Dasar Teori Lisa
-
Upload
lisa-chama -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Dasar Teori Lisa
DASAR TEORI
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum Masehi. Hal
ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah dunia.
Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan
nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui saluran-saluran
secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan air irigasi, dengan cara yang
paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang cukup memadai. Kemajuan ilmu dan
teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian.
Manusia mengembangkan ilmualam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan
dinamika benda cair Semua ini membuat pengetahaun tentang irig~si bertambah lengkap.
Tidak semua air cocok untuk dipergunakan bagi kebutuhan air irigasi. Air yang dapat
dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :
a. bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang makan tanaman itu,
b. bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik,
c. tingkat keasaman air (Ph),
d. tingkat kegaraman air,
e. bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang makan tanaman yang diairi
dengan air tersebut.
Sebenarnya yang menentukan besarnya bahaya adalah konsentrasi senyawa dalam
larutan tanah. Dengan demikian, kriteria yang didasarkan pada kegaraman air irigasi
hanyalah merupakan suatu pendekatan saja. Pada awal pemakaian air yang kurang baik
dalam jaringan irigasi, bahaya tersebut tidak akan terlihat. Namun dengan bergulirnya waktu,
konsentrasi garam di dalam tanah akan meningkat. - Sejumlah unsur dapat merupakan racun
bagi tanaman atau binatang. Misalnya kandungan boron sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman, namun konsentrasi lebih dari 0,05 mg/liter akan dapat menggangu sitrus, kacang-
kacangan dan buah musiman. Untuk kandungan boron yang lebih dari 4 mg/liter, semua
tanaman dianggap akan mendapatkan gangguan. Boron terkandung dalam sabun sehingga
dapat merupakan faktor yang kritis dalam penggunaan limah bagi irigasi. Selenium,
walaupun dalam konsentrasi rendah, sangat beracuri bagi ternak dan harns dihindari. Garam-
garam yang berupa kalsium, magnesium dan potasium dapat juga berbahaya bagi air irigasi.
Dalam jumlah yang berlebihan, garam-garam ini akan mengurangi kegiatan osmotik
tanaman, mencegah penyerapan zat giri dari tanah. Di samping itu, garam-garam ini dapat
mempunyai pengarnh kirniawi tidak langsung terhadap metabolisme tanaman dan
mengurangi kelulusan air dari tanah yang bersangkutan dan mencegah drainasi atau aerasi
yang cukup.
Konsentrasi kritis di dalam air irigasi tergantung dari berbagai faktor, namun jumlah
yang melebihi 700 mg/liter akan berbahaya bagi beberapa jenis tanaman dan konsentrasi
yang melebihi 2000 mg/liter akan berbahaya bagi hampir seluruh tanaman.
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan
dalam kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air
yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran
tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang
membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan,apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini
membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai,
misalnya Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung
Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di 01 simo,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
c. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut.
Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat
pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan
misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10
- 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan
menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat
air laut surut.
Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran
aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :
a. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu
hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air (lihat
gambar 2.1.).
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-
kelemahan serius yakni :
1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah
yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang
subur.
2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari
penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka
umumya pendek.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap
dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa
bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di. jaringan saluran. Sistim
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan
pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada
daerah layanan jaringan sederhana.
c. Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran
irigasi/pembawa dan saluran pembuanglpematus. Ini berarti bahwa baik saluran
pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran
pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang. Petak
tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier
terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara
50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter
mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran
pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di
atas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-
waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda
satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang
lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang
lebihmurah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan
mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
Sebuah bendung memiliki fungsi, yaitu untuk meninggikan muka air sungai
dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai
untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan
irigasi. Fungsi bendung ini berbeda dengan fungsi bendungan dimana sebuah bendungan
berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai
mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan. Air yang ditampung di dalam
bendungan ini dipergunakan untuk keperluan irigasi, air minum, industri, dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya. Kelebihan dari sebuah bendungan, yaitu dengan memiliki daya tampung
tersebut, sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk
dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan saja pada
waktu yang diperlukan. Bendung juga dapat didefinisikan sebagai bangunan air yang
dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya
naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap
ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991:
37).
Suatu konstruksi sebuah bendung dapat dibuat dari urugan tanah, pasangan batu kali,
dan bronjong atau beton. Sebuah bendung konstruksinya dibuat melintang sungai dan fungsi
utamanya adalah untuk membendung aliran sungai dan menaikkan level atau tingkat muka air
di bagian hulu. Sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, terlebih dahulu ditentukan
lokasi atau di bagian sungai mana bendung tersebut akan dibangun. Ini terkait dengan
wilayah atau luas petak-petak sawah yang aliran air irigasinya akan dibantu oleh adanya
konstruksi bendung tersebut. Pemilihan lokasi bendung hendaknya memperhatikan beberapa
hal-hal seperti, wilayah atau topografi daerah yang akan dialiri, topografi lokasi bendung,
keadaan hidrolis aliran sungai, keadaan tanah pondasi, dan lain sebagainya. Selain hal-hal
utama yang telah disebutkan tadi, terdapat pula hal-hal khusus yang harus tetap diperhatikan
sebelum membangun sebuah konstruksi bendung, misalnya konstruksi bendung harus
direncanakan sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat dialiri secara proses gravitasi, tinggi
bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, saluran induk tidak melewati trase
yang sulit, letak bangunan pengambilan (intake) harus di letakkan sedemikian rupa sehingga
dapat menjamin kelancaran masuknya air, sebaiknya lokasi bendung itu berada pada alur
sungai yang lurus, keadaan pondasi cukup baik, tidak menimbulkan genangan yang luas di
udik bendung serta tanggul banjir sependek mungkin, dan pelaksanaan tidak sulit dan biaya
pembangunan tidak mahal.
Untuk keperluan perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi bendung,
diperlukan pula data-data yang nanti akan dipergunakan untuk menentukan dimensi, luasan,
dan bagian-bagian bendung yang perlu dibangun. Data-data tersebut, misalnya data topografi,
data hidrologi, data morfologi, data geologi, data mekanika tanah, standar perencanaan (PBI,
PKKI, PMI, dll), data lingkungan, dan data ekologi. Selain itu, diperlukan juga data-data
terkait tentang curah hujan di derah tersebut, data debit banjir, dan data-data lain yang terkait
dengan keadaan hidrologis daerah tersebut. Semua data-data ini dipergunakan untuk
perencanaan dan pembangunan sebuah konstruksi bendung.
Konstruksi sebuah bendung memiliki bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian ini
menopang seluruh konstruksi bendung. Setiap bagian memiliki detail dan fungsi yang
khusus. Bagian-bagian inilah yang akan bekerja agar operasional suatu bendung dapat
berjalan dengan baik. Bagian-bagian dari konstruksi bendung secara umum, yaitu
1. Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya
terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung
umumnya dibuat melintang pada aliran sungai.
2. Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur,
membuka, dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang
penting dari pintu air adalah :
- Daun pintu (gate leaf) adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan
dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
-Rangka pengatur arah gerakan (guide frame) adalah alur dari baja atau besi yang
dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu
sesuai dengan yang direncanakan.
-Angker (anchorage) adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan
digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan
dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
- Hoist adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
3. Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat
pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah,
tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut
adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam
debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh
bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup
satu saja.
4. Kolam peredam energi, bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran
sungai baik pada palung maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi
loncatan air. Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan
setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi
peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar
konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
-Ruang olak tipe Vlughter, Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran
sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi
energi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
-Ruang olak tipe Schoklitsch, peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama
sifatnya dengan peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan
perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
-Ruang olak tipe Bucket, kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid
bucket, slotted rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini
mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada
ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan
sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai
yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah
hilirnya.
-Ruang olak tipe USBR, tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi
dari 10 meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe
yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang
olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan
langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan
ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di
dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih
besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi
pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir
dibuat perata aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis
rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi
pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
-Ruang olak tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls), ruang olakan
tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana
ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan
Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan
bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh
perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai
beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow :
417-420) Pemilihan tipe kolam peredam energi tergantung pada beberapa faktor atau
beberapa kondisi, misalnya keadaan tanah dasar atau kondisi tanah dasar, tinggi perbedaan
muka air hulu dan hilir, dan sedimen yang diangkut aliran sungai.
5. Pintu penguras, penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan
bendung dan kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak
daripada pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung,
maka penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada
sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun
kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup
satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini
terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar
dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang
dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada
sebelah udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada
benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan
untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-
benda hanyut dapat lewat diatasnya.