Copy of Etika Profesi (Mkdu)
-
Upload
ana-abadi-al-ind -
Category
Documents
-
view
297 -
download
2
Transcript of Copy of Etika Profesi (Mkdu)
ETIKA PROFESIETIKA PROFESI
RIZAL SANIFRIZAL SANIF
Dr. P seorang dokter yang berpengalaman, baru saja Dr. P seorang dokter yang berpengalaman, baru saja akan menyelesaikan tugas jaga malam disebuah akan menyelesaikan tugas jaga malam disebuah rumah sakit. Seorang muda dibawa ke RS oleh rumah sakit. Seorang muda dibawa ke RS oleh ibunya, yang langsung pergi setelah berbicara dengan ibunya, yang langsung pergi setelah berbicara dengan suster jaga bahwa dia harus menjaga anaknya yang suster jaga bahwa dia harus menjaga anaknya yang lain. Si pasien mengalami perdarahan vaginal dan lain. Si pasien mengalami perdarahan vaginal dan sangat kesakitan. Dr.P melakukan pemeriksaan dan sangat kesakitan. Dr.P melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan pasien mengalami menduga bahwa kemungkinan pasien mengalami kguguran atau mencoba untuk melakukan aborsi. Dr.P kguguran atau mencoba untuk melakukan aborsi. Dr.P segera melakukan kuretase dan mengatakan kepada segera melakukan kuretase dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia bersedia opname di RS sampai keadaan benar-benar bersedia opname di RS sampai keadaan benar-benar baik. Dr.Q datang menggantikan dr.P yang pulang baik. Dr.Q datang menggantikan dr.P yang pulang tanpa berbicara langsung kepada pasien.tanpa berbicara langsung kepada pasien.
1.1. Komunikasi – dia tidak mencoba Komunikasi – dia tidak mencoba mengkomunikasikan kepada pasien mengkomunikasikan kepada pasien mengenai kondisinya, pilihan-pilihan mengenai kondisinya, pilihan-pilihan tindakan dan kemampuan pasien jika dia tindakan dan kemampuan pasien jika dia harus menginapharus menginap
2.2. Izin- dia tidak mendapat izin dari pasien Izin- dia tidak mendapat izin dari pasien mengenai tindakan yang dilakukanmengenai tindakan yang dilakukan
3.3. Belas kasih-dia hanya menunjukkan Belas kasih-dia hanya menunjukkan sedikit belas kasih kepada pasiensedikit belas kasih kepada pasien
Tindakannya mungkin sangat Tindakannya mungkin sangat kompeten dan mungkin memang kompeten dan mungkin memang benar capek diakhir tugas jaga benar capek diakhir tugas jaga malamnya namun tidak malamnya namun tidak melepaskan dari kelalaian etikmelepaskan dari kelalaian etik
I.I. Etika dan MoralEtika dan Moral
II.II. Etika dan HukumEtika dan Hukum
I. Etika dan Moral I. Etika dan Moral 1,2,3.1,2,3.
LatinLatin
Morales, mos, moris, adat, istiadat,kebiasaan, cara, tingkah Morales, mos, moris, adat, istiadat,kebiasaan, cara, tingkah lakulaku
Tabiat, watak, akhlak, cara hidupTabiat, watak, akhlak, cara hidup
YunaniYunani
Ethicos, ethos-adat kebiasaan, praktek Ethicos, ethos-adat kebiasaan, praktek
Hati nurani & penilaian (judgment)Kegiatan praktis seseorang
ETIKAMORAL
Kamus besar bahasa IndonesiaKamus besar bahasa Indonesia
ETIKA:ETIKA:
1.1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)(akhlak)
2.2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenanan Kumpulan asas atau nilai yang berkenanan dengan akhlakdengan akhlak
3.3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakatsuatu golongan atau masyarakat
Etika dibagiEtika dibagi = 1. Etika Umum= 1. Etika Umum(klasifikasi)(klasifikasi) 2. Etika Khusus2. Etika Khusus
- Individual- Individual- Institusional- Institusional- Sosial- Sosial
Filsafat Filsafat : : - kajian, ilmu filsafat- kajian, ilmu filsafat- moral & moralitas- moral & moralitas
PraktekPraktek : - pedoman & aturan: - pedoman & aturan(profesional)(profesional) baik & benar baik & benar
A. Moral - Etika – Asas – Aturan - Kode Etik Profesi A. Moral - Etika – Asas – Aturan - Kode Etik Profesi 11
Ajaran Ajaran MoralMoralAjaran Ajaran MoralMoral
MoralMoral
Falsafah Falsafah Moral Moral
Teori2 Teori2 etikaetika
Ajaran tentang bagaimana manusia Ajaran tentang bagaimana manusia harus harus hidup dan bertindakhidup dan bertindak menjadi menjadi manusia yang baikmanusia yang baik
Sistem nilaiSistem nilai tentang perbuatan manusia tentang perbuatan manusia yang dianggap baik/ buruk, benar / salah, yang dianggap baik/ buruk, benar / salah, pantas / tidak pantas pantas / tidak pantas
Mencari penjelasan , Mencari penjelasan , mengapa mengapa perbuatan perbuatan tertentu dinilai baik/ buruk, benar/salah, tertentu dinilai baik/ buruk, benar/salah, pantas /tidak pantas pantas /tidak pantas
Kerangka berpikir Kerangka berpikir yang disusun oleh yang disusun oleh filsuf tertentu-untuk memberi filsuf tertentu-untuk memberi pembenaran, mengapa suatu perbuatan pembenaran, mengapa suatu perbuatan dinilai baik dari pendekatan moral dinilai baik dari pendekatan moral
1
2
3
4
Moral - Etika – Asas – Aturan - Kode Etik Profesi Moral - Etika – Asas – Aturan - Kode Etik Profesi
Ajaran Ajaran MoralMoralAsasAsas22 etikaetika
AturanAturan22 etikaetika
Kode Etik Kode Etik Profesi Profesi
Asas-asas yang diturunkan dari teori-Asas-asas yang diturunkan dari teori-teori etika sebagai teori etika sebagai kaidah-kaidah dasar kaidah-kaidah dasar moralmoral bagi manusia bagi manusia
Seperangkat norma atau Seperangkat norma atau pedomanpedoman untuk untuk mengukur perbuatan, berupa aturan dan mengukur perbuatan, berupa aturan dan larangan yang didasarkan pada asas –larangan yang didasarkan pada asas –asas etika asas etika
Seperangkat aturan etika yang khusus Seperangkat aturan etika yang khusus berlaku untuk semua anggota asosiasi berlaku untuk semua anggota asosiasi profesi tertentu, sebagai konsensus profesi tertentu, sebagai konsensus bersama, yang memuat aturan dan bersama, yang memuat aturan dan larangan yang wajib di taati oleh semua larangan yang wajib di taati oleh semua anggota dalam menjalankan profesi anggota dalam menjalankan profesi
5
6
7
Asas – Asas Etika medis Asas – Asas Etika medis TraditionalTraditional
1.1. BeneficenceBeneficence2.2. Non maleficence Non maleficence
((Primum non nocere)Primum non nocere)3.3. Menghormati hidup Menghormati hidup
manusiamanusia4.4. KonfidensialitasKonfidensialitas5.5. Kejujuran (Kejujuran (veracity)veracity)6.6. Tidak mementingkan Tidak mementingkan
diridiri7.7. Budi PekertiBudi Pekerti
Tingkah laku luhur Tingkah laku luhur
Asas-Asas Etika Medis Asas-Asas Etika Medis KONTEMPORERKONTEMPORER
1.1. - Menghormati otonomi - Menghormati otonomi pasienpasien
- - Universal Human right Universal Human right UN,UN,
- HAM - HAM 2.2. Keadilan /Keadilan /justicejustice3.3. Berkata benar / Berkata benar / truth truth
telling / veracitytelling / veracity
B. Kaidah –Kaidah Dasar Moral B. Kaidah –Kaidah Dasar Moral
BeneficenceBeneficence & non maleficence & non maleficenceRespect for personRespect for personKeadilan /Keadilan /justicejusticeBudi pekerti Budi pekerti
Kegiatan-kegiatan :Kegiatan-kegiatan :• PendidikanPendidikan• Penelitian & pengembanganPenelitian & pengembangan• Pelayanan Pelayanan
The patient’s contexts for prima facie’s choice(Agus Purwadianto, 2004)
J usticeNon maleficence
AutonomyBeneficence
Time
General benefi t result, mos t o f people,
Elect iv e, educ at ed, bread-winner, ma ture person
Vu lnerab les, emergency, lif e sav ing, minor
> 1 p erson, others similari ty, community / social ’s r ights
Kaidah dasar moralKaidah dasar moral
1. 1. Tindakan berbuat baik (Tindakan berbuat baik (beneficencebeneficence))
General beneficence :General beneficence :– melindungi & mempertahankan hak yang melindungi & mempertahankan hak yang
lainlain– mencegah terjadi kerugian pada yang lain, mencegah terjadi kerugian pada yang lain, – menghilangkan kondisi penyebab kerugian menghilangkan kondisi penyebab kerugian
pada yang lain, pada yang lain,
Specific beneficence:Specific beneficence:– menolong orang cacat, menolong orang cacat, – menyelamatkan orang dari bahaya menyelamatkan orang dari bahaya
Mengutamakan kepentingan pasienMengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lainsakit/pihak lain
beneficence
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)> akibat-buruk)
Menjamin nilai pokok : “apa saja yang Menjamin nilai pokok : “apa saja yang adaada, , pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya” pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi (apalagi ada ada yg hidup).yg hidup).
beneficence
2. 2. Tidak merugikanTidak merugikan atau atau nonmaleficencenonmaleficence //primum non nocereprimum non nocere
Sisi komplementer Sisi komplementer beneficence beneficence dari sudut dari sudut pandang pasien, seperti : pandang pasien, seperti :
Tidak boleh berbuat jahat Tidak boleh berbuat jahat (evil(evil) atau membuat ) atau membuat derita (derita (harmharm) pasien) pasien
Minimalisasi akibat burukMinimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter untuk menganut ini Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal : berdasarkan hal-hal :
a. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau a. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau
berisiko hilangnya sesuatu yang pentingberisiko hilangnya sesuatu yang penting
b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebutkehilangan tersebut
Nonmaleficence
c. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif c. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
d. Manfaat bagi pasien > kerugian dokter d. Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal). (hanya mengalami risiko minimal).
Norma tunggal, isinya larangan.Norma tunggal, isinya larangan.
nonmaleficence
3. Keadilan3. Keadilan
Treat similar cases in a similar way = justice Treat similar cases in a similar way = justice within morality.within morality.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni : (keadilan sebagai fairness) yakni :
a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan / pasien yang memerlukan / membahagiakannya)membahagiakannya)
b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).sesuai dengan kemampuan pasien).
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi pasien sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baikbaik
keadilan
Jenis keadilan : Jenis keadilan : a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan
penerima).penerima). b.b.Distributif (membagi sumber) : kebajikan Distributif (membagi sumber) : kebajikan
membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada :rohani; secara material kepada :Setiap orang andil yang samaSetiap orang andil yang samaSetiap orang sesuai dengan kebutuhannyaSetiap orang sesuai dengan kebutuhannyaSetiap orang sesuai upayanya.Setiap orang sesuai upayanya.Setiap orang sesuai kontribusinyaSetiap orang sesuai kontribusinyaSetiap orang sesuai jasanyaSetiap orang sesuai jasanyaSetiap orang sesuai bursa pasar bebasSetiap orang sesuai bursa pasar bebas
keadilan
c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama :kemakmuran dan kesejahteraan bersama :Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social dan dengan strategi menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social – Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social – ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil).substantif/materiil).Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu.tertentu.Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan kesamaan).material kebutuhan dan kesamaan).
keadilan
d. Hukum (umum)d. Hukum (umum) : :
Tukar menukar : kebajikan memberikan / Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.
pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.umum.[1][1]
[1][1] Criminal justice (penjatuhan sanksi pidana bagi Criminal justice (penjatuhan sanksi pidana bagi terpidana) dan rectificatory justice (pemberian terpidana) dan rectificatory justice (pemberian kompensasi pelanggaran transaksi/kontrak, melalui kompensasi pelanggaran transaksi/kontrak, melalui hukum perdata). PBE , hal 327.hukum perdata). PBE , hal 327.
keadilan
4. Otonomi (4. Otonomi (self-determinationself-determination))
Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-self-legislation legislation dari manusia.dari manusia.
Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.pribadi.
Menghendaki, menyetujui, membenarkan, Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).bermartabat).
Didewa-dewakan di Anglo-American yang Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggiindividualismenya tinggi
otonomi
Kaidah ikutannya ialah : Kaidah ikutannya ialah : Tell the truthTell the truth, , hormatilah hak privasi klien, lindungi hormatilah hak privasi klien, lindungi informasi konfidensial, mintalah consent informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting.bantulah membuat keputusan penting.Erat terkait dengan doktrin informed-Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang teknologi baru, dampak yang dimaksudkan dimaksudkan (intended)(intended) atau dampak tak atau dampak tak laik-bayang (laik-bayang (foreseen effectsforeseen effects), ), letting dieletting die..
otonomi
Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut,Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut,
dikenal prinsip "turunan"nya dengan nilai-nilai seperti :dikenal prinsip "turunan"nya dengan nilai-nilai seperti :
1.1. Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth tellingtelling
2.2. Kesetiaan (fidelity) : keep promiseKesetiaan (fidelity) : keep promise
3.3. Privacy (dari otonomi dan beneficence)Privacy (dari otonomi dan beneficence)
4.4. Konfidensialitas.Konfidensialitas.
5.5. Menghormati kontrak (perjanjian)Menghormati kontrak (perjanjian)
6.6. Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi kepada pasien atau pihak ketiga seperti perusahaan kepada pasien atau pihak ketiga seperti perusahaan asuransi, pemerintah, dll.asuransi, pemerintah, dll.
7.7. Menghindari membunuh Menghindari membunuh
Keberlakuan etika kedokteran sebagai norma:Keberlakuan etika kedokteran sebagai norma:
1.1. Bersyarat (hipotetis) = teleologis Bersyarat (hipotetis) = teleologis
Betul tidaknya tindakan bergantung pada akibat-Betul tidaknya tindakan bergantung pada akibat-akibatnya.akibatnya.
a. Bila akibat baik : wajib; a. Bila akibat baik : wajib; b. Bila buruk : haram.b. Bila buruk : haram.
Hendak dicapai tujuan kedokteran tertentu namun Hendak dicapai tujuan kedokteran tertentu namun tetap dalam bingkai “mempertahankan martabat tetap dalam bingkai “mempertahankan martabat kemanusiaan” (bukan tujuan asal-asalan). kemanusiaan” (bukan tujuan asal-asalan). Dasar : pengalaman (efektif – efisien).Dasar : pengalaman (efektif – efisien).Kelemahan : menghilangkan dasar pembawa Kelemahan : menghilangkan dasar pembawa kepastian etis, tidak berketegasan, pemicu “tujuan kepastian etis, tidak berketegasan, pemicu “tujuan menghalalkan cara”.menghalalkan cara”.
2. Tidak bersyarat (kategoris) = deontologis 2. Tidak bersyarat (kategoris) = deontologis
Tidak bergantung pada tujuan tertentuTidak bergantung pada tujuan tertentu
Betul tidaknya tindakan bergantung pada Betul tidaknya tindakan bergantung pada perbuatan/cara bertindak itu sendiri, bukan perbuatan/cara bertindak itu sendiri, bukan pada akibat tindakan.pada akibat tindakan.
Dasar : kewajiban/keharusan mutlak/absolut Dasar : kewajiban/keharusan mutlak/absolut atau “kewajiban demi kewajiban”.atau “kewajiban demi kewajiban”.
Kelemahan : pemicu fanatisme buta, tidak Kelemahan : pemicu fanatisme buta, tidak luwes dalam perkembangan jaman, tidak luwes dalam perkembangan jaman, tidak mampu memecahkan dilema etis.mampu memecahkan dilema etis.
Sifat etika kedokteranSifat etika kedokteran
1.1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)umum)
2.2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).pasien).
3.3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = = selfimposed, zelfopleggingselfimposed, zelfoplegging))
4.4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang seringkali mendasar dan ke arah norma-norma yang seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung = gesinnung yakni diri yakni diri sendiri, umum, teman sejawat dan pasien/klien & sendiri, umum, teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)masyarakat khusus lainnya)
5. 5. Etika profesi (biasa):Etika profesi (biasa):
a. Bagian etika sosial tentang kewajiban & a. Bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesitanggungjawab profesi
b. Bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-b. Bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-kewajiban dan nilai, norma-norma/kewajiban-kewajiban dan keutamaan-keutamaan moral keutamaan-keutamaan moral
c.Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak c.Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia pasien/rahasia kebebasan untuk menyimpan rahasia pasien/rahasia jabatan (jabatan (verschoningsrecht)verschoningsrecht)
Sifat etika kedokteran
d. Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & d. Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi kedokteran.pengalaman profesi kedokteran.
e.Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan e.Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-abad, yang-baik & etika apriori); karena telah berabad-abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan norma atau moralitas profesi)kumpulan norma atau moralitas profesi)
f. Isi : 2 norma pokok : f. Isi : 2 norma pokok : i. Sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan i. Sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan
dampak praktek profesi bagi orang lain; dampak praktek profesi bagi orang lain; ii. Bersikap adil dan menghormati Hak Asasi ii. Bersikap adil dan menghormati Hak Asasi
Manusia (HAM).Manusia (HAM).
Sifat etika kedokteran
6. Etika profesi luhur/mulia : 6. Etika profesi luhur/mulia :
Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < kepentingan pasien) = altruisme.kepentingan pasien) = altruisme.Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = l’esprit de corpse pour cita luhur/etos profesi = l’esprit de corpse pour officium nobileofficium nobile
7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap 7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh teknologisasi dan krisis moral akibat pengaruh teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran.komersialisasi dunia kedokteran.
Sifat etika kedokteran
F. Bidang KesehatanF. Bidang Kesehatan55
1.1. Kode Etik KedokteranKode Etik Kedokteran
2.2. Kode Etik KeparawatanKode Etik Keparawatan
3.3. Kode Etik Rumah SakitKode Etik Rumah Sakit
4.4. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)
5.5. Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (MAKERSI) (MAKERSI)
6.6. Majelis Kehormatan Majelis Kehormatan DISIPLIN DISIPLIN Kedokteran Kedokteran Indonesia (MKDKI)Indonesia (MKDKI)
II. ETIKA & HUKUMII. ETIKA & HUKUM
1.1. Hukum menurut standar moral yang minimal Hukum menurut standar moral yang minimal larangan-larangan larangan-larangan
Etika menurut standar moral yang tertinggi Etika menurut standar moral yang tertinggi larangan-larangan dan hal- hal larangan-larangan dan hal- hal
yang yang positif dokter kepada positif dokter kepada pasiennya.pasiennya.
2.2. Perbuatan seorang yang profesional Perbuatan seorang yang profesional a.a. Etis dan legalEtis dan legalb.b. Etis tidak legalEtis tidak legal – tidak ada – kriteria etis melanggar – tidak ada – kriteria etis melanggar
hukumhukumc.c. Tidak Etis dan legalTidak Etis dan legal – dokter mengiklankan diri – dokter mengiklankan dirid.d. Tak Etis dan tidak legalTak Etis dan tidak legal – dokter membuat tagihan – dokter membuat tagihan
palsu kepada perusahaan palsu kepada perusahaan asuransi beaya asuransi beaya
pengobatan & pengobatan & perawatan perawatan
Kasus Kasus : US Supreme Court (Makamah : US Supreme Court (Makamah Agung AS). Memutuskan – Hak Agung AS). Memutuskan – Hak konstitutional seorang wanita untuk konstitutional seorang wanita untuk dapat melakukan aborsi kehamilan dapat melakukan aborsi kehamilan trisemester pertamatrisemester pertama
kontroversi moral & etika : - kontroversi moral & etika : - prochoiceprochoice
- prolife- prolife
-
KeputusanMedis
Keputusan etis
Pilar Keputusan Klinis sehari2
-
KeputusanMedis
Keputusan etis
Pilar Keputusan Klinis sehari2Biomedik
Info-medik
Indikasimedik
pilihan pasienkualitas hidup
fitur kontekstual
Mindset non medisStruktur Psiko-Sosio-budaya
Principles-based ethics Principles-based ethics Prima FaciePrima Facie
T.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)T.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)
Beneficence
Non Maleficence
Autonomy
Justice
Contextual featuresQuality of life
Clinical DecisionMaking
Patient’s preference
Medical indicationValue-based medicine
EBM
Etika kedokteran; 4 babEtika kedokteran; 4 bab
Bab I: Kewajiban umum, pasal 1 -9Bab I: Kewajiban umum, pasal 1 -9
Bab II: Kewajiban dokter terhadap pasien, Bab II: Kewajiban dokter terhadap pasien, pasal 10-13pasal 10-13
Bab III: Kewajiban dokter terhadap teman Bab III: Kewajiban dokter terhadap teman sejawat, pasal 14 – 15sejawat, pasal 14 – 15
Bab IV: kewajiban dokter terhadap diri Bab IV: kewajiban dokter terhadap diri sendiri, pasal 16 dan 17sendiri, pasal 16 dan 17
Pasal 1Pasal 1 : Sumpah dokter: Sumpah dokterPasal 2Pasal 2 : Standar profesi tertinggi: Standar profesi tertinggiPasal 3Pasal 3 : Tidak dipengaruhi, hilang : Tidak dipengaruhi, hilang kebebasan dan kemandirian profesikebebasan dan kemandirian profesiPasal 4Pasal 4 : Menghindari diri dari sifat : Menghindari diri dari sifat memuji dirimemuji diriPAsal 5PAsal 5 : hindari nasehat yang : hindari nasehat yang melemahkan daya tahan psikismelemahkan daya tahan psikisPasal 6Pasal 6 : hati-hati memakai penemuan : hati-hati memakai penemuan barubaru
Pasal 7Pasal 7 : surat keterangan dan : surat keterangan dan pendapat yang benarpendapat yang benarPasal 7aPasal 7a : Pelayanan medis yang : Pelayanan medis yang kompeten, dasar moral dan empatikompeten, dasar moral dan empatiPasal 7bPasal 7b : bersikap jujur dan membantu : bersikap jujur dan membantu pelayanan, tetap jujurpelayanan, tetap jujurPasal 7cPasal 7c : hak pasien dan tenaga : hak pasien dan tenaga kesehatankesehatanPasal 7dPasal 7d : kewajiban melindungi hidup : kewajiban melindungi hidup mahluk insanimahluk insani
Pasal 8Pasal 8 : perhatikan kepentingan : perhatikan kepentingan masyarakat, promotif,preventif, kuratif dan masyarakat, promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatifrehabilitatif
Pasal 9Pasal 9 : kerjasama didasari saling : kerjasama didasari saling menghormatimenghormati
Pasal 10Pasal 10 : sikap tulus ikhlas – tidak : sikap tulus ikhlas – tidak mampu, rujukmampu, rujuk
Pasal 11Pasal 11 : berikan pasien kesempatan : berikan pasien kesempatan berhubungan dengan keluarga dan berhubungan dengan keluarga dan penasehatnyapenasehatnya
Pasal 12Pasal 12 : rahasia kedokteran: rahasia kedokteran
Pasal 13: memberi pertolongan daruratPasal 13: memberi pertolongan darurat
Pasal 14Pasal 14 : kesejawatan: kesejawatan
Pasal 15Pasal 15 : tidak mengambil alih pasien : tidak mengambil alih pasien teman sejawatteman sejawat
Pasal 16Pasal 16 : jaga kesehatan: jaga kesehatan
Pasal 17Pasal 17 : ikuti perkembangan ilmu : ikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran/ pengetahuan dan tehnologi kedokteran/ kesehatankesehatan
The man who did not want his leg amputated
Physician: This was a 64-year-old man who had had a stroke which had affected his mental condition, though his awareness was good. He also suffered from diabetes
mellitus and hypertension. One day gangrene was found on his leg with sepsis, high fever, and it was a progressive gangrene. I advised him and his family to have an
amputation. The family agreed, but the patient did not. The family followed my reasoning, that is, I did not want the patient to die merely because of gangrene and
diabetes. Then I suggested to the family that if the patient falls into a coma, I would have the right to undertake a professional intervention to save his life without having to obtain his approval. Once the patient went into coma, I asked the family to sign the informed
consent for the amputation. The amputation was finally done. When the patient became conscious, he was delighted because he felt that he had
recovered. He was able to sit and became quite happy and felt that he still had his two legs. When he became completely conscious, and was about to descend from the bed and walk, he realized that he had been amputated. He was shocked. He flew into an
extraordinary rage and threatened that he would prosecute me and his family. He was a former lawyer. He was aware of his rights and he had not permitted that his leg be
amputated.