CR Retensio Plasenta

download CR Retensio Plasenta

of 19

Transcript of CR Retensio Plasenta

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    1/19

    Presentasi Kasus

    P1A0 Post Partum Spontan 8 Jam (diluar) dengan

    HPP Dini e.c Retensio Plasenta + Anemia Sedang

    Oleh

    MEILLYSSA CH

    Preceptor

    dr. Is Yulianto, Sp.OG

    SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK

    BANDAR LAMPUNG

    JULI 2012

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    2/19

    STATUS OBSTETRI

    Tgl masuk RSAM : 6 Juni 2012

    Jam : 03.35 WIB

    A. ANAMNESA

    I. Identifikasi

    Nama : Ny.I

    Umur : 22 thn

    Agama : Islam

    Pendidikan : SMP

    Alamat : Sukaratu Lampung Selatan

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Pekerjaan suami : Buruh

    II. Keluhan

    Utama : Tembuni tidak lahir-lahir

    III. Riwayat Haid

    Menarche : 15 tahun

    Siklus haid : 30 hari, teratur

    Jumlahnya : 2 x ganti pembalut

    Lamanya : 5 hari

    HPHT : 13 September 2011

    IV. Riwayat Perkawinan

    Pernikahan pertama dan sudah berlangsung 2 tahun.

    V. Riwayat Kehamilan Sekarang

    Pasien rujukan dari bidan dengan tembuni tidak lahir-lahir. 8 jam SMRS, os

    melahirkan anak pertama ditolong oleh bidan. Bayi lahir secara spontan,

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    3/19

    perempuan, BB 2800 gr, PB 46 cm, menangis, tetapi tanpa disertai lahirnya

    plasenta. Setelah dicoba untuk melahirkan plasenta selama 30 menit, plasenta

    belum juga keluar dan perdarahan terus berlangsung. Kemudian pasien dirujuk

    ke RSAM.

    VI. Riwayat Kehamilan Persalinan Nifas Terdahulu

    Anak 1 : kelahiran ini

    VII. Riwayat Penyakit Terdahulu

    Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit

    ginjal, asma dan kencing manis.

    VIII. Riwayat Penyakit Keluarga

    Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, penyakit

    jantung, penyakit ginjal, asma dan kencing manis.

    IX. Riwayat Kontrasepsi

    Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat menggunakan KB.

    B. PEMERIKSAAN FISIK

    I. Status Present

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan darah : 90/70 mmHg

    Nadi : 110 x/menit

    Pernafasan : 20 x/menit

    Suhu : 36,60 C

    Tinggi badan : Tidak diukur

    Berat badan : Tidak diukur

    II. Status Generalis

    Kulit : Chloasma gravidarum (-)

    Mata : Konjungtiva anemis, sklera anikterik

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    4/19

    Gigi / mulut : Gigi geligi lengkap, Karies (-)

    Thorax : Dalam batas normal

    Mamme : Mamae tegang dan membesar

    Jantung : Ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba

    Bunyi jantung I II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru : Pergerakan hemithoraks kanan dan kiri sama,

    Fremitus taktil hemithoraks kanan dan kiri sama

    Sonor, suara vesikuler pada seluruh lapang paru,

    ronchi, wheezing tidak ada

    Abdomen : Membuncit, striae gravidarum (+), hepar dan lien

    sulit dinilai

    Extremitas : Edema pretibial -/-

    III. Status Obstetri

    Pemeriksaan luar

    Abdomen datar,lemas, simetris, tinggi fundus uteri sepusat, kontraksi jelek,

    nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-), tampak tali pusat keluar dari introitus

    vagina, pulsasi (-), tanda-tanda lepas plasenta (-)

    Inspekulo

    Portio livide, OUE terbuka, tampak tali pusat keluar dari OUE, fluor (-),

    fluksus (+) darah aktif, erosi (-), laserasi (-), polip (-)

    Pemeriksaan Dalam

    Portio lunak, OUE terbuka, teraba tali pusat yang keluar dari OUE, cavum

    douglas tidak menonjol

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium

    HB : 6 gr %

    LED : 20 mm/jam

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    5/19

    Leukosit : 10.400 / ul

    D. DIAGNOSIS

    P4A0 post partum spontan 8 jam (diluar) dengan HPP dini e.c retensioplasenta + anemia sedang

    E. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : Dubia

    Quo ad functionam : Dubia

    F. PENATALAKSANAAN

    Rencana manual plasenta

    Observasi tanda vital ibu dan perdarahan

    Perbaiki keadaan umum ibu

    - IVFD RL : NaCl 0,9 % 2 : 1 gtt XXX/menit + Oksitosin 20 IU

    - Transfusi darah sampai Hb 10 gr %

    - Ampicilin 3 x 1 gr Iv

    Lab Hb

    6 Juni 2012

    Pukul 04.00 WIB

    Dilakukan IVFD NaCl 0,9 % + Oksitosin 20 IU, dengan jumlah tetesan 30

    tetes/menit. Kemudian dilakukan manual plasenta.

    Pukul 04.15 WIB

    Didapatkan darah dan jaringan 450 cc

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    6/19

    Follow Up

    TANGGAL 7 Juni 2012

    Keluhan -

    Keadaan umum Tampak sakit sedang

    Kesadaran Compos mentis

    Vital sign :

    - TD

    - Nadi

    - Pernafasan

    - Suhu

    120/70 mmHg

    80 x/mnt

    22 x/mnt

    36,80 C

    Pemeriksaan fisik :- Konjungtiva

    - Mammae

    - ASI

    - Tinggi fundus uteri

    Ananemis

    Membesar, kenyal

    +

    2 jari di atas simfisis pubis

    BAB -

    BAK +

    Therapi :

    - IVFD RL gtt XX/menit

    - Inj. Ampicillin 3x1 gr

    +

    +

    Keterangan Pasien pulang atas permintaan sendiri

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    7/19

    II. PERMASALAHAN

    1. Apakah Diagnosis Pada Kasus Ini Sudah Tepat ?

    Haemorrhagic post partum (Hpp) adalah : Perdarahan setelah melahirkan > 500

    ml.

    Bentuk Klinis

    1. Early post partum haemorrage (HPP dini) yaitu perdarahan yang terjadi

    dalam 24 jam sesudah anak lahir (primer).

    2. Late post partum haemorrhage (HPP lanjut/perdarahan masa nifas)

    perdarahan yang terjadi dalam masa nifas (puepureum) tidak termasuk 24 jam

    setelah bayi lahir (sekunder).

    Etiologi :

    1. ATONIA UTERI

    Definisi

    Kegagalan miometrium untuk berkontraksi sebagai uterus dalam keadaan

    relaksasi penuh, melebar, lembek, tidak mampu menjalankan fungsi oklusi

    pemb. Darah.

    2. RETENSIO PLASENTA

    Definisi

    Tertahannya atau belum lahirnya plasenta 30 menit setelah bayi lahir.

    Jenis

    1. Plasenta adhesiva

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    8/19

    Istilah umum adanya perlekatan yang erat dari plasenta pada tempat

    implantasinya.

    2. Plasenta akreta

    Tertanamnya jonjot korion plasenta pada dinding uterus seperti permukaan

    lapisan miometrium (18 %).

    3. Plasenta Inkreta

    Tertanamnya jonjot korion seperti menembus / memasuki miometrium.

    4. Plasenta Perkreta

    Tertanamnya jonjot korion seperti lapisan serosa.

    5. Plasenta Inkarserata

    Terperangkapnya plasenta yang sudah lepas di dalam kavum uteri akibat

    jepitan lingkaran kontraksi pada OUI.

    Pada pasien ini di diagnosa P1A0 post partum spontan 8 jam (di luar) dengan

    HPP dini ec retensio plasenta, suspek plasenta adhesiva + anemia sedang.

    1. Berdasarkan anamnesa didapatkan :

    - Pasien melahirkan 8 jam yang lalu, ditolong bidan. Bayi lahir

    spontan, hidup, langsung menangis, perempuan, BB = 2800 gr, PB = 46

    cm, tetapi tidak disertai dengan lahirnya tembuni.

    - Bidan sudah memasukkan tangannya ke jalan lahir, tetapi tembuni tidak

    mau lahir. Ini menunjukkan bahwa tembuni melekat erat pada tempat

    implantasinya.

    2. Pada status obstetri didapatkan :

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    9/19

    Pemeriksaan luar : Abdomen datar, lemas, massa (-), nyeri tekan (-), tanda

    cairan bebas (-), fundus uteri sepusat, nampak tali pusat yang di klem

    sepanjang 15 cm keluar dari vagina.

    Inspekulo : Portio livide, intak, OUE terbuka, tampak tali pusat yang di

    klem keluar dari OUE sepanjang 15 cm, fluksus (+), darah aktif, erosi /

    laserasi / polip (-), tanda tanda lepas plasenta (-).

    Vaginal taucher : Portio lunak, OUE terbuka, teraba tali pusat yang keluar

    dari OUE, adneksa kanan kiri lemas, cavum douglas tidak menonjol, cut

    20 minggu, kontraksi kurang

    3. Anemia sedang berdasarkan pemeriksaan hasil laboratorium Hb = 6 gr

    Pada pasien ini diagnosis sudah tepat berdasarkan hasil dari anamnesa,

    pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sudah memenuhi kriteria

    diagnosis P1A0 haemorrhagic post partum dini e.c. retensio plasenta suspect

    plasenta adhesiva.

    2. Apakah Penatalaksanaan Pada Kasus Ini Sudah Tepat ?

    Pada kasus ini retensio plasenta suspek plasenta adhesiva, maka

    dilakukan manual plasenta dengan cara :

    - Penderita posisi uthotomi dan narkose.

    - Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah vulva dan

    sekitarnya.

    - Kandung kencing dikosongkan dengan kateter.

    - Tali pusat diregangkan dengan tangan kiri.

    - Sementara tangan kanan menyusuri tali pusat, bagaikan mengurut

    tali pusat bagian bawah.

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    10/19

    - Pada pembukaan serviks, tangan kiri dipindahkan ke fundus,

    tangan yang obstetri masuk ke dalan cavum uteri.

    - Dalam cavum uteri, tangan yang obstetrik berubah, membukabagaikan memberi salam, yang mana ibu jari merapat ke jari jari

    lainnya.

    - Cari implantasi dari plasenta dengan menyelusuri tali pusat, setelah

    menemukan implantasi dari plasenta, tarik tangan ke arah serviks.

    - Cari pelepasan dari plasenta dengan menyelusuri pinggir dari

    plasenta.

    - Setelah menemukan pelepasan dari plasenta, selipkan jari jari di

    antara plasenta yang terlepas dari dinging rahim.

    - Karena plasenta berimplantasi di bagian bawah, maka pelepasan

    dari plasenta berada di sebelah kanan penolong, posisi tangan tetap,

    yang mana tali pusat berada di atas telapak tangan, punggung

    tangan menghadap dinding rahim bagian bawah plasenta yangterlepas berada di atas telapak tangan.

    - Lakukan pengikisan dengan menggunakan sisi sisi jari kiri ke

    kanan, hingga seluruhnya.

    - Bawa plasenta ke arah septik.

    - Lakukan eksplorasi untuk meyakinkan plasenta telah terlepas

    secara keseluruhan.

    - Tangan kiri pindah ke supra simfisis untuk mencegah prolapsus

    uteri, bawa plasenta keluar, disambut dengan tangan kiri putar

    searah jarum jam.

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    11/19

    Diberi RL : NaCl 0,9 % 2 : 1, XXX gtt /mnt + oksitosin 20

    international unit, diberikan oksitosin karena kontraksi uterusnya

    kurang.

    Berdasarkan hasil laboratorium, yaitu : Hb = 6 gr%, diberikan

    transfusi, sampai Hb 10 gr%.

    Untuk mencegah terjadi infeksi diberi ampicilin 3 x 1 gr.

    Kesimpulan

    Penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai dengan protap.

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    12/19

    III. TINJAUAN PUSTAKA

    Definisi

    Perdarahan setelah melahirkan > 500 ml.

    Insiden

    5 % persalinan, merupakan 24 % kematian dalam kasus obstetri.

    Etilogi

    1. Atonio uteri

    2. Sisa plasenta

    3. Retensio plasenta

    4. Laserasi jalan lahir

    5. Kelainan pembuluh darah

    Bentuk Klinis

    1. Early post partum haemorrage (HPP dini) yaitu perdarahan yang terjadi

    dalam 24 jam sesudah anak lahir (primer).

    2. Late post partum haemorrhage (HPP lanjut/perdarahan masa nifas)perdarahan yang terjadi dalam masa nifas (puepureum) tidak termasuk 24

    jam setelah bayi lahir (sekunder).

    Patogenesis

    1. Masalah dengan kontraksi uterus :

    Hal hal yang menyebabkan kontraksi uterus jelek :

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    13/19

    a. Overdistensi : janin besar, hidramnion, kembar

    b. Partus lama

    c. Kondisi uterus memang jelek : grande multipara, anemia, hipovolemi,toxemia

    d. Miometrium diinfiltrasi oleh darah (uterus Couvelaire).

    e. Penggunaan tokolitik

    f. Anestesi yang dalam atau anestesi lumbal

    g. R/HPP

    2. Masalah dengan integritas uterus dan jalan lahira. Laserasi vagina

    b. Laserasi serviks

    c. Laserasi / ruptur uteri

    Diagnosis

    Gejala klinik baru tampak setelah kehilangan darah > 20 %

    Gejala & Tanda Penyulit D/

    Uterus tidak berkontraksi dan

    lembek perdarahan segera

    setelah anak lahir (perdarahan

    Pasca Persalinan Primer P3)

    Syok

    Bekuan darah pada

    serviks adalah

    posisi telentang

    akan menghambat

    aliran darah ke luar

    Atonia uteri

    Darah segar yang mengalir

    segera setelah bayi lahir (P3)Uterus berkontraksi dan keras

    Plasenta lengkap

    Pucat

    Lemah

    Menggigil

    Robekan jalan lahir

    Plasenta belum lahir setelah

    30 perdarahan segera (P3)

    Uterus berkontraksi dan keras

    TP putus akibat

    traksi berlebihan

    Inversio uteri

    akibat tarikan

    lanjutan

    Retensio plasenta

    Plasenta / sebagian selaput

    (mengandung pemb darah)

    Uterus berkontraksi

    tapi tinggi fundus

    Sisa plasenta

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    14/19

    tidak lengkap

    Perdarahan segera (P3)

    tidak berkurang

    Uterus tidak teraba

    Lumen vagina terisi massa

    Tampak TP (bila plasenta

    belum lahir)

    Neurogenik syok

    Pucat dan limbung

    Inversio uteri

    Subinvolusi uterus

    Nyeri tekan perut bawah &

    uterus

    Perdarahan (Sekunder / P2S)

    Lokhia mukoporulen dan

    berbau bila disertai infeksi

    Anemia

    Demam

    Endometritis atau sisa

    plasenta

    Komplikasi

    1. Syok hipovolemik

    2. Anemia

    3. Sheehans sindrom

    4. Reaksi transfusi

    PenatalaksanaanPrinsip :

    1. Hentikan perdarahan

    2. Cegah / atasi syok

    3. Ganti darah hilang (transfusi) atau infusi RL / NaCl, plasma

    ekspander, C Dextran L.

    ATONIA UTERI

    Definisi

    Kegagalan miometrium untuk berkontraksi sebagai uterus dalam keadaan

    relaksasi penuh, melebar, lembek, tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pemb.

    Darah.

    Gejala- Nyeri suprasimfisis & regio lumbal (-)

    - Plasenta belum lepas perdarahan (-), lepas

    perdarahan banyak

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    15/19

    - Separasi plasenta makin luas perdarahan makin banyak syok : pusing,

    lemas, pandangan gelap, mual / muntah, keringat banyak, menggigil,

    meracau, mengantung / menguap.

    Tanda

    - Flaby uterine : uterus lembek, melebar, tidak bereaksi terhadap

    rangsangan.

    - Bila uterus diangkat jatuh kembali secara bebas.

    - Bila plasenta belum lepas, jangan lepaskan dalam keadaan ini.

    Penatalaksanaan1. Masase uterus

    2. Uterotonika (infus pitosin 10 100 IU dalam 500 ml RL, methergin

    IV, dapat diulang 4 jam kemudian, Pg

    3. Kompresi bimanual

    4. Tampon uterovaginal (24 jam)

    5. Metode Henkel (menjepit cabang a. uteri kiri dan kanan melalui

    vagina).

    6. Operatif : - Ligasi a. uterine atau a. hipogastrika

    - Histerektomi

    RETENSIO PLASENTA

    Definisi

    Tertahannya atau belum lahirnya plasenta 30 menit setelah bayi

    lahir.

    Etiologi

    78 % akibat gangguan kontraksi uterus

    Insiden

    Perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16-17

    %. Di RSU H. Damanhur Barabai, selama 3 tahun ( 1997-1999) didapatkan 146

    kasus rujukan perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta.

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    16/19

    Faktor predisposisi

    Kehamilan ganda Over distensi uterus

    Atonia rahim

    Persalinan yang tidak baik

    Defek anatomi, seperti : fibroid, anomali rahim, atau jaringan parut akibat

    pembedahan rahim sebelumnya.

    Plasenta yang abnormal, seperti pada plasenta akreta atau implantasi

    plasenta pada septum uterus atau jaringan parut.

    Jenis

    1. Plasenta adhesiva

    Istilah umum adanya perlekatan yang erat dari plasenta pada

    tempat implantasinya.

    2. Plasenta akreta

    Tertanamnya jonjot korion plasenta pada dinding uterus sepertipermukaan lapisan miometrium (18 %).

    3. Plasenta Inkreta

    Tertanamnya jonjot korion seperti menembus / memasuki

    miometrium.

    4. Plasenta Perkreta

    Tertanamnya jonjot korion seperti lapisan serosa.

    5. Plasenta Inkarserata

    Terperangkapnya plasenta yang sudah lepas di dalam kavum uteri

    akibat jepitan lingkaran kontraksi pada OUI.

    Penatalaksanaan

    1. Perasat Crede

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    17/19

    Tindakan ini sekarang tidak banyak dianjurkan karena

    memungkinkan terjadinya inversio uteri, tekanan yang keras pada

    uterus dapat pula menyebabkan perlukaan pada otot uterus dan

    rasa nyeri yang hebat dengan kemungkinan syok.

    2. Manuver Brandit Andrew

    Teknik : Dengan salah satu tangan, penolong memegang tali pusat

    dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan pada dinding perut diatas

    simpisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan terletak di

    permukaan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan

    badan rahim. Dengan melakukan tekanan ke arah atas belakang,maka badan rahim akan terangkat.

    Apabila plasenta telah lepas, maka tali pusat tidak tertarik ke

    atas. Kemudian tekanan di atas simpisis diarahkan ke bawah

    belakang, ke arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada

    tali pusat untuk membantu mengeluarkan plasenta.

    3. Manual plasenta

    Teknik : Sebelumnya penderita disiapkan pada posisi litotomi.

    Keadaan penderita diperbaiki atau diinfus dengan Ringer Laktat.

    Anestesi diperlukan kalau ada lingkaran konstriksi dengan

    memberikan suntikan diazepam 10 mg IM.

    Operator berdiri atau duduk didepan vulva dengan salah

    satu tangannya (tangan kiri) merenggangkan tali pusat, tangan

    yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk

    kerucut. Dengan ujung jari menyelusuri tali pusat sampai plasenta.

    Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar

    dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus ke

    bawah. Setelah tangan yang didalam sampai ke plasenta, telusurilah

    permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala

    tiga biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

    Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang

    berada didalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang

    telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air,

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    18/19

    plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara

    tangan yang diluar tetap menahan fundus supaya jangan ikut

    terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus

    (perforasi) dapat dihindarkan.

    Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi

    untuk mengetahui kalau ada bagian plasenta yang tertinggal. Selain

    itu dilakukan inspeksi untuk menilai apakah ada laserasi jalan lahir.

    Setelah itu segera berikan uterotonika (oksitosin) 1 ampul IM, dan

    lakukan masase uterus.

    Indikasi manual plasenta :

    1. Retensio plasenta

    2. TP putus

    3. Perdarahan > 500 ml

    4. Dalam narkose

    5. R / HPP

    LASERASI JALAN LAHIR

    Definisi

    Diskontinuitas jaringan tubuh (dengan segala akibatnya) yang disebabkan oleh

    trauma proses persalinan atau tindakan yang diterapkan, yang terjadi pada serviks,

    vagina, vulva, dan perineum.

    Kolporeksis

    Robekan pada dinding atas vagina sehingga mengenai atau terpisah dari serviks

    atau sebagian uterus. Robekan tersebut dapat berbentuk lingkaran atau memajang.

    Robekan Porsio

    Robekan yang terjadi pada serviks uteri, mulai ujung serviks hingga ke OUI. Bila

    robekan melebihi bagian tersebut (ujung luar / ronekan tidak dapat dilihat),

    digolongkan sebagai robekan pada dinding uterus. Bila robekan melingkar, dapat

    terjadi pelepasan sebagian porsio (vulnus sirkularis amputatum).

  • 7/28/2019 CR Retensio Plasenta

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Infertilitas. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu

    Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 365-76

    2. Pernoll ML. Benson & Pernoll handbook of obstetric and gynaecology. 10th

    ed. Boston : McGraw-Hill companies, 2001.

    3. Syamsuddin, A, Komar, H. Panduan Partograf. Bagian Obstetri dan

    Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya; Palembang. 2001.

    4. Standar Pelayanan Profesi Obgin. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi

    RSMH Palembang;Palembang. 2000.

    5. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams

    Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising

    Division, 509-536.

    6. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery andoutcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J

    Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.

    7. Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of Obstetrics

    and Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171