dakrioadenitis, dakriosistitis

39
TINJAUAN PUSTAKA DAKRIOSISTITIS DAKRIOADENITIS OBSTRUKSI DUKTUS LAKRIMALIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya di SMF. Ilmu Kesehatan Mata RSMS Oleh: Yuga Parsadaan, S.Ked NIM 1220221085 SMF. ILMU KESEHATAN MATA RSMS PURWOKERTO

description

untuk stase mata

Transcript of dakrioadenitis, dakriosistitis

Page 1: dakrioadenitis, dakriosistitis

TINJAUAN PUSTAKA

DAKRIOSISTITIS

DAKRIOADENITIS

OBSTRUKSI DUKTUS LAKRIMALIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

di SMF. Ilmu Kesehatan Mata RSMS

Oleh:

Yuga Parsadaan, S.Ked NIM 1220221085

SMF. ILMU KESEHATAN MATA RSMS PURWOKERTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

JAKARTA

NOVEMBER 2015

Page 2: dakrioadenitis, dakriosistitis

1. DAKRIOSISTITIS

Anatomi Sistem Lakrimalis

Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa

kelenjar lakrimalis dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimalis,

kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior.8

Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral atas mata yang

disebut dengan fossa lakrimalis. Bagian utama kelenjar ini

bentuk dan ukuranya mirip dengan biji almond, yang terhubung

dengan suatu penonjolan kecil yang meluas hingga ke bagian

posterior dari palpebra superior. Dari kelenjar ini, air mata

diproduksi dan kemudian dialirkan melalui 8-12 duktus kecil yang

mengarah ke bagian lateral dari fornix konjungtiva superior dan

di sini air mata akan disebar ke seluruh permukaan bola mata

oleh kedipan kelopak mata.5

Gambar 1. Kelenjar Lakrimalis dan Sistem Drainase

Sumber: Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for Clinical

Students Eleventh Edition

1

Page 3: dakrioadenitis, dakriosistitis

Selanjutnya, air mata akan dialirkan ke dua kanalis

lakrimalis, superior dan inferior, kemudian menuju ke punctum

lakrimalis yang terlihat sebagai penonjolan kecil pada kantus

medial. Setelah itu, air mata akan mengalir ke dalam sakus

lakrimalis yang terlihat sebagai cekungan kecil pada permukaan

orbita. Dari sini, air mata akan mengalir ke duktus nasolakrimalis

dan bermuara pada meatus nasal bagian inferior. Dalam

keadaan normal, duktus ini memiliki panjang sekitar 12 mm dan

berada pada sebuah saluran pada dinding medial orbita.5

Definisi

Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya

obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi pada anak-anak biasanya akibat

tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat

adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung.1,2,3,6,8

Epidemiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di atas

40 tahun, terutama perempuan 2,6,8 dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga

70 tahun.6 Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1%

dari jumlah kelahiran yang ada dan jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan

perempuan.6 Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan kecuali bila

didahului dengan infeksi jamur.8

Klasifikasi

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, dakriosistitis dibedakan menjadi 3

(tiga) jenis 6, yaitu:

a. Akut

2

Page 4: dakrioadenitis, dakriosistitis

Pasien dapat menunjukkan morbiditasnya yang berat namun jarang

menimbulkan kematian. Morbiditas yang terjadi berhubungan dengan abses pada

sakus lakrimalis dan penyebaran infeksinya.

b. Kronis

Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang berlebihan

dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.

c. Kongenital

Merupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan mortalitasnya

juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan

selulitis orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. Dakriosistitis

kongenital dapat berhubungan dengan amniotocele, di mana pada kasus yang

berat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Dakriosistitis kongenital yang

indolen sangat sulit didiagnosis dan biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi

kronis, ambliopia, dan kegagalan perkembangan.

Gambar 2. Dakriosistitis Akut Sumber: http://www.emedicine.com/

3

Page 5: dakrioadenitis, dakriosistitis

Gambar 3. Dakriosistitis KongenitalSumber: http://www.emedicine.com/

Faktor Predisposisi Dan Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi duktus

nasolakrimalis 12:

Terdapat benda yang menutupi lumen duktus, seperti pengendapan kalsium,

atau koloni jamur yang mengelilingi suatu korpus alienum.

Terjadi striktur atau kongesti pada dinding duktus.

Penekanan dari luar oleh karena terjadi fraktur atau adanya tumor pada sinus

maksilaris.

Obstruksi akibat adanya deviasi septum atau polip.

Dakriosistitis dapat disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram

negatif. Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama

terjadinya infeksi pada dakriosistitis akut, sedangkan Coagulase Negative-

Staphylococcus merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis

kronis. Selain itu, dari golongan bakteri Gram negatif, Pseudomonas sp. juga

merupakan penyebab terbanyak terjadinya dakriosistitis akut dan kronis.4

Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada anak-anak

sering disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan pada orang dewasa

sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus β-haemolyticus.

4

Page 6: dakrioadenitis, dakriosistitis

Pada literatur ini, juga disebutkan bahwa dakriosistitis kronis sering disebabkan

oleh Streptococcus pneumoniae.2

Patofisiologi

Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi

pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak

biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang

dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung.8

Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan

air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang merupakan media

pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri.2

Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat

diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis 12. Tahapan-tahapan

tersebut antara lain:

Tahap obstruksi

Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga

yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.

Tahap Infeksi

Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus,

mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya.

Tahap Sikatrik

Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal

ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga

membentuk suatu kista.

Gejala Klinis

Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran.

Pada dakriosistitis akut, pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus medial

(epifora) yang menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah dalam dan gigi bagian

depan. Sakus lakrimalis akan terlihat edema, lunak dan hiperemi yang menyebar

5

Page 7: dakrioadenitis, dakriosistitis

sampai ke kelopak mata dan pasien juga mengalami demam. Jika sakus lakrimalis

ditekan, maka yang keluar adalah sekret mukopurulen.2,8

Pada dakriosistitis kronis gejala klinis yang dominan adalah lakrimasi

yang berlebihan terutama bila terkena angin. Dapat disertai tanda-tanda inflamasi

yang ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila kantung air mata ditekan akan

keluar sekret yang mukoid dengan pus di daerah punctum lakrimal dan palpebra

yang melekat satu dengan lainnya.2,8

Pada dakriosistitis kongenital biasanya ibu pasien akan mengeluh mata

pasien merah pada satu sisi, bengkak pada daerah pangkal hidung dan keluar air

mata diikuti dengan keluarnya nanah terus-menerus. Bila bagian yang bengkak

tersebut ditekan pasien akan merasa kesakitan (epifora).13

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dakriosistitis dibutuhkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan

dengan cara autoanamnesis dan heteroanamnesis. Setelah itu, dilakukan

pemeriksaan fisik. Jika, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik masih belum

bisa dipastikan penyakitnya, maka boleh dilakukan pemeriksaan penunjang.

Beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya obstruksi serta letak dan penyebab obstruksi. Pemeriksaan fisik yang

digunakan untuk memeriksa ada tidaknya obstruksi pada duktus nasolakrimalis

adalah dye dissapearence test, fluorescein clearance test dan John's dye test.

Ketiga pemeriksaan ini menggunakan zat warna fluorescein 2% sebagai indikator.

Sedangkan untuk memeriksa letak obstruksinya dapat digunakan probing test dan

anel test. 6,7,12

Dye dissapearance test (DDT) dilakukan dengan meneteskan zat warna

fluorescein 2% pada kedua mata, masing-masing 1 tetes. Kemudian permukaan

kedua mata dilihat dengan slit lamp. Jika ada obstruksi pada salah satu mata akan

memperlihatkan gambaran seperti di bawah ini.7

6

Page 8: dakrioadenitis, dakriosistitis

Gambar 4. Terdapat obstruksi pada duktus nasolakrimalis kiriSumber: http://www.djo.harvard.edu

Fluorescein clearance test dilakukan untuk melihat fungsi saluran ekskresi

lakrimal. Uji ini dilakukan dengan meneteskan zat warna fluorescein 2% pada

mata yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya. Setelah

itu pasien diminta berkedip beberapa kali dan pada akhir menit ke-6 pasien

diminta untuk beringus (bersin) dan menyekanya dengan tissue. Jika pada tissue

didapati zat warna, berarti duktus nasolakrimalis tidak mengalami obstruksi.7,12

Jones dye test juga dilakukan untuk melihat kelainan fungsi saluran

ekskresi lakrimal. Uji ini terbagi menjadi dua yaitu Jones Test I dan Jones Test II.

Pada Jones Test I, mata pasien yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus

nasolakrimalisnya ditetesi zat warna fluorescein 2% sebanyak 1-2 tetes.

Kemudian kapas yang sudah ditetesi pantokain dimasukkan ke meatus nasal

inferior dan ditunggu selama 3 menit. Jika kapas yang dikeluarkan berwarna hijau

berarti tidak ada obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya. Pada Jones Test II,

caranya hampir sama dengan Jones test I, akan tetapi jika pada menit ke-5 tidak

didapatkan kapas dengan bercak berwarna hijau maka dilakukan irigasi pada

sakus lakrimalisnya. Bila setelah 2 menit didapatkan zat warna hijau pada kapas,

maka dapat dipastikan fungsi sistem lakrimalnya dalam keadaan baik. Bila lebih

dari 2 menit atau bahkan tidak ada zat warna hijau pada kapas sama sekali setelah

dilakukan irigasi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi sistem lakrimalnya sedang

terganggu. 6,7,12

7

Page 9: dakrioadenitis, dakriosistitis

Gambar 5. Irigasi mata setelah ditetesi fluorescein pada Jones dye test IISumber: http://drlaurasanders.com/topics/102-Evaluation/

Anel test merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi ekskresi air

mata ke dalam rongga hidung. Tes ini dikatakan positif bila ada reaksi menelan.

Hal ini menunjukkan bahwa fungsi sistem ekskresi lakrimal normal. Pemeriksaan

lainnya adalah probing test. Probing test bertujuan untuk menentukan letak

obstruksi pada saluran ekskresi air mata dengan cara memasukkan sonde ke dalam

saluran air mata. Pada tes ini, punctum lakrimal dilebarkan dengan dilator,

kemudian probe dimasukkan ke dalam sackus lakrimal. Jika probe yang bisa

masuk panjangnya lebi dari 8 mm berarti kanalis dalam keadaan normal, tapi jika

yang masuk kurang 8 mm berarti ada obstruksi.7,12

Gambar 6. Anel Test Sumber: Manual for Eye Examination and Diagnosis 7th Edition

Pemeriksaan penunjang juga memiliki peranan penting dalan penegakkan

diagnosis dakriosistitis. CT scan sangat berguna untuk mencari tahu penyebab

8

Page 10: dakrioadenitis, dakriosistitis

obstruksi pada dakriosistitis terutama akibat adanya suatu massa atau keganasan.

Dacryocystography (DCG) dan dacryoscintigraphy sangat berguna untuk

mendeteksi adanya kelainan anatomi pada sistem drainase lakrimal.6

Gambar 7. Probing Test Sumber: Manual for Eye Examination and Diagnosis 7th Edition

Diagnosis Banding3

a. Selulitis Orbita

Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat longgar

intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita akan memberikan gejala

demam, mata merah, kelopak sangat edema dan kemotik, mata proptosis, atau

eksoftalmus diplopia, sakit terutama bila digerakkan, dan tajam penglihatan

menurun bila terjadi penyakit neuritis retrobulbar. Pada retina terlihat tanda stasis

pembuluh vena dengan edema papil. 3

b. Hordeolum

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Dikenal

bentuk hordeolum internum dan eksternum. Horedeolum eksternum merupakan

infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi

kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Gejalanya berupa kelopak yang

bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan.

Hordeolum eksternum atau radang kelenjar Zeis atau Moll akan menunjukkan

penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. 3

9

Page 11: dakrioadenitis, dakriosistitis

Terapi

Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan

masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan antibiotik

amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga dosis

dan dapat pula diberikan antibiotik topikal dalam bentuk tetes (moxifloxacin

0,5% atau azithromycin 1%) 17 atau menggunakan sulfonamid 4-5 kali

sehari 8.

Pada orang dewasa, dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan

kompres hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup

sering 8,17. Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o.

tiap 6 jam) juga merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik

untuk orang dewasa 17. Untuk mengatasi nyeri dan radang, dapat

diberikan analgesik oral (acetaminofen atau ibuprofen), bila perlu

dilakukan perawatan di rumah sakit dengan pemberian antibiotik

secara intravena, seperti cefazoline tiap 8 jam 17. Bila terjadi

abses dapat dilakukan insisi dan drainase 8. Dakriosistitis kronis

pada orang dewasa dapat diterapi dengan cara melakukan irigasi

dengan antibiotik. Sumbatan duktus nasolakrimal dapat

diperbaiki dengan cara pembedahan jika sudah tidak radang lagi.

Penatalaksaan dakriosistitis dengan pembedahan

bertujuan untuk mengurangi angka rekurensi. Prosedur

pembedahan yang sering dilakukan pada dakriosistitis adalah

dacryocystorhinostomy (DCR). Di mana pada DCR ini dibuat

suatu hubungan langsung antara sistem drainase lakrimal

dengan cavum nasal dengan cara melakukan bypass pada

kantung air mata. Dulu, DCR merupakan prosedur bedah

eksternal dengan pendekatan melalui kulit di dekat pangkal

hidung. Saat ini, banyak dokter telah menggunakan teknik

endonasal dengan menggunakan scalpel bergagang panjang

atau laser.17

10

Page 12: dakrioadenitis, dakriosistitis

Gambar 8. Teknik Dakriosistorinostomi Eksternal

Sumber: Orbit, Eyelid, and Lacrimal System, American Academy of

Ophtalmology

Dakriosistorinostomi internal memiliki beberapa keuntungan jika

dibandingkan dengan dakriosistorinostomi eksternal. Adapun keuntungannya

yaitu, (1) trauma minimal dan tidak ada luka di daerah wajah karena operasi

dilakukan tanpa insisi kulit dan eksisi tulang, (2) lebih sedikit gangguan pada

fungsi pompa lakrimal, karena operasi merestorasi pasase air mata fisiologis tanpa

membuat sistem drainase bypass, dan (3) lebih sederhana, mudah, dan cepat (rata-

rata hanya 12,5 menit). 19

Kontraindikasi pelaksanaan DCR ada 2 macam, yaitu kontraindikasi

absolut dan kontraindikasi relatif 12. Kontraindikasi relatif dilakukannya

DCR adalah usia yang ekstrim (bayi atau orang tua di atas 70

tahun) dan adanya mucocele atau fistula lakrimalis. Beberapa

keadaan yang menjadi kontraindikasi absolut antara lain:

11

Page 13: dakrioadenitis, dakriosistitis

Kelainan pada kantong air mata :

- Keganasan pada kantong air mata.

- Dakriosistitis spesifik, seperti TB dan sifilis

Kelainan pada hidung :

- Keganasan pada hidung

- Rhinitis spesifik, seperti rhinoskleroma

- Rhinitis atopik

Kelainan pada tulang hidung, seperti periostitis

Gambar 9. Teknik Dakriosistorinostomi Internal

Sumber: Orbit, Eyelid, and Lacrimal System, American Academy of

Ophtalmology

2.11 Komplikasi

Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air

mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terkadi abses kelopak mata, ulkus,

bahkan selulitis orbita.8

12

Page 14: dakrioadenitis, dakriosistitis

Komplikasi juga bisa muncul setelah dilakukannya DCR. Komplikasi

tersebut di antaranya adalah perdarahan pascaoperasi, nyeri transien pada segmen

superior os.maxilla, hematoma subkutaneus periorbita, infeksi dan sikatrik

pascaoperasi yang tampak jelas.19

2.12 Prognosis

Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi

terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara

tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan

pembedahan baik itu dengan dakriosistorinostomi eksternal atau

dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang terjadi sehingga

prognosisnya dubia ad bonam. 15

13

Page 15: dakrioadenitis, dakriosistitis

2. DAKRIOADENITIS

DEFINISI

Peradangan kelenjar lakrimal merupakan penyakit yang jarang ditemukan dan

dapat bersifat unilateral atau bilateral

Dakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars sekretorik.

Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya dapat

disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik lainnya.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan bahwa

proses infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran kuman yang berawal di

konjungtiva yang menuju ke ductus lakrimalis dan menuju ke kelenjar

lakrimalis. Beberapa penyebab utama dari proses infeksi terbagi menjadi 3 ,

yaitu :

1. Viral (penyebab utama)

Mumps (penyebab tersering, terutama pada anak-anak), Epstein-Barr virus,

Herpes zoster, Mononucleosis, Cytomegalovirus, Echoviruses,

Coxsackievirus A

Pada anak dapat terlihat sebagai komplikasi dari kelenjar air liur, campah,

influenza.

2. Bacterial

Staphylococcus aureus and Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Treponema

pallidum, Chlamydia trachomatis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium

tuberculosis, Borrelia burgdorferi.

Dapat terjadi juga akibat infeksi retrograd konjungtivitis. Trauma tembus

dapat menimbulkan reakso radang pada kelenjar lakrimal ini.

3. Fungal (jarang)

Histoplasmosis, Blastomycosis, aktinomises, nokardiosissporotrikosis

4. Sarkoid dan idiopati

Pada penyakit sistemik yang memungkinkan terjadinya dakrioadenitis adalah :

14

Page 16: dakrioadenitis, dakriosistitis

1.Sarcoidosis

2.Graves disease

3.Sjogren syndrome

4.Orbital inflammatory syndrome

5.Benign lymphoepithelial lesion

I. DAKRIOADENITIS AKUT

Pada dakrioadenitis akut sering ditemukan pembesaran kelenjar air mata di dalam

palpebra superior , hal ini dapat ditemukan apabila kelopak mata atas dieversi ,

maka akan kelihatan tonjolan dari kelenjar air mata yang mengalami proses

inflamasi .

Gejala Klinis :

Pada perabaan karena ini merupakan suatu proses yang akut maka biasanya akan

ditemukan skit di daerah glandula lakrimal yaitu di bagian depan temporall atas

rongga orbita disertai dengan kelopak ata yang bengkak, konjungtiva kemotik

dengan belek. Pada infeksi akan terlihat bila mata bergerak akan memberikan

sakit dengan pembesaran kelenjar preaurikel.

Bila kelopak mata dibalik tampak pembengkakan berwarna merah

Diagnosis Banding :

1. Hordeolum internum biasanya lebih kecil dan melingkar

2. Abses kelopak mata terdapat fluktuasi

3. Selulitis orbita biasanya berkaitan dengan penurunan pergerakan mata.

Dapat dibedakan dengan melakukan biopsy kelenjar lakrimal

II. DAKRIOADENITIS KRONIK

Pada kronis darkrioadenitis gejala klinisnya lebih baik daripada yang akut. Gejala

hamper sama dengan fase akut hanya pada fase ini tidak didapatkan nyeri.

Umumnya tidak ditemukan nyeri , ada pembesaran kelenjar namun mobil,

tanda-tanda ocular minimal, ptosis bisa ditemukan, dapat ditemukan sindroma

mata kering .

Diagnosis bandingnya :

1. Periostitis dari kelopak mata atas sangat jarang terjadi

15

Page 17: dakrioadenitis, dakriosistitis

2. Lipodermoid tidak ada tanda-tanda inflamasi

Keterangan gambar : Tampak eritema dan odema pada kedua mata

Keterangan gambar : Tampak kel. Lakrimalis yang odema pada eversi

PENGOBATAN

Biasanya dimulai dengan kompres hanagat, antibiotic sistemik dan bila terlihat

abses maka dilakukan insisi. Bila disebabkan oleh radang menahun maka

diberikan pengobatan yang sesuai.

PENYULIT

Dakrioadenitis akut dapat menyebabkan fistula pada kelenjar lakrimal.

16

Page 18: dakrioadenitis, dakriosistitis

3. OBSTRUKSI DUKTUS NASOLAKRIMAL

Definisi

Obstruksi duktus nasolakrimalis adalah penyumbatan duktus

nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke

hidung).

Duktus nasolakrimalis termasuk dalam system lakrimalis sebagai

komponen dari system ekskresi / drainase air mata.

Etiologi

Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke

dalam hidung melalui duktus nasolakrimalis. Jika saluran ini tersumbat, air

mata akan menumpuk dan mengalir secara berlebihan ke pipi. Penyumbatan

bisa bersifat parsial (sebagian) atau total.

Penyumbatan duktus nasolakrimalis (dakriostenosis) bisa terjadi akibat:

1. Gangguan perkembangan sistem nasolakrimalis pada saat lahir (ODNLK)

2. Infeksi hidung menahun

3. Infeksi mata yang berat atau berulang

4. Patah tulang (fraktur) hidung atau wajah

5. Tumor

Obstruksi duktus nasolakrimal congenital (ODNLK) merupakan

gangguan system lakrimal yang paling lazim, terjadi pada sampai 5% bayi baru

lahir. Biasanya disebabkan kanalisasi yang tidak lengkap duktus nasolakrimalis

dengan membrane sisa pada ujung bawah duktus nasolakrimalis, dimana

duktus ini masuk rongga hidung.

Gejala

Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah

lahir dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernapasan atas atau

karena pemajanan atas suhu dingin atau angin. Manifestasi obstruksi

17

Page 19: dakrioadenitis, dakriosistitis

nasolakrimalis yang paling lazim adalah ‘berair mata’ (tearing), yang berkisar

dari sekedar mata basah (peningkatan di cekungan air mata, ‘penimbunan’ atau

‘kubangan’) sampai banjir air mata yang jelas (epifora), penimbunan cairan

mukoid atau mukopurulen (sering digambarkan oleh orang tua sebagai

‘nanah’), dan kerak. Mungkin ada eritema atau maserasi kulit karena iritasi dan

gesekan yang disebabkan oleh tetes-tetes air mata dan cairan.

Penyumbatan karena tidak sempurnanya sistem nasolakrimalis biasanya

menyebabkan pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi (epifora) dari salah

satu ataupun kedua mata (lebih jarang) pada bayi berumur 3-12 minggu.

Penyumbatan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya pada

usia 6 bulan, sejalan dengan perkembangan sistem nasolakrimalis.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan penunjang lainnya adalah:

1. Pewarnaan mata dengan zat fluoresensi untuk menilai pengaliran air mata

Uji pewarna hilangnya Fluorescein mungkin berguna - setetes pewarna

ditanamkan ke dalam kedua matanya dan biasanya akan menghilang

selama 5 menit jika saluran yang paten, dan selanjutnya dapat terlihat

dalam lubang hidung menggunakan cahaya biru.

2. Probing dan Irigasi (Tes Anel)

Lakukan probing yang mula-mula dimasukan vertical ke dalam pungtum

lakrimal, kemudian horizontal, ke dalam kanalikuli lakrimal, sampai

ujungnya menyentuh dinding dari sakus lakrimal, tariklah sedikit keluar,

lalu sonde diputar 90 derajat ke atas dengan hati-hati. Kalo sonde ini telah

berhasil, disusul dengan tes Anel.

Dengan menggunakan sempritan yang diisi dengan larutan garam fisiologis.

Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan, berarti salurannya berfungsi

baik.

Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan di dalam saluran

ekskresi tersebut. Bila cairan keluar lagi dari pungtum lakrimal superior,

18

Page 20: dakrioadenitis, dakriosistitis

berarti ada obstruksi di duktus nasolakrimalis. Kalau cairan kembali

melalui pungtum lakrimal inferior, berarti obstruksi terdapat di ujung nasal

kanalikuli lakrimal inferior.

Gambar Tes Irigasi

Gambar Tes Irigasi

19

Page 21: dakrioadenitis, dakriosistitis

Gambar Tes Probing

3. Tes warna Jones

Tes ini jarang diperlukan dan hanya diindikasikan pada pasien dengan

suspek obstruksi partial dari system drainase. Pasein-pasien dengan

manifestasi epifora, tetapi system lakrimal dapat di irigasi dengan syringe.

Tes ini tidak bernilai pada obstruksi yang total.

a. Tes Primer, memperbedakan obstruksi partial saluran lakrimal dari

hipersekresi primer air mata. Pertama, setetes fluorecein 2%

dimasukan dalam sakus conjunctiva. Setelah sekitar 5 menit, ujung

cotton bud yang telah dibahasi dengan local anastesi dimasukan

dibawah aliran inferior dari duktus nasolakrimalis. Interpretasi

hasil :

20

Page 22: dakrioadenitis, dakriosistitis

Positif : terdapatnya fluorecein dari hidung

mengindikasikan patensi dari system drainase.

Negatif : tidak terdapatnya warna dari hidung

mengindikasikan obstruksi partial atau kegagalan dari

mekanisme pompa lakrimal. Pada hasil ini tes warna

sekunder diperlukan.

b. Tes Sekunder (irigasi), mengindikasikan kemungkinan letak

obstrukasi partial. Anestesi topical dimasukan dan beberapa sisa

fluorecein dikeluarkan. System drainase di irigasi dengan larutan

salin.

Positif : terdapatnnya campuran cairan saline fluorecein

dari hidung mengindikasikan bahwa fluorecein masuk ke

dalam sakus lakrimalis, sehingga terdapat obstruksi partial

dari duktus nasolakrimalis.

21

Page 23: dakrioadenitis, dakriosistitis

Negatife : tidak terdapatnya cairan saline dari hidung

mengindikasikan tidak masuknya fluorecein ke dalam sakus

lakrimalis. Ini berarti obstruksi partial dari pungtum,

kanalikuli atau kanalikuli komunis, atau tidak sempurnanya

mekanisme pompa lakrimalis.

4. Radiografi kontras khusus untuk menilai duktus nasolakrimalis (Digital

Subtraction Dacryocystography)

Gambar Digital Substraction Dacryocystography

22

Page 24: dakrioadenitis, dakriosistitis

5. Nuclear Lacrimal Scintigraphy

Scintigraphy adalah tes yang dibuat untuk menentukan drainase air mata

lebih kondisi psikologis dari pada dacryocystography. Sehingga tidak

memperlihatkan visualisasi anatomi secara detil. Tes ini menggunakan

radionukleid teknium-99.

6. Lakrimal endoskopi

Visualisasi secara langsung mukosa membrane dari system lakrimal

inferior. Sampai saat ini, endoskopi system lakrimal inferior bukan

prosedur rutin.

Penatalaksanaan

Dibedakan penanganan pada anak-anak dengan penanganan pada orang

dewasa. Epifora yang disertai hard stop menunjukkan letak sumbatan

nasolakrimal. Perkembangan sistim ekskresi lakrimal, khususnya duktus

nasolakrimalis bervariasi pada anak-anak yang mengalami kelainan pembukaan

Membrana Hassner. Timbulnya epifora bersamaan dengan berfungsinya

glandula lakrimalis sebagai sistim sekresi. Orang tua pada umumnya lebih

menyukai cara yang tidak menyakiti anak. Sondage vertikal sebaiknya

dihindari karena kemungkinan false route sangat besar.

Massage daerah lakrimal menjadi pilihan pertama. Massage dengan

tekanan pada pangkal hidung ke arah inferior dilakukan satu-dua menit tiap

hari. Bila dalam jangka waktu tiga bulan tidak menunjukkan perbaikan maka

irigasi berulang merupakan langkah berikutnya yang dilakukan sampai anak

berusia 1(satu) tahun. Batas usia ini tidak mutlak, apabila tanda radang tidak

ada maka irigasi dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun.

Suatu tindakan yang lebih agresif berupa intubasi tabung silikon dari

Jackson dapat juga dilakukan antara usia dua tahun dengan pembiusan umum.

Sumbatan nasolakrimal pada orang dewasa pada umumnya merupakan indikasi

suatu tindakan pembedahan yaitu dakriositorinostomi. Pembedahan ini

dilakukan pada keadaan peradangan tidak sedang dalam eksaserbasi akut.

23

Page 25: dakrioadenitis, dakriosistitis

Gambar Dacryocystorhinostomy

Ballon dacryocystoplasty biasa digunakan pada anak dengan obstruksi

duktus nasolakrimalis congenital dan pada dewasa dengan obstruksi duktus

nasolakrimalis partial.

Jika terjadi peradangan pada konjungtiva (konjungtivitis) diberikan obat

tetes mata yang mengandung antibiotik.

Pencegahan

Pengobatan yang adekuat terhadap infeksi hidung dan mata bisa

mengurangi resiko terjadinya dakriostenosis (obstruksi duktus nasolakrimalis).

24

Page 26: dakrioadenitis, dakriosistitis

DAFTAR PUSTAKA

1. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Singapore:American

Academy of Ophtalmology.

2. Anonim. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF. Ilmu Penyakit

Mata Ed.III. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.

3. Bahar, Ardiansyah. 2009. Dakriosistitis. [serial online]. http://arbaa-

fivone.blogspot.com/2009/03/dakrisistitis.html. [1 November 2015].

4. Barathi, Ramakrishnan, Maneksha, Shivakumar, Nithya dan Mittal. 2007. Comparative Bacteriology of Acute and Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://www.eye.com/. [1 November 2015].

5. Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for Clinical Students Eleventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

6. Gilliland, G.D. 2009. Dacryocystitis. [serial online].

http://www.emedicine.com/. [1 November 2015].

7. Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit

Mata Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

8. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

9. Kaneshiro, N.K. 2010. Blocked Tear Duct. [serial online].

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001016.htm. [2

November 2015]

25

Page 27: dakrioadenitis, dakriosistitis

10. Kassir, Kari. 2007. Dacryocystitis. [serial online].

http://www.doctorofusc.com/condition/document/237309.htm. [2

November 2015]

11. Leitman, M.W. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis Seventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

12. Mamoun, Tarek. 2009. Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://

eyescure.com/Default.aspx?ID=84. [2 November 2015]

13. Mamoun, Tarek. 2009. Congenital Dacryocystitis. [serial online].

http://eyescure.com/Default.aspx?ID=83. [2 November 2015].

14. Mamoun, Tarek. 2009. Acute Dacryocystitis. [serial online].

http://eyescure.com/Default.aspx?ID=85. [2 November 2015].

15. O'Brien, Terrence P. 2009. Dacryocystitis. [serial online].

http://www.mdguidelines.com/dacryocystitis.htm. [1 November 2015]

16. Sanders, Laura. ____. Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery

Evaluation. [serial online]. http://drlaurasanders.com/topics/102-

Evaluation/. [1 November 2015]

17. Sowka, J.W., Gurwood, A.S., dan Kabat, A.G. 2010. Review of

Optometry, The Handbook of Occular Disease Management Twelfth

Edition. [serial online]. http://www.revoptom.com/. [1 November 2015]

18. Yohai, Robert. ____. Cosmetic and Reconstructive of The Eyelids, Orbits,

and Tear Ducts. [serial online]. http://www.dryohai.com/102-

Evaluation.htm. [1 November 2015]

19. Yuliani, Putri. 2009. Pendekatan Sederhana dan Evolusional Untuk

Merekanalisasi Obstruksi Duktus Nasolakrimalis. [serial online].

26

Page 28: dakrioadenitis, dakriosistitis

http://www.scribd.com/doc/37289785/Journal-Reading-Rekanalisasi-

Obstruksi-Sistem-Lakrimalis#. [1 November 2015]

20. Zulvikar. 2009. Dakriosistitis. [serial online].

http://zulvikar.web.id/dakriosistitis/. [2 November 2015]

27