DANNY RAHDIANSYAH - FOOD SECURITY - FORUM MAGAZINE

2
FORUM KEADILAN: NO. 11, 11 JULI 2010 46 KOLOM Oleh: Danny Rahdiansyah S aat ini penduduk dunia yang mengalami kelaparan dan malnutrisi sudah melewati angka 1 milyar. Angka ini meru- pakan angka tertinggi sepanjang sejarah. Hal itu tentu sangat memprihatinkan. Kondisi ini merupakan kulminasi dari sejumlah elemen yang saling memperparah keadaan, yaitu krisis multidimensi yang melanda dunia pada tahun 2008-2009 yang terdiri dari krisis pangan akibat kenaikan harga bahan pangan, krisis energi akibat kenaikan harga minyak dunia, ditambah lagi krisis finansial global yang berawal dari Amerika Serikat dan kemudian dampaknya menyebar ke berbagai negara. Selain itu, situasi ini juga diperparah oleh kurangnya investasi di bidang pertanian, terutama untuk petani kecil. Keadaan ini telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun, padahal sektor ini sangat penting karena merupakan mata pencaharian dan sum- ber penghidupan bagi sekitar 70 persen penduduk miskin dunia. Di Indonesia sendiri, sektor pertanian menyerap hampir 40% ang- katan kerja, atau setara dengan sekitar 40an juta orang. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk global saat ini, diperki- rakan pada tahun 2050, dunia akan dihuni oleh 9 milyar manu- sia. Jaminan ketersediaan bahan pangan dan akses atas bahan pangan menjadi sebuah tantangan besar. Walaupun dunia menghadapi tantangan besar seperti disam- paikan di atas, paling tidak saat ini pembahasan mengenai isu ketahanan pangan dan nutrisi sudah menjadi agenda utama bagi pemimpin dunia. Isu ini pun kerap dibicarakan di berbagai forum bilateral, multilateral, maupun di kalangan akademisi dan analis kebijakan. KTT G-8 di L’Aquila, Italia, Juli 2009, Pertemuan ke-35 Komite Ketahanan Pangan Dunia / Committee on World Food Se- curity (CFS) di Roma, Oktober 2009 dan KTT Pangan di Roma, No- vember 2009 merupakan beberapa pertemuan multilateral ter- akhir yang membahas upaya-upaya penguatan ketahanan pa- ngan global dan peningkatan kecukupan nutrisi, terutama di negara berkembang. Baru-baru ini pada awal Juni 2010 bertempat di Berlin, Jerman telah diselenggarakan sebuah konferensi internasional bertajuk “Policies Against Hunger VIII - Improving Governance for Food Security and Nutrition“ yang merupakan inisiatif Kementerian Per- tanian Jerman. Tujuan dari konferensi ini adalah untuk men- diskusikan dan memberikan rekomendasi untuk memperkuat tata kelola global untuk ketahanan pangan dan nutrisi, dalam kai- tan persiapan pertemuan ke-36 CFS di Roma, Oktober 2010. Reformasi CFS Seperti telah disinggung di atas, pada bulan Oktober 2009 yang lalu telah diselenggarakan pertemuan ke-35 CFS di kantor pusat FAO di Roma. Pada pertemuan tersebut, negara-negara anggota FAO sepakat bahwa CFS perlu direformasi. Tujuan utama dari reformasi CFS ini adalah untuk menjadikan CFS sebagai plat- form internasional yang inklusif untuk menghadapi isu ketahanan pangan global dan nutrisi, serta sebagai komponen utama dari proses menuju suatu kemitraan global untuk pertanian, keta- hanan pangan dan nutrisi. Negara-negara anggota FAO menginginkan CFS untuk menjadi lebih inklusif, dengan melibatkan lebih banyak pemangku ke- pentingan, tidak terbatas negara-negara anggota FAO saja, tapi ju- ga badan-badan PBB lainnya seperti WFP dan IFAD, kalangan swasta untuk mendorong investasi, kalangan universitas, dan juga kalangan NGO. Untuk mendorong reformasi tersebut, CFS juga didukung oleh sebuah panel ahli tingkat tinggi yang akan memberikan masukan akademis mengenai isu-isu ketahanan pangan dan nutrisi. Di tengah proses reformasi tersebut, CFS juga tidak lepas dari berbagai tantangan; dari mulai isu klasik mengenai pendanaan, implementasi aktivitas dalam masing-masing tahapan, sampai belum terintegrasinya isu CFS dalam agenda pertemuan dewan pengawas ketiga badan PBB di Roma (FAO, WFP dan IFAD) mau- pun dalam program kerja tahunan dari ketiga lembaga tersebut. Harapan terhadap CFS Harus diakui bahwa reformasi CFS merupakan sesuatu yang kompleks, karena menyangkut berbagai elemen yang saling ter- kait. Isu-isu utama CFS dapat dikategorikan dalam empat kelom- pok besar, yaitu: koordinasi global dan peran CFS di masa depan; keterkaitan antara strategi nasional dan regional pada tataran global; peningkatan peran sektor swasta; dan pengarusutamaan nutrisi ke dalam strategi global melawan kelaparan. Terkait dengan peran CFS di masa depan, CFS perlu diarahkan untuk menjadi komponen utama bagi kemitraan global di bidang ketahanan pangan dan nutrisi. Dalam hal ini pertemuan ke-36 CFS menjadi sangat penting untuk mengarahkan aktivitas CFS pada aksi yang tegas atas sejumlah kecil isu-isu yang menjadi pri- oritas. Agar tercipta sinergi pada tataran global, maka kebijakan dan strategi nasional perlu lebih dikomunikasikan agar dapat dipa- hami secara lebih baik oleh semua pemangku kepentingan yang terkait, termasuk aktor di tingkat regional dan global. Selain itu di tingkat nasional juga perlu didorong partisipasi yang lebih luas dari berbagai kementerian dan lembaga yang terkait isu-isu keta- hanan pangan dan nutrisi, serta perlu didorong juga transformasi kemitraan pemerintah dan swasta/public private partnership de- KETAHANAN PA DAN REFO

Transcript of DANNY RAHDIANSYAH - FOOD SECURITY - FORUM MAGAZINE

Page 1: DANNY RAHDIANSYAH - FOOD SECURITY - FORUM MAGAZINE

FORUM KEADILAN: NO. 11, 11 JULI 201046

K O L O M

Oleh: Danny Rahdiansyah

Saat ini penduduk dunia yang mengalami kelaparan danmalnutrisi sudah melewati angka 1 milyar. Angka ini meru-pakan angka tertinggi sepanjang sejarah. Hal itu tentu

sangat memprihatinkan. Kondisi ini merupakan kulminasi darisejumlah elemen yang saling memperparah keadaan, yaitu krisismultidimensi yang melanda dunia pada tahun 2008-2009 yangterdiri dari krisis pangan akibat kenaikan harga bahan pangan,krisis energi akibat kenaikan harga minyak dunia, ditambah lagikrisis finansial global yang berawal dari Amerika Serikat dankemudian dampaknya menyebar ke berbagai negara.

Selain itu, situasi ini juga diperparah oleh kurangnya investasidi bidang pertanian, terutama untuk petani kecil. Keadaan initelah berlangsung selama lebih dari 20 tahun, padahal sektor inisangat penting karena merupakan mata pencaharian dan sum-ber penghidupan bagi sekitar 70 persen penduduk miskin dunia.Di Indonesia sendiri, sektor pertanian menyerap hampir 40% ang-katan kerja, atau setara dengan sekitar 40an juta orang.

Dengan tingkat pertumbuhan penduduk global saat ini, diperki-rakan pada tahun 2050, dunia akan dihuni oleh 9 milyar manu-sia. Jaminan ketersediaan bahan pangan dan akses atas bahanpangan menjadi sebuah tantangan besar.

Walaupun dunia menghadapi tantangan besar seperti disam-paikan di atas, paling tidak saat ini pembahasan mengenai isuketahanan pangan dan nutrisi sudah menjadi agenda utama bagipemimpin dunia. Isu ini pun kerap dibicarakan di berbagai forumbilateral, multilateral, maupun di kalangan akademisi dan analiskebijakan. KTT G-8 di L’Aquila, Italia, Juli 2009, Pertemuan ke-35Komite Ketahanan Pangan Dunia / Committee on World Food Se-curity (CFS) di Roma, Oktober 2009 dan KTT Pangan di Roma, No-vember 2009 merupakan beberapa pertemuan multilateral ter-akhir yang membahas upaya-upaya penguatan ketahanan pa-ngan global dan peningkatan kecukupan nutrisi, terutama dinegara berkembang.

Baru-baru ini pada awal Juni 2010 bertempat di Berlin, Jermantelah diselenggarakan sebuah konferensi internasional bertajuk“Policies Against Hunger VIII - Improving Governance for FoodSecurity and Nutrition“ yang merupakan inisiatif Kementerian Per-tanian Jerman. Tujuan dari konferensi ini adalah untuk men-diskusikan dan memberikan rekomendasi untuk memperkuattata kelola global untuk ketahanan pangan dan nutrisi, dalam kai-tan persiapan pertemuan ke-36 CFS di Roma, Oktober 2010.

Reformasi CFSSeperti telah disinggung di atas, pada bulan Oktober 2009

yang lalu telah diselenggarakan pertemuan ke-35 CFS di kantor

pusat FAO di Roma. Pada pertemuan tersebut, negara-negaraanggota FAO sepakat bahwa CFS perlu direformasi. Tujuan utamadari reformasi CFS ini adalah untuk menjadikan CFS sebagai plat-form internasional yang inklusif untuk menghadapi isu ketahananpangan global dan nutrisi, serta sebagai komponen utama dariproses menuju suatu kemitraan global untuk pertanian, keta-hanan pangan dan nutrisi.

Negara-negara anggota FAO menginginkan CFS untuk menjadilebih inklusif, dengan melibatkan lebih banyak pemangku ke-pentingan, tidak terbatas negara-negara anggota FAO saja, tapi ju-ga badan-badan PBB lainnya seperti WFP dan IFAD, kalanganswasta untuk mendorong investasi, kalangan universitas, danjuga kalangan NGO. Untuk mendorong reformasi tersebut, CFSjuga didukung oleh sebuah panel ahli tingkat tinggi yang akanmemberikan masukan akademis mengenai isu-isu ketahananpangan dan nutrisi.

Di tengah proses reformasi tersebut, CFS juga tidak lepas dariberbagai tantangan; dari mulai isu klasik mengenai pendanaan,implementasi aktivitas dalam masing-masing tahapan, sampaibelum terintegrasinya isu CFS dalam agenda pertemuan dewanpengawas ketiga badan PBB di Roma (FAO, WFP dan IFAD) mau-pun dalam program kerja tahunan dari ketiga lembaga tersebut.

Harapan terhadap CFS Harus diakui bahwa reformasi CFS merupakan sesuatu yang

kompleks, karena menyangkut berbagai elemen yang saling ter-kait. Isu-isu utama CFS dapat dikategorikan dalam empat kelom-pok besar, yaitu: koordinasi global dan peran CFS di masa depan;keterkaitan antara strategi nasional dan regional pada tataranglobal; peningkatan peran sektor swasta; dan pengarusutamaannutrisi ke dalam strategi global melawan kelaparan.

Terkait dengan peran CFS di masa depan, CFS perlu diarahkanuntuk menjadi komponen utama bagi kemitraan global di bidangketahanan pangan dan nutrisi. Dalam hal ini pertemuan ke-36CFS menjadi sangat penting untuk mengarahkan aktivitas CFSpada aksi yang tegas atas sejumlah kecil isu-isu yang menjadi pri-oritas.

Agar tercipta sinergi pada tataran global, maka kebijakan danstrategi nasional perlu lebih dikomunikasikan agar dapat dipa-hami secara lebih baik oleh semua pemangku kepentingan yangterkait, termasuk aktor di tingkat regional dan global. Selain itu ditingkat nasional juga perlu didorong partisipasi yang lebih luasdari berbagai kementerian dan lembaga yang terkait isu-isu keta-hanan pangan dan nutrisi, serta perlu didorong juga transformasikemitraan pemerintah dan swasta/public private partnership de-

KETAHANAN PA DAN REFO

Page 2: DANNY RAHDIANSYAH - FOOD SECURITY - FORUM MAGAZINE

FORUM KEADILAN: NO. 11, 11 JULI 2010 47

ngan mengikutsertakan elemen masyarakat/people.Lebih lanjut, kebijakan dan strategi nasional mengenai keta-

hanan pangan dan nutrisi perlu diproyeksikan dan diintegrasikanke dalam kerangka/mekanisme regional yang ada di kawasan,sehingga peran organisasi regional dapat semakin maksimal. Da-lam hal ini, di kawasan Asia Tenggara, ASEAN telah mengadopsikerangka kerja integral ketahanan pangan (AIFS) dan rencanakerja strategis ketahanan pangan di kawasan ASEAN (SPA-FS).Disamping itu, negara-negara anggota ASEAN juga telah meng-implementasikan sejumlah proyek bersama dalam sektor pertani-an, pangan dan kehutanan. Hal-hal tersebut merupakan modalkuat ASEAN untuk memainkan peran lebih aktif di bidang keta-

hanan pangan dan nutrisi.Untuk ke depannya, mungkin ASEAN sebagai instrumen regio-

nal yang memiliki struktur dan tata kelola baru pasca implemen-tasi Piagam ASEAN dapat melakukan sinergi dengan badan-ba-dan PBB di Roma yang memiliki mandat khusus di bidang perta-nian dan pangan, yaitu FAO, WFP dan IFAD. Seandainya ASEANbisa mendapatkan semacam status peninjau tetap pada ketigabadan PBB tersebut, maka akan terbuka kesempatan lebih luasuntuk berbagi dan memberi pandangan serta terlibat – secaralangsung maupun tidak langsung - dalam proses perumusan kebi-jakan pada badan-badan PBB tersebut.

Dari tataran global, CFS juga diharapkan untuk memainkanperan sebagai katalisator dalam pembangunan dan peningkatankapasitas di tingkat nasional maupun regional (melalui bantuanteknis maupun transfer teknologi dan pengetahuan). Selain ituCFS perlu lebih aktif melakukan kampanye dan advokasi di mediamassa mengenai isu ketahanan pangan dan nutrisi. Hal yang ter-akhir disebut ini dipandang sangat efektif untuk meningkatkankesadaran di masyarakat luas akan pentingnya isu ketahanan

pangan ini. Terkait dengan peran swasta, perlu disadari bahwa keterlibatan

mereka dalam sektor ketahanan pangan dan nutrisi sangat pen-ting dan perlu terus ditingkatkan. Para pemangku kepentingan disemua tingkatan perlu mendorong investasi dari pihak swasta,baik itu investor lokal maupun asing, di sektor pertanian dan pro-duksi pangan. Dalam hal ini peran pemerintah menjadi sangatpenting karena pemerintah perlu menciptakan suasana yang kon-dusif dan atraktif bagi investor, seperti jaminan keamanan danstabilitas, kepastian hukum dan regulasi yang tidak berbelit-belit,dan juga dukungan infrastruktur penunjang lainnya seperti sistemtransportasi, komunikasi, pergudangan, dan jasa-jasa pendukung

lainnya.Untuk mengarusutamakan nutrisi ke dalam strategi global me-

ngenai ketahanan pangan, CFS perlu mendorong peningkatanpertukaran informasi dan pengetahuan serta pengalaman me-ngenai nutrisi sebagai upaya peningkatan kapasitas dan pemba-ngunan kemitraan antara aktor di tingkat nasional dengan di ting-kat internasional. Terkait hal ini, di tingkat nasional nutrisi perludijadikan salah satu indikator bagi proses pembangunan nasio-nal, dan oleh karenanya diperlukan dukungan politik pada tingkat-an tertinggi untuk penanganan masalah ini. Ketika isu mengenainutrisi sudah terintegrasi dalam strategi global melawan kela-paran, maka implementasinya di tingkat nasional perlu dilakukandengan pendekatan yang disesuaikan kebutuhan di masing-mas-ing negara atau kawasan, sehingga dampak positif dari imple-mentasi strategi itu dapat dirasakan secara optimal.

Komunitas internasional memiliki harapan tinggi pada CFS.Semoga dalam pertemuan mendatang Oktober 2010, reformasiini berjalan ke arah yang lebih konkrit dan membawa manfaat ba-gi penguatan ketahanan pangan dan pemenuhan nutrisi global. ❏

NGAN GLOBALRMASI CFS

Terkait dengan peran swasta, perlu disadari bahwa keterlibatan mere-ka dalam sektor ketahanan pangan dan nutrisi sangat penting dan

perlu terus ditingkatkan. Para pemangku kepentingan di semuatingkatan perlu mendorong investasi dari pihak swasta, baik itu

investor lokal maupun asing, di sektor pertanian dan produksi pangan.