cth kasus editan.docx

6
1. Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, dan kelihatan sangat pucat. RR 40x/menit, HR 140x/menit, dan TD 130/90mmHg. Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS. BB/TB 80kg/150cm. HDL 36mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin 2. Seorang laki-laki berusia 45 tahun menderita asma bronchiale dan sudah biasa menggunakan salbutamol inhaler, beberapa minggu yang lalu dia diagnosa Hipertensi Essensial (145/100) mmHg diberi advise tetapi tekanan darahnya tetap tinggi. Tentukan pilihan terapi obatnya. 3. Seorang pasien DM datang secara rutin ke tempat praktek anda. DM tersebut timbul 15 tahun yang lalu. Kali ini datang dengan tambahan keluhan nyeri belakang kepala yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pemeriksan fisik diagnostik jantung paru tidak ada kelainan, laboratorium kadar gula acak 200 mg/dl, Hba1c 8 %. Penderita kuatir sekali dengan hipertensinya (TD 150/95 mmHg) dan ingin sekali tekanan darah diturunkan menjadi normal. Pasien telah mendapat pengobatan rutin glibenklamid 5 mg sekali sehari dan metformin 500 mg 2 kali sehari. 4. Ibu amir, 53 tahun, seorang IRT, datang ke praktek dokter dengan keluhan dadanya sering terasa sakit dan menjalar ke tangan sebelah kiri. Nyeri kadang-kadang timbul begitu saja

Transcript of cth kasus editan.docx

Page 1: cth kasus editan.docx

1. Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, dan kelihatan sangat pucat. RR 40x/menit, HR 140x/menit, dan TD 130/90mmHg. Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS. BB/TB 80kg/150cm. HDL 36mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin

2. Seorang laki-laki berusia 45 tahun menderita asma bronchiale dan sudah biasa menggunakan

salbutamol inhaler, beberapa minggu yang lalu dia diagnosa Hipertensi Essensial (145/100)

mmHg diberi advise tetapi tekanan darahnya tetap tinggi. Tentukan pilihan terapi obatnya.

3. Seorang pasien DM datang secara rutin ke tempat praktek anda. DM tersebut timbul 15

tahun yang lalu. Kali ini datang dengan tambahan keluhan nyeri belakang kepala yang

dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pemeriksan fisik diagnostik jantung paru tidak ada

kelainan, laboratorium kadar gula acak 200 mg/dl, Hba1c 8 %. Penderita kuatir sekali

dengan hipertensinya (TD 150/95 mmHg) dan ingin sekali tekanan darah diturunkan

menjadi normal. Pasien telah mendapat pengobatan rutin glibenklamid 5 mg sekali sehari

dan metformin 500 mg 2 kali sehari.

4. Ibu amir, 53 tahun, seorang IRT, datang ke praktek dokter dengan keluhan dadanya sering

terasa sakit dan menjalar ke tangan sebelah kiri. Nyeri kadang-kadang timbul begitu saja

tanpa ada kaitannya dengan pekerjaan dan akhir-akhir ini sering kambuh pada pagi hari.

Tiga anak laki-lakinya sudah lulus perguruan tinggi tapi belum dapat pekerjaan sedangkan

suaminya menjelang pension. Bapak dan saudara laki-lakinya meninggal karena serangan

jantung. Pemeriksaan fisik: Berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm, tekanan darah 130/90

mmHg. Paru-paru dan jantung dalam batas normal, dan sudah menopause.

5. Ny. S, 60 th, 2 bulan ini tidak bisa lagi ke pasar karena kedua kakinya bengkak. Menurutnya, kurang lebih 1 tahun belakangan dia sering mengeluh sesak dan nafasnya menjadi pendek, kadang disertai batuk. Keluhan bertambah berat bila dia ke pasar berjalan kaki dan naik tangga ke lantai dua rumahnya. Bila malam hari sering terbangun dari tidur karena sesak sampai akhirnya bila tidur lebih senang sandaran setengah duduk. Sejak 10 tahun yang lalu, Ny. S menderita hipertensi dan jarang memeriksakan diri. Dua hari yang

Page 2: cth kasus editan.docx

lalu, Ny. S MRS karena sesaknya semakin parah dan kedua kakinya edema. Pada pemeriksaan, didapatkan peningkatan JVP, kardiomegali dengan murmur dan ditemukan ronkhi di parunya serta aritmia pada pemeriksaan jantung.

6. Pasien laki-laki 50 tahun, dirujuk ke rumah sakit oleh dokter umum karena sejak tadi pagi merasakan denyut jantungnya berdetak dengan kencang. Hal itu dirasakan sampai sekarang. Pasien mengeluh dadanya terasa seperti diikat dan agak sesak. Saat digunakan berjalan, pasien merasakan seperti “nggliyeng” tetapi tidak sampai pingsan. Dokter memberikan catatan: nadi tidak teratur, cepat, dengan denyut sekitar 140x/menit.

7. 4.Tn N (47 thn ) dirawat di RS X dengan keluhan saat masuk nafas agak sesak dan letih. Kadang kadang Tn N batuk dengan sputum sedikit warna putih. Tn N menyatakan sesak nafas meningkat jika berjalan cepat atau pada malam hari. Kaki dan tangannya terasa agak berat. Tn N juga mengatakan saat ini mulai merasakan sandal yang digunakannya menjadi lebih sempit. Tanda Vital saat ini: TD : 120/ 75 mmHg, N :105X/menit, S: 36,80C, P :28x/menit

8. Seorang wanita umur 25 tahun datang ke poliklinik Pusat Jantung Harapan Kita dengan riwayat sesak nafas sejak 3 bulan yang lalu, yang semakin memberat satu minggu SMRS. Pasien baru merlahirkan anak pertamanya sekitar 5 bulan yang lalu secara normal. Sesak nafas dirasakan pada aktifitas ringan seperti berjalan di dalam rumah, dan bahkan sesak kadang dirasakan pada saat istirahat seperti menonton televisi. Pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak, dan setelah itu sulit untuk kembali tidur. Pasien lebih merasa nyaman tidur dengan posisi bantal yang tinggi, keluhan batuk juga sering dirasakan pada malam hari. Kaki bengkak juga dirasakan bersamaan dengan timbulnya sesak nafas tiga bulan yang lalu. Dalam waktu 3 bulan pasien sudah 6 kali memeriksakan ke dokter dan dirawat inap, tapi pasien mengaku didiagnosis berbeda-beda oleh dokter, ada yang mengatakan asma, gastritis kronis dan menurut pasien keluhan sesak nafas tidak pernah hilang sama sekali, oleh dokter perusahaan tempat pasien bekerja disarankan untuk berobat ke RS Harapan Kita. Pasien mengaku status kesehatan sebelumnya adalah baik, tidak pernah mengeluh cepat lelah pada aktifitas atau pun sesak nafas sampai dua bulan setelah melahirkan. Riwayat asma sejak kecil diakui oleh pasien, namun tidak pernah lagi dirasakan semenjak SMA. Selama hamil antenatal care teratur, dan selama persalinan tidak ada riwayat darah tinggi. Pasien datang dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 108/81 mmHg, laju nadi 102x/menit, reguler, laju nafas 22x/menit dan saturasi oksigen 98%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva tidak pucat, JVP tidak meningkat, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening colli, pada auskultasi paru terdapat ronki minimal pada bagian basal lapangan paru kanan dan kiri, dan tidakterdapat wheezing. Pada auskultasi jantung; batas jantung kiri di ICS V, 3 jari lateral linea midklavikula sinistra dan

Page 3: cth kasus editan.docx

batas jantung kanan 1 jari lateral linea parasternalis dekstra, bunyi jantung I dan II reguler, tidak terdengar murmur, terdengar gallop. Hepar dan lien tidak teraba, shifting dullness tidak ada, bising usus normal dan tidak terdapat edemapada ekstrimitas. Pada EKG ditemukan irama sinus takikardi, laju QRS 105x/menit, Gelombang P mital, bifasik di V1, aksis QRS normal 90˚, durasi QRS 0.06 detik, interval PR 0,12 detik, Tidak ada perubahan segmen ST-T. Dari foto thoraks didapatkan pembesaran jantung dengan CTR 68%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal, pinggang jantung mendatar, apeks lateral downward, terdapat tanda-tanda kongesti dan kranialisasi.

Dari data-data diatas ditegakkan diagnosis CHF NYHA class III et causa susp. kardiomiopati peripartum. Pasien awalnya mendapat terapi Captopril 3x12,5 mg, Furosemide 1x20 mg i.v, Spironolactone 1x12,5 mg, Laxadine 1xCI kemudian pasien di rawat inap di ruang perawatan biasa. Selama perawatan obat-obatan di uptitrasi sampai dengan dosis optimal. Pasien dipulangkan dengan obat Captopril 3x50 mg, Furosemide 1x40 mg, Spironolactone 1x25 mg, Carvedilol 3x6,25 mg, Curcuma 2x1 tab.

9. Seorang wanita usia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri dada 8 jam sebelum masuk PJNHK. Nyeri muncul saat pasien sedang makan. Nyeri dirasakan pada bagian tengah dada, dengan durasi lebih dari 20 menit. Nyeri terasa seperti ditindih beban berat di dada, disertai penjalaran ke leher dan perasaan tercekik. Pasien juga merasa mual, muntah, serta dengan keringat dingin. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Pasien kemudian dibawa ke RSUD Cengkareng dan didiagnosis sebagai STEMI. Di RSUD Cengkareng pasien mendapat aspirin 160 mg, ISDN 5mg (SL), dan Pethidin 12,5 mg (iv). Kemudian atas permintaan keluarga, pasien dibawa ke PJNHK. Riwayat penyakit dahulu yang diderita oleh pasien adalah gastritis dan kontrasepsi hormonal (depomedroxyprogesterone acetate, DMPA). Riwayat persalinan: menikah usia 15 tahun, melahirkan 3 kali dan abortus 2 kali. Faktor risiko kardiovaskular konvensional yang ditemukan adalah hipertensi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/104 mmHg, laju nadi 88 kali /menit, laju pernapasasn 20 kali/ menit, suhu afebris. Pemeriksaan mata tidak didapatkan konjungtiva pucat atau pun sclera ikterik. Tidak ditemukan peningkatan JVP. Pada pemeriksaan jantung didapatkan BJ 1- BJ 2 normal, tidak ada murmur ataupun gallop. Dari pemeriksaan paru ditemukan suara dasar vesikuler, wheezing dan rhonki tidak ditemukan. Akral hangat dan tidak bengkak.

Pasien didiagnosis sebagai Infark Miokard Akut (IMA) Anterior onset 8 jam, Killip I, TIMI risk 3/14 dan hipertensi stage II. Pasien mendapat terapi ISDN 5 mg SL, Plavix 600 mg, Simvastatin 20 mg, Laxadin 1x C 1 dan Diazepam 1x5 mg.

10. Seorang perempuan umur 43 tahun, ibu rumah tangga, mempunyai dua orang anak, datang di poliklinik saraf dengan keluhan tidak bisa bicara dan lengan kanan tidak bisa digerakkan. Sepuluh jam sebelum datang ke rumah sakit, saat keluar dari kamar mandi, tiba tiba pasien kesulitan mengenakan baju (lengan kanan terasa lemah dan berat saat diangkat) dan bicara

Page 4: cth kasus editan.docx

menjadi tidak jelas. Pasien masih dapat berjalan dengan dipapah. Pasien tidak pernah menderita sakit sebelumnya kecuali kadang kadang mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri dan sesak disertai jantung berdebar terutama bila kelelahan. Pasien minum obat oral kontrasepsi sejak usia 30 tahun tetapi telah berhenti sejak 5 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah kanan dan kiri 120/80 mmHg, freukensi nadi 80x/menit, irreguler dan isi cukup, frekuensi nafas 16x/menit dan suhu aksila 37º C. Tekanan jugular tidak meningkat (5-2cmH2O), tidak terdengar bruit karotis, oftalmika maupun temporal pada kedua sisi. Pada auskultasi paru, tidak terdapat ronki maupun mengi dan pada jantung terdengar bunyi jantung I-II irreguler dan terdenger murmur diastolik. Pada perkusi, tidak ada pembesaran jantung. Dari pemeriksaan neurologis, didapatkan pasien sadar, GCS : E4M6V afasia, paresis nervus VII dan XII sentral kanan, hemiparesis kanan kekuatan ekstremitas atas dan bawah 3/3/3/3 dan 4/4/4/4, hemihipestesi kanan, refleks fisiologis normal dan rekleks patologis (Babinsky) negatif. Fungsi otonom baik, fungsi luhur terdapat afasia motorik dan NIHSS saat masuk 9.