Critical Control Point Kerupuk Ikan
-
Upload
jhie-tursina-danius-jr -
Category
Documents
-
view
927 -
download
42
Transcript of Critical Control Point Kerupuk Ikan
1. Titik Kendali Kritis
Setelah semua bahaya dan tindakan pencegahannya dideskripsikan, CCP (titik kendali kritis) diidentifikasi. Contoh titik-titik dalam tahapan proses produksi pangan yang mungkin merupakan CCP antara lain: pemanasan, pendinginan, pengendalian formulasi produk, higiene lingkungan.Misalnya: pemanasan harus dilakukan pada suhu dan lama tertentu, nilai pH produk harus tertentu. Beberapa tahapan dalam proses produksi dapat dipertimbangkan dan dinyatakan sebagai titik kendali (Control Point = CP), tetapi sesungguhnya hanya terdapat sedikit CCP. CP tidak dimasukkan dalam rencana HACCP. CCP dalam rencana HACCP dari satu produk yang sama namun dihasilkan dari dua produsen berbeda tidak sama, karena kedua produsen tersebut memiliki fasilitas produksi yang berbeda (lay out, peralatan, bahan baku) dan cara produksi yang berbeda.Selain itu keterampilan dan pengetahuan sumberdaya manusia berbeda. Rencana HACCP generik (generic HACCP plan) dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam menentukan CCP. Untuk membantu menentukan CCP dapat diguanakan Bagan Penetapan CCP (CCP Decision Tree).
Penetapan Batas KritisBatas kritis digunakan untuk membedakan kondisi yang “aman” dan “tidak aman” pada titik kritis. Batas kritis harus dilandaskan pada dasar ilmiah. Setiap CCP harus memiliki satu faktor batas kritis. Batas kritis dapat diperoleh dari peraturan, standar, guidelines, pustaka ilmiah, hasil penelitian atau konsultasi dengan para pakar/ahli.Kriteria yang sering digunakan untuk batas kritis:
— waktu— suhu— kelembaban— aktivitas air (aw)— pH— keasaman (titratable acidity)— bahan pengawet— kadar garam— residu klorin (available chlorine)— viskositas
Tabel Critical Control Point Kerupuk Ikan
Tahap Proses Q1a: Adakah tindakan pengendalian?
Ya: Lanjut ke Q2
Tidak: Lanjut ke Q1b
Q1b: Adakah pengendalian pada tahap ini perlu keamanan?
Ya: Lakukan modifikasi tahapan lalu
Q2: Apakah tahapan dirancang secara spesifik untuk mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan yang
Q3: Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang diidentifikasi terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapatkah ini meningkat
Q4: Apakah tahapan berikutnya menghilangkan bahaya yang teridentifikasi atau mengurangi tingkatan kemungkinan terjadinya
CCP / Bukan CCP
kembali ke Q1a
Tidak : Bukan CCP
dapat diterima?
Ya: CCP
Tidak: Lanjut ke Q3
sampai tingkatan yang tidak dapat diterima?
Ya: Lanjut ke Q4
Tidak: Bukan CCP
sampai tingkatan yang dapat diterima?
Ya: Bukan CCP
Tidak: CCP
Penyiapan bahan baku
Ya Tidak Tidak Bukan CCP
Pembentukan adonan
Ya Ya, dengan pengaturan komposisi bahan pembentuk adonan.
CCP
Pencetakan Ya Tidak Tidak Bukan CCP
Steam Ya Tidak Tidak Bukan CCP
Pemotongan Ya Tidak Tidak
Y
Bukan CCP
Penjemuran Ya Tidak Ya, apabila terjadi kontaminasi dari lalat dan cuaca yang tidak mendukung untuk melakukan penjemuran ( udara lembab )
Tidak CCP
Pengemasan Ya Ya, dengan menggunakan bahan pengemasan yang aman
CCP
Penyiapan Bahan Baku Pembentukan Adonan
Pencetakan Steam
Pemotongan Penjemuran
Pengemasan
2. Alur Proses
3. Decision Tree
4. Analisis Bahaya
Tabel 1. Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahannya
Nama Produk Kerupuk Ikan Cunang
Deskripsi Produk : Produk Kerupuk ikan adalah kerupuk yang bahannya terdiri dari adonan
tepung dan daging ikan.
Alur Proses Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Proses penyiapan
bahan baku
2. Proses pembentukan adonan
3. Pencetakan4. Pengukusan (Steam)
5. Pemotongan
6. Penjemuran
7. Pengemasan
1.Bahaya Fisik
Serpihan batu dan debu,
rambut, serat bamboo.
2.Bahaya Kimiawi
Formalin dan Zat pewarna
buatan.
3.Bahaya Biologis
Serangan jamur dan
mikroba yang dibawa oleh
lalat ataupun yang
terinfeksi dari lingkungan
produksi.
Menerapkan SSOP dengan
mengunakan sarung
tanggan dan penutup
kepala, penggunaan alat-
alat yang bersih dan steril.
Menerapkan GMP,
melegalisasi BPOM RI,
sertifikasi label kelembaga
keamanan pangan.
Memberi label pada produk
bebas Formalin.
Melakukan proses
penjemuran di tempat yang
memiliki intensitas cahaya
matahari yang cukup,
menggunakan alat yang
sudah dicuci hingga bersih.
Tabel 2. Analisa Resiko Bahaya
Nama Produk : Kerupuk Ikan Cunang
Bahan Baku : Ikan Cunang, telur, tepung terigu, garam, penyedap rasa.
Konsumen : Semua umur.
Cara Penyimpanan :
Ruang penyimpanan harus bersih, kering dan sejuk
Adanya sirkulasi udara, agar terhindar bau menusuk dan kelembaban.
Penjemuran harus dilakukan sampai kerupuk benar-benar kering.
Jauhkan dari benda-benda kimia yang berbahaya yang dapat mencemari.
Cara Distribusi :
Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering ini dapat
segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng ini dikemas dalam plastic
sejumlah berat tertentu. Pada pabrik ini terdiri dari kerupuk yang berukuran 250 gram dan 5 kg.
Produk dikemas dengan menggunakan bahan kemasan yang mampu melindungi produk dari
kontaminasi dan kerusakan serta tidak mencemari produk. Dalam hal ini, digunakan plastic
LDPE (Low Density Poly Ethylene). Pada kemasan dibubuhkan label yang memuat tentang: jenis
produk, berat bersih, nama produsen, alamat produsen, tanggal produksi, komposisi zat gizi
dan tanggal kadaluarsa. Kerupuk didistribusikan ke tiap-tiap kota yang menjadi supplier
penjualan dengan menggunakan mobil box angkutan antar kota dan paket-paket pengiriman
cargo pesawat.
Cara Mengkonsumsi :
Digoreng, hingga kerupuk mengembang dan siap untuk dikonsumsi.
Proses Pengolahan :
1. Proses penyiapan bahan baku
Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan yang akan digunakan,
tepung serta bumbu-bumbu yang digunakan beserta perhitungan komposisi masing-masing
bahan untuk setiap adonan. Dalam mempersiapkan bahan baku pembuatan kerupuk ikan yang
perlu mendapat perhatian utama adalah penyiapan ikan yang akan dijadikan bahan utama.
2. Proses pembentukan adonanAdonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bahan utama, bahan
tambahan dan resep bumbu-bumbu yang digunakan. Tepung diberi air panas hingga menjadi
adonan yang kental. Resep bumbu dan bahan utama (ikan) ) yang telah digiling halus serta
bahan tambahan (bawang, jengkol dll) dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas
hingga lumat dan rata.Adonan kemudia didiamkan selama 1-2 hari.
3. Pencetakan
Pencetakan adonan dilakukan dengan mesin press. Dengan bantuan alat cetak adonan
ini dapat dibuat dalam bentuk serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di “press” untuk
mendapatkan adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan yang berbentuk silinder ini yang
disebut adonan lendengan, dimasukkan ke dalam dek. Dalam satu dek berisi 6-7 adonan
lendengan
4. Pengukusan (Steam)
Adonan lendengan kemudian di steam (dikukus) selama kurang lebih 30 menit. Setelah
di steam adonan disimpan selama 1-2 hari agar mengeras. Untuk adonan yang akan diberi
warna maka setelah di steam adonan adonan dicelupkan pada zat pewarna.
5. Pemotongan
Tahap selanjutnya adalah pemotongan adonan kerupuk yang telah dingin. Sebuah mesin
pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Adonan dipotong sehingga menghasilkan ukuran dan
ketebalan yang seragam.
6. Penjemuran
Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan di
bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam tergantung dari kondisi cuaca saat itu. Kerupuk yang
dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih Mengembang dibandingkan yang
menggunakan oven. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk
dan akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar
matahari lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan oven.Selain itu penjemuran dengan
sinar matahari tidak memerlukan biaya hanya saja memerlukan lahan yang cukup luas.
1. Kelompok Bahaya
No. Bahan/IngredienKelompok Bahaya Kategori Resiko
0/I/II/III/IV/V/VIA B C D E F
1 Ikan Cunang xx xx II
2 Tepung terigu xx I
3 Garam xx xx II
4 Telur xx xx II
5 Zat Pewarna xx xx VI
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
2. Kategori Bahaya
Kategori Resiko Karakteristik Bahaya Keterangan
0 0 (Tidak Ada Bahaya) Tidak mengandung bahaya A s/d F
I (+) Mengandung satu bahaya B s/d F
II (++) Mengandung dua bahaya B s/d F
III (+++) Mengandung tiga bahaya B s/d F
IV (++++) Mengandung empat bahaya B s/d F
V (+++++) Mengandung lima bahaya B s/d F
VI A+ (kategori Khusus) Kategori resiko paling tinggi (semua
makanan yang mengandung bahaya
A, baik dengan atau tanpa bahaya B
s/d F