Curriculum

15
Pendidikan adalah suatu upaya sosial budaya manusia yang paling tua. Ketika manusia berkembang, memiliki keturunan dan memiliki keinginan agar keturunan tersebut memiliki apa yang sudah dimiliki manusia tersebut maka terjadilah proses komunikasi dan proses pendidikan. Dalam komunikasi tersebut, segala aspek kehidupan (budaya, sosial, teknologi, kepercayaan, ilmu, cara berfikir, cara bersikap, cara bertindak, cara berbicara) diwariskan ke keturunan tersebut. Dengan demikian, keturunan yang dihasilkan tidak saja memiliki berbagai warisan dari aspek fisik tetapi juga aspek intelektual, emosional, sikap, nurani, dan ketrampilan. Melalui pendidikan terjadi proses pewarisan dan orangtua merasa yakin bahwa anaknya dapat melanjutkan kehidupan keluarga, dan masyarakat yakin bahwa anggota barunya dapat meneruskan keberlangsungan hidup kelompoknya. Ketika masyarakat tersebut berkembang menjadi bangsa maka bangsa itu yakin pula bahwa melalui pendidikan generasi keturunan itu dapat meneruskan kehidupan bangsa. Pikiran dasar bahwa pendidikan adalah suatu upaya pewarisan masih terus berkembang dan dianut sampai hari ini. Tentu saja pikiran ini dibungkus dengan istilah teknis filosofis pendidikan seperti esensialisme, perenialisme (Tanner dan Tanner, 1980 : 96), dan masih memiki relevansi dan vitalitas untuk bisa dipertahankan Perkembangan Kurikulum 1

description

assalamalaikum

Transcript of Curriculum

Pendidikan adalah suatu upaya sosial budaya manusia yang paling tua. Ketika manusia berkembang, memiliki keturunan dan memiliki keinginan agar keturunan tersebut memiliki apa yang sudah dimiliki manusia tersebut maka terjadilah proses komunikasi dan proses pendidikan. Dalam komunikasi tersebut, segala aspek kehidupan (budaya, sosial, teknologi, kepercayaan, ilmu, cara berfikir, cara bersikap, cara bertindak, cara berbicara) diwariskan ke keturunan tersebut. Dengan demikian, keturunan yang dihasilkan tidak saja memiliki berbagai warisan dari aspek fisik tetapi juga aspek intelektual, emosional, sikap, nurani, dan ketrampilan. Melalui pendidikan terjadi proses pewarisan dan orangtua merasa yakin bahwa anaknya dapat melanjutkan kehidupan keluarga, dan masyarakat yakin bahwa anggota barunya dapat meneruskan keberlangsungan hidup kelompoknya. Ketika masyarakat tersebut berkembang menjadi bangsa maka bangsa itu yakin pula bahwa melalui pendidikan generasi keturunan itu dapat meneruskan kehidupan bangsa.Pikiran dasar bahwa pendidikan adalah suatu upaya pewarisan masih terus berkembang dan dianut sampai hari ini. Tentu saja pikiran ini dibungkus dengan istilah teknis filosofis pendidikan seperti esensialisme, perenialisme (Tanner dan Tanner, 1980 : 96), dan masih memiki relevansi dan vitalitas untuk bisa dipertahankan sampai hari ini. Ini adalah suatu keniscayaan karena suatu bangsa yang hidup pada masa kini harus mengenal apa yang telah dimilikinya di masa lalu dan memahami apa yang dimilikinya di masa kini. Pewarisan masa lalu terutama the glorious past menjadi salah satu tujuan pendidikan terlebih-lebih dalam pendidikan sejarah.Semakin lama kehidupan di masyarakat semakin kompleks. Masyarakat berkembang ke arah yang lebih kompleks. Banyak hal baru yang diperlukan masyarakat dan diperlukan untuk hidup dalam masyarakat tidak lagi seluruhnya dikuasai oleh sebuah keluarga. Banyak pengetahuan, perilaku, sikap, ketrampilan baru yang diperlukan masyarakat yang tidak dapat diajar dan dididikkan oleh ayah, ibu, paman, bibi atau nenek-kakeknya kepada keturunannya. Mereka sudah tidak lagi mampu mempersiapkan keturunannya untuk berbagai kemampuan yang diperlukan masyarakat.Sementara itu di masyarakat muncul anggota yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggota masyarakat lainnya. Mereka sangat menonjol dalam wawasan, pengetahuan, kearifan, dan ketrampilan. Kemampuan mereka mendapatkan pengakuan dari anggota masyarakat dan apa yang mereka miliki dianggap berguna dan diperlukan oleh masyarakat. Orang atau kelompok ini kemudian dijadikan pemimpin di masyarakat dan ada juga yang dijadikan sebagai pemimpin dalam bidang yang sangat khusus seperti ilmu, ketrampilan, sikap, dan kemudian disebut dengan guru. Lahirlah lembaga-lembaga pendidikan di masyarakat dan keluarga mengirimkan keturunan ke lembaga-lembaga tersebut untuk mendapatkan apa yang diperlukan bagi kehidupan keturunan tersebut di masa mendatang dari guru-guru tadi.Terjadi juga perubahan dalam pendidikan. Pendidikan tidak lagi berfungsi untuk mentransfer apa yang sudah dimiliki masyarakat, proses sosialisasi untuk dapat hidup di masyarakat, tetapi juga untuk mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Kehidupan generasi muda di masyarakat masa mendatang terdiri dari berbagai kualitas yang diperlukan yaitu suatu pribadi yang baik dan mampu mengembangkan kehidupan dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya dan bahkan umat manusia. Tentu saja peran yang diharapkan dari seorang atau sekelompok generasi muda tersebut tidak semuanya sama tetapi sangat dipengaruhi oleh kedudukan dan peran yang diperkirakan akan dijabat oleh seseorang atau sekelompok orang tersebut. Konsekuensinya, terjadi penjenjangan dalam pendidikan dan setiap jenjang itu pendidikan itu didesain untuk kedudukan tertentu seseorang dalam masyarakat. Peran yang mungkin dijabatnya adalah sebagai anggota umum masyarakat atau tokoh khusus di suatu bidang dan jenjang seperti dalam agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, seni, teknologi, ilmu, dan sebagainya.Kurikulum adalah unsur penting pada setiap lembaga pendidikan. Secara fisik, kurikulum dapat berbentuk suatu dokumen berisikan berbagai komponen seperti pikiran tentang pendidikan, tujuan yang akan dicapai oleh kurikulum tersebut, konten yang dirancang dan harus dikuasai peserta didik untuk menguasai tujuan, proses yang dirancang untuk menguasai konten, evaluasi yang dirancang untuk mengetahui penguasaan kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan, serta komponen lainnya. Secara fisik, kurikulum dapat juga berbentuk proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik dan guru di sekolah sehingga dapat diamati baik secara langsung mau pun melalui alat perekam tertentu. Secara hakiki, kurikulum adalah jantung suatu proses pendidikan (Klein, 1996: 18; Oliva, 1997:54 ) berkenaan dengan unsur-unsur fisik yang terlibat dalam proses pendidikan dan unsur-unsur non fisik seperti proses berfikir, proses penyimpanan informasi, proses pembentukan sikap, proses internalisasi atau pun proses pembentukan habit yang hanya dapat diketahui melalui suatu prosedur dan alat tertentu yang diyakini mewakili konstrak yang dimaksud.Perjalanan Kurikulum Pendidikan IndonesiaPendidikan bukan lagi merupakan kata asing, semua golongan secara sosial dalam masyarakat kita sudah biasa mendengar hal ini. Pendidikan identik dengan pergi ke sekolah, duduk diam dan diasumsikan sebagai orang-orang pandai yang mengenyam pendidikan. Namun nyatanya pendidikan tidak sesempit hanya terjadi ketika kita duduk dibangku sekolah. Pendidikan bahkan sudah dimulai ketika kita masih dalam janin, yakni saat orangtua kita mengajak bicara, memperdengarkan musik, dan lain sebagainya.Namun saat ini kata pendidikan memang semakin tereduksi. Pendidikan seperti hanya bisa terjadi di bangku sekolah. Saking rumitnya, pendidikan kita sering menemukan kegalauan dalam system pendidikan waktu lepas waktu. Adapun Indonesia, pernah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum dalam system pendidikannya.Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia :1. Kurikulum 1947. Kurikulum ini memuat dua hal pokok :a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannyab. Garis-garis besar pengajaran

2. Kurikulum 1952. Kurikulum ini memuat lima hal pokok :a. Pendidikan pikiran harus dikurangib. Isi pelajaran harus dihubungkan dengan kesenianc. Pendidikan watakd. Pendidikan jasmani, dane. Kewarganegaraan masyarakat

3. Rencana Kurikulum 1964 dan Kurikulum 1964. Bentuknya memuat 5 hal pokok berikut :a. Manusia Indonesia berjiwa Pancasilab. Man Powerc. Kepribadian Kebudayaan Nasional yang luhurd. Ilmu dan teknologi yang tinggie. Pergerakan rakyat dan revolusiRencana pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana.4. Kurikulum 1968Kurikulum ini bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.5. Kurikulum 1975. Ciri-ciri kurikulum ini adalah :a. Berorientasi pada tujuanb. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integrative.c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktud. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). System yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon dan latihan.

6. Kurikulum 1984. Ciri umum kurikulum ini adalah :a. Berorientasi kepada tujuan instruksional.b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif.c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.e. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

7. Kurikulum 1994. Ciri umum kurikulum ini adalah :a. Sifat kurikulum objective based curriculumb. Pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan system caturwulanc. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padatd. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu system kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesiae. Dalam pelaksanaan kegiatan,guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Karakteristik KBK ialah :a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikalb. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagamanc. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasid. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatife. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006Kurikulum ini memuat bahwa, guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolahnya10. Kurikulum 2013Kurikulum ini berbasis pada sains. Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar bersifat tematik integrative. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistic dan menyenangkan. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portfolio saling melengkapi.Alokasi jam pembelajaran dalam kurikulum ini bagi siswa Sekolah Dasar yakni:a. Banyaknya jam pelajaran perminggu kelas 1 = 30 jamb. Kelas 2 = 32 jamc. Kelas 3 = 34 jamd. Kelas 4, 5 ,6 = 36 jamAlokasi waktu jam pelajaran bagi siswa Sekolah Menengah Pertama :a. Perjam = 40 menitb. Banyak jam pelajaran per minggu = 38 jam

Alokasi waktu jam pelajaran bagi siswa Sekolah Menengah Atas :a. Perjam = 45 menitb. Banyaknya jam pelajaran perminggu = 39 jamMasalah-masalah Kurikulum dan Pembelajaran di IndonesiaBegitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia. Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum:1. Kurikulum Indonesia Terlalu KompleksJika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Ssiswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.2. Seringnya Berganti NamaKurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijasikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila diluhat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.3. Kurang Lengkapnya Sarana dan PrasaranaBerjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila kita terjun langsung ke tempat, maka akan kita dapati masih banyaknya sekolah yang masih belum memiliki sarana yang lengkap.Sarana prasarana tersebut seperti laboratorium, perpustakaan, komputer, dan lain-lain. Mungkin sekolah-sekolah di perkotaan sudah banyak yang memiliki sarana dan prasarana tersebut. Namun bagaimana dengan sekolah yang ada di pedesaan dan daerah-daerah terpencil? Masih jarang sekali kita temui sekolah di daerah terpencil yang memiliki sarana seadanya.4. Kurangnya Pemerataan PendidikanMeninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkatan dengan kurangnya pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga ditinjau dari segi Satuan Tingkat Pendidikannya. Hal ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah pada Tingkat Satuan Pendidikan tertentu.Pada tingkat Sekoalh Dasar, siswa diajarkan seluruh konsep dasar seperti membaca, menulis, menghitung dan menggambar. Pada tingkat ini siswa cenderung hanya diajarkan saja, tida mengena pada pemaknaanya. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, pelajaran yang diajukan cenderung hanya berkonsep pada tujuan agar anak mampu mengerjakan soal bukan konsep agar siswa mampu memahami soal.

5. Kurangnya Partisipasi SiswaSiswa kurang mampu mengeluarkan potensi dan bakatnya. Hal ini karena siswa cenderung pada ketakutan akan guru karena pengenalan selintas materi tanpa berusaka mengembangkan materi (pasif). Siswa hanya terpaku pada materi yang diajarkan oleh guru tanpa adanya rasa ingin berusaha untuk mengembangkan potensinya.Solusi yang dapat diberikan terkait dengan perkembangan kurikulumDari masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tentu akan ada solusi yang mampu untuk memecahkannya. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan :1. Mengubah paradigma dari pengajaran yang berbasis sistetik-materialistik menjadi religius. Solusi ini menunjukan akan berkurangnya kemerosotan moral. Dimana tidak akan ada lagi siswa cirdas yang tidak bermoral.2. Mengubah konsep awal paradigma kurikulum menjadi alur yang benar untuk mencapai suatu tujuan yang sebenarnya.3. Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan sarana dan prasarana ke sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa di daerah terpencil yang terbelakang pendidikan.4. Melakukan pengajaran bermakna, dimana guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga memberikan pemaknaan mengenai materi tersebut. Hal ini juga harus berkaitan dengan kemampuan siswa.5. Memberikan motivasi kepada siswa yang berprestasi agar mampu mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya.6. Menjalankan kurikulum dengan sebaik mungkin.7. Membersihkan organ-organ kurikulum darin oknum-oknum tak bertanggung jawab.

KesimpulanIndonesia mengalami kemerosotan di bidang pendidikan. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia menduduki peringkat di bawah negara-negara di Asia. Hal ini sangat berkatan dengan masalah-masalah kurikulum yang dihadapi Indonesia. Masalah kurikulum di Indonesia dapat diselesaikan tidak cukup dengan mengganti namanya saja, melainkan harus melakukan perombakan secara menyeluruh dari kurikulum.Masalah kurikulum juga terletak dari sarana dan prasarana yang kurang merata. Selain itu, kurikulum Indonesia yang terlalu kompleks dan membebani siswa beserta guru yang berkaitan menjadikan kurang maksimalnya pembelajaran.

Perkembangan Kurikulum 10