Damas Alkaloid

22
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK I ALKALOID dan ANESTESI LOKAL Disusun oleh 31111064 Damas Anjar Purnama PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

description

Alkaloid

Transcript of Damas Alkaloid

Page 1: Damas Alkaloid

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALITIK I

ALKALOID dan ANESTESI LOKAL

Disusun oleh

31111064 Damas Anjar Purnama

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2013

Page 2: Damas Alkaloid

A. Dasar Teori

a. Pengertian

Alkaloid adalah Kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam

bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid mencakup senyawa

bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen, biasanya dalam

gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya beracun, jadi

banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna,

sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit

yang berupa cairan pada suhu kamarPada umumnya, alkaloid tidak sering

terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.Suatu

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen

yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan

alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai

kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa

ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi

struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam

amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin

dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang

menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa

alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer

dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga

melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan

jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.

b. Sifat-Sifat Alkaloid

Beberapa sifat dari alkaloid yaitu :

1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino dan

golongan heterogen.

2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.

3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.

Page 3: Damas Alkaloid

4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau

dalam bentuk garamnya.

5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.

6. sering beracun.

7. bersifat optis aktif dan berupa sistim siklik

8. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative nonpolar.

9. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.

10. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada

atom N-nya.

11. biasanya banyak digunakan dibidang farmasi.

12. sampel yang mengandung alkaloid setelah drx akan berwarna merah.

a.  Sifat-Sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang

memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5

atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier

yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur

molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah

diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu

atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk

amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan

alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species

aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin

berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam

pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut

dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

b.  Sifat-Sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada

adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang

berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh;

gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa

lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan

Page 4: Damas Alkaloid

senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus

fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus

karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh

yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.

Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah

mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya

oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi

alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan

jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan

garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam

hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya

dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

c. Penggolongan Alkaloid

Alkaloida tidak mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu

alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan

strikhnin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan

alkaloida. Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara,

yaitu :

1.     Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian

dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat

dibedakan atas beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida

piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.

2.     Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini

digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama

ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida

dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau, alkaloida

amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai

kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan

tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.

3.     Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan

Page 5: Damas Alkaloid

berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida,

menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa asam amino

tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan

atas tiga jenis utama, yaitu :

a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan

lisin.

b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,

tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.

c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

4. Sistem klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima,

dimana alkaloida dikelompokkan atas :

a. Alkaloida sesungguhnya

Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali bersifat basa,

umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan

dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam

asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah

kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak

memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak

asam daripada bersifat basa.

b. Protoalkaloida

Protoalkaloida merupakan amin yang relative sederhana dimana

nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.

Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang

bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk

kelompok ini.

c. Pseudoalkaloida

Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekusor asam amino. Senyawa

ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam

kelompok ini yaitu steroidal dan purin.

Page 6: Damas Alkaloid

d. Isolasi Alkaloid

Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya.

Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan

pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya

rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa.

Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas

Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip

pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal

sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida

yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa

alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan

pelarut – pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi

dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram

alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-

glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam

kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri.

Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan

lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan,

lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak

berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang

telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida

berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi

dengan azas Keller, adalah :

a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan

dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.

b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya

kurang stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama

dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester,

misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.

Page 7: Damas Alkaloid

c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung

kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan

memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau

bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan

basa bebas diekstaksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan

sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya

digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap

seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari

larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam

danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan

pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air

tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari

larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd.

Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan

pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan

dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa

kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat

dibebaskan pada kondisi ekstraksi biasa. Senyawa pengkompleksnya

barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika

diperlakukan dengan asam.

Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok

untuk memisahkan campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan tumbuhan yang

jumlahnya dalam skala milligram menggunakan gabungan kromatografi kolom

memakai alumina dan kromatografi kertas.

e. Kegunaan Alkaloida

Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian

terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan

pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama

sekali kabur. Beberapa mendapat mengenai kemungkinan perannya ialah

sebagai berikut :

Page 8: Damas Alkaloid

1. Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut

lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti

urea dan asam urat hewan.

2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan

nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami

metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.

3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dariserangan

parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti

yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan

konsep yang direka-reka dan bersifat “manusia sentries”.

4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur,

beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid

merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.

5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian bersifat

basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan

ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan

bahwa pelolohan nikotina ke dalam biakan akar tembakau meningkatkan

ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan cara pertukaran

dengan kation tanah.

Page 9: Damas Alkaloid

B. Alat dan bahan

Alat

- Tabung reaksi

- Rak tabung

- Pipet tetes

- Beaker glass

- Gelas ukur

- Spatel

- Pembakar Spirtus

- Kaki tiga dan kasa

Bahan

- NaOH

- FeCl3

- CuSO4

- Reagen Mayer

- Reagen Dragendorf

- HNO3

- HCl encer

- AgNO3

- CH3COOH

- Diazo A

- Diazo B

- DAB-HCl

- KMnO4

- Phenol

- Kaporit

- NH4OH

- CHCl3

- K2Cr2O7

- HgCl2

- ZnCl2

- Reagen Bouchardat

- Roux

- Titan yellow

- Korek api

Page 10: Damas Alkaloid

C. ProsedurUji Organoleptik

Uji Organoleptik

Bentuk

Bentuk Jarum Kofeina, Quinin, Strikinin, Kodein

HCl

Serbuk

Kofein, Teofilin, Antalgin, Paracetamol, Quinin, Kodein HCl,

Atropin Sulfat, Strikinin Sulfat, Efedrin HCl, Aminophilin, Papaverin

HCl, Reservin, Pirokain HCl, Lidokain HClButiran

Aminophilin

Warna

PutihKofeina, Teofilin, Paracetamol,

Quinin, Kodein HCl, Atropin Sulfat, Strikinin, Efedrin HCl, Papaverin HCl, Reservin, Prokain, Lidokain,

INHPutih Kekuningan

Antalgin, Aminofilin

Putih agak Coklat Muda

Reservin

Kelarutan

AirTeofilin, Paracetamol, Antalgin, Strikinin Sulfat, Kodein HCl, Efedrin

HCl, Aminophilin, INH, Lidokain HCl

EtanolQuinin, Atropin Sulfat, Prokain HCl,

Lidokain HCl

KloroformKofeina, Papaverin HCl, Reservin,

Lidokain HCl

Air PanasTeofilin, Strikinin Sulfat, Kodein

HCl, Rivanol

Page 11: Damas Alkaloid

Uji GolonganUji Golongan Xantin(Reaksi Mureksid)

Zat + H2O2 3% / KOH padar + 1 tetes HCl 25 % aduk ↑ + NH4OHUngu Merah

Alkaloid Xantin

Pereaksi Parry + Uap Ammonia PekatUngu

Teofilin

Ungu CoklatAminophilin

Zat + Piramidon + CuSO4Ungu

Teofilin

Hijau Cofein

Cokalt TuaDiuretin

MarqiusMerah Rosa

Diuretin

FeCl3Ungu

Diuretin

Dengan Cu Asetat Ungu

Aminophilin

Tidak BerwarnaTeofilin

Uji Golongan Pirazolon Dengan FeCl3 + Air

Biru Kemudian Merah lalu hilangAntalgin

Merah Coklat Antipirin

Dengan AgNO3Ungu Abu-abu

Antalgin

Ungu Piramidon

Dengan CuSO4Ungu

Aminophilin / Teofilin, Piramidon

Page 12: Damas Alkaloid

Uji Golongan Anilin Dengan FeCl3

Hijau BiruParacetamol

Dengan HNO3 pCoklat + GasParacetamol

Dengan Kalium Bikromat + H2SO4 / HCl? Amati Warna

Zat + HCl p + Air (panaskan) + Kalium Bikromat

Esterifikasi = Bau Etil Asetat

Zat + HCl p (panaskan) (dinginkan + NaOH)Ungu

Zat + HCl 25% (panaskan) → Amati Warna + Air Brom

Uji Golongan KininReaksi Telleonci

Hijau - Merah RosaKinin

Hijau Euchinin

Reaksi Eritrosin

Reaksi IodoformEuchinin

NaOH = Merah CoklatEuchinin

Golongan Opium Reagen Marquis

Ungu

Reaksi Seluras LefortUngu

Dengan FeCl3

Biru KehijauanMorfin

Asam-asam pekat HCl / HNO3 / H2SO4

Amati Warna

Reagen Gabrietti Ungu muda → Hijau Biru

Page 13: Damas Alkaloid

D. Data Hasil Praktikum

UJI ORGANOLEPTIKSampel 78

Uji Orgnoleptik KemungkinanBentuk Tablet

Golongan Alkaloid

Warna CoklatBau -Rasa -Kelarutan Larut NH4OH dan

air

UJI GOLONGAN

Sampel 78

Perlakuan Kemungkinan1. Sampel + HCl e + Reagen Mayer

Endapan putih2. Sampel + HCl e + Reagen

Bouchardat Endapan3. Sampel + HCl e + Reagen

Dragendorf Endapan4. Sampel + FeCl3 Ungu

INHAminofillinTheofillin

UJI IDENTIFIKASISampel 78 Perlakuan Kemungkinan

1. Sampel + 1 ml Amonia pekat + 2 ml AgNO3 Endapan hitam

2. Sampel + Roux Hijau stabil

Theofillin

Uji Golongan LainReaksi Vitalli

Zat + HNO3 (panaskan) di wb + KOH - Etanol Ungu + Aseton = tetap

Atropin

Ungu + Aseton = Merah Strychinin

Reaksi WassiokyZat + pDAB + H2SO4 (panaskan)

Merah Darah Atropin

Reaksi IodoformBau Iodoform

Efedrin

Dengan Asam Sulfanilat + NaNO2

Page 14: Damas Alkaloid

3. Sampel + Parry UnguUJI ORGANOLEPTIKSampel 34

Uji Orgnoleptik KemungkinanBentuk Larutan

Golongan Anestesi Lokal

Warna BeningBau -Rasa -Kelarutan Larut Air dan

Etanol

UJI IDENTIFIKASI

Sampel 34

Perlakuan Kemungkinan 1. Sampel + NaOH + KMnO4

Hijau2. Uji Korek api Merah

jingga3. Sampel + Carletti Coklat

merah

Lidocain HCl

E. Pembahasan

Sampel no. 78 berbentuk tablet berwarna coklat muda, kemudian

dipisahkan analit dari matriks pada tablet tersebut dengan cara di larutkan pada

air dan NH4OH. Hal ini dilakukan karena dilihat dari kelarutan analit nya,

setelah dilarutkan kemudian dipisahkan dengan cara filtrasi, kemudian didapat

fitrat dan residu yang akan digunakan untuk melakukan identifikasi. Hal

pertama yang dilakukan adalah meraksikan dengan pereaksi pada uji

penggolongan, seperti dengan reagen Mayer, Bouchardat, dan Dragendorf.

Didapat hasil positif dari tiap-tiap reaksi tersebut, hal ini menandakan bahwa

sampel ini termasuk golongan anestetik local. Kemudian dilakukan reaksi

selanjutnya yaitu direaksikan dengan pereaksi FeCl3 yang menghasilkan warna

ungu. Warna ungu tersebut terjadi karena pada golongan alkaloid xantin bila

direaksikan dengan pereaksi tersebut mendapat hasil yang sama. Setelah itu

dilakukan uji penegasan, pertama sampel direaksikan dengan pereaksi

ammonia pekat + AgNO3 yang menghasilkan endapan hitam, hal ini tidak

sesuai dengan dugaan, mungkin karena telah terkontaminasi nya tabung reaksi

yang digunakan saat dicuci. Kemudian direaksikan dengan reagen Roux yang

menghasilkan hasil positif. Hal ini memperbesar dugaan bahwa sampel tersebut

adalah Theofillin, kemudian direaksikan dengan pereaksi Parry yang

Page 15: Damas Alkaloid

menghasilkan hasil yang positif. Hal ini menunjukan bahwa sampel no. 78

adalah Theofillin.

Pada sampel no. 34 memiliki bentuk larutan tidak berwarna, kemungkinan

sampel ini adalah berbentuk injeksi dan karena golongan anestetik lokal

sebagian dilihat bentuk sediaan nya adalah injeksi maka dugaan sampel ini

adalah kelompok anestetik lokal. Halpertama yang dilakukan adalah

dilarutkannya sampel pada air dan etanol yang menghasilkan sampel tersebut

larut sempurna. Kemudian direaksikannya sampel dean pereaksi NaOH +

KMnO4 yang menghasilkan warna hijau dan saat diteteskan pada kertas saring

tidak meninggalkan noda minyak, hal ini memperjelas bahwa sampel ini adalah

Lidocain HCl. Kemudian untuk memperjelas kembali dilakukan uji korek api

yang menghasilkan hasil positif, lalu dilakukan juga pereaksian dengan

pereaksi Carletti yang menghasilkan hasil positif. Hal ini menunjukan bahwa

sampel no. 34 adalah Lidocain HCl.

F. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

Menurut hasil reaksi dari sampel no. 78 dengan Pereaksi Roux menunjukan

hasil positif dan reaksi dengan pereaksi Parry menunjukan hal yang sama

menujukan bahwa sampel ini adalah Theofillin, meskipun pada pengujian

dengan ammonia pekat + AgNO3 menunjukan hasil negatif.

Menurut hasil reaksi antara sampel no. 34 dengan NaOH + KMnO4

menunjukan hasil yang positif dan dengan uji korek api menunjukan juga

hasil positif dapat disimpulkan bahwa sampel ini adalah Lidocain HCl, hal

ini dipertegas dengan pengujian dengan uji Carletti yang menunjukan hasil

positif.

G. Daftar Pustaka

- Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and marian E Quinn. 2009. Handbook of

Phermaceutical Excipients. Sixth Edition.

- Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta Erlangga

- Fessenden & Fessenden. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Page 16: Damas Alkaloid

- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia

edisi ketiga. Jakarta: Depkes RI.