupakan kumpulan folikel yang eliptik. Telur berkembang di kapsul hialin dan gudang

setelah meninggalkan proglottid tersebut. Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis

radial, berukuran 30 – 40 mikron, berisi suatu embrio heksakan atau onkosfer. Telur ini

tertelan oleh ternak atau host antara lainnya dan sekali mereka mencapai duodenum,

menetas dan menembus dinding usus.

Page 9: CESTODA USUS

2.5 Siklus hidup

Siklus hidup tidak langsung dan rumit, dan selesai pada manusia sebagai tuan rumah

definitif dan ternak sebagai hospes perantara. Uterus tumbuh dari bagian anterior ootip

dan menjulur ke bagian anterior proglotid. Setelah uterus ini penuh dengan telur, maka

cabang-cabangnya akan tumbuh, yang berjumlah 15 – 30 buah pada satu sisiya dan tidak

memiliki lubang uterus (porus uterinus). Proglotid yang sudah gravid letaknya terminal

dan sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar dengan tinja

atau keluar sendiri dari luban dubur (spontan). Setiap harinya, kira-kira 9 buah proglotid

dilepas. Proglotid ini bentuknya lebih panjang daripada lebar.

Telur yang baru keluar dari uterus masih diliputi selaput tipis yang disebut lapisan

luar telur. Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid

terlepas dari rangkaiannya menjadi koyak, cairan putih susu yang mengandung banyak

telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila proglotid

berkontraksi waktu gerak.

Telur-telur ini melekat pada rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi di padang

rumput, atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir. Ternak yang makan

rumput yang terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung, oleh karena telur yang

tertelan dicerna dan embrio heksakan menetas. Embrio heksakan di saluran pencernaan

ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut

dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing

gelembung, disebut sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi

setelah 12 – 15 minggu.

Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha

belakang dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1 tahun cacing

gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup sampai 3

tahun.

Bila cacing gelembung yang terdapat did aging sapi yang di masak kurang matang

termakan oleh manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembing dengan cara evaginasi

dan melekat pada mukosa usus halus seperti yeyenum. Cacing gelembung tersebut dalam

Page 10: CESTODA USUS

waktu 8 – 10 minggu menjadi dewasa. Biasanya di rongga usus hospes terdapat seekor

cacing.

2.6 Patologi

Cacing dewasa Taenia saginata biasanya tanpa gejala, tetapi bisa menimbulkan

gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah,

mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut disertai dengan ditemukannya

proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja.

Namun infeksi berat sering menyebabkan penurunan berat badan, pusing , sakit perut ,

diare , sakit kepala , mual , sembelit , atau gangguan pencernaan kronis , dan kehilangan

nafsu makan . Ada dapat obstruksi usus pada manusia ketika proglotid menyasar masuk

apendiks, atau terdapat ileus yang dan ini dapat diatasi dengan operasi. Cacing pita ini

juga dapat mengusir antigen yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu.

Sumber penularan apabila penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur

atu proglotid, hewan sapi yang mengandung cysticercus, makanan atau minuman dan

lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.

Page 11: CESTODA USUS

2.7 Cara pencegahan serta pengobatannya

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat, mencuci

sayuran dan daging dengan bersih dan memasaknya sampai matang, Pengobatan untuk

cestode infeksi bisa dilakukan dalam obat tradisional berupa biji labu merah atau biji

pinang. Sedangkan obat lama berupa kuinakrin, amodiakuin, dan niklosamid. Sementara

denga obat baru yaitu praziquantel dan albendazol. Praziquantel membuka membran

saluran kalsium menyebabkan kelumpuhan cacing, membantu tubuh dalam

mengeluarkan parasit melalui peristaltik . niklosamid , digunakan untuk mengobati

berbagai jenis infeksi dengan trematoda dan cacing pita dewasa, cukup efektif.

3. Taenia solium

3.1 Klasifikasi

Kingdom :Animalia

Filum :Platyhelminthes

Kelas :Cestoda

Ordo :Cyclophyllidea

Famili :Taeniidae

Genus :Taenia

Spesies : Taenia solium

3.2 Epidemiologi

Walaupun cacing ini kosmopolit, kebiasaan hidup penduduk yang di pengaruhi

tradisi kebudayaan dan agama, memainkan peranan penting. Pada orang-orang bukan

pemeluk agama Islam, yang biasanya memakan daging babi, penyakit ini ditemukan.

Cara menyantap daging tersebut yaitu matang, setengah matang, atau mentah dan

pengertian akan keberhasilan atau hygiene, memainkan peranan penting dalam penularan

Taenia solium maupun sistiserkus selulose.

T. solium dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan itu, yang paling lazim di

negara berkembang di mana babi dibangkitkan. Banyak kali babi-babi merumput di dekat

dengan manusia, dan daerah ini sering menunjukkan kondisi sanitasi yang buruk.. Karena

Page 12: CESTODA USUS

itu, 'makanan pasokan babi yang terkontaminasi dengan kotoran manusia, menciptakan

situasi yang sempurna untuk Taenia solium menyebar.

3.3 Distribusi geografis

Taenia solium adalah kosmopolit, akan tetapi jarang ditemukan di Negara-negara

Islam. Cacing tersebut banyak ditemukan di Negara-negara yang mempunyai banyak

peternakan babi dan di tempat daging babi banyak di santap seperti Eropa (Czezh,

Slowakia, Kroatia, Serbia), Amerika Latin, Cina, India, Amerika Utara dan juga di

beberapa daerah di Indonesia antara lain Papua, Bali, dan Sumatera Utara.

Masalah ini diperparah dalam beberapa budaya di mana ia kebiasaan makan daging

mentah atau kurang matang. Karena kenyataan bahwa hospes perantara adalah babi,

jarang ditemukan dalam masyarakat Muslim di mana konsumsi daging babi dilarang. Hal

ini endemik di Amerika Selatan, Amerika Tengah, India, Asia selatan, Afrika, Eropa

bagian selatan, dan bagian dari Meksiko. Hal ini juga terlihat di daerah di dunia yang

mengalami jumlah besar imigrasi.

3.4 Morfologi

Cacing pita Taenia solium, berukuran panjang kira-kira 2 – 4 meter dan kadang-

kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing Taenia saginata, yang terdiri dari

skoleks, leher, dan strobila yang terdiri dari 800 – 1000 ruas proglotoid. Skoleks yang

bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang

mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25 – 30 buah. Seperti Taenia

saginata, strobila terdiri rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa

(matur), dan mengandung telur (gravid). Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa

sama dengan Taenia saginata, kecuali jumlah folikel testisnya lebih sedikit, yaitu 150 –

200 buah. Bentuk proglotid gravid mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan

lebarnya. Jumlah cacing uterus pada proglotid gravid adalah 7 – 12 buah pada satu sisi.

Lubang kelamin letaknya bergantian selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila

secara tidak beraturan.

Page 13: CESTODA USUS

3.5 Siklus hidup

Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda dimana

T. saginatus pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur keluar melalui

feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi.

Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses,

didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakan

daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing muda

yang langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam

waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.

Cysticercosis tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang

dalam bentuk cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk

kedalam lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam

otot. Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung,

hati dan paru.

Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam

kantong mata. Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus

tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali

pada infeksi yang berat.

Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid.

Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang

terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus

dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.

Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering

ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan

sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa seperti pada Taenia saginata, telurnya keluar

melalui celah robekan pada proglotid. Telur tersebut bila termakan hospes perantara yang

sesuai, maka dindingnya dicerna dan embrio heksakan keluar dari telur, menembus

dinding usus, dan masuk ke saluran getah bening atau darah. Embrio heksakan cacing

gelembung (sistiserkus) babi, dapat dibeddakan dari cacing gelembung sapi, dengan

adanya kait-kait di skoleks tunggal. Cacing gelembung yang disebut sistiserkus seluose

Page 14: CESTODA USUS

biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung, dan pundak babi. Hospes perantara lain

kecuali babi adalah monyet, onta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus, dan manusia.

Larva tersebut berukuran 0,6 – 1,8 cm. Bila daging babi yang mengandung larva

sistiserkus dimakan setengah matang atau mentah oleh manusia, dinding kista dicerna,

skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus halus seperti

yeyenum. Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan

proglotid dengan telur.

3.6 Patologi

Infeksi berat dapat terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan,

hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi

dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab cysticercosis bila

penderita bukan keturunan penderita epilepsi.

Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal

tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak.

Page 15: CESTODA USUS

Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini terjadi pada

mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan.Cacing dewasa, yang biasanya

beerjumlah seekor, tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti. Bila ada, dapat

menyerupai nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi, dan sakit kepala. Darah tepi dapat

menunjukan eosinofilia. Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita disebabkan

oleh larva dan disebut sistiserkosis.

Infeksi ringan biasanya tidak menunjukan gejala, kecuali bila alat yang dihinggapi

adalah tubuh yang penting. Pada manusia, sistiserkus atau larva T. Solium sering

menghinggapi jaringan subkutis, mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru, dan

rongga perut. Walaupun sering dijumpai pengapuran pada sistiserkus tidak menimbulkan

gejala, akan tetapi sewaktu-waktu terdapat pseudohipertrofi otot, disertai gejala miositis,

demam tinggi dan eosinofilia.

3.7 Cara pencegahan serta pengobatannya

Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum,

makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci

berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini. Pendidikan mengenai

kesehatan harus dirintis. Cara-cara ternak babi harus diperbaiki agar tidak kontak dengan

tinja manusia. Sebaiknya untuk kandang babi harus bersih dan makanan ternaknya sesuai.

Pengobatan perorangan maupun pengobatan massal harus dilaksanakan agar supaya

penderita tidak menjadi sumber infeksi bagi diri sendiri maupun babi dan hewan lain

seperti anjing. Obat yang digunakan untuk penyakit teniasis solium adalah prazikuantel,

albendazol, atau dengan pembedahan.

Page 16: CESTODA USUS

4. Hymenolepis nana

4.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Famili : Hymenolepididae

Genus : Hymenolepis

Spesies : Hymenolepis nana

4.2 Epidemiologi

Hymenolepis nana dapat ditemukan di mana pun manusia dan tikus hidup. Mereka

telah ditemukan di hampir semua jenis biomes terestrial ( Roberts dan Janovy Jr, 2000 ).

Cacing pita kerdil (Hymenolepis nana, sebelumnya dikenal sebagai nana Vampirolepis,

Hymenolepis fraterna, dan nana Taenia) adalah spesies kosmopolitan yang merupakan

salah satu yang paling umum cestodes manusia di dunia, terutama di kalangan anak-anak.

Hal ini dapat ditemukan di seluruh dunia, tetapi biasanya paling umum di zona sedang..

Ini adalah cestode paling umum manusia dan ditemukan di mana pun ada penduduk

manusia.

Cacing pita ini tidak memerlukan hospes perantara. Infeksi kebanyakan terjadi secara

langsing dari tangan ke mulut. Hal ini sering terjadi pada anak-anak umur 15 tahun ke

bawah. Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda-benda

yang terkena tanah, dari tempat buang air, atau langsung dari anus ke mulut.

Bilharz menemukan H. nana pada tahun 1851 di usus kecil seorang anak Mesir dan

spesimen dikirim ke Siebold, yang, karena ukuran kecil worm menamainya Taenia nana.

Pada tahun 1887 Grassi menunjukkan bahwa penularan dari tikus ke tikus tidak

memerlukan sebuah hospes perantara. Kemudian, pada tahun 1921, Saeki

mendemostrasikan siklus penularan langsung H. nana pada manusia; transmisi tanpa

hospes perantara. Selain siklus langsung, Nicholl dan Minchin menunjukkan bahwa kutu

dapat berfungsi sebagai host perantara antara manusia.

Page 17: CESTODA USUS

4.3 Distribusi geografis

Penyebarannya kosmopolit, lebih banyak ditemukan di daerah dengan iklim panas

daripada dingin dan juga ditemukan di Indonesia.

4.4 Morfologi

Seperti namanya ( Yunani : Nano - kerdil), itu adalah spesies kecil, jarang melebihi

40 mm dan 1 mm lebar. Scolex ini dikenakan rostellum ditarik bersenjata dengan

lingkaran tunggal 20 sampai 30 kait. Scolex juga memiliki empat pengisap, atau suatu

tetrad. Leher panjang dan ramping, dan segmen yang lebih luas daripada panjang.

Genital pori-pori yang sepihak, dan setiap segmen dewasa berisi tiga testis. Setelah

apolysis segmen terkubur hancur, melepaskan telur, yang mengukur 30 µm untuk 47 µm

dengan diameter. Oncosphere ditutupi dengan selaput, tipis hialin, luar dan membran,

batin tebal dengan thickenings kutub yang mempunyai beberapa filamen. Para

embryophores berat yang memberikan telur taeniid penampilan karakteristik lurik mereka

kurang dalam hal ini dan keluarga lainnya dari cacing pita yang menginfeksi manusia.

Cacing ini merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan

panjang ±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm. Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang

refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah. Strobila terdiri dari kira-kira 200

proglotid. Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah

kait. Dikenal sebagai cacing pita kerdil. Kosmopolitan. Terdapat di tikus dan mencit,

pada manusia khususnya anak-anak.

4.5 Siklus hidup

4.6 Patologi

- Parasit ini biasanya apabila terinfeksi ringan tidak menimbulkan gejala. Tetapi,

jumlah besar dari cacing yang menempel pada dinding usus halus menimbulkan

iritasi mukosa usus. Kelainan yang sering ditimbulkan adalah toksemia umum

karena penyerapan sisa metabolit dari parasit masuk ke dalam sistem peredarahan

darah penderita. Pada anak kecil dengan infeksi berat, cacing ini dapat

menyebabkan keluhan neurologi yang gawat, mengalami sakit perut dengan atau

tanpa diare, kejang-kejang, susah tidur, pusing, menimbulkan enteritis catarrhal,

Page 18: CESTODA USUS

berkurang berat badan, kurang nafsu makan, bila supersensitif terjadi alergi,

obstipasi.

4.7 Cara pencegahan serta pengobatannya

Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi

lingkungan, menghindarkan makanan dari kontaminasi, pemerantasan binatang pengerat

(rodentia). Sementara itu, obat yang efektif adalah atabrine, bitional, prazikuantel, dan

niklosamid, tetapi saat-saat ini obat tersebut sulit di dapat di Indonesia. Obat yang efektif

dan ada di pasaran Indonesia adalah amodiakuin. Hiperinfeksi sulit diobati, tidak semua

cacing dapat dikeluarkan dan sistiserkoid masih ada dalam mukosa usus.

5 Hymenolepis diminuta

5.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Hymenolepididae

Genus : Hymenolepis

Species : Hymenolepis diminuta

5.2 Epidemiologi

Hospes definitive mendapat infeksi bila hospes perantara yang mengandung parasit

tertelan secara kebetulan.

5.3 Distribusi geografis

5.4 Morfologi

5.5 Siklus hidup

5.6 Patologi

5.7 Cara pencegahan serta pengobatannya

Page 19: CESTODA USUS

6 Dipylidium caninum

6.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Famili : Hymenolepididae

Genus : Dipylidium

Spesies : Dipylidium caninum

6.2 Epidemiologi

6.3 Distribusi geografis

6.4 Morfologi

6.5 Siklus hidup

6.6 Patologi

6.7 Cara pencegahan serta pengobatannya

Pencegahan dapat dilakukan dengan jangan mencium anjing atau kucing,

menghindari jilatan anjing, binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida,

pengendalian kutu pada hewan peliharaan Anda dan lingkungan mereka, memeriksa

anjing atau kucing atau hewan peliharaan ke dokter hewan jika mereka memiliki sebuah

cacing pita untuk diobati, mencuci tangan setelah memegang hewan. Obat yang efektif

yaitu atabrine.

BAB III

KESIMPULAN