Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

9
Dasar Teori Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan bagian terpenting dalam system transport. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada pembentukan eritrosit yang melalui tahapan sebagai berikut eritroblast, basophilic normoblas, policromatofilik normoblast, asidofilik normoblas, retikulosit dan eritrosit. Namun hanya retikulosit yang ditemukan pada darah tepi pada keadaan normal. Sedangkan pada pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi promielosit kemudian menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal dijumpai dalam sumsum tulang dan pada perkembangan di darah tepi akan menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit terbentuk dari pecahan sitoplasma megakarioblast Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari system kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amobeid, dan dapat menembus dinding kapiler/dispedesis. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan selular, pertikel asing, atau mikroorganisme penyulap. Selain itu leukosit tidak bias membelah diri atau bereproduksi denagn cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel panca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi : eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit dan

description

Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

Transcript of Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

Page 1: Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

Dasar Teori

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan bagian terpenting dalam system transport. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.

Pada pembentukan eritrosit yang melalui tahapan sebagai berikut eritroblast, basophilic normoblas, policromatofilik normoblast, asidofilik normoblas, retikulosit dan eritrosit. Namun hanya retikulosit yang ditemukan pada darah tepi pada keadaan normal. Sedangkan pada pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi promielosit kemudian menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal dijumpai dalam sumsum tulang dan pada perkembangan di darah tepi akan menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit terbentuk dari pecahan sitoplasma megakarioblast

Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari system kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amobeid, dan dapat menembus dinding kapiler/dispedesis. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan selular, pertikel asing, atau mikroorganisme penyulap. Selain itu leukosit tidak bias membelah diri atau bereproduksi denagn cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel panca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi : eosinofil, basofil, stab, segmen, limfosit dan monosit. Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfe, namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid (limpa, tonsil, apendik, bercak peyer pada usus halus, sumsum tulsng dan timus). Limfosit dalam tubuh berperan dalam system imun, melalui pembekuan antibody (imunitas hormonal) dan limfosit teraktivasi (imunitas sel T) melalui jaringan limfosit.

a. NetrofiliaNetrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting

Page 2: Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai netrofilia.Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.

Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma

b. EosinofiliaEosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

c. BasofiliaBasofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

d. LimfositosisLimfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit melebihi nilai normal. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.

e. MonositosisMonositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.

f. Netropenia

Page 3: Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

g. LimfopeniaPada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.

h. Eosinopenia dan lain-lainEosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Sekitar sepertigadari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme. Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh,sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.Dalam sediaan, pengamatan morfologi eritrosit didasarkan atas ukuran, warna dan bentuk eritrosit. Pengamatan ukuran eritrosit dilihat dengan dibandingkan dengan ukuran inti limfosit kecil. Eritrosit normal berukuran sama dengan inti limfosit kecil. Bila lebih kecil dinamakan mikrosit, dan lebih besar dinamakan makrosit. Pengamatan warna eritrosit ditentukan dari diameter central pallor dibandingkan terhadap diameter eritrosit. Central pallor terjadi karena bentuk eritrosit yang bikonkaf sehingga central pallor karena tipis dan kandungan hemoglobin lebih sedikit akan tercat lebih pucat. Bila central pallor ≤ 1/3 diameter eritrosit ini dinamakan normokromik, bila central pallor › 1/2 diameter

Page 4: Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

eritrosit ini dinamakan hipokromik. Pengamatan bentuk eritrosit didasarkan atas bentuk dan dilihat kelainan bentuk eritrosit seperti, ovalosit, sferosit, skistosit, sel target, selsabit,krenasi, sel burr, akantosit, tear dropcell dan poikilositosis.

Hasil Pengamatan

a. Hitung Jenis Leukosit

JENIS

LEUKOSIT

KOLOM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Eosinofil 5 3 6 4 3 2 2 6 2 5

Basofil - - - - - - 1 - - -

Stab - - - 1 - 1 1 - 4 3

Segmen 5 3 1 1 2 4 - 3 4 2

Limfosit - 4 2 2 3 1 4 - 1 -

Monosit - - 1 2 2 2 2 1 2 -

Jml total 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

JENIS LEUKOSIT HASIL PRATIKUM HASIL SEBENARNYA

Eosinofil 38 % 18 %

Basofil 1 % 1 %

Stab 7 % 57%

Segmen 25 %

Limfosit 17 % 17 %

Monosit 12 % 6 %

Pembahasan

a. Hitung Jenis LeukositPraktikum dilakukan dengan cara yaitu pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa. Kemudian hapusan darah tepi diletakkan di atas meja mikroskop . Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Dan dicari lapang pandang pada perbesaran 10X lensa objektif. Setelah ditemukan lapang pandang, objek glass ditetesi dengan oil emersi dan diputar lensa objektif kearah

Page 5: Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

perbesaran lensa 100X. Kemudian diidentifikasi jenis leukosit pada setiap lapang pandang. Identifikasi dilakukan di daerah penghitungan ( counting area). Identifikasi sel dimulai dari satu sisi bergerak ke sisi lain, kemudian kembali ke sisi semula dengan arah zigzag berjarak ± 3 lapangan pandang. Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat kotak penghitungan jenis leukosit. Jenis leukosit yang mula- mila terlihat dimasukkan dalam kolom-1, bila jumlah sel sudah 10 pindah ke kolom-2. Setiap kolom mengandung 10 sel yang sudah diidentifikasi, dan bila ke- 10 kolom sudah terisi berarti sudah 100 leukosit yang diidentifikasi dan dihitung. Selanjutnya ditentukan hasil diff.count dengan cara mencocokkan hasil yang diperoleh dengan nilai rujukan dari hasil differential count.Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%

b. Morfologi EritrositPada pratikum ini dilakukan pemeriksaan pada preparat hapusan darah tepi. Tujuan pemeriksaan hapusan darah tepi adalah untuk mengetahui bentuk, warna dan ukuran eritrosit serta kelainannya pada sel darah merah. Hapusan darah tepi yang dibuat dan diwarnai dengan baik merupakan syarat untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Pemeriksaan morfologi eritrosit dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mula-mula dengan pembesaran 100 x kemudian dengan pembesaran 1000 x dengan minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya.Selain untuk mengetahui bentuk, warna dan ukuran eritrosit, pada praktikum ini juga dapat mengetahui kelainan-kelainan pada eritrosit. Kelainan ukuran eritrosit berupa mikrosit, makrosit, dan anisositosis. Kelainan bentuk eritrosit berupa ovalosit, sferosit, skistosit, sel target, sel sabit, krenasi, burr cell, akantosit, tear drop cell, poikilositosis dan rouleaux. Kelainan warna eritrosit berupa hipokrom dan polikrom.

Page 6: Dasar Teori Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit

Berbentuk bulat, bikonkaf, bagian tengah lebih sedikit mengandung hemoglobin.

Dari hasil pratikum diperoleh hasil pengamatan morfologi untuk preparat ini adalahhipokrom-makrositer-poikilositosis. Selain itu terdapat beberapa kelainan bentuk dari sel darah merah atau eritrosit. Hipokrom merupakan sel darah merah yang memiliki centralpalor lebih dari 1/3 volume sel darah merah. Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan pada anemia kurang besi (defisiensi fe), sickle cells anemia, thalassemia,atau anemia karena penyakit kronis

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoffbrand, A.V. Dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC2. J. Crowin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC