Dakriosistitis

13
Peradangan Kantong Air Mata Karen Aryan Perdana 102011258 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no 6 Jakarta Barat 11470 Email : [email protected] Pendahuluan Dakriosistitis merupakan suatu inflamasi pada sakus lakrimal yang biasanya terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal atau tidak terbukanya membran nasolakrimal. Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak akibat dari tidak terbukanya membrane nasolakrimal atau orang dewasa akibat dari tertekannya saluran lakrimalis, biasanya menyerang pada orang dewasa berumur diatas 40 tahun, jarang pada usia pertengahan, kecuali apabila didahului oleh infeksi jamur. 1 Dakriosistitis dapat menimbulkan gejala kronis dengan morbiditas bermakna. Penyakit ini banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dan lebih sering menyerang pada wanita. Pengertian Dakriosistitis merupakan suatu inflamasi pada sakus lakrimal, yang biasanya terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal. Obstruksi bisa disebabkan oleh stenosis inflamasi idiopatik 1

description

pbl 23

Transcript of Dakriosistitis

Peradangan Kantong Air MataKaren Aryan Perdana102011258Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara no 6 Jakarta Barat 11470Email : [email protected] merupakan suatu inflamasi pada sakus lakrimal yang biasanya terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal atau tidak terbukanya membran nasolakrimal.Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak akibat dari tidak terbukanya membrane nasolakrimal atau orang dewasa akibat dari tertekannya saluran lakrimalis, biasanya menyerang pada orang dewasa berumur diatas 40 tahun, jarang pada usia pertengahan, kecuali apabila didahului oleh infeksi jamur.1Dakriosistitis dapat menimbulkan gejala kronis dengan morbiditas bermakna. Penyakit ini banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dan lebih sering menyerang pada wanita.PengertianDakriosistitis merupakan suatu inflamasi pada sakus lakrimal, yang biasanya terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal. Obstruksi bisa disebabkan oleh stenosis inflamasi idiopatik (primary acquired nasolacrimal duct obstruction) atau sebab sekunder akibat dari trauma, infeksi, inflamasi, neoplasma, atau obstruksi mekanik (secondary acquired nasolacrimal duct obstruction).1EpidemiologiInfeksi pada sakus lakrimalis umumnya ditemukan pada 2 kategori usia, pada infant dan orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun. Dakriosistitis akut pada bayi baru lahir jarang ditemukan, terjadi pada kurang dari 1% dari semua kelahiran. Dakriosistitis didapat secara primer terjadi pada wanita dan lebih sering pada pasien dengan usia di atas 40 tahun, dengan puncak insidensi pada usia 6070 tahun. Kebanyakan penelitian mendemonstrasikan sekitar 7083% kasus dakriosistitis terjadi pada wanita, sementara dakriosistitis kongenital memiliki frekuensi yang sama antara pria dan wanita.1Pada individu dengan kepala berbentuk brachycepalic memiliki insidensi yang tinggi mengalami dakriosistitis dibandingkan dengan individu dengan kepala berbentuk dolichocephalic atau mesosephalic. Hal ini dikarenakan pada tengkorak berbentuk brachycephalic memiliki diameter lubang yang lebih sempit ke dalam duktus nasolakrimalis, duktus nasolakrimalis lebih panjang, dan fossa lakrimalis lebih sempit. Pada pasien dengan hidung pesek dan muka kecil memiliki resiko lebih tinggi mengalami dakriosistitis, diduga karena kanalis osseus lakrimal yang lebih sempit.1KlasifikasiBerdasarkan perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:1. AkutPasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat namun jarang menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi berhubungan dengan abses pada sakus lakrimalis dan penyebaran infeksinya.2. KronisMorbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang berlebihan dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.3. KongenitalMerupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan mortalitasnya juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan selulitis orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. Dakriosistitis kongenital dapat berhubungan dengan amniotocele, di mana pada kasus yang berat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Dakriosistitis kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis dan biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan kegagalan perkembangan (Mardiana & Roza, 2011).EtiologiDakriosistitis terjadi karena obstruksi duktus nasolakrimal. Obstruksi bisa disebabkan oleh stenosis inflamasi idiopatik (primary acquired nasolacrimal duct obstruction) atau sebab sekunder akibat dari trauma, infeksi, inflamasi, neoplasma, atau obstruksi mekanik (primary acquired nasolacrimal duct obstruction).Obstruksi duktus nasolakrimalis menyebabkan penyumbatan aliran air mata yang berhubungan dengan system drainase air mata yang mengakibatkan dakriosistitis.Dakriosistitis akut biasanya sering disebabkan oleh bakteri kokus gram negatif, sedangkan dakriosistitis kronik disebabkan oleh campuran; bakteri gram negatif maupun positif. Bakteri yang sering ditemukan umumnya didominasi oleh streptokokus pneumonia dan stapilokokus Sp. Infeksi jamur biasanya oleh candida albikan dan aspergillus Sp, biasanya infeksi akibat jamur jarang ditemukan.2Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada anak-anak sering disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan pada orang dewasa sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus -haemolyticus.1Patofisiologi dakriosistitisAwal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung.3Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang merupakan media pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri.3Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: Tahap obstruksiPada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan. Tahap InfeksiPada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus, mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya. Tahap SikatrikPada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga membentuk suatu kista.Gambaran klinikGambaran klinis dakriosistitis secara umum berupa nyeri fokal, kemerahan dan bengkak pada mata daerah kelopak mata bawah bagian nasal. Dalam beberapa kasus nyeri dapat menyebar sampai hidung dn gigi, epifora dan okular discharge juga sering dilaporkan,Pada pemeriksaan ditemukan pembengkakan disekitar sakus lakrimalis dan discharge dapat keluar dari pungktum inferior ketika ditekan, kondisi ini dapat rekuren dan menjadi berat berhubungan dengan demam. Dakriosistitis AkutPada keadaan akut, terdapat epifora, sakit yang hebat didaerah kantung air mata dan demam. Terlihat pembengkakan kantung air mata. Terlihat pembengkakan kantung air mata disertai sekret yang mukopurulen yang akan memancar bila kantung air mata ditekan, daerah kantung ar mata berwarna merah meradang.

Dakriosistitis KronisPada keadaan menahun, tidak terdapat rasa nyeri, tanda-tanda radang ringan, biasanya gejala berupa mata yang sering berair, yang bertambah bila mata kena angin. Bila kantung air mata ditekan dapat keluar secret yang mukoid.Infeksi pada dakriosistitis dapat menyebar ke anterior orbita dengan gejala edema palpebra atau dapat berkembang menjadi selulitis preseptal. Dakriosistitis KongenitalBentuk khas dari peradangan pada kantong air mata adalah dakriosistitis kongenital, yang secara patofisiologi sangat erat kaitannya dengan embriogenesis sistem eksresi lakrimal. Dakriosistitis sering timbul pada bayi yang disebabkan karena duktus lakrimalis belum berkembang dengan baik. Pada orang dewasa infeksi dapat berasal dari luka atau peradangan pada hidung. Meskipun demikian, pada kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahuiMerupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan mortalitasnya juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan selulitis orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. Dakriosistitis kongenital dapat berhubungan dengan amniotocele, di mana pada kasus yang berat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Dakriosistitis kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis dan biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan kegagalan perkembangan.4DiagnosisUntuk menegakkan diagnosis dakriosistitis dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan dengan cara autoanamnesis dan heteroanamnesis, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Bila anamnesis dan pemeriksaan fisik masih belum bisa dipastikan penyakitnya, maka boleh dilakukan pemeriksaan penunjang.Beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi serta letak dan penyebab obstruksi. Pemeriksaan fisik yang digunakan untuk memeriksa ada tidaknya obstruksi pada duktus nasolakrimalis adalah dye dissapearence test, fluorescein clearance test dan Johns dye test. Ketiga pemeriksaan ini menggunakan zat warna fluorescein 2% sebagai indikator. Sedangkan untuk memeriksa letak obstruksinya dapat digunakan probing test dan anel test.1

Diagnosis Banding Selulitis OrbitaSelulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat longgar intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita akan memberikan gejala demam, mata merah, kelopak sangat edema dan kemotik, mata proptosis, atau eksoftalmus diplopia, sakit terutama bila digerakkan, dan tajam penglihatan menurun bila terjadi penyakit neuritis retrobulbar. Pada retina terlihat tanda stasis pembuluh vena dengan edema papil.2 HordeolumHordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Horedeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar Zeis atau Moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.1 Obstruksi Duktus Nasolakrimalis

Penyumbatan duktus lakrimalis dapat diakibatkan tertutupnya membran didaerah meatus inferior pada neonates. Pada bayi, obstruksi ini terjadi akibat kelainan bawaan, sedang pada orang dewasa disebabkan oleh dakriolit atau akibat dari dakriosistitis.PenatalaksanaanPengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan antibiotik amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga dosis dan dapat pula diberikan antibiotik topikal dalam bentuk tetes (moxifloxacin 0,5% atau azithromycin 1%) atau menggunakan sulfonamid 4-5 kali sehari.1Pada orang dewasa, dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan kompres hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap 6 jam) juga merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik untuk orang dewasa. Untuk mengatasi nyeri dan radang, dapat diberikan analgesik oral (acetaminofen atau ibuprofen), bila perlu dilakukan perawatan di rumah sakit dengan pemberian antibiotik secara intravena, seperti cefazoline tiap 8 jam. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.Dakriosistitis kronis pada orang dewasa dapat diterapi dengan cara melakukan irigasi dengan antibiotik. Sumbatan duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan cara pembedahan jika sudah tidak radang lagi.Penatalaksaan dakriosistitis dapat juga dilakukan dengan pembedahan, yang bertujuan untuk mengurangi angka rekurensi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada dakriosistitis adalah dacryocystorhinostomy (DCR). Di mana pada DCR ini dibuat suatu hubungan langsung antara sistem drainase lakrimal dengan cavum nasal dengan cara melakukan bypass pada kantung air mata. Dulu, DCR merupakan prosedur bedah eksternal dengan pendekatan melalui kulit di dekat pangkal hidung. Saat ini, banyak dokter telah menggunakan teknik endonasal dengan menggunakan scalpel bergagang panjang atau laser.Dakriosistorinostomi internal memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan dakriosistorinostomi eksternal. Adapun keuntungannya yaitu, (1) trauma minimal dan tidak ada luka di daerah wajah karena operasi dilakukan tanpa insisi kulit dan eksisi tulang, (2) lebih sedikit gangguan pada fungsi pompa lakrimal, karena operasi merestorasi pasase air mata fisiologis tanpa membuat sistem drainase bypass, dan (3) lebih sederhana, mudah, dan cepat (rata-rata hanya 12,5 menit).Komplikasi. Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terjadi abses kelopak mata, ulkus, bahkan selulitis orbita.Komplikasi pada dakriosistitis lebih kepada komplikasi terapi bedah. Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan prosedur yang cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada semua prosedur pembedahan, komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan merupakan komplikasi tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien. Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi. Beberapa ahli menyarankan pemberian antibiotic drop spray pada hidung setelah pembedahan. Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh osteotomi atau penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak adekuat. Kebanyakan kasus kemudian diterapi dengan dilatasi ostium menggunakan probing Bowman berturut-turut.Kompliksi lainnya meliputi nyeri transient pada segmen superior os.maxilla, hematoma subkutaneus periorbita, infeksi dan sikatrik pascaoperasi yang tampak jelas.Pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan higienitas pada palpebra ,termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan silia. Selain itu, higienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah obstruksi aliran lakrimal bagian distal.Prognosis Pengobatan dakriosistitis dengan antibiotik biasanya dapat memberikan kesembuhan pada infeksi akut.Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu dengan dakriosistorinostomi eksternal atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang terjadi sehingga prognosisnya dubia ad bonam.Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan maka diindikasikan pelebaran duktus dengan probe. Satu kali tindakan efektif pada 75% kasus.KesimpulanDakriosistitis adalah peradangan pada kantong air mata (sakkus lakrimalis). Etiologi primer dari dakriosistitis adalah obstruksi nasolakrimal yang menyebabkan mukokel pada sakus lakrimalis.Dakriosistitis diklasifikasikan menjadi 3 bentuk yaitu akut dan kronik da congenitsl. Bentuk spesial dari dakriosistitis adalah dakriosistitis kongenital. Gambaran klinis dari dakriosistitis akut berupa gejala radang, sakit, bengkak, nyeri tekan, biasanya disertai pembesaran kelenjar preaurikuler, serta peningkatan suhu tubuh. Pada dakriosistitis kronik gejalanya berupa air mata berlebih. Penanganan pasien dengan dakriosistitis dapat berupa medikamentosa dan pembedahan.Penanganan medikamentosa seperti pemberian antibiotic topical dan oral, serta pemberian steroid tetes topical. Tindakan pembedahan berupa dakriosistorhinostomi.

Daftar Pustaka1. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2. Sowka, J.W., Gurwood, A.S., dan Kabat, A.G. 2010. Review of Optometry, The Handbook of Occular Disease Management Twelfth Edition. [serial online]. http://www.revoptom.com/.3. Leitman, M.W. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis Seventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .4. Barathi, Ramakrishnan, Maneksha, Shivakumar, Nithya dan Mittal. 2007. Comparative Bacteriology of Acute and Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://www.eye.com/.

9